Partisipasi Masyarakat Pada Program Bersih-Bersih Sungai...
Transcript of Partisipasi Masyarakat Pada Program Bersih-Bersih Sungai...
i
Partisipasi Masyarakat Pada Program Bersih-Bersih
Sungai Sekretariat Bersama Jeletreng Kelurahan
Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:
NIM: 1113054000023
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
M. Fahmi Nurdin
ii
iii
iv
ABSTRAK
v
M Fahmi Nurdin
Partisipasi Masyarakat Pada Program Bersih-Bersih Sungai
Sekretariat Bersama Jeletreng Kelurahan Setu Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan.
Sungai Jeletreng adalah sungai aktif yang menjadi anak sungai dari
sungai Cisadane, dengan panjang 10,5 kilometer yang menjadi
pembuangan utama para warga Setu termasuk beberapa perusahaan yang
ada di pergudangan Tekno BSD. Sungai Jeletreng melintasi beberapa
Kelurahan yang ada di Kota Tangerang Selatan, persoalan kebersihan
kerap menjadi tantangan bagi masyarakat sekitar terlebih khusus para RT,
RW dan Lurah sampai kepada Camat dan Pemerintah Kota, karena
bagaimana pun sungai Jeletreng jika pemeliharaannya benar maka sangat
menguntungkan bagi masyarakat sekitar, namun jika tidak dipelihara
justru akan berubah menjadi musibah bagi masyarakat sekitar, seperti
banjir, dll.
Penelitian ini dilakukan menggunakan jenis penelitian deskriptif,
dengan turun langsung ke lapangan untuk mencari informasi terkait; (1)
Bagaimana partisipasi yang telah dilakukan masyarakat sekitar dalam
pemeliharaan sungai jeletreng, apakah sudah ikut berpartisipasi atau
belum, dan (2) Seperti apa pengaruh program bersih-bersih sungai
Jeletreng yang digagas oleh para pemuda Setu dan sekitarnya yang
tergabung dalam komunitas pecinta lingkungan yang mereka namai
komunitas mereka dengan nama Sekber Jeletreng.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa partisipasi masyarakat
Setu Kota Tangerang Selatan pada prosesnya ikut berpartisipasi dalam
program, hal tersebut ditunjukan dari keterlibatan dalam mengikuti
program dan ada juga yang tidak ikut program tapi sudah tidak lagi
membuang sampah ke Sungai. Adapun pengaruh dari program yang
digagas oleh Sekber Jeletreng cukup membuahkan hasil, terlihat dari
perbedaan keadaan sungai yang sebelumnya penuh dengan sampah kini
jauh lebih bersih dan perubahan prilaku masyarakat yang semula
membuang sampah ke Sungai kini sudah tidak lagi.
Kata Kunci: Partisipasi, Pemeliharaan Sungai, Pengaruh Program Bersih-
Bersih
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim
Segala puji teriring rasa syukur senantiasa penulis panjatkan
kehadirat Allah subhanahu wata’ala, yang telah memberikan berbagai
macam nikmatnya, berkat izin dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan
skeipsi ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat teriring salam senantiasa
tercurah kepada Nabi tercinta, baginda Nabi besar Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam serta kepada keluarganya, sohabatnya, para Tabi’in,
Tabiut tabi’in sampai kepada para ulama yang senantiasa istiqomah
mengajarkan agama islam hingga sampai kepada kita selaku umatnya
semoga senantiasa mampu meneladani akhlak baik Rosul Muhammad
Shalallau ‘Alaihi wa Sallam.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu Syarat untuk dapat
mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam proses penulisan skripsi ini penulis telah mendapatkan
banyak bantuan dan dukungan, baik secara moril maupun materil, maka
sudah sepatutnya penulis menghanturkan ucapan terimakasih kepada
seluruh pihak terlebih khusus ucapan terimakasih penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah dan
Bapak Dr. Arief Subhan, MA., selaku dekan sebelumnya.
2. Bapak Dr. Muhtadi, S.Ag., M.Si., selaku Kaprodi Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) sekaligus dosen
pembimbing penulis yang telah sabar dan penuh dengan
ii
perhatian membimbing penulis dalam proses penulisan
skripsi.
3. Ibu Wati Nilamsari, M.Si., selaku kaprodi terdahulu yang
telah banyak memberikah nasehat baik yang membangun
untuk penulis dan perhatiannya sehingga penulis terpacu
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si., selaku Sekprodi
PMI dan Bapak Muhammad Chudri, MA., selaku sekprodi
sebelumnya yang juga berperan penting dalam proses
administrasi dalam pengurusan penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr. Tantan Hermansah, M.Si, salah satu Role Model
bagi penulis di masa-masa perkuliahan. Juga tak lupa teruntuk
Bapak Drs. Yusra Kilun M.Pd dan Ibu Nurul Hidayati M.Pd,
salah satu dosen yang penulis senangi.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan ilmu dan wawasan serta
pengalamannya kepada penulis selama masa perkuliahan,
semoga segala kebaikan dan upaya baiknya senantiasa
mendapatkan ganjaran pahala dan keberkahan dari Allah
Subhanahu Wata’ala.
7. KH. Ahmad Fudhoili Hasyim, dosen Ulumul Qur’an di
Fakultas Ushuludin, yang telah pengertian dan penuh dengan
perhatian mendampingi penulis ketika mengulang mata
kuliah, sungguh pengalaman yang berkesan.
8. Kedua orang tua, Ayah Haerudin dan Mamah Nuraini atas
segala perhatian, do’a, kasih sayang, semangat dan motivasi
yang diberikan kepada penulis, terutama dalam proses
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Serta adinda tercinta
iii
Putri Azzahra Nurdin. Serta Keluarga besar yang senantiasa
mendukung namun namanya tidak penulis catatkan pada
lembaran ini semoga tidak mengurangi rasa hormat penulis.
9. Anita Fauziah, istri tercinta yang telah memberikan motivasi,
do’a dan pengingatnya kepada penulis, sehingga penulis
senantiasa terpacu untuk sesegera mungkin menyelesaikan
skripsi ini. Teruntuk buah hati, anaku sayang, Adhwa Ainun
Nafisah yang telah menjadi penyemangat untuk penulis
sehingga penulis tambah bersemangat menyelesaikan skripsi
ini, meskipun dibeberapa waktu sempat ikut ngetik dan
akhirnya hurufnya banyak yang tidak bisa dibaca.
10. Sahabat jurusan yang senantiasa memberikan motivasi untuk
menyelesaikan karya skripsi ini, terimakasih BFF Ali, dan
teman-teman dibelakangnya, Ali Nida, Ade Fauzan, Reza,
Irsyad, Rafi, Boim, Abidin, Ida, Papaw, Nur.
11. Kawan-kawanku yang sering direpotkan olehku, Babang kiyai
Mughib Tay (Labib), Adinda Faskan Aditama, Adinda Halim,
Fahri Naufal, Babang Dimas, Naufal, Rifki Adnan. Semoga
jasa kawan-kawan semua dicatat sebagai pahala dan sebab
turunnya keberkahan.
12. Teman-teman jurusan PMI semuanya yang tidak tertulis
namanya pada lembaran ini namun senantiasa teringat di hati
dan terpantri kenangan indahnya semasa kuliah dulu.
13. Keluarga besar LDK Syahid KomDa Fakultas Dakwah, Kak
Ferdi, Imam, Nurul, Ifah dan seluruh sahabat yang lain
semoga tetap tegar di jalan Dakwah dan senantiasa menebar
kebaikan. Juga teruntuk seluruh teman-teman LDK angkatan
iv
Al-anfal yang terus menyemangati, terlebih khusus untuk
Bina, Euis dkk.
14. Bang Andri, Bang Sandi dan Bang Ari, yang sudah
mendampingi ketika penulis turun ke lapangan untuk mencari
data dan informasi, terimakasih banyak semoga Allah balas
kebaikannya.
15. Aparatur Desa, Bapak RT Alex yang telah mengijinkan
penulis dalam penelitian dan sekaligus menjadi narasumber.
16. Terimakasih kepada semua pihak yang terlibat yang namanya
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini, semoga
senantiasa Allah balas segala kebaikannya.
Semoga semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan skripsi ini senantiasa mendapat balasan kebaikan dari Allah
Subhanahu Wata’ala. Penulis berharap agar kiranya skripsi ini bermanfaat
terlebih khusus untuk penulis pribadi, dan umumnya untuk pemerintah
Desa setempat, komunitas Sekber Jeletreng, dan juga dapat menjadi acuan
bagi peneliti lainnya yang hendak menulis skripsi.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb
Serpong, 18 Mei 2020
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................. 8
D. Metodologi Penelitian ........................................... 9
E. Tinjaun Pustaka Terdahulu ................................... 16
F. Sistematika Penulisan ........................................... 19
BAB II TINJAUAN TEORITIS ......................................... 20
A. Partisipasi ........................................................... 20
1. Pengertian Partisipasi ................................... 20
2. Tingkatan Partisipasi .................................... 21
3. Tahapan Partisipasi ....................................... 22
4. Bentuk Partisipasi ......................................... 23
B. Pemberdayaan Masyarakat ................................. 24
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ......... 24
2. Tahapan Pemberdayaan ................................ 25
3. Tujuan Pemberdayaan .................................. 28
C. Pengaruh ............................................................. 29
1. Pengertian Pengaruh ..................................... 29
D. Program .............................................................. 30
1. Pengertian Program ....................................... 30
E. Bersih .................................................................. 34
x
1. Pengertian Bersih ........................................... 34
F. Sungai ................................................................. 36
1. Pengertian Sungai .......................................... 36
2. Bagian-bagian Sungai .................................... 40
G. Kerangka Berfikir ................................................ 41
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH ..................... 44
A. Gambaran Umum Masyarakat Kelurahan Setu ... 44
1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian .............. 44
2. Visi Misi Kelurahan Setu ............................. 46
3. Sejarah Dan Program Kegiatan Sekber ......... 48
4. Visi Dan Misi Sekber Jeletreng ..................... 49
5. Sarana Prasarana Yang Dimiliki Sekber ....... 50
6. Proses Partisipasi Masyarakat ....................... 50
7. Strategi Dan Dampak..................................... 51
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN ........... 53
A. Partisipasi Masyarakat Setu ................................. 53
1. Pergerakan Menjaga Sungai Jeletreng .......... 53
2. Upaya Mengajak Masyarakat ....................... 55
3. Respon Masyarakat & Pemerintah ................ 60
4. Faktor Pendukung Dan Penghambat ............. 62
a. Faktor Pendukung .................................... 63
b. Faktor Penghambat .................................. 64
5. Pengaruh Partisipasi Masyarakat ................... 66
BAB V PEMBAHASAN ....................................................... 69
A. Program Bersih-Bersih Sungai ............................ 69
B. Partisipasi Masy Dalam Pemeliharaan Sungai .... 71
C. Tahap-Tahap Pemberdayaan ............................... 73
D. Pengaruh Program Bersih-Bersih ........................ 76
xi
BAB VI PENUTUP ............................................................... 78
A. Kesimpulan ......................................................... 78
B. Saran ................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 81
LAMPIRAN ............................................................................ 82
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Surat-Surat
2. Lampiran Foto-Foto
3. Lampiran Transkip Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah
penduduk lebih dari 200 jiwa, masalah kesehatan lingkungan di
Indonesia menjadi sangat kompleks terutama di kota-kota besar.
Hal ini disebabkan antara lain: Pertama, urbanisasi penduduk. Di
Indonesia terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari
desa ke kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di
Pulau Jawa dan terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan
penduduk berbondong-bondong datang ke kota besar untuk
mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah
tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan menjadi
pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung
membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan,
seperti pemukiman munculnya pemukiman kumuh dimana-mana.
Kedua, tempat pembuangan sampah. Dihampir setiap
tempat di Indonesia, system pembuangan sampah dilakukan secara
dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. System pembuangan
semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga
menyebabkan pencemaran udara, tanah dan air selain lahannya
juga dapat menjadi tempat berkembang biaknya agen dan vector
penyakit menular.
Ketiga, penyediaan sarana air bersih. Berdasarkan survey
yang pernah dilakukan, hanya 60% masyarakat Indonesia
mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk
perkotaan, selebihnya menggunakan sumur atau sumber air lain.
Bila datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit
2
mulai muncul dimana-mana.
Keempat, pembuangan limbah industri dan rumah tangga.
Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga
dan industry dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke
badan sungai atau laut. Ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk
melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas
air sungai menurun dan apabila digunakan untuk air baku
memerlukan biaya yang tinggi.
Kelima, perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah
pada pengelolaan lingkungan. Perencanaan tata kota dan kebijakan
pemerintah sering kali menimbulkan masalah baru bagi kesehatan
lingkungan. Contoh, pemberian ijin tempat pemukiman, gedung
atau tempat industry baru tanpa didahului dengan studi kelayakan
yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya
banjir, pencemaran udara, air dan tanah, serta masalah social lain
(Arif, 2013: 8-10).
Sedangkan dari beberapa faktor di atas yang menjadi faktor
utama kesehatan lingkugnan, ada satu kebutuhan yang menjadi
kebutuhan paling mendasar bagi setiap manusia yang ada di Bumi,
yakni kebutuhan akan air bersih. Air bersih dapat digunakan untuk
minum, mandi, mencuci dan lain sebagainya. Tentunya setiap
manusia memerlukan pasokan air bersih setiap waktunya.
Tanpa air bersih, berbagai proses kehidupan tidak dapat
berlangsung. Oleh karena itu, penyediaan air bersih merupaka
salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan
hidup dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan
kesejahteraan manusia di Bumi.
Kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap
3
peningkatan penggunaan air bersih. Kepadatan penduduk ini
terjadi karena adanya perpindahan masyarakat dari desa ke kota
(urbanisasi) untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Hal
tersebut dibarengi dengan peningkatan kebutuhan manusia serta
gaya hidup, yang menyebabkan jumlah sampah meningkat juga.
Pertumbuhan populasi masyarakat perkotaan yang semakin hari
semakin bertambah dibarengi dengan pertambahan limbah rumah
tangga yang ikut meningkat jumlahnya.
Lebih parahnya, sebagian masyarakat yang tidak mau
membayar uang kebersihan, ataupun masyarakat yang tidak bisa
mengolah sendiri sampah yang mereka hasilkan, akhirnya
memutuskan untuk membuang sampah ke sungai. Dari keadaan
tersebut memunculkan permasalahan baru, yakni pencemaran air
sungai. Mengenai pencemaran air, istilah ini dapat diberi definisi
secara berbeda-beda, mengingat banyak acuan pustaka yang
memberikan definisi tentang istilah tersebut. Pencemaran air juga
didefinisikan dalam peraturan pemerintah sebagai turunan dari
pencemaran lingkungan hidup. Hal tersebut sesuai dengan UU No.
23 Tahun 1997 (Arif, 2013: 208).
Saat ini pencemaran air di sungai tentu tidak asing ditelinga
masyarakat kita, khususnya warga negara Indonesia. Banyak
masyarakat yang tidak sadar bahkan mengabaikan bagaimana
bahaya yang ditimbulkan nantinya jika mereka dengan sengaja
membuang sampah ataupun zat berbahaya lainnya ke dalam
sungai. Sudah barang tentu efek negatif berupa bencana alam
ataupun masalah kesehatan akan dirasakan dampaknya.
Masyarakat yang sengaja ataupun tidak sengaja membuang
limbah rumah tangganya ke sungai baik berupa sampah plastik,
4
deterjen, kemasan makanan, dan lain-lain, pada hakikatnya telah
melalaikan tanggung jawabnya sebagai warga Negara yang baik,
karena tidak menjalankan UU No. 23 Tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup, yang intinya kita tidak boleh
membuang sampah ataupun limbah ke sungai sehingga
menyebabkan sungai tercemar airnya dan merusak fungsi dari
sungai tersebut (Arif, 2013: 208).
Indikator atau tanda bahwa air telah tercemar dapat diamati
dan digolongkan menjadi:
Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran
air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan),
perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna,
bau dan rasa.
Pengamtan secra kimiawi, yaitu pengamatan
pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut,
perubahan pH.
Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran
air berdasarkan mikroorganisme yang ada di dalam air, terutama
ada tidaknya bakteri pathogen (Arif, 2013: 210).
Allah SWT telah memberikan keterangan di dalam Al-
Qur’an tentang tanggung jawab manusia di muka bumi, yang
termaktub di dalam surat Al-Baqoroh ayat 30 yang berbunyi:
5
Artinya: 56 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para
Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui..." (Departemen Agama RI Republik Indonesia Al-
Qur’anul Karim, 2014:6)
Maksud dari perkataan malaikat tentang makna manusia
adalah perusak bukan suatu bantahan malaikat terhadap kehendak
Allah ketika mau menjadikan manusia ke muka bumi. Akan tetapi
ini adalah bentuk dari pertimbangan dari malaikat yang
berpendapat bahwa manusia sama dengan bangsa jin. Karena
dahulu sebelum manusia diciptakan, Allah menciptakan bangsa jin
untuk tinggal di muka bumi, akan tetapi mereka membuat
kerusakan di muka bumi sehingga akhirnya Allah menyuruh
malaikat untuk membunuh mereka (Syaikh Muhammad Ali, 2011:
67).
Amanah sebagai khalifah di muka bumi ini menjadi
tanggung jawab mutlak manusia. Selain bertanggung jawab
memutuskan hukum yang adil sesuai dengan hukum yang Allah
tetapkan, manusia juga bertanggung jawab menjaga alam tempat
mereka tinggal. Karena bagaimana pun juga manusia saling
keterkaitan satu sama lain. Hari ini kita membuang sampah
sembarangan, esok hari anak cucu kita akan merasakan banjir,
ataupun bencana lainnya yang disebabkan ulah kita sendiri.
Selain rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan
kebersihan lingkungan, lingkungan yang kotor juga disebabkan
kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan bersih-bersih
6
lingkungan. Beberapa faktor yang membuat masyarakat cuek
terhadap lingkungan sekitar adalah kesibukan yang begitu padat
dan rendahnya tingkat keperdulian terhadap lingkungan yang
didasari dari minimnya pengetahuan mengenai kesehatan
lingkungan.
Dalam kurun waktu beberapa tahun ini, ada sekelompok
pemuda yang membuat komunitas pecinta lingkungan, terlebih
khusus kebersihan sungai. Mereka menamai komunitas mereka
dengan nama Seksi Bersih Jeletreng atau disingkat menjadi Sekber
Jeletreng. Bermula dari ide salah seorang pemuda yang tergabung
dalam organisasi karang taruna, dan berkeinginan melebarkan
sayap untuk lebih bermanfaat lagi bagi lingkungan sekitar.
Sekber Jeletreng bertugas untuk menjaga kebersihan sungai
Jeletreng, sepanjang wilayah kampung Jeletreng, Sari mulya,
Viktor, Setu, Buaran dan Cadas Semapar. Selain itu komunitas ini
juga aktif mengajak masyarakat untuk aktif terlibat dalam
kegiatan-kegiatan pembersihan sungai. Dan aktif menyuarakan
sungai bukan tempat sampah, agar masyarakat sadar bahwa sungai
harus dijaga bersama.
Berangkat dari hal tersebut, ada sekelompok pemuda yang
tergabung dalam komunitas Sekber Jeletreng. Komunitas ini
mengkampanyekan agar masyarakat tidak membuang sampah ke
sungai, karena sungai bukan tempat sampah menurut mereka.
Komunitas ini juga membuat program rutin bersih-bersih sungai.
Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat agar ikut
berperan aktif dalam kegiatan tersebut. Tujuan kegiatan bersih-
bersih sungai antara lain ialah upaya untuk membersihkan sungai
dan menyadarkan masyarakat agar ikut serta dalam menjaga
7
sungai.
Pada penelitian kali ini saya mencoba melihat bagaimana
partisipasi masyarakat terhadap kampanye kebersihan yang
dilakukan oleh Sekber Jeletreng. Apakah masyarakat juga terlibat
aktif dalam setiap kegiatannya, dan juga berperan aktif dalam
menjaga kebersihan sungai. Sehingga timbul kesadaran pada diri
masyarakat Setu untuk tidak membuang sampah ke sungai. Dan
penelitian ini saya beri judul Partisipasi Masyarakat Pada
Program Bersih-Bersih Sungai Sekretariat Bersama Jeletreng
Kelurahan Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Fokus Masalah
Dengan melihat latar belakang yang ada, penulis
mencoba memfokuskan penelitian pada partisipasi masyarakat
dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Sekber
Jeletreng.
2. Rumusan Masalah
Dalam proposal ini peneliti merumuskan masalahnya
dengan pembahasan yang berkaitan di atas, diantaranya
adalah:
a. Bagaimana proses partisipasi masyarakat dalam program
bersih-bersih Sekber Jeletreng?
b. Bagaimana pengaruh program bersih-bersih sungai oleh
Sekber Jeletreng terhadap kesadaran masyarakat?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui proses partisipasi masyarakat dalam
program bersih-bersih Sekber Jeletreng.
b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh program bersih-
bersih sungai oleh Sekber Jeletreng terhadap kesadaran
masyarakat
2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi bagi jurusan Pengembangan Masyarakat Islam,
Khususnya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan lingkungan.
9
b. Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti, berkaitan
dengan konsep maupun metodologi serta dapat menjadi
acuan, apakah program bersih-bersih sungai yang diusung
sekber jeletreng dapat menjadi program alternatif untuk
dikembangkan dalam upaya meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam menjaga lingkungan sekitar tempat
mereka tinggal agar tetap asri dan bersih.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena beberapa
pertimbangan yaitu bersifat terbuka, serta memberi
kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan
fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik di lapangan.
Sedangkan peneliti memilih pendekatan kualitatif dalam
melakukan penelitian karena peneliti berharap dengan
menggunakan pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil
penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan
secara jelas dari kondisi sebenarnya. (Burhan, 2003: 39).
Bogdan dan Taylor dalam bukunya mendefinisikan
tentang metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Menurut Moleong,
penelitian kualitatif mempunyai karakteristik yang penting
antara lain: berada pada latar alamiah (konteks dari suatu
keutuhan), memandang manusia (peneliti) sebagai alat atau
instrumen penelitian, analisa data bersifat induktif, dan
menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substansi yang
10
berasal dari data, lebih mementingkan proses dari pada hasil
(Lexy, 2001: 3).
Pendekatan kualitatif ini dipilih berdasarkan tujuan
penelitian yang ingin mengetahui lebih lanjut program
pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Setu melalui program
kegiatan bersih-bersih sungai jeletreng yang dimotori oleh
komunitas Sekber Jeletreng. Penelitian kualitatif deskriptif yaitu
penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu
masalah atau keadaan atau suatu peristiwa dengan sebagaimana
adanya berdasarkan fakta-fakta yang tampak, sehingga bersifat
sekedar untuk mengungkap fakta (fact finding), hasil penelitian
ditekankan pada memberikan gambaran secara obyektif tentang
keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diselidiki, akan tetapi
untuk mendapatkan manfaat yang lebih luas, biasanya dalam
jenis penelitian ini dilakukan juga pemberian berbagai
interpretasi.
Adapun ciri-ciri pokok dari penelitian deskriptif adalah :
a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada
saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-
masalah yang bersifat actual (Hadari, 1991:31). Seperti
tingkat keperdulian masayarakat disekitar Sungai Jeletreng
seperti apa, apakah setelah adanya Sekber Jeletreng jadi lebih
perduli atau sebaliknya.
b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang sedang
diselidiki dengan sebagaimana adanya, yakni dengan cara
menggali data di lapangan dengan apa adanya, artinya tidak
ditambahkan dan dikurangi.
2. Teknik Pengumpulan Data
11
Untuk memperoleh data secara akurat, penulis
mengadakan penelitian menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, yaitu :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dengan menggunakan
seluruh panca indera; melihat, mendengar, dan merasakan
(Indriati, 2001: 16) dan pencatatan secara sistematis gejala-
gejala yang terjadi di lapangan penelitian (Husaini, 1998:
24). Untuk itu peneliti melakukan obsevasi pada masyarakat
yang tinggal di sekitar Sungai Jeletreng dengan cara
mengamati dan mencatat.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi yang
dilakukan antara dua orang dengan melibatkan seseorang
yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya
melalui mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan
tujuan tertentu (Deddy, 2004: 180). Dalam penelitian ini
menggunakan wawancara mendalam yang bersifat luwes
dengan susunan pertanyaan-pertanyaan dapat dirubah pada
saat melakukan wawancara karena disesuaikan dengan
karakteristik responden yang di wawancarai, kebutuhan dan
kondisi saat melakukan wawancara.
Oleh karena sifat yang terbuka melakukan wawancara
mendalam, ada kalanya responden juga memberikan
komentar yang sebenarnya merupakan jawaban atas
pertanyaan lainnya yang terdapat pada pedoman wawancara.
Maka dari itu penelitian ini menggunakan wawancara
mendalam untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
12
dalam penelitian partisipasi masyarakat kelurahan Setu
dalam mengikuti program kegiatan yang diadakan Sekber
Jeletreng.
Teknik Informan, yakni teknik yang digunakan untuk
penentuan subjek dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling (bertujuan). Purposive sampling
merupakan teknik penentuan sample dengan pertimbangan
tertentu. Kita memilih orang sebagai sample dengan memilih
orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki
kompetensi dengan topik penelitian Sekber Jeletreng.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan teknik
pemilihan informan dengan teknik purposive sampling yang
memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam
menyelesaikan informan yang sesuai dengan tujuan
penelitian, yang terpenting disini bukanlah jumlah informan,
melainkan potensi dari tiap kasus untuk memberikan
pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang
dipelajari (Nanang, 2011: 79).
Tabel 1.1: Informan Kelurahan Setu
No. Nama
Responden
Jabatan Info Yang Dikaji Metode
1. Andri Anggota -Sejarah
-Program kegiatan
-Strategi dalam mengajak
masyarakat seperti apa
Wawancara
2. Bpk RT.
Alex
Ketua
Lingkungan
-Keikut Sertaan Pemerintah
Setempat
-Partisipasi Masyarakat
Wawancara
3.
Halim Warga -Pengaruh Berish-Bersih
Program Bersih-Bersih
Wawancara
4 Mulyanih Warga Pengaruh Program Bersih-
Bersih Sekber Jeletreng
Wawancara
13
c. Studi Dokumen
Studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data
yang melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-
arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan mengenai
pendapat, teori, maupun hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penyelidikan atau penelitian.
Gootschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi)
dalam pengertiannya yang lebih luas berupa setiap proses
pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apaun, baik
itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, dan arkeologis
(Gunawan, 2013: 161).
Pada penelitian kali ini saya mencoba menggali
informasi terkait dokumentasi berupa foto-foto kegiatan
program bersih-bersih sungai, monitoring sungai, kampanye
kebersihan sungai, hal tersebut untuk pembuktian kebenaran
kegiatan yang telah dilakukan Sekber Jeletreng. Foto-foto
tersebut saya dapatkan dari salah satu anggota Sekber
Jeletreng.
d. Instrumen Alat Bantu
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti.
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit,
ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumupulan
data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi
pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat
penelitian disini tepat karena ia menjadi segalanya dari
keseluruhan proses penelitian (Lexy, 2007: 168).
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati
atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber
14
data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau film.
Pada penelitian ini, peneliti dibekali dengan beberapa alat
sebagai pembantu catatan dan ingatan, seperti alat-alat tulis,
kamera, dan perekam suara (Lexy, 2007: 26).
3. Macam dan Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah hasil langsung dari
penelitian yang dilakukan. Penulis mendapatkan data ini
saat penelitian berlangsung dari subyek penelitian, yaitu
diperoleh dari wawancara kepada masyarakat sekitar dan
pengurus komunitas Sekber Jeletreng.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber-sumber
pendukung dalam penelitian. Data yang diperoleh dari
catatan-catatan, buku-buku, buletin, dan dokumen-dokumen
tertulis yang berhubungan dengan penelitian Sekber
Jeletreng.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif secara teoritis
merupakan proses penyusunan data untuk memudahkan
penafsirannya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
kualitatif biasanya berbentuk deskriptif, yaitu data yang
berbentuk uraian yang memaparkan keadaan objek yang diteliti
berdasarkan fakta-fakta aktual atau sesuai kenyataannya.
Sehingga, menuntut penafsiran peneliti yang dinyatakan oleh
sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan,
dan prilaku nyata.
15
Pengolahan data dilakukan berdasarkan pada tiap
perolehan data dari hasil observasi, wawancara dengan tiap-tiap
informan, dan studi dokumentasi untuk direduksi,
dideskripisikan, dianalisis, atau kemudian ditafsirkan. Prosedur
analisis terhadap masalah tersebut lebih difokuskan pada upaya
menggali fakta sebagaimana adanya (natural setting), dengan
teknis analisis pendalaman kajian yang tujuannya untuk
memberikan gambaran data tentang hasil penelitian.
5. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Seperti yang telah dijelaskan oleh Lexy J. Meolong
dalam bukunya Metodologi Kualitatif. Untuk menentukan
keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data
itu (Lexy, 2007: 330).
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas dan dengan
berbagai teknik pengumpulan data dari berbagai sumber data
(Sugiyono, 2010: 24).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik
dengan cara membandingkan sumber-sumber data yang
diperoleh dengan kenyataan yang ada di lapangan saat
penelitian berlangsung.
16
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum peneliti melakukan penelitian, alangkah baiknya
peneliti melakukan peninjauan terhadap skripsi terdahulu yang
memiliki kesamaan dan hampir berkaitan dengan penelitian yang
akan ditulis, sehingga peneliti dapat membandingkan dengan tema
yang akan ditulis. Skripsi yang relevan tersebut akan dipaparkan
sebagai berikut:
Pertama, skripsi tersebut berjudul "PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DI DESA SINARSARI KECAMATAN
KALIREJO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH". Skripsi ini
ditulis oleh Martiana Dwi Rahayu, seorang mahasiswi Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung Bandar, tahun
2018.
Dalam skripsinya menjelaskan tentang bagaimana proses
partisipasi masyarakat di Kecamatan Kalirejo Bandar Lampung
dalam pembangunan infrastruktur. Dalam penelitian tersebut
peneliti menitik beratkan penelitiannya pada perencanaan,
pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi. Dengan mengkaji
bantuan pemerintah pusat, yang telah memberikan bantuan dalam
bentuk Dana Desa, yang bertujuan untuk mendorong percepatan
pembangunan di pedesaan.
Karena menurut penulis partisipasi masyarakat sangat
diperlukan dalam mendorong percepatan pembangunan.
Pembangunan tidak akan berjalan dengan maksimal tanpa adanya
keterlibatan aktif dari masyarakat.
Kedua, skripsi yang berjudul "PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA (Studi
17
Kasus Desa Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung),
skripsi ini ditulis oleh Sarah Nuramalia Putri, mahasiswi
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS
DIPONEGORO SEMARANG, skripsi ini ditulis tahun 2017.
Dalam skripsinya penulis memaparkan tentang pentingnya
partisipasi untuk percepatan pembangunan dalam suatu
masyarakat. Peneliti juga fokus melihat apakah masyarakat sudah
berpartisipasi dalam proses pembangunan yang ada di desa demi
maksimalnya kegiatan pembangunan di Desa Balesar.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat
partisipasi masyarakat dan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
di Desa Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung Jawa
Tengah Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif.
Data diperoleh dengan cara survey, wawancara dan kuesione.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik
probability sampling yaitu proportionate stratified random
sampling dengan menggunakan rumus slovin dan didapatkan
sampel sebanyak 96 responden, selanjutnya dianalisis secara
deskriptif.
Ketiga, PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PROGRAM PEMBERDAYAAN (Studi Kasus Kegiatan
Pembuatan Pupuk Organic di Desa Blagung, Boyolali, skripsi ini
ditulis oleh Shahnaz Natasya Yaumil Haqqie, pada tahun 2016,
beliau ada mahasiswi dari Jurusan PENDIDIKAN NONFORMAL
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG.
18
Dalam skripsinya peneliti memaparkan mengenai
partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembuatan pupuk organik di
Desa Blagung Boyolali. Peneliti menerangkan pelaksanaan
program pemberdayaan melalui pembuatan pupuk organik
dilakukan dalam beberapa kegiatan, antara lain: a) kegiatan
sosialisasi untuk mengenalkan program kegiatan kepada
masyarakat, b) kegiatan pembelajaran untuk mengajarkan
masyarakat cara membuat pupuk yang benar, terdapat dua unsur
kegiatan yaitu produksi dan alih teknologi, c) kegiatan pemasaran
hasil produksi pupuk yang telah diproduksi. 2) partisipasi
mayarakat dalam pelaksanaan pemberdayaan yaitu pada kegiatan
sosialisasi, kegiatan pembelajaran, dan kegiatan produksi.
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
yaitu dalam bentuk tenaga, pikiran, dan materi/uang. 3) kendala-
kendala partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemberdayaan
yaitu: a) motivasi, b) usia, c) pekerjaan, d) serta sosialisasi yang
kurang dari pengelola.
19
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN : Merupakan bab pendahuluan
yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah,
Tujuan Serta Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI : Dalam landasan teori ini
akan membahas tentang beberapa pengertian dan
penjelasan, yaitu Pengertian partisipasi, pengertian
masyarakat, pengertian program, pengertian sungai,
pengertian bersih, pengertian dampak dan lain-lain.
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN :
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai gambaran
umum wilayah Kecamatan Setu dan program
kegiatan Sekber Jeletreng, partisipasi masyarakat
dalam mengikuti kegiatan, dll.
BAB IV ANALISIS : Hasil temuan dan pembahasan meliputi
partisipasi masyarakat Setu, serta strategi yang
dilakukan sekber jeletreng dalam upaya mengajak
masyarakat dalam pelestarian lingkungan.
BAB V PENUTUP : Merupakan bab terakhir yang berisi
tentang kesimpulan dan saran-saran penulis, dan
diakhiri dengan daftar pustaka serta lampiran.
20
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Partisipasi
1. Pengertian Partisipasi
Partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga
komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri,
dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)
dimana mereka dapat menegaskan control secara efektif.
Partisipasi tersebut dapat diketagorikan: Pertama, warga komunitas
dilibatkan dalam tindakan yang telah difikirkan atau dirancang
oleh dan dikontrol orang lain. Kedua, partisipasi merupakan proses
pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri.
Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian
mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar
(Fredian, 2014: 95-96).
Partisipasi sering diberi makna keterlibatan seseorang
secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari perintah. Partisipasi
pada dasarnya adalah kerelaan, tetapi bagaimana dapat
menyalurkan kerelaan tersebut apabila salurannya tidak jelas
(Hetifah, 2004: 188-189).
Partisipasi didefinisikan baik deskriftif maupun normatif,
terutama harus menekankan bahwa segala perkembangan
masyarakat dan pembangunan masyarakat merupakan proses yang
hanya bisa berhasil jika dijalankan bukan saja bagi tetapi juga
bersama dan dengan oleh rakyat sendiri (Johanes, 2006: 256).
Menurut Ach. Wazir Ws, Partisipasi bisa diartikan sebagai
keterlibatan seseorang secara sadar kedalam interaksi social dalam
situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa
21
berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam
kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain
dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan
tanggung jawab bersama (Wazir, 1999: 30).
Menurut pandangan penulis, adanya partisipasi masyarakat
sangatlah penting, terlebih jika ingin menerapkan suatu program
dimasyarakat. Karena bagaimana pun juga, masyarakat adalah
obyek dari program, yang dimana jika partisipasi masyarakat
berjalan disuatu program yang ada di masyarakat, tentu program
akan berjalan mulus dan berhasil.
2. Tingkatan Partisipasi
Ada 3 tingkatan partisipasi menurut Santoso, menurutnya
tingkatan partisipasi ini sangat diperlukan terciptanya
partisipasi di masyarakat. diantara tingkatan tersebut antara
lain:
a. Tingkatan saling mengerti, tujuannya adalah untuk
membantu para anggota kelompok agar memahami
masing-masing fungsi dan sikap, sehingga dapat
mengembangkan kerjasama yang baik.
b. Tingkat penasihat/sugesti, yang dibangun atas dasar
saling mengerti, oleh karena para anggota kelompok
pada hakekatnya sudah cenderung siap untuk
memberikan suatu usul atau saran kalau telah
memahami masalah apapun situasi yang dihadapkan
kepada masyarakat.
c. Tingkatan otoritas, otoritas pada dasarnya memberikan
kepada kelompok suatu wewenang untuk mendapatkan
keputusannya (Sastopoetro, 1986: 49).
22
3. Tahapan Partisipasi
Terdapat empat tahapan partisipasi, yaitu tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pembangunan, dan monitoring
evaluasi program, dari keempat tahapan tersebut saling
berkaitan dan harus beraturan, karena dalam tahapan masing-
masing memiliki fungsi yang berbeda.
a. Tahapan perencanaan
Partisipasi masyarakat dalam tahapan perencanaan
dalam pemberdayaan, indikatornya dapat dilihat pada
keikutsertaan anggota masyarakat dalam musyawarah
penentuan program, identifikasi, dan masalah, ataupun
pembuatan formula kegiatan atau program
kenasyarakatan tersebut.
b. Tahapan pelaksanaan
Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat adalah
ikut serta dalam pelaksanaan program yang telah
direncanakan sebelumnya. Rangkaian kegiatan dalam
pelaksanaan diikuti secara seksama dan cermat. Warga
masyarakat aktif sebagai pelaksana maupun
pemanfaatan program.
c. Tahapan pelembagaan
Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat ikut serta
merumuskan keberlanjutan atau pelembagaan program.
Langkah partisipasinya, masyarakat ikut serta dalam
meuaskan dan membuat model-model pendanaan,
pembuat lembaga-lembaga pengelola program dan
melakukan pengkaderan anggota masyarakat sebagai
pengatur SDM bagi program tersebut. Partisipasi pada
23
tahap ini memiliki pada makna penting, karena
masyarakat yang akan melanjutkan program ini oerky
dipersiapkan agar mereka dapat berbuat, berkarya, dan
bekerja bagi kesinambungan program tersebut. Dengan
demikian, masyarakat dapat terbiasa dan sudah
memiliki kapasitas serta jaringan dalam melakukan
operasionalnya.
d. Tahapan monitoring dan evaluasi
Pada tahapan monitoring dan evaluasi, masyarakat ikut
serta mengawasi pelaksanaan program. Pengawasan ini
menjadi penting agar program pemberdayaan tersebut
dapat memiliki kinerja administrasi, artinya tata
pelaksanaan dapat dipertanggung jawabkan dengan
dokumen-dokumen pelaporan yang semestinya berlaku
sesuai dengan perundang-undangan (Tantan, 2013: 33-
34).
4. Bentuk Partisipasi
Bentuk partisipasi pada dasarnya tidak ada
keterpaksaan, semua mutlak atas kehendak masyarakat itu
sendiri, pada hal ini saya memberikan contoh bentuk
partisipasi yang dilakukan Sekber Jeletreng dalam
perawatan sungai jeletreng, yang mereka lakukan dengan
sukarela dan atas kehendak sendiri.
Hal demikian relevan dengan pendapat Soetomo
dalam bukunya, yang mengatakan bahwa partisipasi
masyarakat yang dimaksudkan adalah partisipasi dalam
keseluruhan proses pembangunan mulai dari pengambilan
keputusan dalam identifikasi masalah dan kebutuhan,
24
perencanaan program, pelaksanaan program serta dalam
evaluasi dan menikmati hasil (Soetomo, 2006: 438).
Menurut Effendi, partisipasi ada dua bentuk, yaitu
partisipasi vertical dan partisipasi horizontal; Partisipasi
vertical adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam
masyarakat yang terlibat di dalamnya atau mengambil
bagian dalam suatu program pihak lain. Sedangkan
partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak
mustahil untuk mempunyai prakarsa dimana seriap
anggota/kelompok masyarakat berpartisipasi secara
horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam
melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka
melakukan kegiatan dengan pihak lain (Siti Irene, 2011:
58).
B. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari
keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna
mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada
intinya membahas bagaimana individu, kelompok, atau
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri
dengan keinginan mereka (Isbandi, 2000: 32).
Dalam bahasa inggris, masyarakat disebut Society, asal
katanya Socius yang berisi kawan. Adapun kata masyarakat
berasal dari bahasa Arab, yaitu syiniq yang artinya bergaul.
Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk
aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai
perseorangan, melainkan oleh unsure-unsur kekuatan lain
25
dalam lingkungan social yang merupakan satu kesatuan
(Munandar, 1996: 23).
Selanjutnya para ahli sosiologi seperti Mac Iver J.L
Gillin dan J.P Gillin sepakat bahwa adanya saling bergaul dan
interaksi karena adanya nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan
prosedur yang merupakan kebutuhan bersama sehingga
masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu, yang
bersifat continue dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama
(Munandar, 1996: 23).
Para ilmuan social dalam memberikan pengertian
pemberdayaan mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam
berbagai konteks dan bidang kajian, hal tersebut dikarenakan
belum adanya definisi yang tegas mengenai konsep
pemberdayaan. Pertama pengertian tentang pemberdayaan.
Menurut Sulistiani secara etimologis pemberdayaan berasal
dari kata dasar “Daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan.
Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat
dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses
pemberian daya (kekuatan/kemampuan) kepada pihak yang
belum berdaya (Ambar, 2004: 77).
2. Tahapan Pemberdayaan
Tahapan pemberdayaan masyarakat yang sering
digunakan oleh pengembang masyarakat menurut Ambar
Teguh Sulistiani (Ambar, 2004:) 77), tahapan pemberdayaan
yang harus dilakukan sebagai berikut:
a. Tahapan penyadaran
26
Merupakan sebuah tahapan pembentukan prilaku
menuju prilaku sadar dan peduli sehingga merasa
membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
b. Tahap transformasi
Merupakan tahapan untuk menambah kemampuan
berupa wawasan pengetahuan, kecakapan, keterampilan
agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan
dasar sehingga dapat mengambil peran pembangunan.
c. Tahap peningkatan intelektual
Berupa kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah
inisiatif dan kemampuan inovatif untuk menghantarkan
pada kemandirian. Pada tahap pertama yaitu dilakukan
pembentukan prilaku yang merupakan tahap persiapan
dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pada tahap ini
pemberdaya atau actor pelaku pemberdayaan berusaha
menciptakan prakondisi, agar dapat memfasilitasi
berlangsungnya proses pemberdayaan yang efektif.
Apa yang diintervensi dalam masyarakat
sesungguhnya lebih pada kemampuan afektifnya untuk
mencapai kesadaran konatif yang diharapkan. Sentuhan
penyadaran akan lebih membuka keinginan dan
kesadaran masyarakat akan kondisinya saat itu,
sentuhan untuk mengingatkan kesadaran ini,
selanjutnya akan merangsang semangat kebangkitan
mereka untuk meningkatkan kemampuan diri dan
lingkungannya, dengan adanya semangat tersebut
diharapkan akan dapat menghantarkan masyarakat
semakin terbuka dan merasa membutuhkan
27
pengetahuan dan keterampilan untuk memperbaiki
kondisi hidupnya.
Pada tahap kedua ini yaitu proses transformasi
pengetahuan dan kecakapan keterampilan secara
efektif, jika tahap pertama telah terkondisi masyarakat
akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan dan
kecakapan-kecakapan yang memiliki relevansi dengan
apa yang menjadi tuntutan kebutuhan tersebut. Keadaan
ini akan menstimulasi terjadinya keterbukaan wawasan
dan menguasai kecakapan-kecakapan juga keterampilan
dasar yang mereka butuhkan, pada tahap ini
masayarakat hanya dapat memberikan peran partisipasi
pada tingkat objek pembangunan saja belum sampai
pada subjek penelitian.
Tahap ketiga yaitu tahap pengayaan atau
peningkatan intelektualitas dan kecakapan juga
keterampilan yang diperlukan, agar mereka dapat
membentuk kemampuan. Kemandirian tersebut akan
ditandai oleh kemampuan masyarakat dalam
membentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi dan
melahirkan inovasi dalam lingkungannya, apabila sudah
mencapai tahap ini maka masyarakat telah mencapai
tingkat kemandirian dalam pembangunan. Dalam
konsep pemberdayaan masyarakat kondisi seperti ini
seringkali disebut sebagai subjek pembangunan atau
pemeran utama (Isbandi, 2000: 35).
28
3. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan ialah memperkuat kekuasaan
masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki
ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya
persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal
misalnya ditindas oleh stukrtur sosial yang tidak adil (Edi,
2007: 60).
Dengan kata lain pemberdayaan dilakukan untuk
membantu dan mendampingi masyarakat agar lebih berdaya.
Dalam hal ini agar pemberdayaan berjalan dengan target yang
dicita-citakan, sangatlah perlu mempersiapkan dengan matang
strategi dan program yang akan dilakukan, terlebih pada tahap
proses pemberdayaan, yang memang benar-benar harus
dilakukan dengan serius, agar tercapainya tujuan
pemberdayaan yang sudah di targetkan.
Proses dan tujuan pemberdayaan dapat dicapai melalui
penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat
menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan,
Penyokongan, dan Pemeliharaan.
a. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara
optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan
masyarakat dari sekat-sekat kultural dan stuktural yang
menghambat.
b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah
dan memenuhi kebutuhan
-kebutuhannya. Pemberdayaan
harus mampu menumbuh-kembangkan segenap
29
kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang
menunjang kemandirian mereka.
c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama
kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh
kelompok kuat. Menghindari terjadinya persaingan
yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang
kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya ekploitasi
kelompok kuat terhadap kelompok lemah.
Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan
segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak
menguntungkan rakyat kecil.
d. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan
agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan
tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu
menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam
keadaan dan posisi yang semakin lemah dan
terpinggirkan.
e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar
tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara
berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan
harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan
yang memungkinkan setiap orang memperoleh
kesempatan berusaha (Edi, 2007: 67-68).
C. Pengaruh
1. Pengertian Pengaruh
Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah kekuatan yang ada atau yang timbul dari
sesuatu, seperti orang, benda yang turut membentuk watak,
30
kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, 2001: 758). Menurut
Hugiono dan Poerwantana “pengaruh merupakan dorongan
atau bujukan dan bersifat membentuk atau merupakan suatu
efek” (Hugiono, 2000: 47).
Sedangkan menurut Badudu dan Zain “Pengaruh adalah
daya yang menyebabkan sesuatu terjadi, sesuatu yang dapat
membentuk atau mengubah sesuatu yang lain dan tunduk atau
mengikuti karena kuasa atau kekuasaan orang lain” (Babadu,
J.S dan Zain, 2001: 131). Sedangkan Louis Gottschalk
mendefinisikan pengaruh sebagai suatu efek yang tegar dan
membentuk terhadap pikiran dan prilaku manusia baik sendiri-
sendiri maupun kolektif (Louis Gottschalk, 2000: 171).
Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu
(orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau
perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana
ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara
apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi
(Suharno, 2006: 243). Dari beberapa teori di atas, penulis
simpulkan bahwa pengaruh merupakan reaksi yang timbul
(berupa prilaku) hasil dari upaya yang dilakukan.
D. Program
1. Pengertian Program
Pengertian program dalam teori pembahasan kali ini
adalah suatu usaha pembaharuan atau perbaikan suatu keadaan
dengan menetapkan terlebih dahulu tujuan, jangka waktu,
wilayah dan kelompok sasaran. Oleh karena itu, suatu program
bukanlah melaksanakan kegiatan-kegiatan rutin. Tugas utama
31
program adalah membuat atau mengusahakan agar semua
individu dan lembaga yang terkait di dalam program dengan
kemampuan sendiri dapat melanjutkan kegiatan-kegiatan yang
telah dirintis oleh program dan dapat memecahkan masalah-
masalah yang timbul setelah program bantuan berakhir.
Untuk memperoleh peran-peran yang intensif sejak
awal perencanaan program dari seluruh pihak yang berperan di
dalam program harus bersifat partisipatif. Bila metode
partisipasi ditetapkan, hasil akhir dari kegiatan perencanaan
adalah suatu kerangka kerja program yang logis, yaitu suatu
matriks perencanaan yang menggambarkan struktur dasar
program secara menyeluruh (Fredian, 2014: 122-123).
Pada Tahun 1960-an telah muncul visualisasi terhadap
suatu program telah dilakukan dalam berbagai bentuk seperti
bagan proses dan diagram alir. Kemudian tahun 1970-an
USAID memperkenalkan konsep Log Frame dan pada tahun
1979 istilah logic model pertama kali muncul pada buku
“Evaluation : Promise and Performance” oleh Joseph S.
Wholey.
Logic Model dapat diartikan sebagai alat yang telah
digunakan selama lebih dari 20 tahun oleh manajer program
dan evaluator untuk menggambarkan efektivitas program
mereka. Model ini menjelaskan hubungan logis antara sumber
daya program, kegiatan, output, dan hasil jangka panjang yang
terkait dengan masalah atau situasi tertentu. Setelah program
telah dijelaskan dalam hal logic model, langkah-langkah
penting kinerja dapat diidentifikasi.
32
Logic model adalah alat untuk melakukan perencanaan
atas program yang akan dilaksanakan. Disamping itu logic
model juga dapat digunakan untuk melakukan evaluasi atas
program atau kegiatan yang telah selesai maupun yang sedang
berjalan serta program yang masih dalam tahap perencanaan.
Logic model yaitu penggambaran narasi atau grafis dari
suatu proses dalam kehidupan nyata yang mendasari suatu
kegiatan dengan begitu diharapkan untuk mengarah ke hasil
yang spesifik. Logic model menggambarkan urutan sebab
akibat dan suatu hubungan pendekatan sistem untuk
berkomunikasi mencari jalan menuju hasil yang
diinginkan. Logic model merupakan teori tentang hubungan
sebab-akibat di antara berbagai komponen dari suatu program :
sumber daya dan kegiatan-kegiatannya, keluarannya, serta
dampak jangka pendek dan hasil jangka panjang.
Logic model dilakukan dalam tiga tahap yaitu logic
model existing, logic model ideal dan logic model
rekomendasi. Pada logic model existing diketahui adanya
ketidaksesuaian proses pembelajaran yang sedang berlangsung
yaitu pada pencapaian outcome. Logic model ideal disusun
berdasarkan beberapa referensi yang kemudian diprioritaskan
untuk penyusunan logic model rekomendasi. Pada logic model
rekomendasi didapatkan outcome yang harus dicapai.
Penyususnan dari logic model mencakup : Menentukan
indikator dan sasaran kinerja yang mencakup masukan,
keluaran, hasil, manfaat dan dampak program ; Hubungan
kausal antara indikator-indikator tersebut ; Asumsi yang
mengikuti tujuan di setiap tingkatan, yaitu faktor-faktor luar
33
yang tidak dapat dikontrol oleh program itu sendiri, tetapi
dapat mempengaruhi tercapainya tujuan program.
Terdapat beberapa komponen dalam logic model ,
yakni: Input, yaitu komponen yang diperlukan system
; Process, yaitu komponen dalam sistem yang
mengubah input menjadi output ; Output, yaitu komponen yang
dihasilkan system ; Outcome, yaitu komponen akibat yang
dipengaruhi oleh relasi logis input, process. Komponen-
komponen Logic Model mempunyai beberapa alternatif
penyajian, yaitu diagram jalur, template program, peta konsep,
dan narasi.
Sebuah logic model biasanya disajikan dalam bentuk
jalur operasi program secara visual yang sederhana. Terdapat
beberapa pendapat tentang komponen dalam logic model.
Keragaman komponen logic model disebabkan karena
beragamnya asumsi yang dilakukan oleh stakeholder tentang
bagaimana program bekerja. Logic Model memiliki diagram
jalur dengan 4 (empat) komponen utama.
Empat komponen dalam logic model adalah: masukan (input),
kegiatan (activities), keluaran (outputs), dan Hasil (outcomes).
Ke-empat komponen utama dalam Logic Model dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Inputs; Merupakan sumberdaya yang digunakan dalam
suatu program, biasanya sumber daya yang ditetapkan
berkaitan dengan sumber dana atau dalam bentuk
kontribusi. Sumber daya yang digunakan umumnya
berupa waktu, orang, uang, material dan peralatan.
34
2. Activities;, Tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan
oleh suatu program untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan. Kegiatan dapat berupa strategi atau metode
yang digunakan oleh suatu program atau organisasi
untuk mentransformasikan atau menyusun inputs agar
menjadi hasil yang diinginkan organisasi atau program.
3. Outputs; Hasil-hasil langsung dari suatu kegiatan,
berupa layanan, kejadian dan produk, dicatat dalam
dokumen implementasi dari kegiatan. Biasanya berupa
hasil yang terukur, dalam jumlah maupun besaran, dari
proses utama dalam suatu organisasi.
4. Outcomes; Sering diartikan sebagai hasil guna atau
manfaat. Perubahan yang terjadi menunjukkan gerakan
terhadap pencapaian tujuan umum dan khusus.
Keluaran yang diharapkan berupa prestasi atau
perubahan. Pada kasus program
pelatihan, outcome biasa dinyatakan sebagai hasil
belajar, keahlian atau ketrerampilan. Berbagai
organisasi sering merumuskan outcome atau hasil guna
dalam kerangka waktu, jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang (Kellog, 2004: 7-12).
E. Bersih
1. Pengertian Bersih
Bersih artinya bebas dari kotoran (Tim Penyusun KBBI,
1990: 109), sedangkan kebersihan yaitu keadaan yang menurut
akal dan pengetahuan manusia dianggap tidak mengandung noda
atau kotoran. Kata bersih sering digunakan untuk menyatakan
keadaan lahiriah suatu benda, seperti air bersih, lingkungan bersih,
35
rumah bersih dan lain sebagainya. Terkadang bersih juga
digunakan untuk ungkapan sifat batiniah seperti jiwa suci. Dalam
membahas perkara kebersihan dalam agama Islam digunakan tiga
macam istilah, yaitu:
1. Nazāfah (nazīf) secara bahasa yaitu kebersihan lawan dari
kata kotor. Berasal dari kata Nazufa-yanzufu-nazāfatan
(Ahmad Warson, 1997: 1435). Nazāfah yaitu kebersihan
tingkat pertama, yang meliputi bersih dari kotoran dan noda
secara lahiriah, dengan alat pembersihnya benda yang
bersih, antara lain air.
2. Tahārah secara bahasa yaitu menyucikan atau
membersihkan. Berasal dari kata Tahara-yathuru-tuhran wa
tahāratan (Ahmad Warson, 1997: 868). Tahārah
mengandung pengertian yang lebih luas yakni meliputi
kebersihan lahiriah dan batiniah (Ahmad Warson, 1997: 93),
sedangkan nazāfah hanya menitik beratkan pada kebersihan
lahiriah saja. Pada kitab-kitab klasik khusunya bab al-
tahārah biasanya disandingkan dengan bab al-najasah yang
selanjutnya juga dibahas masalah air dan tanah, wudhu dan
mandi, tayamum dan lainnya. Namun demikian, ketika
Allah, menerangkan tentang penggunaan air untuk tahārah
(mensucikan) disandingkan pula dengan kesucian secara
maknawiah, dimaksud dengan maknawiah karena kesucian
dari hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil, sehingga
dapat melaksanan ibadah, seperti salat dan tawaf
(Abdurrahman, 2012: 64).
Tazkiyah secara bahasa yaitu tumbuh atau
membersihkan, berasal dari kata zakka-yuzakki-tazkiyah.
36
Tazkiyah mengandung arti ganda, yaitu membersihkan diri dari
sifat-sifat (perbuatan) tercela dan menumbuhkan serta
memperbaiki jiwa dengan sifat-sifat terpuji (Tim Lembaga
Penelitian UIJ, 2007: 12-13). Kata Tazkiyah juga digunakan
untuk mengungkapkan aspek kebersihan harta dan jiwa.
Sebagai contoh, ungkapan Allah dalam al-Qur‟an ketika
menyebut zakat yang seakar dengan tazkiyah, memang
maksudnya untuk membersihkan harta, sehingga harta yang
dizakati adalah bersih dan yang tidak dizakati dinilai kotor
(Abdurrahman, 2012: 65).
F. Sungai
1. Pengertian Sungai
Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta
jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara
dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang
pengalirannya, dan Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian
permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah
disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju
ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain (Peraturan
Pemerintah RI No. 35 Tahun 1991 tentang sungai). Sungai
adalah bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya,
menjadi tempat air mengalir.
Dapat disimpulkan bahwa sungai adalah bagian dari
daratan yang menjadi tempat tempat aliran air yang berasal dari
mata air atau curah hujan. Ada bermacam-macam jenis sungai.
Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga
macam yaitu: a. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya
berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah
37
sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara. b.
Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari
pencairan es.
Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal
dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada,
namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu
di Peguungan Himalaya) dan hulu sungai. Phein di Jerman
(yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai
contoh jenis sungai ini. c. Sungai Campuran, adalah sungai
yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan
dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai
Digul dan sungai Mamberamo di Papua Irian Jaya
(Syarifuddin, 2007: 54).
Berdasarkan debit airnya menurut sungai dibedakan
menjadi 4 macam yaitu:
1. Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya
sepanjang tahun relative tetap. Contoh sungai jenis
ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan
Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari
dan Indragiri di Sumatera.
2. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu
musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim
kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini
banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai
Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah.
Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa
Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
38
3. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim
kemarau airnya kering dan pada musim hujan
airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah
sungai Kalada di pulau Sumba.
4. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya
hanya pada saat musim hujan (Syarifudin, 2007:
42).
Pada hakikatnya sungai jenis ini hampir sama
dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai
jenis ini airnya belum tentu banyak. Berdasarkan asal
kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5
jenis yaitu:
1. Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya
mengalir mengikuti arah lereng awal.
2. Sungai Subsekuen atau strike valley adalah
sungai yang aliran airnya mengikuti strike
batuan.
3. Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran
airnya berlawanan arah dengan sungai
konsekuen atau berlawanan arah dengan
kemiringan lapisan batuan serta bermuara di
sungai subsekuen.
4. Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya
mengalir mengikuti arah kemiringan lapisan
batuan dan bermuara di sungai subsekuen.
5. Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir
tanpa dikontrol oleh litologi, maupun struktur
geologi (Syarifudin, 2007: 43).
39
Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan
menjadi dua yaitu: a. Sungai Anteseden adalah sungai yang
tetap mempertahankan arah aliran airnya walaupun ada
struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi
karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus
batuan yang merintanginya. b. Sungai Superposed, adalah
sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing
oleh lapisan batuan yang menutupinya. c. Berdasarkan pola
alirannya sungai dibedakan menjadi 7 macam yaitu a.
Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang
menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran
ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk
kerucut.
2. Radial sentripetal, adalah pola aliran yang
mengumpul menuju ke pusat. Pola ini terdapat
di daerah basin (cekungan).
3. Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur.
Pola alirannya seperti pohon, di mana sungai
induk memperoleh aliran dari anak sungainya.
Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar atau
daerah dataran pantai.
4. Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti
daun.
5. Rektangular, adalah pola aliran yang
membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-
siku 90°.
40
6. Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara
anak sungainya membentuk sudut lancip.
7. Anular, adalah pola aliran sungai yang
membentuk lingkaran (Syarifudin, 2007: 42).
2. Bagian-bagian Sungai
Bagian-bagian dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga,
yaitu: bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir (Syarifudin,
2007: 47).
1. Bagian Hulu
Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya
erosinya besar, arah erosinya (terutama bagian dasar
sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk V dan
lerengnya cembung (convecs), kadang-kadang terdapat
air terjun atau jeram dan tidak terjadi pengendapan.
2. Bagian Tengah
Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak
begitu deras, daya erosinya mulai berkurang, arah erosi
ke bagian dasar dan samping (vertical dan horizontal),
palung sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi
pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi meander
yaitu kelokan sungai yang mencapai 180° atau lebih.
3. Bagian Hilir
Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya
erosi kecil dengan arah ke samping (horizontal), banyak
terjadi pengendapan, di bagian muara kadang-kadang
terjadi delta serta palungnya lebar.
41
G. Kerangka Berfikir
Program Bersih-Bersih Sungai Jeletreng
Program bersih-bersih sungai jeletreng dicetuskan oleh
Sekber Jeletreng. Program ini ditunjukan untuk seluruh
masyarakat agar lebih perduli terhadap kebersihan sungai.
Terutama masyarakat yang tinggal di bantaran sungai Jeletreng
dan sekitarnya. Program bersih-bersih sungai dilakukan rutin
perbulan. Mulai dari monitoring sungai, pemetaan, proses
mengajak masyarakat untuk ikut membersihkan sungai dan
terakhir aksi opsi sungai atau operasi bersih sungai jeletreng.
Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam rangka
menjaga kebersihan sungai Jeletreng. Karena jika masyarakat
ikut serta dalam perawatan sungai Jeletreng, tentu upaya
perawatan akan lebih ringan, dan sungai pun akan terjaga
kebersihannya.
Tahapan-Tahapan Pemberdayaan
Pada tahap penyadaran Sekber Jeletreng memberikan
sosialisasi untuk anggota, terutama untuk anggota baru, terkait
pentingnya menjaga kebersihan sungai. Hal ini bermaksud
untuk meningkatkan prilaku sadar menjadi prilaku perduli.
Tahap selanjutnya ialah tahap transformasi, anggota sekber
Jeletreng mengajak masyarakat sekitar dengan cara mendatangi
langsung masyarakat. Untuk para pemuda khususnya, Sekber
Jeletreng mendatangi tongkrongannya dan mengajak langsung
untuk ikut gabung dalam program bersih-bersih sungai
Jeletreng.
Setelah diajak, masyarakat diberikan pembekalan
berupa arahan/sosialisasi tentang kebersihan sungai. Setelah itu
42
barulah masyarakat diajak untuk bersih-bersih sungai. Setelah
dilakukannya pembentukan prilaku pada tahap awal, mulai dari
sosialisasi kebersihan sampai turun ke sungai membersihkan
sungai, pada tahap selanjutnya Sekber Jeletreng
mengkampanyekan bahwa sungai bukan tempat sampah
kepada masyarakat lewat social media, sticker, kaos dan acara
seremoni. Hal tersebut untuk membentuk prilaku perduli, dan
pada akhirnya masyarakat punya inisiatif untuk menjaga
kebersihan sungai dengan mengelola sampahnya sendiri.
Pengaruh Program Bersih-Bersih Sungai Sekber Jeletreng
Terhadap Kesadaran Masyarakat
1. Inputs; Sekber Jeletreng jadi lebih mudah untuk merawat
kebersihan sungai karena masyarakat ikut serta membantu
dengan cara turun langsung ke lapangan maupun tidak
membuang sampah ke sungai.
2. Activities;, Melalui aktifitas OPSI Sungai (Operasi Bersih),
masyarakat diajak turun langsung ke sungai untuk
membersihkan sampah yang ada di sungai.
3. Outputs; Opsi Sungai dilakukan satu bulan sekali, dan
melibatkan masyarakat setempat. Masyarakat yang mulai
perduli terhadap kebersihan sungai ikut serta lagi dalam
Opsi Sungai rutinan tersebut.
4. Outcomes; Saat ini masyarakat mulai perduli terhadap
kebersihan sungai dengan tidak membuang sampah mereka
ke sungai, hal ini dibuktikan dengan kegiatan monitoring
sungai setiap bulannya, dan ditemukan lebih sedikit sampah
dari sebelum adanya Sekber Jeletreng.
43
Faktor Penghambat
Faktor penghambat pemberdayaan masyarakat pada
program bersih-bersih sungai oleh Sekber Jeletreng ialah pada
masalah dukungan dari pemerintah setempat. Sungai yang
seharusnya menjadi tanggung jawab Kementrian PUPR yang
dimana pertahunnya dianggarkan untuk perawatan dan
kebersihan sungai sulit untuk dikordinasikan. Padahal gerakan
swadaya pemuda lewat sekber jeletreng dilakukan dengan
sukarela tanpa mendapat imbalan, kalaupun pada satu keadaan
Sekber Jeletreng meminta bantuan dana untuk kegiatan, hal ini
dimaksudkan untuk seluruh kebutuhan pelaksanaan kegiatan.
Faktor Pendukung
Faktor pendukung dari program bersih-bersih sungai
ialah kesadaran masayarak yang mau ikut membantu menjaga
lingkungan. Hal ini terjadi karena masyarakat melihat gerakan
para pemuda yang tergabung dalam Sekber Jeletreng dalam
menjaga kebersihan sungai. Sehingga timbul kesadaran untuk
tidak membuang sampah ke sungai.
Tabel 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
PROGRAM BERSIH-BERSIH SUNGAI JELETRENG OLEH SEKBER JELETRENG
Partisipasi Masyarakat Dalam
Pemeliharaan Sungai Jeletreng
Tahap-Tahap Pemberdayaan
1. Penyadaran
2. Transformasi
3. Peningkatan Intelektual
Pengaruh Program Bersih-Bersih Sungai Sekber Jeletreng
Terhadap Kesadaran Masyarakat
Faktor
Penghambat
Faktor
Pendukung
44
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
A. Gambaran Umum Masyarakat Kelurahan Setu, Kecamatan
Setu Kota Tangerang Selatan
1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Gambar 1.1
Sumber: Google Maps, diakses jam 16:10 pada tanggal 15 Oktober
2019
Kecamatan Setu merupakan salah satu kecamatan di
Kota Tangerang Selatan. Kecamatan Setu Timur terdiri dari
6 kelurahan, dengan luas wilayah kurang lebih ± 15,61 km2
atau 10,35% dari luas Kota Tangerang Selatan, berdasarkan
Perda Kota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2012, pada
tanggal 30 Oktober 2012, semua desa di Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan telah berstatus kelurahan.
45
Kecamatan ini terdiri dari 6 kelurahan yaitu:
Kelurahan Setu dengan luas wilayah 3,64 km2
Kelurahan Keranggan dengan luas wilayah 1,70 km2
Kelurahan Muncul dengan luas wilayah 3,61 km2
Kelurahan Babakan dengan luas wilayah 2,05 km2
Kelurahan Bakti Jaya dengan luas wilayah 1,74 km2
Kelurahan Kademangan dengan luas wilayah 2,06 km2
Jumlah penduduk kelurahan Setu Kota Tangerang selatan
antara lain:
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
2.1 Tabel Data Penduduk
Sumber: Diambil Dari Web Kelurahan Setu-Kota Tangerang
Selatan, Minggu 23:45 WIB, 30 Desember 2019
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Penduduk
Rasio
Jenis
Kelamin
1. Setu 38.352 36.650 75.002 104,64
2. Serpong 78.007 79.245 157.252 98,44
3. Pamulang 159.014 155.917 314.931 101,99
4. Ciputat 108.225 104.599 212.824 103,47
5. Setu Timur 97.453 96.031 193.484 101, 48
6. Pondok Aren 172.787 168.629 341.416 102,47
7. Serpong Utara 73.964 74.530 148.494 99,24
Total Kota Tangsel 727.802 715.601 1.443.403 107,20
46
Gambaran Umum Sungai Jeletreng
Sungai Jeletreng adalah anak sungai dari sungai
Cisadane dengan panjang 10,5 kilometer yang menjadi
pengairan utama atau pembuangan utama para warga Setu
Kota Tangerang Selatan, termasuk pembuangan utama
beberapa pabrik yang berada di pergudangan Taman Tekno
BSD. (Diambil dari Web Teropong Post: 2020)
2. Visi dan Misi Kelurahan Setu
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan menetapkan Visi
sebagai berikut:
" Terwujudnya Kecamatan Setu Yang Maju Dan
Mensejahterakan "
Makna dari visi tersebut adalah sebagai berikut:
Maju, Kecamatan Setu yang Maju dimaknai dengan
terwujudnya sumber daya manusia berkualitas tinggi,
pembangunan bergerak cepat, kegiatan ekonomi
berbasis industri dan jasa, penduduk miskin sangat
rendah/ jarang dijumpai, dan pendapatan rata-rata
kecamatan tinggi.
Mensejahterakan, Kecamatan Setu yang
Mensejahterakan dimaknai dengan terpenuhinya
kebutuhan masyarakat dengan baik dalam seluruh aspek
kehidupan.
Misi Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan adalah
sebagai berikut:
Menyelenggarakan layanan dukungan di lingkungan
pemerintahan Kecamatan Setu.
47
Menyelenggarakan pembinaan, fasilitasi, koordinasi,
dan pengendalian ketentraman dan ketertiban,
pemerintahan, pelayanan umum, kesejahteraan sosial,
serta ekonomi dan pembangunan di wilayah Kecamatan
Setu.
Misi pertama, yaitu “Menyelenggarakan layanan
dukungan di lingkungan pemerintahan Kecamatan
Setu” merupakan upaya yang akan dilaksanakan
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan untuk
menyelenggarakan pelayanan di bidang perencanaan
dan evalusi, keuangan, kepegawaian, dan penyediaan
sarana dan prasarana secara cepat dan tepat dalam
rangka menunjang kelancaran pelaksanaan berbagai
kegiatan dan program pelayanan masyarakat dalam
mewujudkan visi Kecamatan Setu.
Misi kedua, yaitu “Menyelenggarakan pembinaan,
fasilitasi, koordinasi, dan pengendalian ketentraman
dan ketertiban, pemerintahan, pelayanan umum,
kesejahteraan sosial, serta ekonomi dan pembangunan
di wilayah Kecamatan Setu” merupakan upaya yang
akan dilaksanakan Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan, yaitu melakukan pembinaan untuk
memberdayakan masyarakat, memberikan fasilitasi
untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat,
melakukan koordinasi untuk menjaga keterpaduan
dalam berbagai sektor, terkait dengan pemeliharaan
ketertiban dan ketentraman, tata pemerintahan yang
baik, pelayanan perijinan yang cepat dan akurat,
48
kesejahteraan sosial masyarakat serta pengembangan
perekonomian masyarakat dan pembangunan
Kecamatan.
3. Sejarah dan Program Kegiatan Sekber Jeletreng
A. Sejarah Sekber Jeletreng
Awalnya terbentuknya Sekber Jeletreng pada 2017,
diberi nama Aliansi Pemuda Pecinta Lingkungan. Hasil
aliansi dua Karang Taruna, Satu Karang Taruna Kelurahan
Buaran, dua Karang Taruna Kelurahan Setu. Tapi karena
makin banyak yang berhimpun untuk bergabung dengan
Sekber Jeletreng, mulai dari Kampung Cibarengkok, Sari
Mulya, Buaran dan Setu, akhirnya dilebur namanya
menjadi Sekber Jeletreng. Sekber itu singkatan dari
Sekretariat Bersama, sedangkan Jeletreng itu diambil dari
nama Sungai Jeletreng.
Kalau filosofi logonya kenapa biawak karena karakternya
anak sungai itu seperti biawak. Dan lagi sungai jeletreng itu
habitatnya hewan biawak.
B. Adapun kegiatan Sekber Jeletreng antara lain:
Monitoring sungai Jeletreng, kegiatan ini dilakukan
dengan cara menyusuri aliran air sungai Jeletreng
dengan menggunakan perahu karet dan perlengkapan
safety seperti pelampung, lalu mengikuti aliran sungai
untuk melihat apakah ada sampah yang menyebabkan
aliran sungai terhambat atau tidak.
Kegiatan ini dilakukan rutin perbulannya, guna
mengecek keadaan sungai jeletreng, guna menghindari
penyumbatan sampah yang terdapat di sungai jeletreng.
49
Opsir sungai, kegiatan ini dilakukan dengan
mengerahkan banyak orang baik dari pengurus Sekber
Jeletreng, Pemerintah Kota, maupun masyarakat.
kegiatan ini dilakukan untuk membersihkan sungai
Jeletreng dari sampah-sampah yang menyangkut dan
menghambat aliran sungai.
Kegiatan ini dilakukan dari hasil monitoring rutin yang
dilakukan oleh sekber jeletreng. Opsir sungai dilakukan
karena keadaan sungai jeletreng yang perlu dibersihkan.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan alat safety
seperti pelampung, perahu karet, golok untuk
membersihkan kayu bambu atau pohon yang
menghalangi aliran sungai.
4. Visi dan Misi Sekber Jeletreng
Visi
Merawat, menjaga dan melestarikan Sungai Jeletreng.
Membuat ruang terbuka hijau yang nyaman untuk
warga Tangerang Selatan.
Mengembangkan potensi Geografis yang
menumbuhkan motif ekonomi kerakyataan untuk
masyarakat sekitar.
Misi
Melakukan upaya normalisasi dan naturalisasi sungai
Jeletreng.
Menegakkan peraturan yang berlaku dalam perundang-
undangan mengenai sungai.
Melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar sungai
jeletreng.
50
Bentuk Organisasi Sekretariat Bersama Jeletreng
adalah Organisasi Lepas, di mana kepengurusan terbentuk
tanpa Ketua dan bergerak atas dasar kesamaan rasa peduli
terhadap kelestarian Sungai Jeletreng dan pengambilan
keputusan dilakukan dengan cara Musyawarah untuk
Mufakat.
Narahubung/koordinator wilayah meliputi, Kp.
Setu, Kp. Viktor, Kp. Buaran, Kp. Curug, Kp. Cadas
Mapar, Kp. Cibarengkok (Sumber: Diambil Dari Web
Sekber Jeletreng, diakses jam 16:10 pada tanggal 15
Oktober 2019).
5. Sarana dan Prasarana Yang Dimiliki Sekber Jeletreng
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Sekber
Jeletreng antara lain:
1. Perahu karet sebanyak 2 buah
2. Pelampung sebanyak 100 buah
3. Basecamp dengan luas bangunan 12X5 Meter
4. Satu Musholla dengan luas 2X3 Meter
5. Perpustakaan mini dengan jumlah buku kurang
lebih sebanyak 50 buah
6. Tali prusik beberapa buah dengan panjang 10 meter.
6. Proses Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bersih-
Bersih Sungai Jeletreng
Masyarakat yang awalnya tidak perduli terhadap
kebersihan sungai Jeletreng menjadi perduli. Hal ini ditunjukan
dengan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah
rumah tangganya ke sungai. Proses timbulnya kesadaran ini
dimulai dengan adanya Sekber Jeletreng yang senantiasa
51
mengkampanyekan bahwa sungai bukan tempat sampah. Selain
itu Sekber Jeletreng juga aktif untuk mengajak masyarakat
pada setiap bulannya dalam pembersihan sungai Jeletreng,
yang mereka namakan kegiatan tersebut dengan sebutan Opsi
Sungai Jeletreng.
Proses inilah yang menjadikan masyarakat mulai
mencintai lingkungannya dan ikut serta dalam menjaga
kebersihan sungai. Selain itu, untuk mengajak kaum pemuda,
Sekber Jeletreng melakukan dor to dor, atau mendatangi
tongkrongan-tongkrongan tempat para pemuda berkumpul,
selain mensosialisasikan kegiatan dan kebersihan sungai,
Sekber Jeletreng juga mengajak para pemuda untuk ikut
gabung dalam kegiatan bersih-bersih sungai. Alhasil, sudah
banyak pemuda dari beda tongkrongan yang ikut gabung. Hal
tersebut berdampak baik bagi silaturahim antar pemuda
setempat, baik satu RT, maupun beda kelurahan.
7. Strategi Dan Dampak Sekber Jeletreng Dalam Memelihara
Sungai Jeletreng
Setelah berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat akan kebersihan sungai lewat program
rutin bulanan Opsi Sungai, yang dimana kegiatan tersebut
untuk melakukan pembersihan dan perawatan rutin kebersihan
sungai Jeletreng. Sekber Jeletreng juga mengadakan kampanye
akbar dengan menyisipkan penampilan-penampilan seni seperti
akustik, puisi dan orasi yang bertemakan menjaga kebersihan
sungai. Acara tersebut pernah diselenggarakan di Amphi
Theater Taman Kota 2, tempat ini berada persis di sisi danau
Taman Kota 2, danau ini menjadi tembusan dari sungai
52
Jeletreng. Selain itu juga Taman Kota 2 ramai pengunjung dan
jadi tempat yang pas untuk mengkampanyekan sungai bukan
tempat sampah. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan sungai,
terutama sungai Jeletreng.
53
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN
A. Partisipasi Masyarakat Setu Dalam Pemeliharaan Sungai
Jeletreng
Hasil wawancara dari beberapa narasumber diantaranya
terdiri dari: aparatur pemerintah tingkat RT, anggota komunitas
dan masyarakat sekitar, tentang partisipasi masyarakat dalam
pemeliharaan sungai Jeletreng telah saya bagi pembahasannya
dalam beberapa sub – judul sebagai berikut:
1. Pergerakan Pemuda Dan Masyarakat Setu Untuk
Menjaga Sungai Jeletreng
Awal mula berdirinya Sekber Jeletreng diawali dari
perhatian para pemuda yang melihat bantaran sungai
Jeletreng terlihat kotor penuh dengan sampah. Tepatnya
di bantaran sungai yang berada dekat jembatan jalan
raya Viktor-Muncul. Letak jembatan yang
menghubungkan jalan raya tersebut ternyata menjadi
tempat yang disukai bagi masyarakat yang belum sadar
sampah. Mereka dengan mudahnya membuang sampah
mereka ke sungai dengan cara lewat naik motor dan
melemparkan sampahnya ke sungai.
“.....Setau saya sih ya, sebelum ada Sekber
kali (Sungai) masih serem, seperti kali jaman
dahulu, pas ada Sekber Jeletreng kali ada yang
ngurus, sekarang jadi rapih, bersih, beda dah dulu
sama yang sekarang, dulu mah kaya ga terawat....
Kalau dulu orang sambil lewat enak banget dah
sebuang-buangnya, ada yang naik motor, pokonya
kali itu kaya buat buang sampah gitu.....”
(Wawancara dengan Ibu Mulyanih 2020).
“.....Kira-kira bulan oktober anak ITI bakti
social kita naro jaring agar orang engga buang
54
sampah ke kali, tapi masih ada aja yang buang
sampah di atas jarring itu. Niatnya kan kalau
sampahnya ada di atas jaring itu sampahnya kan
bisa kita angkat tapi ternyata jaringnya ga kuat,
jebol karena banyaknya volume sampah di atas
jaring tersebut. akhirnya gimana caranya kita
lakukan pembersihan. Karena keterbatasan alat, kita
pinjam alat ke GANESPA PAMULANG. Di bulan
oktober ini ketika kita turun ke sungai antusias
masyarakat banyak, waktu itu turun juga Camat
Setu bersama kita ngangkutin sampah Ternyata
sampahnya banyak juga, sampahnya ternyata udah
bukan sampah rumah tangga lagi. Dan ada satu
tempat yang isinya udah gabisa dilewatin krena
isinya sampah semua, ada gerobak ada bangku.
Ampun dah. Gatau itu kayaknya gerobak proyek
dibuang kesitu. Karena sungai tersebut pinggir jalan
raya juga.....” (Wawancara dengan Bang Andri,
2020).
Semakin hari sampah semakin banyak. Mulai
dari hal tersebut menggugah hati para pemuda
khususnya pemuda Setu dan Buaran yang kebetulan
kampung mereka dilalui oleh Sungai Jeletreng. Dari
keperdulian inilah mereka berinisiatif untuk
membersihkan Sungai Jeletreng. Hingga akhirnya
mereka membuat kegiatan bersih-bersih sungai
Jeletreng. Pada waktu itu titik fokus pembersihan
sungai berfokus pada pembersihan sampah di sekitar
jembatan yang menghubungkan jalan arah Viktor dan
Muncul.
Inisiatif dari beberapa Pemuda ini untuk
mengajak Pemuda dan Masyarakat lain dalam
pembersihan sungai Jeletreng membuat Masyarakat
ikut berpartisipasi dalam kegiatan bersih-bersih sungai
55
Jeletreng. Setelah kegiatan awal yang mengawali
pergerakan mereka, barulah para Pemuda ini berinisiatif
membuat organisasi lepas tanpa ketua dan jajarannya,
yang bertujuan untuk pemeliharaan kebersihan sungai
Jeletreng. Mereka menamai organisasi tersebut dengan
nama Sekber Jeletreng.
“.....Sampai sekarang kita masih nahan-
nahan terus sih, agar tidak ada kepengurusan,
paling Cuma ranting-ranting aja. Kayak gua
sama Ari ranting Buaran, di Setu ada Sandi
sama yang lain, di Cibarengkok ada Topik dan
temen-temen.....” (Wawancara dengan Bang
Andri, 2020)
“.....Kalau nyadarin masyarakat sampai
saat ini pun masyarakat belum bisa dikatakan
masyarakat sadar akan sampah mereka yang
dibuang ke sungai. karena memang makin
banyak malah volume sampahnya. Cuma dari
beberapa wilayah seperti masyarakat Setu sudah
mulai bisa, Cuma untuk wilayah yang Buaran
sini masih kurang lah. Kita ngajak sering tetep
kita ngajak datengin. Kalau anak-anak sekarang
kan gampang tuh datenginnya, kita dateng ke
titik-titik kumpul mereka, dateng kita ajak. Dari
anak mudanya dulu, lalu RT, RW dan
Camat.....” (Wawancara dengan Bang Andri,
2020).
2. Partisipasi Masyarakat
Masyarakat pada awalnya tidak perduli dengan
kebersihan lingkungan, terutama kebersihan lingkungan
sungai, hal tersebut ditunjukan dengan kebiasaan tidak
baik masyarakat dengan membuang sampah ke Sungai.
Keadaan ini yang membuat Sekber Jeletreng bergerak
untuk berupaya menanggulangi pencemaran lingkungan
yang semakin hari semakin parah.
56
“....Alhamdulillah sih engga, Cuma kalau pas
lewat jalan pagi olahraga gitu suka kalau lagi lewat
mau ke pasar Serpong kan bisa juga lewat situ kita
suka mergokin juga orang yang buang sampah ke
Sungai. Kalau dulu orang sambil lewat enak banget
dah sebuang-buangnya, ada yang naik motor,
pokonya kali itu kaya buat buang sampah gitu.....”
(Wawancara dengan Ibu Mulyanih 2020).
Saat observasi di lapangan, saya melihat Sungai
terlihat lebih bersih, hal tersebut terlihat dari bersihnya
sungai dari sampah, keadaan air Sungainya juga tidak
berbau yang tidak sedap, menunjukan bahwa air Sungai
tidak tercemar sampah dan limbah, partisipasi
masyarakat dapat terlihat juga dari prilaku masyarakat
yang mulai berubah dengan enggan membuang sampah
mereka ke Sungai, hal tersebut dikarenakan ada rasa
sadar diri untuk ikut serta dalam menjaga Sungai
“......Ya engga, malah pengennya ngomelin yang
buang sampah disitu. Soalnya sekarang mah udah
enak......” (Wawancara dengan Ibu Mulyanih 2020).
Sekber Jeletreng aktif memberikan pendampingan
terkait cara menjaga lingkungan, pada upaya ini ada
beberapa tahapan partisipasi yang dilakukan Sekber
Jeletreng, setidaknya dua dari tiga tahapan dijalankan
sesuai teori yang dikemukakan oleh Tantan (Tantan,
2013: 33-34).
57
Tahapan yang peneliti temukan di lapangan antara
lain:
1. Perencanaan
Pada tahapan ini yang sangat berperan
dalam perencanaan adalah Karang Taruna
Karya Muda dan beberapa pemuda dari
Kelurahan Setu dan Buaran, mereka berinisiatif
untuk membersihkan sungai karena dirasa
sungai semakin hari semakin kotor dikarenakan
kebiasaan buruk masyarakat dengan membuang
sampah di Sungai, hal tersebut ditunjukan
dengan kotornya Sungai Jeletreng di bagian
bawah jembatan Viktor.
”Awalnya kita inisiatif pemuda Buaran,
Viktor dan Setu yang tergabung dalam
Karang Taruna Karya Muda, untuk
membersihkan bawah jembatan yang banyak
sampahnya. (Wawancara dengan bang Andri
: 2020).
Mereka lebih memfokuskan pergerakan
mereka untuk kalangan anak-anak dan pemuda,
hal tersebut guna untuk memberikan edukasi
mengenai kebersihan lingkungan sungai sejak
dini.
“......Mereka fokusnya ke sungai, nah
untuk yang sampah sampah ibu rumah
tangga dan lain sebagainya ga begitu aktif
sosialisasinya, mereka lebih aktif ke anak-
anak dan pemuda, gimana biar bisa anak
anak itu meneruskan perjuangan mereka.....”
(Wawancara dengan bang Halim: 2020) .
58
2. Pelaksanaan
Setelah dicetuskan kegiatan bersih-bersih
sungai Jeletreng, masyarakat mengikuti kegiatan
tersebut, beberapa diantaranya dari kalangan
pemuda, ada juga dari ketua lingkungan, yakni
Bapak RT Alex dan Bapak Camat Setu.
”....Awalnya dulu itu saya pernah
mengawal pemuda turun ke sungai untuk
membersihkan sungai pakai pelampung,
sama pak camat waktu itu. Mengajak
masyarakat dulu bersama pemuda Setu,
yang peduli lingkungan. (Wawancara
dengan Bapak RT. Alex: 2020).
“....Di bulan oktober ini ketika kita turun
ke sungai antusias masyarakat banyak,
waktu itu turun juga Camat Setu bersama
kita ngangkutin sampah Ternyata
sampahnya banyak juga, sampahnya
ternyata udah bukan sampah rumah tangga
lagi. Dan ada satu tempat yang isinya udah
gabisa dilewatin krena isinya sampah semua,
ada gerobak ada bangku. Ampun dah. Gatau
itu kayaknya gerobak proyek dibuang kesitu.
Karena sungai tersebut pinggir jalan raya
juga.....” (Wawancara dengan Bang Andri,
2020).
3. Pelembagaan
Setelah kegiatan yang pertama sukses, para
pemuda yang mencetuskan komunitas Sekber
Jeletreng berinisiatif untuk membentuk
komunitas lepas tanpa kepengurusan yang
berfokus untuk menjaga kebersihan sungai
Jeletreng, dan mereka menamai komunitas
tersebut dengan nama Sekber Jeletreng.
59
“.....Sampai sekarang kita masih
nahan-nahan terus sih, agar tidak ada
kepengurusan, paling Cuma ranting-ranting
aja. Kayak gua sama Ari ranting Buaran, di
Setu ada Sandi sama yang lain, di
Cibarengkok ada Topik dan temen-
temen.....” (Wawancara dengan Bang Andri,
2020)
4. Monitoring dan Evaluasi
Sekber Jeletreng memiliki program kegiatan
yang disebut dengan monitoring Sungai,
kegiatan ini dilakukan untuk melihat keadaan
Sungai Jeletreng, jika dibutuhkan pembersihan
maka dilakukanlah OPSI Sungai, atau Operasi
Bersih Sungai Jeletreng.
“......Setiap bulan kita monitoring
sungai, untuk mengecek kebersihan sungai,
kalau misalnya ada sampah yang
menumpuk, apalagi sampai menghambat
aliran sungai, maka kita lakukan Opsi
bersih.....” (Wawancara dengan bang Andri:
2020).
Mengenai aturan khusus bagi
masyarakat yang membuang sampah ke sungai
sampai saat ini tidak ada, akan tetapi Sekber
Jeletreng konsisten untuk menegur para pelaku
usaha baik usaha kecil maupun besar seperti
industri pabrik yang sering membuang limbah
ke sungai, bagi mereka yang tidak menetralisir
limbahnya maka Sekber Jeletreng melakukan
upaya peneguran dengan cara menghadap ke
pihak pengelola industri.
60
“......Engga karena kan objeknya
ini kan kaya ke industry yang membuang
sampah ke sungai, mereka itu pasti
selalu menegur, nah mereka menegur ke
industri-industri yang membuang limbah
ke sungai tanpa dinetralisir dulu....”
(Wawancara dengan bang Halim: 2020).
3. Tahapan Pemberdayaan
1. Tahapan Penyadaran
Berawal dari gerakan pembersihan sungai
Jeletreng, dengan inisiasi dari beberapa pemuda
Karang Taruna dari Kelurahan Buaran dan Setu,
Sekber Jeletreng mulai mengajak masyarakat
sekitar dengan cara membuat aliansi Pemuda
Pecinta Lingkungan. Dengan mengajak masyarakat
kalangan muda, Sekber Jeletreng mendatangi
beberapa tongkrongan dan mengajak masyarakat
kalangan muda untuk menjaga kebersihan sungai
Jeletreng.
“.....Anggota awal sekitar 30 orang
kalau ga salah. Awalnya dulu itu saya
pernah mengawal pemuda turun ke sungai
untuk membersihkan sungai pakai
pelampung, sama pak camat waktu itu.
Mengajak masyarakat dulu bersama pemuda
Setu, yang peduli lingkungan, terus kita
sama-sama mengajak, dari satu dua orang
hingga beberapa. Kita sebates dari wilayah
Sari Mulya sampe Setu alhadulillah sudah
diurus lah sama anak-anak Sekber Jeletreng.
Ada kesadaran juga dari masyarakat. Yang
awalnya diujung jembatan itu numpuk
sampah sehingga terkadang ayam potong,
ceker ayam, kepala ayam kumpul semua di
situ, tapi sekarang Alhamdulillah sudah
tidak ada. Untuk sosialisasi lanjutan
61
sementara ini baru wacana saja, tapi ke
depannya mau dilakukan.....” (Wawancara
dengan Bapak RT Alex: 2020).
“....Mereka mengajak masyarakat
melalui media social juga, sering update
Instagram, whatsapp, jadi mereka follow up
masyarakat dari postingan mereka, terus
kalau ada moment di Kota seperti pawai
MTQ, Hari ulang tahun tangsel, momen
pawai tahun baru muharam, mereka aktif
kampanye kebersihan, hal itu juga mereka
upayakan untuk mengajak masyarakat.....”
(Wawancara dengan bang Halim: 2020).
2. Tahapan Transformasi
Setelah para pemuda tergabung dalam
komunitas Sekber Jeletreng, pengurus membuat
beberapa kegiatan yang berisi tentang menjaga
kebersihan sungai, seperti kegiatan Opsi Sungai,
monitoring sungai dan kampanye kebersihan
sungai. Wawasan kebersihan sungai terus
diupayakan agar timbul kesadaran peduli
lingkungan dikalangan masyarakat, terlebih khusus
masyarakat kalangan muda.
“.....Mereka lebih aktif ke anak-anak
dan pemuda, gimana biar bisa anak anak itu
meneruskan perjuangan mereka.....”
(Wawancara dengan bang Halim: 2020) .
“.....Kalau anak-anak sekarang kan
gampang tuh datenginnya, kita dateng ke
titik-titik kumpul mereka, dateng kita ajak.
Dari anak mudanya dulu, lalu RT, RW dan
Camat.....” (Wawancara dengan Bang Andri,
2020).
62
3. Tahapan Peningkatan Intelektual
Setelah tertanam rasa keperdulian lingkungan,
setiap anggota dengan sendirinya bergerak sendiri
untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar
tempatnya tinggal. Pada tahapan ini komunitas
hanya menjadi perhimpunan yang aktif
menyalurkan aksi masyarakat dalam pemeliharaan
sungai Jeletreng. Namun peningkatan intelektual
secara spesifik belum dilakukan, semacam seperti
seminar, itu belum dilakukan, hanya saja beberapa
aksi lewat kampanye kebersihan mereka suarakan
untuk memberikan pesan kepada masyarakat luas
terkait kebersihan lingkungan sungai, terutama
sungai Jeletreng.
“........kalau ada moment di Kota
seperti pawai MTQ, Hari ulang tahun
tangsel, momen pawai tahun baru muharam,
mereka aktif kampanye kebersihan, hal itu
juga mereka upayakan untuk mengajak
masyarakat.....” (Wawancara dengan bang
Halim: 2020).
4. Respon Masyarakat Dan Pemerintah Setempat
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang saya
lakukan, Alhamdulillah respon masyarakat cukup baik,
kesadaran masayarak yang mau ikut membantu
menjaga lingkungan juga lumayan banyak, terutama
dari kalangan pemuda. Hal ini terjadi karena
masyarakat melihat gerakan para pemuda Sekber
Jeletreng dalam menjaga kebersihan sungai. Sehingga
timbul kesadaran untuk tidak membuang sampah ke
sungai. Selain itu juga banyak pemuda yang ikut
63
gabung dan turun aksi dalam memelihara sungai
Jeletreng.
“.....Alhamdulillah 3 tahun ini juga udah
terbiasa anak-anak untuk kolektif. Pelampung kita
sudah ada sekitar 100 lebih, helm 100 juga. Itu
anggaran dari kepemudaan kelurahan Setu, dari
Karang Taruna. Kebetulan kan yang gerakin juga
ketua Karang Taruna......” (Wawancara dengan
Bang Andri: 2020).
Karang taruna setempat juga merespon baik
kegiatan dari komunitas Sekber Jeltreng ini dengan
memberikan bantuan dana untuk pengadaan beberapa
alat pendukung untuk kegiatan bersih-bersih sungai
Jeletreng; diantaranya ialah memberikan 100pcs helm
dan 100pcs jaket pelampung. Helm dan pelampung ini
digunakan untuk keamanan dan keselamatan anggota
yang turun ke sungai untuk membersihkan sungai
Jeletreng.
Selain itu, pemerintah setempat seperti Camat juga
pernah hadir mendampingi kegiatan Sekber Jeletreng
pada saat pembersihan sungai Jeletreng.
”.....Awalnya dulu itu saya pernah mengawal
pemuda turun ke sungai untuk membersihkan
sungai pakai pelampung, sama pak camat waktu
itu.....” (Wawancara dengan Bapak RT Alex: 2020).
5. Faktor Pendukung dan Penghambat
Pada prosesnya partisipasi masyarakat Setu dalam
pemeliharaan lingkungan sungai Jeletreng memiliki
faktor pendukung dan penghambat, diantaranya:
a. Fakto Pendukung
64
Faktor pendukung dari program bersih-
bersih sungai ialah kesadaran masayarak yang
mau ikut membantu menjaga lingkungan. Hal
ini berawal dari gerakan para pemuda yang
tergabung dalam komunitas Sekber Jeletreng.
Sehingga menimbulkan kesadaran untuk tidak
membuang sampah ke sungai. Sekber Jeletreng
juga didukung dari anggaran kepemudaan
Kelurahan Setu dalam pengadaan alat seperti
perahu, pelampung.
“.....Pelampung kita sudah ada sekitar
100 lebih, helm 100 juga. Itu anggaran dari
kepemudaan kelurahan Setu, dari Karang
Taruna. Kebetulan kan yang gerakin juga
ketua Karang Taruna.....” (Wawancara
dengan Bang Andri: 2020).
“.....Alhamdulillah masyarakat antusias
mengikuti kegiatan bersih-bersih sungai,
malah waktu itu Bapak Camat ikut turun
juga ke sungai pakai pelampung.....”
(Wawancara dengan Bapak RT Alex: 2020)
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat pemberdayaan
masyarakat pada program bersih-bersih sungai
yang diinisiasi oleh Sekber Jeletreng ialah pada
masalah dukungan dari pemerintah kota
setempat. Sungai yang seharusnya menjadi
tanggung jawab Kementrian PUPR yang dimana
pertahunnya dianggarkan untuk perawatan dan
kebersihan sungai sulit untuk dikordinasikan.
Padahal gerakan swadaya pemuda lewat Sekber
Jeletreng dilakukan dengan sukarela tanpa
65
mendapat imbalan, Kalaupun pada satu
keadaan Sekber Jeletreng meminta bantuan dana
untuk kegiatan, hal ini dimaksudkan untuk
seluruh kebutuhan pelaksanaan kegiatan yang
akan dilaksanakan.
“.....Kita juga pengen negakin peraturan
pemerintah Kota yang memang sudah ada
peraturannya bahwa garis badan sungai itu
tidak boleh dibangun, tapi kenyataannya
karena tidak ada pengawasan badan sungai
itu benar-benar dibangun bahkan sampe
pinggir kali. Sebenernya badan sungai itu 3
meter dari sungai ga boleh dibangun.
Alhamdulillah pas kita lolos di nasional
(Acara Pemuda Pelopor) ada beberapa
kementrian dateng meninjau langsung
kegiatan kita. Alhamdulillah Dinas PU
sumber daya air juga pernah ikut Opsi
Sungai. Sebetulny tugas-tugas mereka
negakin garis badan sungai, selama ini ya
lose. Sampah-sampah di sungai juga kan
fokus mereka itu. Kan di PU ada bagian
sumber daya air. Tapi ya dibentuk-dibentuk
aja, buat nyerap-nyerap anggaran aja,
makanya kalo kita ngomong banyak ya
bukannya kita ga mao ngomong banyak.
Tapi yaudahlah yang penting kita konsisten
aja sama anak-anak, masalah-masalah gitu
terserah. Dibeberapa kegiatan kita kolektif,
kaya makan-makan itu juga kolektif. Acara
yang di Taman kota pun kolektif. Dan kita
jual kaos dulu, dari hasil penjualan kaos itu
dari sisa modal kita masukin penuh
keanggaran kegiatan itu.....” (Wawancara
dengan Bang Andri: 2020).
66
6. Pengaruh Program Bersih-Bersih Sungai Oleh
Sekber Jeletreng Terhadap Kesadaran Masyarakat.
Setelah 3 tahun eksis di Masyarakat, Sekber
Jeletreng mampu memberikan pengaruh bagi
masyarakat di Kelurahan Setu Kota Tangerang Selatan
dan umumnya masyarakat yang pemukimannya
dilintasi sungai Jeletreng. Diantara pengaruh yang dapat
dilihat dari hasil pergerakan mereka ialah volume
sampah yang berkurang, karena masyarakat sudah tidak
lagi membuang sampahnya ke sungai, meskipun
beberapa masih ada yang melakukannya. Selain itu
masyarakat juga jadi teredukasi lewat kegiatan bersih-
bersih yang dilakukan, hal ini menumbuhkan rasa
perduli dan masyarakat pun mau ikut berpartisipasi
dalam pemeliharaan sungai Jeletreng. Bukan hanya
masyarakat, pemerintah setempat seperti RT, RW,
Lurah, Camat dan DLH pun pernah ikut turun ke sungai
untuk membersihkan sungai.
“........Pengaruh yang saya rasakan
diantaranya; pertama, memberikan edukasi
kepada masyarakat terkait bagaimana sungai
itu diperuntukan, jadi masyarakat lebih perduli
lagi untuk menjaganya. Kedua, masyarakat
ikut menjaga sungai, karena mereka
merangkul masyarakat guna lebih peka
terhadap lingkungan, dengan cara mengajak
dan memberikan kegiatan bersih-bersih.
Ketiga, tentu jadi lebih bersih, lebih
terkendali, tidak ada sampah. Lebih bersih iya,
tapi kalau dibilang bersih engga, maklum
sungai, Cuma lebih baik lah ketimbang dulu
sebelum ada Sekber Jeletreng........”
(Wawancara dengan Bang Halim: 2020).
67
Sekber Jeletreng aktif juga mengkampanyekan
kebersihan sungai disela-sela kegiatan pemerintah Kota,
seperti pembukaan pawai MTQ, kegiatan HUT Kota
Tangerang Selatan dan sebagainya. Hal tersebut bukan
tidak ada maksud, melainkan untuk menyampaikan
kepada masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya
menjaga lingkungan, terutama kebersihan sungai
Jeletreng.
Saat ini sungai terlihat lebih bersih, ketika
observasi lapangan saya melihat sungai terlihat bersih
dari sampah, aliran sungai juga terlihat tidak ada yang
disertai sampah rumah tangga seperti plastic, selain itu
juga aroma dari air sungai tidak menunjukan bau yang
tidak sedap. Tatkala sungai telah bersih masyarakat pun
mulai enggan dan merasa tidak enak hati untuk
membuang sampah mereka ke sungai, dari sini mulai
timbul rasa perduli social dan rasa sadar akan
kebersihan lingkungan.
“.....Masyarakat mungkin belum
sepenuhnya sadar, tapi dengan seringnya
kegiatan bersih-bersih sungai, masyarakat pun
jadi gaenak kalo buang sampah ke Sungai,....”
(Wawancara dengan Bang Andri, 2020).
“...Alhamdulillah sih sekeliling jalanan
deket kali itu, pemukiman deket sungai itu
masyarakatnya jadi ga berani buang sampah
disitu....” (Wawancara dengan Ibu Mulyanih).
Selain itu para pemuda di Kelurahan Setu juga
ikut tergerak hatinya untuk mengikuti kegiatan bersih-
68
bersih sungai Jeletreng yang diadakan oleh Sekber
Jeletreng, mulai dari beberapa orang hingga kini
anggota Sekber Jeletreng menjadi banyak. Anggota
bertambah tentu tenaga pun bertambah ketika sedang
melangsungkan kegiatan bersih-bersih sungai Jeletreng,
hal ini ditunjukan dari terjaganya dan bertambah bersih
Sungai Jeletreng tersebut.
“....Ditahun pertama sejak adanya bersih-
bersih sungai oleh pemuda, anak muda yang
lain tergerak hatinya untuk ikut serta dan
bergabung dengan Sekber Jeletreng, akhirnya
anggota jadi tambah banyak, dan setiap ada
kegiatan personil jadi nambah....”
“...Sejak adanya kegiatan bersih-bersih
sungai tentu sangat baik, diantaranya sungai
jadi lebih bersih dan masyarakat tidak buang
sampah lagi ke sungai. Selain itu juga
masyarakat jadi ada yang mengedukasi terkait
pentingnya menjaga kebersihan sungai. ....”
(Wawancara dengan Bapak RT Alex: 2020).
69
BAB V
PEMBAHASAN
A. Program Bersih-Bersih Sungai Jeletreng Oleh Sekber
Jeletreng
Analisis mengenai program bersih-bersih sungai Jeletreng
yang dilakukan oleh Sekber Jeletreng dalam menjaga kebersihan
sungai Jeletreng agar tetap bersih, asri dan juga tidak ada yang
membuang sampah lagi ke sungai yang akan penulis uraikan
menggunakan analisis deskriptif. Sehingga pembahasan dalam
analisis deskriptif disajikan dalam bentuk uraian dan pemaparan
yang bersifat naratif. Keadaan sungai Jeletreng sebelum dibentuk
komunitas Sekber Jeletreng cukup memprihatinkan, dari beberapa
keterangan yang penulis dapatkan di lapangan bahwasannya
Sungai Jeletreng kerap dijadikan tempat pembuangan sampah,
mulai dari sampah rumah tangga, sampah sisa jualan, dan sampah
pabrik sering kali di buang ke sungai. Hal tersebut menimbulkan
masalah baru, yakni masalah kebersihan dan pencemaran
lingkungan, terutama lingkungan air sungai.
Berangkat dari persoalan tersebut munculah inisiatif untuk
menggagas suatu komunitas yang berfokus dalam menjaga
kebersihan sungai Jeletreng. Selain itu gagasan ini juga bertujuan
untuk menyadarkan masyarakat bahwa sungai tidak selayaknya
dijadikan tempat sampah, karena bagaimana pun keberadaan
sungai yang menjadi irigasi alami bagi petani sekitar dan menjadi
tempat pembuangan aliran air ketika turun hujan sangatlah
berperan central, terutama bagi masyarakat yang tinggal
disepanjang aliran sungai, terlebih khusus sungai Jeletreng.
70
Program bersih-bersih sungai Jeletreng mulai disuarakan
dan digagas oleh para pemuda sekitar, terutama pemuda Setu,
Buaran dan Viktor. Lewat kerjasama dengan pemuda Karang
Taruna, dan melibatkan RT setempat, Sekber Jeletreng mulai
menggagas program bersih-bersih sungai hal tersebut bertujuan
untuk memperbaiki keadaan sungai Jeletreng yang mulai dijadikan
tempat sampah umum, hal ini senada dengan teori program yang
dikemukakan oleh Fredian (2014:123) bahwasannya program
adalah suatu usaha pembaharuan atau perbaikan suatu keadaan.
Program bersih-bersih sungai yang digagas oleh Sekber Jeletreng
bertujuan untuk terciptanya perbaikan keadaan sungai Jeletreng
dan merubah kebiasaan masyarakat yang sudah terlanjut terbiasa
membuang sampah ke Sungai agar tidak membuang sampah lagi
ke Sungai.
Berikut adalah beberapa program yang dibuat oleh Sekber
Jeletreng untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada di
Sungai Jeletreng diantaranya:
1. Monitoring sungai Jeletreng
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menyusuri
aliran air sungai Jeletreng dengan menggunakan perahu
karet dan perlengkapan safety seperti pelampung, lalu
mengikuti aliran sungai untuk melihat apakah ada
sampah yang menyebabkan aliran sungai terhambat
atau tidak.
Kegiatan ini dilakukan rutin perbulannya, guna
mengecek keadaan sungai jeletreng, guna menghindari
penyumbatan sampah yang terdapat di sungai jeletreng.
71
2. Opsi sungai,
Kegiatan ini dilakukan dengan mengerahkan
banyak orang baik dari pengurus Sekber Jeletreng,
Pemerintah Kota, maupun masyarakat. kegiatan ini
dilakukan untuk membersihkan sungai Jeletreng dari
sampah-sampah yang menyangkut dan menghambat
aliran sungai.
Kegiatan ini dilakukan dari hasil monitoring rutin yang
dilakukan oleh sekber jeletreng. Opsir sungai dilakukan
karena keadaan sungai jeletreng yang perlu dibersihkan.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan alat safety
seperti pelampung, perahu karet, golok untuk
membersihkan kayu bambu atau pohon yang
menghalangi aliran sungai.
3. Kampanye Kebersihan
Kegiatan ini dilakukan dengan cara membuat acara
seperti pentas seni puisi tentang kebersihan sungai,
akustik. Pernah juga dilakukan ketika acara besar
pemerintah kota dengan membawa poster tentang
pentingnya menjaga kebersihan sungai, juga aksi
pembersihan sampah di area acara, hal tersebut
dilakukan untuk menularkan prilaku bersih dan
menjaga kebersihan sekitar.
B. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bersih-Bersih Sungai
Gagasan program yang dibuat Sekber Jeletreng tentu tidak
serta merta dijalankan sendiri, mengingat butuh orang banyak
dalam melaksanakan program tersebut. Berbicara kebersihan
sungai tentu kita juga berbicara tentang keikut sertaan masyarakat
72
dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Karena jika
sungainya saja yang dibersihkan tapi masyarakat sekitar sungai
tidak sadar kebersihan tentu sungai akan tercemar kembali lewat
prilaku acuh terhadap kebersihan, karena masyarakat pasti akan
melakukan hal yang sama yakni membuang sampah ke sungai.
Untuk itu perlu partisipasi aktif dari masyarakat sekitar.
Sampai saat ini beberapa masyarakat terutama dari
kalangan muda sudah ikut gabung kedalam komunitas Sekber
Jeletreng, mereka ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga
kebersihan sungai Jeletreng dan mengikuti kegiatan yang digagas
oleh Sekber Jeletreng, mereka bergerak dengan sukarela tanpa
bayaran atau gaji, hal tersebut sesuai dengan teori Hetifah
(2004:189) yang memaknai partisipasi sebagai keterlibatan
seseorang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari perintah,
maksudnya tidak dipaksa dan tidak diperinta. Karena partisipasi
pada dasarnya adalah kerelaan.
Kelompok masyarakat yang sudah ikut berpartisipasi dalam
pemeliharaan sungai Jeletreng dan ikut menjalankan program yang
diusung oleh Sekber Jeletreng antara lain:
1. Pemuda sekitar Setu, Buaran, Viktor, Sari Mulya,
Cibarengkok
2. Aparatur pemerintah setempat seperti RT/RW dan
Camat Setu
3. Kampus ITI Muncul yang kebetulan berdekatan dengan
Sungai Jeletreng
4. Karang Taruna Karya Muda Buaran & Setu yang
terlibat aktif dalam pengadaan alat seperti pelampung,
perahu karet, dsb.
73
Masyarakat mulai terlihat keperduliannya dengan sudah
tidak lagi membuang sampah mereka ke Sungai, meskipun
beberapa beralasan karena tidak enak hati, namun hal tersebut juga
termasuk dalam proses perubahan prilaku dari tidak sadar
kebersihan menuju sadar kebersihan, masyarakat juga sudah mulai
familiar terhadap Sekber Jeletreng, terutama kalangan muda yang
memang sebagiannya sudah mulai gabung dan ikut berkegiatan di
Sekber Jeletreng. Jika kaum ibu dan kaum bapak menunjukan
partisipasinya lewat menjaga kebersihan sungai dengan tidak
membuang sampah ke Sungai, kaum muda mudi menunjukan
partisipasinya dengan ikut gabung di Komunitas Sekber Jeletreng
dan ikut turun langsung ke Sungai dalam program bersih-bersih
Sungai Jeletreng.
C. Tahap-Tahap Pemberdayaan
Program bersih-bersih sungai Jeletreng melibatkan elemen
masyarakat seperti organisasi kepemudaan, aparatur pemerintah
dan masyarakat sekitar sungai. Gagasan tersebut berupaya
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan
sungai Jeletreng. Selain itu program bersih-bersih sungai Jeletreng
juga mengandung unsur pemberdayaan masyarakat, terlihat dari
proses pembentukan komunitas, upaya mengajak dan kampanye
kebersihan yang diupayakan oleh Sekber Jeletreng tidaklah lain
semua itu untuk menjadikan masyarakat berdaya dengan
menyadarkan prilaku mereka, sebagaimana teori pemberdayaan
yang diketengahkan oleh Isbandi (2000:32), bahwa pemberdayaan
ialah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya
menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu,
74
kelompok, atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka
sendiri dengan keinginan mereka.
Terbentuknya prilaku baik dengan tidak membuang sampah
ke sungai adalah salah satu tujuan Sekber Jeletreng untuk
masyarakat sekitar sungai Jeletreng, hal tersebut menjadi salah satu
fokus komunitas ini dalam upaya pemberdayaan masayarakat Setu
Kota Tangerang Selatan, dengan demikian kesesuaian teori
pemberdayaan dengan temuan peneliti di lapangan sesuai. Dari
upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh Sekber Jeletreng peneliti
mencoba melihat tahapan yang Sekber Jeletreng lakukan, mulai
dar tahapan penyadaran, transformasi dan peningkatan intelektual.
1. Tahap Penyadaran
Masyarakat yang awalnya tidak perduli, terlebih
para pemuda yang ada di Setu, Buaran dan Viktor kini
disentuh kesadarannya oleh komunitas Sekber Jeletreng
dengan cara didatangi tempat tongkrongan mereka.
Sekber Jeletreng berusaha memberikan informasi
terkait pentingnya menjaga lingkungan dan kebersihan
sungai, juga memberikan informasi terkait keadaan
sungai Jeletreng terlebih lagi jembatan Viktor
penghubung anrata jalan raya Muncul dan Pamulang.
Selain itu Sekber Jeletreng juga mengajak para pemuda
setempat untuk ikut serta dalam pembersihan sungai
Jeletreng, hal demikian sesuai dengan teori dari Ambar
yang mengatakan tahap penyadaran merupakan sebuah
tahapan pembentukan prilaku menuju prilaku sadar dan
peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan
kapasitas diri (Ambar, 2004: 77).
75
2. Transformasi
Menurut Ambar Teguh Sulistiani (Ambar, 2004:
77), tahapan transformasi merupakan tahapan untuk
menambah kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan, keterampilan agar terbuka wawasan dan
memberikan keterampilan dasar sehingga dapat
mengambil peran pembangunan. Sekber Jeletreng
selain mengajak masyarakat untuk turun ke Sungai
dalam rangka pembersihan Sungai dari sampah, mereka
juga aktif untuk mengkampanyekan bahwa sungai
bukan tempat sampah, hal tersebut bertujuan untuk
memberikan informasi, ajakan serta wawasan terkait
pentingnya menjaga lingkungan. Karena bagaimana
pun sungai berperan penting dalam ekosistem alam
terlebih khusus manfaatnya bagi manusia sebagai aliran
drainase alami yang dapat mengalirkan aliran air hujan
agar pemukiman tidak banjir.
3. Peningkatan Intelektual
Pada tahapan ini penulis belum menemukan data di
lapangan mengenai peningkatan keterampilan untuk
masyarakat maupun anggota. Sebagaimana teori Ambar
Teguh Sulistiani (Ambar, 2004: 77), bahwasannya
tahapan intelektual berupa kecakapan keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif
untuk menghantarkan pada kemandirian. Pada tahap
pertama yaitu dilakukan pembentukan prilaku yang
merupakan tahap persiapan dalam proses
pemberdayaan masyarakat. Pada tahap ini pemberdaya
76
atau actor pelaku pemberdayaan berusaha menciptakan
prakondisi, agar dapat memfasilitasi berlangsungnya
proses pemberdayaan yang efektif.
D. Pengaruh Program Bersih-Bersih Sungai Terhadap Kesadaran
Masyarakat
Saat ini Sekber Jeletreng sudah berusia 3 tahun, sejak
berdirinya pada tanggal 22 April 2017. Dalam kurun waktu 3 tahun
belakangan ini Sekber Jeletreng sudah memberikan pengaruh
untuk masyarakat, khususnya masyarakat Setu Kota Tangerang
Selatan, dan umumnya daerah yang dilalui sungai Jeletreng.
Masyarakat yang awalnya tidak perduli terhadap kebersihan
lingkungan kini mulai sadar untuk ikut serta berpartisipasi
membersihkan sungai, banyak yang tersadarkan untuk tidak
membuang sampah ke sungai dan tidak menjadikan sungai sebagai
tempat sampah. Memang sebagian kecil masyarakat masih ada
yang membuang sampah ke sungai, namun prersentase tersebut
berkurang sejak adanya komunitas Sekber Jeletreng. Saat ini
Sekber Jeletreng sudah memiliki basecamp untuk tempat
penyimpanan alat dan tempat berkumpul. Selain itu juga memiliki
alat-alat keselamatan seperti perahu karet, pelampung, dan helm.
Bagi masyarakat Setu khususnya, Sekber Jeletreng telah
memberikan manfaat untuk sungai Jeletreng dan pemukiman
sekitar sungai Jeletreng. karena upaya mereka lewat program
bersih-bersih sungai, kini masyarakat mulai berubah menjadi sadar
kebersihan, ini mengindikasikan bahwa program yang diupayakan
mampu memberikan pengaruh untuk masyarakat sekitar, hal
tersebut serasi dengan teori yang diketengahkan oleh Louis
Gottschalk (Louis Gottschalk, 2000: 171), bahwasannya pengaruh
77
memberikan suatu efek yang membentuk pikiran dan prilaku
manusia baik sendiri-sendiri maupun kolektif (Louis Gottschalk,
2000: 171).
Sekber Jeletreng lewat program bersih-bersih sungai
mampu menularkan pengaruh baik terhadap kebiasaan masyarakat
berupa perubahan prilaku. Semula masyarakat dengan begitu
mudahnya membuang sampah ke sungai namun kini masyarakat
merasa tidak enak jika membuang sampah ke Sungai karena
Sungai sudah bersih dan rapih. Dari rasa tidak enak tersebut
membuahkan rasa perduli terhadap kebersihan Sungai. Pada
akhirnya perubahan prilaku pun terjadi atas upaya mempengaruhi
oleh Sekber Jeletreng lewat program bersih-bersih Sungai
Jeletreng.
Hal tersebut jika kita kaitkan dengan teori yang
dikemukakan oleh Suharno di dalam kamus besar bahasa Indonesia
(Suharno, 2006: 243), bahwa pengaruh adalah daya yang ada dan
timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu
keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab
akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang
dipengaruhi. Teori ini sesuai dengan pengaruh yang dihasilkan dari
program bersih-bersih sungai Sekber Jeletreng. yakni dengan cara
menawarkan program ke masyarakat lalu masyarakat
mengkonsumsi program tersebut dan menghasilkan pengaruh
berupa perubahan prilaku yang semula membuang sampak ke
Sungai menjadi tidak membuang sampah ke Sungai.
78
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang bagaimana partisipasi
masyarakat terhadap pemeliharaan kebersihan sungai Jeletreng,
peneliti mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Partisipasi masyarakat terhadap pemeliharaan sungai
Jeletreng berhasil dibangun dan tersadarkan lewat
beberapa tahapan pemberdayaan, diantaranya: Pertama,
melalui tahapan persiapan, dalam bentuk gerakan
pembersihan sungai Jeletreng, dengan mengajak
masyarakat kalangan muda; kedua, melalui tahapan
transformasi dibentuklah komunitas Sekber Jeletreng
dengan tujuan menjaga kebersihan sungai Jeletreng;
ketiga, tahap peningkatan intelektual dalam bentuk
kampanye kebersihan lingkungan dengan Tagline
sungai bukan tempat sampah. Selain itu juga anggota
terus ditanamkan rasa keperdulian terhadap kebersihan
sungai lewat kegiatan Opsi sungai (Operasi bersih
sungai) yang dilakukan rutin perbulan.
2. Pengaruh dari program bersih-bersih sungai Jeletreng
diantaranya:
a. Masyarakat menjadi lebih perduli terhadap
kebersihan sungai Jeletreng. Karena keadaan sungai
saat ini lebih bersih dari sebelumnya. Yang awalnya
masyarakat membuang sampah terasa biasa saja,
dikarenakan banyaknya sampah yang menumpuk,
tapi setelah sungai bersih dari sampah yang
79
menumpuk, akhirnya masyarakat malu membuang
sampahnya ke sungai.
b. Sungai jadi lebih terjaga dan lebih bersih dari
sampah, karena diadakan kegiatan rutin monitoring
sungai dan opsi bersih sungai guna menjaga
kebersihan sungai Jeletreng.
c. Para pemuda khususnya Kelurahan Setu dan sekitar
Kelurahan Setu seperti Buaran, Sari Mulya dan
Cibarengkok jadi bisa bersinergi dalam satu
komunitas yang menghimpun mereka untuk
melakukan kegiatan positif.
B. Saran
1. Saran untuk Sekber Jeletreng agar mempertahankan
eksistensinya dalam pergerakan pemeliharaan kebersihan
sungai dan kampanye kebersihan sungai Jeletreng. Agar terus
menumbuhkan kesadaran pada masyarakat untuk mau ikut
serta dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan sungai
Jeletreng.
2. Diperlukan juga edukasi kepada anggota yang sudah
bergabung mengenai kecakapan dalam rescue hewan liar yang
ada di sungai, guna untuk menjaga ekosistem alam dan
menjaga diri dari bahaya serangan hewan liar. Baik biawak,
ular, dll.
3. Adakan kegiatan sosialisasi untuk masyarakat luas seperti
sosialisasi tentang kebersihan sungai dikegiatan ibu-ibu majelis
ta’lim, dan kegiatan majelis ta’lim kaum bapak, juga di
sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar hingga tingkat akhir.
80
4. Buat relasi lebih erat lagi dengan pemerintah terkait, agar
adanya sinergi yang baik, agar dalam pelaksanaan kegiatan
lebih banyak lagi personilnya dan dari segi anggaran terbantu.
5. Buat relasi dengan kampung-kampung yang dilintasi sungai
Jeletreng, agar pemeliharaanya lebih menyeluruh. Buat ranting-
ranting kepengurusan daerah dengan satu pusat yang
mengkordinir semua ranting.
81
Daftar Pustaka
Buku:
Sumantri, Arif. (2004). Kesehatan Lingkungan.
Jakarta: Kencana Prenada
Ash-shabuni, Syaikh Muhammad Ali. (2011). Shafwatut
Tafasir. Jakarta: Pustaka kautsar
Bungin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian
Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
J Moleong, Lexy. (2001). Metodologi Penelitian
Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
Nawawi, H. Hadari.(1991). Metode Penelitian Bidang
Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Yulistiani, Indriati. (2001). Ragam Penelitian
Kualitatif, Penelitian Lapangan, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI
Usman, Purnomo, (1998). Metodologi Penelitian
Sosial, Jakarta: Bumi Aksara
Mulyana, Deddy. (2004). Metodologi Penelitian
Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi Dan Ilmu Sosial lainnya,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
82
Martono, Nanang. (2011). Metode Penelitian
Kualitatif
Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder,
Jakarta: Rajawali Pers
Imam, Gunawan. (2013). Metode Penelitian
Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi
Aksara
Sugiyono, (2010). Memahami Penelitian Kualitatif,
Bandung: Alfabeta
Tonny, Fredian, (2014). Pengembangan
Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia
Sj Sumarto, Hetifah. (2004). Inovasi Partisipasi dan
Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif
dan Partisipatif di Indonesia, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Muller, Johanes. (2006). Perkembangan Masyarakat
Lintas-Ilmu, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
UtamaAch Wazir Ws, (1999). Panduan
Penguatan Manajemen Lembaga Swadaya
Masyarakat Jakarta: Sekretariat Bina Desa
Dengan Dukungan AusAID
Santoso, Sastoeputro. (1986). Partisipasi,
Komunikasi, Persuasif, dan Disiplin Dalam
Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni
83
Hermansyah, Tantan. (2013), Dasar-Dasar Pembangunan
Masyarakat Islam, Ciputat: UIN Jakarta
Press
Soetomo, (2006). Strategi-Strategi Pengembangan
Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Adi, Isbandi. (2000). Pemberdayaan
Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI
Soelaeman, Munandar. (1998). Ilmu Sosial Dasar: Teori
dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: Refika
Aditama
Sulistiani, Ambar Teguh. (2004). Kemitraan dan
Model-Model Pemberdayaan, Yogyakarta:
Gava Media
Suharto, Edi. (2000). Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Kajian Strategi
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan
Pekerjaan Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Kellogg, W.K. (2004). Logic Model Development
Guide, Michigan: Kellogg Foundation
Munawwir, Ahmad Warson. (1997). Kamus al-
Munawwir, Surabaya: Pustaka Progressif
Departemen, Pendidikan Nasional, (2016), Kamus Besar
Bahasa Indonesis, Jakarta: Balai Pustaka
84
Irene, Siti. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi
masyarakat dalam Pendidikan. Jakarta:
Pustaka Pelajar
Suharno, (2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Semarang: Widya Karya
Hugiono, (2000). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT
Bina Aksara
Babadu, (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Gottschalk Louis. (2000). Mengerti Sejarah, Depok:
Yayasan Penerbit Universitas Indonesia
Syarifuddin, dkk. (2004). Sains Geografi. Jakarta: Bumi
Aksara
Abdurrahman, (2012). Memelihara Lingkungan Dalam
Ajaran Islam, Bandung: Alfabeta
Lembaga, Tim Penelitian Universitas Islam Jakarta,
(2000). Konsep Agama Islam tentang Bersih
dan Implikasinya dalam Kehidupan
Masyarakat, Jakarta: UIJ Press
Tim, Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (1990), Kamus
Bahasa Indonesia, Jakarta:
KEMENDIKBUD
85
Web dan Undang-undang
Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 1991 tentang
sungai. Diakses dari Web 30 Desember 2019
Google Maps, diakses jam 16:10 pada tanggal 15 Oktober
2019
Data Kelurahan Setu Kota Tangerang Selatan, Web
Kelurahan Setu-Kota Tangerang Selatan, Minggu 23:45
WIB, 30 Desember 2019
Lampiran 2: Dokumentasi
Lampiran 3
Hasil Wawancara
Partisipasi Masyarakat Kelurahan Setu Kota Tangerang Selatan Terhadap
Pemeliharaan Sungai Jeletreng
Informan : Bang Andri (Anggota Sekber Jeletreng)
Waktu : 10 Maret 2020
1. Awal mula berdirinya Sekber Jeletreng kapan?
22 April 2017, bertepatan dengan hari bumi. Lalu kira-kira bulan
oktober anak ITI bakti social kita naro jaring agar orang engga
buang sampah ke kali, tapi masih ada aja yang buang sampah di
atas jarring itu. Niatnya kan kalau sampahnya ada di atas jaring itu
sampahnya kan bisa kita angkat tapi ternyata jaringnya ga kuat,
jebol karena banyaknya volume sampah di atas jaring tersebut.
akhirnya gimana caranya kita lakukan pembersihan. Karena
keterbatasan alat, kita pinjam alat ke GANESPA PAMULANG. Di
bulan oktober ini ketika kita turun ke sungai antusias masyarakat
banyak, waktu itu turun juga Camat Setu bersama kita ngangkutin
sampah. Ternyata sampahnya banyak juga, sampahnya ternyata
udah bukan sampah rumah tangga lagi. Dan ada satu tempat yang
isinya udah gabisa dilewatin krena isinya sampah semua, ada
gerobak ada bangku. Ampun dah. Gatau itu kayaknya gerobak
proyek dibuang kesitu. Karena sungai tersebut pinggir jalan raya
juga.
2. Seperti apa kebijakan yg berlaku pada organisasi ini?
Sampai sekarang kita masih nahan-nahan terus sih, agar tidak ada
kepengurusan, paling Cuma ranting-ranting aja. Kayak gua sama
Ari ranting Buaran, di Setu ada Sandi sama yang lain, di
Cibarengkok ada Topik dan temen-temen.
Kalau nyadarin masyarakat sampai saat ini pun masyarakat belum
bisa dikatakan Masyarakat sadar akan sampah mereka yang
dibuang ke sungai. karena memang makin banyak malah volume
sampahnya. Cuma dari beberapa wilayah seperti masyarakat Setu
sudah mulai bisa, Cuma untuk wilayah yang Buaran sini masih
kurang lah. Kita ngajak sering tetep kita ngajak datengin. Kalau
anak-anak sekarang kan gampang tuh datenginnya, kita dateng ke
titik-titik kumpul mereka, dateng kita ajak. Dari anak mudanya
dulu, lalu RT, RW dan Camat.
3. Apakah pemerintah setempat diajak juga?
Iya diajak, RT, RW, Sekel, serta Camat pernah ikut juga dalam
kegiatan bersih-bersih sungai Jeletreng. Alhamdulillah 3 tahun ini
juga udah terbiasa anak-anak untuk kolektif. Pelampung kita sudah
ada sekitar 100 lebih, helm 100 juga. Itu anggaran dari
kepemudaan kelurahan Setu, dari Karang Taruna. Kebetulan kan
yang gerakin juga ketua Karang Taruna.
4. Kenapa diberi nama Sekber jeletreng?
Sekber itu singkatan dari Sekretaris Bersama, yang dimana
diartikan sebagai organisasi bersama, Jeletreng diambil dari nama
Sungai Jeletreng. komunitas ini fokus untuk menjaga kebersihan
sungai Jeletreng.
5. Filosofi dari logo sekber jeletreng seperti apa?
Filosofi dari logo kami kan gambarnya biawak ya, biawak itu
hewan yang memang habitatnya di sungai, biawak juga terkenal
kuatnya, naka dari biawak itu mungkin dapat menjadi icon dari
Sekber Jeletreng yang memang mayoritas anggotanya adalah anak
sungai.
6. Berapa banyak anggotanya?
Awal melakukan bersih-bersih sungai ada sekitar 30 orang, dan
sampai saat ini sekitar 50-an lebih.
7. Faktor pendukung dan penghambat apa yang dirasakan?
Faktor pendukungnya ialah pemerintah setempat ikut serta
mendukung Sekber Jeletreng, dengan menyediakan alat
pelampung, dll. Selain itu dari anggota kami juga aktif kolektif
untuk biaya kegiatan.
Kalau Faktor penghambat ya paling masalah dukungan dari
pemerintah Kota. Sungai yang seharusnya menjadi tanggung jawab
Kementrian PUPR yang dimana pertahunnya dianggarkan untuk
perawatan dan kebersihan sungai sulit untuk dikordinasikan.
Padahal gerakan swadaya pemuda lewat Sekber Jeletreng
dilakukan dengan sukarela tanpa mendapat imbalan, kalaupun pada
satu keadaan Sekber Jeletreng meminta bantuan dana untuk
kegiatan, hal ini dimaksudkan untuk seluruh kebutuhan
pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Hasil Wawancara
Partisipasi Masyarakat Kelurahan Setu Kota Tangerang Selatan Terhadap
Pemeliharaan Sungai Jeletreng
Informan : Bpk RT Alex
Waktu : 12 Maret 2020
1. Pertama kali mengajak masyarakat bagaimana respon nya?
Anggota awal sekitar 30 orang kalau ga salah. Awalnya dulu itu
saya pernah mengawal pemuda turun ke sungai untuk
membersihkan sungai pakai pelampung, sama pak camat waktu itu.
Mengajak masyarakat dulu bersama pemuda Setu, yang peduli
lingkungan, terus kita sama-sama mengajak, dari satu dua orang
hingga beberapa. Kita sebates dari wilayah Sari Mulya sampe Setu
alhadulillah sudah diurus lah sama anak-anak Sekber Jeletreng.
Ada kesadaran juga dari masyarakat. Yang awalnya diujung
jembatan itu numpuk sampah sehingga terkadang ayam potong,
ceker ayam, kepala ayam kumpul semua di situ, tapi sekarang
Alhamdulillah sudah tidak ada. Untuk sosialisasi lanjutan
sementara ini baru wacana saja, tapi ke depannya mau dilakukan.
2. Apakah pemerintah setempat diajak juga?
Iya diajak, waktu itu pak Camat juga sempat ikut turun ke Sungai
untuk membersihkan sampah.
3. Seperti apa respon Masyarakat mengenai program bersih-
bersih sungai ini?
Masyarakat sangat merespon baik, ditandai dengan kolektif dari
Karang Taruna setempat yang membelikan pelampung untuk
kelancaran kegiatan. Selain itu para pemuda juga antusias untuk
gabung dengan Sekber Jeletreng.
4. Dampak positif apa yang dirasakan, terutama bagi pemerintah
setempat?
Tentu sangat baik, diantaranya sungai jadi lebih bersih dan
masyarakat tidak buang sampah lagi ke sungai. Selain itu juga
masyarakat jadi ada yang mengedukasi terkait pentingnya menjaga
kebersihan sungai.
5. Sudahkan masyarakat ikut partisipasi?
Dari kalangan muda sudah, namun dari masyarakat luas pada
umumnya hanya sebatas tahu keberadaan Sekber Jeletreng dan
belum ikut lebih dalam dengan cara ikut terlibat
Hasil Wawancara
Partisipasi Masyarakat Kelurahan Setu Kota Tangerang Selatan Terhadap
Pemeliharaan Sungai Jeletreng
Informan : Bang Halim
Waktu : 9 Mei 2020
1. Dampak positif apa yang dirasakan dari program tersebut,
dan setelah eksis Sekber Jeletreng sungai jeletreng jadi bersih
dari sampah?
Dampak yang saya rasakan diantaranya; pertama, memberikan
edukasi kepada masyarakat terkait bagaimana sungai itu
diperuntukan, jadi masyarakat lebih perduli lagi untuk
menjaganya. Kedua, masyarakat ikut menjaga sungai, karena
mereka merangkul masyarakat guna lebih peka terhadap
lingkungan, dengan cara mengajak dan memberikan kegiatan
bersih-bersih. Ketiga, tentu jadi lebih bersih, lebih terkendali, tidak
ada sampah. Lebih bersih iya, tapi kalau dibilang bersih engga,
maklum sungai, Cuma lebih baik lah ketimbang dulu sebelum ada
Sekber Jeletreng.
2. Bagaimana cara mereka mengajak masyarakat?
Melalui media social, sering update Instagram Whatsapp juga, jadi
mereka follow up masyarakat lewat social media, selain itu
mereka juga kampanye kebersihan lewat acara yang diadakan
pemerintah Kota, jadi kalau ada momen di Kota seperti Pawai
MTQ, hari ulang tahun Kota Tangerang Selatan, momen tahun
baru muharam, mereka ikut ramaikan dengan kampanye
kebersihan sungai.
3. Kapan awal mula mereka mengajak masyarakat?
Kalau itu kurang tau, cuma belakangan ini mereka aktif dalam
mengkampanyekan kebersihan sungai, saya juga pernah ikut turun
membersihkan sungai.
4. Apakah pemerintah setempat diajak juga?
Iya diajak juga, kalau RT kan perijinan, lurah pernah ikut turun
juga beserta SekKel-nya.
5. Adakah waktu khusus seperti seminar untuk
mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya
menjaga kebersihan sungai?
Belum pernah denger, mereka fokusnya lebih ke sungai, nah untuk
yang sampah-sampah ibu rumah tangga dan lain sebagainya ga
begitu aktif sosialisasinya, mereka lebih aktif ke anak-anak dan
pemuda, gimana biar bisa anak anak itu meneruskan perjuangan
mereka.
6. Seperti apa dampak yang dirasakan setelah adanya komunitas
Sekber Jeletreng, terutama bagi kebersihan sungai?
Dampak yang saya rasakan diantaranya; pertama, memberikan
edukasi kepada masyarakat terkait bagaimana sungai itu
diperuntukan, jadi masyarakat lebih perduli lagi untuk
menjaganya. Kedua, masyarakat ikut menjaga sungai, karena
mereka merangkul masyarakat guna lebih peka terhadap
lingkungan, dengan cara mengajak dan memberikan kegiatan
bersih-bersih. Ketiga, tentu jadi lebih bersih, lebih terkendali, tidak
ada sampah. Lebih bersih iya, tapi kalau dibilang bersih engga,
maklum sungai, Cuma lebih baik lah ketimbang dulu sebelum ada
Sekber Jeletreng.
7. Apakah ada peraturan dan sanksi khusus bagi masyarakat
yang buang sampah ke sungai?
Sampai saat ini belum ada, hanya saja mereka akan menegur bagi
pelaku industry yang membuang limbah pabriknya ke sungai tanpa
dinetralisir terlebih dahulu, karena memang jika langsung dibuang
ke sungai akan sangat berbahaya.
Hasil Wawancara
Partisipasi Masyarakat Kelurahan Setu Kota Tangerang Selatan Terhadap
Pemeliharaan Sungai Jeletreng
Informan : Ibu Mulyanih
Waktu : 2 Juni 2020
1. Ibu tau Sekber Jeletreng?
Tau, tau de.
2. Bagaimana keadaan Sungai Jeletreng sebelum ada Sekber
Jeletreng?
Setau saya sih ya, sebelum ada Sekber kali (Sungai) masih serem,
seperti kali jaman dahulu, pas ada Sekber Jeletreng kali ada yang
ngurus, sekarang jadi rapih, bersih, beda dah dulu sama yang
sekarang, dulu mah kaya ga terawat.
3. Dulu banyak sampah di Sungai?
Kalau sampah tuh ada karena sampah dari ujung sana nyangkut di
akar-akar, ngeliat pada nyangkut sampahnya.
4. Sekarang masih ada yang buang sampah ke Sungai?
Kalau sekarang sih semenjak ada anak-anak itu jarang.
5. Kalau sebelumnya?
Kalau dulu orang sambil lewat enak banget dah sebuang-
buangnya, ada yang naik motor, pokonya kali itu kaya buat buang
sampah gitu.
6. Nah kalau ibu apakah ikut buang sampah juga?
Alhamdulillah sih engga, Cuma kalau pas lewat jalan pagi olahraga
gitu suka kalau lagi lewat mau ke pasar Serpong kan bisa juga
lewat situ kita suka mergokin juga orang yang buang sampah ke
Sungai.
7. Ibu tau program bersih-bersih Sungai?
Iya tau, tau.
8. Apakah Ibu pernah ikut program bersih-bersih sungai?
Kalau ikut engga pernah kalau nonton sih pernah liat anak muda
pada bersihin sungai.
9. Setelah Sungai bersih apakah tega membuang sampah ke
Sungai?
Ya engga, malah pengennya ngomelin yang buang sampah disitu.
Soalnya sekarang mah udah enak.
10. Pengaruh yang dirasakan dari program bersih-bersih sungai
seperti apa?
Alhamdulillah sih sekeliling jalanan deket kali itu, pemukiman
deket sungai itu masyarakatnya jadi ga berani buang sampah disitu.
11. Apakah RT/RW dan Pemerintah setempat ikut berpartisipasi?
Pernah ngeliat tuh dari Kelurahan pada dateng ke situ, ngontrol,
kaya Sekretaris dan Lurah.