PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …... · Prof. Drs. Suranto T., M.Sc. Ph.D. Prof. Dr. H....
Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN …... · Prof. Drs. Suranto T., M.Sc. Ph.D. Prof. Dr. H....
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
SAMPAH DI DUSUN SUKUNAN SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Oleh :
Novita Razak
S820908002
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
SAMPAH DI DUSUN SUKUNAN SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Disusun oleh :
Novita Razak
S820908002
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr.H.Sugiyanto,SU (.........................) (.................) NIP 194804041975011001 Pembimbing II Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. (.........................) (.................) NIP 195902011985032002
Mengetahui Ketua Program Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Prof.Dr. H. Sigit Santosa, M.Pd. NIP 195009301976031004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
SAMPAH DI DUSUN SUKUNAN SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Disusun oleh :
Novita Razak
S820908002
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal :
Jabatan Nama Tanda tangan
Ketua Prof. Dr.H.Sigit Santosa, M.Pd. (.............................) Sekretaris Prof. Drs. Indro Wuryatno, M.Si. (.............................) Anggota Penguji :
1. Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U. (.............................)
2. Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. (.............................)
Surakarta, April 2010
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Kependudukan dan Lingkungan Hidup Prof. Drs. Suranto T., M.Sc. Ph.D. Prof. Dr. H. Sigit Santosa, M.Pd. NIP. 19570820 1985031004 NIP. 195009301976031004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Novita Razak
NIM : S820908002
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Partisipasi Masyarakat
dalam Pengelolaan sampah di Dusun Sukunan Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya,
dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, April 2010
Yang membuat pernyataan
Novita Razak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Dengan untaian kasih sayang dan rasa terima kasih yang mendalam, tesis ini
kupersembahkan untuk :
Ayahanda & Ibunda tercinta: Abdul Razak & Chadidjah Ibrahim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, rasa syukur penulis panjatkan kepada pencipta alam raya ini.
Hanya kepada Allah SWT yang patut disembah dan kepada-MU lah rasa terima
kasih ini pertama kali penulis haturkan karena hanya dengan ijin, petunjuk serta
limpahan rahmat, kesehatan dan kasih sayang-MU jualah akhirnya karya tulis ini
dapat penulis selesaikan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan
mengikuti pendidikan pada Program Pendidikan Kependudukan Lingkungan
Hidup Program Pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Sigit Santosa, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup pada Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti
pendidikan dan bimbingan di Program Studi Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup.
3. Prof. Dr. H. Sugiyanto, SU. selaku pembimbing pertama yang telah banyak
membantu memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga
sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Prof. Dr. Siswandari, M. Stats. selaku pembimbing kedua yang telah bersedia
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta petunjuk
sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
5. Para dosen Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
6. Para dosen Penguji Program Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan
Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan wawasan ilmu kepada penulis.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang selalu saling memberikan motivasi,ide, kritik dan saran.
8. Masyarakat Sukunan yang telah membantu penulis dalam penelitian ini,
khususnya Bapak Iswanto, Ibu Endah Iswanto, Ketua Paguyuban Sukunan
Bersemi (PSB) Bapak Suharto, Mbak Harti, dan seluruh informan yang
dengan kerelaan hati telah membantu kelancaran penyusunan tesis ini.
9. Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa, (PPLH Regional
Jawa) Bapak Alm. Sudarsono, SH. yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melanjutkan studi.
10. Para Pejabat & rekan-rekan di PPLH Regional Jawa yang telah memberikan
motivasi dan bantuannya selama penulis melanjutkan studi.
11. Keluarga Drs. R.H. Katamsa di Surakarta (Ibu Katamsa, Natalia Shinto,
Dionysius) terima kasih atas semua bantuannya selama penulis
menyelesaikan studi.
12. Para sahabat sejati yang bermukim di Yogyakarta (Marlina,Kak Hasri, Kak
Agus, Mbak Dewi, Ucie, Fitrie, Tiwi) yang selalu memberikan support, setia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
mendampingi dalam suka dan duka, dan selalu saling mengingatkan untuk
kebaikan. (semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua).
13. Kedua orang tua tercinta : Ayahanda Abdul Razak dan Ibunda Chadidjah
Ibrahim yang telah memberikan bantuan moril dan materil, serta tidak pernah
berhenti mendoakan penulis untuk keberhasilan dalam berbagai hal. Untuk
saudara-saudaraku di Makassar : Irawaty Razak, Linda A. Razak dan
Handayani Razak, terima kasih atas supportnya dari jauh.
14. Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil sehingga dapat
terselesaikannya tesis ini.
Akhirnya dengan menyadari terbatasnya kemampuan yang ada pada diri
penulis, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, Amin….
Surakarta, April 2010
Penulis
NOVITA RAZAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................. ............................. i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS...................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv
ABSTRAK .............................................................................................. xv
ABSTRACT .......................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………….. 4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………….. 4
D. Manfaat Penelitian ………………………………………. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………
A. Kajian Teoretis………………………………………… 6
1. Sampah dan Pengelolaan sampah…………………. 6
2. Partisipasi masyarakat……………………………..... 2 2
3. Persepsi masyarakat ………………………………... 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
4. Motivasi……………………………………………... 30
B. Penelitian yang relevan ………………………………… 33
C. Kerangka Berpikir ……………………………………… 34
BAB III . METODE PENELITIAN …………………………………. 36
A. Lokasi dan waktu penelitian……………………………… 36
B. Jenis dan Sumber data …………………………………… 36
C. Teknik pengumpulan data..............……………………... 37
D. Instrumen penelitian...... ………………………………... 40
E. Teknik Sampling ………………………………………... 41
F. Validitas Data........... ……………………………………. 42
G. Teknik Analisis Data ……………………………………. 43
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………. 45
A. Deskripsi daerah penelitian…………………............. 45
1. Wilayah Dusun Sukunan ………………………… 45
2. Penduduk Dusun Sukunan………………………… 47
3. Sejarah pengelolaan sampah di Sukunan ………….. 48
4. Fasilitas pengolahan sampah di Sukunan…………. 50
B. Persepsi masyarakat tentang pengelolaan sampah ……… 57
C. Motivasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan
sampah……………………………………………..
60
D. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah…… 65
BAB V . PENUTUP ………………. ………………………………... 71
A. Kesimpulan …………………………………….………… 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
B. Implikasi …………………………………………………. 72
C. Saran ……………………………………………………… 72
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 73
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hierarki Pengelolaan Sampah............................................................. 9
2. Alur Manajemen Persampahan ......................................................... 12
3. Bagan Pengolahan sampah swakelola................................................. 17
4. Alur penanganan sampah organik menjadi kompos pada tingkat
rumah tangga......................................................................................
17
5. Kerangka pikir sistem partisipasi masyarakat....................................... 34
6. Denah Dusun Sukunan ........................................................................ 46
7. Lokasi 5 RT di Dusun Sukunan............................................................ 47
8. Komposter untuk sampah organik dari rumah tangga.......................... 51
9. Komposter komunal untuk sampah pekarangan.................................. 52
10. Tempat sampah pilah di setiap rumah …........................................... 52
11. Tempat sampah pilah di beberapa blok di Dusun Sukunan………... 53
12. Hasil kerajinan daur ulang dari sachet minuman, snack, refill…….. 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara ......................................................................... 76
2. Hasil Wawancara............................................................................... 78
3. Instrumen diskusi............................................................................ 106
4. Hasil kesimpulan diskusi................................................................... 107
5. Susunan organisasi Paguyuban Sukunan Bersemi............................. 109
6. Suasana Dusun Sukunan .................................................................... 110
7. Unit-unit pengolahan sampah Sukunan ............................................ 115
8. Hasil pengolahan sampah Sukunan.................................................... 117
9. Kegiatan partisipasi masyarakat Sukunan ......................................... 120
10. Kegiatan Diskusi dengan masyarakat Sukunan...............................
11. Bagan Pengelolaan sampah Sukunan..............................................
126
128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel : Halaman
1. Data pengunjung studi banding & pelatihan di Sukunan ............. 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
Novita Razak, NIM : S820908002. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Dusun Sukunan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat
Sukunan dalam pengelolaan sampah yang dilihat dari persepsi masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan sampah, motivasi masyarakat untuk ikut serta dan kegiatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara mendalam, dan diskusi. Untuk menjamin validitas data digunakan teknik triangulasi sumber data. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dan snowball dan data dianalisis dengan menggunakan metode interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah adalah fasilitasi, yaitu suatu bentuk partisipasi masyarakat yang disengaja, yang dirancang dan didorong sebagai proses belajar dan berbuat oleh masyarakat untuk menyelesaikan suatu kegiatan bersama-sama. Dengan fasilitasi, masyarakat diposisikan sebagai dirinya, sehingga dia termotivasi untuk berpartisipasi dan berbuat sebaik-baiknya. Hasil wawancara dan observasi menunjukkan persepsi positif masyarakat Sukunan terhadap kegiatan pengelolaan sampah terlihat dari tumbuhnya kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mengelola sampah. Motivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi, antara lain : motivasi dari diri sendiri untuk mendapatkan ilmu dan wawasan, alasan ekonomi, faktor kebersihan lingkungan, keterbatasan lahan dan pelestarian lingkungan. Kegiatan partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah yaitu : memilah, mengangkut, mengolah, mengembangkan serta turut berperan dalam pelestarian lingkungan hidup.
Kata kunci : sampah, partisipasi, pengelolaan sampah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT
Novita Razak, NIM : S820908002. Community participation in waste management in Sukunan Village, Sleman. Daerah Istimewa Yogyakarta. Thesis. The study program of Population Education and Environmental. Post Graduate program, Sebelas Maret University Surakarta. In April 2010.
The research aims is to determine the form of community participation in waste management Sukunan seen from the perception of society Sukunan towards waste management, community motivation to participate and the activities of community participation in waste management.
This research used descriptive qualitative method. Data were collected using observation, indepth interview, and discussion. Triangulation technique was applied to obtain validity. The sampling technique was based on purposive sampling and snowball. Data were analyzed using interactive analysis.
The result shows that the form of community participation in waste management is Sukunan facilitation, a form of intentional community participation, designed and driven as a process of learning and doing by the public to complete an activity together. With facilitation, the community is positioned as himself, so he was motivated to participate and do his best. The result of interviews and observations indicate a positive perception of society Sukunan to waste management activities can be seen from the increasing awareness, willingness and ability of people to manage waste. Community motivation to participate, among other things: motivation of yourself to gain knowledge and insight, the reason for the economic, environmental hygiene factors, limited land and environmental preservation. Activities Sukunan community participation in waste management are: sorting, transporting, processing, develop and contribute to environmental conservation. The key word : The waste, participation, the waste management
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini masalah sampah adalah sebuah isu penting yang memerlukan
penanganan secara tepat. Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi
masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah
yang semakin beragam. Dan penggunaan kemasan berupa kertas, plastik, kaleng
dan bahan-bahan lainnya masih tinggi. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah
timbulan sampah perkotaan sebesar 2-4 persen/tahun. Namun hal itu tidak diikuti
oleh sarana dan prasarana persampahan yang memadai sehingga sampah yang
tidak tertangani menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan (Status
Lingkungan Hidup Indonesia, 2004 : 180).
Menurut Undang Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, dijelaskan bahwa kondisi pengelolaan sampah di
Indonesia umumnya belum sesuai dengan metode pengelolaan sampah yang
berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan masyarakat dan lingkungan. Untuk itu sampah telah menjadi
permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara
komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara
ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan, serta dapat
mengubah perilaku masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai
barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu
dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada
pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan
dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah yang berpotensi melepas gas metan
yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi
terhadap pemanasan global (Purwendro, 2006 : 20).
Sebagai upaya untuk menangani sampah tersebut, perlu dikembangkan
metode-metode pengelolaan sampah yang lebih bermasyarakat. Bukan lagi
menitikberatkan pada membuang sampah tetapi pada mengelola sampah. Hal ini
dimulai dengan merubah paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada
pendekatan akhir menjadi paradigma baru pengelolaan sampah yang memandang
sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku
industri (Sudrajat, 2006 : 56).
Partisipasi masyarakat dalam sistem pengelolaan sampah dapat berfungsi
sebagai pengelola, pengolah, pemanfaat, penyedia dana dan pengawas. Peran
masyarakat dalam pengelolaan sampah ini secara garis besar terdiri dari :
1. Masyarakat wajib melakukan pengurangan timbulan sampah dari sumbernya,
yaitu melalui pendekatan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) serta melakukan
pemilahan sampah.
2. Masyarakat bertindak sebagai pengawas untuk menjaga agar sistem
pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3. Masyarakat dapat mengurangi pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan
sampah untuk kegiatan ekonomi, baik dilakukan secara perorangan, maupun
bekerja sama dengan pelaku usaha.
4. Masyarakat sebagai pengolah sampah berperan sebagai sumber daya manusia
untuk mengoperasikan maupun memelihara sarana dan prasarana pengolahan
sampah (PPLH Regional Jawa, 2007 : 210).
Salah satu daerah yang telah berhasil melaksanakan pengelolaan sampah
yang melibatkan partisipasi masyarakat adalah dusun Sukunan. Atas keberhasilan
dusun Sukunan menjadi “Kampung Wisata Lingkungan” maka dusun ini menjadi
tempat percontohan untuk pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat.
Banyak kalangan yang telah berkunjung di dusun Sukunan ini, baik dari instansi
pemerintah, sekolah,kelompok masyarakat lain, bahkan dari luar negeri. Dusun
Sukunan merupakan salah satu daerah di kabupaten Sleman yang sebagian besar
masyarakatnya telah melaksanakan sistem pengelolaan sampah swakelola dengan
cara memisahkan sampah sesuai jenisnya dimulai dari rumah tangga masing-
masing. Latar belakang profesi masyarakat di Sukunan ini sebagian besar adalah
buruh tani, petani, buruh bangunan, pedagang, usaha kecil rumahan (tempe,tahu,
sujen, emping mlinjo, bakpia, dll.) hanya sebagian kecil yang menjadi karyawan
swasta, PNS dan TNI. Melalui pengelolaan sampah mandiri diharapkan
masyarakat di daerah ini dapat memperoleh manfaat sampah secara ekonomi,
peningkatan motivasi dan pengetahuan terhadap pelestarian lingkungan serta
termotivasi mengembangkan sistem pengelolaan sampah mandiri dan produktif
yang berbasis masyarakat (Tim Paguyuban Sukunan Bersemi, 2008 : 9).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dibahas dalam penelitian
ini adalah bagaimana bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan
sampah. Partisipasi ini akan dilihat dari tiga aspek, yaitu : persepsi masyarakat
Sukunan terhadap pengelolaan sampah, motivasi masyarakat Sukunan untuk ikut
serta dalam pengelolaan sampah dan kegiatan partisipasi masyarakat Sukunan
dalam pengelolaan sampah.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah yang dilihat
dari persepsi masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan sampah, motivasi
masyarakat untuk ikut serta dan kegiatan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Dapat digunakan sebagai salah satu model partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
2. Mampu memberikan pengetahuan atau wawasan tentang pengelolaan
lingkungan hidup khususnya cara pengolahan sampah swakelola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Untuk bidang pendidikan dapat digunakan sebagai sarana pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang pengelolaan sampah dan pelestarian
lingkungan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A.Kajian Teoretis
1. Sampah dan Pengelolaan Sampah
Menurut UU No.18 th 2008 Pasal 1 ayat (1) definisi sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya sangat dipengaruhi oleh
berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting
antara lain adalah :
a. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak
penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun
berpacu dengan laju pertambahan penduduk.
b. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat,
semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya
pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas
sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta
kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini
pun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-
bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-
lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis
sampah.
c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun
kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula (Sudrajat,
2006 : 110).
Sampah yang dikelola berdasarkan UU No. 18 tahun 2008 terdiri atas
sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik.
Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal
dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial,
fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Sedangkan sampah spesifik meliputi :
sampah yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), sampah yang
timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi
belum dapat diolah;dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.
Dalam penjelasan Slamet (2004 : 154-155) definisi sampah dapat
dibedakan atas dasar sifat – sifat biologis dan kimianya, sehingga mempermudah
pengolahannya, sebagai berikut :
a. Sampah yang dapat membusuk , seperti sisa makanan. Daun, sampah kebun,
pertanian dan lainnya. Sampah ini dalam bahasa Inggris disebut garbage,
yaitu yang mudah membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan
demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan
maupun dalam pembuangannya.. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan
antara lain, gas metan, gas H2S yang bersifat racun bagi tubuh. Selain racun,
H2S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima.
b. Sampah yang membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan
lainnya. Sampah jenis ini dalam bahasa Inggris disebut refuse. Biasanya terdiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
atas kertas-kertas, plastik, logam, gelas, karet, dan lainnya yang tidak dapat
membusuk/sulit membusuk. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya
didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses
ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan
proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran, tetapi hasil dari proses
ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut.
c. Sampah yang berupa debu/abu,. Sampah jenis ini biasanya berupa debu atau
abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar ataupun sampah.
Sampah seperti ini tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk
mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang
beracun, maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan
masyarakat.
d. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasal
dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya.
Yang dimaksud dengan sampah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Selanjutnya, pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari
produsen sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat Tempat
Penampungan Sampah sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pengelolaan pada TPA. Sebelumnya dimusnahkan, sampah padat dapat pula
diolah dahulu, baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau
dimanfaatkan kembali.
Menurut UU No. 18 th 2008 Pasal 1 ayat (5) definisi pengelolaan sampah
adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Dalam penjelasan UU tersebut
dinyatakan bahwa pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan,
penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan
sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan akhir.
Untuk dapat mewujudkan lingkungan yang bersih dan bebas sampah,
diperlukan perubahan pola pikir atau cara pandang terhadap sampah. Perubahan
ini dapat digambarkan dalam hierarki pengelolaan sampah berbentuk piramida
terbalik, seperti terlihat pada Gambar 1. (Sumber : SLHI, 2004 : 180)
Avoid (menghindari)
Reduce (mengurangi)
Reuse-Recycle (mendaur ulang)
Pure waste (sampah)
Final disposal
Gambar 1. Hierarki pengelolaan sampah
Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertama dari pengelolaan sampah adalah menghindarkan diri untuk
menghasilkan sampah dengan membawa tas sendiri jika hendak berbelanja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
atau membeli barang yang paling sedikit menghasilkan sampah dalam
kemasannya.
b. Tahap yang kedua adalah berusaha untuk mengurangi sampah yang
dihasilkan dengan membeli barang yang dikemas dalam bahan yang ramah
lingkungan.
c. Tahap berikutnya yaitu melakukan daur ulang dan pengomposan dari
sampah yang dihasilkan.
d. Tahap selanjutnya jika tahap-tahap sebelumnya sulit dilakukan, adalah
membuang barang-barang yang memang sudah tidak dapat digunakan
kembali (pure waste).
e. Tahap terakhir adalah tahap yang benar-benar dibutuhkan, jika tahap-tahap
sebelumnya gagal dilakukan, yaitu membuang semua sampah yang
dihasilkan ke TPA.(SLHI, 2004 : 181)
Teknik pembuangan sampah dapat dilihat mulai dari sumber sampah
sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Usaha pertama adalah
mengurangi sumber sampah, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dengan :
meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi
sampah, meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, dan meningkatkan
penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah, misalnya pembungkus
plastik diganti dengan pembungkus kertas. Semua usaha ini memerlukan
kesadaran masyarakat serta peran sertanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Secara sistematis pengelolaan sampah di kota besar dapat dilakukan
dengan dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Kedua sistem ini masing-
masing terdapat kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Pengelolaan Sistem Sentralisasi
Kebanyakan pemukiman masih menerapkan pola pengelolaan sampah
secara sentralistik. Sistem sentralisasi pengolahan sampah adalah pengolahan
sampah yang terpusat dari daerah yang cakupannya luas. Pengolahan sampah
yang dilakukan di tingkat TPA. Di setiap sub-area tidak diadakan pengolahan
sampah, hanya aktivitas pengumpulan sampah. Kelebihan sistem ini terlihat dari
bisa dikelolanya sampah dengan beberapa sistem anaerob dan aerob. Kelemahan
pada pengolahan sampah sistem sentralisasi yaitu biaya pengangkutan sampah
cukup besar dan lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengolahan
cukup luas.
Pengelolaan Sistem Desentralisasi
Berbeda dengan sistem sentralisasi, sistem desentralisasi mensyaratkan
pengolahan sampah pada daerah hulu atau penghasil sampah pertama. Pada
sistem ini, di setiap di setiap sub-area tidak hanya aktivitas pengumpulan sampah,
tetapi juga pengolahannya sampai menjadi produk yang bisa dimanfaatkan lagi.
Kelebihan sistem desentralisasi memungkinkan luas lahan yang dibutuhkan untuk
pengumpulan dan pengolahan tidak terlalu luas. Selain itu, biaya pengangkutan
sampah yang besarnya rata-rata 75% dari total biaya untuk mengolah sampah bisa
dikurangi. Sentra pengumpulan dan penampungan sampah dilakukan pada tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
cakupan daerah yang lebih kecil, misalnya tingkat kelurahan, atau tingkat
kecamatan (Purwendro, 2006 :11-12).
Sebagaimana dijelaskan Sudrajat (2006:52) Sistem yang cocok diterapkan
di Indonesia adalah sistem desentralisasi, karena sistem ini bertujuan mengurangi
arus sampah ke TPA dengan membagi-bagi pengolahan sampah tersebut di
beberapa titik, yaitu : pengolahan langsung dari sumber sampah, pengolahan di
TPS dan pengolahan di TPA.
Gambar 2. Alur Manajemen Persampahan.
Alur ManajemenPersampahan
Sumber(Rumah, Pasar,
Kantor, Terminal, dll.)
TPSTPS
WilayahKota
TPA(Tempat
PemrosesanAkhir)
•Pengolahanberbasismasyarakat/ sumber (rumah, kantor, dll) àpemilahan, kompos, daurulang•Insentif dari Pemda, mis.
• Jaminanpembeliankompos• Bantuanalat
Prinsipno service no moneyNo waste no charge
PengolahanSampaholehPemda(dapatdikerjasamakandenganSwasta)•Kompos•Daurulang•Insineratoràenergy•Sanitary Landfill àMethane capture danenergy (CDM)
GarisTargetVolume Sampah
90%70%
35%
20%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Alur manajemen persampahan ini tujuannya untuk mengurangi timbulan
sampah di TPA. Berbagai macam usaha yang dilakukan agar sampah bisa
ditanggulangi bersama mulai dari masyarakat, dunia usaha (swasta) hingga
pemerintah. Sampah yang berasal dari sumber antara lain : rumah, pasar, kantor,
sekolah dan tempat lainnya dipilah berdasarkan jenis organik dan an organik.
Tentunya dalam proses pemilahan tersebut harus ditunjang oleh pra sarana yang
memadai. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan an organik disortir
kembali untuk barang yang bisa digunakan kembali atau pun dijual ke
pengumpul. Peran pemerintah salah satunya adalah memberikan insentif bisa
berupa jaminan pembelian kompos, dan bantuan pengadaan alat (alat pencacah
sampah organik maupun pencacah plastik) sehingga dengan bantuan tersebut
kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dapat berjalan
optimal. Pengolahan dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat itu sendiri,
namun bisa juga dilakukan di TPS kawasan atau TPS wilayah kota. Jika berjalan
dengan baik maka bisa diprediksi sampah yang ditampung dalam TPS kawasan
atau pun TPS wilayah kota jumlahnya lebih berkurang. Akan lebih baik lagi jika
di TPS wilayah juga dilakukan pengolahan sampah oleh pihak pemda yang
bekerja sama dengan pihak swasta. Dengan langkah-langkah pengolahan sampah
dekat dengan sumber dan TPS wilayah maka diharapkan sampah kota yang
masuk ke TPA jumlahnya berkurang hingga 20 %.
Salah satu metode yang bisa dikembangkan untuk proses pengelolaan
sampah tersebut adalah implementasi prinsip reduce, reuse dan recycle yang
sering diistilahkan dengan 3 R, Reduce (pengurangan sampah), Reuse
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(penggunaan kembali) dan Recycle (daur ulang). Khusus dalam pengelolaan
sampah di tingkat permukiman diperlukan sistem pengelolaan sampah yang
berbasis masyarakat dengan mekanisme sebagai berikut :
Langkah pertama
Penyampaian gagasan tentang sistem pengelolaan sampah swakelola kepada
tokoh masyarakat, antara lain Pengurus RW, Pengurus RT, PKK, Dasawisma,
Takmir Masjid, Pemuda, dan sebagainya. Pada tahap ini harus ada orang
(diutamakan orang dalam kampung itu sendiri) yang mampu melakukan
sosialisasi dan motivasi secara mantap dan jelas. Momentum ini sangat
menentukan tanggapan tokoh masyarakat untuk menerima atau menolak terhadap
sistem pengelolaan sampah yang ditawarkan.
Langkah Kedua
Pembentukan Tim Pengelola Sampah Kampung. Tim ini sangat penting
peranannya dalam mengawal keberlangsungan sistem pengelolaan sampah yang
akan dijalankan oleh masyarakat. Mereka yang duduk dalam tim sebaiknya dipilih
mereka yang mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan, berdedikasi tinggi,
bertanggung jawab dan mampu bekerjasama dengan masyarakat. Tugas tim ini
adalah melakukan sosialisasi, edukasi, evaluasi dan motivasi secara terus menerus
kepada masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan pengelolaan sampah
swakelola.
Langkah Ketiga
Menyusun visi, misi dan slogan kampung untuk meningkatkan motivasi
masyarakat sebaiknya dalam membuat slogan melibatkan aspirasi masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Langkah Keempat
Sosialisasi, edukasi dan motivasi diarahkan kepada seluruh lapisan masyarakat
(anak-anak hingga orang tua) dengan metode demonstrasi, Tanya jawab dan
perlombaan-perlombaan. Selain itu dapat melalui media lain, misalnya lagu yang
berisikan ajakan kepada masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah
dengan benar.
Langkah Kelima
Untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan sampah
dilakukan beberapa latihan, misalnya latihan memisahkan sampah sesuai jenisnya,
latihan membuat kompos, latihan membuat kerajinan daur ulang dari sampah dan
lain-lain.
Langkah keenam
Menyiapkan sarana pendukung dalam pelaksanaan pengelolaan sampah. Sarana
pendukung yang diperlukan dalam pengelolaan sampah misalnya tempat sampah
yang sudah terpilah, tong/drum sampah, gentong untuk tempat kompos, gerobak
sampah, bak kompos, alat daur ulang dan TPS kampung. Pengadaan dan
pengerjaan semua sarana sebaiknya dilakukan oleh msyarakat sendiri secara
gotong royong. Tujuannya agar masyarakat mempunyai rasa memiliki sarana
tersebut sehingga nantinya juga akan memeliharanya.
Langkah Ketujuh
Menyiapkan petugas dan atau menjalin kerjasama dengan pihak lain yang mau
menjadi pengambil dan pembeli sampah. Sebelum ditawarkan ke pihak lain,
sebaiknya ditawarkan kepada masyarakat dalam kampung sendiri dulu, misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pemuda atau penduduk. Dalam tahap ini perlu disepakati mekanisme dan
tanggung jawab antara pihak kampung dengan pihak lain tersebut. Pengepul
sampah yang berada di sekitar daerahnya dapat dijadikan sebagai pihak rekanan
(swasta) yang menerima dana membeli sampah-sampah yang telah dipilah oleh
masyarakat.
Langkah kedelapan
Masyarakat diminta untuk segera menerapkan sistem pengelolaan sampah
swakelola sesuai dengan mekanisme yang disepakati, dimulai dari kegiatan
pemilahan sampah sesuai jenisnya di rumah tangga masing-masing sampai
memasukkan ke dalam tong sampah terdekat.
Langkah Kesembilan
Kegiatan pengelolaan sampah perlu dipantau dan dievaluasi oleh suatu tim
pengelola sampah kampung secara terus menerus. Hasilnya dibahas dalam rapat
tim untuk menentukan upaya tindak lanjut dan menyusun strategi yang dapat
dilakukan.
Langkah Kesepuluh
Pelaporan hasil kegiatan pengelolaan sampah, termasuk hasil penjualan harus
dilaporkan secara tertulis kepada masyarakat melalui forum rapat-rapat pertemuan
rutin warga setiap bulan sekali (PPLH Reg. Jawa, 2008 : 358-364).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 3. Bagan Pengolahan sampah produktif
Gambar 4. Alur Penanganan sampah organik menjadi kompos pada tingkat rumah tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Dari langkah-langkah tersebut terlihat setiap orang ikut berperan dalam
melakukan pengolahan sampah. Dalam Sudrajat (2006 : 203) disebutkan seiring
meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan perekonomian masyarakat serta
perkembangan teknologi khususnya bagi industri, maka volume sampah juga
meningkat dan bervariasi jenis limbahnya. Untuk itu dikembangkan beberapa
metode agar lebih berkualitas dalam melakukan pengelolaan lingkungan, salah
satunya adalah dengan mengembangkan sistem 3R menjadi 5R, yaitu :
Re-think; suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan
akan beroperasi.
Reuse; atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang memungkinkan
suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakuan
fisika/kimia/biologi.
Reduction; atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi yang
dapat mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran diawal produksi.
Recovery; adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahan/energi dari suatu
limbah untuk kemudian dikembalikan kedalam proses produksi dengan atau tanpa
perlakuan fisika/kimia/biologi.
Recycling; atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan
limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai
melalui perlakuan fisika/kimia/biologi.
Namun sayangnya, penerapan sistem ini masih pada tahap sosialisasi,
belum pada implementasi yang optimal. Justru saat ini, pengelolaan persampahan
yang dilakukan oleh pemerintah masih menggunakan pendekatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menitikberatkan pada pengelolaan sampah ketika sampah tersebut telah dihasilkan
(end of pipe solution), yaitu berupa kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan
pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Pendekatan
ini akan memberatkan beban TPA dengan lahan yang terbatas.
Sedangkan menurut Slamet (2004 : 156-157) pengelolaan sampah
berupa :
a. Komposting, baik bagi jenis sampah organik, hanya diperlukan konsentrasi
dan perbandingan Nitrogen, Phospor, dan Kalium (N.P.K), minat konsumen
akan kompos, tempat atau lahan untuk komposting, serta kelayakan sosial-
ekonomis;
b. Insenerasi untuk refuse, perlu diperhatian kualitas sampah yang ada,
korosivitas jenis refuse, dan kelayakan sosial-ekonomis;
c. Proses lain seperti pembuatan bahan bangunan dari buangan industri yang
mempunyai sifat seperti semen, dan seterusnya.
Meskipun banyak teknik pengolahan sampah yang telah dijelaskan dalam
teori, namun pada kenyataannya saat ini sampah sulit dikelola oleh karena
berbagai hal :
a. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan
masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan.
b. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan
keselarasan pengetahuan tentang persampahan.
c. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan, dan konstruksi di segala bidang
termasuk bidang persampahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
d. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan
permasalahan pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan turunnya harga
tanah karena daerah yang turun kadar estetikanya, bau, dan memperbanyak
populasi lalat dan tikus.
e. Kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas. Juga
ketidak-mampuan orang memelihara barangnya, sehingga cepat rusak.
Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya sehingga cepat
menjadi sampah.
f. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir
sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan
sampah; juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah.
g. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai
tempat pembuangan sampah.
h. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.
i. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang
panas.
j. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya dan memelihara kebersihan.
k. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini
kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah.
l. Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor
non-teknis seperti partsipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat
dan bersih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Untuk itu beban pemerintah dalam hal pengelolaan sampah harus dibantu
melalui peran aktif masyarakat untuk mengolah sampah yang dihasilkan dengan
cara swakelola. Pengelolaan sampah diusahakan semakin dekat dengan sumber
penghasil sampah (masyarakat), maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan.
Dalam pengelolaan sampah di tingkat permukiman diperlukan suatu sistem
pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat, artinya semua cara atau langkah
yang terdapat dalam sistem tersebut dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Tujuan
pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah mendidik dan meningkatkan
kesadaran masyarakat agar dapat melakukan pengelolaan sampah secara mandiri,
produktif, komprehensif dan ramah lingkungan, sehingga dapat meningkatkan
kebersihan, kenyamanan dan kesehatan lingkungan (PPLH Reg. Jawa :356).
Seperti yang dijelaskan oleh Chandra (2007 : 121) bahwa pengelolaan
sampah yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat dan
lingkungannya, antara lain :
a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
b. Sampah dapat digunakan untuk makanan ternak setelah menjalani proses
pengelolaan yang telah ditentukan lebih dulu untuk mencegah pengaruh
buruk sampah tersebut terhadap ternak.
c. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang
biak serangga atau binatang pengerat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan
sampah.
e. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup
masyarakat.
2. Partisipasi Masyarakat
Pengertian partisipasi menurut Robert Chambers dalam Daniel (2005 : 59)
adalah partisipasi dalam arti bahwa masyarakat terlibat langsung dalam setiap
tahapan proses Partisipasi adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga
mampu menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapinya. Pengertian partisipasi
(participation dalam kamus Inggris) adalah pengambilan bagian, pengikutsertaan.
Dengan demikian pengertian partisipasi adalah pengambilan
bagian/pengikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan
proses pembangunan mulai dari perencaaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating) sampai kepada monitoring dan evaluasi
(controlling) selanjutnya disingkat dengan POAC.
Partisipasi bukanlah proses alami, tetapi melalui proses pembelajaran
sosialisasi. Ada beberapa bentuk partisipasi, antara lain : (1) inisiatif/spontan,
yaitu masyarakat secara spontan melakukan aksi bersama. Ini adalah bentuk
partisipasi paling alami. Bentuk partisipasi spontan ini sering terjadi karena
termotivasi oleh suatu keadaan yang tiba-tiba, seperti bencana atau krisis, (2)
fasilitasi, yaitu suatu partisipasi masyarakat disengaja, yang dirancang dan
didorong sebagai proses belajar dan berbuat oleh masyarakat untuk menyelesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
suatu kegiatan bersama-sama, (3) induksi, yaitu masyarakat dibujuk berpartisipasi
melalui propaganda atau mempengaruhi melalui emosi dan patriotisme, (4)
koptasi, yaitu masyarakat dimotivasi untuk berpartisipasi untuk keuntungan-
keuntungan materi dan pribadi yang telah disediakan untuk mereka, (5) dipaksa,
yaitu masyarakat berpartisipasi di bawah tekanan atau sanksi-sanksi yang dapat
diberikan penguasa. Bentuk partisipasi yang diharapkan adalah
inisiatif/spontanitas, namun sering tidak terjadi, sehingga diperlukan upaya dari
luar. Memilih proses No.3,4, dan 5 hasilnya akan relatif bersifat sementara. Dan
partisipasi tidak akan banyak bermanfaat bagi masyarakat. Yang paling baik
adalah melalui fasilitasi. Dengan fasilitasi, masyarakat diposisikan sebagai
dirinya, sehingga dia termotivasi untuk berpartisipasi dan berbuat sebaik-baiknya
(Daniel, 2005 : 60).
Partisipasi masyarakat diartikan sebagai proses yang di dalamnya
masyarakat (yang kemungkinan akan terkena dampak negatif pembangunan) turut
serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini mutlak
diperlukan terutama dalam menyelesaikan secara tuntas berbagai persoalan
lingkungan hidup. Caranya ialah dengan melibatkan semua kekuatan masyarakat
secara dini dalam proses pengambilan keputusan dan pembangunan. Selain itu
upaya perlindungan lingkungan akan lebih efektif bila partisipasi atau kerja sama
dengan kelompok – kelompok masyarakat yang bersangkutan sungguh-sungguh
dilakukan. Dalam hal ini masyarakat dilihat sebagai faktor yang dominan dalam
aspek perlindungan kualitas lingkungan (Rhiti, 2005 : 98).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Selanjutnya menurut Mitchell (2003 : 261) partisipasi mempunyai arti
penting sekurang-kurangnya dalam lima hal berikut ini, yaitu sebagai (1)
masukan kebijaksanaan, (2) strategi, (3) komunikasi, (4) media pemecahan publik,
(5) terapi sosial dalam arti cara untuk menghilangkan keterasingan dari warga
masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan. Sebagai masukan kebijaksanaan,
partisipasi dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat yang mungkin
akan terkena dampak negatif suatu kegiatan pembangunan mempunyai hak untuk
dimintai pendapatnya.
Dalam definisi partisipasi tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur
terjadinya partisipasi adalah harus ada tujuan kelompok lebih dahulu; harus ada
dorongan untuk menyumbang atau melibatkan diri bagi tercapainya tujuan
kelompok; keterlibatan tersebut meliputi baik fisik, mental maupun emosi; harus
ada rasa tanggung jawab bersama demi tercapainya tujuan kelompok. Selanjutnya
agar tindakan bersama tersebut lebih berstandar pada prakarsa dan partisipasi
masyarakat sendiri dibutuhkan adanya kompetensi masyarakat terhadap proses
pembangunan di lingkungan kehidupannya. (Zuandi, 2008 : 19)
Pada hakekatnya partisipasi merupakan pemberdayaan masyarakat dengan
peningkatan kemampuan dan penguatan kelembagaan komunitas lokal melalui
proses belajar berbasis pengalaman (Halvorsen, 2003;535).
Menurut Adisasmita (2006 : 38), partisipasi anggota masyarakat adalah
keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi
kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek
pembangunan yang dikerjakan di masyarakat lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Persoalan lingkungan hidup sebenarnya juga muncul karena partisipasi
masyarakat, terutama yang terkena dampak penting, tidak ada. Partisipasi itu tidak
hanya berarti bahwa masyarakat turut mengelola lingkungan secara fisik, namun
juga melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan penting, dan membuat
mereka merasa memiliki kegiatan itu.
Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan)
merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk
berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang
dilaksanakan. Alasan atau pertimbangan untuk mengajak masyarakat turut
berpartisipasi adalah anggota masyarakat dianggap bahwa :
a. Mereka mengetahui sepenuhnya tentang permasalahan dan
kepentingannya/kebutuhan mereka.
b. Mereka memahami sesungguhnya tentang keadaan lingkungan sosial dan
ekonomi masyarakatnya.
c. Mereka mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadian di
masyarakat.
d. Mereka mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan dan
kendala yang dihadapi.
e. Mereka mampu memanfaatkan sumberdaya pembangunan (SDA,SDM, dana,
sarana dan teknologi) yang dimiliki untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan masyarakatnya
yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
f. Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan kemampuan
SDM-nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri dan
keswadayaan yang kuat mampu mengurangi dan bahkan menghilangkan
sebagian besar ketergantungan terhadap pihak luar (Adisasmita, 2006: 40-41).
Apapun usaha pengelolaan sampah, baik skala besar maupun kecil, bila
harus mencapai tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang sehat, maka
faktor yang paling utama, yang harus diperhatikan adalah peran serta masyarakat.
Masyarakat harus mengerti dan mau berpartisipasi bila perlu juga berubah sikap
sehingga bersedia membantu mulai dari pengurangan volume sampah, perbaikan
kualitas sampah, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan tempat
sampah, sampai pada penyediaan lahan, dan pemusnahan sampah. Tanpa
partisipasi masyarakat, program persampahan tidak akan tuntas pengelolaannya.
(Slamet, 2004 : 158).
Selain hal tersebut menurut Budiharjo (2003 :179) tingkat partisipasi
masyarakat juga dipengaruhi oleh sistem nilai budaya dan sikap masyarakat yang
dominan dalam suatu wilayah. Hal ini menyebabkan partisipasi masyarakat relatif
sangat berhasil di suatu lingkungan masyarakat tetapi mungkin saja tidak berhasil
di wilayah lainnya. Faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi adalah sebagai berikut :
a. Masyarakat akan berpartisipasi jika menganggap ada manfaat dan penting;
b. Partisipasi yang dilakukan akan membawa ke arah perubahan yang lebih baik;
c. Partisipasi diberikan akan diperhatikan dan dihargai, bukan hanya sebagai
upaya untuk memenuhi persyaratan formal;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
d. Masyarakat merasa mampu untuk berpartisipasi dan akan didukung pihak lain
dalam kegiatan tersebut;
e. Struktur dan proses dalam partisipasi tidak asing bagi masyarakat setempat
atau sesuai dengan tata cara dan nilai setempat.
Menurut Sutrisno (1995 : 98), partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan
pembangunan tidak dapat muncul begitu saja, harus ada insentif agar masyarakat
bersedia memahami permasalahan yang sedang dihadapi dan secara sukarela
bersedia berkorban bagi kelancaran pembangunan. Partisipasi masyarakat banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, adanya instruksi pemerintah, insentif
dan supervise, kepemimpinan yang kuat, kesepakatan warga tentang pemenuhan
kebutuhan yang sangat mendadak, kekhawatiran dikucilkan, manfaat yang
langsung diperoleh, tokoh formal dan informal, sistim nilai masyarakat, tingkat
pendidikan, faktor ekonomi, politik dan sebagainya.
Partisipasi masyarakat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor selain
tersebut di atas, dimana menurut Suparjan (2003 : 250) adalah kepemimpinan
yang kuat, insentif dan supervisi, instruksi pemerintah, contoh dari proyek
swadaya lain, kesepakatan warga tentang kebutuhan yang mendesak, manfaat
yang diperoleh secara langsung dan pengorbanan yang diberikan, kekuatiran
untuk dikucilkan, serta adanya tokoh informal dan formal.
Banyak alasan dapat diberikan untuk menyertakan masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan dan sumberdaya. Melalui konsultasi dengan masyarakat
yang tinggal di wilayah yang akan terkena kebijakan, program atau proyek
dimungkinkan untuk :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
a. Merumuskan persoalan dengan lebih efektif.
b. Mendapatkan informasi dan pemahaman di luar jangkauan dunia ilmiah.
c. Merumuskan alternatif penyelesaian masalah yang secara sosial akan dapat
diterima
d. Membentuk perasaan memiliki terhadap rencana dan penyelesaian, sehingga
memudahkan penerapan.
Meskipun pendekatan partisipatif mungkin memerlukan waktu lebih lama
pada tahap - tahap awal perencanaan dan analisis, di dalam proses selanjutnya,
pendekatan ini akan mengurangi atau menghindari adanya pertentangan.
Sementara beberapa pengelola lingkungan mungkin merasa terancam dan
tertentang dengan pendekatan partisipasi, karena menyadari bahwa merupakan
tugas merekalah untuk merumuskan persoalan dan mengembangkan
penyelesaiannya, saat ini di negara-negara demokratik dengan masalah yang
semakin kompleks, lebih banyak pengelola memandang positif pendekatan ini
(Mitchell, 2003 : 253-254).
Pengertian partisipatif menurut Robert Chambers dalam Daniel (2005 : 59)
adalah partisipasi dalam arti bahwa masyarakat terlibat langsung dalam setiap
tahapan proses. Dengan demikian pengertian partisipasif adalah pengambilan
bagian/keikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan
proses pembangunan mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating) sampai kepada monitoring dan evaluasi
(controlling) selanjutnya disingkat dengan POAC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3. Persepsi Masyarakat
Pengelolaan lingkungan hidup yang diintegrasikan dalam suatu kegiatan
masyarakat, tidak terlepas dari keterlibatan maupun keikutsertaan masyarakat.
Dalam hal ini, kuantitas dan kualitas bentuk peran serta masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan dan mengembangkan potensi dirinya tergantung
bagaimana ia dapat menerima, mengolah dan menyimpulkan serta
mempersepsikan di dalam alam pikirannya, segala informasi dan rangsangan
tindakan yang ia terima. Sebagaimana disampingkan oleh Moskowitz dan Orgel
(Walgito, 1999 :46), bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian,
penginterpretasikan terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang
intergrated dalam diri individu.
Melalui persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang
keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri
individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam
persepsi stimulus dapat datang dari luar individu, tetapi juga berasal dari dalam
diri individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya sendiri sebagai
objek persepsi, inilah yang disebut persepsi diri (self-perception). Karena dalam
persepsi itu merupakan aktivitas yang intergrated, maka seluruh apa yang ada
dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka
acuan dan aspek-aspek yang lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan
dalam persepsi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Persepsi dari setiap individu merupakan langkah awal yang menentukan
dalam menyumbangkan keberhasilan upaya partisipasi potensi optimalnya.
Dengan demikian, dalam partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
kemampuannya yang terpenting adalah memberikan rangsangan dan tindakan
sebagai informasi yang dapat diterima individu secara nalar sesuai kemampuan
daya pikirnya. Selanjutnya diikuti dengan menumbuhkan motivasi untuk
mengubah perilaku menjadi lebih baik serta mau berpartisipasi aktif dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup.
4. Motivasi
Dalam partisipasi masyarakat, perlu memberikan motivasi kepada mereka
yang sebelumnya kurang mempertimbangkan kelestarian lingkungan hidup
menjadi pengelola sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan sangat
diharapkan.
Motivasi merupakan sesuatu yang ada dalam diri seseorang dan tidak
nampak dari luar. Motivasi akan terlihat melalui perilaku seseorang yang dapat
dilihat. Motivasi merupakan faktor penting yang mendukung prestasi kerja, di
samping faktor lain seperti kemampuan, keahlian dan kesediaan atau motivasi
seorang karyawan untuk bekerja biasanya ditujukan oleh aktivitas yang terus
menerus dan yang berorientasikan tujuan (Uno, 2007: 50).
Sedangkan menurut Iswanto (1994 : 9) motivasi adalah dorongan dasar
yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan
atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang didasarinya.
Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Uno (2007 : 48), motivasi instrinsik timbul tidak memerlukan
rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu
sesuai atau sejalan dengan kebutuhan. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul
karena adanya rangsangan dari luar individu. Imbalan instrinsik (misalnya suatu
perasaan keberhasilan dalam hal melaksanakan tugas tertentu, yang sangat
menarik dan menantang) merupakan bagian integral dari tugas yang dihadapi, dan
hal tersebut ditentukan oleh individu yang melaksanakan tugas tersebut.
Dalam Sarwono (1999 : 25) disebutkan bahwa motivasi adalah dorongan
psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat
keadaan dalam diri individu muncul, terarah dan mempertahankan perilaku.
motivasi menjadi hasrat atau dorongan terhadap seseorang agar mau melakukan
sesuatu.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya
adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau
activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian
kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Oleh
karena itu tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan rangsangan-rangsangan
terhadap hal semacam di atas yang akan menumbuhkan motivasi, dan motivasi
yang telah tumbuh memang dapat menjadikan motor dan dorongan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan. Motivasi
yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan
yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat
motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan
motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh individu lain.
Adisasmita (2004 : 150-151) tingkat pertisipasi masyarakat sangat
dipengaruhi oleh motivasi masyarakat, dimana dia membedakan dalam 5 (lima)
motif yang melatarbelakangi masyarakat berpartisipasi :
a. Motif psikologis, yaitu motivasi adanya kepuasan pribadi, pencapaian prestasi,
atau rasa mencapai sesuatu, meskipun tidak menghasilkan uang atau barang.
Untuk meningkatkan partisipasi berarti memberikan kesempatan kepada setiap
warga masyarakat untuk mengekspresikan diri dan mengatakan aspirasinya
serta keleluasaan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia.
b. Motif sosial, yaitu untuk memperoleh status sosial dan untuk menghindari
diri dari terkena pengendalian kontrol. Orang akan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan pembangunan jika berakibat meningkatkan status sosial dan
barpartisipasi juga karena takut terkena sanksi sosial.
c. Motif keagamaan, dimana motif ini didasarkan pada kepercayaan kepada
kekuatan agama yang berada di luar dirinya. Agama sebagai ideologi sosial
yang mempunyai berbagai fungsi bagi pemeluknya dapat meningkatkan
partisipasi pemeluknya dalam pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
d. Motif ekonomi, yaitu adanya keuntungan yang seringkali mendorong orang
untuk mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Pengambilan keputusan berpartisipasi dalam masyarakat bila menghasilkan
manfaat keuntungan bagi dir/kelompoknya dan kerugian yang diperoleh lebih
kecil akibat ikut berpartisipasi dari pada tidak ikut berpartisipasi.
e. Motif politik, motif yang didasarkan oleh kekuasaan, partisipasi
seseorang/kelompok tertentu akan ditentukan oleh besar kecilnya kekuasaan
yang diperoleh dari partisipasi dan kegiatan yang diikuti. Makin besar yang
diperoleh dari keterlibatan dalam kegiatan akan makin meningkat
partisipasinya.
B. Penelitian yang Relevan
1. Manajemen swakelola sampah Dusun Sukunan dan Gondolayu Lor Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Surahmah Asti Mulasari, Tugas Akhir
Universitas Gajah Mada tahun 2007. Tujuan dalam penelitian ini untuk
mengetahui manfaat swakelola sampah dan tingkat keberhasilan swakelola
sampah di Dusun Sukunan dan Gondolayu Lor.
2. Mekanisme partisipasi masyarakat dalam program rekonstruksi pasca bencana
alam, (studi kasus pembangunan perumahan korban gempa dan tsunami di
kelurahan Suak Indrapuri dan Desa Peunaga Cut Ujong Kabupaten Aceh
Barat., oleh Hasmi Zuandi., Pascasarjana UGM .Tesis. 2007.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Kerangka Berpikir
Dari uraian latar belakang serta permasalahan yang telah dirumuskan, sistem
partisipasi masyarakat dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka
pikir sebagai berikut :
Gambar 5. Kerangka berpikir sistem partisipasi masyarakat
Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah mandiri diperlukan upaya-upaya
yang dapat merubah persepsi masyarakat yang dahulu beranggapan bahwa
sampah itu merupakan barang yang tidak berguna dan harus dibuang menjadi
pandangan baru bahwa sampah itu dapat digunakan kembali dan bisa
menghasilkan. Dari perubahan persepsi tersebut akan menimbulkan pengaruh
positif pada masyarakat terhadap kegiatan pengolahan sampah mandiri. Dengan
persepsi yang benar, diharapkan akan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk
ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah. Sikap positif yang
mempertimbangkan etika lingkungan, serta bermanfaat baik ekonomi, sosial
PERSEPSI MASYARAKAT
MANFAAT : - EKONOMI - SOSIAL - LINGKUNGAN
MOTIVASI
PARTISIPASI MASYARAKAT
PENGELOLAAN SAMPAH & PELESTARIAN LINGKUNGAN
HIDUP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
maupun lingkungan, akan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan
pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian hasil
partisipasi ini tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat Sukunan, tetapi
juga meningkatkan kemampuan masyarakat dalam ilmu pengetahuan, pengelolaan
lingkungan hidup, khususnya dalam mengelolah sampah yang dihasilkan setiap
rumah tangga dan juga dalam pengendalian pencemaran lingkungan hidup yang
terjadi akibat dari kegiatan sehari-hari, serta pelestarian lingkungan yang
berkelanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Sukunan, Desa Banyuraden,
Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu
penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2009.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari pengamatan di lapangan dan wawancara dengan masyarakat
Sukunan. Data sekunder merupakan informasi yang telah tersedia di lapangan
berupa : jumlah penduduk, denah wilayah Sukunan, sistem pengelolaan sampah
Sukunan dan kliping perkembangan program pengelolaan sampah Sukunan.
Materi atau obyek yang diteliti adalah partisipasi masyarakat, dalam hal ini
antara lain : prasarana pengelolaan sampah di Sukunan, masyarakat Sukunan dan
kegiatan pengelolaan sampah di Sukunan.
2. Sumber Data
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena atau hubungan antar fenomena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat. Dalam penelitian kualitatif ini,
data yang diperlukan berupa jenis informasi yang penting untuk dikaji, sebagian
besar berupa data kualitatif. Menurut Lofland ( Moleong, 2009 : 157) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan.
Untuk mendapatkan data yang berupa kata-kata peneliti mengadakan
wawancara sendiri dengan beberapa nara sumber, antara lain:
a. Penduduk Dusun Sukunan (8 orang) sebagai tim pengelolaan sampah ;
b. Pelopor kegiatan pengelolaan sampah di Dusun Sukunan (Iswanto);
c. Ketua RW dan Ketua RT;
d. Ketua Paguyuban Sukunan Bersemi (PSB) Suharto.
Sehubungan dengan yang diteliti adalah partsipasi masyarakat, maka penulis
mencoba menggali informasi dari tokoh masyarakat di Sukunan dan orang-orang
yang punya peran dalam tim pengelolaan sampah Sukunan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)
Wawancara sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi penting untuk
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
tuntutan, kepedulian dan lain sebagainya, yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba,
(dalam Moleong, 2009 : 186)
Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat,
tidak dalam suasana formal dan bisa dilakukan berulang pada informan yang
sama. Kelenturan dan kelonggaran cara ini akan mampu mengorek kejujuran
informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya, yang berkaitan dengan
perasaan, sikap dan persepsi mereka terhadap kegiatan pengelolaan sampah
(Sutopo, 1996 : 137).
2. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (observasi) adalah suatu metode pengumpulan data dengan
melibatkan peneliti pada objek penelitian yang terjadi. Observasi dilaksanakan
pada masyarakat Sukunan. Pengamatan dalam penelitian ini untuk mendapatkan
informasi secara langsung tentang prasarana pengolahan sampah, kegiatan
masyarakat Sukunan khususnya dalam penngelolaan sampah, atau aktifitas
masyarakat dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan,
kondisi lingkungan dusun Sukunan yang membuktikan sampah terolah melalui
keberadaan pra sarana dan hasil olah sampah. Hasil observasi digunakan untuk
membahas lebih dalam tentang permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Hasil
observasi disajikan dalam dokumentasi pada lampiran 6,7 dan 8.
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2008 : 228) menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Manfaat observasi adalah sebagai berikut :
a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh
pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif
membuka kemungkinan melakukan penemuan.
c. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak
diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu,
karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam
wawancara.
d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak
akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat
sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan lembaga.
e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi
responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih
komprehensif.
f. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data
yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan
suasana situasi sosial yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
3. Diskusi
Diskusi tentang perkembangan pengelolaan sampah dilakukan pada saat
pertemuan warga masyarakat Sukunan di rumah Ketua Paguyuban Sukunan
Bersemi (PSB) pada hari Sabtu tanggal 9 Januari 2010 pukul 19.00- 21.00 WIB.
Diskusi dihadiri oleh 12 orang terdiri dari ketua PSB, pelopor kegiatan
pengelolaan sampah, ketua RT, ketua kelompok pemuda, para koordinator unit.
Kelompok diskusi terbagi 2 untuk membahas perkembangan kegiatan pengelolaan
sampah dan evaluasi hasil pelaksanaan pengelolaan sampah di Sukunan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri dari : 1) Observasi/pengamatan, pengamatan
dilakukan secara langsung oleh peneliti pada dusun Sukunan baik dari segi
lingkungan maupun kegiatan masyarakat. 2). Wawancara mendalam/indepth
interview, wawancara dilakukan peneliti kepada beberapa narasumber yang
mengetahui dengan baik proses dan perkembangan pengelolaan sampah di
Sukunan. 3). Diskusi dilakukan dengan mengumpulkan data dari beberapa
narasumber, baik dari tokoh masyarakat Sukunan maupun anggota masyarakat.
Isi instrumen adalah sebagai berikut : 1). Instrumen observasi : hal-hal
yang diobservasi adalah prasarana pengolahan sampah, kegiatan masyarakat
dalam pengolahan sampah, kondisi lingkungan dusun Sukunan yang
membuktikan sampah terolah melalui keberadaan pra sarana dan hasil olah
sampah. 2). Instrumen wawancara : pokok-pokok wawancara meliputi aktifitas
masyarakat Sukunan, pandangan masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sampah, motivasi masyarakat Sukunan untuk ikut serta dan bentuk partisipasi
masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah. 3). Instrumen diskusi : catatan
tentang hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa informan.
E. Teknik Sampling
Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teknik cuplikan yang bersifat
selektif, dengan memilih narasumber/informan yang dianggap mengetahui proses
dan perkembangan program pengelolaan sampah di Sukunan, sehingga
kemungkinan pilihan informasi dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Teknik sampling semacam ini
menggunakan teknik “purposive sampling” yang bersifat internal, yang memberi
kesempatan bahwa keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai suatu
pikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siapa
akan bicara, kapan perlu melakukan observasi yang tepat (time sampling) dan juga
berapa jumlah serta macam dokumen yang ditelaah (Sutopo,1996 :35).
Teknik “purposive sampling” atau sample bertujuan yang digunakan
dalam penelitian ini bertujuan memperoleh variasi data/informasi sebanyak-
banyaknya. Dalam penelitian ini, pemilihan sampel tidak ditentukan terlebih
dahulu darimana atau dari siapa tetapi setelah berjalan pemilihan sampel
berikutnya bergantung dari tujuan atau keperluan peneliti. Teknik sampling bola
salju digunakan oleh peneliti untuk menentukan sampel berikutnya secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
berkelanjutan. Jika informasi yang didapatkan dari beberapa sampel sama atau
terjadi pengulangan data maka penarikan sampel dianggap cukup dan diakhiri.
F. Validitas Data
Dalam penelitian ini untuk menghindari ketidak percayaan data dilakukan
teknik triangulasi sumber guna mempertinggi kebenaran data, yakni dengan
mengecek dari beberapa sumber yang berbeda mengenai masalah yang sama.
Langkah untuk mendapatkan kebenaran informsi setiap informan, dilakukan
teknik recheck, yaitu upaya meneliti data hasil wawancara dari informan untuk
memperoleh tingkat kebenaran informasi dari informan.
Langkah yang digunakan penulis dalam memperoleh validitas data sesuai
dengan langkah-langkah yang diutarakan Moleong (2009: 175 – 179) yaitu :
1. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan
kemudian memasukkan hal-hal tersebut secara rinci.
2. Teknik trangulasi data (sumber), adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu dan untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding data itu ( Moleong, 2009: 178). Jenis
yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Triangulasi
data adalah pengumpulan data sejenis dengan sumber data yang berbeda.
Triangulasi metode adalah pengumpulan data sejenis dengan teknik
pengumpulan data yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini dilakukan analisis interaktif yang berbentuk siklus
(Matthew, 2002 : 20). Analisis data dilakukan secara terus menerus dari awal
pengumpulan data hingga proses verifikasi yang berlangsung mulai dari awal
penelitian sampai dengan penelitian selesai. Dengan demikian proses analisis
terjadi secara interaktif, dan menguji antar komponen secara siklus yang
berlangsung terus menerus dalam waktu cukup lama. Dengan demikian data hasil
kesimpulan telah teruji dengan selektif dan akurat.
Dalam analisis model interaktif ini meliputi komponen-komponen yakni :
pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan
(verifikasi).
1. Pengumpulan data
Data yang didapat dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang
terperinci.
2. Reduksi data
Laporan dirangkum serta dipilih-pilih, difokuskan pada hal yang penting dan
diperlukan.
3. Sajian data
Dibuat untuk dilihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari
penelitian untuk menghindari terkumpulnya data yang akan sulit ditangani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
4. Penarikan kesimpulan
Data yang diperoleh setelah melalui reduksi dan sajian kemudian dibuat
kesimpulan. Kesimpulan mula-mula belum jelas, setelah bertambahnya data,
maka kesimpulan akan lebih jelas, jadi kesimpulan senantiasa harus
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Bila kesimpulan dirasa kurang
mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian, maka
peneliti kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus
untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
1.Wilayah Dusun Sukunan
Suasana Dusun Sukunan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, tidak
jauh berbeda dengan desa lainnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY). Dusun ini pun dikelilingi hamparan sawah serta saluran irigasi dan aneka
pepohonan rindang seperti khas alam pedesaan di Indonesia. Jaraknya hanya
sekitar 3 km dari batas kota sisi barat kota Yogyakarta. Masuk jalan Wates Km.4,
ke sebelah utara melewati jalan beraspal mulus sepanjang 2 Km sampailah ke
jantung dusun Sukunan.
Melewati gerbang dusun yang luasnya 42 ha itu, kita langsung disuguhi
pemandangan yang mungkin jarang terlihat di dusun lainnya. Yang paling
menonjol adalah kebersihannya, baik di lingkungan rumah warga maupun jalan
umum. Sulit sekali menemukan sampah yang bertebaran di jalan maupun halaman
rumah warga.
Di berbagai tempat strategis di pinggir jalan seputar dusun sudah
dilengkapi tempat sampah berupa 3 drum sampah pakai penutup dan saling
berdampingan. Masing-masing drum dihiasi lukisan dan aneka kreasi warga
Sukunan dan diberi label: sampah logam dan kaca, sampah plastik, serta sampah
kertas. Alhasil semua drum sampah, jauh dari kesan jorok atau bau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tidak jauh dari drum sampah terdapat pula papan tulisan berisi ajakan agar
menggunakan drum sampah semestinya, demi menjaga kebersihan lingkungan.
Sedangkan di berbagai gerbang masuk dusun terdapat tulisan berupa, “Pemulung
dilarang masuk, sampah dikelola warga“. Penghijauan pun terasa di mana-mana.
Kebanyakan warga menanam aneka tanaman di sekitar rumah mereka, membuat
suasana dusun semakin sejuk dan nyaman.
Dusun Sukunan menempati area kampung seluas 42 Ha dengan batasan
wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Dusun Patran,
b. Sebelah timur berbatasan dengan Dusun Banyumeneng
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Kanoman & Dusun Tegalyoso
d. Sebelah Barat berbatasan Dusun Cokrowijayan.
Gambar 6. Denah Dusun Sukunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 7. Lokasi 5 RT di Dusun Sukunan
2. Penduduk Dusun Sukunan
Dusun Sukunan berpenduduk ± 1200 jiwa dengan 300 Kepala Keluarga (KK)
yang terbagi menjadi 5 Rukun Tetangga. Yaitu RT 5, RT 6, RT 7, RT 8, dan RT
9. Sebagian besar KK-nya berpendidikan rendah dan berpendapatan menengah ke
bawah. Hampir keseluruhan mereka bekerja sebagai buruh tani, tani, buruh
bangunan, pedagang, usaha recil rumahan (tempe, tahu, sujen, emping mlinjo,
peyek belut, bakpia, dsb). Hanya sebagian kecil yang menjadi karyawan swasta.
Dengan latar belakang pendidikan yang rata-rata hanya tamatan SD dan SMP
Dusun Sukunan bisa menjadi tempat percontohan pengelolaan sampah yang
mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3. Sejarah pengelolaan sampah di Sukunan
Sistem pengelolaan sampah di Sukunan dilatar belakangi oleh
permasalahan sampah yang dialami oleh masyarakat, khususnya petani. Pada
tahun 2000 beberapa petani mulai mengeluh karena semakin banyaknya sampah
yang masuk ke lahan persawahan mereka, mulai dari jenis plastik, kaca, kaleng,
bungkus makanan snack,dan lain-lain. Sampah tersebut sangat mengganggu dan
merugikan para petani karena tanaman padi menjadi rusak. Plastik yang terbenam
ke tanah menghalangi perakaran padi, sehingga kesuburan dan hasil panen juga
tidak maksimal dan menurun. Pecahan kaca dan beling sering mengakibatkan luka
bagi petani saat mengerjakan sawahnya. Selain itu, petani harus mengeluarkan
waktu dan tenaga ekstra untuk membersihkan sampah dari sawahnya.
Seiring dengan perkembangan kota, Sukunan yang termasuk kampung di
wilayah perbatasan kota juga mengalami perubahan. Semakin bertambahnya
penduduk dan masuknya pendatang ke Sukunan, semakin banyak pula rumah
yang dibangun. Akhirnya perumahan penduduk semakin padat dan pekarangan
menjadi sempit bahkan ada yang tidak memiliki halaman rumah lagi. Sampah
yang dihasilkan juga semakin banyak, sementara lahan yang biasa dapat dipakai
untuk membuang sampah di lahan pekarangan tidak ada lagi. Mereka bingung
harus menempatkan sampahnya dimana, akhirnya mereka membuangnya pada
lahan-lahan kosong milik orang lain atau di tepi jalan, bahkan juga di saluran
irigasi dan sungai.
Melihat berbagai persoalan tersebut, Bapak Iswanto, seorang penduduk
yang sebagai pendatang di dusun Sukunan berusaha menggugah semangat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mendorong warga Sukunan untuk mencari solusi atau cara yang tepat dalam
mengelola sampah tersebut. Dimulai dengan mengajak beberapa anggota ronda,
tetangga, tokoh masyarakat untuk ikut dalam pengelola sampah. Saat itu yang
mau ikut hanya 4 orang saja dan warga Sukunan yang lain belum tertarik untuk
bergabung. Maka tahun 2002 mulai dilakukan percobaan-percobaan pembuatan
kompos secara sederhana pada tingkat rumah tangga guna mengatasi sampah
organik. Akhirnya dapat ditemukan model pembuatan kompos dengan memakai
gentong tanah.
Setelah menyelesaikan masalah sampah organik alami, pada tahun 2003
kegiatan dilanjutkan untuk mencari cara menyelesaikan masalah sampah lainnya
(anorganik). Studi lapangan ke beberapa tempat/pihak dilakukan, antara lain ke
Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Kwarasan, TPS Tambakboyo dan
Alun-Alun Utara, bahkan hingga ke TPA Piyungan. Wawancara dengan
pemulung dan beberapa pengepul sampah pun dilakukan demi mendapatkan
informasi untuk penanganan jenis ini. Hasilnya dapat diketahui bahwa ternyata
hampir semua sampah dapat dimanfaatkan atau bernilai ekonomis setelah
dilakukan pemilahan.
Pada awal tahun 2004 proses sosialisasi dan implementasi sistem
dilakukan dengan langkah –langkah sebagai berikut :
a. Penyampaian gagasan kepada tokoh dan masyarakat kemudian dilanjutkan
dengan pembentukan Tim Pengelola Sampah kampung Sukunan.
b. Pendidikan dan sosialisasi sistem kepada seluruh lapisan masyarakat mulai
anak-anak hingga orang tua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
c. Kegiatan sosialisasi kepada anak-anak melalui model permainan dan
perlombaan yang diorganisir oleh pemuda/pemudi.
d. Kegiatan sosialisasi kepada kaum muda mudi Sukunan menggunakan metode
demonstrasi tanya jawab.
e. Kegiatan sosialisasi kepada orang tua oleh tokoh masyarakat dan Tim
Pengelola Sampah dengan metode demonstrasi dan tanya jawab.
f. Kegiatan sosialisasi dan motivasi kepada masyarakat umum melalui lagu mars
Sukunan Bersemi.
g. Sarana penampungan/tong sampah dari drum bekas disiapkan oleh
masyarakat.
h. Pemuda/pemudi Sukunan membuat tong sampah dari mengelas,
membersihkan, mengecat, dan melukisi secara gotong royong.
i. Tiga buah drum sampah untuk plastik, kertas, kaca-logam ditempatkan pada
masing-masing titik tersebar di 23 lokasi kampung.
j. Drum sampah yang sudah terpasang digunakan untuk menempatkan sampah
sesuai jenisnya oleh masyarakat.
4. Fasilitas Pengolahan sampah Sukunan
Sukunan memiliki beberapa unit dalam pengolahan sampah, antara lain :
unit kompos, unit kerajinan sampah plastik, unit kerajinan sampah kain dan unit
kerajinan sampah styrofoam & bengkel. Dari berbagai unit tersebut memiliki
tugas masing-masing dan juga mempunyai pra sarana sebagai penunjang dalam
kegiatan pengolahan sampah organik dan an organik, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
a. Pengolahan sampah organik
Komposter atau tempat pengomposan. Terdiri atas dua bagian : komposter untuk
sampah organik dari rumah tangga atau sampah dari dapur (sisa makanan, sisa
sayuran, lauk, nasi, dll) dan komposter komunal yang digunakan untuk sampah
pekarangan yang berupa sampah daun.
Gambar 8. Komposter untuk sampah organik dari rumah tangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 9. Komposter komunal untuk sampah pekarangan.
b. Pengolahan sampah non organik.
Setiap sampah rumah tangga memisahkan sampah sesuai jenisnya di tempat
sampah pilah, seperti sampah plastik, kertas dan kaca,logam. Setelah tempat
sampah pilah tersebut penuh, lalu dibawa dan dimasukkan ke dalam drum telah
disediakan di beberapa blok dusun Sukunan. Seperti terlihat pada gambar berikut :
Gambar 10. Tempat sampah pilah di setiap rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 11. Tempat sampah pilah di beberapa blok dusun Sukunan.
Setelah drum di beberapa blok sudah penuh sampah plastik, kertas, logam
dan kaca yang terdapat di dalam drum diambil oleh petugas untuk dikumpulkan di
TPS. Sampah kemudian disortir dan kelompokkan berdasarkan nilai jualnya,
seperti kertas koran, kardus, kertas HVS, selanjutnya dipacking dan siap untuk
dijual. Sampah logam dan kaca juga disortir berdasarkan harga jualnya, seperti
ember, besi, kuningan, botol kaca, aluminium, tembaga, dan sebagainya. Masing-
masing dipacking berdasarkan jenisnya.
Khusus sampah plastik yang berupa plastik sachet minuman, snack dan
refil merupakan bahan utama unit kerajinan daur ulang yang dikumpulkan dari
masyarakat/warung/toko/kafe. Hampir semua jenis bentuk barang kerajinan dapat
dibuat seperti : aneka jenis tas, dompet,topi,tempat koran, map,dll. Unit kerajinan
memiliki beberapa mesin jahit yang digunakan untuk membuat kerajinan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sampah plastik sachet minuman, snack dan refil, seperti contoh pada gambar
berikut :
Gambar 12. Hasil kerajinan daur ulang dari sachet minuman,snack,refil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Selain unit kerajinan plastik, unit bengkel juga melakukan pengolahan
sampah an organik, yaitu salah satunya adalah pembuatan produk daur ulang dari
styrofoam atau gabus putih menjadi bataco, pot, dan lain-lain. Unit Bengkel juga
berperan menyediakan pra sarana untuk pengelolaan sampah yaitu : drum/tong
sampah, komposter/gentong, tempat sampah pilah.
Berdasarkan fasilitas-fasilitas itulah Sukunan memberikan pelayanan
kepada masyarakat, instansi atau sekolah berupa :
1. Penyuluhan
Paguyuban Sukunan Bersemi sering melakukan sosialisasi ke kampung lain,
perkantoran dan perhotelan yang ingin mencontoh. Juga diundang mengikuti
workshop lingkungan dan memberi pembekalan pada mahasiswa asing.
2. Pendidikan dan Pelatihan
Selain penyuluhan, Sukunan juga memberikan pendidikan dan penyuluhan
tentang pengelolaan sampah, antara lain : rancang bangun sistem pengelolaan
sampah, pendidikan lingkungan bagi anak, out bond, daur ulang kertas dan
plastik, daur ulang styrofoam/gabus, pembuatan kompos, pupuk cair dan
inokulan/starter.
3. Penyediaan prasarana
Tidak ketinggalan juga menerima order penyediaan prasarana berupa :
drum/tong sampah, komposter/gentong dan alat pemilah sampah yang biasa
dipesan dari berbagai daerah. Untuk hal penyediaan, pihak Sukunan bekerja
sama dengan pihak luar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4. Kunjungan
Sejak melaksanakan sistem pengelolaan sampah swakelola sejak tahun 2004,
banyak orang datang untuk belajar pengelolaan sampah ala Sukunan, seperti
dari masyarakat kampung lain termasuk dari luar DIY (Banten, Jawa Barat,
DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Palembang, Banjarmasin, dll),
akademisi (Poltekkes Yogyakarta, UGM, UNY, UMY), instansi pemerintah
(KPDL, Kimpraswil, DKKP, Dinkes, kecamatan), LSM, Pusat Studi, termasuk
dari luar negeri seperti Singapore, Australia, Jerman, UK, USA, Malaysia, dan
Jepang. Dari awal menjadi daerah percontohan, kunjungan ke Sukunan
meningkat setiap tahunnya, bahkan untuk satu tahun belakangan ini, jumlah
pengunjung sudah mencapai lima ribu orang lebih. Berikut tabel data
pengunjung yang melakukan studi banding dan pelatihan sampah di Sukunan
dalam tiga tahun terakhir :
NO BULAN TAHUN
2007 2008 2009 1 Januari 79 98 400 2 Februari 57 92 495 3 Maret 32 73 295 4 April 52 87 739 5 Mei 34 93 580 6 Juni 65 111 583 7 Juli 85 110 500 8 Agustus 82 159 420 9 September 46 182 100 10 Oktober 26 200 420 11 November 78 147 329 12 Desember 44 124 491 TOTAL (orang) 680 1476 5352
Tabel 1. Data pengunjung studi banding & pelatihan di Sukunan.
Sumber : Sekretariat Paguyuban Sukunan Bersemi, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
B. Persepsi Masyarakat Tentang Pengelolaan Sampah
Respon manusia terhadap lingkungan hidupnya sangat bergantung pada
bagimana individu itu mempersepsikan lingkungannya. Manusia menilai
lingkungan berdasarkan dua cara pendekatan yaitu pendekatan konvensional yang
menganggap bahwa persepsi sebagai kumpulan penginderaan yang dalam bahasa
Inggris disebut sensation. Persepsi merupakan kesadaran diri manusia terhadap
dunia sekeliling yang diterima melalui rangsangan panca indera. Setelah manusia
menginderakan obyek lingkungannya, ia memproses hasil penginderaaannya itu
dan timbulah makna tentang objek itu pada diri manusia bersangkutan yang
dinamakan persepsi. Pendekatan kedua adalah pendekatan ekologik yang
menyatakan bahwa persepsi terjadi secara spontan dan langsung, jadi bersifat
holistik (Gibson dalam Sarwono, 1999 : 46).
Pada hakekatnya persepsi adalah suatu penilaian kesan yang dialami oleh
setiap orang, dalam memahami informasi tentang lingkungannya. Jadi secara
sederhana dapat didefinisikan persepsi adalah penilaian kesan dimana seseorang
melakukan pemilihan, pengorganisasian atau penginterpretasian atas informasi
yang diterimanya dari lingkungan. Tahap awal terjadinya persepsi yang kemudian
melahirkan sikap yang pada gilirannya nanti akan mendorong terjadinya
perubahan dan tindakan.
Persepsi masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan sampah erat kaitannya
dengan penilaian masyarakat tentang sampah, cara melakukan pengolahan
sampah, maksud dan tujuan pengelolaan sampah, manfaat sampah serta
bagaimana mengembangkannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Dari hasil wawancara dengan para informan didapatkan informasi bahwa
pada ada umumnya mereka mengetahui tentang sampah dan cara pengolahannya.
Namun hal ini mereka ketahui setelah mendapatkan sosialisasi tentang sampah
sejak tahun 2004. Hal yang mereka ketahui adalah jika sampah yang dihasilkan
dari rumah bisa menghasilkan uang dari penjualan sampah organik maupun
sampah an organik.
Untuk sampah organik, masyarakat memilah sampah dapur kemudian
memasukkan dalam komposter agar bisa dijadikan kompos. Keuntungannya
kompos yang akan dihasilkan bisa untuk dipakai buat tanaman di halaman rumah
atau pun dijual. Sama halnya dengan sampah anorganik, plastik, kaca logam,
kertas, yang bisa dikumpul dan dan dijual ke pengumpul.
Namun beberapa informan juga mengakui bahwa sebelum adanya program
pengelolaan sampah di Sukunan, sampah asal dibuang dimana saja sehingga
kampung terlihat kotor/jorok. Persepsi masyarakat pada awalnya beranggapan
bahwa sampah seharusnya dibuang karena tidak berguna. Sebagian warga
menimbun sampah di dalam tanah, buang ke sungai atau juga membakar. Dan hal
ini pun diakui oleh Ketua Paguyuban Sukunan Bersemi yang menjelaskan bahwa
perubahan persepsi masyarakat yang awalnya tidak mengerti cara olah sampah
menjadi paham memang memerlukan waktu. Ketika saat itu Ketua Paguyuban
bersama tiga anggota tim sampah lainnya harus keliling ke tiap-tiap rumah untuk
memberikan pemahaman kepada warga tentang kegunaan sampah, cara memilah
dan mengolah sampah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengingatkan agar
masyarakat tidak membuang sampah lagi ke sungai, sawah atau di tempat umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
lainnya. Dan sejalan dengan respon yang baik dari masyarakat, akhirnya
sosialisasi tersebut berhasil dan membuat masyarakat tergerak untuk mau
mengolah sampah, terutama dimulai dari rumah masing-masing.
Bertambahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang sampah,
cara melakukan pengolahan sampah dan tujuan pengolahan sampah berawal dari
proses sosialisasi yang dilakukan oleh tim sampah. Kegiatan inilah yang secara
perlahan bisa merubah persepsi masyarakat Sukunan sehingga bersedia ikut serta
dalam program pengelolaan sampah. Dengan perubahan ini maka program
pengelolaan sampah bisa berkembang lebih jauh lagi dan bisa ditransfer ke
wilayah lain. Untuk itulah Dusun Sukunan telah berhasil menjadi daerah
percontohan dalam hal pengelolaan sampah.
Berdasarkan persepsi masyarakat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar masyarakat sudah menyadari bahwa ternyata hampir semua
sampah dapat dimanfaatkan atau bernilai ekonomis setelah dilakukan pemilahan
(atau dengan kata lain dapat dijual).
Selain itu, masyarakat juga pada umumnya mengerti bahwa salah satu
dampak dari kegiatan pengolahan sampah tersebut juga untuk pelestarian
lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan masyarakat yang menambah
tanaman pot di sepanjang jalan RT mereka dengan tujuan untuk menambah
penghijauan di lingkungan mereka agar kampung terlihat asri.
Kemajuan masyarakat Sukunan ini tentang arti sampah, cara pengolahan
sampah dan tujuan pengolahan sampah ini menunjukkan persepsi masyarakat
yang positif. Persepsi yang positif tentang pengolahan sampah berimplikasi baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
terhadap pengembangan program-program pengelolaan sampah yang
dilaksanakan di Sukunan. Hal ini terbukti dengan berkembangnya Sukunan
menjadi Desa Wisata Lingkungan pada awal 2009. Antusias masyarakat Sukunan
terhadap perkembangan kampung mereka menjadi desa wisata lingkungan
membawa rasa bangga. Apalagi yang datang di kampung ini dari seluruh
Indonesia bahkan dari luar negeri.
C. Motivasi Masyarakat dalam Kegiatan Pengelolaan Sampah
Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan
cara tertentu. Faktor tersebut yang menjadi alasan utama bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi masyarakat Sukunan dalam hal ini alasan utama
yang mendorong mereka untuk turut berpartisipasi dalam program pengelolaan
sampah dijelaskan oleh beberapa narasumber.
Keikutsertaan beberapa orang dalam kegiatan pengolahan sampah karena
dilatar belakangi motif psikologis, yaitu mendapatkan ilmu dan wawasan baru.
Adisasmita (2004 : 150) menjelaskan bahwa motif psikologis, yaitu motivasi
adanya kepuasan pribadi, pencapaian prestasi, atau rasa mencapai sesuatu,
meskipun tidak menghasilkan uang atau barang. Untuk meningkatkan partisipasi
berarti memberikan kesempatan kepada setiap warga masyarakat untuk
mengekspresikan diri dan mengatakan aspirasinya serta keleluasaan untuk
mengalokasikan sumber daya yang tersedia.
Dari hasil wawancara didapatkan penjelasan mengenai motivasi mereka
untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah di Sukunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Alasan pertama adalah karena faktor pengetahuan atau tertarik karena
mendapatkan pengetahuan baru tentang cara olah sampah. Dengan bertambahnya
pengetahuan, maka mereka diberi kesempatan untuk bisa menerapkan
pengetahuan tersebut, dalam hal ini sampah yang berada di sekitar rumah
(terdekat).
Alasan lain yang menjadi dorongan mereka untuk melakukan pengolahan
sampah adalah motif ekonomi, yaitu adanya keuntungan yang seringkali
mendorong orang untuk mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam suatu
kegiatan. Pengambilan keputusan berpartisipasi dalam masyarakat bila
menghasilkan manfaat keuntungan bagi diri/kelompoknya dan kerugian yang
diperoleh lebih kecil akibat ikut berpartisipasi dari pada tidak ikut berpartisipasi.
Mendaur ulang sampah bisa menambah income (pemasukan) bagi mereka,
karena dengan membuat kerajinan daur ulang dari plastik dan kerajinan dari kain
perca sehingga bisa menghasilkan barang yang bisa dipakai lagi, misalnya tas,
dompet, tempat pensil, tempat koran/majalah dan lain-lain. Barang-barang
tersebut dijual dan hasilnya diberikan kepada orang yang membuatnya sekaligus
bisa menyumbang untuk menambah kas.
Sama halnya yang dijelaskan oleh Koordinator Pengrajin Sampah, dalam
hal pembagian hasil penjualan kerajinan daur ulang itu dibagikan untuk
pengrajin, modal dan kas. Sebagai rinciannya adalah berikut ini : Pembagian hasil
dari kerajinan adalah 70 % untuk pengrajin, 25 % untuk bahan dan 5 % untuk kas
PKK. Itulah sebabnya di setiap barang kerajinan tersebut ada tercantum nama
yang membuatnya, sehingga memudahkan koordinator untuk memberikan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
masing-masing pengrajin. Pembuatan kerajinan plastik tetap rutin dilakukan
untuk penyediaan stock di sekretariat.
Selain faktor ekonomi, alasan lain motivasi anggota masyarakat untuk
berpartisipasi adalah faktor kebersihan lingkungan. Ternyata salah satu implikasi
dari pengolahan sampah adalah nilai ekologis yakni lingkungan menjadi bersih
dan asri.
Dari penjelasan salah satu anggota tim sampah, alasan simple yang
mendasar adalah karena melihat dampak dari kegiatan pengolahan sampah yaitu
kampung jadi bersih, sangat berbeda dengan kondisi dulu sebelum adanya
program pengolahan sampah.
Keinginan mereka agar tetap menjaga kampung tetap terlihat asri dengan
melakukan salah satu kegiatan bersama yaitu membuat taman di masing-masing
RT dengan tujuan menambah penghijauan. Hal itu tercetus dengan sendirinya
bukan instruksi/perintah dari siapa pun. Mereka menambah tanaman atau bunga
dalam pot di sepanjang jalan masuk RT dengan tujuan agar lingkungan terlihat
bersih, asri dan hijau.
Sukunan yang dulunya adalah dusun yang terletak di pinggir kota juga
mengalami perubahan seiring dengan perkembangan kota. Semakin bertambahnya
penduduk dan masuknya pendatang ke kampung Sukunan berakibat perumahan
penduduk semakin padat dan pekarangan menjadi sempit bahkan ada yang tidak
memiliki halaman rumah. Akibatnya lahan yang dipakai untuk membuang sampah
sudah tidak ada lagi. Kondisi tersebut ternyata menjadi salah satu motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
beberapa orang untuk mau melakukan pengolahan sampah. Motivasi awalnya
adalah karena tidak punya lahan untuk membuang sampah.
Pelopor dari tim sampah Sukunan juga mengakui hal ini, yaitu motivasi
untuk melakukan pengolahan sampah karena tidak memiliki lahan untuk
membuang sampah. Sejak pindah ke Sukunan, masalah pertama yang dihadapi
adalah kesulitan untuk mencari tempat untuk membuang sampah, sehingga setiap
hari harus membawa sampah ke kantor untuk membuang di TPS kantor.
Karena telah berhasil melakukan pengolahan sampah organik, daur ulang
plastik, daur ulang kertas, maka untuk pengembangannya masyarakat Sukunan
ternyata termotivasi untuk lebih kreatif lagi dalam mengolah sampah. Tidak
hanya terhenti untuk sampah – sampah rumah tangga, mereka mulai merambah
jenis sampah lain untuk mencari solusi bagaimana mengurangi volume sampah
yang timbul.
Seiring dengan perkembangan pesat industri, jenis sampah saat ini berbeda
dengan sampah zaman dulu. Jenis sampah saat ini cenderung didominasi oleh
sampah pabrikan hasil modifikasi sintesis kimia seperti plastik, karet, styrofoam,
logam, kaca dan sebagainya. Apabila sampah-sampah tersebut dibakar maka akan
mengeluarkan gas-gas beracun yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat
bagi yang menghirupnya dan akan memperburuk kualitas lingkungan udara.
Misalnya hasil pembakaran plastik menghasilkan gas Dioxin yang mempunyai
daya racun 350 kali dibandingkan asap rokok. Dioxin sendiri termasuk kategori
racun supertoxin (di atasnya toxin) dan bersifat karsinogenik (mengumpul di
dalam tubuh dan tidak dapat dikeluarkan) yang di dalamnya mengandung 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
ikatan kimia berbahaya dan dapat masuk ke dalam jaringan tubuh manusia
terutama bagian saraf dan paru-paru, sehingga dapat mengganggu sistem dan
pernapasan termasuk salah satunya penyebab kanker. Pembakaran styrofoam juga
akan menghasilkan CFC (Chloro flour Carbon) yang dapat merusak lapisan ozon
sehingga dapat mempercepat pemanasan global akibat sinar ultraviolet yang
langsung menembus bumi serta sangat berbahaya bagi tubuh manusia secara
langsung (Chandra, 2007: 121).
Berdasar hal tersebut masyarakat Sukunan berinisiatif utnuk melakukan
daur ulang (pemakaian ulang styrofoam) dalam pembuatan bataco. Tujuannya
untuk menunda penumpukan sampah styrofoam yang ternyata tidak laku terjual.
Pembuatan bataco dengan menggunakan bahan campuran styrofoam merupakan
hasil kreasi mereka sendiri.
Motivasi dalam melakukan kegiatan tertentu dilandasi oleh suatu motivasi
dalam dirinya sebab motivasi merupakan penggerak utama untuk mempengaruhi
turut sertanya seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Demikian halnya
dengan motivasi masyarakat Sukunan untuk mau berpartisipasi dalam
pengelolaan sampah karena didorong oleh keinginan dari dalam diri sendiri untuk
mendapat pengetahuan atau ilmu, serta keinginan untuk meningkatkan ekonomi.
Selain itu pencapaian kepuasan karena berhasil mendapat solusi atas masalah
lahan sampah dan keikutsertaan dalam pelestarian lingkungan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
D. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat, partisipasi masyarakat
lokal tidak bisa diabaikan. Masyarakat lokal lebih tahu tentang daerahnya
daripada orang dari luar, karena itu keterlibatan masyarakat lokal dalam
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pembangunan dan pemanfaatan hasil sangat
diperlukan. Dalam tahap perencanaan diperlukan keterlibatan masyarakat yang
lebih besar, karena tahap perencanaan ini masyarakat diajak untuk membuat suatu
keputusan. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mempunyai rasa memiliki
sehingga timbul kesadaran dan tanggung jawab untuk mengembangkannya.
Seperti pendapat Davis K dalam Zuandi (2008:68) yang menyatakan
bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental, pikiran dan emosi (perasaan)
seseorang di dalam situasi kelompok dalam usaha yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan dan turut
serta bertanggungjawab usaha yang bersangkutan. Dalam pengertian ini ada tiga
unsur penting dalam partisipasi yaitu :
1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan,
bukan hanya semata-mata keterlibatan secara jasmaniah.
2. Kesediaan memberikan sumbangan kepada usaha mencapai tujuan. Hal ini
berarti terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.
3. Unsur tanggung jawab, unsur ini merupakan segi yang menonjol dan rasa
menjadi anggota.
Oleh karena itu, partisipasi masyarakat tidak hanya sebatas keterlibatan
masyarakat dalam suatu kegiatan tetapi lebih lanjut partisipasi juga mengandung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pengertian bahwa masyarakat terlibat dalam setiap tahap dari suatu kegiatan
sampai dengan menilai apakah pembangunan sudah sesuai dengan rencana dan
dapat meningkatkan ekonominya.
Secara garis besar ada tiga tahapan dalam partisipasi, yaitu partisipasi dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasilnya. Dan diantara ketiga tahapan
itu yang paling tinggi tingkatannya,diukur dan derajad keterlibatannya adalah
partisipasi pada tahap perencanaan. Dalam tahap perencanaan orang sekaligus
turut membuat keputusan.
Dalam penelitian ini analisis partisipasi masyarakat dikaitkan dengan
kegiatan masyarakat yang menunjukkan sering tidaknya masyarakat melakukan
kegiatan yang mendukung usaha pelestarian lingkungan; sering tidaknya
masyarakat ikut melakukan pemilahan, pengomposan, dan daur ulang sampah
yang lain, memperhatikan ada tidaknya keikutsertaan anggota masyarakat dalam
pengembangan program pengelolaan sampah di Sukunan, dan memberikan
masukan terhadap pelaksanaan program pengelolaan sampah di Sukunan, apakah
perlu perbaikan yang lebih soal prasarana, ide atau hal lain atau perlunya
perbaikan dalam hal manajemen program pengelolaan sampah.
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang persepsi masyarakat
sebelumnya menunjukkan bahwa persepsi masyarakat tentang pengelolaan
sampah positif, hal ini berdampak pada peningkatan kesadaran masyarakat untuk
mengelola sampah secara benar sejak dini pada tingkat rumah tangga, menjaga
kebersihan dan melestarikan lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Seperti pendapat Dwi (2006: 23) syarat tumbuhnya partisipasi dapat
dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu : adanya kesempatan untuk ikut
dalam pembangunan, adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan dan
ada kemauan untuk berpartisipasi.
Di Sukunan terdapat organisasi masyarakat yang dikenal dengan
Paguyuban Sukunan Bersemi (PSB) sebagai wadah bagi masyarakat untuk
mengembangkan program pengelolaan sampah. Dengan adanya organisasi ini
masyarakat bisa teroganisir untuk melaksanakan pengelolaan sampah secara
optimal. Masing-masing orang diberikan peran sehingga memiliki kesempatan
untuk ikut dalam pengembangan program sampah. Selain itu lembaga ini
memberikan kemampuan kepada masyarakatnya untuk bisa memperluas
pengetahuan tentang sampah dan cara pengolahannya, sehingga masyarakat dapat
berbagi (sharing) ilmu kepada pengunjung yang datang ke Sukunan.
Tidak hanya memberikan informasi di tempat, beberapa orang dari
anggota PSB sudah sering kali menjadi narasumber di berbagai tempat untuk
berbagi pengalaman pengolahan sampah kepada masyarakat di luar Dusun
Sukunan. Hal ini karena keberhasilan Sukunan dalam pengelolaan sampah,
sehingga beberapa orang sering diundang oleh pihak luar untuk memberikan
materi tentang pengolahan sampah. Tentunya ini menjadi kesempatan yang baik
bagi mereka untuk berbagi ilmu.
Dari segi partisipasi masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam
proses pemanfaatan sejak tahap perencanaan sampai tahap monitoring dan
evaluasi meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
pengelolaan sampah melalui pendidikan, pelatihan, dan program pengembangan
usaha. Dalam perencanaan pada dasarnya tingkat kehadiran masyarakat cukup
banyak, dalam arti bahwa tingkat keterlibatan masyarakat dalam perencanaan
pengelolaan sampah masih tinggi.
Dari segi edukasi, Sukunan menjadi tempat studi banding untuk program
pengelolaan sampah. Pihak Sukunan pun memberikan pilihan yang bervariasi
dalam bentuk paket (kunjungan, pelatihan dan out bond) dengan tarif yang
berbeda-beda. Dalam kegiatan pembelajaran ini semua anggota tim sampah
dilibatkan sesuai dengan tugas masing-masing. Sebagai contoh beberapa
koordinator unit yang akan menjadi narasumber atau yang melatih pengunjung
sesuai dengan bidang masing-masing, misalnya unit kerajinan plastik, maka
koordinatornya yang langsung memberikan pelatihan membuat kerajinan plastik.
Partisipasi seluruh masyarakat Sukunan terhadap proses pelaksanaan
pelatihan sangatlah baik. Semua ikut berperan mulai dari perencanaan, panitia
pelaksana, narasumber atau pun yang membantu sebagai tuan rumah. Dari hasil
wawancara dapat dinilai bahwa kepedulian mereka terhadap Dusun Sukunan
untuk bisa dikembangkan dan menjadi contoh bagi daerah lainnya cukup baik.
Perlu diketahui, warga bersedia menjadikan rumah mereka sebagai tempat
pertemuan bagi pengunjung yang jumlahnya sangat banyak. Bahkan rumah warga
pun dijadikan sebagai tempat penginapan (home stay) bagi peserta pelatihan yang
berasal dari kota lain.
Dari segi ekonomi, kegiatan pengolahan sampah ini membuka lapangan
kerja sekaligus memberikan keuntungan yang banyak. Hasil penjualan sampah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
plastik, kertas, kaca dan logam berkisar antara Rp. 200.000,- sampai Rp.500.000,-
per bulan, penjualan kompos sekitar Rp.300.000,- sampai Rp 500.000,- per bulan
dan penjualan kerajinan daur ulang sekitar > Rp.500.000,- per bulan. Hasil
penjualan sampah beserta hasil daur ulang ternyata dapat menutupi biaya
operasional pengelolaan sampah (pengangkutan, penyortiran dan pengepakan),
bahkan dapat menambah kas kampung sebesar Rp.500.000- 1.000.000 per bulan.
Uang kas tersebut digunakan untuk membeli perlengkapan kampung seperti kursi,
meja, sound system dan perkakas lainnya yang dapat dipakai oleh masyarakat.
Sedangkan dalam hal lapangan kerja, kegiatan pengelolaan sampah tersebut dapat
menyerap tenaga kerja sekitar 35 orang, sebagai pengangkut, pengrajin tas daur
ulang, pembuat kompos dan pembuat fasilitas sampah.
Dari segi pelestarian lingkungan, masyarakat Sukunan juga turut
berpartisipasi. Hal ini terlihat dari aktifitas masyarakat yang biasa menanam
pohon atau tanaman pot sebagai penghijauan di depan rumah mereka, atau juga
secara gotong royong membuat taman di sekitar lingkungan mereka. Dan juga
beberapa rumah tangga memiliki toga (apotik hidup) untuk memelihara tanaman
yang biasa digunakan sebagai obat. Tidak ketinggalan tanaman yang berada di
lingkungan Sukunan diberi nama (terdapat papan nama di pohon atau bunga) agar
bisa tetap dipelihara. Bahkan kegiatan kerja bakti per dasawisma atau pun per RT
sering dilakukan setiap minggu.
Soerjani (2006 : 134) menjelaskan bahwa keterlibatan masyarakat dalam
tahap pelaksanaan dan pengelolaan program juga akan membawa dampak positif
dalam jangka panjang. Kemandirian masyarakat akan lebih cepat terwujud karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
masyarakat menjadi terbiasa untuk mengelola program-program pembangunan
pada tingkat lokal. Apabila hal tersebut dilakukan akan terjadi berulang-ulang,
maka akan memacu semakin cepat terwujudnya proses institusionalisasi atau
terlembaganya perilaku membangun dalam masyarakat. Hal itu di samping
merupakan suatu bentuk perwujudan dari berlakunya prinsip pengelolaan yang
berbasis komunitas sebagai alternatif pendekatan pembangunan yang merupakan
kebalikan dari pendekatan yang sentralistis dan uniformitas, juga akan lebih
menjamin proses yang berkelanjutan karena masyarakat telah mempunyai
kapasitas swakelola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam
pengelolaan sampah adalah fasilitasi, yaitu suatu bentuk partisipasi masyarakat
yang disengaja, yang dirancang dan didorong sebagai proses belajar dan berbuat
oleh masyarakat untuk menyelesaikan suatu kegiatan bersama-sama. Dengan
fasilitasi, masyarakat diposisikan sebagai dirinya, sehingga dia termotivasi untuk
berpartisipasi dan berbuat sebaik-baiknya. Hasil wawancara dan observasi
menunjukkan persepsi positif masyarakat Sukunan terhadap kegiatan pengelolaan
sampah terlihat dari tumbuhnya kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
untuk mengelola sampah. Motivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi, antara
lain : motivasi dari diri sendiri untuk mendapatkan ilmu dan wawasan, alasan
ekonomi, faktor kebersihan lingkungan, keterbatasan lahan dan pelestarian
lingkungan. Kegiatan partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah
yaitu : memilah, mengangkut, mengolah, mengembangkan serta turut berperan
dalam pelestarian lingkungan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka implikasi bentuk partisipasi ini
adalah sebagai berikut : bentuk partisipasi fasilitasi dalam kegiatan pengelolaan
sampah dibutuhkan pendekatan aktif, kreatif dan efektif terhadap suatu kelompok
masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan minat, respon
yang baik serta memotivasi anggota masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan
pengelolaan sampah di Sukunan. Sebagai konsekuensinya agar anggota
masyarakat turut berpartisipasi, Tim Pengelola Sampah Sukunan harus dapat
mengembangkan sistem pengelolaan sampah ini dengan cara menerapkan inovasi
dan kreasi baru serta teknologi baru, sehingga dalam pelaksanaan lebih efektif dan
diterima oleh anggota masyarakat serta dapat dilestarikan.
C. Saran
1. Diperlukan fasilitator yang baik dan loyal. Peran fasilitator bukanlah guru atau
pembina, akan tetapi mendukung masyarakat untuk mengemukakan
pendapatnya, berbagi pengetahuan, menyusun rencana dan mengembangkan
sistem pengelolaan sampah. Selain itu fasilitator juga mengingatkan kepada
masyarakat agar tetap eksis menjalankan program ini hingga bisa diwariskan
kepada generasi penerus.
2. Untuk mempertahankan agar kegiatan pengolahan sampah tetap eksis, maka
perlu memperhatikan pemeliharaan fasilitas pengolahan sampah, agar kegiatan
tetap berjalan optimal.