Parkinsosn Disease Bismillah
description
Transcript of Parkinsosn Disease Bismillah
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. S Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 58 Tahun Suku bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan :
Alamat : Tompo Sappa Tanggal masuk : 18/7/2015
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : kaku seluruh badan
Keluhan Tambahan : tangan bergetar
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSU Haji pada tanggal 18 dengan keluhan kaku
seluruh badan sejak 2 hari yang lalu. Kaku badan disertai dengan tangan
yang bergetar. Hal ini dirasakan walaupun dalam keadaan beristirahat
sehingga mengangguu aktivitasnya. Pasien juga spada saat berjala harus
dipapah. Pusing (-), pingsan (-), mual muntah (-), kejang (-), makan
minum (+), BAB (-) BAK (+).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi (+) Riwayat Asma (-)
Riwayat Diabetes Melitus (-) Riwayat Alergi (-)
Riwayat Penyakit Jantung (-) Riwayat Penyakit Paru (-)
Riwayat Merokok (-) Riwayat Stroke (-)
Riwayat Parkinson (+)
1
Riwayat Pengobatan :
Pasien sudah menderita parkinsone sekitar 2 tahun yang lalu dan
mengkonsumsi obat leparson 2x1. Tangan pasien suka tremor walaupun
dalam keadaan istirahat hal ini menganggu aktivitasnya,Untuk tekanan
darah tingginya pasien minum amlodipin 5 mg.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa.
Riwayat kebiasaan
Riwayat merokok dan minum alcohol (-).
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 96x/menit
Suhu : 36,7oC
Pernafasaan : 20x/menit
Kepala
Ekspresi wajah :Datar.
Rambut : hitam, ada uban
Bentuk : Normocephali
2
Mata
Konjungtiva : pucat (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat isokor 2,5mm/2,5mm.
Telinga
Selaput pendengaran : tidak dinilai Lubang : lapang
Penyumbatan : -/- Serumen : -/-
Perdarahan : -/- Cairan : -/-
Mulut
Bibir : Sianosis (-) luka (-)
Leher
Trakhea terletak ditengah
Tidak teraba benjolan/KGB yang membesar
Kelenjar Tiroid: tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe: tidak teraba membesar
Thoraks
Bentuk : Simetris
Pembuluh darah : Tidak tampak pelebaran pembuluh darah
3
Paru – Paru
Pemeriksaan Depan Belakang
Inspeksi Kiri Tidak di lakukan
pemeriksaan
Tidak di lakukan
pemeriksaan
Kanan Tidak di lakukan
pemeriksaan
Tidak di lakukan
pemeriksaan
Palpasi Kiri Tidak di lakukan
pemeriksaan
Tidak di lakukan
pemeriksaan
Kanan Tidak di lakukan
pemeriksaan
Tidak di lakukan
pemeriksaan
Perkusi Kiri Tidak di lakukan
pemeriksaan
Tidak di lakukan
pemeriksaan
Kanan Tidak di lakukan
pemeriksaan
Tidak di lakukan
pemeriksaan
Auskultasi Kiri - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
Kanan - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
Jantung
Inspeksi : Tidak di lakukan pemeriksaan
Palpasi : Tidak di lakukan pemeriksaan
Perkusi :
Batas kanan : Tidak di lakukan pemeriksaan
Batas kiri : Tidak di lakukan pemeriksaan
Batas atas : Tidak di lakukan pemeriksaan
Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-).
4
Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris, smiling
umbilicus (-),
dilatasi vena (-)
Palpasi
Dinding perut : supel, tidak teraba adanya massa / benjolan, defense
muscular (-), tidak terdapat nyeri tekanpada
epigastrium, tidak terdapat nyeri lepas.
Hati : tidakteraba
Limpa : tidakteraba
Ginjal : ballotement-/-
Perkusi : timpani di keempat kuadran abdomen
Ekstremitas
Akral Teraba hangat pada keempat ekstremitas. edema (-).
STATUS NEUROLOGIS
A. Kesadaran : Kompos mentis
B. Gerakan Abnormal : Pada kedua tangan
C. Leher : Sikap baik, Gerak bebas
D. Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk : - (tidak ditemukan tahanan pada tengkuk)
2. Brudzinski I : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
3. Brudzinski II : -/- (tidak ditemukan fleksi pada tungkai)
5
4. Kernig : -/- (tidak terdapat tahanan sblm mencapai 135º/tidak
terdapat tahanan sblm mencapai 135º)
5. Laseque : -/- (tidak timbul tahanan sebelum mencapai
70o/tidak timbul tahanan sebelum mencapai 70o)
E. Nervus Kranialis
N.I ( Olfaktorius )
Subjektif Tidak Dilakukan
N. II ( Optikus )
Tajam penglihata (visus
bedside)
Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Lapang penglihatan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Melihat warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Ukuran Isokor, D 3mm Isokor, D 3mm
Fundus Okuli Tidakdilakukan
N.III, IV, VI ( Okulomotorik, Trochlearis, Abduscen )
Nistagmus - -
Pergerakan bola mata Baik ke
segala
arah
Baik ke
segala
arah
Kedudukan bola mata Ortofori
a
Ortoforia
Reflek Cahaya Langsung& Tidak Langsung + +
Diplopia - -
6
N.V (Trigeminus)
Membuka mulut + +
Menggerakan Rahang + +
Oftalmikus + +
Maxillaris + +
Mandibularis + +
N. VII ( Fasialis )
Perasaan lidah ( 2/3 anterior ) Tidak Dilakukan
Motorik Oksipitofrontalis Baik Baik
Motorik orbikularisokuli Baik Baik
Motorik orbikularisoris Baik Baik
N.VIII ( Vestibulokoklearis )
Tes pendengaran Tidak dilakukan
Tes Keseimbangan Tidak dilakukan
N. IX,X ( Vagus )
Perasaan Lidah ( 1/3 belakang ) Tidak Dilakukan
Refleks Menelan Baik
Refleks Muntah Tidak Dilakukan
N.XI (Assesorius)
Mengangkat bahu Baik
Menoleh Baik
7
N.XII ( Hipoglosus )
Pergerakan Lidah Simetris
Disatria Tidak
F. Sistem Motorik Tubuh
Kekuatan :
Dextra Sinistra
5 5
5 5
Tonus :
Dextra Sinistra
meningkat meningkat
meningkat meningkat
Pergerakan :
Dextra Sinistra
Normal Normal
Normal Normal
G. Refleks
8
Pemeriksaan Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
Bisep + +
Trisep + +
Patela + +
Achiles + +
H. Geraka
nInvolu
nter
Kanan Kiri
Tremor + +
Resting tremor +
I. FungsiAutonom
Menurut anamnesis tada gangguan pola BAB.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan
V. RESUME
Seorang perempuan berumur 58 tahun datang ke RSU Haji dengan
keluhan kaku seluruh badan sejak kurang lebih 2 hari yang lalu. Pasien
9
Pemeriksaan Kanan Kiri
Refleks Patologis - -
Babinski
Chaddok
-
-
-
-
Oppenheim
Gordon
-
-
-
-
Klonus - -
Hoffman Tromer - -
mempunyai riwayat penyakit Parkinson kurang lebih sudah 2 tahun. Kedua tangan
juga di rasakan tremor, pasien juga sulit berjalan sendiri.
Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kesadaran compos mentis,
E4V5M6. Muka topeng.Lengan danjari jemari tangan kanan dan kiri nampak
fleksi, resting tremor pada kedua tangan, rigiditas +,
VI. Diagnosis
Diagnosis klinis : Parkinson Syndrome
Diagnosis etiologi :Idiopatik.
Diagnosis topis : Substansia nigra
Diagnosa patologis : Degeneratif
VII. Penatalaksanaan:
1. Non medikamentosa
Edukasi
Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya,
misalnya pentingnya meminum obat teratur dan menghindari jatuh.
Menimbulkan rasa simpati dan empati dari anggota keluarganya sehingga
dukungan fisik dan psikik mereka menjadi maksimal.
2. Medikamentosa
Levodopa 3 x 1
Trihexyphenidyl 2 x 2gr
IX. Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
10
Ad fungsionam : Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad malam
BAB I
PENDAHULUAN
11
Penyakit parkinson adalah suatu kelainan fungsi otak yang disebabkan oleh
proses degeneratif progresif sehubungan dengan proses menua di sel-sel
substansia nigra pars compacta (SNc) dan karakteristik ditandai dengan tremor
waktu istirahat, kekakuan otot dan sendi (rigidity), keterlambanan gerak dan
bicara (bradikinesia) dan instabilitas posisi tegak (postural instability). Prevalensi
penyakit parkinson di Amerika Serikat berkisar 1% jumlah penduduk, meningkat
dari 0,6 pada usia 60-64 tahun menjadi 3,5% pada umur 85-89 tahun. Penyakit
parkinson dapat mengenai semua usia, tapi lebih sering pada usia lanjut. Dengan
perawatan yang baik penderita penyakit parkinson dapat bertahan hidup dengan
baik lebih dari 20 tahun. Penyakit parkinson dimulai perlahan, tidak disadari, dan
secara berangsur-angsur memburuk. Gejala seperti tremor waktu istirahat awalnya
hanya muncul kadang-kadang, menjadi memberat dan menetap saat ada stres fisik
maupun psikis.1,2
Penyebab penyakit parkinson sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi beberapa penelitian terhadap anak kembar monozigot menunjukkan
bahwa terdapat faktor genetik yang mendasari terjadinya penyakit parkinson.
Faktor lain yang juga menjadi penyebab proses degenerasi ini antara lain proses
menua otak, stres oksidatif, terpapar pestisida/herbisida atau anti jamur cukup
lama, infeksi, kafein, alkohol, trauma kepala, depresi dan merokok.2
BAB II
PEMBAHASAN
12
2.1 DEFINISI
Penyakit Parkinson merupakan 80% dari kasus-kasus Parkinsonism.
Terdapat dua istilah yang harus dibedakan yaitu Penyakit Parkinson dan
Parkinsonism.2
Penyakit Parkinson adalah bagian dari Parkinsonism yang secara patologis
ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama substansia nigra pars compacta
disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik yang disebut Lewy bodies.
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,
kekakuan, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar
dopamin dengan berbagai macam sebab. Sindrom ini sering disebut sebagai
Sindrom Parkinson.2
2.2 KLASIFIKASI
Sindrom Parkinson diklasifikasikan sebagai berikut:2
a). Primer atau idiopatik:2
- Penyebab tidak diketahui
- Sebagian besar merupakan Penyakit Parkinson
- Ada peran toksin yang berasal dari lingkungan
- Ada peran faktor genetik, bersifat sporadis
b).Sekunder atau akuisita:2
- Timbul setelah terpajan suatu penyakit /zat
- Infeksi dan pasca infeksi otak (ensefalitis)
- Terpapar kronis oleh toksin seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-
tetrahydrophyridine (MPTP), Mn (mangan), CO (karbon monoksida),
sianida, dan lain-lain.
- Efek samping obat penghambat reseptor dopamin (sebagian besar obat anti
psikotik) dan obat yang menurunkan cadangan dopamin (reserpin)
- Pasca stroke (vaskular)
- Lain-lain : Hipotiroid, hipoparatiroid, tumor/trauma otak, hidrosefalus
bertekanan normal.
c). Sindrom Parkinson Plus:2
13
Gejala Parkinson timbul bersama gejala neurologi lain seperti : progressive
supraneural palsy, multiple system atrophy, cortical-basal ganglionic
degeneration, Parkinson-dementia-ALS complex of Guam, progressive palidal
atrophy, diffuse Lewy body disease (DLBD).
d).Kelainan Degeneratif Diturukan (heredodegenerative disorders)2
Gejala Parkinsonism menyertai penyakit-penyakit yang diduga berhubungan
dengan penyakit neurologi lain yang faktor keturunan memegang peran sebagai
etiologi, seperti : Penyakit Alzheimer, Penyakit Wilson, Penyakit Hutington,
Demensia frontotemporal pada kromosom 17q21, X-linked dystonia
parkinsonism (di Filipina disebut lubag).
2.3 ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab kematian sel-sel substansia nigra pars compacta
(SNc) belum diketahui dengan pasti. Beberapa penelitian pada penderita penyakit
parkinson baik penelitian berdasarkan autopsi pasien yang sudah meninggal dan
epidemiologis, maupun penelitian pada hewan primata yang dibuat menderita
penyakit parkinson, menghasilkan beberapa dugaan penyebab penyakit parkinson
seperti tersebut di bawah ini:2
a) Faktor Genetik
Ditemukan 3 gen yang menjadi penyebab gangguan degradasi protein dan
mengakibatkan protein beracun tak dapat didegradasi di ubiquitin-proteasomal
pathway.2
Kegagalan degradasi ini menyebabkan peningkatan apoptosis di sel-sel
substansia nigra pars compacta sehingga meningkatkan kematian sel neuron
substansia nigra pars compacta. Inilah yang mendasari terjadinya penyakit
parkinson sporadik yang bersifat familial. Pada penelitian didapatkan kadar sub
unit alfa dari proteasome 20S menurun secara, bermakna pada sel neuron
substansia nigra pars compacta (SNc) penderita penyakit parkinson,
dibandingkan dengan orang normal, demikian juga didapatkan penurunan
sekitar 40% 3 komponen (chymotriptic, trytic dan postacidic) dari proteasome
14
26S pada sel neuron substansia nigra pars compacta (SNc) penderita penyakit
parkinson.2
Peranan faktor genetik juga ditemukan dari hasil penelitian terhadap kembar
monozigot (MZ) dan dizigot (DZ), dimana angka intrapair concordance pada
MZ jauh lebih tinggi dibandingkan DZ.2
b) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan sebagai penyebab terjadinya penyakit parkinson sudah
diteliti sejak 40 tahun yang lalu, sebagian setuju bahan-bahan beracun seperti
carbon disulfide, manganese, dan pelarut hidrokarbon yang menyebabkan
Sindrom Parkinson, demikian juga pasca ensefalitis. Pada penelitian
selanjutnya ternyata parkinsonism yang terjadi bukan penyakit parkinson. Saat
ini yang paling diterima sebagai etiologi penyakit parkinson adalah proses stres
oksidatif yang terjadi di ganglia basalis, apapun penyebabnya. Berbagai
penelitian telah dilakukan antara lain peranan xenobiotik (MPTP),
peptisida/herbisida, terpapar pekerjaan terutama zat kimia seperti bahan-bahan
cat dan logam, kafein, alkohol, diet tinggi protein, merokok, trauma kepala,
depresi dan stres, semuanya menunjukkan peranan masing-masing melalui
jalan yang berbeda dapat menyebabkan penyakit parkinson maupun Sindrom
Parkinson baik pada penelitian epidemiologis maupun eksperimental pada
primata.2
c) Umur (Proses Menua)
Tidak semua orang tua akan menderita penyakit parkinson, tetapi dugaan
adanya peranan proses menua terhadap terjadinya penyakit parkinson
didasarkan pada penelitian-penelitian epidemiologis tentang kejadian penyakit
parkinson (evidence based). Ditemukan angka kejadian penyakit parkinson
pada usia 50 tahun di Amerika 10-12 per 100.000 penduduk, meningkat
menjadi 200-250 per 100.000 penduduk pada usia 80 tahun. Pada penderita
penyakit parkinson terdapat suatu tanda reaksi mikroglial pada neuron yang
rusak dan tanda ini tidak terdapat pada proses menua normal, sehingga
disimpulkan bahwa proses menua merupakan faktor resiko yang
mempermudah terjadinya proses degenerasi di substansia nigra pars compacta
15
tetapi memerlukan penyebab lain (biasanya multifaktor) untuk terjadinya
penyakit parkinson.2
d) Ras
Angka kejadian penyakit parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih
dibandingkan kulit berwarna.2
e) Cedera Kranioserebral
Prosesnya belum jelas. Trauma kepala, infeksi, dan tumor di otak lebih
berhubungan dengan Sindrom Parkinson dari pada penyakit parkinson.2
f) Stres Emosional
Diduga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit parkinson.2
2.4 PATOFISIOLOGI
Secara umum dapat dikatakan bahwa Penyakit Parkinson terjadi karena
penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di substansia nigra pars
compacta (SNc) sebesar 40-50 % yang disertai dengan inklusi sitoplasmik
eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab multifaktor.2
Substansia nigra (sering disebut sebagai black substance), adalah suatu
regio kecil di otak (brain stem) yang terletak sedikit di atas medula spinalis.
Bagian ini menjadi pusat kontrol/koordinasi dari seluruh pergerakan. Sel-selnya
menghasilkan neurotransmiter yang disebut dopamin, yang berfungsi untuk
mengatur seluruh pergerakan otot dan keseimbangan badan yang dilakukan oleh
sistem saraf pusat. Dopamin diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-
sel neuron di otak terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan
refleks postural, serta kelancaran komunikasi (bicara). Pada penyakit parkinson
sel-sel neuron di substansia nigra pars compacta mengalami degenerasi, sehingga
produksi dopamin menurun, akibatnya semua fungsi neuron di sistem saraf pusat
(SSP) menurun dan menghasilkan kelambanan gerak (bradikinesia), kelambanan
bicara dan berfikir (bradifrenia), tremor dan kekakuan (rigiditas).2
16
Gambar 1. Kiri: normal, kanan: penyakit parkinson4
Hipotesis terbaru proses patologi yang mendasari proses degenerasi neuron
substansia nigra pars compacta adalah stres oksidatif. Stres oksidatif
menyebabkan terbentuknya formasi oksiradikal, seperti dopamin quinon yang
dapat bereaksi dengan alfa sinuklein (disebut protofibrils). Formasi ini
menumpuk, tidak dapat di degradasi oleh ubiquitin-proteasomal pathway,
sehingga menyebabkan kematian sel-sel substansia nigra pars compacta.
Mekanisme patogenik lain yang perlu dipertimbangkan antara lain:2
a. Efek lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi antara oksiradikal
dengan nitric-oxide yang menghasilkan peroxynitric radical.
b. Kerusakan mitokondria sebagai akibat penurunan produksi adenosin trifosfat
(ATP) dan akumulasi elektron-elektron yang memperburuk stres oksidatif,
akhirnya menghasilkan peningkatan apoptosis dan kematian sel.
17
c. Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang
memicu apoptosis sel-sel substansia nigra pars compacta.
2.5 GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis penyakit parkinson terbagi atas 2, yaitu:
a) Umum:2
1. Gejala mulai pada satu sisi (hemiparkinsonism)
2. Tremor saat istirahat
3. Tidak didapatkan gejala neurologis
4. Tidal dijumpai kelainan laboratorik dan radiologis
5. Perkembangan lambat
6. Respon terhadap levodopa cepat dan dramatis
7. Gangguan refleks postural tidak dijumpai pada awal penyakit
b) Khusus : gejala motorik pada penyakit parkinson (TRAP)2
1. Tremor : 1) Laten, 2) Saat istirahat, 3) Bertahan saat istirahat, 4) Saat gerak
disamping adanya tremor saat istirahat.
2. Rigiditas
3. Akinesia/bradikinesia : 1) Kedipan mata berkurang, 2) Wajah seperti topeng, 3)
Hipofonia (suara kecil), 4) Air liur menetes, 5) Akatisia/takikinesia (gerakan
cepat tidak terkontrol), 6) Mikrografia (tulisan semakin kecil), 7) Cara berjalan:
langkah kecil-kecil, 8) Kegelisahan motorik (sulit duduk atau berdiri).
4. Hilangnya refleks postural. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan sejumlah
kriteria : 1) Klinis, 2) Menurut Koller, 3) Menurut Gelb.
2.6 DIAGNOSIS
Penyakit parkinson didasari oleh anamnesis (riwayat kesehatan),
pengamatan pada tanda-tanda yang ada (pemeriksaan fisik), pemeriksaan
neurologis, informasi obat-obatan yang pernah digunakan dan riwayat pada
keluarga.1
18
a. Anamnesis
Pada awal sakit manifestasi gejala dapat berupa:1
1. Gemetar pada jari tangan waktu istirahat, dan menghilang bila lengan
bergerak
2. Tremor ringan pada jari dan tangan
3. Ayunan lengan waktu berjalan kurang (jalan seperti robot)
4. Suara menjadi halus / mengecil
5. Mandi, mencukur kumis, mengancing baju, makan jadi lama
6. Jalan sering ketinggalan
7. Mata melotot seperti marah, raut muka selalu sedih
8. Duduk jarang bangun
9. Tidur jarang berbalik badan
b. Pemeriksaan fisik
Empat gejala kardinal (gejala utama) penyakit parkinson yaitu:1
1. Tremor (pada 50% kasus)
2. Rigiditas (pada 66 % kasus)
3. Akinesia/bradikinesia (pada 75 % kasus)
4. Postural instabilitas
19
Gambar 2. Gambaran klinis penyakit parkinson4
Keempatnya bisa disingkat menjadi TRAP.
1. Tremor, 50% mengalami inner tremor sebelumnya (rasa gemetar di dalam
tubuh).1
Lengan/tangan :
- Resting tremor: saat diam atau menahan posisi tertentu
- Pill rolling: seperti sedang menggulung pil atau menghitung uang
- Tulisan tidak rata, semakin panjang kalimatnya huruf tulisannya semakin kecil.
- Saat berjalan jari/tangan bergetar
Tungkai/kaki
- Kaki bergoyang saat diam menggantung
Kepala / muka
- Kepala jarang terlibat
- Bibir dan dagu bergetar seperti mengunyah
20
2. Rigiditas1
Leher
- Susah menoleh
- Susah menelan
- Suara mengecil
Lengan
- Micrografia (tulisan mengecil)
- Ayunan lengan waktu berjalan kurang
- Merasa kekakuan pada sendi
- Sulit bangkit dari tidur/duduk
- Stopped posture (waktu berdiri/berjalan badan membungkuk)
Tungkai
- Langkah jalan pendek-pendek, kaki diseret
- Rasa “lemah” karena memerlukan tenaga ekstra untuk bergerak.
Gambar 3. Adalah ilustrasi penderita penyakit parkinson oleh Sir William Richard
Gowers diambil dari A Manual Of Diseases of the Nervous System, tahun 1886.
3. Bradikinesia/Akinesis1
Muka
- Mata jarang berkedip
- Face mask (mimik muka miskin ekspresi)
21
- Liur menetes, kalau makan lama
Lengan
- Memakai baju/memasang kancing lama
- Mandi/cuci tangan/gosok gigi lama
Badan
- Duduk diam lama, jarang bangkit (bangun)
- Tidur jarang berbalik
Tungkai
- Membengkak oleh karena jarang bergerak waktu duduk
- Sulit untuk memulai langkah
- Langkah mendadak berhenti
- Ketika berjalan, jika berbalik arah harus melakukan gerakan memutar.
4. Postur tubuh yang tidak stabil1
- Muncul pada stadium lanjut
- Mudah terjatuh
- Langkah memutar sulit
- Cenderung terjerembab ke depan
- Cenderung terjengkang ke belakang
- Akhirnya menggunakan kursi roda
Bila seseorang ditemukan salah satu atau lebih dari 4 gejala kardinal maka
orang tersebut dianggap sudah mempunyai gangguan fungsional.
c. Pemeriksaan penunjang1
Radiologi untuk menyingkirkan penyakit yang lain.
Jika pemberian L-dopa tidak ada perbaikan maka untuk memastikan perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang lain seperti EEG, CT-Scan kepala dan
pemeriksaan laboratorium sesuai dugaan.
Sejauh ini belum ada pemeriksaan penunjang yang dapat memastikan
penyakit Parkinson, lebih banyak digunakan untuk menyingkirkan penyakit lain
22
yang menimbulkan gejala parkinsonis yang mirip PP, atau pada pasien yang
setelah terapi levodopa tidak menunjukkan perbaikan.
Pemeriksaan penunjang bisa berupa:1
a. Pemeriksaan radiologik
CTScan, MRI, Spektroskopi, Positron Emission Tomography, CTScan, MRI
biasanya normal: PET bisa mendeteksi perubahan di substasia nigra.
b. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan ini tidak informatif untuk PP.
c. Pemeriksaan laboratorium
Darah, urine, tergantung pada indikasi.
2.7 KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan sejumlah kriteria, yaitu:
a. Kriteria diagnosis klinis2
1. Didapatkan 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik : tremor, rigiditas,
bradikinesia, atau
2. Tiga dari 4 tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia, ketidakstabilan
postural.
b. Kriteria diagnosis klinis modifikasi2
1. Diagnosis possible (mungkin) : adanya salah satu gejala : tremor, rigiditas,
akinesia atau bradikinesia, gangguan refleks postural. Tanda-tanda minor
yang membantu ke arah diagnosis klinis possible : Myerson sign,
menghilang atau berkurangnya ayunan lengan, refleks menggenggam.
2. Diagnosis probable (kemungkinan besar) : kombinasi dari 2 gejala tersebut
di atas (termasuk gangguan refleks postural), salah satu dari 3 gejala
pertama asimetris.
3. Diagnosis definite (pasti) : setiap kombinasi 3 dari 4 gejala, pilihan lain :
setiap 2 dengan 1 dari 3 gejala pertama terlihat asimetris.
c. Kriteria diagnosis koller2
23
1. Didapati 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik : tremor istirahat atau
gangguan refleks postural, rigiditas, bradikinesia yang berlangsung satu
tahun atau lebih.
2. Respons terhadap terapi levodopa yang diberikan sampai perbaikan sedang
(minimal 1000 mg/hari selama 1 bulan) dan lama perbaikan 1 tahun atau
lebih.
d. Kriteria diagnosis gelb2
1. Diagnosis possible (mungkin): adanya 2 dari 4 gejala kardinal (resting
tumor, bradikinesia, rigiditas, onset asimetrik).
Tidak ada gambaran yang menuju ke arah diagnosis lain termasuk
halusinasi yang tidak berhubungan dengan obat, demensia,
supranucleargaze palsy atau disotonom. Mempunyai respons yang baik
terhadap levodopa atau agonis dopamin.
2. Diagnosis probable (kemungkinan besar) : terdapat tiga dari 4 gejala
kardinal, tidak ada gejala yang mengarah ke diagnosis lain dalam 3 tahun,
terdapat respon yang baik terhadap levodopa atau agonis dopamin.
3. Diagnosis definite (pasti): seperti probable disertai dengan pemeriksaan
histopatologis yang positif.
Untuk menentukan berat ringannya penyakit, digunakan penetapan stadium klinis
Penyakit Parkinson berdasarkan Hoehn and Yahr, sebagai berikut:2
Stadium
I Unilateral, ekspresi wajah berkurang, posisi fleksi lengan yang
terkena, tremor, ayunan lengan berkurang.
II Bilateral, postur membungkuk ke depan, gaya jalan lambat dengan
langkah kecil-kecil, sukar membalikkan badan.
III Gangguan gaya berjalan menonjol, terdapat ketidakstabilan
postural.
IV Disabilitasnya jelas, berjalan terbatas tanpa bantuan, lebih
cenderung jatuh.
V Hanya berbaring atau duduk di kursi roda, tidak mampu
24
berdiri/berjalan meskipun dibantu, bicara tidak jelas, wajah tanpa
ekspresi, jarang berkedip.
2.8 PENATALAKSANAAN
Secara garis besar konsep terapi farmakologis maupun pembedahan pada
penyakit parkinson dibedakan menjadi 3 hal yaitu:2
1. Simtomatis, untuk memperbaiki gejala dan tanda penyakit.
2. Protektif, dengan cara mempengaruhi patofisiologi penyakit.
3. Restoratif, mendorong neuron baru atau merangsang pertumbuhan dan fungsi
sel neuron yang masih ada.
Pilihan terapi penyakit parkinson dapat dibagi menjadi beberapa pendekatan
sebagai berikut:2
Meningkatkan transmisi dopaminergik dengan jalan: (1) meningkatkan
konsentrasi dopamin pada sinap (levodopa), (2) memberikan agonis dopamin,
(3) meningkatkan pelepasan dopamin, (4) menghambat re-uptake dopamin, (5)
menghambat degradasi dopamin.
Manipulasi neurotransmiter non-dopaminergik dengan obat-obat antikolinergik
dan obat-obat lain yang dapat memodulasi sistem non-dopaminergik.
Memberikan terapi simtomatik terhadap gejala parkinsonism yang muncul.
Memberikan obat-obat neuroprotektif untuk menghambat progresivitas
penyakit parkinson dengan mencegah kematian sel-sel neuron.
Terapi pembedahan : ablasi (tallamotomy, pallidotomy, stimulasi otak dalam,
brain grafting (bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti
semula proses patologis yang mendasari).
Terapi pencegahan/preventif: menghilangkan faktor risiko atau penyebab
penyakit parkinson.
a) TERAPI MEDIKAMENTOSA
Ada 6 macam obat utama yang dipergunakan untuk penatalaksanaan penyakit
parkinson, yaitu:2, 5
1. Obat yang mengganti dopamin (Levodopa, Carbidopa)
25
Obat ini merupakan obat utama, hampir selalu digunakan untuk terapi penyakit
parkinson. Di dalam badan levodopa akan diubah sebagai dopamin. Obat ini
sangat efektif untuk menghilangkan gejala karena langsung mengganti DA
yang produksinya sangat menurun akibat degenerasi substansia nigra pars
compacta. Efek samping obat ini antara lain: mual, dizziness, muntah, hipotensi
postural, dan konstipasi. Obat ini juga mempunyai efek samping jangka lama
yaitu munculnya diskinesia (gerakan involunter yang tidak dikehendaki seperti
korea, mioklonus, distonia, akatisia). Ada kecenderungan obat ini memerlukan
peningkatan dosis bila dipakai sendirian. Pada pemakaian obat ini juga dikenal
fenomena “On-Off” atau disebut fenomena “wearing off”. Oleh sebab itu
pemakaian obat ini harus dipantau dengan baik.2
2. Agonis Dopamin (Bromocriptine, Pergolide, Pramipexole, Ropinirol)
Merupakan obat yang mempunyai efek serupa dopamin pada reseptor D1
maupun D2. Di dalam badan tidak akan mengalami konversi, sehingga dapat
digunakan sebagai obat tunggal pengganti levodopa. Biasanya dipakai sebagai
kombinasi utama dengan levodopa-carbidopa agar dapat menurunkan dosis
levodopa, sehingga dapat menghindari terjadinya diskinesia atau mengurangi
fenomena on-off. Efek samping obat ini adalah: halusinasi, psikosis,
eritromelalgia, edema kaki, mual, dan muntah. Sayangnya obat ini tidak dapat
menghambat progresivitas penyakit parkinson.2
3. Antikolinergik (Benztropin, Triheksifenidil, Biperiden)
Obat ini menghambat aksi neurotransmiter otak yang disebut asetilkolin,
sehingga dapat mengurangi gejala tremor. Efek samping obat ini antara lain
mulut kering, dan mata kabur. Sebaiknya jenis obat ini tidak diberikan pada
penderita penyakit parkinson yang berusia diatas 70 tahun; karena dapat
menyebabkan penurunan daya ingat dan retensio urin pada laki-laki.2
4. Penghambat Monoamin oxidase/MAO (Selegiline) Peranan obat ini untuk
mencegah degradasi dopamin menjadi 3-4 dihydroxyphenilacetic di otak.
Karena MAO dihambat maka umur dopamin menjadi lebih panjang. Biasa
dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan levodopa-carbidopa. Selain itu
obat ini bisa berfungsi sebagai antidepresi ringan (merupakan obat pilihan pada
26
penyakit parkinson dengan gejala depresi menonjol). Efek samping obat ini
berupa penurunan tekanan darah dan aritmia.2
5. Amantadin
Berperan sebagai pengganti dopamin, tetapi bekerja di bagian lain otak. Obat
ini dulu ditemukan sebagai obat antivirus, selanjutnya diketahui ternyata dapat
menghilangkan gejala penyakit parkinson yaitu menurunkan gejala tremor,
bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit parkinson dan dapat
menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off) dan diskinesia pada
penderita penyakit parkinson lanjut. Dapat dipakai sendirian, atau sebagai
kombinasi dengan levodopa atau agonis dopamin. Efek samping obat yang
paling menonjol mengakibatkan mengantuk.2
6. Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMT (Tolcapone, Entacapone)
Ini merupakan obat yang masih relatif baru, berfungsi menghambat degradasi
dopamin oleh enzim COMT dan memperbaiki transfer levodopa ke otak. Mulai
dipakai sebagai kombinasi levodopa saat efektivitas levodopa menurun.
Diberikan bersama setiap dosis levodopa. Obat ini dapat memperbaiki
fenomena on-off, memperbaiki kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari
(AKS). Efek samping obat berupa gangguan terhadap fungsi hati, sehingga
perlu diperiksa tes fungsi hati secara serial pada penggunanya. Obat ini juga
menyebabkan perubahan warna urin menjadi merah orange.2
27
Gambar 4. Algoritme manajemen penyakit parkinson1
b) TERAPI PEMBEDAHAN
Sebagian besar penderita penyakit parkinson memperbaiki kualitas hidupnya
dengan terapi medikamentosa seperti tersebut di atas, tetapi ada juga yang tidak
dapat dikendalikan dengan obat, terutama efek fluktuasi motorik (fenomena “on-
off”).. Pada saat “on” penderita dapat bergerak dengan mudah, terdapat perbaikan
pada gejala tremor dan kekakuannya. Pada saat “off” penderita akan sangat sulit
bergerak, tremor dan kekakuan tubuhnya meningkat. Periode “off” adakalanya
muncul sejak awal pemberian levodopa dan tak dapat diatasi dengan
meningkatkan dosis, kejadian tersebut ini disebut “wearing off”. Pemakai lama
levodopa sering terkena efek samping obat berupa munculnya gejala diskinesia.
“Wearing off” dan diskinesia yang terjadi pada penderita penyakit parkinson
28
kadang-kadang tidak dapat dikontrol dengan terapi medikamentosa dan
memerlukan terapi pembedahan.2
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dikerjakan untuk penderita penyakit
parkinson, yaitu:2
Terapi ablasi lesi di otak
Termasuk dalam kategori ini adalah thalamotomy dan pallidotomy. Pada
prosedur ini dokter bedah melakukan penghancuran di pusat lesi di otak
dengan menggunakan kauterisasi. Tidak ada instrumen apapun yang dipasang
di otak setelah penghancuran tersebut. Efek operasi ini bersifat permanen
seumur hidup, dan sangat tidak aman untuk melakukan ablasi di kedua tempat
tersebut. Pembedahan thallamic saat ini secara umum diterima untuk terapi
definitif penderita tremor esensial, dan tidak lagi diterima sebagai terapi pada
penyakit parkinson.
Terapi stimulasi otak dalam (deep brain stimulation, DBS)
Pada operasi ini dokter bedah menempatkan semacam elektroda pada beberapa
pusat lesi di otak yang dihubungkan dengan alat pemacunya yang dipasang di
bawah kulit dada seperti alat pemacu jantung. Pada prosedur ini tidak ada
penghancuran lesi di otak, jadi relatif aman. Prosedur ini termasuk baru
sehingga belum ada data mengenai efek samping.
Tranpantasi otak (brain grafting)
Prosedur ini menggunakan graft sel otak janin atau “autologous adrenal”.
Teknik operasi ini sering terbentur pada bermacam hambatan seperti ketiadaan
donor, kesulitan prosedur baik teknis, maupun perijinan. Namun hasil-hasil
penelitian terhadap penderita yang telah menjalani prosedur ini memberikan
harapan baik bagi penyembuhan penyakit parkinson.
c) TERAPI REHABILITASI
Rehabilitasi penderita penyakit sangat penting. Tanpa terapi rehabilitasi
penderita penyakit parkinson akan kehilangan kemampuan aktivitas fungsional
kehidupan sehari-hari. Latihan yang diperlukan penderita penyakit parkinson
meliputi latihan fisioterapi, okupasi, dan psikoterapi.2
29
Latihan fisioterapi meliputi : latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan
ekstensi trunkus, latihan Frenkle untuk berjalan dengan menapakkan kaki pada
tanda-tanda dilantai, latihan isometrik untuk otot kuadrisep femoris dan otot
ekstensor panggula agar memudahkan menaiki tangga dan bangkit dari kursi.
Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian AKS pasien, pengkajian
lingkungan tempat tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai
berbagai macam strategi, antara lain :
1. Strategi kognitif, untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi, bicara jelas dan
tidak cepat, mampu menggunakan tanda-tanda verbal maupun visual dan
hanya melakukan satu tugas kognitif maupun motorik.
2. Strategi gerak, seperti bila akan berbelok saat berjalan gunakan tikungan yang
agak lebar, jarak kedua kaki harus agak lebar bila ingin memungut sesuatu
dari lantai.
3. Strategi keseimbangan, melakukan AKS dengan duduk atau berdiri dengan
kedua kaki terbuka lebar dan dengan berpegangan pada dinding. Hindari
eskalator atau pintu berputar. Saat berjalan di tempat ramai atau lantai tidak
rata konsentrasi penuh jangan bicara atau melihat sekitar.
Seorang psikolog diperlukan untuk mengkaji fungsi kognitif, kepribadian,
status mental pasien dan keluarganya. Hasilnya digunakan untuk melakukan terapi
rehabilitasi kognitif dan melakukan intervensi psikoterapi.
30
Gambar 5. Terapi pada pasien parkinson6
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Purba JS. Penyakit Parkinson. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2012.
2. Rahayu RA. Penyakit Parkinson. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K
MS, Setiati S, eds. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta Pusat:
InternaPublishing; 2010:851-858.
3. Przedborski S. Etiology and Pathogenesis of Parkinson's Disease. In:
Jankovic J, Tolosa E, eds. Parkinson's Disease & Movement Disorders.
5th ed. Spain: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
4. Rohkamm R. Color Atlas of Neurology. Stuttgart · New York: Thieme;
2004:206-213.
5. Network SIG. Diagnosis and pharmacological management of Parkinson's
disease. Scotland; 2010.
6. Silbernagl S, Lang F. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: ECG;
2007.
32