pariwisata
-
Upload
pasalperda -
Category
Documents
-
view
49 -
download
0
description
Transcript of pariwisata
-
8
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Pengertian Pariwisata
Menurut Pendit (2003:14) pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata
serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
Sedangkan menurut Yoeti (1985:104) pariwisata adalah perjalanan dari
suatu tempat ke tempat lain (tour). Empat faktor dasar pengertian periwisata:
a. Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu, sekurang-kurangnya 24 jam dan paling lama 1 tahun.
b. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain. c. Perjalanan itu, apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan
pertamasyaan atau rekreasi.
d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di
tempat itu.
Berdasarkan UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata
adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
jangka waktu sementara. Sedangkan pengertian dari daya tarik wisata adalah
segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
-
9
B. Pengertian Wisata Alam
Menurut Gunn (1994) mengutarakan wisata alam adalah kegiatan wisata
dengan daya tarik utamanya adalah sumber daya alam yang terdiri dari 5 bentukan
dasar alam yaitu: air, perubahan topografi, flora, fauna, dan iklim. Bentuk sumber
daya alam yang umum untuk dikembangkan adalah air, seperti telaga, danau,
laut, sungai, air terjun, dan sebagainya. Potensi alam seperti daerah yang memiliki
ketinggian tertentu dan mengalami modifikasi lanskap akan sangat menarik bagi
kegiatan wisatawan. Flora dan fauna endemik yang sangat variatif banyak
menarik wisatawan, bentuk wisata mulai dari kegiatan viewing, watching, hingga
berburu hewan. Bahkan perbedaan iklim pun dapat membuka peluang industri
wisata.
Di dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 tahun
2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam memuat antara lain:
1) Dalam suaka margasatwa hanya dapat dilakukan kegiatan wisata terbatas berupa kegiatan mengunjungi, melihat, menikmati
keindahan alam dan keanekaragaman tumbuhan serta satwa yang ada
di dalamnya.
2) Dalam taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan mengunjungi, melihat, menikmati
keindahan alam, keanekaragaman tumbuhan dan satwa, serta dapat
dilakukan kegiatan membangun sarana kepariwisataan.
3) Sarana kepariwisataan pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan di dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah tersebut memuat bahwa
pengusahaan pariwisata alam meliputi usaha penyediaan jasa wisata alam dan
sarana wisata alam.
-
10
1) Usaha penyediaan jasa wisata alam dapat meliputi: a. jasa informasi pariwisata;
b. jasa pramuwisata;
c. jasa transportasi;
d. jasa perjalanan wisata; dan
e. jasa makanan dan minuman.
2) Usaha penyediaan sarana wisata alam dapat meliputi: a. wisata tirta;
b. akomodasi; dan
c. sarana wisata petualangan.
Pengembangan wisata alam di zona pemanfaatan Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam harus berwawasan
lingkungan, agar tetap melestarikan ekosistem yang menjadi daya tarik wisata
utama di sebuah kawasan wisata alam tersebut.
C. Kawasan Hutan Pelestarian Alam
Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Kawasan Pelestarian Alam, terdiri dari :
1. Kawasan Taman Nasional
2. Kawasan Taman Hutan Raya
3. Kawasan Taman Wisata Alam
(Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998)
-
11
1. Taman Nasional
Kawasan Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi.
2. Taman Hutan Raya (tahura)
Kawasan Taman Hutan Raya (tahura) adalah kawasan pelestarian alam
untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis
asli dan atau bukan jenis asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan
rekreasi.
3. Taman Wisata Alam
Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan
tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
Suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam, apabila telah
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik;
b. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi
alam;
c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.
-
12
D. Pengertian Wisatawan
Menurut United Nation Conference on Travel and Tourism di Roma dalam
Pitana (2003:43) memberikan batasan yang lebih umum mengenai wisatawan
dengan menggunakan istilah visitor (pengunjung) yaitu:
Setiap orang yang mengunjungi negara yang bukan tempat tinggalnya, untuk berbagai tujuan tetapi bukan untuk mencari
pekerjaan atau penghidupan dari negara yang dikunjungi.
Sedangkan menurut WTO dalam Pitana (2003:46) ada beberapa komponen
pokok yang secara umum disepakati di dalam memberikan batasan mengenai
pariwisata (khususnya pariwisata internasional), yaitu sebagai berikut:
a. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas
b. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan
tujuan perjalanannya bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk
mencari nafkah, pendapatan atau penghidupan di tempat tujuan.
c. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi.
Berdasarkan dari pengertian-pengertian tersebut, yang disebut dengan
wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk
berlibur, bisnis, pertemuan dan bukan untuk mencari pekerjaan.
E. Pengertian Fasilitas Wisata
Menurut Marpaung (2002:69) fasilitas wisata adalah sesuatu yang bersifat
melayani dan mempermudah kegiatan atau aktivitas pengunjung/wisatawan yang
dilakukan dalam rangka mendapatkan pengalaman rekreasi.
-
13
Menurut Lawson & Bovy (1977:24), secara mendasar membagi
penyediaan fasilitas untuk wisatawan di suatu lokasi wisata menjadi dua kategori
besar, yaitu:
1. Fasilitas yang biasa terdapat di setiap jenis atraksi wisata dan terletak dimanapun juga seperti akomodasi, katering, hiburan,
leisure, dan relaksasi, serta penyediaan infrastruktur teknis dasar
untuk kegiatan operasional atraksi wisata.
2. Fasilitas yang mengidentifikasi lokasi atau tempat dari atraksi tersebut. Fasilitas ini memberdayakan ketersediaan sumber
setempat dan sekitarnya untuk kemenarikan dari fasilitas itu
sendiri. Contoh; area pinggir pantai, gunung, resort spa, dan
resort perkotaan.
Berdasarkan kategori tersebut, maka penyediaan fasilitas dan atraksi
wisata di danau termasuk penyediaan fasilitas yang mengidentifikasikan lokasi
atau tempat karena penyediaan fasilitas berupa shelter yang terletak di sekitar
area pinggir danau.
F. Konsep Pengembangan Fasilitas Kawasan Wisata
Dalam merencanakan suatu kawasan wisata, perlu adanya suatu
perencanaan yang terpadu dan diarahkan untuk memepertahankan kondisi
lingkungan dengan tetap memberikan berbagai kemudahan bagi wisatawan yang
datang dalam rangka meningkatkan pengalaman rekreasi mereka. Perencanaan
penyediaan fasilitas ini berdampak pada perlunya standar-standar acuan dalam
penyediaan fasilitas wisata pada suatu atraksi wisata.
1. Konsep dasar pengembangan fasilitas wisata
Menurut Makalam (1994:15) pada dasarnya suatu standar tidak dapat
dipaksakan dan standar fasilitas wisata yang ditetapkan haruslah sensitif terhadap
-
14
kondisi lingkungan fisik dan kebutuhan manusia. Karena itu, tidak ada satupun
atraksi wisata yang akan memilki standar fasilitas wisata yang sama.
Perencanaan pariwisata di mancanegara menunjukan, bahwa tidak ada satu
pun peraturan yang dapat mengatur standar fasilitas wisata terutama untuk jenis
atraksi wisata yang berbeda.
2. Penentuan jenis fasilitas wisata
Yang termasuk dalam fasilitas wisata adalah fasilitas pendukung kegiatan
wisata seorang pengunjung harian atau seorang wisatawan. Baud-Bovy dan
Lawson (1977:2465) membagi fasilitas pendukung (ancillary facilities) ke dalam
enam jenis fasilitas, yaitu:
a. Akomodasi (hotel, motel, cottage, apartment, dan lainnya) b. Makan minum (restaurant, coffee shop, snack bar, dan lainnya) c. Sanitasi d. Aksesibilitas (jalan akses, setapak, pintu masuk/gerbang utama dan
tempat parkir)
e. Fasilitas aktif, yaitu fasilitas yang dijadikan sebagai salah satu penunjang aktivitas yang dapat dilakukan oleh pengunjung atau
wisatawan.
f. Lain-lain (gedung, kantor/administrasi, pos keamanan, pos penjaga pantai, dan lainnya).
Semua jenis fasilitas tersebut, termasuk ke dalam jenis fasilitas wisata yang
sudah berkembang di kawasan wisata danau dan merupakan standar fasilitas
wisata yang harus tersedia, karena merupakan fasilitas pendukung kegiatan
rekreasi wisatawan.
-
15
G. Pengertian Atraksi Wisata
Berdasarkan dengan lamanya waktu yang dihabiskan wisatawan di tempat
wisata, terdapat dua jenis atraksi yaitu atraksi penahan dan atraksi penangkap.
Seperti yang dikemukakan oleh Soekadijo (2000:50) berikut:
Atraksi wisata yang dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menahan wisatawan selama berhari-hari dan dapat berkali-kali
dinikmati, bahkan pada kesempatan lain wisatawan akan kembali
lagi ke tempat yang sama. Atraksi demikian itu adalah atraksi
penahan. Sebaliknya, ada juga atraksi yang hanya dapat menarik
kedatangan wisatawan. Atraksi itu adalah atraksi penangkap
wisatawan (tourist catcher), yang hanya sekali dinikmati, kemudian
ditinggalkan lagi oleh wisatawan.
Sedangkan Marioti dalam Yoeti (1996:172) berpendapat bahwa Atraksi
wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat
daerah tujuan wisata, diantaranya hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, hasil
ciptaan manusia, dan wisata minat khusus.
1. Hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa berupa : a. lklim, misalnya cuaca cerah banyak cahaya matahari, sejuk,
panas, hujan, dan sebagainya.
b. Fauna dan flora seperti tanaman-tanaman yang langka, burung-burung, ikan, binatang buas, taman nasional, daerah perburuan,
dan sebagainya.
c. Pusat-pusat kesehatan, sumber air mineral, sumber air panas. 2. Hasil ciptaan manusia yaitu benda-benda yang bersejarah,
kebudayaan dan keagamaan, misalnya:
a. Monumen bersejarah, dan sisa peradaban masa lampau. b. Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, handy
craft.
c. Acara tradisional, pameran, festival, upacara perkawinan dan lain-lain.
d. Rumah-rumah beribadah, seperti mesjid, gereja, kuil atau candi maupun pura.
3. Wisata minat khusus. Motif perjalanan seseorang atau kelompok orang dapat berupa menikmati rekreasi.
a. Adventure (petualangan)
-
16
b. Sosial Budaya c. Pendidikan d. Belanja/shopping e. Keagamaan f. Olahraga
Atraksi wisata yang termasuk ke dalam atraksi wisata yang berkembang di
kawasan wisata danau, yaitu atraksi wisata alami atau hasil ciptaan Tuhan Yang
Maha Kuasa serta atraksi wisata minat khusus yaitu wisata adventure dan
olahraga.
H. Syarat-Syarat Atraksi Wisata Yang Baik
Menurut Soekadijo (2000:61-62) atraksi wisata yang baik harus dapat
mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan mereka di tempat
atraksi dalam waktu yang cukup lama dan memberikan kepuasan pada wisatawan
yang datang berkunjung. Untuk mencapai hasil itu, beberapa syarat harus
dipenuhi, yaitu :
a. Kegiatan dan objek yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam keadaan yang baik.
b. Karena atraksi wisata itu harus disajikan dihadapan wisatawan, maka cara penyajiannya harus tepat.
c. Atraksi wisata adalah terminal dari mobilitas spasial suatu perjalanan, maka dari itu juga harus memenuhi semua determinan
mobilitas spasial yaitu akomodasi, transportasi, dan promosi serta
pemasaran.
d. Keadaan tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cukup lama.
e. Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata
harus diusahakan supaya bertahan selama mungkin.
Di sebuah kawasan wisata danau, danau serta panorama alam di
sekelilingnya merupakan atraksi utama. Sehingga harus selalu dijaga
-
17
kelestariannya, agar kesan yang diperoleh wisatawan terhadap atraksi wisata
tersebut bertahan lama. Selain itu, atraksi wisata pendukung harus bervariasi serta
disajikan dengan tepat agar dapat menahan wisatawan cukup lama berada di
kawasan wisata.
I. Konsep Pengembangan Kualitas Kawasan Wisata
Menurut Jubenville (1976:65), secara konseptual pengembangan kualitas
suatu kawasan wisata harus menekankan pada aspek keindahan alami yang dapat
ditimbulkan. Pemahaman suatu keindahan alami berdasar kepada kondisi lahan
(termasuk pengembangan buatan manusia) yang layak bagi pengalaman-
pengalaman tertentu.
Sedangkan menurut Inskeep (1991:213-214) prinsip-prinsip dalam aplikasi
pengembangan kualitas kawasan wisata adalah:
1. Konservasi tampilan alam khusus Termasuk atraksi utama seperti pantai, sungai, pemandian air
panas, dan lainnya. Konservasi ini juga dapat dibuat menjadi
tampilan alam yang menarik, seperti lansekap, footpath, dan titik-
titik pemandangan lainnya.
2. Perawatan titik pemandangan Termasuk pula tampilan pemandangan yang penting seperti
pegunungan, pantai, lautan, sungai, dan lainnya. Hal ini ditujukan
untuk mempertahankan karakter ODTW bersangkutan.
3. Pengelompokkan fasilitas dan aktivitas Khususnya pengelompokkan pada jenis-jenis yang berbeda.
4. Aksesibilitas Membatasai jumlah kendaraan yang datang yang dapat
mengganggu daya dukung lingkungan.
5. Zona penyangga (buffer zone) di sekitar resort Penting dilakukan untuk menghindari gangguan-gangguan dari
pengguna terhadap zona utama (main attraction)
6. Kebutuhan aksesibilitas bagi masyarakat umum Menjadi lebih baik apabila ODTW tersebut dapat dikunjungi dan
masyarakat luas mendapatkan kemudahan untuk mengunjunginya.
-
18
7. Kebutuhan infrastruktur Seperti persediaan air bersih, tempat pembuangan limbah
(sampah), sewage, dan sistem telekomunikasi.
8. Mempertahankan kapasitas lingkungan Artinya tidak melebihi daya dukung lingkungan untuk menjaga
kelangsungan ODTW dan nilai kemenarikannya.
9. Pembangunan bertahap Tiap tahap pembangunan dilakukan dalam kurun waktu tertentu
agar pengembangan ODTW tetap terkontrol dan ODTW tersebut
berfungsi secara efektif.
Kawasan wisata danau harus selalu dijaga kelestariannya, dengan cara
selalu memperhatikan pengembangan wisatanya dan membagi zonasi ke dalam
zona inti, penyangga dan pelayanan. Zona penyangga (buffer zone) harus selalu
ada disekitar zona inti agar menghindari kemungkinan adanya gangguan dari
pengunjung, serta harus tetap mempertahankan kapasitas lingkungan dengan tidak
berlebihan dalam pengembangan agar dapat mempertahankan nilai kemenarikan
dari objek wisata tersebut.
J. Karakteristik Danau
Danau (situ) di Jawa Barat banyak terdapat di daratan tinggi, namun ada
juga beberapa situ yang berada di daratan rendah. Berikut beberapa karakteristik
danau di Jawa Barat.
1. Tipologi Fisik Danau
Beberapa karakter fisik yang ada dalam hal ini akan berpengaruh terhadap
pola pengembangan dan penempatan fasilitas, karakter tersebut antara lain dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
-
19
Tabel 2.1 Tipologi Fisik Danau
Tipologi Fisik Danau
- Kondisi sekitar berbukit
- Topografi berkontur
- Ruang pengembangan
terbatas kendala fisik
- Topografi landai
- Ruang pengembangan
cukup luas
Sumber: Hand Out Standarisasi Fasilitas Sarana Objek Wisata Alam &
Budaya, 2008.
2. Tipologi Lokasi Danau
Berdasarkan keleluasaan menetapkan wilayah pengembangan dan
tema/corak pengembangan disesuaikan dengan keselarasan dengan lingkungan
(terbangun) di sekitarnya serta ketersediaan fasilitas pendukung di sekitar lokasi
wisata, maka ada beberapa karakter danau, yaitu dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut:
Tabel 2.2 Tipologi Lokasi Danau
Kawasan perkotaan Kawasan pedesaan Kawasan terbangun
pedesaan
Akses mudah
Dilingkungi
kawasan fungsional
lainnya
Fasilitas penunjang
relatif tersedia
Akses terbatas
Dilingkungi
kawasan hijau
belum terbangun
Fasilitas
penunjang terbatas
bahkan kadang
tidak ada
Akses cukup, mesti
kadang terbatas
Dilingkungi kawasan
pemukiman
kepadatan rendah
Fasilitas penunjang
relatif tersedia
Sumber : Hand Out Standarisasi Fasilitas Sarana Objek Wisata Alam &
Budaya, 2008.
-
20
Karakter danau yang terletak di kawasan perkotaan akan mudah dicapai,
sedangkan di kawasan pedesaan akan lebih sulit dicapai dikarenakan
aksesibilitasnya. Akan tetapi, karakter danau di pedesaan menyuguhkan
pemandangan yang lebih alami daripada di perkotaan.
K. Pola Aktivitas Wisatawan di Danau/Situ/Waduk
Terdapat banyak aktivitas wisata yang dapat dilakukan di kawasan wisata
danau. Gambaran jenis aktivitas yang sering dilakukan di danau/situ/waduk serta
aktivitas lain yang potensial dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3 Aktivitas di Danau/Situ/Waduk
Aktivitas yang telah berkembang Aktivitas yang potensial
dikembangkan
Jalan-jalan
Menikmati pemandangan
Berperahu
Tracking
Hiking
Memancing
Photography
Bermain/rekreasi keluarga
Jet ski
Outbound
Berkuda
Tea walk ATV
Sumber : Hand Out Standarisasi Fasilitas Sarana Objek Wisata Alam & Budaya,
2008.
Salah satu daya tarik utama yang menyebabkan dijadikannya danau sebagai
objek wisata adalah keindahan danau itu sendiri, sehingga salah satu aktivitas
utama wisatawan mengunjungi danau adalah menikmati keindahan pemandangan
danau. Aktivitas lain yang sering dilakukan adalah aktivitas di air seperti
-
21
berperahu, memancing, sepeda air, dan lain-lain. Walaupun demikian aktivitas
lain yang tidak behubungan dengan air banyak pula dilakukan seperti hiking,
jogging, tracking, dan lain-lain. Mengingat pada umumnya danau dikelilingi oleh
bentang alam lainnya seperti gunung, hutan atau lembah.
L. Siklus Aktivitas Wisata
Menurut Mclntyre (1993:130) setiap area pariwisata atau atraksi wisata
memiliki siklus hidup (tourist area of life cycle), dimana ada beberapa tahapan di
dalam siklus tersebut, yaitu:
1. Involvement
Masa dimana suatu objek wisata baru dikenal oleh pengunjung atau masa
dimana suatu objek wisata pertama kali dibuka untuk umum.
2. Development
Masa suatu objek wisata diterima keberadaannya oleh pengunjung,
dikaitkan dengan banyaknya pengunjung yang berkunjung.
3. Stagnation
Masa dimana tingkat jumlah pengunjung mulai berkurang dan berkurangnya
keuntungan akibat penurunan tingkat kunjungan.
4. Rejuvenation
Masa dimana suatu objek wisata dapat meningkatkan keuntungan dengan
cara peningkatan kualitas.
-
22
Stagnation
5. Decline
Masa dimana suatu objek wisata mulai menurun dan kecenderungan
keuntungan yang juga mulai menurun.
Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat secara diagramatis sebagaimana
pada gambar 2.1. berikut.
Gambar 2.1. Siklus Atraksi Wisata
Sumber : R.W. Butler The Concept of a Tourist Area Cycle of Evaluation (1980:7)
Siklus atraksi tersebut akan dialami oleh masing-masing objek, sehingga
yang perlu diantisipasi adalah bagaimana agar objek tersebut tidak mengalami
penurunan (decline) yang terlalu cepat dan drastis, serta bagaimana
NU
MB
ER
OF
TO
UR
IST
TIME
Critical Range of
Elements of Capacity
Development
Involvement Exploration
Decline
Consolidation
Rejuvenation
-
23
mengembalikan objek tersebut pada kondisi normal atau yang lebih maju (lebih
berkembang). Salah satu hal yang dapat membantu permasalahan ini adalah
dengan mengatur fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan wiatawan saat ini dan
akan dibutuhkan pada masa datang sejalan dengan perubahan
trend/perkembangan yang terjadi.
M. Segmentasi Pasar Objek Daya Tarik Wisata Danau/Situ/Waduk
Dalam hand out perkuliahan Konsep Resort, Standarisasi Fasilitas Sarana
Objek Wisata Alam & Budaya diterangkan, Secara umum, segmen pasar
danau/situ/waduk dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Segmen pasar lokal, yaitu hanya dikunjungi oleh masyarakat setempat (satu kota/kabupaten)
b. Segmen pasar regional, yaitu dikunjungi tidak hanya oleh masyarakat setempat tapi juga oleh penduduk di luar kawasan,
bahkan skala nasional
c. Segmen pasar internasional, yaitu danau tersebut telah dikenal dan dikunjungi pula oleh turis mancanegara.
Lama kunjungan ke danau biasanya adalah tidak lebih dari satu hari,
sehingga wisatawan tidak menginap. Walaupun demikian, terdapat pula
wisatawan yang menginap. Hal ini terjadi bila danau terletak di kawasan wisata
atau bersatu dengan atraksi/objek wisata lain. Semakin banyak atraksi dan
aktivitas yang ada di lokasi danau, maka akan semakin lama waktu yang
diluangkan wisatawan di lokasi tersebut.
-
24
N. Konsep Pengunjung
Menurut Hainim (2000:24) suatu pengembangan kawasan wisata tidak
terlepas dari pasar atau pengunjungnya. Artinya, pengembangan aktivitas wisata
harus sesuai dengan permintaan profil pasar wisata sebagai pengunjung di atraksi
tersebut.
1. Profil Pengunjung
Menurut Kotler (2000:263) secara konseptual, untuk menentukan profil dan
minat pengunjung dapat dilakukan melalui beberapa aspek yaitu aspek geografi,
aspek demografi, dan juga aspek psikografi.
a. Geografi
Profil pengunjung dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok unit
geografis, yaitu kewarganegaraan, asal negara, kota, propinsi, desa, lingkungan
dan lainnya.
b. Demografi
Pada aspek demografis ini, pengunjung dapat dikelompokan menjadi
beberapa variabel dasar seperti umur, keluarga, jenis kelamin, pendapatan,
pekerjaan, pendidikan, agama, generasi, nasionalitas, dan kelas sosial.
Variabel demografis adalah yang paling sering digunakan dalam
menentukan profil dan minat pengunjung. Hal ini disebabkan oleh pilihan,
penggunaan, dan keinginan pengunjung sering berhubungan dengan variabel
demografis tersebut.
Selain itu, variabel ini juga mudah untuk diukur. Meskipun misalnya pasar
sasaranya tergambarkan bukan secara demografis (misalnya dalam personality
-
25
type), hubungan kembali kepada karakteristik demografi untuk memperkirakan
besarnya pasar sasaran.
c. Psikografi
1) Gaya hidup (life style)
Masyarakat banyak yang sudah mempunyai gaya hidup sendiri-sendiri.
Produk yang mereka konsumsi mencerminkan gaya hidup mereka.
2) Kepribadian (personality)
Pihak pemasar telah menggunakan variable kepribadian untuk menentukan
profil pengunjung. Sehingga banyak pula yang menggunakan brand personalities
pada nama produknya untuk membedakan dengan produk lainnya.
3) Nilai (value)
Bagi beberapa pihak marketer, profil pengunjung ditentukan melalui nilai
inti (core values), suatu sistem keyakinan yang terdapat pada prilaku dan tingkah
laku pengunjung. Nilai inti mengkaji profil pengunjung secara lebih dalam
daripada prilaku dan tingkah laku, serta menentukan pilihan dan minat mendasar
pengunjung terhadap suatu produk untuk jangka waktu yang lama.
-
26
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Latar belakang
Rumusan masalah
......
Data
......
Analisis
..
Sintesis
........
Situ Patengan
Perlu adanya inovasi dan
renovasi dari fasilitas dan
atraksi wisata.
Wisatawan Pengelola
Analisis
SWOT
Rekomendasi
Pengembangan
Fasilitas dan Atraksi Wisata
Permintaan wisatawan
terhadap pengembangan
wisata
Perilaku Persepsi Kebijakan Data
Kendala yang
dihadapi dalam
Pengembangan
Analisis
Kuesioner