ParasitII Makalah Cestoda

9
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum Platyhelminthes. Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata. Bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral, tidak mempunyai alat cerna atau saluran vaskular dan biasanya terbagi dalam segmen-segmen yang disebut proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina. Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut skoleks yang dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait. Spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia umumnya adalah : Taenia saginata dan Taenia solium, Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, Echinococcus multilocularis. Manusia merupakan hospes Cestoda ini dalam bentuk : a. Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata, Taenia solium, H.nana, H.diminuta, Dipylidium caninum. b. Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, T.solium, H.nana, E.granulosus, Multiceps.

description

Parasitologi

Transcript of ParasitII Makalah Cestoda

Page 1: ParasitII Makalah Cestoda

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum

Platyhelminthes. Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata dan

larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata.

Bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita, biasanya pipih

dorsoventral, tidak mempunyai alat cerna atau saluran vaskular dan biasanya

terbagi dalam segmen-segmen yang disebut proglotid yang bila dewasa berisi alat

reproduksi jantan dan betina.

Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut

skoleks yang dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait. Spesies penting yang dapat

menimbulkan kelainan pada manusia umumnya adalah : Taenia saginata dan

Taenia solium, Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus

granulosus, Echinococcus multilocularis.

Manusia merupakan hospes Cestoda ini dalam bentuk :

a. Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata,

Taenia solium, H.nana, H.diminuta, Dipylidium caninum.

b. Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, T.solium, H.nana, E.granulosus,

Multiceps.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui klasifikasi,

morfologi dan daur hidup, hospes dan nama penyakit, distribusi geografik,

patologi dan gejala klinis, diagnosis, pengobatan serta epidemiologi dari cestoda

Diphyllobothrium latum.

Page 2: ParasitII Makalah Cestoda

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Cestoda

Ordo : Pseudophyllidea

Famili : Diphyllobothriidae

Genus : Diphyllobothrium

Spesies : Diphyllobothrium latum

2.2 Morfo

logi dan Daur Hidup

Cacing dewasa yang keluar dari usus manusia berwarna gading,

panjangnya dapat sampai 10 M dan terdiri atas 3000-4000 buah proglotid,

tiap proglotid mempunyai alat kelamin jantan dan betina yang lengkap. Telur

mempunyai operculum berukuran 70 x 45 mikron, dikeluarkan melalui

lubang uterus proglotid gravid dan ditemukan dalam tinja. Telur menetas

dalam air. Larva disebut korasidium dan dimakan oleh hospes perantara

pertama, yaitu binatang yang termasuk Copepoda seperti Cyclops dan

Diaptomus. Dalam hospes ini larva tumbuh menjadi proserkoid, kemudian

Cyclops dimakan hospes perantara kedua yaitu ikan salem dan proserkoid

berubah menjadi larva pleroserkoid atau disebut sparganum. Bila ikan

tersebut dimakan hospes definitif misalnya manusia sedangkan ikan itu tidak

dimasak dengan baik, maka sparaganum di rongga usus halus tumbuh

menjadi cacing dewasa (Departemen Parasitologi FKUI, 2008).

Cacing ini tergolong Pseudophyllidae yang terdapat sebagai cacing

dewasa pada manusia. Panjangnya sampai 10 m, terdiri dari 3000-4000

proglotid Genital pore dan uterin pore terletak di sentral dari proglotid. Telur

mempunyai operkulum yang berisi sel telur. Telur dikeluarkan bersama tinja.

Page 3: ParasitII Makalah Cestoda

Dalam air, sel telur menjadi onkosfer dan telur menetas lalu keluar

korasidium yaitu embrio yang bersilia. Korasidium dimakan oleh HP I yaitu

Cyclops atau Dioptomus. Di dalam tubuh HP I, korasidium berubah menjadi

procercoid. Bila Cyclops atau Dioptomus yang mengandung procercoid

dimakan oleh ikan sebagai HP II, maka procercoid akan tumbuh menjadi

plerocercoid (sparganum) yang merupakan bentuk infektif (Safar, 2009).

Bersifat hermafrodit. Cacing dewasa panjangnya dapat mencapai 10

(sepuluh) meter. Menempel pada dinding intestinum dengan scolex. Panjang

scolex dengan lehernya 5-10 mm jumlah proglotidnya bisa mencapai 3.000

(tiga ribu) atau lebih. Satu cacing bisa mengeluarkan 1.000.000 (satu juta)

telur setiap harinya. Telur Diphyllobothrium latum harus jatuh kedalam air

agar bisa menetas menjadi coracidium. Coracidium (larva) ini harus dimakan

oleh Cyclops atau Diaptomus untuk bisa melanjutkan siklus hidupnya. Di

dalam tubuh Cyclops larva akan tumbuh menjadi larva procercoid. Bila

Cyclops yang mengandung larva procercoid dimakan oleh ikan tertentu

(intermediate host kedua), maka larva cacing akan berkembang menjadi

plerocercoid. Plerocercoid ini akan berada didalam daging ikan. Bila daging

ikan yang mengandung plerocercoid ini dimakan manusia, maka akan terjadi

penularan. Di dalam intestinum manusia, plerocercoid akan berkembang

menjadi cacing dewasa (Entjang, 2001).

2.3 Hospes dan Nama Penyakit

Manusia adalah hospes definitif, hospes reservoarnya adalah anjing,

kucing dan lebih jarang 22 mamalia lainnya, antara lain walrus, singa laut,

beruang, babi, dan serigala. Parasit ini menyebabkan penyakit yang disebut

difilobotriasis (Departemen Parasitologi FKUI, 2008).

Manusia menyebabkan Diphyllobothriasis. Hospes reservoir adalah

anjing, anjing hutan dan beruang. Hospes perantara I adalah Cyclops dan

Dioptomus. Hospes perantara II adalah ikan (Safar, 2009).

2.4 Distribusi Geografik

Page 4: ParasitII Makalah Cestoda

Parasit ini ditemukan di Amerika, Kanada, Eropa, daerah danau di

Swiss, Rumania, Turkestan, Israel, Mancuria, Jepang, Afrika, Malagasi dan

Siberia.

2.5 Patologi dan Gejala Klinis

Penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala berat, mungkin hanya

gejala saluran cerna seperti diare, tidak nafsu makan dan tidak enak di perut.

Ekskistasi terjadi di usus halus lalu cacing menjadi dewasa dengan

memakan sari makanan dan Vitamin B12. Penyakitnya disebut

Diphyllobothriasis dengan gejala gastrointestinal berupa diare, hilang nafsu

makan. Karena cacing mengambil Vitamin B12 akan terjadi Anemia

makrositer hyperchrom. Tidak semua orang yang terinfeksi akan menjadi

sakit (Safar, 2009).

Biasanya asymptomatis, tetapi kadang-kadang berupa perut sakit,

berat badan menurun dan anemia (Entjang, 2001).

2.6 Diagnosis

Cara menegakkan diagnosis penyakit ini adalah dengan menemukan

telur atau proglotid yang dikeluarkan dalam tinja.

Sampel berupa feces untuk pemeriksaan adanya telur cacing (Entjang,

2001).

2.7 Pengobatan

Penderita diberikan obat Atabrin dalam keadaan perut kosong, disertai

pemberian Na-bikarbonas, dosis 0,5 g dua jam setelah makan obat diberikan

sebagai pencahar magnesium sulfat 15 g.

Yomesan, Bithionol (Safar, 2009).

2.8 Epidemiologi

Penyakit ini di Indonesia tidak ditemukan tetapi banyak dijumpai di

negara yang banyak makan ikan salem mentah atau kurang matang. Banyak

Page 5: ParasitII Makalah Cestoda

binatang seperti anjing, kucing dan babi berperan sebagai hospes reservoar

dan perlu diperhatikan.

Page 6: ParasitII Makalah Cestoda

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Page 7: ParasitII Makalah Cestoda

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Parasitologi FKUI. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi

Keempat. FKUI : Jakarta.

Entjang, Indan. 2001. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi

Keperawatan. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.

Safar, Rosdiana. 2009. Parasitologi Kedokteran Protozoologi, Helmintologi,

Entimologi. PT. Yrama Widya : Bandung.