Papiledaema-narra.docx
-
Upload
dhimas-narra-junio -
Category
Documents
-
view
9 -
download
3
Transcript of Papiledaema-narra.docx
Dhimas Junio Narashimarao
H1A 009 031
Sumber : …
Papilledema
Definisi
Papil edema merupakan edema dari papil saraf optik akibat peningkatan tekanan
intrakranial (TIK). Tampilan diskus pada papil edema tidak dapat dibedakan dari edema oleh
penyebab lain (contohnya papililtis) yang mana secara tidak spesifik diistilahkan dengan
edema diskus optikus.
Berbeda dengan penyebab lain dari pembengkakan diskus saraf optik, pengelihatan
biasanya masih cukup baik pada papiledema akut. Papiledema hampir selalu timbul sebagai
fenomena bilateral dan dapat berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa minggu.
Istilah ini tidak dapat digunakan untuk menggambarkan pembengkakkan diskus saraf optik
yang disebabkan oleh karena infeksi, infiltratif, atau peradangan.
Klasifikasi
1. Papil edema akut
Pada papil edema akut, fungsi nervus optikus seringkali normal. Ketajaman
penglihatan biasanya normal, seperti pada penglihatan warna (kecuali jika pada makula
terdapat eksudat, edema atau perdarahan). Respon pupil juga biasanya normal.
Lapangan pandang biasanya normal atau dapat menunjukkan adanya pelebaran dari
bintik buta.
Pada papil edema akut, fungsi nervus optikus seringkali normal. Ketajaman
penglihatan biasanya normal, seperti pada penglihatan warna (kecuali jika pada makula
terdapat eksudat, edema atau perdarahan). Respon pupil juga biasanya normal.
Lapangan pandang biasanya normal atau dapat menunjukkan adanya pelebaran dari
bintik buta.
2. Papil edema kronis
1
Pada pasien dengan peningkatan TIK kronik dan papil edema lama (tumor yang
tidak terdeteksi atau dengan pengobatan yang tidak adekuat, pseudotumor serebri,
infeksi SSP), fungsi nervus optikus dapat memburuk. Diskus pada fase ini, dimana
dapat berkembang dari beberapa bulan, pada beberapa kasus hingga beberapa tahun,
mungkin tidak hiperemis dan bisa saja pucat.
Etiologi
Setiap peningkatan tekanan intrakranial dapat mengakibatkan papilledema apakah
dengan:
Lesi massa intrakranial
Obstruksi jalan cairan serebrospinal (CSF) aliran dengan massa, stenosis, atau
penyebab lainnya.
Batasan ruang intrakranial oleh kelainan bentuk tengkorak.
Cerebral edema disebabkan oleh gangguan tumor, peradangan atau beracun.
Peningkatan tingkat produksi CSF terkait dengan tumor atau gangguan inflamasi.
Gangguan keluar dari CSF, misalnya, disebabkan oleh peningkatan viskositas CSF,
karena pembentukan protein oleh tumor atau peradangan.
Peningkatan tekanan pada sinus vena yang mengalirkan CSF. Dalam hubungan ini,
harus jelas bahwa tumor tulang belakang dapat menjadi penyebab utama dari
papilledema.
Penyebab umum papil edema adalah tumor serebral, abses, subdural hematom,
malformasi arteriovenosa, perdaharn subarakhnoid, hidrosefalus, meningitis, dan ensefalitis.
Penyebab tidak umum tumor spinal, polineuropati idiopati akut (sindrom Guillain
Barre), mukopolisakaridosis, dan kraniosynostosis, termasuk penurunan absorbsi cairan
serebrospinal, anbnormalitas pengaliran cairan serebrospinal dan penurunan volme kranial
yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.
Dalam praktis oftalmologi penyebab tersering adalah hipertensi intrakranial idiopatik
yaitu tidak ada abnormalitas neurologis tetapi terjadi papil edema.
2
Patofisiologi
1. Tekanan Intra Kranial
Tekanan intrakranial ditentukan oleh volume intrakranial dari berbagai komponen.
Tekanan Intrakranial normal adalah sekitar 10 mm Hg. Karena tengkorak memiliki volume
tetap, peningkatan volume komponen intrakranial harus dikompensasi oleh penurunan volume
komponen lain. Jika tidak, tekanan dalam rongga kepala akan meningkat.
Ada tiga komponen intrakranial utama :
Jaringan otak mewakili 80% sampai 85% dari volume intrakranial dan terdiri dari
komponen seluler yang mencakup neuron dan glia, dan komponen ekstraseluler terdiri
dari cairan interstisial.
Volume CSF menyumbang 7% sampai 10% dari volume intrakranial.
Volume darah sekitar 5% sampai 8% dari volume intrakranial dan termasuk darah di
ruang vaskuler.
3. Papil Edema
Arteri retina sentral memasuki mata bersama-sama dengan nervus optikus dan diiringi
vena retina sentralis. Pintu masuk dan keluar arteri dan vena retina sentralis melalui jaringan
sklera yang kuat pada nervus optikus dapat terganggu pada keadaan-keadaan yang
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.
Pembengkakan diskus optikus disebabkan oleh tertahannya aliran aksoplasmik dengan
edema intraaksonal pada daerah diskus saraf optikus. Ruang subarakhnoid dilanjutkan
langsung dengan pembungkus saraf optik. Oleh karena itu jika tekanan LCS meningkat maka
tekanan diteruskan ke saraf optik dan pembungkus saraf optik bekerja sebagai tourniquet yang
menghambat transpor aksoplasmik. Ini menyebabkan penumpukan material di daerah lamina
kribosa sehingga meyebabkan pembengkakan khas pada saraf kranial.
3
Agar papil edema terjadi, ruang subarakhnoid disekitar saraf optik harus paten dan
berhubungan dengan saraf optikus retrolaminar melalui kanalis optikus ke ruang subarakhnoid
intrakranium sehingga peningkatan tekanan intrakranium disalurkan ke saraf optikus
retrolaminar. Disana transpor aksonal yang lambat dan cepat terhambat dan terjadi distensi
akson yang jelas pada superior dan inferior dari diskus optikus sebagai tanda awal dari papil
edema. Hiperemia diskus, dilatasi telangiektasi kapiler permukaan, pengaburan batas diskus
peripapiler dan hilangnya denyut vena spontan terjadi pada papiledema yang ringan. Edema di
sekitar diskus dapat menyebabkan penurunan sensitivitas terhadap isopter-isopter kecil pada
pemeriksaan lapangan pandang, tetapi akhirnya akan jelas lipatan-lipatan retina
sirkumferensial disertai perubahan pada refleks membran pembatas internal (garis Paton)
sewaktu retina terdorong menjauhi diskus yang terjepit. Sewaktu retina terdorong bintk buta
juga akan meluas terhadap isopter besar pada pemeriksaan lapangan pandang.
Pada papil edema akut akibat peninggian tekanan intrakranial yang terus-menerus,
ditemukan perdarahan dan bercak cotton wool yang menandai terjadinya dekompensasi
vaskular dan aksonal yang menjadi resiko terjadinya kerusakan akut saraf optik dan defek
lapangan pandang. Juga ditemukan edema peripapiler (yang dapat meluas ke makula) dan
lipatan koroid.
Pada papil edema kronik, sebagai konsekuensi dari peninggian tekanan intrakranial
yang sedang ditemukan perdarahan dan bercak cotton wool. Pada peningkatan intrakranial
yang persisten diskus hiperemis dan berangsur-angsur menjadi putih keabu-abuan akibat
gliosis astrositik dan atrofi saraf disertai kontriksi sekunder pembuluh-pembuluh darah retina.
Mungkin juga terjadi pembuluh darah kolateral retinokoroidal yang disebut dengan
optikosilisaris yang menghubungkan vena retina sentralis dan vena koroid peripapiler apabila
sirkulasi vena retina terhambat di daerah prelaminar saraf optikus.
Diperlukan waktu 24 hingga 48 jam untuk pembentukan papil edema dini (early) dan 1
minggu untuk pembentukan sempurna (established). Diperlukan 6-8 minggu untuk papil
edema yang terbentuk sempurna mereda dengan pengobatan.
Penurunan TIK dan perfusi sistolik yang tiba-tiba dapat menyebabkan penurunan
penglihatan yang berat pada semua tingkat papil edema.
4
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
1. Anamnesis
Kebanyakan gejala yang terjadi pada pasien dengan papiledema adalah akibat sekunder
dari peningkatan tekanan intrakranial yang mendasarinya.
a. Sakit kepala: sakit kepala akibat peningkatan tekanan intrakranial secara karakteristik
memburuk ketika bangun tidur, dan dieksaserbasi oleh batuk dan jenis manuver
Valsava lainnya.
b. Mual dan muntah: jika peningkatan tekanan intrakranialnya parah, mual dan muntah
dapat terjadi. Ini selanjutnya dapat disertai denan kehilangan kesadaran, dilatasi pupil,
dan bahkan kematian.
c. Gejala Visual seringkali tidak ditemukan, namun gejala-gejala berikut dapat terjadi:
Beberapa pasien mengalami gangguan visual transient (adanya penglihatan
memudar keabu-abuan, terutama ketika bangun dari posisi duduk atau berbaring,
atau penglihatan jadi kerlap – kerlip seperti lampu saklar yang dimati – hidupkan
secara cepat).
Penglihatan kabur, konstriksi pada lapangan pandang dan penurunan persepsi
warna dapat terjadi.
Diplopia dapat terkadang ditemukan jika suatu kelumpuhan saraf ketujuh terjadi.
Tajam pengelihatan biasanya tidak terganggu kecuali pada penyakit yang sudah
lanjut.
2. Pemeriksaan Fisik
5
Riwayat penyakit pasien harus diselidiki dan pemeriksaan fisik, termasuk tanda
vital, harus dilakukan. Terlebih lagi, tekanan darah harus diperiksa untuk
menyingkirkan hipertensi maligna.
Pasien harus diperiksa akan adanya gangguan neurologis dan penyakit yang
berhubungan dengan demam.
Tajam penglihatan, penglihatan warna dan pemeriksaan pupil seharusnya normal.
Defek relatif aferen pupil biasanya tidak ditemukan. Defisi abduksi sebagai akibat
sekunder dari kelumpuhan saraf kranialis keenam terkadang dapat ditemukan
berkaitan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
4. Pemeriksaan Funduskopi
Pada pemeriksaan ini akan didapatkan kelainan :
Batas Papil Kabur
Kekaburan dari batas papil ini dimulai pada bagian atas dan bawah, selanjutnya
akan menjalar kebagian nasal. Sedang batas papil bagian temporal biasanya masih
baik dan paling terakhir menjadi kabur. Secara ophthalmoscopi ini berakibat
diameter diskus optikus menjadi lebih besar.
Hiperemi papil
Keadaan ini merupakan tanda yang paling dini dari adanya papilloedema. Hal di
atas disebabkan karena dilatasi kapiler, sedangkan bila terdapat dilatasi dan
oedema bersama-sama maka akan berwarna merah abu-abu.
Elevasi Papil
Tinggi elevasi dari papil dapat ditentukan dengan membandingkan pembuluh darah
papil yang terlihat jelas dengan melihat terang pembuluh darah retina. Elevasi ini
diukur dengan Dioptri (biasanya lebih dari 2 Dioptri). Untuk menghindari
akomodasi pemeriksa dianjurkan memakai lensa positif terkuat atau negatif
terlemah.
Interpretasinya :
6
• Pada mata yang phakic/ada lensanya, maka 3 Dioptri sesuai dengan 1,0
mm.
• Pada mata aphakic/tanpa lensa, maka 2 Dioptri sesuai dengan 1,0 mm.
Perdarahan
Bentuk perdarahannya berupa flame shaped dan punctata/bercak dan disebabkan
karena tekanan intra kranial yang meningkat pada peripapillary, dengan letak dari
perdarahannya pada lapisan serabut serabut saraf di sekitar diskus. Bilamana
perdarahan di atas terlihat jelas, maka hal ini menunjukkan bahwa papilloedema
terjadi sangat cepat dan mendadak.
Eksudat
Eksudat akan terlihat sebagai bercak putih/cotton wool, yang berada di atas atau di
sekitar papil. Keadaan ini disebabkan karena pembengkakan dan degenerasi bahan-
bahan cement dari serabut-serabut saraf.
Pembendungan Vena
Dengan terjadinya pembendungan vena, maka vena-vena akan mengalami dilatasi
dan berbelok-belok sehingga meningkatkan ratio vena dengan arteria.
Pulsasi Vena
Kurang lebih 40% dari populasi normal tidak akan ditemukan pulsasi vena yang
spontan. Pada papilloedema pulsasi vena akan menghilang. Tapi bila didapatkan
pulsasi vena, biasanya tidak menunjukkan kenaikan tekanan intrakranial.
Sebaliknya bila pulsasi vena tidak dapat ditimbulkan dengan cara penekanan, maka
kemungkinan besar 34 Cermin Dunia Kedokteran No. 16, 1979 didapatkan
papilloedema.
Physiologic Cup
Physiologic cup akan menghilang pada papilloedema. Menghilangnya physiologic
cup ini disebabkan karena tertutup oleh transudat dan eksudat.
7
Bilateral
Biasanya papilloedema akan terjadi seeara bilateral, walaupun ada sedikit
perbedaan mengenai derajad pembengkakannya antara kedua mata. W.R.PARK ER
mengatakan bahwa pada mata dengan tekanan intra okuler yang lebih rendah akan
lebih nyata terlihat pembengkakan diskus optikusnya.
Berdasarkan pemeriksaan funduskopi, papil edema terbagi dalam 4 tingkatan :
1. Early
Tidak ada gejala visual dan tajam penglihatan normal
Diskus optikus tampak hiperemis dan elevasi ringan. Garis tepi diskus (awalnya nasal,
kemudian superior, inferior dan temporal) tampak tidak jelas, dan mulai terjadi
pembengkakan lapisan serat saraf papil retina.
Gambar 3. Fundus Normal
8
Gambar 4. Early papil edema
2. Established
Penglihatan kabur yang transien dapat terjadi pada satu atau kedua mata, terjadi
beberapa detik, terutama saat berdiri.
Tajam penglihatan normal atau berkurang
Diskus optikus terlihat hiperemis berat dan elevasi sedang dengan garis tepi yang tidak
jelas, dimana awalnya dapat asimetris. Optic cup dan pembuluh darah kecil di diskus
tampak kabur. Terjadi sumbatan vena, dan perdarahan peripapiler berupa flame shape,
dan dapat terlihat cotton-wool spots.
Bintik buta membesar
Gambar 5. Established papil edema
3. Longstanding
9
Tajam penglihatan bervariasi dan lapangan pandang mulai menyempit.
Elevasi diskus optikus yang nyata. Cotton-wool spots dan perdarahan tidak ada.
Gambar 6. Longstanding papil edema
4. Atrophic
Tajam penglihatan sangat terganggu
Diskus optikus terlihat berwarna abu-abu kotor , sedikit elevasi, dan garis tepi
yang tidak jelas.
Gambar 6. Athropic
4. Pemeriksaan Penunjang
10
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah biasanya tidak membantu dalam diagnosis papiledema. Jika
diagnosis meragukan, hitung darah lengkap, gula darah, angiotensin-converting enzyme
(ACE), laju endap darah (LED), dan serologi sifilis dapat membantu dalam menemukan
tanda-tanda penyakit infeksi, metabolik, atau peradangan.
2. Pemeriksaan Pencitraan
Neuroimaging (CT scan, MRI) otak dengan kontras harus dilakukan dalam usaha
untuk mengidentifikasi adanya lesi massa SSP.
B-scan ultrasonography dapat berguna untuk menyingkirkan diskus drusen yang
tersembunyi.
Fluorescein angiography dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis.
Papiledema akut menunjukkan peningkatan dilatasi kapiler peripapilar dengan
kebocoran lanjut pada kontras.
5. Pemeriksaan lain:
Perimetri
Lapang pandang harus diperiksa. Umumnya menunjukkan pembesaran bintik
buta. Pada edema diksus yang ekstrim, suatu “pseudo“ hemianopsia bitemporal
dapat terlihat.
Pada papilledema kronis, pembatasan lapang pandang, terutama daerah inferior,
secara bertahap dapat terjadi, yang selanjutnya dapat memburuk menjadi
kehilangan penglihatan sentral dan kebutaan total.
Fotografi warna stereo pada diskus optikus berguna untuk mendokumentasikan
perubahan yang terjadi.
Penatalaksanaan
11
1. Medikamentosa:
Terapi, baik secara medis ataupun bedah, diarahkan kepada proses patologis yang
mendasarinya dan disesuaikan dengan temuan okuler.
Terapi spesifik harus diarahkan kepada lesi massa yang mendasarinya jika ditemukan.
Diuretik: obat carbonic anhydrase inhibitor, acetazolamide (Diamox), dapat berguna
pada kasus tertentu, terutama pada kasus-kasus hipertensi intrakranial idiopatik. (pada
keberadaan trombosis sinus venosus, diuretik dikontraindikasikan. Pada keadaan ini,
evaluasi perlu direkomendasikan kepada seorang ahli hematologis )
Penurunan berat badan disarankan pada kasus hipertensi intrakranial idiopatik.
Kortikosteroid mungkin efektif dalam kasus yang berkaitan dengan keadaan
peradangan (contoh: sarcoidosis). Glukokortikosteroid potensi tinggi berefek
menguntungkan pada edema vasogenik yang berhubungan dengan tumor, primer dan
metastasis. Biasanya steroid ini bekerja langsung pada sel endotelial, dengan
menurunkan permeabilitasnya. Steroid juga menyusutkan jaringan otak normal, ini
akan menurunkan tekanan intrakranial secara keseluruhan.
Pada pasien dengan edema serebri dan membutuhkan cairan intravena, tidak boleh
diberikan cairan hipoosmolar. Biasanya yang diberikan adalah normal saline atau
ringer lactate. Pemberian cairan intravena hipertonik (manitol), pada otak yang
semipermeabel, akan terjadi perpindahan cairan dari parenkim otak ke plasma, ini
merupakan cara yang efektif untuk menurunkan volume otak dengan cepat dan
menurunkan TIK.
2. Pembedahan:
Lesi massa yang mendasarinya, jika ada, harus diangkat.
Lumboperitoneal shunt atau ventriculoperitoneal shunt dapat digunakan untuk
memintas LCS.
Dekompresi selubung saaf optik dapat dilakukan untuk mengurangi pemburukan gejala
okuler dalam kasus hipertensi intrakranial idiopatik yang tidak terkontrol dengan obat-
obatan. Prosedur ini kemungkinan tidak akan menghilangkan sakit kepala persisten
yang terjadi.
12
2.8 Prognosis
Prognosis dari papiledema sangat tergantung pada penyebabnya. Kebanyakan pasien
yang terkena tumor otak metastase prognosisnya sangat buruk. Pada penyakit obstruksi
ventrikuler dapat dibuat pintasan dengan sukses. Pada pasien dengan pseudotumor biasanya
dapat diobati dengan cukup baik. Diagnosis papiledema memerlukan penjajakan yang serius
sampai keadaan patologi yang paling buruk dapat disingkirkan. Konsultasi neurologis, bedah
saraf, atau neuroradiologis biasanya diperlukan. Namun demikian, setelah masalahnya dapat
dikurangi menjadi hanya papiledema saja, ahli penyakit mata dapat menentukan
penatalaksanaan progresif yang terbaik yang perlu dilakukan. Sangat sering terjadi, kebutaan
permanen terjadi pada kondisi yang relatif ringan seperti hipertensi intrakranial idiopatik
karena kurangnya keterlibatan ahli penyakit mata.
13