Paper Wirausaha Mawan

20
BAB I PENDAHULUAN Bagi seorang muslim, makna bekerja berarti niat yang kuat untuk mewujudkan hasil kerja yang optimal atau outstanding performance, bukan hanya memberikan nilai rata-rata. Ada semacam “nyala api dalam dirinya (burning in his heart)” yang terus mengetuk-ngetuk dirinya seraya menyuarakan sebuah bisikan, “sungguh tidak pantas bagi seorang wakil Allah hanya bekerja asal-asalan, apalagi terpuruk dalam kemalasan dan kebodohan.” Betapa besarnya penghargaan Islam terhadap makna bekerja ini, sehingga setiap pekerjaan yang diberikan makna atau niat yang luhur akan memuliakan pelakunya di hadapan Allah Swt. Dengan cara pandang seperti ini, setiap manusia tidaklah akan bekerja sekadar untuk bekerja, asal mendapat gaji, dapat surat pengangkatan, atau sekadar menjaga gengsi supaya tidak disebut sebagai penganggur. Hal ini karena kesadaran bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab uluhiyah merupakan salah satu cirri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim. Dalam salah satu riwayat, Rasulullah Saw menegaskan, “tangan di atas lebih mulia dari pada tangan di bawah,” seakan-akan menghantui dirinya, menggedor dan menggapai-gapai untuk selalu tampil sebagai subjek yang terbaik. Dia akan merasa nista apabila dalam hidupnya tak mampu memberikan makna pada

Transcript of Paper Wirausaha Mawan

Page 1: Paper Wirausaha Mawan

BAB I

PENDAHULUAN

Bagi seorang muslim, makna bekerja berarti niat yang kuat untuk mewujudkan hasil kerja

yang optimal atau outstanding performance, bukan hanya memberikan nilai rata-rata. Ada

semacam “nyala api dalam dirinya (burning in his heart)” yang terus mengetuk-ngetuk

dirinya seraya menyuarakan sebuah bisikan, “sungguh tidak pantas bagi seorang wakil Allah

hanya bekerja asal-asalan, apalagi terpuruk dalam kemalasan dan kebodohan.”

Betapa besarnya penghargaan Islam terhadap makna bekerja ini, sehingga setiap pekerjaan

yang diberikan makna atau niat yang luhur akan memuliakan pelakunya di hadapan Allah

Swt. Dengan cara pandang seperti ini, setiap manusia tidaklah akan bekerja sekadar untuk

bekerja, asal mendapat gaji, dapat surat pengangkatan, atau sekadar menjaga gengsi supaya

tidak disebut sebagai penganggur. Hal ini karena kesadaran bekerja secara produktif serta

dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab uluhiyah merupakan salah satu cirri yang khas

dari karakter atau kepribadian seorang muslim.

Dalam salah satu riwayat, Rasulullah Saw menegaskan, “tangan di atas lebih mulia dari pada

tangan di bawah,” seakan-akan menghantui dirinya, menggedor dan menggapai-gapai untuk

selalu tampil sebagai subjek yang terbaik. Dia akan merasa nista apabila dalam hidupnya tak

mampu memberikan makna pada lingkungannya, bahkan dia tak merasa berharga apabila

harus hidup sebagai benalu yang hidupnya statis apalagi harus menjadi peminta-minta. Akan

tetapi alangkah tersayatnya jiwa kita setiap menyaksikan begitu banyak orang yang

menempatkan dirinya menjadi “tangan yang di bawah”.

A. Latar Belakang

Didasarkan atas semakin meburuknya etos kerja masyarakat indonesia, dalam kehidupan

sehari-hari di zaman global saat ini. Parahnya keadaan ini seolah-olah telah membudaya

dalam pola pikir masyarakat indonesia. Keadaan seperti ini muncul karena adanya Hal-hal di

bawah ini :

1. suka mengeluh, banyak menuntut, egois

2. bekerja seenaknya, kepedulian kurang

3. kerja seba tanggung, sering menunda, manipulatif

Page 2: Paper Wirausaha Mawan

4. malas, disiplin buruk, stamina kerja rendah

5. pengabdian minim, sense of belonging tipis, gairah kerja kurang

6. terjebak rutinitas, menolak perubahan, kurang kreatif

7. bekerja asal-asalan, cepat merasa puas

8. jiwa melayani rendah, merasa hebat, arogan

B. Batasan Masalah

Untuk membatasi pembahasan masalah dari makalah ini, maka penulis membati

permasalahan sebagai berikut:

Apa itu etos kerja?

Nilai-nilai apa saja yang ada di dalamnya?

Hambatan yang sering d jumpai?

Bagaimana mengembangankan etos kerja bagi para pegawai?

Apa hubungan antara etos kerja dan motivasi pegawai dilingkungan kerja?

C. Tujuan Penulisan

1. untuk mengetahui perkembangan etos kerja di masyarakat.

2. membandingkan dan mengambil hikmah dari berbagai etos kerja yang di anut berbagai

masyarakat dunia.

Page 3: Paper Wirausaha Mawan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ETOS KERJA

A. Pengertian Etos Kerja

Secara etimologis, etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang artinya sikap, kepribadian,

watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi

juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Sedangkan etos kerja diartikan semangat kerja yang

mejadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Etos dibentuk oleh berbagai

kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini, dikenal

pula kata etika, etiket, yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang

berkenaan dengan baik-buruk (moral), sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau

semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan

berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.

Page 4: Paper Wirausaha Mawan

Dalam etos tersebut, ada semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan

menghindari segala kerusakan (fasad) sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk

mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya. Sikap seperti

ini dikenal dengan ihsan, sebagaimana Allah menciptakan manusia dalam bentuknya yang

paling sempurna (fi ahsani taqwim). Senada dengan ihsan, dalam Al-Qur’an ditemukan pula

kata itqan yang berarti proses pekerjaan yang sangat bersungguh-sungguh, akurat dan

sempurana.

Firman Allah:

Artinya: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal

ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan

kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(QS. An-Naml : 88)

Dari ayat tersebut mengandung pengertian bahwa seseorang muslim yang memiliki

kepribadian qur’ani pastilah akan menunjukkan etos kerja yang bersikap dan berbuat serta

menghasilkan segala sesuatu secara sangat bersungguh-sungguh dan tidak pernah

mengerjakan sesuatu setengah hati. Dengan etos kerja yang bersumber dari keyakinan qur’ani

ada semacam keterpanggilan yang sangat kuat dari lubuk hatinya. Apakah pantas seorang

khalifah menunjukkan hasil kerja yang tidak berkualitas? Bila Allah telah berbuat ihsan,

mengapa kita tidak mengikutinya untuk berbuat ihsan juga? Sebagaimana firman-Nya:

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)

negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan

berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan.”(QS. Al-Qashash: 77).

Etos yang juga mempunyai makna nilai moral adalah suatu pandangan batin yang bersifat

mendarah-daging. Dan merasakan bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang

terbaik, bahkan sempurna, nilai-nilai Islam yang diyakininya dapat diwujudkan. Karenanya,

etos bukan sekadar kepribadian atau sikap, melainkan lebih mendalam lagi, dia adalah

martabat, harga diri dan jati diri seseorang.

Page 5: Paper Wirausaha Mawan

Sedangkan Menurut Max Weber, pakar manajemen, ETOS KERJA diartikan: perilaku kerja

yang etis yang menjadi kebiasaan kerja yang berporoskan etika.

Dengan kata lain yang lebih sederhana, etos kerja yaitu semua kebiasaan baik yang

berlandaskan etika yang harus dilakukan di tempat kerja, seperti: disiplin, jujur,

tanggung jawab, tekun, sabar, berwawasan, kreatif, bersemangat, mampu bekerja sama, sadar

lingkungan, loyal, berdedikasi, bersikap santun, dsb.

B. Nilai-Nilai Etos Kerja

* Dalam Islam

Nilai-nilai etos dan etika kerja seorang muslim itulah yang kemudian perlu kita bicarakan.

1. Selalu Melakukan Perhitungan dan Perencanaan.

Segala sesuatu harus diperhitungkan dan direncanakan secara matang, apa yang sudah

dikerjakan dan apa yang akan dikerjakan dengan segala daya dukungnya merupakan hal-hal

yang harus dilakukan. Perhitungan yang matang membuat seseorang dapat terhindar dari

tindakan yang salah.

2. Menghargai Waktu.

Waktu merupakan anugerah besar yang diberikan Allah kepada kita. Seorang muslim yang

memiliki etos kerja yang baik tentu menghargai waktu dengan selalu memanfaatkannya

untuk hal-hal yang benar. Dengan waktu yang tersedia, target kerja ditetapkan dan

direncanakan serta mencapai target dan mengevaluasinya

3. Selalu Ingin Yang Terbaik.

Etos kerja seorang muslim membuat dia tidak ingin berhenti dalam mencapai keberhasilan.

Apa yang sudah dicapai merupakan sesuatu yang harus disyukuri, tapi dia tidak puas sampai

disitu

Page 6: Paper Wirausaha Mawan

4. Bersikap Mandiri.

Mandiri merupakan sesuatu yang penting dalam etos kerja seorang muslim. Sikap mandiri

membuat seseorang memiliki keyakinan dan harga diri yang lebih, sehingga dia tidak terlalu

memiliki ketergantungan pada orang lain dan dapat menentukan serta mengambil keputusan

yang terbaik.

5. Istiqamah (Konsisten)

Pribadi muslim yang professional dan berakhlak memiliki sikap konsisten (dari bahasa Latin

consistere; harmony of conduct or practice with proffesion; ability to be asserted together

without contradiction), yaitu kemampuan untuk bersikap secara taat asas, pantang menyerah,

dan mampu mempertahankan prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan

risiko yang membahayakan dirinya.

6. Bekerja dengan Ikhlas.

Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seorang yang berbudaya kerja Islami itu adalah

nilai keikhlasan. Ikhlas mempunyai arti: bersih, murni (tidak terkontaminasi), sebagai

antonim dari syirik (tercampur). Kata ikhlas dapat disejajarkan dengan sincere (bahasa Latin

sincerus: pure) yang berarti suasana atau ungkapan tentang apa yang benar yang keluar dari

hati nuraninya yang paling dalam.

7. Selalu Jujur

Imam al-Qusairi mengatakan bahwa kata shadiq (orang jujur) berasal dari kata shidq

(kejujuran). Kata shiddiq adalah bentuk penekanan (mubalaghah) dari shadiq dan berarti

orang yang didominasi kejujuran.

Dengan demikian, di dalam jiwa seorang yang jujur itu terdapat komponen nilai ruhani yang

memantulkan berbagai sikap yang berpihak kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji

(morally upright)

8. Bertanggung Jawab

Tanggung jawab sama dengan menanggung dan memberi jawaban, sebagimana di dalam

bahasa Inggris, responsibility = able to response. Dengan demikian, pengertian takwa yang

kita tafsirkan sebagai tindakan bertanggung jawab, ternyata lebih mendalam dari

Page 7: Paper Wirausaha Mawan

responsibility, dapat didefinikan sebagai sikap dan tindakan seseorang di dalam menerima

sesuatu

* Dalam Pandangan China

Berikut ini adalah 7 Prinsip (Kumpulan etos kerja hebat dan pantas ditiru) yang dipegang

teguh orang Tionghoa dalam mengejar kesuksesan hidup:

1. Tak Takut Bermimpi

Meniti karir dari posisi paling bawah sekalipun, orang Tionghoa tidak gengsi. “Sebab, walau

masih berada di bawah, mereka tidak takut bermimpi meraih jabatan paling tinggi, Misalnya,

ketika menjadi seorang loper Koran, ia akan bermimpi memiliki sebuah penerbitan Koran,

2. Bekerja dan Bekerja

Bekerja dan menghasilkan suatu karya adalah salah satu cara untuk membuktikan kepada

dunia tentang keberadaan diri Anda. Orang Tionghoa memegang hal ini sebagai pedoman

hidup. “Ibaratnya, apabila tidak bekerja atau pun tidak melakukan sesuatu yang berguna bagi

diri sendiri, keluarga dan orang lain, apa gunanya hidup

3. Berpikir Untuk 3 Keturunan

Menurut falsafah Konghucu, bangsa Tionghoa selalu berpikir untuk 3 keturunan sekaligus,

yaitu untuk dirinya, anak dan cucunya. Contohnya bila ia memiliki uang Rp50.000, maka ia

tidak akan menggunakan seluruhnya untuk kepentingan pribadi, melainkan hanya sekitar

Rp15.000 saja. Sisanya akan disimpan untuk keperluan anak dan cucu.

4. Tak Pernah Menyerah

Setiap orang pasti menemukan rintangan dalam hidup. Namun, setiap rang juga memiliki cara

berbeda dalam menyikapinya. Orang Tionghoa percaya, setiap rintangan dalam kehidupan ini

akan membawa dirinya pada kondisi yang lebih baik.

Page 8: Paper Wirausaha Mawan

5. Menguasai Bisnis Dari Hulu ke Hilir

Dalam buku “Resep Kaya Ala Tionghoa” karya Lie Charlie, agar lebih hemat, seorang

pengusaha Tionghoa akan berusaha memangkas biaya produksi dengan cara menangani

sendiri keseluruhan proses produksinya. Misalnya, seorang pengusaha mie instan akan

membuat sendiri semua bahan baku mie.

6. Memberi Service Terbaik

Memelihara reputasi adalah poin penting yang harus dipegang setiap orang. Sebab Anda

sendiri akan enggan memiliki hubungan dengan seseorang yang tidak dapat dipercaya bukan?

Dalam karir, menjaga reputasi dan nama baik bisa dilakukan dengan cara: selalu menepati

janji, menaati tenggat pekerjaan serta selalu menampilkan kesan baik di mata setiap orang

yang berhubungan dengan Anda.

7. Memelihara Relasi

Orang Tionghoa amat mementingkan kekerabatan dan relasi. Mereka percaya bahwa tidak

ada orang yang memapu hidup sendiri tanp bantuan orang lain. Dengan memiliki relasi,

peluang bisnis terbuka lebar. Bagi pengusaha Tionghoa, pelanggan juga termasuk relasi yang

harus dijaga dengan baik.

* Dalam Pandangan Bangsa Jerman

Begitu pula keunggulan bangsa Jerman, menurut para sosiolog, terkait erat dengan etos kerja

Protestan, yang mengedepankan enam prinsip, yakni:

1. bertindak rasional,

2. berdisiplin tinggi,

3. bekerja keras,

4. berorientasi pada kekayaan material,

5. menabung dan berinvestasi, serta

6. hemat, bersahaja dan tidak mengumbar kesenangan

Page 9: Paper Wirausaha Mawan

* Dalam Pandangan Bangsa jepang

Melalui pengamatan terhadap karakteristik masyarakat di bangsa-bangsa yang mereka

pandang unggul, para peneliti menyusun daftar tentang ciri-ciri etos kerja yang penting.

Misalnya etos kerja Bushido dinilai sebagai faktor penting dibalik kesuksesan ekonomi

Jepang di kancah dunia. etos kerja Bushido ini mencuatkan tujuh prinsip, yakni:

1. Gi - keputusan yang benar diambil dengan sikap yang benar berdasarkan

kebenaran; jika harus mati demi keputusan itu, matilah dengan

gagah, sebab kematian yang demikian adalah kematian yang

terhormat:

2. Yu - berani dan bersikap kesatria:

3. Jin - murah hati, mencintai dan bersikap baik terhadap sesama:

4. Re - bersikap santun, bertindak benar:

5. Makoto - bersikap tulus yang setulus-tulusnya, bersikap sungguh dengan

sesungguh-sungguhnya dan tanpa pamrih:

6. Melyo - menjaga kehormatan, martabat dan kemuliaan, serta

7. Chugo - mengabdi dan loyal.

* Delapan Etos Kerja Menurut Jansen H Sinamo

1. Kerja adalah Rahmat bekerja tulus penuh syukur.

2. Kerja adalah Amanah bekerja benar penuh tanggung jawab

3. Kerja adalah Panggilan bekerja tuntas penuh integritas.

4. Kerja adalah Aktualisasi bekerja keras penuh semangat.

5. Kerja adalah Ibadah bekerja serius penuh kecintaan.

6. Kerja adalah Seni bekerja cerdas penuh kreativitas.

7. Kerja adalah Kehormatan bekerja tekun penuh keunggulan.

8. Kerja adalah Pelayanan bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

Page 10: Paper Wirausaha Mawan

* Lalu Bagaimana dengan Indonesia ????????

Pertanyaannya kemudian adalah seperti apa etos kerja bangsa Indonesia ini. Apakah etos

kerja kita menjadi penyebab dari rapuh dan rendahnya kinerja sistem sosial, ekonomik dan

kultural, yang lantas berimplikasi pada kualitas kehidupan?

Dalam buku "Manusia Indonesia" karya Mochtar Lubis yang diterbitkan sekitar seperempat

abad yang lalu, diungkapkan adanya karakteristik etos kerja tertentu yang dimiliki oleh

bangsa Indonesia. Beberapa di antara ciri-ciri itu adalah: munafik; tidak bertanggung jawab;

feodal; percaya pada takhyul; dan lemah wataknya. Beliau tidak sendirian. Sejumlah

pemikir/budayawan lain menyatakan hal-hal serupa. Misalnya, ada yang menyebut bahwa

bangsa Indonesia memiliki ‘budaya loyo,’ ‘budaya instan’, dan banyak lagi.

Untuk itu, agar perkembangan etos kerja bangsa Indonesia dapat berkembang, maka tidak ada

salahnya bisa meniru ataupun mengikuti prinsip-prinsip yang terapkan oleh etos kerja

Bushido dan etos kerja protestan ataupun etos-etos kerja lainya.

Page 11: Paper Wirausaha Mawan

C. Hambatan Pengembangan dan Pelestarian Etos Kerja

Mempertahankan dan melestarikan etos kerja banyak mengalami hambatan dan tantangan.

Hambatan dan tantangan yang dihadapi antara lain adalah:

1. suka mengeluh, banyak menuntut, egois

2. bekerja seenaknya, kepedulian kurang

3. kerja seba tanggung, sering menunda, manipulatif

4. malas, disiplin buruk, stamina kerja rendah

5. pengabdian minim, sense of belonging tipis, gairah kerja kurang

6. terjebak rutinitas, menolak perubahan, kurang kreatif

7. bekerja asal-asalan, cepat merasa puas

8. jiwa melayani rendah, merasa hebat, arogan

D. Cara Menumbuhkan Etos Kerja :

1. Menumbuhkan sikap optimis :

- Mengembangkan semangat dalam diri

- Peliharalah sikap optimis yang telah dipunyai

- Motivasi diri untuk bekerja lebih maju

Page 12: Paper Wirausaha Mawan

2. Jadilah diri anda sendiri :

- Lepaskan impian

- Raihlah cita-cita yang anda harapkan

3. Keberanian untuk memulai :

- Jangan buang waktu dengan bermimpi

- Jangan takut untuk gagal

- Merubah kegagalan menjadi sukses

4. Kerja dan waktu :

- Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu)

- Jangan cepat merasa puas

5. Kosentrasikan diri pada pekerjaan :

- Latihan berkonsentrasi

- Perlunya beristirahat

6. Bekerja adalah sebuah panggilan Tuhan(Khasanah, 2004)

Aspek Kecerdasan yang Perlu Dibina dalam Diri, untuk Meningkatkan Etos Kerja :

1. Kesadaran : keadaan mengerti akan pekerjaanya.

2. Semangat : keinginan untuk bekerja.

3. Kemauan : apa yang diinginkan atau keinginan, kehendak dalam bekerja.

4. Komitmen : perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan (janji dalam bekerja).

5. Inisiatif : usaha mula-mula, prakarsa dalam bekerja.

6. Produktif : banyak menghasilkan sesuatu bagi perusahaan.

7. Peningkatan : proses, cara atau perbuatan meningkatkan usaha, kegiatan dan sebagainya

dalam bekerja.

8. Wawasan : konsepsi atau cara pandang tentang bekerja.(Siregar, 2000, p.24)

Page 13: Paper Wirausaha Mawan

BAB III

PEMBAHASAN

A. Hubungan Etos Kerja dengan Motivasi Pegawai

Kondisi motivasi dan etos kerja di kalangan pegawai dan staf perlu diidentifikasi sejak awal

untuk dapat diketahui perlunya dilakukan kegiatan perbaikan secepatnya. Apabila kegiatan

itu diperlukan makin lama kegiatan itu tertunda akan semakin banyak menimbulkan

permasalahan yang lebih serius, sehingga kinerja lembaga menjadi kurang optimal, atau

bahkan akan semakin menurun.

Pada umumnya kehidupan di lembaga lebih banyak dihabiskan untuk melakukan aktifitas

perencanaan, operasional, pengawasan, dan evaluasi. Sangat jarang ada aktifitas pencerahan

batin pegawai untuk memahami budaya lembaga, etika kerja, visi, misi, dan nilai-nilai

perjuangan lembaga. Padahal sebagian besar kegagalan lembaga diakibatkan oleh rendahnya

etos kerja pegawai.

Etos kerja yang rendah membuat semua strategi dan rencana kerja lembaga yang hebat itu,

tidak mampu dijalankan oleh pegawai dengan maksimal. Akibatnya, lembaga akan

kekurangan energi sukses dari para pegawainya. Oleh karena itu, sudah saatnya lembaga

peduli kepada pengembangan etos kerja secara berkelanjutan dalam semua aspek aktifitas

lembaga.

Salah satu cara terefektif untuk pengembangan etos kerja, adalah melalui penginternalisasian

budaya lembaga ke mind set setiap pegawai. Budaya lembaga yang wajib diwujudkan dalam

berbagai macam kebijakan, aturan, sistem, dan prosedur kerja. Termasuk di dalamnya, seperti

panduan etika bisnis, panduan code of conduct, dan panduan sop yang jelas.  Di mana, nilai-

nilai perjuangan yang ada dalam budaya lembaga tersebut harus dieksplorasi untuk

dicerahkan kepada setiap pegawai.

Proses penginternalisasian nilai – nilai etos kerja ini harus dilakukan dengan sikap tegas dan

konsisten, untuk menghasilkan pegawai-pegawai yang beretos kerja unggul dan berkualitas.

Sikap tegas dan konsisten ini harus berkelanjutan, tak boleh terhenti di satu titik, dan bersifat

terus-menerus melalui evaluasi dan perbaikan.

Page 14: Paper Wirausaha Mawan

Tidak ada salahnya bila lembaga mau memberikan pencerahan melalui konsep doktrin

kepada setiap pegawai. Sebab, dipercaya konsep doktrin bisa lebih memaksa pikiran bawah

sadar untuk menerima nilai-nilai yang diharuskan oleh lembaga, untuk dimiliki oleh para

pegawainya. Perlu diingat, tidak semua orang bisa menerima pencerahan, kadang diperlukan

doktrin yang tegas untuk membangun etos kerja yang unggul.

Pengembangan etos kerja dapat dimulai dari aksi pencerahan atau pun aksi doktrinisasi

terhadap mind set pegawai; untuk menjalankan rencana dan strategi bisnis lembaga sesuai

sasaran; untuk menjalankan birokrasi administrasi yang efektif dan efisien; untuk melakukan 

prosesing yang telitih dan telaten; untuk melakukan efisiensi di semua aspek biaya; untuk

memanfaatan teknologi secara efisien dan efektif; mampu melayani pelanggan dengan sikap

baik dan profesional; mampu memaksimalkan kualitas aset-aset produktif untuk menjadi

mesin uang; dan mampu bekerja untuk mempercepat perputaran bisnis dengan kualitas etos

kerja terbaik.

Etos kerja yang berkualitas tinggi haruslah menjadi jati diri, etika, budaya, dan moralitas

lembaga dalam relasinya dengan stakeholder. Tanpa adanya etos kerja berkualitas, lembaga

hanya akan menjadi beban buat stakeholdernya, dan tidak pernah menjadi aset yang

menguntungkan stakeholder.