Paper Tumor Otak
-
Upload
dede-fridayantara-wayan -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
description
Transcript of Paper Tumor Otak
2.1 Tumor Otak
2.1.1 Definisi
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benign) ataupun ganas (maligna),
yang membentuk massa pada ruang intrakranial atau di sumsum tulang belakang (Hidayat,
2011)
2.1.2 Klasifikasi
Tumor atau neoplasma pada susunan saraf pusat dibedakan dalam bentuk 1). Tumor Primer,
yaitu neoplasma yang berasal dari perubahan sel-sel neuron otak itu sendiri dan 2). Tumor
Sekunder yaitu neoplasma yang muncul di otak akibat adanya proses metastasis tumor primer
yang letaknya ekstrakranial. (Hakim,2008) Adapun proses metastase ini dapat berasal dari
tumor yang letaknya di daerah payudara, paru-paru, prostat, ginjal, tiroid maupun dari traktus
digestivus. (Hakim,2008) Selain itu tumor tersebut dapat juga masuk ke dalam ruang
intracranial secara per kontinuatum, yaitu melalui foramina di basis kranii, seperti misalnya
pada infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring. (Ngoerah,1990)
2.1.3 Epidemiologi
Secara epidemiologi, tumor ini dapat menyerang segala usia, mulai dari anak-anak, remaja
hingga orang tua. (Hakim,2008) Tidak ada perbedaan angka insiden yang signifikan antara
laki-laki dan perempuan, namun dari data dikatakan laki-laki memiliki angka insiden yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. (Hidayat,2011) sekitar 60.74 % kasus terjadi
pada laki-laki dan 39.26 % kasus terjadi pada perempuan. (Hidayat,2011) Tumor otak dapat
terjadi pada kelompok usia yang bervariasi, mulai dari 3 bulan hingga usia lebih dari 50
tahun.
2.1.4 Etiologi
Beberapa faktor-faktor etiologi yang dianggap berperan dalam munculnya neoplasma di otak
antara lain: 1). Faktor genetik, 2). Adanya bangunan embrional yang tertinggal, 3). Radiasi,
4). Virus dan 5). Zat-zat yang bersifat karsinogenik. (Ngoerah,1990)
2.1.5 Patogenesis
Tumor pada otak dapat menimbulkan manifestasi neurologis yang dapat muncul melalui
beberapa mekanisme. Tumor kecil yang terletak intrakranial bisa mengganggu dan merusak
jaras-jaras saraf yang melintang di otak. Tumor memiliki kemampuan untuk menginvasi,
infiltrasi dan tumbuh menggantikan jaringan parenkim otak normal, serta mengganggu dan
merusak fungsi normal jaringan tersebut. Otak merupakan organ intrakranial yang memiliki
volume yang terbatas, sehingga adanya pertumbuhan neoplasma otak yang terjadi pada
parenkimnya akan menyebabkan terjadinya oedema jaringan otak yang disertai adanya
peningkatan tekanan intrakranial. Selain itu neoplasma yang terjadi pada daerah yang dekat
dengan ventrikel III dan IV di otak dapat menimbulkan munculnya hidrosefalus obstruktif
akibat terhambatnya aliran likuor serebrospinalis karena mekanisme desak ruang yang
disebabkan oleh tumor tersebut. Proses pembentukan neovaskularisasi dari angiogenesis oleh
tumor juga berperan menyebabkan terjadinya oedema pada parenkim otak. (Huff,2013)
Efek kumulatif akibat adanya invasi dan perkembangan dari tumor, edema dan hidrosefalus
obstruktif mengarah pada terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dan gangguan perfusi
jaringan di otak. Peningkatan tekanan intracranial ini dapat menyebabkan terjadinya
pergeseran atau herniasi jaringan bawah falk serebri melalui tentorium serebeli atau foramen
magnum. Tumor yang tumbuh secara lambat dan pada daerah lobus otak seperti lobus
frontalis dapat berhubungan dengan perjalanan klinis yang berbahaya dan cenderung lebih
besar untuk dideteksi. Sebagian besar tumor otak primer tidak mengalami proses metastasis.
Namun jika metastasis mungkin terjadi, penyebaran intrakranial lebih dominan dari pada
penyebabran ekstrakranial tumor. (Ngoerah,1990; Huff,2013)
2.1.6 Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis yang sering dijumpai pada neoplasma intrakranial meliputi:
1. Gejala Umum
Gejala umum yang muncul erat kaitannya dengan peningkatan tekanan intrakranial
yang terjadi akibat massa tumor di ruang intrakranial. Beberapa gejala umum yang
sering dijumpai seperti (Ngoerah,1990; Hakim, 2008; Huff, 2013):
Sakit kepala yang terutama dijumpai saat bangun tidur di pagi hari. Sakit yang
dirasakan seperti berdenyut, tapi dapat juga dirasakan seperti kepala penuh.
Sakit kepala tersebut datang berupa serangan yang tidak teratur dan semakin
hari semakin sering dirasakan. Ciri khas lain nyeri kepala pada tumor otak
yaitu sakit kepala yang awalnya mampu diatasi dengan analgetik namun
lambat laun analgetik yang dikonsumsi tidak berkhasiat kembali. Nyeri kepala
yang dirasakan juga akan bertambah ketika mengejan, batuk-batuk, ataupun
bersin.
Muntah yang terjadi terutama saat bangun tidur di pagi hari. Muntah biasanya
berupa muntah proyektil yang tidak didahului oleh rasa mual.
Gangguan ketajaman pengelihatan/visus dan lapangan pandang akibat
tertekannya nervus optikus.
Kejang yang dapat berupa kejang bersifat fokal ataupun kejang umum. Kejang
fokal terjadi pada tumor yang terletak di permukaan otak terutama lobus
temporalis. Sedangkan kejang umum biasanya terjadi akibat penekanan
terhadap korteks serebri atau akibat adanya pembengkakakn otak.
2. Gejala Khusus
Gejala khusus atau gejala spesifik/fokal muncul akibat adanya kerusakan atau
pendesakan jaringan saraf atau otak, sesuai dengan lokasi tumor itu berada.
Tabel 2.1 Gejala Spesifik pada tumor otak/tanda lokasisatorik
NO. Lokasi Gejala
1. Lobus Frontalis Gangguan mental dengan fungsi intelektual terganggu,
muncul reflek memegang, menetek. Kejang adversif,
Witzelsucht, adanya tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Lobus Presentralis Kejang pada sisi kontralateral, hemiparesis
kontralateral, paraparesis inferior.
3. Lobus Parietalis Bangkitan jakson sensoris, astereognosis, merangsang
nyeri thalamus (thalamus over reaction).
4. Lobus Temporalis Afasia sensoris, gangguan fungsi peciuman, halusinasi
auditorik, ucinate fits.
5. Lobus Oksipital Nyeri kepala di daerah oksipital, gangguan lapangan
pandang, hemianopsi, agnosi visual dan aleksi.
6. Korpus Kalosum Gangguan ingatan, kejang fokal dan umum.
7. Serebelum Nyeri kepala di bagian oksipital yang menjalar hingga
leher belakang, bisa menimbulkan nystagmus dan
ataksia serebeler.
8. Sudut Serebro
Pontin
Gangguan fungsi pendengaran.
9. Hipotalamus Memunculkan gejala peningkatan TIK akibat oklusi
foramen Monroe, gangguan fungsi hipotalamus yang
mengarah ke gangguan perkembangan seksual pada
anak-anak, dwarfism.
10. Batang otak Hemiplegi alternans
2.1.7 Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat membantu dalam menegakkan diagnosis tumor
otak. Pemeriksaan neuroimaging dilakukan untuk membantu menunjang diagnosis. Beberapa
pemeriksaan penunjang neuroimaging yang dilakukan pada tumor otak meliputi (Ngoerah,
1990; Hakim,2008):
1. Foto polos kepala
Cenderung sebagai screening test, jika terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Elektroensefalografi (EEG)
Perekaman EEG di atas suatu tumor akan menunjukkan adanya gelombang delta
(0.5 – 4 siklus per detik).
3. CT-SCAN kepala
CT-Scan dapat membedakan tumor dengan jaringan disekitarnya melalui
perbedaan densitas jaringannya. Penilaian CT-Scan pada tumor otak meliputi ada
tidaknya proses desak ruang, midline shift, penekanan dan perubahan bentuk
ventrikel otak.
4. Angiografi
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI mampu mendeteksi tumor secara jelas dan dapat mendeteksi kelaian jaringan
sebelum terjadinya kelainan morfologi.
2.1.9 Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada tumor otak meliputi abses intraserebral, epidural hematoma,
hipertensi intrakranial benigna, meningitis kronis.(Hidayat,2011)
2.1.10 Penatalaksanaan
Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain: 1).
Kondisi umum penderita, 2). Tersedianya alat yang lengkap, 3). Pengertian penderita dan
keluarganya tentang penyakit yang diderita serta komplikasi dan keberhasilan terapi, 4).
Luasnya metastasis tumor.(Hidayat,2011) Penatalaksanaan tumor otak meliputi terapi
definitif dan terapi suportif. Terapi suportif yang diberikan meliputi penatalaksanaan
dengan antikonvulsan untuk mengatasi kejang yang muncul akibat massa tumor dan
kortikosteroid untuk oedema.(Hidayat,2011) Terapi definitif yaitu dengan melakukan
reseksi tumor melalui proses pembedahan yang dilakukan jika dalam keadaan emergensi
kesadaran pasien menurun tiba-tiba, atau pada keadaan paliatif yaitu pada pasien tumor
otak stadium dini.(Hakim,2008; Hidayat,2011) Selain itu terapi definitive lain yaitu
dengan radioteapi, kemoterapi dan imunoterapi.(Hidayat,2011) Prognosis tumor otak
sangat bergantung pada reseksi yang dilakukan, serta bergantung jenis tumor spesifik atau
tipe tumornya.(Hidayat,2011)