Paper SPKN-perencanaan pemeriksaan lkpp tahap 1-3

18
A. Latar Belakang Pemeriksaan LKPP dan LKKL Lingkup pemeriksaan keuangan BPK-RI terdiri dari: 1. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat; 2. Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga; 3. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah; 4. Laporan Keuangan Bank Indonesia; 5. Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN); 6. Laporan Keuangan Badan Layanan Umum; 7. Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD); dan 8. Laporan Keuangan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Kementerian Lembaga (LKKL) merupakan pertanggungjawaban Pemerintah Pusat, yaitu Presiden dan menteri/pimpinan lembaga, atas pelaksanaan APBN setiap tahun anggaran. LKPP tersebut terdiri atas neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. LKPP tersebut disusun dari LKKL dan informasi lain yang terkait. LKKL terdiri atas neraca, laporan realisasi anggaran dan catatan atas laporan keuangan. Kementerian negara/lembaga tidak menyusun laporan arus kas karena kementerian negara/lembaga tidak memiliki fungsi perbendaharaan. Laporan arus kas disusun oleh Kementerian Keuangan yang memiliki fungsi perbendaharaan. Kementerian Keuangan juga menggabungkan LKKL menjadi LKPP termasuk laporan arus kas. LKPP dan LKKL tersebut disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Di dalam penyusunan LKPP dan LKKL, Menteri Keuangan menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pusat, yang diselenggarakan untuk penyusunan LKPP dan LKKL tersebut. Pemeriksaan atas LKPP dan LKKL tersebut merupakan salah satu tugas pokok BPK-RI sebagai pelaksanaan Pasal 23 UUD 1945, Undang-

description

paper

Transcript of Paper SPKN-perencanaan pemeriksaan lkpp tahap 1-3

A. Latar Belakang Pemeriksaan LKPP dan LKKLLingkup pemeriksaan keuangan BPK-RI terdiri dari: 1. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat; 2. Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga; 3. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah; 4. Laporan Keuangan Bank Indonesia; 5. Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN); 6. Laporan Keuangan Badan Layanan Umum; 7. Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD); dan8. Laporan Keuangan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Kementerian Lembaga (LKKL) merupakan pertanggungjawaban Pemerintah Pusat, yaitu Presiden dan menteri/pimpinan lembaga, atas pelaksanaan APBN setiap tahun anggaran. LKPP tersebut terdiri atas neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. LKPP tersebut disusun dari LKKL dan informasi lain yang terkait. LKKL terdiri atas neraca, laporan realisasi anggaran dan catatan atas laporan keuangan. Kementerian negara/lembaga tidak menyusun laporan arus kas karena kementerian negara/lembaga tidak memiliki fungsi perbendaharaan. Laporan arus kas disusun oleh Kementerian Keuangan yang memiliki fungsi perbendaharaan. Kementerian Keuangan juga menggabungkan LKKL menjadi LKPP termasuk laporan arus kas. LKPP dan LKKL tersebut disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Di dalam penyusunan LKPP dan LKKL, Menteri Keuangan menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pusat, yang diselenggarakan untuk penyusunan LKPP dan LKKL tersebut.Pemeriksaan atas LKPP dan LKKL tersebut merupakan salah satu tugas pokok BPK-RI sebagai pelaksanaan Pasal 23 UUD 1945, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Pemeriksaan atas LKPP dan LK KL merupakan pemeriksaan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah Laporan Keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Pemeriksaan dilakukan berdasarkan pada standar pemeriksaan yang ditetapkan Badan Pemeriksa Keuangan, yaitu Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

B. Dasar Hukum Pemeriksaan LKPP dan LKKLPemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) merupakan pemeriksaan keuangan dengan mengacu kepada:1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Pasal 30 tentang Keuangan Negara;2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, Pasal 55 tentang Perbendaharaan Negara;3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, Pasal 2 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006, Pasal 1 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;5. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

C. Metodologi Pemeriksaan LKPP dan LKKLMetodologi yang digunakan dalam pemeriksaan LKPP dan LKKL secara ringkas meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan. Di dalam proses pemeriksaan tersebut, ukuran atau kriteria yang digunakan adalah standar pemeriksaan, PMP serta tujuan dan harapan penugasan. Di dalam proses tersebut, supervisi serta pengendalian dan penjaminan mutu pemeriksaan dilakukan sepanjang proses tersebut. Secara ringkas, metodologi pemeriksaan LKPP dan LKKL digambarkan dalam bagan berikut ini:

Perencanaan pemeriksaan meliputi 10 langkah kegiatan, yaitu: (1) Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan, (2) Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa, (3) Pemahaman atas Entitas, (4) Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sebelumnya, (5) Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern, (6) Pemahaman dan Penilaian Risiko, (7) Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir, (8) Penentuan Metode Uji Petik, (9) Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal, dan (10) Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan Perseorangan. Pelaksanaan pemeriksaan meliputi tujuh langkah kegiatan, yaitu: (1) Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci, (2) Pengujian Sistem Pengendalian Intern, (3) Pengujian Substantif Atas Transaksi dan Saldo Akun, (4) Penyelesaian Penugasan, (5) Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan, (6) Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis, dan (7) Penyampaian Temuan Pemeriksaan. Pelaporan hasil pemeriksaan meliputi lima langkah kegiatan, yaitu: (1) Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan, (2) Penyampaian Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Kepada Pejabat Entitas Yang Berwenang, (3) Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Dengan Pejabat Entitas Yang Berwenang, (4) Perolehan Surat Representasi, dan (5) Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan.

D. Perencanaan Pemeriksaan LKPP dan LKKLPerencanaan pemeriksaan diperlukan agar pemeriksaan dapat dilaksanakan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK. Perencanaan pemeriksaan meliputi persiapan yang bersifat teknis dan administratif. Persiapan teknis mencakup pembentukan tim persiapan, pemahaman penugasan, pemahaman entitas, penyusunan konsep program pemeriksaan, penentuan tim pemeriksa, persetujuan penugasan, dan penyusunan Program Kerja Perorangan (PKP). Sedangkan persiapan administratif meliputi penerbitan SPD, pencairan biaya pemeriksaan, dan pengurusan akomodasi serta transportasi ke lokasi dan selama pemeriksaan.Perencanaan pemeriksaan melibatkan Badan beserta AKN (Auditorat Keuangan Negara), tim persiapan pemeriksaan yang selanjutnya disebut tim persiapan, dan Sub Auditorat Manajemen Intern AKN (Subauditorat MIA) atau Sub Bagian Sekretariat Kepala Perwakilan (Subagset Kalan). Peranan masing-masing pihak-pihak terkait, yaitu: 1. Badan, memiliki peran menandatangani Surat Perintah Persiapan Pemeriksaan (SP3), dan Surat Tugas. 2. AKN (Auditorat Keuangan Negara) memiliki peran: a. Mengevaluasi materi program pemeriksaan yang meliputi tujuan, sasaran, metodologi pemeriksaan, petunjuk pemeriksaan, dan waktu penerbitan laporan hasil pemeriksaan; b. Mengevaluasi susunan tim pemeriksa terkait dengan independensi dan persyaratan kompetensi. 3. Tim persiapan Menyusun program pemeriksaan dengan memperhatikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pemeriksaan yang terkait dan RKP (Rencana Kerja Pemeriksaan) serta akurasi angka dan kebenaran pembahasaan. 4. Subauditorat MIA atau Subagset Kalana. Menyelenggarakan data profil pemeriksa; b. Memelihara kebenaran administrasi data profil pemeriksa terkait independensi, persyaratan kompetensi serta kebenaran data lainnya terkait dengan tugas-tugas pemeriksaan.

Sebagaimana telah diuraikan di atas, perencanaan pemeriksaan atas LKPP dan LKKL meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu: 1. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan PenugasanPemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dan sasaran pemeriksaan yang diharapkan pemberi tugas serta mengetahui kriteria pengukuran kinerja penugasan. Pemahaman tersebut dilakukan dengan melakukan komunikasi dengan pemberi tugas oleh pemeriksa dengan memperhatikan input-input sebagai berikut: 1. Laporan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya; 2. Laporan hasil pemantauan tindak lanjut; 3. Survei pendahuluan atas entitas atau objek yang baru pertama kali diperiksa; 4. Database entitas; 5. Hasil komunikasi dengan pemeriksa sebelumnya. Tujuan pemeriksaan LKPP dan LKKL adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah LKPD telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dengan memperhatikan: Kesesuaian LKPP dan LKKL dengan Standar Akuntansi Pemerintahan Kecukupan pengungkapan Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Efektivitas sistem pengendalian internDalam rangka pencapaian tujuan tersebut, penugasan atas pemeriksaan keuangan memiliki harapan-harapan (expectation) dari pemberi tugas. Pemeriksa harus memperoleh harapan-harapan penugasan secara tertulis dari pemberi tugas melalui suatu komunikasi yang intensif. Hal ini untuk menghindari harapan-harapan yang tidak dapat dipenuhi oleh pemeriksa. Harapan dari pemberi tugas tersebut harus didokumentasikan. Dokumentasi atas harapan penugasan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan program pemeriksaan dan penentuan kebutuhan pemeriksa.

2. Pemenuhan Kebutuhan PemeriksaLangkah pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan maka dilanjutkan dengan langkah pemenuhan kebutuhan pemeriksa. Langkah ini dilakukan dengan tujuan: a. menyusun tim pemeriksa dengan komposisi keahlian yang sesuai dengan kebutuhan penugasan; b. memberi tahu anggota tim pemeriksa mengenai penugasan yang akan dilakukan, yang meliputi tujuan pemeriksaan, lingkup pemeriksaan, harapan pemberi tugas, ukuran kinerja pemeriksaan); dan c. membagi tugas pemeriksaan sesuai keahlian masing-masing dan mendapatkan komitmen dari anggota pemeriksa akan peran mereka dalam penyelesaian tugas dan memenuhi harapan pemberi tugas agar dapat dilaksanakan pemeriksaan yang efektif dan efisien. Input yang diperlukan dalam langkah pemenuhan kebutuhan pemeriksa ini adalah : a. Kertas kerja pemeriksaan sebelumnya, apabila pemeriksaan merupakan pemeriksaan tahun kedua dan selanjutnya terutama tentang hal-hal spesifik yang cukup signifikan yang harus diperiksa (misalnya, perpajakan, teknologi informasi entitas). b. Formulir Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan.Langkah-langkah dalam melakukan pemenuhan kebutuhan pemeriksa, antara lain : a. Mengidentifikasi peran dan kebutuhan penugasan Dari pemahaman atas tujuan dan harapan penugasan yang telah ditetapkan, pemeriksa mengidentifikasi peran-peran yang diperlukan dalam tim pemeriksa. Langkah-langkah tersebut berupa: 1) mengidentifikasi peran; 2) mempertimbangkan keahlian yang dibutuhkan; dan 3) mengomunikasikan tugas b. Mendistribusikan penugasan kepada pemeriksa

2.1 Persyaratan Kemampuan/KeahlianStandar Pemeriksaan mengatur bahwa pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan, memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan dan memenuhi persyaratan kemampuan/keahlian pemeriksa. Selain itu, pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan keuangan harus memenuhi kualifikasi tambahan yaitu memiliki keahlian di bidang akuntansi dan auditing, memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa dan sebaiknya memiliki sertifikasi keahlian.Khusus bagi pemeriksa yang berperan sebagai penanggung jawab pemeriksaan keuangan harus memiliki sertifikasi keahlian yang diakui secara profesional. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dalam rangka pemeriksaan LKPP dan LKKL dapat ditentukan kebutuhan atas kuantitas dan kualifikasi pemeriksa sebagai berikut :1) Tim pemeriksa secara kolektif harus memiliki pemahaman yang cukup atas Standar Akuntansi Pemerintahan dan pengetahuan yang memadai atas pemeriksaan keuangan, yang dapat dibuktikan dengan sertifikasi dan surat keterangan telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dan melaksanakan kegiatan lain di bidang akuntansi dan pemeriksaan terkait.2) Di dalam tim pemeriksa, paling tidak 1 (satu) orang memiliki register akuntan.3) Ketua Tim harus memiliki pengalaman yang memadai paling tidak 1 (satu) kali melakukan pemeriksaan keuangan.4) Apabila di dalam tim pemeriksa dibutuhkan pengendali teknis, maka pengendali teknis tersebut harus memiliki pengetahuan dan pengalaman pemeriksaan terkait dengan pengelolaan keuangan negara dan atau pernah menjadi ketua tim pemeriksa yang terkait paling tidak 1 (satu) kali dan atau menduduki jabatan struktural dan atau menduduki jabatan fungsional paling tidak ketua tim senior.5) Penanggung jawab pemeriksaan LKPP dan LKKL adalah pemeriksa yang memiliki register akuntan dan memiliki pengalaman yang memadai melakukan pemeriksaan keuangan atau memiliki jabatan struktural/fungsional.6) Apabila dibutuhkan koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan maka diperlukan koordinator dari setiap tingkat ketua tim, pengendali teknis dan penanggung jawab.7) Dalam hal LKPP dan LKKL disusun dengan menggunakan sistem yang terkomputerisasi, maka paling tidak 1 (satu) orang dalam tim pemeriksa memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang teknologi informasi dan pemeriksaan teknologi informasi.

Untuk kebutuhan konsolidasi pelaksanaan dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan, dapat dibentuk organisasi konsolidasi pemeriksaan dengan kualifikasi sebagai berikut:1) Tim konsolidasi pelaksanaan dan penyusuan laporan pemeriksaan secara kolektif harus memiliki pemahaman yang cukup atas Standar Akuntansi Pemerintahan dan pengetahuan yang memadai atas pemeriksaan keuangan, yang dapat dibuktikan dengan sertifikasi dan surat keterangan telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dan melaksanakan kegiatan lain di bidang akuntansi dan pemeriksaan terkait.2) Tim harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dalam teknik penyusunan LHP atas LKPP dan LKKL.3) Di dalam tim konsolidasi pelaksanaan dan penyusunan laporan pemeriksaan, paling tidak terdapat 2 (dua) orang yang memiliki pengalaman paling tidak 2 (dua) kali sebagai ketua tim dalam pemeriksaan LKPP dan LKKL.4) Penanggung jawab pemeriksaan LKPP dan LKKL adalah pemeriksa yang memiliki register akuntan dan memiliki pengalaman yang memadai paling tidak 3 (tiga) kali melakukan pemeriksaan keuangan.

2.2 Persyaratan IndependensiStandar Pemeriksaan mengatur bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Jika pemeriksa yang terlibat dalam pemeriksaan LKPP dan LKKL diragukan tingkat indepensinya maka harus membuat surat pernyataan gangguan independensi untuk mendapatkan pertimbangan atas penugasannya dan Penanggung Jawab harus mempertimbangkan dampak dari kondisi tersebut terhadap pemeriksaan yang dilakukan. Contoh Surat Pernyataan Gangguan Independensi sebagai berikut:

3. Pemahaman atas EntitasPemahaman atas entitas bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai proses kerja secara umum dan risiko terkait dari tiap proses kerja spesifik entitas yang diperiksa dan juga untuk mengidenfikasikan dan memahami hal-hal penting yang harus dipenuhi oleh entitas dalam mencapai tujuan. Dalam tahap pemahaman atas entitas, diperlukan beberapa input untuk mendukung pelaksanaannya, antara lain: a. Kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya, apabila pemeriksaan merupakan pemeriksaan tahun kedua dan selanjutnya, terutama tentang informasi umum yang telah dikumpulkan pada tahun lalu mengenai entitas yang diperiksa untuk memastikan apakah informasi umum itu masih berlaku atau harus dimutakhirkan. b. Formulir tujuan dan harapan penugasan. c. Komunikasi dengan pemeriksa terdahulu. d. Peraturan perundang-undangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap entitas. e. Hasil survei pendahuluan apabila entitas pertama kali diperiksa. f. Laporan hasil pengawasan intern. g. Database entitas. h. Informasi lain yang relevan dari lembaga sumber, seperti pengumuman di media, kutipan situs internet, dan lain-lain.

Selain itu, ada beberapa langkah kerja dalam tahap ini meliputi:a. Mendapatkan pemahaman yang mutakhir mengenai pengaruh lingkungan terhadap entitas b. Memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh stakeholders utama terhadap entitas. c. Memahami tujuan dan sasaran entitas dan pengembangan strategi usaha untuk mencapainya. d. Mengidentifikasi faktor sukses yang penting (critical success factors) bagi pencapaian tujuan entitas. e. Mengidentifikasi dan mendapatkan gambaran umum proses kerja entitas. f. Mengidentifikasi proses kerja kritikal entitas g. Memahami bagaimana manajemen mengendalikan proses kerja kritikalnya untuk mencapai faktor sukses kritikal entitas.

Lingkungan entitas dapat memberikan indikasi yang penting terhadap adanya potensi risiko salah saji laporan keuangan. Pemeriksa dapat mengidentifikasi dan mempertimbangkan risiko tersebut melalui pemahaman atas kegiatan/operasi utama entitas serta lingkungan yang mempengaruhi kegiatan/operasi tersebut. Faktor lingkungan yang berpengaruh atas entitas tersebut adalah peraturan perundangundangan, organisasi, pengelolaan sistem keuangan, praktik-praktik akuntansi dan kewajiban pelaporan keuangan, sosial, ekonomi, dan pertimbangan politik. Untuk entitas korporasi, faktor seperti pasar modal, pesaing, pelanggan, para pemasok, dan kekuatan pasar dapat berpengaruh pada kegiatan/operasi entitas. Tim persiapan pemeriksa dapat memperoleh pengetahuan mengenai lingkungan kerja entitas dari berbagai sumber, di antaranya: a. pengalaman sebelumnya dengan entitas dan industri/lingkup kerjanya; b. diskusi dengan pegawai dan manajemen/pimpinan entitas; c. survei pendahuluan apabila entitas pertama kali diperiksa; d. peraturan perundang-undangan yang secara signifikan dapat mempengaruhi entitas; e. laporan satuan pengawas intern; f. database entitas; g. publikasi mengenai organisasi yang berhubungan dengan industri/lingkup kerja entitas; dan h. entitas, lokasi, dan fasilitas entitas yang diperiksa.

Tim persiapan pemeriksa harus mengetahui adanya potensi risiko ketidakwajaran laporan keuangan dan risiko lingkup kerja entitas, serta mempertimbangkan pengaruh stakeholder terhadap entitas. Pengaruh stakeholder dapat mempengaruhi entitas dalam merumuskan tujuan, sasaran dan strategi. Manajemen menetapkan tujuan suatu bisnis/lingkup kerjanya untuk memenuhi kebutuhan stakeholders dan harapannya sendiri. Tujuan bisa bervariasi dan sulit untuk dihitung. Untuk mengefektifkan, entitas menjabarkan tujuan entitas ke dalam satu perangkat sasaran hasil yang spesifik, terukur, dan dapat dicapai dalam suatu periode waktu yang realistis. Contoh: a. Meningkatkan pendapatan negara/daerah. b. Melayani publik dengan sigap dan tanggap. c. Memberikan dividen dan mencapai hasil operasi yang ditargetkan oleh investor. d. Meningkatkan nilai kepada pemegang sahamnya. e. Menghasilkan produk atau layanan yang bermutu. f. Mengembangkan hubungan yang produktif dengan para penyalurnya. g. Menyediakan suatu jaminan dan memberi penghargaan kepada karyawan, dan manajemen. h. Memperoleh penghargaan dari masyarakat tempat entitas itu beroperasi.

Mengidentifikasi faktor sukses yang penting (critical success factors) bagi pencapaian tujuan entitas. Tujuan entitas dicapai melalui suatu strategi tertentu yang memiliki faktor-faktor sukses yang penting. Pemeriksa harus dapat mengidentifikasi faktor sukses yang penting tersebut untuk memfokuskan pemeriksaan. Mengidentifikasi dan mendapatkan gambaran umum proses kerja entitas dilakukan dengan memahami bagaimana lingkup kerja/bisnis entitas diatur, dikelola, dan dikendalikan. Pemeriksa dapat meningkatkan pemahaman terhadap lingkup kerja/bisnis entitas dengan cara memandangnya dari sudut yang sama dengan sudut pandang manajemen. Hal ini juga meningkatkan pemahaman terhadap sasaran, tujuan, strategi, dan faktor isu-isu yang kritikal (critical issues factors). Sudut pandang dari tingkat manajemen senior ke bawah (top-down)membantu pemeriksa memahami pengaturan dan proses entitas serta bagaimana hal-hal tersebut mempengaruhi risiko kerja dan laporan keuangan. Hal ini dapat membantu pemeriksa dalam mengembangkan pendekatan pemeriksaan yang lebih efektif dan efisien. mengembangkan pendekatan pemeriksaan yang lebih efektif dan efisien. Pengidentifikasian proses kerja kritikal entitas berdasarkan pemahaman pemeriksa terhadap lingkup kerja entitas dan penilaian profesional. Sebuah proses dianggap penting jika tujuan dan/atau outputnya secara langsung berhubungan dengan pencapaian faktor sukses. Di lain pihak, sebuah proses tidak akan dinilai sebagai sebuah proses kerja kritikal jika tujuan proses tersebut tidak secara langsung berhubungan dengan pencapaian faktor sukses. Pada saat mengidentifikasi proses kerja kritikal, pemeriksa juga mengidentifikasi dan memahami lingkungan pendukung TI dan aplikasi bisnis yang berpengaruh terhadap proses kerja kritikal. Pemeriksa harus memahami pengendalian proses kerja kritikal dalam rangka mencapai faktor sukses kritikal. Pemahaman tersebut merupakan salah satu faktor utama dalam memahami risiko kerja entitas. Memahami proses kerja kritikal adalah penting pada saat mempertimbangkan bagaimana dan apakah risiko lingkup kerja dapat mengarah kepada kesalahan material dalam laporan keuangan tahun berjalan, serta pada saat mempertimbangkan kelangsungan jangka panjang entitas (going concern), yang dapat mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan. Untuk memahami pengendalian tersebut, pemeriksa mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Pelaporan keuangan, sistem atau pengelolaan operasi, dan kepatuhan proses (implementasinya); b. Konsistensi tujuan pengendalian dengan pencapaian faktor sukses kritikal entitas; c. Efektivitas pengendalian proses-proses tersebut yang berhubungan dengan pelaporan keuangan, operasi dan tujuan; dan d. Pandangan manajemen mengenai kekuatan dan risiko proses tersebut.

Pemeriksa juga mengidentifikasi setiap perubahan yang dibuat dalam waktu dekat atau yang diantisipasi, yang berhubungan dengan SDM dan teknologi yang terlibat dalam proses kerja kritikal. Pemeriksa dapat memperoleh beberapa informasi tersebut saat mendapatkan pemahaman umum atas proses kerja entitas. Pendokumentasian pemeriksa mengenai lingkungan lingkup kerja entitas dapat meliputi: catatan, sebuah ringkasan mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT), atau bukti-bukti sejenis. Pendokumentasian pemeriksa mencakup pula pemahaman pemeriksa mengenai sasaran tujuan, strategi, faktor sukses kritikal utama, lingkungan entitas, atau pengaruh stakeholders utama terhadap tindakan pimpinan/manajemen entitas. Pemeriksa mendokumentasikan hal-hal tersebut yang mempunyai dampak signifikan terhadap lingkup kerja entitas dan risiko laporan keuangan, serta bagaimana pemahaman pemeriksa akan hal-h al tersebut dapat mempengaruhi penilaian risiko secara gabungan (combined risk assessment) atas risiko inheren dan risiko pengendalian, serta strategi pemeriksaan.Pemahaman atas entitas dapat diperoleh dari survai pendahuluan atau informasi dalam laporan hasil pemeriksaan sebelumnya, laporan hasil pemeriksaan interim, catatan atas laporan keuangan yang diperiksa, Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) tahun sebelumnya, hasil komunikasi dengan pemeriksa tahun sebelumnya dan database yang ada pada unit kerja pemeriksaan. Pemahaman atas entitas tersebut meliputi pemahaman atas organisasi, kegiatan utama entitas, lingkungan yang mempengaruhi, pejabat terkait sampai dengan satuan kerja dan kejadian luar biasa yang berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan negara. Pemahaman pemeriksa atas entitas harus didokumentasikan dalam KKP. Contoh dokumentasi pemahaman pemeriksa atas entitas sebagai berikut:

Hasil pemahaman atas entitas bermanfaat untuk langkah pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern dan penilaian risiko inheren.