Paper Slum Area

11
1. PENDAHULUAN Menurut UN Habitat (2010), jumlah permukiman kumuh di dunia tumbuh sekitar 10 % setiap tahunnya. Hal ini jika dibiarkan akan menyebabkan permasalahan yang semakin besar. PENGERTIAN PERMUKIMAN Pengertian Permukiman Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human).3 Dengan demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi. PENGERTIAN KUMUH Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan. Menurut kamus ilmu-ilmu sosial Slum’s diartikan sebagai suatu daerah yang kotor yang bangunan-bangunannya

description

belum jadi

Transcript of Paper Slum Area

Page 1: Paper Slum Area

1. PENDAHULUAN

Menurut UN Habitat (2010), jumlah permukiman kumuh di dunia tumbuh

sekitar 10 % setiap tahunnya. Hal ini jika dibiarkan akan menyebabkan permasalahan

yang semakin besar.

PENGERTIAN PERMUKIMAN

Pengertian Permukiman Pemukiman sering disebut perumahan dan atau

sebaliknya. Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya

adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan

memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana

ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan

land settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau

kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga

pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati

yaitu manusia (human).3 Dengan demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua

hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling

melengkapi.

PENGERTIAN KUMUH

Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah

laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan

kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas

yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan. Menurut kamus ilmu-

ilmu sosial Slum’s diartikan sebagai suatu daerah yang kotor yang bangunan-

bangunannya sangat tidak memenuhi syarat. Jadi daerah slum’s dapat diartikan sebagai

daerah yang ditempati oleh penduduk dengan status ekonomi rendah dan bangunan-

bangunan perumahannya tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai perumahan

yang sehat. Slum’s merupakan lingkungan hunian yang legal tetapi kondisinya tidak

layak huni atau tidak memnuhi persyaratan sebagai tempat permukiman (Utomo Is

Hadri, 2000). Slum’s yaitu permukiman diatas lahan yang sah yang sudah sangat

merosot (kumuh) baik perumahan maupun permukimannya (Herlianto, 1985). Dalam

kamus sosiologi Slum’s yaitu diartikan sebagai daerah penduduk yang berstatus ekonomi

Page 2: Paper Slum Area

rendah dengan gedung-gedung yang tidak memenuhi syarat kesehatan. (Sukamto

Soerjono, 1985).

PERMUKIMAN KUMUH

Diana Puspitasari dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman (Distarkim) Kota

Depok mengatakan, definisi permukiman kumuh berdasarkan karakteristiknya adalah

suatu lingkungan permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas. Dengan kata

lain memburuk baik secara fisik, sosial ekonomi maupun sosial budaya. Dan tidak

memungkinkan dicapainya kehidupan yang layak bahkan cenderung membahayakan

bagi penghuninya. Menurut Diana, ciri permukiman kumuh merupakan permukiman

dengan tingkat hunian dan kepadatan bangunan yang sangat tinggi, bangunan tidak

teratur, kualitas rumah yang sangat rendah. Selain itu tidak memadainya prasarana dan

sarana dasar seperti air minum, jalan, air limbah dan sampah. Kawasan kumuh adalah

kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat

buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang

berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat,

kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan,

ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.

Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Prof. DR. Parsudi

Suparlan adalah :

1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.

2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangnya

mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.

3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam

penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga

mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan

ekonomi penghuninya.

4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup

secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu

terwujud sebagai :

Page 3: Paper Slum Area

a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena

itu dapat digolongkan sebagai hunian liar.

b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT

atau sebuah RW.

c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT

atau RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan

bukan hunian liar.

5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen,

warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang

beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat pemukiman

kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan

ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.

6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di

sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor

informil.

Berdasarkan salah satu ciri diatas, disebutkan bahwa permukiman kumuh

memiliki ciri “kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangnya

mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin”. Penggunaan ruang

tersebut berada pada suatu ruang yang tidak sesuai dengan fungsi aslinya sehingga

berubah menjadi fungsi permukiman, seperti muncul pada daerah sempadan untuk

kebutuhan Ruang Terbuka Hijau. Keadaan demikian menunjukan bahwa penghuninya

yang kurang mampu untuk membeli atau menyewa rumah di daerah perkotaan dengan

harga lahan/bangunan yang tinggi, sedangkan lahan kosong di daerah perkotaan sudah

tidak ada. Permukiman tersebut muncul dengan sarana dan prasarana yang kurang

memadai, kondisi rumah yang kurang baik dengan kepadatan yang tinggi serta

mengancam kondisi kesehatan penghuni. Dengan begitu, permukiman yang berada

pada kawasan SUTET, sempadan sungai, sempadan rel kereta api, dan sempadan

situ/danau merupakan kawasan permukiman kumuh.

Menurut Ditjen Bangda Depdagri, ciri-ciri permukiman atau daerah

perkampungan kumuh dan miskin dipandang dari segi sosial ekonomi adalah sebagai

berikut

Page 4: Paper Slum Area

1. Sebagian besar penduduknya berpenghasilan dan berpendidikan rendah,

serta memiliki sistem sosial yang rentan.

2. Sebagaian besar penduduknya berusaha atau bekerja di sektor informal

Lingkungan permukiman, rumah, fasilitas dan prasarananya di bawah

standar minimal sebagai tempat bermukim, misalnya memiliki:

a. Kepadatan penduduk yang tinggi > 200 jiwa/km2

b. Kepadatan bangunan > 110 bangunan/Ha

c. Kondisi prasarana buruk (jalan, air bersih, sanitasi, drainase, dan

persampahan)

d. Kondisi fasilitas lingkungan terbatas dan buruk, terbangun <20% dari

luas persampahan

e. Kondisi bangunan rumah tidak permanen dan tidak memenuhi

syarat minimal untuk tempat tinggal

f. Permukiman rawan terhadap banjir, kebakaran, penyakit dan

keamanan

g. Kawasan permukiman dapat atau berpotensi menimbulkan

ancaman (fisik dan non fisik ) bagi manusia dan lingkungannya

Para ahli dan praktisi pembangunan kota melihat bahwa belum berhasilnya

pembangunan permukiman di berbagai kota besar di Indonesia lebih banyak dikaitkan

dengan persoalan urbanisasi ( penduduk miskin), keterbatasan lahan perkotaan dan

kurang tepatnya program-program pembangunan kota. Interaksi ketiganya telah

memunculkan kehidupan masyarakat miskin pendatang dengan fasilitas pemenuhan

kebutuhan dasar yang tidak layak di perkampungan padat penduduk (

permukiman/perkampungan kumuh). Namun sebenarnya akar masalah pemicu

munculnya permukiman kumuh di perkotaan juga berkaitan dengan masalah paradigma

proyek dan pemerataan pembangunan ( Prasojo, 2010).

Bahkan akar masalah permukiman kumuh lebih bersifat kompleks yaitu karena

adanya:

1. Pembiaran ( neglegiance) berkembangnya ruang-ruang marjinal perkotaan;

2. Lemahnya pengelolaan kota;

Page 5: Paper Slum Area

3. Belum adanya pengenalan terhadap kebutuhan ( housing need assessment)

dan persediaan rumah ( housing stock evaluation) secara utuh dan

partisipatif; dan

4. Belum adanya pengembangan system penyediaan perumahan secara utuh

( housing delivery system) M.J Siregar (2012).

Dengan melihat berbagai faktor penyebab permukiman kumuh tersebut, maka

permasalahan tentang bagaimana pemerintah memperlakukan penduduk miskin

perkotaan dalam proses pembangunan kota sebenarnya merupakan hal yang paling

mendasar untuk didiskusikan. Hal ini karena terkait dengan tanggung jawab utama

pemerintah dalam pelaksanaan fungsi mewujudkan kesejahteraan, ketertiban,

pelayanan publik, dan lainnya di bidang pembangunan permukiman yang harus

mewujudkan kepentingan publik ( masyarakat miskin perkotaan).

2. EKSPLORASI PERMASALAHAN PERMUKIMAN KUMUH

Permukiman kumuh muncul sebagai akibat dari beberapa faktor yang

berlangsung secara terus menerus dan tanpa perencanaan yang benar. Penyebab

terjadinya permukiman kumuh antara lain adalah:

1. Pertumbuhan penduduk (fertilitas)

2. Perpindahan penduduk (urbanisasi)

3. Perkembangan penduduk perkotaan yang tidak selalu dapat diimbangi oleh

kemampuan pelayanan kota

4. Permasalah-permasalahan di daerah perkotaan

5. Kesempatan kerja bagi kaum migran

6. Kebutuhan rumah sebagai tempat bermukim tidak dibarengi dengan

kemampuan ekonomi para calon penghuni

Perkembangan slum area pada suatu kota berdampak langsung terhadap

penduduk perkotaan, dampak tersebut meliputi dampak sosial, ekonomi dan budaya.

Sosial

1. Perkembangan suatu daerah yang tadinya homogen berubah menjadi

heterogen karena terjadinya urbanisasi

Page 6: Paper Slum Area

2. Menjadi pusat pengangguran, kejahatan, dan penyakit

3. Proses transformasi para migran tidak dapat berlangsung dengan wajar

4. Peningkatan jumlah penduduk miskin kota

Budaya

1. Dipandangan merusak keindahan/citra kota

2. Cultural shock akibat perbedaan buaya yang dibawa para migran dari desa

ke kota

3. Cultural alienation (merasa asing dengan kebiasaan atau kebudayaan kota)

dan cultural lag (perbedaan tingkat kemajuan unsur-unsur kebudayaan)

Ekonomi

1. Mendorong pemerintah untuk membangun rumah susun bagi warga yang

tinggal di daerah kumuh

2. Degradasi tingkat ekonomi penduduk kota yang ditandai oleh semakin

bertambahnya penduduk miskin dan pengangguran di daerah kumuh

3. Kota menjadi semakin padat dan pengaturan ruang semakin rumit

4. Menjadi pendorong kegiatan ekonomi sektor informal

3. STUDI KASUS SLUM AREA

Kibera, Nairobi, Kenya

Kibera merupakan permukiman kumuh terbesar di Kenya. Sebagian besar

penduduknya merupakan pekerja serabutan dengan penghasilan kurang dari 100

Shilling per hari. Mereka ikut serta dalam aktivitas ekonomi kecil seperti seni, dansa,

drama, proyek olahraga, komunitas sosial, dan bisnis berskala kecil lain (CGS

Kibera,2007). Dari laporan UN Habitat 2006, masalah air dan sanitasi merupakan salah

satu pokok masalah utama yang ada di Kibera. Walaupun sudah banyak pembangunan

untuk mengatasi masalah air, sanitasi, dan kesehatan tapi hal tersebut tidak mampu

memberikan perubahan yang signifikan. Daerah tersebut juga kekurangan akses untuk

kesehatan, sekolah, dan listrik.

Page 7: Paper Slum Area

Sekitar 60% penduduk yang berusia kurang dari 21 tahun buta huruf atau semi

buta huruf, sebagian besar hanya mendapatkan pendidikan tingkat dasar. Kurangnya

pekerjaan juga menjadi masalah utama dan mengarah keperilaku sosial yang tidak sehat

seperti alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan, dan kriminalitas. Sekitar 80%

penduduknya terinfeksi atau terkena dampak AIDS (Funke, 2008).

Slum Tourism

Slum tourism bertujuan untuk membuka peluang bagi kaum miskin untuk

memperoleh keuntungan secara ekonomi, memberikan mata pencaharian, dan

berpartisipasi dalam mengambil keputusan (Ashley, Roe, and Goodwin, 2001). Slum

tourism juga dapat membantu menggerser fokus pariwisata dari wisata yang berbasis

lingkungan dan wisata berbasis alam liar menjadi berfokus kepada wisata pengentasan

kemiskinan yang akan lebih bermanfaat bagi penduduk miskin dan memiliki dampak

yang lebih kecil terhadap lingkungan. Menurut Rolfers (2009), slum tourism

dikembangkan di negara berkembang pada pertengahan 1990-an. Pokok terpenting dari

wisata ini adalah untuk mengunjungi daerah paling tertinggal di dalam kota.

Sekarang ini, banyak biro wisata profesional yang menjalankan dan memasarkan

wisata ke daerah kumuh. Slum tourism memiliki banyak objek pilihan seperti

Johannesburg dan Cape Town di Afrika Selatan, Calcutta, Mumbai, dan Delhi di India,

dan Rio de Janeiro di Brazil. Biasanya wisata ini memfokuskan untuk menarik wisatawan

asing untuk datang. Diperkirakan 40.000 turis berkunjung di kawasan kumuh De Janeiro

tiap tahunnya, sedangkan di Cape Town sekitar 300.000 (Rolfes, 2009).

Slum Tourism di Kibera

Kibera merupakan permukiman kumuh yang paling banyak dikunjungi di Kenya

(Asudi, 2008). Menurut Mowforth (2008), tujuan dari pengadaan wisata ini adalah untuk

mengurangi permukiman kumuh di Kenya dalam jangka panjang dengan cara

melibatkan masyarakat miskin untuk berpartisipasi secara lebih efektif untuk

mengembangkan pariwisata di Kenya, secara jangka pendek kegiatan ini memberikan

keuntungan finansial untuk masyarakat permukiman kumuh.

Page 8: Paper Slum Area

Menurut penelitian yang dilakukan, responden dari Kenya Tourism Board (KTB)

menyimpulkan hal yang menarik turis datang berkunjung adalah untuk melihat

kehidupan sehari-hari masyarakat penghuni permukiman kumuh Kibera dan untuk

mengambil foto. Sedangkan responden dari pegawasi Victoria Safaris dan penduduk

Kibera menyimpulkan bahwa turis tertarik akan hiburan yang disuguhkan oleh penduduk

(tarian, nyanyian, drama, dan film) dan mengambil foto-foto.