Paper Sabun Jarak

download Paper Sabun Jarak

of 110

Transcript of Paper Sabun Jarak

  • PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) UNTUK PEMBUATAN

    SABUN TRANSPARAN

    MUHAMAD MALIK GUNAWAN

    SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR 2011

  • PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Peningkatan Nilai Tambah Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn) untuk Pembuatan Sabun Transparan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

    Bogor, Agustus 2011

    M. Malik Gunawan F351074041

  • ABSTRACT

    MALIK GUNAWAN. Added value of Jatropha curcas Linn oil by using it as a material of transparent soap

    . Supervised by Erliza Hambali and Ani Suryani.

    Jatropha curcas Linn has been known as a plant that has medicinal properties include in its oil. This paper attempt to describe how to increase added value of Jatropha curcas Linn oil in form of transparent soap. This research used Jatropha curcas Linn oil in transparent soap formula has been conducted. The treatment in this reasearh was only concentration level of Jatropha curcas oil in the transparent soap formula. The effect of oil concentration level in transparent soap formula was identified by water content, free fatty acid content, free alkaline, unsaponiviable fraction, mineral oil content, and foam stability. Transparent soap that was produced then tested to the consummer. Organoleptic test (hedonic test) was performed to know the consummer preference through scent effect, appearance, effect on the skin, hardness, transparency level. Overall test then ranked and the best soap that contain Jatropha curcas Linn oil was 5 %. Added value also was counted in transfoming of Jatropha curcas Linn oil into transparent soap. Keywords:Jatropha curcas oil, transparent soap, concentration level, added value

  • RINGKASAN

    MALIK GUNAWAN. Peningkatan Nilai Tambah Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn) Untuk Pembuatan Sabun Transparan. Dibimbing oleh Erliza Hambali and Ani Suryani. Pohon jarak pagar telah banyak dikenal sebagai pohon yang memiliki fungsi medis, termasuk dengan khasiat minyaknya. Tulisan ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana meningkatkan nilai tambah minyak jarak pagar menjadi produk sabun transparan. Penelitian ini menggunakan minyak jarak pagar pada formulasi pembuatan sabun. Perlakuan pada penelitian ini hanya menggunakan satu faktor yaitu faktor konsentrasi minyak jarak pagar dalam formulasi sabun transparan. Pengaruh faktor konsentrasi minyak jarak pagar dalam sabun transparan diidentifikasi melalui kadar air dan zat menguap, asam lemak bebas, alkali bebas, bilangan tak tersabunkan, dan kandungan minyak mineral. Sabun transparan yang dihasilkan kemudian diuji dengan menggunakan uji organoleptik kepada 31 orang semi terlatih, yang diuji adalah, efek bau, penampakan sabun, efek dikulit, kekerasan sabun, dan tingkat transparansi sabun. Hasil test dari keseluruhan diketahui bahwa sabun dengan konsentrasi minyak jarak pagar 5% adalah yang terbaik. Kemudian dihitung nilai tambah minyak jarak pagar pada pembuatan produk sabun transparan. Kata kunci: minyak jarak pagar, sabun transparan, konsentrasi minyak jarak, nilai tambah.

  • Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

    Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

    Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

  • PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) UNTUK PEMBUATAN

    SABUN TRANSPARAN

    M. MALIK GUNAWAN

    Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Sains pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian

    SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR 2011

  • Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ono Suparno, STP, MT.

  • Judul Tesis : Peningkatan Nilai Tambah Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn) Untuk Pembuatan Sabun Transparan

    Nama Mahasiswa : Muhamad Malik Gunawan NIM : F351074041 Program Studi : Teknologi Industri Pertanian

    Disetujui

    Komisi Pembimbing

    Ketua Prof. Dr. Erliza Hambali

    Anggota Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA

    Diketahui

    Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian

    Dr. Ir. Machfud,MS

    Tanggal Ujian: 15 Juli 2011

    Dekan Sekolah Pascasarjana

    Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

    Tanggal Lulus:

  • PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Peningkatan Nilai Tambah Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn) Untuk Pembuatan Sabun Transparan.

    Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Erliza Hambali dan Ibu Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA selaku komisi pembimbing atas inspirasi, bimbingan, dorongan semangat, dan ilmu yang diberikan kepada peneliti selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Dr. Ono Suparno STP, MT atas segala masukannya. Terima kasih tak terhingga juga disampaikan kepada kedua orang tua tercinta Wan Muhammad Sirin, SH (alm) dan mamahku Ruhaeti, istriku tercinta Melawati, anak-anakku Nandindra Dianah dan Alya Yasmin Habibah, serta seluruh keluarga besar PT. Adev Natural Indonesia yang memberikan dorongan semangat, bantuan materi, kesabaran, dan lain sebagainya kepada penulis.

    Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

    Bogor, Agustus 2011

    M. Malik Gunawan

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 April 1981 dari ayah Wan Muhammad Sirin, SH (alm) dan ibu Ruhaeti Penulis merupakan putra tunggal.

    Tahun 1999 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Ciawi dan pada tahun 1999 yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA). Selama mengikuti perkuliahan di S-1 Teknologi Industri Pertanian IPB, penulis menjadi asisten dosen mata kuliah ilmu komputer pada tahun ajaran 2002/2003

    Tahun 2005 penulis memperoleh kelulusan dari S-1 Departemen Teknologi Industri Pertanian, FATETA, IPB dengan predikat memuaskan. Pada tahun 2008 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan ke program magister (pasca sarjana) pada Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB dengan bantuan beasiswa. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC-LPPM-IPB) , Bogor.

    Penulis bekerja sebagai pemimpin perusahaan PT. Adev Natural Indonesia dari tahun 2007 sampai sekarang.

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv 1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3 1.3. Hipotesis ............................................................................................ 4 1.4. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 4 1.5. Waktu dan Tempat .............................................................................. 4

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Jarak Pagar .......................................................................................... 5 2.2. Minyak Jarak Pagar............................................................................. 6 2.3. Sabun................................................................................................... 8 2.4. Sabun Transparan................................................................................ 9 2.5. Proses Pembuatan Sabun .................................................................... 10 2.6. Bahan Tambahan Sabun ..................................................................... 12 2.7. Formulasi Sabun ................................................................................. 14 2.8. Uji Organoleptik ................................................................................. 14 2.9. Analisis Nilai Tambah ........................................................................ 15

    3. BAHAN DAN METODE

    3.1. Bahan dan Alat ................................................................................... 17 3.2. Tahapan Penelitian ............................................................................ 17 3.3. Penelitian Pendahuluan ...................................................................... 18 3.4. Analisis Sifat Fisiko Kimia Minyak Jarak Pagar ................................ 19 3.5. Pembuatan Sabun Transparan Berdasarkan Formula yang Ditetapkan 19 3.6. Analisis Sifat Fisiko-Kimia Sabun Transparan................................... 20 3.7. Uji Organoleptik ................................................................................ 20 3.8. Penentuan Sabun Terbaik ................................................................... 21 3.9. Rancangan Percobaan ......................................................................... 21 3.10. Analisis Nilai Tambah ....................................................................... 22

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Minyak Jarak pagar ............................................................................. 23 4.2. Pembuatan Sabun Transparan ............................................................. 24 4.3. Analisis Sifat Fisiko Kimia Sabun Transparan ................................... 25

    4.3.1. Kadar Air dan Zat Menguap Sabun Transparan ........................ 25

  • xii

    4.3.2. Jumlah Asam Lemak ........................................ ......................... 28 4.3.3. Alkali Bebas (Dihitung sebagai NaOH) ............ ......................... 30 4.3.4. Fraksi Tak Tersabunkan .................................... ......................... 32 4.3.5. Kejernihan Sabun .............................................. ......................... 35 4.3.6. Stabilitas Busa ................................................... ......................... 37 4.3.7. Minyak Mineral ................................................. ......................... 39

    4.4. Hasil Uji Organoleptik ...................................................................... 39 4.4.1. Kesan Aroma atau Bau ................................................................ 40 4.4.2. Penampakan ............................................................................... 41 4.4.3. Kesan di Kulit .............................................................................. 43 4.4.4. Pembusaan .................................................................................. 44 4.4.5. Tingkat Kekerasan (Tekstur) ....................................................... 46 4.4.6. Kejernihan/Transparansi ............................................................. 47 4.4.7. Peringkat Sabun Terbaik ............................................................. 48 4.4.8. Analisis Nilai Tambah Produk ................................................... 49

    5. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Simpulan ............................................................................................. 53 5.2. Saran .................................................................................................. 53

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55 LAMPIRAN .................................................................................................... 59

  • xiii

    DAFTAR TABEL Halaman

    1 Komposisi Asam Lemak Minyak Jarak ............................................... 7 2 Hubungan Antara Asam Lemak dan Karakteristik Sabun ................... 8 3 Model Perhitungan Metode Hayami .................................................... 16 4 Tabulasi Hitungan Kebutuhan Naoh .................................................... 18 5 Standar Mutu Sabun Mandi (SNI 06-3532-1994) ................................ 20 6 Hasil Analisis Sifat Fisiko Kimia Minyak Jarak Pagar ........................ 23 7 Rekapitulasi Hasil Analisis Kadar Air Sabun Transparan ................... 26 8 Rekapitulasi Hasil Analisis Jumlah Asam Lemak Sabun Transparan . 28 9 Rekapitulasi Hasil Analisis Alkali Bebas Sabun Transparan .............. 30 10 Rekapitulasi Hasil Analisis Fraksi Tak Tersabunkan Sabun

    Transparan ............................................................................................ 33

    11 Rekapitulasi Hasil Analisis Nilai Absorbansi Sabun Transparan ........ 35 12 Rekapitulasi Hasil Analisis Stabilitas Busa Sabun Transparan ........... 37 13 Perhitungan Nilai Tambah .................................................................. 50

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1 Reaksi Saponifikasi dan Netralisasi ..................................................... 10 2 Minyak Jarak Pagar .............................................................................. 23 3 Sabun Transparan Dengan Kandungan Minyak Jarak 0,2,5 Dan 8% .. 25 4 Diagram Kotak Garis yang Menggambarkan Hubungan Antara

    Konsentrasi Minyak Jarak dan Kadar Air Dalam Sabun Transparan ... 27

    5 Diagram Kotak Garis yang Menggambarkan Hubungan Antara Konsentrasi Minyak Jarak dan Jumlah Asam Lemak Dalam Sabun Transparan ............................................................................................ 30

    6 Diagram Kotak Garis yang Menggambarkan Hubungan Antara Konsentrasi Minyak Jarak dan Alkali Bebas Dalam Sabun Transparan ............................................................................................ 32

    7 Diagram Kotak Garis yang Menggambarkan Hubungan Antara Konsentrasi Minyak Jarak dan Fraksi Tak Tersabunkan Dalam Sabun Transparan ................................................................................. 34

    8 Diagram Kotak Garis yang Menggambarkan Hubungan Antara Konsentrasi Minyak Jarak dan Nilai Absorbansi Dalam Sabun Transparan ............................................................................................ 36

    9 Diagram Kotak Garis yang Menggambarkan Hubungan Antara Konsentrasi Minyak Jarak dan Stabilitas Busa Dalam Sabun Transparan ............................................................................................ 38

    10 Hasil Uji Hedonik Terhadap Kesan Bau Sabun Transparan ................ 40 11 Hasil Uji Hedonik Terhadap Penampakan Sabun Transparan ............. 42 12 Hasil Uji Hedonik Terhadap Kesan Di Kulit Sabun Transparan.......... 43 13 Hasil Uji Hedonik Terhadap Pembusaan Sabun Transparan ................ 45 14 Hasil Uji Hedonik Terhadap Tekstur Sabun Transparan...................... 46 15 Hasil Uji Hedonik Terhadap Transparansi Sabun Transparan ............. 47 16 Penentuan Sabun Terbaik Berdasarkan Uji Rangking ......................... 48

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1 Diagram Alir Tahap Penelitian .......................................................... 60 2 Prosedur Analisis Sifat Fisikokimia Minyak Jarak Pagar .................... 61 3 Diagram Alir Pembuatan Sabun Transparan........................................ 65 4 Prosedur Analisis Fisiko Kimia Sabun Transparan ............................. 66 5 Data Hasil Analisis Minyak Jarak Pagar .............................................. 68 6 Hasil Analisis Kadar Air dan Zat Menguap ......................................... 69 7 Hasil Analisis Ragam Terhadap Kadar Air dan Zat Menguap ............ 70 8 Hasil Uji Beda Dengan Uji Tukey Untuk Kadar Air dan Zat

    Menguap ............................................................................................... 71

    9 Hasil Analisis Jumlah Asam Lemak .................................................... 72 10 Hasil Analisis Ragam Terhadap Jumlah Asam Lemak ........................ 72 11 Hasil Analisis Jumlah Alkali Bebas ..................................................... 73 12 Hasil Analisis Ragam Terhadap Jumlah Alkali Bebas ........................ 73 13 Hasil Analisis Fraksi Tak Tersabunkan ............................................... 74 14 Hasil Analisis Ragam Terhadap Fraksi Tak Tersabunkan ................... 75 15 Hasil Uji Beda Dengan Uji Tukey untuk Fraksi Tak Tersabunkan ..... 76 16 Hasil Analisis Kejernihan .................................................................... 77 17 Hasil Analisis Ragam Terhadap Kejernihan ........................................ 78 18 Hasil Uji Beda dengan Uji Tukey Untuk Kejernihan .......................... 79 19 Hasil Analisis Stabilitas Busa .............................................................. 80 20 Hasil Analisis Ragam Terhadap Stabilitas Busa .................................. 81 21 Hasil Analisis Minyak Mineral ............................................................ 81 22 Lembar Penilaian Uji Organoleptik ..................................................... 82 23 Hasil Uji Organoleptik Terhadap Kesan Bau ...................................... 83 24 Hasil Uji Friedman untuk Kesan Bau .................................................. 84 25 Hasil Uji Organoleptik Terhadap Penampakan ................................... 85 26 Hasil Uji Friedman untuk Penampakan ............................................... 86 27 Hasil Organoleptik Terhadap Kesan di Kulit ....................................... 87 28 Hasil Uji Friedman untuk Kesan di Kulit ............................................ 88 29 Hasil Uji Organoleptik Terhadap Kesan Busa (Pembusaan) ............... 89 30 Hasil Uji Friedman untuk Kesan Busa (Pembusaan) ........................... 90

  • xvi

    31 Hasil Uji Organoleptik Terhadap Kekerasan Sabun ............................ 91 32 Hasil Uji Friedman untuk Kekerasan Sabun ........................................ 92 33 Hasil Uji Organoleptik terhadap Kejernihan Sabun (Transparansi) ..... 93 34 Hasil Uji Friedman untuk Kejernihan Sabun (Transparansi) ............... 94 35 Hasil Rangking Sabun Transparan ....................................................... 95 36 Hasil Uji Friedman untuk Rangking Sabun Transparan ....................... 96

  • 1 P E N D A H U L U A N

    1.1. Latar Belakang

    Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn) telah dikenal luas oleh

    masyarakat Indonesia sebagai pembatas sekeliling rumah atau pagar, dan pohon

    ini merupakan tanaman yang umum yang dapat ditemui dipekarangan rumah.

    Hampir seluruh bagian tanaman jarak pagar mengandung zat yang dapat

    diambil manfaatnya. Daun, getah dan minyak jarak pagar adalah bagian tanaman

    yang sering diambil manfaatnya. Minyak jarak sangat baik digunakan untuk

    minyak urut atau minyak pijat untuk bagian tubuh yang terkilir, mengurangi

    pembengkakan, obat gatal kulit termasuk koreng, jamur, bisul dan luka berdarah.

    Daun jarak digunakan untuk meredakan demam tinggi pada anak, sakit perut,

    diare, dan sebagai obat pencahar untuk mengatasi sembelit. Getah jarak bersifat

    antimikroba dan dapat digunakan untuk mengatasi sakit gigi karena gigi

    berlubang. (Ahira, 2011)

    Minyak jarak pagar yang dimanfaatkan dalam bentuk mentah (tanpa olahan)

    terlihat kurang menarik dan nilai tambahnya masih kecil. Salah satu usaha yang

    dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah minyak jarak pagar adalah

    mengkonversi minyak menjadi sabun, terutama sabun transparan. Sabun

    transparan memiliki keunggulan penampilan yang lebih menarik bila

    dibandingkan dengan sabun opaque ataupun sabun translucent dengan kualitas

    lain yang sebanding.

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kagagalan pertanian buah jarak di

    Subang, Jawa Barat dikarenakan biaya tanam lebih mahal bila dibandingkan

    dengan harga jualnya. Hal ini menyebabkan harga minyak jarak pagar relatif lebih

    mahal untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar, untuk itu diperlukan solusi

    alternatif pemanfaatan lainnya yang memiliki nilai tambah yang lebih besar.

    Alternatif yang mungkin dilakukan adalah dengan membuat sabun transparan dari

    minyak jarak pagar, hanya saja belum diketahui berapa kadar minyak jarak pagar

    dalam sabun transparan untuk mendapatkan karekteristik yang baik. Minyak jarak

    yang digunakan berasal dari petani yang ada di Subang Jawa Barat. Minyak yang

  • 2

    digunakan adalah minyak jarak yang masih kasar. Hal ini dikarenakan teknologi

    pemurnian minyak sulit dilakukan di tingkat petani.

    Penelitian tentang sabun transparan telah banyak dilakukan. Kajian tentang

    pengaruh konsentrasi sukrosa dan asam sitrat terhadap mutu sabun transparan

    telah dilakukan oleh Purnamawati (2006). Dari hasil kajiannya diperoleh

    informasi bahwa konsentrasi sukrosa 13% dan asam sitrat 5% merupakan

    konsentrasi terbaik untuk menghasilkan sabun transparan. Fitriati (2007)

    menambahkan ekstrak lengkuas pada formula sabun transparan. Sabun yang

    dihasilkan memiliki daya anti jamur terhadap jamur penyebab penyakit kulit yaitu

    Microsporum canis dan Tricophyton mentagrophytes. Lebih lanjut, dia

    menyatakan bahwa sabun dengan ekstrak lengkuas 1% mampu menghambat

    pertumbuhan kedua jamur ini pada tingkat pengenceran 3000 ppm. Untuk

    meningkatkan kualitas sabun transparan Sinatrya (2009) melakukan kajian sifat

    organoleptik dan cemaran mikroba sabun transparan dengan penambahan madu.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan madu tidak mempengaruhi

    jumlah mikroba yang terdapat dalam sabun transparan selama 45 hari

    penyimpanan

    Pase (2008) melaporkan bahwa minyak jarak memiliki karakteristik

    aktivitas antimikroba yang lebih baik bila dibandingkan dengan minyak kelapa

    dan campuran minyak jarak- minyak kelapa. Mikroba uji yang digunakan adalah

    Streptococcus aureus dan Echeria coli. Pase (2008), menyatakan bahwa

    penambahan khitosan dalam formula sabun dari minyak jarak dapat memperbaiki

    struktur sabun yang dihasilkan. Kemudian Masri (2009) melakukan pembuatan

    sabun opaq dari minyak jarak dengan penambahan tepung tapioka sebagai bahan

    pengisi. Penambahan tapioka dapat meningkatkan kekerasan sabun transparan dan

    strukstur sabun secara keseluruhan.

    Sabun umumnya dibuat melalui reaksi saponifikasi antara asam lemak

    dengan basa kuat. Perbedaan jenis asam lemak sebagai penyusun minyak atau

    lemak (trigliserida) akan memberikan perbedaan pada karakteristik produk sabun

    yang dihasilkan dari proses saponifikasi. Minyak dengan kandungan asam lemak

    rantai pendek dan ikatan tak jenuh akan cenderung menghasilkan sabun cair,

    sedangkan minyak dengan kandungan asam lemak rantai panjang dan ikatan jenuh

  • 3

    akan cenderung menghasilkan sabun yang tidak larut pada suhu kamar (padat).

    Yui (1996) menyatakan bahwa secara umum minyak dengan asam lemak rantai

    karbon kurang dari 12 tidak diinginkan karena akan menghasilkan sabun yang

    dapat menyebabkan iritasi terhadap kulit. Minyak dengan asam lemak rantai atom

    karbon yang panjang akan membentuk sabun yang tidak mudah larut. Demikian

    pula semakin besar proporsi asam-asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan

    sabun yang mudah berubah karena proses oksidasi dengan udara di atmosfir.

    Salah satu minyak yang dapat digunakan untuk membuat sabun adalah minyak

    jarak pagar. Menurut Gubitz et al., (1999), minyak jarak pagar memiliki

    kandungan asam lemak dominan berupa asam lemak oleat (34,3 45,8 persen) dan

    asam lemak linoleat (29,0 44,2 persen).

    Pemanfaatan minyak jarak pagar menjadi sabun transparan akan

    meningkatkan nilai tambah minyak jarak pagar. Dengan demikian, diharapkan

    secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan petani. Selain itu,

    pembuatan sabun dari minyak jarak pagar juga dapat dipandang sebagai solusi

    alternatif untuk mengatasi kendala pelaksanaan program pemerintah dalam

    pengembangan biodiesel dari jarak pagar.

    1.2. Tujuan Penelitian

    a. Mengetahui pengaruh konsentrasi minyak jarak dalam formula terhadap

    perubahan sifat fisikokimia sabun transparan yang dihasilkan seperti kadar air

    dan zat menguap, kadar alkali bebas, kadar asam lemak bebas, jumlah asam

    lemak.

    b. Mendapatkan informasi mengenai preferensi konsumen terhadap sabun

    transparan dengan parameter bau, warna, kesan di kulit, busa, kekerasan dan

    kejernihan sabun transparan.

    c. Meningkatkan nilai tambah minyak jarak pagar dengan cara membuat sabun

    dari jarak pagar.

  • 4

    1.3. Hipotesis

    a. Konsentrasi minyak jarak dalam formula sabun memberikan pengaruh terhadap

    perubahan sifat fisiko kimia sabun transparan yang dihasilkan seperti kadar air,

    kadar alkali bebas,dan kadar asam lemak bebas.

    b. Konsentrasi minyak jarak pagar berpengaruh terhadap penerimaan konsumen

    terhadap produk sabun transparan.

    c. Pembuatan sabun transparan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah

    minyak jarak pagar.

    .

    1.4. Ruang lingkup Penelitian

    Kegiatan penelitian yang telah dilakukan meliputi:

    1. Analisis sifat fisikokimia minyak jarak pagar

    2. Formulasi sabun transparan dengan menggunakan minyak jarak pagar sebagai

    bahan baku.

    3. Analisis sifat fisikokimia sabun transparan yang dihasilkan.

    4. Pengujian preferensi konsumen (uji hedonik) menggunakan uji organoleptik

    5. Analisis nilai tambah produk.

    1.5. Waktu dan Tempat

    Penelitian dilakukan mulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan

    Januari 2011 di Laboratorium Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC)-

    LPPM-IPB.

  • 2 T I N J A U A N P U S T A K A

    2.1. Jarak Pagar

    Jarak pagar (Jatropha curcas Linn) telah lama dikenal masyarakat luas di

    Indonesia sejak dikenalkan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942. Tanaman ini

    merupakan tanaman tahunan yang mempunyai potensi untuk menghasilkan

    minyak nabati. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh hampir di semua wilayah

    Indonesia, termasuk daerah marjinal. Jarak pagar tumbuh di dataran rendah

    sampai ketinggian sekitar 1000 m dpl (Waluyo, 2007). Menurut Syah (2006),

    tanaman ini tahan kekeringan dan dapat tumbuh di tempat dengan curah hujan

    200-1500 mm/tahun. Suhu optimum yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman

    jarak adalah 20-26 o

    Secara taksonomi, tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaccae,

    genus Jatropha, spesies curcas L. Tanaman jarak pagar termasuk tanaman semak

    besar, berbentuk pohon kecil atau belukar dengan tinggi mencapai 5 m, dapat

    hidup sampai dengan 50 tahun, berbatang kayu berbentuk silindris, cabang tidak

    teratur dan bergetah, bentuk daun menjari yang tersusun berselang-seling.

    Menurut Faradisa et al., (2006) tanaman jarak pagar satu famili dengan karet dan

    ubi kayu dengan tinggi tanaman mencapai 1-7 m, termasuk jenis perdu yang

    memiliki percabangan yang tidak teratur.

    C. Tanaman jarak memiliki sistem perakaran yang mampu

    menahan air sehingga tahan terhadap kekeringan. Tanaman ini dapat tumbuh di

    atas tanah berpasir, tanah berbatu, tanah lempung, atau tanah liat.

    Tanaman jarak pagar mulai berbuah dan dapat dipanen sejak berumur 5

    bulan sampai umur 50 tahun dengan produktivitas optimum dicapai ketika

    tanaman telah berumur 5 tahun. Menurut Hambali et al., (2006), tanaman jarak

    pagar menghasilkan biji yang memiliki kandungan minyak cukup tinggi, yaitu

    sekitar 30-50 %.

    Jarak pagar memiliki buah yang terdiri dari daging buah, cangkang biji dan

    inti biji. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat, diameter 2 4 cm, berwarna

    hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak terbagi tiga ruang

    yang masing-masing ruang diisi tiga biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan warna

    coklat kehitaman. Inti biji merupakan sumber bagian yang menghasilkan minyak

  • 6

    dengan proses awal ekstraksi. Kandungan minyak yang terdapat dalam biji, baik

    cangkang maupun buah berkisar 25-35% berat kering biji. Jarak pagar mampu

    menghasilkan 7,5-10 ton/ha/tahun tergantung dari mutu benih, agroklimat, tingkat

    kesuburan tanah dan pemeliharaan (Hambali et al., 2006). Sebagai perhitungan

    kasar produksi minyak jarak mentah, Crude Jatropha Oil (CJO), dari 1 ton biji

    kering maka dapat diperoleh minyak hasil ekstraksi sebesar 250-270 kg minyak

    jarak. Minyak jarak pagar berwujud cairan bening berwarna kuning dan tidak

    menjadi keruh sekalipun disimpan dalam jangka waktu lama (Hambali et al.,

    2006).

    2.2. Minyak Jarak Pagar

    Ekstraksi minyak jarak dari biji jarak dapat dilakukan dengan metode

    pengepresan (pressing) dan ekstraksi pelarut (solvent extraction). Pada umumya

    metode pengepresan dilakukan dengan menggunakan pengepres hidrolik atau

    pengepres berulir. Walaupun relatif lebih sederhana, metode pengepresan

    menghasilkan ampas yang masih mengandung minyak sebesar 7-10 %, sedangkan

    metode ekstraksi pelarut mampu memisahkan minyak secara optimal, hingga

    kandungan minyak pada ampas kurang dari 0,1 % berat keringnya (Syah, 2006).

    Walaupun demikian, metode pengepresan merupakan metode yang umum

    digunakan dalam ekstraksi minyak jarak. Metode pengepresan merupakan metode

    terbaik untuk biji-bijian yang mengandung minyak sebesar 30-70 %.

    Alat pengepres yang umum digunakan ada dua tipe, yaitu tipe batch dan tipe

    kontinyu. Alat pengepres yang umum dijumpai pada umumnya bekerja dengan

    mekanisme press hidrolik untuk tipe batch, dan screw press (alat pengepres

    berulir) untuk tipe kontinyu. Teknik pengepresan biji jarak dengan menggunakan

    ulir (screw) merupakan teknologi yang lebih maju dan banyak digunakan di

    industri pengolahan minyak jarak saat ini. Dengan cara ini, biji jarak dipress

    menggunakan pengepresan berulir (screw) yang berjalan secara kontinyu. Teknik

    ekstraksi ini tidak memerlukan perlakuan pendahuluan bagi biji jarak yang akan

    diekstraksi. Biji jarak kering yang akan diekstraksi dapat langsung dimasukkan

    ke dalam screw press. Tipe alat pengepres berulir yang digunakan dapat berupa

    pengepres berulir tunggal (single screw press) atau pengepres berulir ganda (twin

  • 7

    screw press). Rendemen minyak jarak yang dihasilkan dengan teknik pengepres

    berulir tunggal (single screw press) sekitar 25 - 27 persen, sedangkan dengan

    teknik pengepres berulir ganda (twin screw press) dihasilkan rendemen minyak

    sekitar 27 - 30 persen (Hambali et al., 2006).

    Umumnya, minyak hasil pengepresan masih memiliki nilai asam lemak

    bebas (FFA) yang tinggi. Untuk menurunkan kadar asam lemak bebas tersebut,

    maka dilakukan proses degumming, kandungan fosfolipid dalam minyak

    dihilangkan serta dilakukan pencucian dengan air panas dan penambahan asam

    fosfat atau asam sitrat. Dari hasil penelitian yang dilakukan Qazuini dan Saloko

    (2008) diketahui bahwa pencucian dengan air panas yang selanjutnya dikocok

    selama 30 detik dapat menurunkan kadar asam lemak bebas dari 17,49% menjadi

    0,71%.

    Dari seluruh bagian tanaman jarak pagar, biji jarak pagar memiliki

    kandungan minyak tertinggi. Senyawa kimia yang terkandung dalam biji jarak

    pagar antara lain: alkaloida, saponin, tripsin dan sejenis protein beracun (kursin).

    Menurut Gubitz et al., (1999) biji jarak mengandung 35-45 % minyak yang

    terdiri dari berbagai trigliserida asam oleat, linoleat, dan linolenat. Komposisi

    asam lemak minyak jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Komposisi asam lemak minyak jarak

    Asam lemak Komposisi (% berat)

    Asam miristat (14:0) 0 0,1

    Asam palmitat (16:0) 14,1 15,3

    Asam palmitoleat (16:1) 0 1,3

    Asam stearat (18:0) 3,7 9,8

    Asam oleat (18:1) 34,3 45,8

    Asam linoleat (18:2) 29,0 44,2

    Asam linolenat (18:3) 0 0,3

    Asam arakhidat (20:0) 0 0,3

    Asam behenat (22:0) 0 0,2

    Sumber : Gubitz et al.,(1999).

  • 8

    Karakteristik suatu sabun sangat dipengaruhi oleh karakteristik minyak yang

    dipakai. Tiap-tiap minyak juga memiliki jenis asam lemak yang dominan. Asam-

    asam lemak inilah yang nantinya akan menentukan karakteristik dari sabun yang

    dihasilkan. Asam laurat dan palmitat banyak ditemukan pada minyak kelapa dan

    minyak kelapa sawit, yang merupakan bahan baku yang biasa digunakan dalam

    pembuatan sabun. Asam oleat dan stearat ditemukan secara dominan pada minyak

    atau lemak hewan dan memberikan efek melembutkan. Asam palmitat dan stearat

    memberikan sifat mengeraskan/memadatkan sabun dan menghasilkan busa yang

    stabil dan lembut. Hubungan antara asam lemak dan karakteristik sabun yang

    dihasilkan diperlihatkan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Hubungan antara asam lemak dan karakteristik sabun

    Jenis asam

    lemak

    Karakteristik sabun

    Keras Bersih Busa

    lembut

    Lembab Busa

    stabil

    Asam laurat Asam Linoleat Asam miristat Asam Oleat Asam Palmintat Asam Ricinoleat Asam Stearat Sumber : Cavitch (2001)

    2.3. Sabun

    Cavitch (2001) menjelaskan bahwa sabun adalah produk yang dihasilkan

    dari reaksi antara asam lemak dengan basa kuat. Sementara itu, sabun yang

    didalam SNI (1994) disebut sebagai sabun mandi didefinisikan sebagai sabun

    natrium yang pada umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan

    digunakan untuk membersihkan tubuh dan tidak membahayakan kesehatan. Yui

    (1996) mengatakan bahwa sabun adalah senyawa garam dari asam

    monokarboksilat rantai panjang (C12-C18) dengan logam alkali yang umumnya

    berupa natrium. Fungsi utama sabun mandi adalah mengangkat kotoran, sel-sel

  • 9

    kulit mati, mikroorganisme dan bau badan. Sabun dapat mengangkat kotoran dari

    kulit karena sabun memiliki dua gugus yang berbeda kepolarannya dalam satu

    molekulnya, yaitu gugus polar dan gugus non polar. Gugus non polar adalah

    gugus yang bersifat hidrofobik yang mengikat kotoran berupa lemak pada kulit,

    sedangkan gugus polar adalah gugus yang bersifat hidrofilik sehingga jika dibilas

    dengan air maka kotoran yang terikat gugus nonpolar akan terbawa air bilasan.

    (Wiliam et al., 1998). Secara umum, panjang rantai atom karbon dalam trigliserida (minyak) yang

    kurang dari 12 adalah tidak diinginkan, karena reaksi penyabunan minyak tersebut

    akan menghasilkan sabun yang dapat menyebabkan iritasi kulit. Panjang rantai

    atom karbon yang lebih dari 20 dalam minyak akan membentuk sabun yang tidak

    mudah larut dalam air. Selain itu, semakin besar proporsi asam-asam lemak tidak

    jenuh dalam minyak akan menghasilkan sabun yang tidak stabil karena proses

    sifat asam lemak tidak jenuh yang mudah teroksidasi. Minyak atau lemak yang

    dapat digunakan sebagai bahan sabun adalah lemak sapi, grease, lemak babi,

    minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak inti sawit, minyak ikan, minyak

    zaitun, minyak kacang, minyak jagung dan lain sebagainya (Yui, 1996).

    Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sabun

    opaque, sabun transparan dan sabun translusen. Ketiga jenis sabun tersebut

    dapat dibedakan dengan mudah dari penampakannya. Sabun opaque adalah jenis

    sabun yang biasa digunakan sehari-hari yang berbentuk kompak dan tidak

    tembus cahaya; sabun transparan merupakan sabun yang paling banyak

    meneruskan cahaya jika pada batang sabun dilewatkan cahaya; sedangkan sabun

    translucent merupakan sabun yang sifatnya berada di antara sabun transparan dan

    sabun opaque. Sabun transparan mempunyai harga yang relatif lebih mahal dan

    umumnya digunakan oleh kalangan menengah atas (Jungermann, 1990).

    2.4. Sabun Transparan

    Sabun transparan adalah sabun yang memiliki tingkat transparansi paling

    tinggi. Ia memancarkan cahaya yang menyebar dalam partikel-partikel kecil,

    sehingga obyek yang berada dibelakang sabun akan terlihat jelas. Obyek dapat

    terlihat jelas hingga berjarak sampai panjang enam cm (Paul, 2007).

  • 10

    Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara yang berbeda.

    Salah satu metode yang tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam

    alkohol dengan pemanasan untuk membentuk larutan jernih, yang kemudian

    diberi pewarna dan pewangi. Warna sabun tergantung pada pemilihan bahan awal

    dan bila tidak digunakan bahan yang bermutu baik, kemungkinan sabun yang

    dihasilkan akan berwarna sangat kuning (Butler, 2001).

    2.5. Proses Pembuatan Sabun Sabun dapat dibuat melalui reaksi saponifikasi (penyabunan) dan reaksi

    netralisasi. Pada reaksi saponifikasi, sabun dihasilkan dari proses hidrolisis

    minyak/lemak oleh alkali dengan sedikit hasil samping berupa gliserin. Pada

    reaksi netralisasi, sabun dihasilkan oleh reaksi asam lemak secara langsung

    dengan alkali (Mitsui, 1997). Pada Gambar 1 berikut diperlihatkan persamaan

    reaksi saponifikasi minyak/lemak dan netralisasi asam lemak.

    (C17H35COO)3C3H5) + 3NaOH 3C17H35COONa +

    C3H5(OH)3 Minyak/lemak Basa Sabun Gliserin

    ...(1)

    RCOOH + NaOH RCOONa + H2Asam lemak Basa Sabun Air

    O.(2)

    Gambar 1. Reaksi saponifikasi dan netralisasi (Mitsui, 1997)

    Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat, karena minyak dan larutan

    alkali merupakan larutan yang tidak saling larut (immiscible). Setelah terbentuk

    sabun, maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan

    bersifat sebagai reaksi autokatalitik, dan pada akhirnya kecepatan reaksi akan

    menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.

    Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus

    diperhatikan pada saat penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas

    yang berlebihan. Pada proses penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH atau

    NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi untuk

  • 11

    menghasilkan sabun cair. Untuk membuat proses yang lebih sempurna dan

    merata, maka pengadukan harus lebih baik. Sabun cair yang diperoleh kemudian

    diasamkan untuk melepaskan asam lemaknya (Levenspiel, 1999). Ada beberapa

    faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain:

    1. Konsentrasi larutan KOH/NaOH

    Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan

    kesetimbangan reaksinya, dan penambahan basa harus sedikit

    berlebih dari minyak agar tersabunnya sempurna. Jika basa yang

    digunakan terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada

    larutan, sehingga fasenya tidak homogen, sedangkan jika basa yang

    digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang

    lebih lama.

    2. Suhu (T)

    Ditinjau dari segi termodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan

    hasil, hal ini dapat dilihat dari persamaan Van`t Hoff :

    Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (H negatif),

    maka dengan kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K

    (konstanta keseimbangan), tetapi jika ditinjau dari segi kinetika,

    kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Hal ini dapat dilihat

    dari persamaan Arhenius berikut ini (Smith, 2001):

    Dalam hubungan ini, k adalah konstanta kecepatan reaksi, A adalah

    faktor tumbukan, E adalah energi aktivasi (cal/g.mol), T adalah suhu

    (K), dan R adalah tetapan gas ideal (cal/g.mol.K). Berdasarkan

    persamaan tersebut, maka dengan adanya kenaikan suhu berarti harga

    k (konstanta kecepatan reaksi) bertambah besar. Jadi pada kisaran

    suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya

    menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan

    suhu telah melebihi suhu optimumnya, maka akan menyebabkan

  • 12

    pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan reaksi K

    akan turun yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi atau dengan

    kata lain hasilnya akan menurun. Turunnya harga konstanta

    keseimbangan reaksi oleh naiknya suhu merupakan akibat dari reaksi

    penyabunan yang bersifat eksotermis (Levenspiel, 1999).

    3. Pengadukan

    Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan

    molekul-molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul

    reaktan semakin besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin

    besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan Arhenius dimana

    konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin

    sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A

    (Levenspiel, 1999).

    4. Waktu

    Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula

    minyak yang dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga

    semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah mencapai kondisi

    setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah

    minyak yang tersabunkan.

    Menurut Srivastava (1980) untuk keperluan pembuatan sabun transparan

    dibutuhkan bahan berupa minyak kelapa, lemak sapi murni, asam stearat dan

    minyak cair. Berdasarkan hasil penelitian sabun transparan yang dibuat minyak

    jarak memiliki mutu tinggi, namun memiliki kekurangan yaitu sabun terkesan

    lengket/lembab dan wangi sabun yang lekas hilang.

    2.6. Bahan Tambahan Sabun

    Mitsui (1997) menyebutkan bahwa sabun transparan biasanya terdiri atas

    soda garam, yaitu garam kalium dan garam TEA. Untuk pembuatan sabun mandi,

    bahan baku yang umum digunakan adalah lemak sapi, minyak kelapa dan minyak

    zaitun. Pereaksi yang umum digunakan adalah alkali yang bersifat basa yaitu

    NaOH atau KOH. Selain digunakan bahan baku, juga digunakan bahan tambahan

    berupa propilen glikol, gliserin, gula, etil alkohol dan bahan lain yang dapat

  • 13

    meningkatkan mutu sabun transparan. Bahan baku sabun adalah bahan yang

    memiliki sifat utama sabun yaitu membersihkan dan menurunkan tegangan

    antarmuka minyak-air. Bahan tambahan berfungsi untuk memberi efek-efek

    tertentu yang umumnya diinginkan konsumen seperti efek melembutkan kulit,

    melembabkan kulit (humektan), antiseptik, harum/wangi dan sebagainya serta

    meningkatkan mutu sabun secara umum.

    Natrium hidroksida yang dihasilkan melalui elektrolisis larutan NaCl

    digunakan dalam pembersihan minyak tanah dan dalam pembuatan sabun, tekstil,

    plastik dan bahan kimia lainnya (Petrucci, 1985). Natrium hidoksida sering

    disebut sebagai kaustik atau soda api. NaOH dapat berbentuk batang, gumpalan

    dan bubuk dan dengan cepat menyerap kelembaban kulit (Poucher, 2001).

    Cavitch (2001) menjelaskan bahwa NaOH sangatlah reaktif baik pada

    kondisi padatan kering maupun larutan. Serpihan kecil saja dapat membuat kulit

    perih. Percikan larutan NaOH dapat membuat kulit perih dan mengalami

    kebutaan. NaOH haruslah disimpan pada tempat yang aman dan dibungkus rapat,

    jika dibiarkan pada keadaan terbuka, maka NaOH akan menyerap air dan

    mengeras menjadi seperti batu. NaOH dalam bentuk cair akan lebih mudah

    bercampur dengan minyak yang akan digunakan sebagai bahan dasar sabun

    dibandingkan dengan NaOH dalam bentuk padatan. Cavitch (2001) menjelaskan

    bahwa pembuatan larutan NaOH ialah dengan memasukkan NaOH padat ke

    dalam air destilasi dan bukan sebaliknya. NaOH padat yang dimasukkan ke dalam

    air akan memisah menjadi ion-ion natrium (Na+) dan ion-ion hidroksida (OH-)

    yang prosesnya disebut dengan ionisasi dan akan melepaskan panas. Hasilnya

    ialah ion-ion (Na+) dan (OH-

    Propilen glikol adalah senyawa yang dikenal juga dengan nama propana-

    1,2-diol dan merupakan senyawa organik. Propilen glikol memiliki rumus

    C

    ) yang siap untuk bereaksi.

    3H8O2.

    Humektan seperti gliserin membantu mencegah kulit dari kekeringan

    berlebihan setelah penggunaan sabun. Pengeringan kulit secara berlebihan dapat

    Sifat fisik propilen glikol adalah tidak berbau manis. Propilen glikol

    dalam dunia kosmetik digunakan sebagai pelarut yang mengandung pelembut dan

    pelembab. Pada komposisi yang tepat, penggunaan propilen glikol tidak

    membahayakan (Anonim, 2011).

  • 14

    menyebabkan kulit menjadi kasar, kemerahan, pecah-pecah, iritasi dan gatal-gatal,

    khusus nya pada kulit yang sensitif (Rahul et al., 2001). Gliserin telah lama

    digunakan sebagai humektan dan sampai sekarang masih digunakan secara luas.

    Gliserin dapat dihasilkan dari proses pembuatan biodiesel.

    Natrium klorida (NaCl) merupakan garam yang digunakan dalam

    pembuatan sabun harus bebas dari unsur besi, kalsium, dan magnesium. Garam

    dapat digunakan dalam bentuk butiran halus atau larutan (Srivastava, 1980).

    Natrium klorida merupakan elektrolit yang digunakan sebagai peningkat

    kekentalan pada konsentrasi yang tepat (William et al., 1996).

    2.7. Formulasi Sabun Pembuatan sabun transparan memerlukan bahan baku murni dengan warna

    yang minimum agar menjamin sabun tampak transparan pada produk akhirnya.

    Lemak sapi, minyak sawit yang telah dimurnikan, minyak kelapa dan minyak

    jarak umumnya digunakan sebagai bahan baku sabun. Poliglikol seperti gula,

    gliserin dan alkohol sering digunakan untuk membantu meningkatkan transparansi

    sabun (Yui, 1996). Proporsi bahan yang seimbang akan menghasilkan sabun

    transparan yang bermutu tinggi (Srivastava, 1980; Corredoira et al., 1996).

    Menurut Badenberg et al., (1999), sabun transparan dapat dibuat

    menggunakan formula 15-25% (bobot) minyak kelapa atau minyak inti sawit, 0,6-

    2% NaCl dan 7-20% alkohol. Proses pencampuran pada pembuatan sabun

    transparan membutuhkan proses mekanis dan perlakuan yang intensif, sehingga

    efek transparansi sabun lebih permanen.

    Menurut Willcox (1998) sabun mandi umumnya mengandung emolien

    (emolien, bahan pelembut). Emolien digunakan agar sabun tidak hanya memberi

    efek membersihkan saja, tetapi juga memiliki efek melembutkan kulit. Dengan

    demikian, emolien dapat mengurangi kemungkinan terjadinya iritasi kulit.

    2.8. Uji Organoleptik Penilaian dengan indra disebut penilaian organoleptik atau penilaian

    sensorik merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif, Stone dan Sidel

    (1993) menyatakan bahwa penilaian sensori itu untuk menganalisi dan

  • 15

    menginterpretasikan penilaian melalui indra, yaitu indra penglihatan, indra

    penciuman, indra pendengaran, indra perasa, dan indra pengecap

    Penilaian dengan indra banyak digunakan untuk meneliti mutu komoditi

    hasil pertanian dan makanan. Penilaian cara ini banyak disenangi karena dapat

    dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Kadang-kadang penilaian ini dapat

    memberikan hasil penelitian yang teliti. Dalam beberapa hal penilaian dengan

    indra bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitif.

    Cara-cara pengujian organoleptik dapat digolongkan dalam beberapa

    kelompok antara lain: kelompok pengujian pembedaan (different test), kelompok

    pengujian pemilihan/penerimaan (preference test/acceptance test), kelompok

    pengujian skalar, dan kelompok pengujian diskripsi. Kelompok uji pembedaan

    dan uji pemilihan banyak digunakan dalam penelitian analisis proses dan

    penilaian hasil akhir. Kelompok uji skalar dan uji deskripsi banyak digunakan

    dalam pengawasan mutu (Quality Control).

    Hal penting dalam uji pemilihan dan uji skala adalah diperlukannya

    sampel pembanding. Yang perlu diperhatikan bahwa yang terutama dijadikan

    faktor pembanding adalah satu atau lebih sifat sensorik dari bahan pembanding

    itu. Jadi sifat lain yang tidak dijadikan faktor pembanding harus diusahakan sama

    dengan contoh yang diujikan. Biasanya yang digunakan sebagai sampel

    pembanding adalah komoditi baku, komoditi yang sudah dipasarkan, atau bahan

    yang telah diketahui sifatnya.

    2.9. Analisis Nilai Tambah Menurut Gaspersz (1999), aktifitas produksi bukan hanya merubah satuan

    input menjadi output, tetapi ada aktifitas penambahan nilai tambah yang dilakukan

    oleh para pelaku industri dan komponennya. Proses pembuatan sabun transparan

    dari minyak jarak pagar adalah salah satu proses peningkatan nilai tambah minyak

    jarak pagar menjadi sabun transparan, proses penambahan nilai tambah tersebut

    diharapkan ada kenaikan nilai dari minyak jarak menjadi produk sabun transparan.

    Analisis nilai tambah produk dapat dihitung dengan menggunakan metode

    Hayami (1987), dalam metode tersebut disebutkan bahwa untuk menambah nilai

    tambah suatu produk terdapat tiga komponen pendukung yaitu: faktor konversi

  • 16

    yang menunjukan output persatuan input, faktor tenaga kerja dan faktor nilai

    produk. Menurut Clara (2008), metode hayami ini cocok sekali untuk produk-

    produk pertanian.

    Tabel 3. Model perhitungan metode Hayami (1987)

    1. Output, input, harga Kode 1 Output (Kg) A 2 Input Bahan Baku (Kg) B 3 Input Tenaga kerja (jam/hari) C 4 Faktor konversi D= A/B 5 Koefisien Tenaga Kerja E=C/B 6 Harga Produk (Rp/Kg) F 7 Upah Rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) G

    2. Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga Input bahan baku (Rp/Kg) H

    9 Sumbangan Input lain (Rp/Kg bahan baku) I 10 Produk J= D x F 11 a. Nilai tambah (Rp/Kg) K=J-H-I

    b. Rasio nilai tambah (%) L%=(K/J).100%

    12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) M=E x G

    b. Bagian Tenaga Kerja (%) N%=(M/K).100%

    13 a. Keuntungan (Rp/Kg) O=K-M

    b. Tingkat Keuntungan (%) P%=(O/J).100%

  • 3 B A H A N D A N M E T O D E

    Penelitian yang telah dilakukan menitikberatkan pada proses pembuatan

    sabun transparan menggunakan bahan baku minyak jarak pagar. Penelitian ini

    dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi minyak jarak pagar terhadap

    kualitas sabun yang dihasilkan. Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui

    preferensi konsumen terhadap sabun transparan. Analisis nilai tambah dilakukan

    untuk mengetahui nilai tambah minyak jarak ketika ditambahkan pada sabun

    trasnparan. Berikut dijelaskan alat, bahan dan tahapan penelitian yang digunakan

    3.1 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini untuk membuat sabun

    transparan adalah minyak jarak pagar, NaOH, asam stearat, BHT, minyak kelapa,

    gula, propilen glikol, gliserol, dan asam sitrat. Bahan-bahan untuk analisis adalah

    KI, Na2SO3Alat-alat yang digunakan untuk membuat sabun antara lain gelas piala 500

    ml, pengaduk, pipet, sudip, gelas ukur berbagai ukuran, timbangan digital,

    cetakan, pisau, termometer, magnetic stirrer, hot plate with stirrer. Alat-alat yang

    digunakan untuk analisis sabun antara lain cawan keramik, tabung reaksi, gelas

    piala, gelas ukur, pipet, penangas air, penangas uap, timbangan digital, labu

    cassia, termometer, erlenmeyer, krus gooch, oven, hot plate with stirrer,

    desikator, dan pH meter.

    , Iodium, indicator PP, alkohol 95 %, KOH 0.1 N, HCl 0.5 N.

    3.2 Tahapan Penelitian Penelitian ini terdiri atas lima tahap. Tahap pertama adalah analisis sifat

    fisiko kimia minyak jarak pagar yang digunakan. Tahap kedua adalah pembuatan

    sabun transparan dari minyak jarak pagar. Tahap ketiga adalah analisis sifat fisiko

    kimia sabun transparan. Tahap keempat adalah uji organoleptik berupa uji

    preferensi konsumen terhadap produk (uji hedonik). Tahap kelima menghitung

    nilai tambah produk. Diagram alir yang menggambarkan tahap penelitian

    disajikan pada Lampiran 1. Berikut adalah rincian dari tahapan penelitian.

  • 18

    3.3 Penelitian Pendahuluan Penambahan minyak jarak pada sabun transparan, sangat mempengaruhi

    karekter produk sabun transparan, untuk menentukan berapa persen tambahan

    minyak jarak pada sabun agar optimal, maka perlu percobaan pendahuluan untuk

    mengetahui tingkat kesetabilan sabun transparan.

    Hal pertama dilakukan adalah dengan menentukan jumlah persentasi minyak

    jarak dalam sabun yaitu 5%, 10%, dan 15%, kemudian pada formulasi disesuaikan

    untuk kondisi minyak jarak yang ditambahkan, seperti jumlah NaOH yang

    ditambahkan pada dasar sabun. Untuk mereaksikan minyak jarak pagar diperlukan

    perhitung jumlah NaOH yang dibutuhkan maka perlu dilakukan analisis

    kandungan asam-asam lemak dalam minyak, perhitungan untuk kebutuhan NaOH

    dalam minyak jarak pagar dapat dihitung dengan menggunakan kesetimbangan

    reaksi pada penyabunan, dengan demikian dapat dihitung berapa jumlah NaOH

    yang dibutuhkan untuk menyabunkan 100 gram minyak jarak, untuk lebih

    jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

    Tabel 4. Tabulasi hitungan kebutuhan NaOH untuk menyabunkan 100 gram

    minyak jarak pagar.

    Asam Lemak Rumus Molekul BM

    BM NaOH

    Kandungana asam lemak dalam M. Jarak. *

    Kebutuhan NaOH (g)

    Asam Miristat C14H28O 228 2 40 0,10% 0,02 Asam palmintat C16H32O 256 2 40 15,00% 2,34 Asam Palmitoleat C16H30O 254 2 40 1,30% 0,20 Asam Stearat C18H36O 283 2 40 4,30% 0,61 Asam Oleat C18H34O 282 2 40 40,30% 5,42 Asam linoleat C18H32O 280 2 40 38,20% 5,76 Asam linolenat C18H30O 278 2 40 0,30% 0,04 Asam Arachidat C20H40O 312 2 40 0,30% 0,02 Asam Behenat C22H44O 340 2 40 0,20% 0,02 100,00% 14,47

    Sumber :* Gubitz,1999.

    Percobaan pembuatan sabun transparan pertama dengan merubah

    konsentrasi minyak jarak 5%, 10% dan 15% dari total. Dari hasil percobaan

    didapat, sabun dengan konsentrasi minyak jarak 15% memiliki karakteristik

  • 19

    warna sabun yang kuning kecoklatan dan agak gelap, tampilan sabun tidak

    transparan dan cenderung translucent, tekstur sabun agak lembek, dan berbau

    tengik yang menyengat. Sedangkan untuk sabun dengan konsentrasi 10%

    memiliki karakteristik agak bening walaupun masih banyak berkabut didalam

    sabunnya, tekstur sabun agak lembek, dan warna coklat kuning yang dominan,

    dengan bau tengik yang kurang enak. Sabun dengan konsentrasi minyak jarak 5%

    memiliki karekteristik lebih baik, tampilan agak kekuningan dan berwarna terang,

    sabun tidak lembek, sabun cenderung transparan, bau tidak terlalu tengik.

    Dari kesimpulan penelitian pendahuluan ini, konsentrasi 5% menjadi tolok

    ukur dalam penetapan konsentrasi minyak jarak yang akan di uji yaitu kontrol 0%

    minyak jarak, 2% kandungan minyak jarak, 5% kandungan minyak jarak dan 8%

    kandungan minyak jarak dalam sabun.

    3.4 Analisis Sifat Fisiko Kimia Minyak Jarak Pagar Tujuan dilakukannya tahap ini ialah untuk mengetahui sifat fisiko kimia

    minyak jarak pagar yang digunakan dalam membuat sabun transparan. Sifat fisiko

    kimia minyak jarak yang diuji meliputi kadar air, bilangan iod, kadar asam

    lemak bebas, bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan peroksida.

    Prosedur analisis sifat fisiko kimia minyak jarak pagar disajikan pada Lampiran 2.

    3.5 Pembuatan sabun transparan berdasarkan formula yang ditetapkan Formula untuk membuat sabun di sini berdasarkan bilangan penyabunan

    minyak dan asam lemak yang digunakan dalam formula. Minyak jarak pagar

    merupakan faktor perlakuan dalam penelitian dengan taraf perlakuan adalah 0%,

    2%, 5% dan 8% bobot sabun transparan.

    Proses pembuatan sabun dimulai dengan memanaskan campuran minyak

    jarak pagar, minyak kelapa dan asam stearat hingga mencapai suhu 70C,

    kemudian ditambahkan larutan NaOH ke dalam campuran tersebut sambil diaduk.

    Pengadukan dilakukan hingga seluruh campuran merata dan homogen. Setelah itu

    ditambahkan Propilene Glikol, Gliserol, Larutan Gula, NaCl, hingga homogen

    dan tercampur sempurna. Selama proses tersebut, lebih kurang selama 15 menit,

    suhu dijaga pada suhu 60 90 C. Terbentuknya sabun ditandai dengan

  • 20

    mengentalnya campuran minyak-NaOH menjadi seperti pasta. Kondisi ini disebut

    trace. Setelah larutan sabun dituang ke dalam cetakan, selanjutnya sabun

    didiamkan selama 24 jam (Hambali, 2006). Diagram alir proses pembuatan sabun

    transparan disajikan pada Lampiran 3.

    3.6 Analisis sifat fisiko kimia sabun transparan Analisis yang dilakukan pada sabun yang dihasilkan mengacu pada SNI

    (1994) yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Prosedur pengujian sabun

    transparan yang meliputi kadar air, asam lemak, alkali bebas, fraksi tak

    tersabunkan dan lemak mineral disajikan pada Lampiran 4.

    Tabel 5. Standar mutu sabun mandi Opaque (SNI 06-3532-1994)

    No Jenis Uji Satuan Tipe I Tipe II Superfat

    1 Kadar air dan zat

    menguap, (b/b)

    % Maks 15 Maks 15 Maks 15

    2 Jumlah asam lemak,(b/b) % > 70 64-70 > 70

    3 Alkali bebas, (b/b)

    Dihitung sebagai NaOH

    Dihitung sebagai KOH

    %

    %

    Maks 0,1

    Maks 0,14

    Maks 0,1

    Maks 0,14

    Maks 0,1

    Maks 0,14

    4 Asam lemak bebas % < 2,5 < 2,5 < 2,5

    5 Minyak mineral +/- Negatif Negatif Negatif

    3.7 Uji organoleptik

    Uji organoleptik yang digunakan adalah uji penerimaan (hedonik) dan

    merupakan bidang ilmu untuk menganalisis dan menginterpretasikan respon

    terhadap produk yang diuji dengan menggunakan indra penglihatan, perasa,

    sentuhan, dan pendengaran (Stone dan Sidel, 1993). Uji ini dilakukan dengan

    tujuan untuk mengetahui tingkat penerimaan atau kesukaan produk dari formulasi

    yang dibuat. Skala yang digunakan adalah skala 1 (sangat tidak suka) sampai

    skala 5 (sangat suka) dengan nilai 3 sebagai skala yang menunjukkan netral. Uji

    organoleptik di sini meliputi uji penerimaan panelis terhadap tekstur,

    penampakan, kekerasan sabun, warna, aroma dan pembusaan sabun, serta kesan

    lembut dan kesan kesat pada kulit. Panelis yang dipilih termasuk kategori panelis

  • 21

    semi terlatih dan kesemuanya merupakan anggota masyarakat yang sudah terbiasa

    menggunakan sabun mandi.

    Pengujian ini dilakukan oleh 31 panelis semi terlatih. Panelis menilai secara

    subjektif dan spontan tanpa membandingkannya satu sama lain.

    3.8 Penentuan Sabun Terbaik Sabun mandi terbaik dengan kandungan minyak jarak pagar ditentukan pada

    hasil analisis sifat fisiko kimia dan uji organoneptik.

    3.9 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini ialah rancangan

    acak lengkap faktor tunggal yaitu konsentrasi minyak jarak pagar dengan empat

    taraf yaitu 0%, 2%, 5% dan 8% dengan dua kali ulangan. Pengaruh konsentrasi

    minyak jarak pagar dalam formula terhadap kualitas sabun yang dihasilkan

    dideteksi secara statistik. Model yang digunakan untuk uji statistik diperlihatkan

    pada persamaan berikut. Untuk mengetahui perbedaan antar taraf perlakuan

    dilakukan uji beda dengan uji beda nyata jujur (Tukeys test) (Montgomery, 2001).

    Model rancangan tersebut adalah

    Yij = + Ai + ij

    Keterangan:

    Yij = nilai variabel respon pada konsentrasi minyak jarak pagar ke-i, ulangan ke-j, dengan i = 1, 2, 3, 4 j = 1, 2 .

    = rataan umum Ai = pengaruh konsentrasi minyak jarak pagar ke-i ij = pengaruh acak (galat) dari konsentrasi jarak pagar ke-i, ulangan ke-j.

    Hipotesis yang diuji

    Pengaruh konsentrasi minyak jarak pagar Ho = A1 = A2 = A3 = 0

    (konsentrasi minyak jarak pagar memberikan pengaruh yang sama pada variabel

    respon) atau konsentrasi minyak jarak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

    respon H1

    Variabel respon yang menjadi pengamatan adalah

    = setidaknya ada satu taraf perlakuan (Ai) 0, i = 1, 2, 3, 4 atau

    konsentrasi minyak jarak berpengaruh nyata terhadap variabel respon

    Kadar air dan zat menguap Jumlah asam lemak

  • 22

    Kadar alkali bebas Fraksi tak tersabunkan Minyak mineral

    Penambahan minyak jarak pagar diharapkan dapat menambah nilai tambah

    Minyak jarak menjadi lebih besar bila dibandingkan tidak diproses sama sekali.

    3.10 Analisis Nilai Tambah Analisis nilai tambah minyak jarak dilakukan untuk mengetahui nilai tambah

    minyak jarak pagar ketika diaplikasikan untuk pembuatan sabun. Perhitungan

    nilai tambah dilakukan dengan metode Hayami (1987). Menurut Hayami,

    perhitungan nilai tambah dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah

    kebutuhan bahan baku, kemudian menghitung jumlah produk yang dihasilkan.

    Setelah itu dihitung antara hasil dengan bahan yang dipakai,dan disebut faktor

    konversi, dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai tambah produk dengan

    cara menghitung harga produk dikali dengan faktor konversinya kemudian

    dikurangi dengan input bahan baku dan sumbangan input bahan-bahan lain.

  • 4 H A S I L D A N P E M B A H A S A N

    4.1. Minyak Jarak Pagar

    Minyak jarak pagar yang digunakan pada penelitian ini didapatkan dari

    pengumpul biji jarak di daerah Subang, Jawa Barat. Untuk mengetahui sifat

    fisikokimia minyak jarak pagar yang menjadi obyek penelitian seperti yang

    disajikan pada Gambar 2, maka dilakukan pengujian kadar asam lemak bebas,

    bilangan penyabunan, bilangan iod dan bilangan peroksida. Pengujian tersebut

    dilakukan untuk mengetahui perubahan dan mekanisme yang mungkin terjadi dari

    reaksi penyabunan dalam pembuatan sabun transparan. Dari hasil pengujian

    diketahui bahwa minyak jarak pagar yang digunakan memiliki kadar asam lemak

    bebas (FFA) 4,15%; bilangan penyabunan 211,09 mg KOH/g minyak; bilangan

    iod 94,72 mg I2/g minyak; dan bilangan peroksida 8,55 meq/g minyak, densitas

    56,59 cP, viskositas 0,94 g/cm3

    . Rangkuman untuk analisis sifat fisikokimia

    minyak jarak pagar dapat dilihat di Tabel 6.. Data lengkap hasil pengujian minyak

    jarak pagar disajikan pada Lampiran 5.

    Gambar 2. Minyak jarak pagar

    Tabel 6. Hasil analisis sifat fisiko kimia minyak jarak pagar

    No Parameter uji Nilai hasil uji 1 Kadar asam lemak bebas (FFA),% 4,15 2 Bilangan penyabunan, mg KOH/g minyak 211,09 3 Bilangan iod, mg I2 94,72 /g minyak 4 Bilangan peroksida meq/g minyak 8,55 5 Densitas (cP) 56,59 6 Viskositas (g/cm3 0,92 )

  • 24

    Tingginya kadar asam lemak bebas mengindikasikan telah terjadi kerusakan

    pada minyak tersebut. Asam lemak bebas merupakan asam lemak yang tidak

    terikat pada rantai gliserol dalam struktur triasil-gliserol atau trigliserida. Dalam

    pembuatan sabun, seluruh asam lemak baik yang berupa asam lemak bebas

    maupun asam lemak dalam bentuk digliserida dan trigliserida dikonversi menjadi

    garam sabun.

    Parameter mutu lainnya yang menunjukkan mutu minyak jarak adalah

    bilangan penyabunan, bilangan iod dan bilangan peroksida. Bilangan penyabunan

    berguna untuk menentukan jumlah basa kuat (NaOH) yang digunakan untuk

    menyabunkan asam lemak dalam minyak jarak. Berdasarkan hasil uji, minyak

    jarak yang digunakan memiliki bilangan penyabunan yang lebih tinggi dari SNI

    minyak jarak castor, dengan demikian, diperlukan basa kuat yang lebih banyak

    untuk menyabunkan asam lemak dalam minyak, bila dibandingkan dengan SNI

    minyak jarak castor. Bilangan iod menggambarkan jumlah ikatan rangkap dalam

    rantai karbon trigliserida minyak jarak. Semakin tinggi nilai bilangan iod, maka

    semakin banyak jumlah ikatan rangkap yang terkandung dalam minyak.

    Tingginya nilai bilangan iod dalam minyak jarak diduga berasal dari kandungan

    asam lemak yang berupa asam lemak oleat dan linoleat. Gubitz (1999)

    menyebutkan bahwa minyak jarak mengandung asam oleat (18:1) sejumlah 34,3

    45,8% dan asam linoleat (18:2) sejumlah 29,0 44,2%.

    4.2. Pembuatan Sabun Transparan

    Formula untuk membuat sabun di sini berdasarkan bilangan penyabunan

    minyak dan asam lemak yang digunakan dalam formula. Bilangan penyabunan

    menyatakan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk melakukan saponifikasi secara

    penuh. Pada proses ini tiap molekul minyak bereaksi dengan molekul alkali, tidak

    menyisakan minyak atau alkali pada sabun akhir. Bilangan penyabunan biasa

    disajikan dalam satuan mg KOH/g minyak, untuk mengubahnya menjadi mg

    NaOH/g dilakukan dengan cara konversi. Bilangan penyabunan minyak jarak

    pagar berkisar antara 211 mg KOH/g minyak, setelah dikonversi maka menjadi

    147 mg NaOH/g minyak.

  • 25

    Minyak jarak pagar merupakan faktor yang dikaji dalam penelitian dengan

    taraf perlakuan adalah 0%, 2%, 5% dan 8%. Pada Gambar 3 berikut diperlihatkan

    sabun transparan yang telah dihasilkan.

    Konsentrasi CJO 2% Konsentrasi CJO 5% Konsentrasi CJO 8%

    Gambar 3. Sabun transparan dengan kandungan minyak jarak 2%,5% dan 8%

    4.3. Analisis Sifat Fisiko Kimia Sabun Transparan

    Sabun mandi yang dibuat dari minyak jarak memiliki asam lemak oleat

    (C18H34O2

    ) yang dominan. Asam lemak ini mempunyai sifat melembabkan.

    Untuk mengetahui karakteristik sabun transparan yang dibuat dari minyak jarak

    pagar, maka dilakukan pengujian pada sabun transparan yang meliputi kadar air,

    jumlah asam lemak, asam lemak bebas/alkali bebas, fraksi tak tersabunkan dan uji

    lemak mineral. Berikut adalah penjelasan dari hasil pengujian setiap parameter uji

    pada sabun transparan.

    4.3.1. Kadar air dan zat menguap sabun transparan Keberadaaan air dalam suatu produk sangat menentukan mutu produk

    tersebut tak terkecuali sabun transparan. Spitz (1996) berpendapat kuantitas air

    yang terlalu banyak dalam sabun akan membuat sabun tersebut mudah menyusut

    dan tidak nyaman saat akan digunakan.

    Keberadaan air dan udara dapat memicu terjadinya reaksi oksidasi. Ketaren

    (1986) menjelaskan bahwa proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak

    antara sejumlah oksigen dan minyak atau lemak. Oksidasi biasanya dimulai

    dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah

    terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi

    aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas. Senyawa aldehid dan keton yang

  • 26

    dihasilkan dari lanjutan reaksi oksidasi ini memiliki sifat mudah menguap seperti

    alkohol. Pada Tabel 7 diperlihatkan rekapitulasi hasil analisis kadar air sabun

    transparan.

    Tabel 7. Rekapitulasi hasil analisis kadar air sabun transparan (%) Konsentrasi

    -minyak-jarak (%)

    Rataan Standar Deviasi Variasi Minimum Q1 Median Q3 Maksimum Range

    0 31,81 1,11 1,24 31,04 31,04 31,83 32,62 32,62 1,57

    2 36,41 0,52 0,27 36,05 36,05 36,41 36,78 36,78 0,73

    5 36,42 0,70 0,49 35,92 35,92 36,42 36,91 36,91 0,99

    8 36,18 0,39 0,15 35,91 35,91 36,18 36,46 36,46 0,55

    Dari hasil analisis ragam pada tingkat kepercayaan 95% diketahui bahwa

    nilai kadar air dalam sabun transparan dipengaruhi secara nyata oleh konsentrasi

    minyak jarak pagar. Hasil analisis ragam selengkapnya dapat dilihat pada

    Lampiran 7. Hasil uji lanjut terhadap taraf perlakuan konsentrasi minyak jarak

    dengan uji banding Tukey (Beda Nyata Jujur, BNJ) menunjukkan bahwa terdapat

    perbedaan antara kontrol dan sabun yang mengandung minyak jarak. Penelusuran

    lebih lanjut mendapatkan hasil bahwa diantara sabun yang mengandung minyak

    jarak 2%, 5% dan 8% tidak terdapat perbedaan secara nyata berdasarkan

    parameter kadar air dan zat menguap pada sabun transparan. Dengan kata lain

    konsentrasi minyak 2%, 5%, dan 8% memberikan pengaruh yang sama terhadap

    variable respon kadar air dalam sabun transparan. Hasil uji beda dengan uji Tukey

    selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Analisis ragam dilakukan atas dasar

    asumsi pola sebaran nilai sisaan normal dan ragam nilai sisaan yang homogen.

    Dari Tabel 7 terlihat bahwa nilai kadar air terkecil pada sabun yang

    mengandung minyak jarak adalah 31,04% yang terdapat pada sabun dengan

    kandungan minyak 0%, sedangkan kadar air terbesar sejumlah 36,91% terdapat

    pada sabun dengan kandungan minyak 5%. Secara deskriptif, sekilas terlihat

    bahwa rata-rata kadar air relatif sama dengan pengaruh konsentrasi minyak jarak

    sejumlah 2% dan 5%, dan keduanya relatif berbeda dengan kadar air pada sabun

    yang mengandung minyak jarak sejumlah 8%. Pada konsentrasi minyak jarak 2%,

    rata-rata kadar air adalah 36,41 % dan pada konsentrasi minyak jarak 5% adalah

    36,42%, sedangkan pada konsentrasi minyak jarak 8%, kadar airnya adalah

    36,18%. Ketiga taraf perlakuan konsentrasi minyak jarak tersebut sekilas

  • 27

    memperlihatkan adanya perbedaan dengan kontrol (sabun tanpa minyak jarak)

    dimana nilai kadar air pada kontrol lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai

    kadar air pada sabun yang mengandung minyak jarak. Hasil analisis kadar air dan

    zat menguap selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

    Hasil analisis kadar air dan zat menguap ini terlihat lebih besar bila

    dibadingkan dengan SNI dari sabun opaque yaitu hanya 15%. Hal ini diduga oleh

    banyaknya pelarut yang mudah menguap seperti alkohol dan air, dan juga keadaan

    minyak jarak pagar kasar yang rusak, terdapat asam lemak yang menyebabkan

    reaksi saponifikasi menghasilkan air. Lebih jauh, hubungan antara konsentrasi

    minyak jarak pagar dan kadar air dalam sabun transparan diperlihatkan melalui

    diagram kotak garis pada Gambar 4.

    8520

    37

    36

    35

    34

    33

    32

    31

    Kandungan CJO (%)

    Kada

    r A

    ir d

    an Z

    at M

    engu

    ap (

    %)

    Gambar 4. Diagram kotak garis yang menggambarkan hubungan antara

    konsentrasi minyak jarak pagar dan kadar air dalam sabun transparan

    Dari Gambar 4 di atas secara sepintas terlihat bahwa kadar air antara sabun

    transparan kontrol berbeda dengan sabun transparan yang mengandung minyak

    jarak. Adanya pencilan kadar air dalam sabun transparan juga tidak terlihat pada

    Gambar 4. Informasi lebih lanjut yang dapat diperoleh dari Gambar 4 adalah pada

    sabun dengan konsentrasi minyak yang lebih rendah memiliki kadar air yang lebih

  • 28

    tinggi atau dengan kata lain peningkatan konsentrasi minyak jarak cenderung

    menurunkan kadar air dalam sabun transparan. Hal tersebut diperlihatkan oleh

    garis yang menghubungkan nilai rataan (mean) pada setiap kotak (taraf

    perlakuan). Tingkat keragaman kadar air terlihat semakin menurun dengan

    meningkatnya konsentrasi minyak jarak dalam sabun transparan.

    4.3.2. Jumlah Asam Lemak Cavitch (2001) menjelaskan bahwa penggunaan jumlah NaOH yang kurang

    dari bilangan penyabunan dalam reaksi saponifikasi dapat menyebabkan

    terbentuknya residu/sisa asam lemak (minyak) setelah reaksi. Hal ini akan

    membuat sabun akan terkesan licin, lebih lembut dan lembab. Pada Tabel 8

    diperlihatkan rekapitulasi hasil analisis jumlah asam lemak dalam sabun

    transparan.

    Tabel 8. Rekapitulasi hasil analisis jumlah asam lemak sabun transparan (%)

    Konsentrasi-minyak-jarak (%)

    Rataan Standar Deviasi Variasi Minimum Q1 Median Q3 Maksimum Range

    0 30,75 0,65 0,42 30,29 30,29 30,75 31,21 31,21 0,91

    2 29,12 0,15 0,02 29,03 29,03 29,13 29,24 29,24 0,21

    5 29,03 1,14 1,30 28,22 28,22 29,03 29,84 29,84 1,61

    8 28,93 1,18 1,40 28,09 28,09 28,93 29,76 29,76 1,67

    Dari hasil analisis ragam pada tingkat kepercayaan 95% diketahui bahwa

    jumlah asam lemak dalam sabun transparan tidak dipengaruhi secara nyata oleh

    konsentrasi minyak jarak pagar. Hasil analisis ragam selengkapnya dapat dilihat

    pada Lampiran 10. Analisis ragam dilakukan atas dasar asumsi pola sebaran nilai

    sisaan normal dan ragam nilai sisaan yang homogen.

    Dari Tabel 8 terlihat bahwa nilai jumlah asam lemak terkecil pada sampel

    adalah 28,09% yang terdapat pada sabun dengan kandungan minyak 8%,

    sedangkan jumlah asam lemak terbesar sejumlah 31,21% terdapat pada sabun

    dengan kandungan minyak 0%. Secara deskriptif, sekilas terlihat bahwa rata-rata

    jumlah asam lemak karena pengaruh konsentrasi minyak jarak sejumlah 2% dan

    5% relatif sama, dan keduanya relatif berbeda dengan jumlah asam lemak karena

    pengaruh konsentrasi minyak jarak sejumlah 8%. Pada konsentrasi minyak jarak

  • 29

    2%, rata-rata jumlah asam lemak adalah 29,13% dan pada konsentrasi minyak

    jarak 5% adalah 29,03%, sedangkan pada sampel dengan konsentrasi minyak

    jarak 8%, jumlah asam lemaknya adalah 28,93%. Ketiga taraf perlakuan

    konsentrasi minyak jarak tersebut sekilas memperlihatkan adanya perbedaan

    dengan kontrol (sabun tanpa minyak jarak) dimana jumlah asam lemak pada

    kontrol lebih rendah bila dibandingkan dengan jumlah asam lemak pada sabun

    yang mengandung minyak jarak walaupun jika dianalisis tidak berpengaruh nyata.

    Hasil analisis jumlah asam lemak selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

    Bila dibandingkan dengan standar SNI sabun opaque, maka sabun

    transparan yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan

    dengan standar SNI tersebut. SNI menetapkan jumlah asam lemak pada sabun

    adalah maksimal 70%. Pada sabun transparan kandungan terbanyak dalam sabun

    adalah pelarut yaitu antara 60-70% adalah pelarut, bahkan menurut Badenberg et

    al., 1999, kandungan bobot minyak antara 15% sampai 25%. Lebih jauh,

    hubungan antara konsentrasi minyak jarak pagar dan jumlah asam lemak dalam

    sabun transparan diperlihatkan melalui diagram kotak garis pada Gambar 5.

    8520

    31,5

    31,0

    30,5

    30,0

    29,5

    29,0

    28,5

    28,0

    Kandungan CJO (%)

    Jum

    lah

    Asa

    m L

    emak

    Tot

    al (

    %)

    Gambar 5. Diagram kotak garis yang menggambarkan hubungan antara

    konsentrasi minyak jarak dan jumlah asam lemak total dalam sabun transparan

  • 30

    Secara umum dari Gambar 5 dapat diperoleh informasi bahwa jumlah asam

    lemak pada kontrol terlihat relatif berbeda dengan jumlah asam lemak pada sabun

    yang mengandung minyak jarak (sampel uji). Pada sampel terlihat bahwa

    peningkatan konsentrasi minyak jarak cenderung menurunkan jumlah asam lemak

    pada sabun transparan. Hal tersebut diperlihatkan oleh garis yang menghubungkan

    nilai rataan pada setiap kotak (taraf perlakuan).

    Kecenderungan menurun ini diakibatkan karena mengandung minyak jarak,

    garam sabun bersumber dari minyak jarak lebih sulit dilarutkan, sehingga

    memerlukan jumlah pelarut yang lebih banyak dibandingkan dengan porsi asam

    lemak totalnya.

    4.3.3. Alkali Bebas (Dihitung sebagai NaOH) Sabun dihasilkan melalui reaksi saponifikasi antara asam lemak dalam

    minyak/lemak dengan alkali/basa. Sabun yang baik adalah sabun yang dihasilkan

    dari reaksi yang sempurna antara asam lemak dan alkali dan diharapkan tidak

    terdapat sisa/residu setelah reaksi. Namun tidak selamanya reaksi yang diharapkan

    dapat berlangsung sempurna. Untuk itu diperlukan pengujian kadar alkali setelah

    reaksi. Karena dalam pembuatan sabun transparan ini digunakan alkali berupa

    NaOH, maka kadar alkali bebas dihitung sebagai kadar NaOH.

    Di dalam buku SNI (1994) dijelaskan bahwa alkali bebas ialah alkali dalam

    sabun yang tidak terikat sebagai senyawa. Kelebihan alkali dalam sabun mandi

    tidak boleh melebihi 0,1 %. Kelebihan alkali pada sabun mandi dapat disebabkan

    jumlah alkali yang melebihi jumlah alkali yang digunakan untuk melakukan

    saponifikasi keseluruhan minyak menjadi sabun. Keberadaan alkali bebas yang

    berlebihan dapat membahayakan kulit pemakai, karena alkali merupakan bahan

    yang bersifat iritan, menyebabkan iritasi kulit. Pada Tabel 9 diperlihatkan

    rekapitulasi hasil analisis alkali bebas dalam sabun transparan.

  • 31

    Tabel 9. Rekapitulasi hasil analisis alkali bebas sabun transparan (%)

    Konsentrasi-minyak-jarak (%)

    Rataan Standar Deviasi Variasi Minimum Q1 Median Q3 Maksimum Range

    0 0,01 0,00 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 2 0,02 0,01 0,00 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,01 5 0,01 0,00 0,00 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,00 8 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,01

    Dari hasil analisis ragam pada tingkat kepercayaan 95% diketahui bahwa

    kadar alkali bebas dalam sabun transparan tidak dipengaruhi secara nyata oleh

    konsentrasi minyak jarak pagar. Hasil analisis ragam selengkapnya dapat dilihat

    pada Lampiran 12. Analisis ragam dilakukan atas dasar asumsi pola sebaran nilai

    sisaan normal dan ragam nilai sisaan yang homogen.

    Dari Tabel 9 terlihat bahwa nilai rataan kadar alkali bebas antara kontrol dan

    sampel terlihat berbeda. Nilai rataan kadar alkali pada sampel terlihat lebih tinggi

    daripada kadar alkali bebas pada kontrol. Kadar alkali bebas terkecil adalah 0,01%

    yang terdapat pada sabun dengan kandungan minyak 8% tidak terlihat karena dua

    digit dibelakang koma, sedangkan alkali bebas terbesar sejumlah 0,02 % terdapat

    pada sabun dengan kandungan minyak 2%. Secara deskriptif, sekilas terlihat

    bahwa rata-rata jumlah alkali bebas karena pengaruh konsentrasi minyak jarak

    sejumlah 2% dan 8% relatif sama, dan keduanya relatif berbeda dengan jumlah

    alkali bebas karena pengaruh konsentrasi minyak jarak sejumlah 5%. Pada

    konsentrasi minyak jarak 2%, rata-rata jumlah alkali bebas adalah 0,01597% dan

    pada konsentrasi minyak jarak 8% adalah 0,01%, sedangkan pada konsentrasi

    minyak jarak 5%, jumlah alkali bebas adalah 0,01%. Hasil analisis jumlah alkali

    bebas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

    Bila dibandingkan dengan standar SNI sabun, maka sabun transparan yang

    dihasilkan memiliki karakteristik yang telah memenuhi standar. SNI menetapkan

    alkali bebas pada sabun adalah maksimal 0,1%. Lebih jauh, hubungan antara

    konsentrasi minyak jarak pagar dan alkali bebas dalam sabun transparan

    diperlihatkan melalui diagram kotak garis pada Gambar 6.

  • 32

    8520

    0,0225

    0,0200

    0,0175

    0,0150

    0,0125

    0,0100

    0,0075

    0,0050

    Kandungan CJO (%)

    Alk

    ali B

    ebas

    (%

    )

    Gambar 6. Diagram kotak garis yang menggambarkan hubungan antara

    konsentrasi minyak jarak dan alkali bebas dalam sabun transparan

    Dari Gambar 6 di atas terlihat bahwa kadar alkali bebas pada kontrol terlihat

    berbeda dengan kadar alkali bebas pada sampel. Kadar alkali pada kontrol terlihat

    lebih rendah, bila dibandingkan dengan kadar alkali bebas pada sampel. Hal

    tersebut selaras dengan hasil analisis statistik deskriptif sebelumnya yang

    menyebutkan nilai rataan alkali bebas pada kontrol terlihat berbeda dengan kadar

    alkali bebas pada sampel. Pada sampel dengan konsentrasi minyak jarak 2%

    memiliki rentang alkali bebas yang paling lebar, sedangkan pada konsentrasi

    minyak jarak 5% memiliki rentang alkali bebas yang paling sempit.

    Hal lain yang dapat diperoleh dari Gambar 6 adalah peningkatan konsentrasi

    minyak jarak cenderung menurunkan kadar alkali bebas pada sabun transparan

    walaupun tidak signifikan, hal ini disebabkan NaOH habis bereaksi pada

    konsentrasi minyak yang lebih banyak. Hal tersebut diperlihatkan oleh garis yang

    menghubungkan nilai rataan (mean) pada setiap kotak (taraf perlakuan).

    4.3.4. Fraksi tak tersabunkan Di dalam minyak terdapat senyawa-senyawa seperti getah, sterol dan

    pigmen yang tidak dapat tersabunkan, karena senyawa-senyawa itu tidak bereaksi

  • 33

    dengan NaOH. Akibatnya, setelah sabun terbentuk, maka senyawa-senyawa

    tersebut akan tetap pada bentuk asalnya dan total keseluruhan senyawa-senyawa

    tersebut dapat dihitung kadarnya yang disebut sebagai kadar fraksi tak

    tersabunkan (Ketaren,1986). Pada Tabel 10 diperlihatkan rekapitulasi hasil

    analisis fraksi tak tersabunkan dalam sabun transparan.

    Tabel 10. Rekapitulasi hasil analisis fraksi tak tersabunkan sabun transparan (%)

    Konsentrasi-minyak-jarak (%)

    Rataan Standar Deviasi Variasi Minimum Q1 Median Q3 Maksimum Range

    0 12,80 0,25 0,06 12,62 12,62 12,79 12,97 12,97 0,35 2 9,83 0,10 0,01 9,76 9,76 9,83 9,89 9,89 0,14 5 9,56 0,10 0,01 9,49 9,49 9,56 9,63 9,63 0,14 8 9,71 0,75 0,56 9,18 9,18 9,71 10,24 10,24 1,06

    Dari hasil analisis ragam pada tingkat kepercayaan 95% diketahui bahwa

    nilai fraksi tak tersabunkan dalam sabun transparan dipengaruhi secara nyata oleh

    konsentrasi minyak jarak pagar. Hasil analisis ragam selengkapnya dapat dilihat

    pada Lampiran 14. Hasil uji lanjut terhadap taraf perlakuan konsentrasi minyak

    jarak dengan uji banding Tukey (Beda Nyata Jujur, BNJ) menunjukkan bahwa

    terdapat perbedaan antara kontrol dan sabun yang mengandung minyak jarak.

    Penelusuran lebih lanjut mendapatkan hasil bahwa diantara sabun yang

    mengandung minyak jarak 2%, 5% dan 8% tidak terdapat perbedaan secara nyata

    berdasarkan parameter fraksi tak tersabunkan dan zat menguap pada sabun

    transparan. Dengan kata lain konsentrasi minyak 2%, 5%, dan 8% memberikan

    pengaruh yang sama terhadap variabel respon fraksi tak tersabunkan dalam sabun

    transparan. Hasil uji beda dengan uji Tukey selengkapnya dapat dilihat pada

    Lampiran 15. Analisis ragam dilakukan atas dasar asumsi pola sebaran nilai sisaan

    normal dan ragam nilai sisaan yang homogen.

    Dari Tabel 10 terlihat adanya perbedaan antara rataan fraksi tak tersabunkan

    pada kontrol dan fraksi tak tersabunkan pada sampel. Fraksi tak tersabunkan pada

    kontrol terlihat lebih tinggi daripada fraksi tak tersabunkan pada sampel. Lebih

    jauh, pada sampel, nilai fraksi tak tersabunkan terkecil adalah 9,18% yang

    terdapat pada sabun dengan kandungan minyak 8%, sedangkan fraksi tak

    tersabunkan terbesar sejumlah 12,97 % terdapat pada sabun dengan kandungan

  • 34

    minyak 0%. Secara deskriptif, sekilas terlihat bahwa rata-rata fraksi tak

    tersabunkan pada sampel relatif berbeda antara satu sama lain. Pada konsentrasi

    minyak jarak 2%, rata-rata fraksi tak tersabunkan adalah 9,828% dan pada

    konsentrasi minyak jarak 5% adalah 9,56%, sedangkan pada konsentrasi minyak

    jarak 8%, fraksi tak tersabunkan adalah 9,71%. Hasil analisis fraksi tak

    tersabunkan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.

    Bila dibandingkan dengan standar SNI sabun, maka sabun transparan yang

    dihasilkan memiliki karakteristik yang tidak memenuhi standar. SNI menetapkan

    fraksi tak tersabunkan pada sabun adalah maksimal 2,5%. Lebih jauh, hubungan

    antara konsentrasi minyak jarak pagar dan fraksi tak tersabunkan dalam sabun

    transparan diperlihatkan melalui diagram kotak garis pada Gambar 7.

    8520

    13

    12

    11

    10

    9

    Kandungan CJO (%)

    Frak

    si t

    ak t

    ersa

    bunk

    an (

    %)

    Gambar 7. Diagram kotak garis yang menggambarkan hubungan antara

    konsentrasi minyak jarak dan fraksi tak tersabunkan dalam sabun transparan

    Dari Gambar 7 di atas terlihat lebih jelas adanya perbedaan antara nilai

    rataan fraksi tak tersabunkan pada kontrol dan sampel. Lebih jauh, pada sampel

    dengan konsentrasi minyak jarak 8% memiliki rentang fraksi tak tersabunkan

    yang paling lebar, sedangkan pada konsentrasi minyak jarak 2% memiliki rentang

    fraksi tak tersabunkan yang paling sempit. Secara umum sampel dengan

  • 35

    konsentrasi minyak jarak 5% memiliki fraksi tak tersabunkan yang lebih rendah

    dibandingkan dengan fraksi tak tersabunkan pada konsentrasi minyak 2% dan 8%.

    Hal ini diduga minyak bereaksi sempurna dengan NaOH sehingga menyisakan

    minyak yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang lain, dan hal tersebut

    diperlihatkan oleh garis yang menghubungkan nilai rataan (mean) pada setiap

    kotak (taraf perlakuan).

    4.3.5. Kejernihan Sabun

    Sifat transparan merupakan salah satu atribut penting pada sabun transparan.

    Sifat tersebut berhubungan dengan kemampuan sabun dalam meneruskan cahaya

    yang melewatinya. Jika sebuah gelombang cahaya dengan panjang gelombang

    tertentu ditembakkan melewati sabun transparan, maka ada sebagian partikel

    cahaya yang terhalang (diserap) oleh partikel sabun dan sebagian lainnya

    diteruskan. Semakin jernih atau transparan suatu sabun, maka semakin rendah

    nilai absorbansi yang dimiliki sabun tersebut. Atas dasar hal tersebut, maka

    pengukuran kejernihan sabun transparan dilakukan menggunakan

    spektrofotometer. Parameter yang diukur adalah nilai absorbansinya. Pada Tabel

    11 diperlihatkan rekapitulasi hasil analisis nilai absorbansi dalam sabun

    transparan.

    Tabel 11. Rekapitulasi hasil analisis nilai absorbansi sabun transparan (%)

    Konsentrasi-minyak-jarak (%)

    Rataan Standar Deviasi Variasi Minimum Q1 Median Q3 Maksimum Range

    0 0,05 0,00 0 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,00 2 0,08 0,00 0 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,00 5 0,09 0,00 0 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,00 8 0,08 0,00 0 0,08 0,08 0,08 0,07 0,08 0,00

    Dari hasil analisis ragam pada tingkat kepercayaan 95% diketahui bahwa

    nilai absorbansi dalam sabun transparan dipengaruhi secara nyata oleh konsentrasi

    minyak jarak pagar. Hasil analisis ragam selengkapnya dapat dilihat pada

    Lampiran 17. Hasil uji lanjut terhadap taraf perlakuan konsentrasi minyak jarak

    dengan uji banding Tukey (Beda Nyata Jujur, BNJ) menunjukkan adanya

  • 36

    perbedaan antara kontrol dan sabun yang mengandung minyak jarak (sampel).

    Penelusu