Paper Psikologi Belajar
Transcript of Paper Psikologi Belajar
TOKOH TOKOH TEORI BELAJAR HUMANISME
Abraham Maslow (1908 - 1970)
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun
1908 dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow
dibesarkan dalam keluarga Yahudi dan merupakan anak tertua dari
tujuh bersaudara. Masa muda Maslow berjalan dengan tidak
menyenangkan karena hubungannya yang buruk dengan kedua
orangtuanya. Semasa kanak-kanak dan remaja Maslow merasa bahwa dirinya amat
menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya.
Keluarga Maslow amat berharap bahwa ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan.
Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang Hukum tetapi
kemudian tidak dilanjutkannya. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di
University of Wisconsin, dimana ia memperoleh gelar Bachelor tahun 1930, Master
tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934.
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya
bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin.
Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of
Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau
hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling
tinggi (aktualisasi diri). Dalam teori psikologinya, yakni semakin tinggi need
achievement yang dimiliki seseorang semakin serius ia menggeluti sesuatu itu.
Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun
1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa
mudanya, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku
apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun
ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah
1
belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia
memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian
memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931. Pada tahun 1931,
Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to
Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap
anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak
bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia
menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang
membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio
State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American
Psychological Society.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya
memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya
membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik
assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan
treatment kepada klien.
Malcolm Knowles (24 Agustus 1913 - 27 November 1997).
Lahir di Montana , mendapat beasiswa ke Harvard University di
mana dia lulus dengan gelar BA tahun 1934. Pada 1940, ia diposisi
Direktur Pendidikan Dewasa di Boston YMCA, kemudian pada
tahun 1946, dia sebagai Direktur Pendidikan Dewasa di YMCA.
Dari 1951-1959 ia menjabat sebagai direktur eksekutif dari
Asosiasi Pendidikan Dewasa dari Amerika Serikat dan diikuti itu PhD di University of
Chicago. Pada 1959, dia menjadi profesor pada sebuah fakultas di Boston University.
Dia menjadi anggota dari Fakulti Pendidikan di North Carolina State University pada
tahun 1974 untuk melengkapi akhir empat tahun akademis bekerja sebelum pensiun.
Selama karirnya ia penulis lebih dari 230 artikel dan 18 buku. Malcolm Knowles dalam
2
publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan
teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin
diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan. Andragogi
berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar kata andr- yang berarti laki-laki,
bukan anak laki-laki atau orang dewasa, dan agogos yang berarti membimbing atau
membina. Disamping itu, ada istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan
adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya
membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti
seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak.
Teori Belajar Humanistik
Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh kunci humanisme.
Tujuan utama dari humanisme dapat dijabarkan sebagai perkembangan dari aktualisasi
diri manusia automomous. Dalam humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada
pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.
Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan goalnya adalah untuk membangun
manusia yang dapat mengaktualisasikan diri dalam lingkungan yang kooperatif dan
suportif. Dijelaskan juga bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki
potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.
Karena itu dalam kaitannya maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki
kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri.
Menurut Carl Rogers, teori belajar humanis :
a) Setiap individu adalah positif, serta menolak teori Freud dan behaviorisme.
b) Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan
aktualisasi.
c) Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri
dari 2 subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.
d) Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3)
penghargaan positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif
(positive self-regard).
3
Penerapan Teori Humanis Dalam Pendidikan
Menurut Gage dan Berliner beberapa prinsip dasar dari pendekatan humanistik
yang dapat kita pakai untuk mengembangkan pendidikan :
1. Murid akan belajar dengan baik apa yang mereka mau dan perlu ketahui.
Saat mereka telah mengembangkan kemampuan untuk menganalisa apa
dan mengapa sesuatu penting untuk mereka sesuai dengan kemampuan
untuk mengarahkan perilaku untuk mencapai yang dibutuhkan dan
diinginkan, mereka akan belajar dengan lebih mudah dan lebih cepat.
Sebagian besar pengajar dan ahli teori belajar akan setuju dengan dengan
pernyataan ini, meskupun mereka mungkin akan tidak setuju tentang apa
tepatnya yang menjadi motivasi murid.
2. Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting daripada membutuhkan
banyak pengetahuan. Dalam kelompok sosial kita dewasa ini dimana
pengetahuan berganti dengan sangat cepat , pandangan ini banyak dibagi
diantara kalangan pengajar, terutama mereka yang datang dari sudut
pandang kognitif
3. Evaluasi diri adalah satu satunya evaluasi yang berarti untuk pekerjaan
murid. Penekanan disini adalah pada perkembangan internal dan regulasi
diri. Sementara banyak pengajar akan setuju bahwa ini adalah hal yang
penting, mereka juga akan mengusung sebuah kebutuhan untuk
mengembangkan kemampuan murid untuk berhadapan dengan
pengharapan eksternal. Pertemuan dengan pengaharapan eksternal seperti
ini menghadapkan pertentangan pada sebagian besar teori humanistik.
4. Perasaan adalah sama penting dengan kenyataan. Banyak tugas dari
pandangan humanistik seakan memvalidasi poin ini dan dalam satu area,
pengajar yang berorientasi humanistik membuat sumbangan yang berarti
untuk dasar pengetahuan kita.
5. Murid akan belajar dengan lebih baik dalam lingkungan yang tidak
mengancam. Ini adalah salah satu area dimana pengajar humanistik telah
memiliki dampak dalam praktek pendidikan. Orientasi yang mendukung
saat ini adalah lingkungan harus tidak mengancam baik secara psikologis,
4
emosional dan fisikal. Bagaimanapun, ada penelitian yang menyarankan
lingkungan yang netral bahkan agak sejuk adalah yang terbaik untuk
murid yang lebih tua dan sangat termotivasi.
Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih
tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai
keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekoah harus
berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu
sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar
sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini
peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam Freudian ataupun
pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.
Secara singkatnya, pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada
perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari
dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk
pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup
dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan
akademik. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Para pendidik hanya membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik
dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Teori ini cocok untuk di terapkan pada materi - materi yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena
social. Indikator keberhasilan dari teori ini adalah : Siswa senang, bergairah,
5
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir siswa, serta meningkatnya
kemauan sendiri.
Menurut teori ini ciri-ciri guru yang baik adalah yang memiliki rasa humor,
adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan
wajar. Mampu mengatur ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikannya
pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa
humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan
komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap
perubahan yang ada.
6