Paper Makna

25
DOSEN PENGAJAR: Ir. Endrotomo Drs. RB Gatot Subroto Nur Endah Nuffida, SE, ST, MT TUGAS MAKNA ARSITEKTUR KAJIAN MAKNA ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ARSITEKTUR MODERN DISUSUN OLEH: Herlina Eka W. (3212100029) Angelina Nina A. P (3212100030) Dwi Cahyo H. (3212100053) Arsitektur- FTSP

Transcript of Paper Makna

DOSEN PENGAJAR:

Ir. Endrotomo

Drs. RB Gatot Subroto

Nur Endah Nuffida, SE, ST, MT

TUGAS MAKNA ARSITEKTUR

KAJIAN MAKNA ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ARSITEKTUR MODERN

DISUSUN OLEH:

Herlina Eka W. (3212100029)

Angelina Nina A. P (3212100030)

Dwi Cahyo H. (3212100053)

Arsitektur- FTSP

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB 1. MAKNA KARYA ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ARSITEKTUR MODERN

A.Arsitektur Nusantara: Rumah Pencu (Rumah Tradisional Kudus, Jawa Tengah)

Terdapat kaitan yang erat antara manusia, kebudayaan serta lingkungan dalam

kaitan ketiga elemen inilah yang terwujud dalam arsitektur rumah, terutama rumah

tradisional (Olliver, 2003).

Arsitektur rumah tradisional merupakan wujud nyata suatu kebudayaan

Indonesia. Kebudayaan Pesisiran sebagai bagian dari budaya Jawa memiliki karakter

yang tidak kalah menarik sesuai dengan kondisi setempat, demikian pula tampilan

arsitektur bangunannya. Kudus merupakan salah satu daerah pesisiran yang

memiliki corak kebudayaan yang unik. Masyarakat Kudus merupakan masyarakat

Pedagang Santri. Rumah tradisional Kudus tidak merupakan bangunan tunggal tetapi

kesatuan beberapa masa bangunan yang berfungsi untuk tempat tinggal dan

melakukan kegiatan sehari-hari di rumah.

Nilai-nilai budaya Jawa seperti pembagian dua (dualitas) serta pemusatan

(sentralitas) terungkap dalam bentukan fisik serta keruangan rumah Jawa, terutama

pada rumah Jawa Tipe Joglo (Tjahjono, 1989) -Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia

Vol.1 No.1 Juli 2012 hal.40. Dalam kaitan dengan rumah Jawa sebagai manifestasi

kesatuan makro dan mikrokosmos serta pandangan hidup masyarakatnya, Koentja-

raningrat (1984) menyebutkan adanya klafisifikasi simbolik berdasarkan 2 kategori

berlawanan yang saling melengkapi dan mendukung, yang oleh Tjahjono (1990)

disebut dualitas ( duality). Kategori ini membagi rumah menjadi kanan-kiri, luar-

dalam, sakral-profan, publik-privat. Lebihjauh Tjahjono (1990) juga menyebutkan

adanya centralitas (centre), yaitu pemusatan atau penyatuan dalam tata ruang

bangunan, dimana senthong merupakan pusat dari dalem.

Rumah Pencu terdiri dari bangunan utama,

halaman terbuka serta bangunan pelengkap.

Bangunan utama menghadap ke arah selatan,

posisi bangunan pada sisi utara tapak. Bangunan pelengkap biasanya menempati

posisi di Selatan tapak berseberangan dengan bangunan utama dan dipisahkan oleh

halaman terbuka di tengah tapak. Pada umumnya rumah Pencu menghadap ke arah

selatan, karena:

* Sinar matahari pagi lebih bisa masuk ke dalam rumah.

* Mencegah pemanasan matahari terhadap fasad yang lebih lebar.

* Nenek moyang tetap berpegang kepada filsafat yang mengharuskan berumah

tinggal yang membelakangi gunung; dikelilingi persawahan / perkebunan;

menghadap samudra / laut.

Bentuk yang terwujud pada bangunan rumah mencerminkan komunalitas serta

religiositas masyarakat Kudus (Sardjono, 1996) -Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia

Vol.1 No.1 Juli 2012

Joglo Pencu mempunyai karakter lokal khas Jawa Pesisiran. Karakter khas ini

berkaitan dengan budaya masyarakat setempat sebagai pedagang dan santri

sehingga terdapat penyesuaian ruang sesuai dengan aktivitas sehari-hari yang khas

pada masyarakat Kudus.

Jika dibandingkan dengan tata ruang rumah Jawa di Yogyakarta dan Solo

terdapat perbedaan-perbedaan yang menarik, antara lain tidak terdapatnya ruang

pendopo serta pringgitan dalam rumah tradisional Kudus, sebagai gantinya terdapat

Jogosatru sebagai pengembangan dari emperan Rumah Jawa.

Pendopo Pringgitan

Jogosatru

Berikut ini adalah alasan mengapa dalam Rumah Pencu tidak terdapat ruang

pendopo dan pringgitan:

Dalam kebudayaan Jawa, ruang pendopo digunakan untuk melambangkan

kekuasaan penghuninya. Raja-raja sering menggunakan ruang ini untuk menerima

tamu dari rakyatnya atau bawahannya. Sedangkan masyarakat Kudus

menganggap bahwa semua orang derajatnya sama sehingga mereka berpikir

ruang ini tidak diperlukan.

Ruang pringgitan digunakan untuk pertunjukan wayang kulit. Masyarakat Kudus

banyak terpengaruh ajaran Sunan Kudus yang menganggap pertunjukan wayang

kulit sebagai syirik karena memadukan ajaran agama Islam dengan budaya Hindu.

Sehingga ruang ini dianggap tidak diperlukan.

B.Arsitektur Modern: National

Assembly Building, Bangladesh

“ I am working to develop the element to such an extent that it becomes a poetic

entity which has its own beauty outside of its place in the composition. In this way it

becomes analogous to the solid column I mentioned above as a giver of light.” –LOUIS

KAHN

Bangunan ini menjadi monumen

simbolis pemerintahan Bangladesh.

Hadir dengan eksotisme materialnya

(beton dan marmer), dan menjadi

paduan romantis dengan tata ruang

luarnya. Gedung kebanggaan rakyat

Bangladesh itu ditata agar menjadi

bagian dari lingkungan sekitarnya.

Arsitek: Louis Kahn

Tahun dibangun: 1959-1982

Lokasi: Dhaka, Bangladesh

Filosofi desain Louis Kahn:

mengoptimalkan penggunaan ruang dan

melambangkan budaya dan warisan di

Bangladesh.

Delapan hall yang mengelilingi

sebuah pusat berupa ruang parlementer

yang sangat besar, menjadi metafora

penempatan pemerintahan demokrasi yang

baru pada pusat bangunan.

Menerapkan prinsip modernisme

tetapi secara mendalam mengakar pada

konteks, penduduk kota , dan arsitektur

tradisional Bangali.

Bentuk geometri merupakan

abstraksi bentuk budaya Bangali yang

memadukan identitas lama dan baru.

Identitas lama tampak pada

penggunaan materialnya sedangkan

identitas baru terlihat pada bentuk

bangunan yang geometris.

BAB 2. KAJIAN MAKNA ARSITEKTUR BERDASARKAN TEORI SIMBOL

Dasar Pemikiran Susan K Langer

Awalnya terdapat sangat banyak teori mengenai seni yang saling bertentangan

satu sama lain. Ada sisi yang menyatakan teori A dan ada juga sisi yang menyatakan

teori B. dimana kedua teori ini saling bertentangan. Ada pihak yang mengganggap

bahwa teori A adalah teori yang benar sehingga teori B dianggap salah dan begitu pula

sebaliknya. Pertentangan ini merupakan pertanda adanya kesalahan konsepsi.

Pertentangan ini terlihat semakin rumit jika dilihat dari dua sudut berbeda, yakni

pencipta (seniman) dan penikmat (pengamat) seni. Dari sisi seniman seni dipandang

sebagai ekspresi sedangkan dari segi pengamat seni dianggap sebagai impresi.

Untuk meluruskan konsepsi dan menghindari pertentangan, para ahli

mengurangi dua aspek subjek diatas, dan menganggap aspek emosional karya seni

sebagai sesuatu yang melekat pada karya itu sendiri. Keberadaanya seobjektif bentuk,

fisik, warna dll.

Otto Baensch mengulas perasaan sebagai sesuatu yang objektif, dia

mengatakan bahwa ,”Seni ialah kegiatan mental dimana membawa isi dunia kepada

pengenalan yg jelas dan objektif, dan seni membawa isi dunia emosi. Seni bukan utk

kesenangan pengamat ttp utk memperkenalkannya pada sesuatu yg belum ia ketahui

sebelumnya. Seperti ilmu pengetahuan, seni bertujuan untuk dipahami.”

Setelah memahami adanya perasaan objektif ini, tidak berasal dari pengalaman

(inderawi) dan tidak diekspresikan oleh seorang subjek namun terkandung dalam karya

seni, timbul pertanyaan akan statusnya. Disinilah Susan K Langer mengutarakan

teorinya, bahwa hal tersebutlah yang dinamakan symbol.

Teori Simbol Susan K Langer

Pengertian symbol yang dimaksud Susan K Langer bukan berdasarkan konvensi

atau menjadi referensi, tetapi memberikan pendalaman dan bahkan mengalahkan

konvensi. Dalam definisi menurut Susan, Simbol ialah setiap sarana dimana kita bisa

membuat abstraksi.

Berdasarkan teori symbol yang dikemukakan oleh Susan K Langer, Simbol

dibagi menjadi dua yaitu:

1. Simbol diskursif, ialah bentuk yang digunakan secara literal dimana unit- unitnya

bermakna berdasarkan konvensi (aturan yg disepakati bersama). Selain itu

setiap unit memiliki maknanya sendiri sendiri seperti kata di dalam serangkaian

kalimat.

Logis

Logis yaitu bagaimana sebuah karya arsitektur dapat dimaknai secara

logis. Contohnya struktur bangunan. Pada kuil Parthenon yang memiliki

kolom berjejer, kolom-kolom ini dapat dipahami merupakan penyangga

dari entablatur dan pedimen diatasnya

Parsial

Parsial yaitu arsitektur yang terdiri dari bagian-bagian yang menyatu

menjadi satu kesatuan. Contohnya susunan kolom, pediment dan

entablature yang membentuk parthenon

Tatanan

Tatanan merupakan suatu pola/susunan dalam arsitektur. Contohnya

sebuah rumah memiliki tatanan/susunan dimana ruang public berada di

depan kemudian ruang privat berada di bagian belakang.

Pesan

Pesan merupakan sesuatu yang bisa ditangkap dari bentuk atau

komposisi sebuah arsitektur. Contohnya denah sebuah ruang yang terdiri

dari susunan bangku, meja dan papan tulis dapat dipahami sebagai

denah ruang kelas.

Tersurat

Yang dimaksud tersurat yaitu sesuatu yang bersifat denotative (dapat

diartikan secara langsung) yang dapat dilihat pada sebuah arsitektur.

Contohnya lubang angin dan jendela.

2. Simbol Presentasional, tidak terdiri dari unit- unit yang memiliki arti tetap untuk

digabung berdasarkan aturan tertentu dan juga tidak dapat diuraikan. Maknanya

ada dalam bentuk totalnya. Contohnya ialah sebuah lukisan yang hanya dapat

ditangkap melalui arti secara keseluruhan.

Rasa

Rasa merupakan apa yang dapat di tangkap dari sebuah arsitektur oleh

masing-masing individu berdasarkan inderanya. Rasa dari masing-masing

individu dapat berbeda sesuai denga pengalamannya.

Holistic

Holistik merupakan kesatuan, Arsitektur yang dipandang dari wujudnya

secara total (tidak perbagian).

Gestalt

Gestalt merupakan sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi

melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki

hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan.

Kesan

Kesan merupakan apa yang ditangkap oleh seseorang setelah melihat

suatu arsitektur. Contohnya arsitektur bergaya bali dan arsitektur yang

mewah.

Tersirat

Terisrat merupakan sesuatu yang tersimpul/terkandung dalam sebuah

arsitektur.

BAB 3. KAJIAN MAKNA OBJEK ARSITEKTUR BERDASARKAN TEORI SIMBOL

A.Arsitektur Nusantara: Rumah Pencu (Rumah Tradisional Kudus, Jawa Tengah)

1. Simbol Diskursif

a

.

L

o

g i

s

Teknologi struktur dan

konstruksi menunjukkan

karakter Joglo pada rumah

Pencu sebagai bangunan

yang simetris dan tahan

terhadap gempa.

b. Pesan

Bentuk atap yang khas pada rumah joglo pencu dengan adanya tiang(saka) di

tiap sudut atap menjadi ciri khas rumah joglo. Sehingga ketika ditemui

bentukan atap seperti di bawah ini maka dapat diketahui secara langsung

bahwa atap dimiliki oleh rumah joglo pencu.

c. Parsial

Rumah Pencu terdiri dari bangunan utama, halaman terbuka serta bangunan

pelengkap. Bangunan utama menghadap ke arah Selatan, posisi bangunan pada sisi

Utara tapak. Sedangkan bangunan pelengkap menghadap ke arah utara dan

menempati posisi di Selatan.

d. Tatanan

Atap rumah joglo pencu tersusun dari empat susunan :

Atap paling bawah dibentuk oleh dudur dan blandar diatas gebyog jogosatru.

Atap kedua dibentuk oleh dudur yang menghubungkan blandar di jogosatru

dengan blandar diatas gebyog dalem.

Atap ketiga dibentuk oleh dudur yang menghubungkan blandar dalem dengan

balok

tumpang

sari.

Atap terakhir dibentuk oleh dudur di atas tumpangsari (brunjung).

Bangunan utama

Rumah joglo pencu juga memiliki tatanan khas sesuai

fungsi dari setiap ruangnya. Bangunan utama

sebagai massa bangunan terbesar :

Jogosatru

Dalem

Pawon

Bangunan pelengkap sebagai area servis terdiri

dari sumur, kamar mandi, dan sisir.

e. Denotatif

Atap Joglo yang menjulang ke atas berfungsi sebagai ruang sirkulasi udara,

atap model ini sangat cocok untuk Indonesia yang beriklim tropis.

Atap pada Jogosatru merupakan atap miring perpanjangan dari atap Dalem

sehingga tinggi rumah tradisional Kudus bagian depan lebih rendah daripada atap

bagian Dalem.

Selain itu bentuk atap curam cocok untuk daerah dengan curah hujan yang tinggi.

2. Simbol Representational

a. Konotatasi

Terdapat elemen ukiran yang melambangkan status sosial penghuninya.

b. Kesan

Penggunaan penutup dinding berbahan kayu memanfatkan sumber daya alam

lokal, selain itu juga memberi kombinasi warna dengan kesan alami yang

membuat suasana lebih nyaman.

B.Arsitektur Modern: National Assembly Building, Bangladesh

1. Simbol Diskursif

a. Logis

Dinding-dindingnya setinggi 35 meter, terdiri dari susunan beton

telanjang, tanpa cat, berpola garis tipis. Seluruh struktur ini dirancang untuk

berbaur menjadi satu kesatuan yang tunggal dan non-terdiferensiasi.Tidak ada

satu kolom di seluruh bangunan. Kolom berlubang yang merupakan bagian

dari ruang telah diadopsi sebagai struktural.

Frankie pile foundation

Jenis pondasi tiang pancang dari beton yang dicor ditempat pengerjaan (cast

in place pile) dengan bagian ujung bawahnya yang diperbesar sehingga daya

dukung tiang semakin besar. Tiang pancang franki menggabungkan

keunggulan dari tiang bor dan tiang pancang, yaitu dapat dimanfaatkannya

secara maksimal kekuatan friksi tanah dan relatif ekonomis  karena beton

yang digunakan sesuai dengan kedalaman pondasi.

b. //Parsial

The main building (the Bhaban) is divided into three parts:

• //Presidential Plaza: 65,000 square feet (6,000 m²)

• The Main Plaza: 823,000 square feet (76,000 m²)

• //South Plaza: 223,000 square feet (21,000 m²)

c. Denotatif

/Lapisan pertama dinding luarnya diberi lubang raksasa, untuk sirkulasi udara.

Ada juga lubang berbangun bulat, lengkungan setengah lingkaran, segitiga,

segi empat, serta bentuk elips. Lapisan keduanya juga diberi bukaan

berbentuk sama dan berselang-seling dengan lapisan dinding luar.

d. /Tatanan

Ada dua persepsi tentang tatanan pada gedung ini. Jika dilihat dari sisi

architect sebenarnya, gedung ini adalah kumpulan sembilan bangunan yang

berdiri sendiri. Tiap unit terdiri dari berbagai macam pola dasar; ada segi

empat, elips, lingkaran, dan oktagonal. Masing-masing dibangun berdempetan

dengan pola simetris, sehingga menjadi satu kesatuan utuh. 

Presidaential plaza

2. Simbol Presentational

Persepsi lain (non architect) melihat tatanan bangunan ini sebagai gestalt

(bagian-bagian yang menjadi satu kesatuan). Karena jika dilihat dari luar

arsitektural, tatanan bangunanbeserta polanya ini perlu diterjemahkan terlebih

dahulu dan tidak bisa ditangkap secara langsung oleh nalar.

Kesan

Bangunan utama, yang di tengah kompleks, dibagi menjadi tiga bagian :

• Main Plaza

• Plaza Selatan

• Presiden Plaza.

Danau buatan mengelilingi tiga sisi bangunan utama. Penggunaan

elemen air untuk menggambarkan keindahan sungai Bangladesh menambah

nilai estetika situs. Eksterior bangunan mencolok dalam kesederhanaan,

dengan dinding besar sangat tersembunyi oleh portico dan bukaan besar

bentuk geometris biasa.

"The architectural image of the assembly building grows out of the conception

to hold a strong essential form to give particular shape to the varying interior

needs, expressing them on the exterior. The image is that of a many-faceted

precious stone, constructed in concrete and marble." — Louis I. Kahn. from

Heinz Ronner, with Sharad Jhaveri and Alessandro Vasella Louis I. Kahn:

Complete Works 1935-74. p247

/

DAFTAR PUSTAKA:

Langer, Susanne. 1948. Philosophy in a New Key. USA. The New American Library

Sudarwanto, Budi dan Murtomo, Bambang Adji. 2013. Studi Struktur dan Konstruksi

Bangunan Tradisional Rumah Pencu di Kudus. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia

Vol. 2 No. 1: 35.

Sardjono, Agung Budi. 2013. Konstruksi Rumah Tradisional Kudus.

Sardjono, Agung Budi. 2013. Tata Ruang Rumah Tradisional Kudus.

Amboro, Martina. 2014. Mengenal Rumah Kudus. (Online). (http:// martina-

lavienzka.blogspot.com diakses tanggal 21 Februari 2015).

Kusrini, Asmayani. 2004. Gedung Telanjang Warisan Kahn (Online).

(http://akurini.blogspot.com/2004/07/gedung-telanjang-warisan-kahn.html diakses

tanggal 20 Februari 2015).

Lacuna. 2015. National Assembly Building of Bangladesh. (online).

(http://architectuul.com/architecture/national-assembly-building-of-bangladesh diakses

tanggal 20 Februari 2015).

Kroll, Andrew. 2010. AD Classics: National Assembly Building of Bangladesh/ Louis

kahn. (online). http://www.archdaily.com/83071/ad-classics-national-assembly-building-

of-bangladesh-louis-kahn/ diakses tanggal 20 Februari 2015).