Paper Low Vision

22
PAPER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NAMA : Armin Wijaya NIM : 080100219 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan, apabila terdapat gangguan pada penglihatan seperti low vision, ini dapat menyebabkan efek negatif terhadap proses pembelajaran dan interaksi sosial sehingga dapat mempengaruhi perkembangan alamiah dari intelegensi maupun kemampuan akademis, profesi dan sosial. Low vision sendiri yaitu suatu keadaan dimana setelah dilakukan tindakan optimal (pengobatan, operasi dan koreksi kacamata) penglihatan masih buram (kurang dari 0,3) atau lapangan pandang kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan untuk melihat. 1,2 Angka kejadian kebutaan dan low vision akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi disertai penyebab lain, didapati sekitar 314 juta penduduk dunia mengalami gangguan penglihatan. Sebanyak 153 juta penduduk dunia mengalami visual impairement yang disebabkan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, sedikitnya 13 juta diantaranya adalah anak-anak usia 5- 15 tahun dimana prevalensi tertinggi terjadi di Asia Tenggara. 3 1

description

Low Vision

Transcript of Paper Low Vision

Page 1: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh

aspek kehidupan, apabila terdapat gangguan pada penglihatan seperti low vision,

ini dapat menyebabkan efek negatif terhadap proses pembelajaran dan interaksi

sosial sehingga dapat mempengaruhi perkembangan alamiah dari intelegensi

maupun kemampuan akademis, profesi dan sosial.

Low vision sendiri yaitu suatu keadaan dimana setelah dilakukan tindakan

optimal (pengobatan, operasi dan koreksi kacamata) penglihatan masih buram

(kurang dari 0,3) atau lapangan pandang kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi

tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan untuk melihat.1,2

Angka kejadian kebutaan dan low vision akibat kelainan refraksi yang

tidak terkoreksi disertai penyebab lain, didapati sekitar 314 juta penduduk dunia

mengalami gangguan penglihatan. Sebanyak 153 juta penduduk dunia mengalami

visual impairement yang disebabkan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi,

sedikitnya 13 juta diantaranya adalah anak-anak usia 5-15 tahun dimana

prevalensi tertinggi terjadi di Asia Tenggara.3

Pasien-pasien low vision biasanya mengalami kerusakan fungsi visual,

misalnya ketajaman mata tidak dapat terkoreksi dengan kacamata biasa atau lensa

kontak. Kerusakan tersebut seperti pandangan berawan, lapangan pandang

menyempit, atau skotoma yang besar. Kerusakan tersebut bisa disertai dengan

keluhan keluhan seperti : rasa silau, persepsi warna yang abnormal, atau

penurunan kontras mata.13

1

Page 2: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Menurut WHO, low vision dapat didefinisikan sebagai berikut: Seorang dengan

low vision merupakan orang yang mengalami kerusakan fungsi penglihatan

setelah penatalaksanaan dan/atau koreksi refraksi standar, dan mempunyai tajam

penglihatan kurang dari 6/18 (20/60) terhadap persepsi cahaya atau lapang

pandang kurang dari 10o.12

Low vision tidak sama dengan kebutaan. Tidak seperti orang yang

mengalami kebutaan, seseorang yang mengalami low vision masih dapat

mempergunakan penglihatannya. Namun, low vision biasanya mempengaruhi

kegiatan atau aktifitas sehari-hari seperti membaca dan menyetir. Seseorang

dengan low vision mungkin tidak dapat mengenali gambar pada kejauhan atau

kesulitan membedakan warna yang hampir serupa.1,2,6

Walaupun low vision dapat terjadi di segala usia, low vision terutama

lebih banyak terjadi pada usia lanjut. Low vision bukan bagian dari proses

penuaan. Penyebab utama visual impairment dan low vision pada dewasa antara

lain :

- Usia yang berhubungan dengan degenerasi makula

- Glaukoma

- Katarak

- Retinopati diabetes 2,6,7

Apabila visual impairment diketahui lebih cepat, penatalaksanaan dapat

lebih efektif.

2

Page 3: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

Bagan 1. Aspek-aspek low vision (American Academy of Ophthalmology, 1992)

2.2. Epidemiologi

Angka kejadian kebutaan dan low vision akibat kelainan refraksi yang tidak

terkoreksi disertai penyebab lain, didapati sekitar 314 juta penduduk dunia

mengalami gangguan penglihatan. Sebanyak 153 juta penduduk dunia mengalami

visual impairement yang disebabkan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi,

sedikitnya 13 juta diantaranya adalah anak-anak usia 5-15 tahun dimana

prevalensi tertinggi terjadi di Asia Tenggara.3

Selain itu, perkiraan sekitar 13,5 juta orang Amerika diatas usia 45 tahun

mengalami low vision dan lebih dari dua pertiga diperkirakan terjadi diatas usia

65 tahun. Pada usia diatas 65 tahun diprediksikan akan meningkat dari 33,2 juta di

tahun 1994 akan menjadi 80 juta pada tahun 2050. Peningkatan penderita yang

mengalami low vision ini dinilai akan mengalami peningkatan yang cukup

berpengaruh. Low vision menempati peringkat ke tiga setelah arthritis dan heart

3

Disorder Impairment Disability Handicap

ORGAN PATIENT

Anatomy changes

Functional changes

Skills and abilities affected

Socioeconomic consequences

Extra effort

Loss of independent

Visual acquity

Visual field

Contrast sensitivity

Reading

Writing

Daily living

Mobility

Inflamation

Atrophy

Scar

EXAMPLES

Page 4: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

diseases sebagai penyakit kronis yang paling sering memerlukan alat bantu dalam

aktivitas sehari-hari pada orang yang berusia diatas 70 tahun.1

2.3. Klasifikasi

The International Classification of Diseases, Revisi ke-9, Clinical Modification

(ICD-9-CM) membagi low vision menjadi 5 kategori yaitu : 1,12

- Moderate visual impairment. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat

dikoreksi yaitu kurang dari 20/60 to 20/160

- Severe visual impairment. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat

dikoreksi yaitu kurang dari 20/160 sampai 20/400 atau diameter lapangan

pandang kurang lebih 20°.

- Profound visual impairment. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat

dikoreksi yaitu kurang dari 20/400 sampai 20/1000, atau diameter

lapangan pandang kurang lebih 10°.

- Near-total vision loss. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat dikoreksi

yaitu kurang dari sama dengan 20/1250.

- Total blindness. No light perception.

2.4. Etiologi dan Gejala

Low vision dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi mata

dan sistem visual. Kelainan – kelainan ini dapat diklasifikasikan menjadi 4

(empat) bagian besar yang dapat membantu dalam memahami kesulitan dan

keluhan pasien serta memilih dan mengimplementasikan strategi untuk

rehabilitasinya.9

Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan

yaitu :2,6,12

- Penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat

kekeruhan media (kornea, lensa, corpus vitreous).

- Gangguan resolusi fokus tanpa skotoma sentralis dengan ketajaman perifer

normal, khas pada oedem makula.

- Skotoma sentralis, khas untuk gangguan makula degeneratif atau inflamasi

dan kelainan-kelainan nervus optikus.

4

Page 5: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

- Skotoma perifer, khas untuk glaukoma tahap lanjut, retinitis pigmentosa

dan gangguan retina perifer lainnya.

Adapun ciri-ciri umum penderita low vision yaitu sebagai berikut :

- Menulis dan membaca dalam jarak dekat.

- Hanya dapat membaca huruf berukuran besar.

- Memicingkan mata atau mengerutkan dahi ketika melihat di bawah cahaya

yang terang.

- Terlihat tidak menatap lurus ke depan ketika memandang sesuatu.

- Kondisi mata tampak lain, misalnya terlihat berkabut atau berwarna putih

padabagian luar.

2.5. Diagnosis dan Penatalaksanaan

2.5.1. Anamnesa

Pemeriksaan low vision dapat dimulai dengan anamnesa yang lengkap.

Mengidentifikasi pasien-pasien tersebut dan mencatat alamat mereka penting di

dalam pencegahan, terapi medis dan pembedahan.9

Pasien-pasien harus ditanyai mengenai sifat, lama dan kecepatan gangguan

penglihatan. Aktivitas-aktivitas sehari-hari yang tidak dapat dilakukan harus

dibahas secara spesifik. Gejala awal dari penderita ini biasanya yang bersangkutan

mengalami kesulitan untuk :12

1. Mengenali wajah teman dan orang di sekitarnya.

2. Membaca, memasak, menjahit dan mengenal alat-alat di sekitarnya.

3. Melakukan aktivitas di rumah dengan penerangan yang redup.

4. Membaca rambu-rambu lalu-lintas, bis dan nama toko.

5. Memilih dan mencocokkan warna baju.

2.5.2. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan

5

Page 6: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

Penilaian fungsi penglihatan merupakan kunci rehabilitasi low vision dimana

menjadi penujuk dalam usaha-usaha memaksimalkan fungsi penglihatan melalui

latihan-latihan dan penggunaan alat-alat bantu.

Pemeriksaan terhadap pasien low vision berbeda dari pemeriksaan

ophthalmologi yang lazim diterapkan.12

- Pemeriksaan Tajam Penglihatan

Merupakan uji yang pertama di dalam penilaian fungsi penglihatan.

Ketajaman penglihatan menunjukkan pengenalan gambaran yang berbeda

dengan kemampuan pengenalan benda. Aktivitas sehari-hari sering

membutuhkan pengenalan detil seperti pengenalan wajah dan

mengidentifikasi uang.13

Untuk  pemeriksaan  pasien low  vision, snellen chart sering  tidak

memuaskan sehingga tidak dijadikan standar pengukuran tetapi dianjurkan

menggunakan The Early Treatment Retinopaty Charts (ETDRS),

colenbrander 1-m chart, Bailey-Lovie Chart, LEA chart.13

Gambar 1. LEA chart

Ketajaman penglihatan yang telah terkoreksi maksimum diukur

pada jarak 4 m, 2 m atau 1 m dengan ETDRS, yang memiliki baris-baris

(masing-masing dengan lima huruf). Jarak pemeriksaan 4 m digunakan

6

Page 7: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

untuk ketajaman penglihatan yang kurang dari 20/200 dan jarak

pemeriksaan 1 m untuk ketajaman penglihatan yang kurang dari 20/400.

Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan-kelainan yang sangat

bervariasi sehingga tidak spesifik terhadap suatu gangguan.13

- Pemeriksaan Penglihatan Dekat dan Kemampuan Membaca 

Setelah ditentukan ketajaman penglihatan jarak jauh, dilakukan

pengukuran ketajaman pengukuran penglihatan jarak dekat (membaca).

Terdapat perbedaan jarak standar baca. Beberapa menggunakan 33 cm dan

yang lain menggunakan 14 inchi atau 40 cm. Tetapi ukuran ini tidak dapat

digunakan untuk mengukur jarak baca pasien low vision.13

Pemilihan uji baca yang tepat adalah penting. Kartu bacaan dengan

ukuran-ukuran huruf yang geometrik dan dengan pencatatan ukuran

symbol lebih disukai karena dilengkapi dengan perhitungan. Kartu yang

memenuhi standar diatas adalah The Minnesota Low Vision Reading Test

(MNReadtest), dimana setiap kalimat disesuaikan jarak dan

penempatannya. Colenbrander 1-m chart juga mempunyai segmen-segmen

pembacaan yang sama. Rangkaian – rangkaian ini mengikuti perhitungan

dan perbandingan dari kecepatan baca ketepatan didalam hubungannya

dengan ukuran huruf.13

Jenis uji baca lain adalah paper visual skills for reading test, the

Morgan Low Vision Reading Comprehension Assesment.13

- Pengukuran Sensitivitas Kontras 13

Bukan merupakan indikator yang spesifik untuk masalah-masalah yang

bervariasi di dalam sistem penglihatan.

Sensitivitas  kontras  merupakan kemampuan mendeteksi benda

pada kontras yang rendah.

Pasien akan mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas

sehari-hari seperti mengendarai kendaraan di saat hujan atau kabut,

menuruni tangga, menuangkan susu kedalam mangkuk putih.

7

Page 8: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

Pembesaran dilakukan bila tidak dapat mengenal huruf dengan

kontras tinggi saat membaca. Penurunan sensitivitas kontras sering

ditemukan pada pasien dengan edema makula.

Pelli-Robson chart  dan LEA low –contrast chart   memberikan

huruf-huruf atau symbol-simbol yang besar dengan penurunan kontras.

Alternatif lain yaitu Bailey-Lovie chart.

Gambar 2. Bailey-Lovie Chart

Pendekatan  lain  yang  lebih  inovasi  yaitu the  SKILL  card  yang

mengkombinasikan efek-efek kontras dengan iluminasi rendah. Pada salah

satu sisi mempunyai huruf-huruf regular (huruf berwarna hitam dengan

latar belakang putih), sisi yang lainnya mempunyai kontras yang

rendah, low luminance chart  (huruf berwarna hitam dengan latar

belakang abu-abu gelap).

- Pemeriksaan lapangan pandang

Perimetri makular merupakan salah satu pengukuran yang terpenting dari

aspek-aspek penilaian low vision, tetapi sering neglected (diabaikan).

Skotoma makular memberikan dampak mayor didalam aktivitas

sehari-hari dan terjadi pada 83% pasien. Terdapatnya skotoma sentral atau

parasentral menimbulkan masalah didalam kecepatan membaca dibandingkan

gangguan pada tajam penglihatan.13

8

Page 9: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

Amsler grid digunakan untuk mencari adanya skotoma sentralis dan

menentukan posisi dan kepadatannya serta daerah distorsinya. Perlu dicatat

apakah distorsi yang dilihat pasien berkurang pada penglihatan binokular atau

monokular. Apabila dengan penglihatan binokular distorsinya kurang maka

pasien mungkin calon untuk penggunaan lensa baca mengoreksi kedua mata

dari pada penggunaan lensa monokular biasa. Skotoma sentralis juga dapat

digrafikkan pada layar singgung.11

Walaupun mudah digunakan, uji Amsler Grid dan perimetri lainnya

tidak sensitive untuk mendeteksi skotoma monokular yang kecil dan tidak

akurat dalam menentukan perluasan skotoma. Scanning Laser

Ophthalmoscope (SLO) adalah instumen yang lebih disukai tetapi harganya

mahal.13

Tangent screen dapat memberikan hasil yang tepat jika dilakukan oleh

perimetrist yang ahli dan sesuai dengan protokol pengujian. Perimetri makular

paling baik dilakukan dengan teknik hybrid dimana menggunakan intesitas

stimulus yang tunggak untuk seluruh lokasi uji, seperti perimetri kinetik, tatapi

target berada pada lokasi retina yang spesifik, seperti perimetri statik.18

2.6. Alat Bantu Low Vision

Alat-alat bantu optik maupun non optik dapat membantu penderita menggunakan

sisa penglihatannya dan meningkatkan kualitas hidup penderita serta mengurangi

ketergantungan penderita kepada orang lain.

Terdapat 3 jenis alat bantu optik untuk low vision:

1. alat bantu lensa konveks misalnya kacamata, kaca pembesar dan kaca

pembesar berdiri (stand magnifiers).

2. Sistem teleskopik misalnya teleskop kacamata, lup teleskop yang dapat

disangkutkan (clip on) dan alat alat bantu yang dapat di genggam.

3. Sistem membaca elektronik yang mencakup mesin pembaca closed circuit

television (CCTV)

9

Page 10: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

Tabel 1 aktivitas sehari hari yang terganggu dan alat bantu yang di sarankan

Activity Optical Aids Nonoptical Aids

Shopping Hand magnifier Lighting, color cues

Fixing a snack Bifocals Color cues, consistent storage plan

Eating out Hand magnifier Flashlight, portable lamp

Identifying money

Bifocal, hand magnifier Arrange wallet in compartments

Reading print High-power spectacle, bifocal, hand magnifier, stand magnifier, closed circuit television

Lighting, high-contrast print, large print, reading slit

Writing Hand magnifier Lighting, bold-tip pen, black ink

Dialing a telephone

Telescope Large-print dial, hand-printed directory

Crossing streets Telescope Cane, ask directions

Finding taxis and bus signs

Hand magnifier

Reading medication labels

Hand magnifier Color codes, large print

Reading stove dials

Hand magnifier Color codes

Thermostat adjustment

Hand magnifier Enlarged-print model

Using a Intermediate add spectacles High-contrast color, large-

10

Page 11: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

computer print program

Reading signs Spectacle Move closer

Watching sporting event

Telescope Sit in front rows

Gambar 3 kaca mata auto fokus

Gambar 4 Teleskop

11

Page 12: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

Gambar 5 Handheld magnifier

Gambar.6 Stand magnifier

Gambar 7. Zoom text and jaws pada perangkat lunak komputer (CCTV)

12

Page 13: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

BAB III

KESIMPULAN

Low vision merupakan suatu keadaan dimana setelah dilakukan tindakan

optimal (pengobatan, operasi dan koreksi kacamata) penglihatan masih buram

(kurang dari 0,3) atau lapangan pandang kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi

tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan untuk melihat. Adapaun aspek-

aspek yang terdapat dalam low vision menurut American Academy of

Ophthalmology terbagi atas 4 yaitu : disorder, impairment, disability, dan

handicap.

The International Classification of Diseases mengklasifikasikan low

vision menjadi 5 kategori yaitu : Moderate visual impairment, Severe visual

impairment, Profound visual impairment, Near-total vision loss, dan Total

blindness.

Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan

yaitu : penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat

kekeruhan media (kornea, lensa, corpus vitreous), gangguan resolusi fokus tanpa

skotoma sentralis dengan ketajaman perifer normal, khas pada oedem makula,

skotoma sentralis, khas untuk gangguan makula degeneratif atau inflamasi dan

kelainan-kelainan nervus optikus, skotoma perifer, khas untuk glaukoma tahap

lanjut, retinitis pigmentosa dan gangguan retina perifer lainnya.

Penderita low vision memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut : menulis

dan membaca dalam jarak dekat, hanya dapat membaca huruf berukuran besar,

memicingkan mata atau mengerutkan dahi ketika melihat di bawah cahaya yang

terang, terlihat tidak menatap lurus ke depan ketika memandang sesuatu, kondisi

mata tampak lain, misalnya terlihat berkabut atau berwarna putih padabagian luar.

Berdasarkan ciri-ciri umum dari penderita low vision tersebut dapat

dilakukan anamnesa, pemeriksaan fungsi penglihatan seperti pemeriksaan tajam

penglihatan, pemeriksaan penglihatan dekat dan kemampuan membaca,

pengukuran sensitifitas kontras, dan pemeriksaan lapangan pandang. Selain itu,

penderita low vision dapat ditolong dengan menggunakan alat bantu

13

Page 14: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

mempermudah mereka mengikuti kegiatannya sehari-hari. Alat –alat yang

dibutuhkan terbagi menjadi 2 kategori yaitu optik dan non-optik, contoh alat bantu

optik antara lain : kacamata, teleskop, kaca pembesar. Sedangkan contoh alat non-

optik anatara lain yaitu : lampu penerangan, video pembesar, dan perangkat lunak

komputer.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: Paper Low Vision

PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Armin WijayaNIM : 080100219

1. American Academy of Ophthalmology. Clinical Optics, Chapter 9, 2011-

2012, p. 283-285

2. Low Vision. University of Michigan Kellogg Eye Center. Available at :

http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/lowvision.html

3. Final Report : Anec Report “New Standard For The Visual Accessibility

of Signs and Signage For People With Low Vision”. Universitair

Ziekenhuis Gent. 2010

4. Resnikoff S, Pascolini D, Pararajasegaram R. et all. Policy and Practice :

Global Data On Visual Impairment In The Year 2002. Bulletin Of The

World Helath Organization. 2004

5. Resnikoff S. The Role Of Optometry in Vision 2020. Available at :

http://www.cehjournal.org/0953-6833/15/jceh_15_43_033.html

6. Friedman A. Low Vision : Causes Effects and Treatments. United Health

Care. Available at : htt://www.nei.nih.gov/strategicplanning/np_low.asp

7. Low Vision : Expanding Possibilities For People With Vision Loss.

American Foundation For The Blind. Available at :

http://www.afb.org/section.aspx?SectionID=26

8. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Ke-3. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 2009

9. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New

York : Blackwell Publishing, 2003; 20-26

10. Flecther DC. Low Vision Rehabilitation : Ophthalmology Monographs.

American Academy of Ophthalmology. 1999, p.1-133

11. How To Cope With Low Vision. Available at :

http://www.allaboutvision.com/lowvision.html

12. Nurchaliza HS. Low Vision. Fakultas kedokteran USU. Medan. 2009

13. Paul RE, John PW. Oftalmologi Umum Vaughan&Asbury. Jakarta . 2010.

15