Paper Konflik Suku Madura vs Suku Toraja

11
PENERAPAN MODEL POLMAS-PATRON KLIEN PADA UPAYA PENANGGULANGAN KONFLIK ANTAR SUKU BANGSA GUNA MEWUJUDKAN KEHARMONISAN DALAM HUBUNGAN ANTAR SUKU BANGSA I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Corak majemuk yang ada pada masyarakat di Indonesia membawa konsekuensi tersendiri dalam kehidupan sosial antar suku bangsa yang ada di dalamnya. Beraneka ragam corak kebudayaan yang dimiliki sukubangsa-sukubangsa di Indonesia terjalin dalam suatu struktur interaksi yang merupakan perwujudan dari hubungan antar sukubangsa tersebut yang selanjutnya menciptakan dan memantapkan batas-batas sosial antara satu suku bangsa dengan sukubangsa lainnya dan merupakan pembeda satu kebudayaan sukubangsa. Penggunaan kebudayaan tersebut oleh sukubangsa- sukubangsa adalah untuk menginterpretasi berbagai gejala yang ada dalam diri mereka menurut lingkungan hidup masing-masing, yang mereka jadikan sebagai atribut-atribut untuk menunjukkan identitas mereka yang berbeda satu dengan yang lainnya. Melalui batas- batas sukubangsa tersebut, stereotip yang dipunyai oleh masing-masing sukubangsa mengenai diri mereka satu sama lainnya dapat tetap lestari, karena melaui stereotip dandi dalamnya lah perbedaan-perbedaan sukubangsa yang berbeda itu dapat terwujudkan. Salah satu contoh riil stereotip tersebut antara lain, dalam pengetahuan Orang Indonesia pada umumnya, Orang Madura memiliki watak yang keras dan cenderung

description

Konflik antar sukubangsa Madura dan Toraja

Transcript of Paper Konflik Suku Madura vs Suku Toraja

Page 1: Paper Konflik Suku Madura vs Suku Toraja

PENERAPAN MODEL POLMAS-PATRON KLIEN PADA UPAYA PENANGGULANGAN KONFLIK ANTAR SUKU BANGSA

GUNA MEWUJUDKAN KEHARMONISAN DALAM HUBUNGAN ANTAR SUKU BANGSA

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Corak majemuk yang ada pada masyarakat di Indonesia membawa

konsekuensi tersendiri dalam kehidupan sosial antar suku bangsa yang

ada di dalamnya. Beraneka ragam corak kebudayaan yang dimiliki

sukubangsa-sukubangsa di Indonesia terjalin dalam suatu struktur

interaksi yang merupakan perwujudan dari hubungan antar sukubangsa

tersebut yang selanjutnya menciptakan dan memantapkan batas-batas

sosial antara satu suku bangsa dengan sukubangsa lainnya dan

merupakan pembeda satu kebudayaan sukubangsa.

Penggunaan kebudayaan tersebut oleh sukubangsa-sukubangsa

adalah untuk menginterpretasi berbagai gejala yang ada dalam diri

mereka menurut lingkungan hidup masing-masing, yang mereka jadikan

sebagai atribut-atribut untuk menunjukkan identitas mereka yang berbeda

satu dengan yang lainnya. Melalui batas-batas sukubangsa tersebut,

stereotip yang dipunyai oleh masing-masing sukubangsa mengenai diri

mereka satu sama lainnya dapat tetap lestari, karena melaui stereotip

dandi dalamnya lah perbedaan-perbedaan sukubangsa yang berbeda itu

dapat terwujudkan.

Salah satu contoh riil stereotip tersebut antara lain, dalam

pengetahuan Orang Indonesia pada umumnya, Orang Madura memiliki

watak yang keras dan cenderung menyelesaikan suatu permasalahan,

baik dengan sesama suku Madura ataupun suku-suku diluarnya dengan

cara kekerasan yang lebih dikenal dengan sebutan ”carok”, dimana pihak-

pihak yang terlibat konflik akan melakukan duel maut sampai ada salah

satu pihak yang terluka atau bahkan tewas. Dan tidak berhenti di situ

saja, hal tersebut seringkali berkelanjutan dengan adanya dendam dari

pihak keluarga ataupun kerabat yang terluka atau tewas. Sejumlah

stereotip biasanya diikuti sejumlah prasangka, atau dugaan mengenai

sesuatu pola tindakan berdasarkan stereotip yang telah ada dan diyakini

kebenarannya. Contohnya, Orang Madura banyak yang ”berprofesi”

sebagai pelaku kejahatan, seperti Curanmor, Curat maupun Curas.

Page 2: Paper Konflik Suku Madura vs Suku Toraja

Pengaktifan sentimen kesukubangsaan dapat berguna dalam rangka

menciptakan solidaritas sosial yang melibatkan sukubangsa yang

bersangkutan untuk dipertentangkan dengan warga dari sukubangsa

lainnya ketika terjadi persaingan dalam perebutan suatu sumber rejeki

dan pengalokasian pendistribusiannya, atau untuk mempertahankan serta

memperjuangkan kehormatan sukubangsanya yang dianggap telah

dirusak oleh pihak lawannya. Sebuah isue tentang penodaan kehormatan

sukubangsa oleh sukubangsa lainnya dapt diaktifkan ketika warga suatu

sukubangsa merasa bahwa mereka telah diperlakukan tidak adil dalam

suatu penyelesaian pertengkaran atau ”aturan main” yang berlaku telah

dimanipulasi oleh sukubangsa pihak lawannya tidak sesuai dengan tradisi

yang berlaku, atau tidak ketat sanksi-sanksinya sehingga hal tersebut

dapat memperjelas dan mempertajam batas-batas di antara sukubangsa

yang dapat dinilai sebagai potensi-potensi konflik antar sukubangsa.

Potensi konflik dimaksud dapat terwujud sebagai konflik apabila ada

pemicunya, yang biasanya dimulai oleh pihak warga sukubangsa yang

merasa dirugikan oleh suatu perbuatan yang tidak adil yang dilakukan

oleh pihak lawannya yang kemudian dilihat dalam suatu kerangka yang

lebih bias dengan mengacu pada stereotip serta prasangka yang dimiliki

oleh pihak sukubangsa yang dirugikan.

Selanjutnya sebagai ulasan riil tentang konflik antar sukubangsa

dimaksud, penulis hendak mengetengahkan suatu peristiwa yang terjadi

di Kota Malang tentang pertikaian antara sekelompok warga sukubangsa

Madura dan Toraja yang berdomisili di kota tersebut, yang terjadi pada

saat penulis berdinas di Polresta Malang.

Kejadian tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2009,

kurang lebih pukul 02.00 Wib dimana sekelompok Orang Madura yang

dipimpin oleh FIFIT YUDIANTO melakukan perusakan rumah milik warga

sukubangsa Toraja yang bernama RONAL BUNTULOMBO di perumahan

Dewandaru Kav 4 Kota Malang. Disamping itu mereka juga mengancam

akan membunuh RONAL BUNTULOMBO dengan menggunakan senjata

khas Madura ”clurit”, namun hal tersebut tidak berhasil dikarenakan

RONAL BUNTULOMBO dapat mengamankan diri sebelumnya.

2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, permasalahan

yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Bagaimana upaya Polri di

2

Page 3: Paper Konflik Suku Madura vs Suku Toraja

tingkat KOD dalam menanggulangi konflik antar sukubangsa guna

mewujudkan keharmonisan dalam hubungan antar sukubangsa ?

3. Persoalan-persoalan

a. Bagaimana perspektif konflik antar sukubangsa dengan studi kasus

pada penanganan tindak pidana melakukan kekerasan secara

bersama-sama di muka umum (pasal 170 KUHP) atas nama

tersangka FIFIT YUDIANTO dkk ?

b. Apa yang menyebabkan terjadinya konflik yang bercorak

kesukubangsaan tersebut ?

c. Bagaimana Upaya Polri di tingkat KOD dalam menanggulangi konfik

antar sukubangsa dalam hubungan antar sukubangsa ?

II. PEMBAHASAN

1. Perspektif Konflik Antar Sukubangsa

(Studi kasus : Tindak pidana melakukan kekerasan secara bersama-sama

di muka umum (pasal 170 KUHP) atas nama tersangka FIFIT YUDIANTO

dkk.)

Kejadian perusakan rumah milik RONAL BUNTULOMBO oleh FIFIT

YUDIANTO dkk dilatarbelangi adanya peristiwa sebelumnya yaitu pada

hari Rabu tanggal 25 Maret 2009 kurang lebih pukul 00.00 Wib, teman

dari FIFIT YULIANTO yang bernama IBNU MUBARAK sedang berlatih

standing style / free style menggunakan sepeda motor di depan rumah

kontrakan FIFIT YULIANTO di perumahan Istana Dewandaru Kav 1 Kota

Malang dengan disaksikan oleh FIFIT YULIANTO dan sembilan orang

temannya yang lain, yaitu GANIS SAMSIDAR, SYARIF HIDAYAT,

ZAINAL FATAH, FITRAH HARIANSYAH, SALIM, AHMAD FARUK,

AKHMAD SUBAKTI, TRI FAJAR WAHYUDI dan ANSARUL FATAH, yang

kesemuannya adalah bersukubangsa Madura dan sebagai mahasiswa

dari beberapa perguruan tinggi di Kota Malang, antara lain, Universitas

Brawijaya, Universitas Muhammadiyah, Universitas Widyagama dan

Universitas Negeri Malang.

Selanjutnya FIFIT YULIANTO dkk tersebut didatangi oleh RONALD

BUNTULOMBO dan tujuh orang temannya yaitu NATHAN INDRA

SARANGA, SUPRIANTO PANCA KENDEKALLO, JUANKY GEORGE

PATANDUK, FRANSISKUS BUDI ADE IRAWAN, RICHARD LOSA,

MICHAEL INSANI dan DIRTO PRAYUDI, yang kesemuanya adalah suku

3

Page 4: Paper Konflik Suku Madura vs Suku Toraja

Toraja sebagai mahasiswa dan PNS di Kota Malang, dalam rangka

mengingatkan IBNU MUBARAK agar tidak berlatih standing style di

kawasan perumahan tersebut karena sudah tengah malam dan suara

sepeda motornya sangat mengganggu warga sekitar.

Menurut keterangan yang diberikan kepada penyidik Polresta Malang

versi RONALD BUNTULOMBO dkk bahwa mereka mengingatkan IBNU

MUBARAK dkk dengan cara yang sopan, namun menurut versi FIFIT

YULIANTO dkk tidak demikian, yaitu pada saat RONALD BUNTULOMBO

mengingatkan IBNU MUBARAK, maka IBNU MUBARAK dapat

menerimanya dan meminta maaf kepada RONALD BUNTULOMBO dkk

yang merasa terganggu tetapi sesaat sambil meninggalkan tempat

berkumpul IBNU MUBARAK dkk kemudian beberapa teman RONALD

BUNTULOMBO meneriakkan kata-kata kasar khas Toraja ”cukimai”

kepada IBNU MUBARAK dkk yang disertai dengan lemparan botol dan

benda keras ke arah IBNU MUBARAK dkk.

Selanjutnya FIFIT YULIANTO dkk mendatangi rumah RONALD

BUNTULOMBO dengan membawa clurit, batu serta tongkat kayu untuk

melakukan perusakan di rumah tersebut serta bermaksud melukai bahkan

mengancam membunuh RONALD BUNTULOMBO dkk.

Tidak lama berselang setelah kejadian perusakan tersebut, Polisi

melakukan penangkapan terhadap FIFIT YULIANTO dkk berdasarkan

laporan dari RONALD BUNTULOMBO yang pada saat kejadian berada di

rumah RICHARD LOSA. Namun seiring dengan berjalannya proses

penyidikan perkara dimaksud, terjadi perdamaian antara kedua pihak

tersebut yang melibatkan para tokoh dari masing-masing perkumpulan

warga sukubangsa Madura dan Toraja di Kota Malang yang difasilitasi

oleh pihak kepolisian.

2. Penyebab Terjadinya Konfik Antar Sukubangsa

a. Sentimen kesukubangsaan

Sebagaimana uraian latar belakang kejadian diatas, dapat terlihat

bahwa unsur sentimen kesukubangsaan dari FIFIT YULIANTO dkk

sebagai sukubangsa Madura timbul secara spontan akibat perlakuan

dari RONALD BUNTULOMBO dkk yang dianggap telah melukai harga

diri FIFIT YULIANTO dkk walaupun pada kenyataannya awal mula

pertikaian tersebut tidak dilandasi oleh permasalahan yang terkait isue

kesukubangsaan. Namun sentimen kesukubangsaan tersebut

4

Page 5: Paper Konflik Suku Madura vs Suku Toraja

diaktifkan oleh FIFIT YULIANTO dkk sebagai solidaritas terhadap

IBNU MUBAROK yang mendapat perlakuan kasar dari RONALD

BUNTULOMBO dkk dan diinterpretasikan telah menodai kehormatan

dan harga diri sukubangsa Madura sehingga terwujudlah

kelanjutannya sebagai konflik fisik yang bertujuan untuk melakukan

penghancuran terhadap harta benda bahkan jiwa raga pihak

sukubangsa Toraja.

c. Eksistensi Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan negara kita Bhinnekka Tunggal Ika merupakan

cerminan kenyataan aktual dari masyarakat Indonesia yang terdiri atas

lebih dari 500 sukubangsa yang masing-masing memiliki jatidiri

sukubangsa dan kebudayaan. Tidak dapat dipungkiri, kemajemukan

bangsa Indonesia bagaikan pedang bermata dua, yang pada satu sisi

dapat teraktivasi sebagai faktor pemersatu namun di satu sisi lainnya

dapat menyebabkan perpecahan.

Berdasarkan contoh riil kejadian diatas, dapat dilihat bahwa

kekentalan aroma kesukubangsaan yang dipandang secara sempit

oleh FIFIT YULIANTO dkk yang mengutamakan jatidiri sukubangsa

Madura telah menjadi pemicu konflik tersebut yang menjadikan

mereka lupa pada jatidiri yang lebih besar sebagai bangsa Indonesia,

yaitu jatidiri nasional yang memandang bahwa adanya kenyataan

berupa perbedaan dalam keanekaragaman sukubangsa-sukubangsa

di Indonesia namun tetap satu jua dalam semangat negara kesatuan

Republik Indonesia.

Sehingga dalam kejadian tersebut terdapat kenyataan bahwa

ternyata Bhinneka Tunggal Ika belum sepenuhnya mendarah daging

pada diri sebagian warga negara Indonesia tersebut yang

mengutamakan primordialisme kesukubangsaannya dalam

menyelesaikan permasalahan.

3. Upaya Menanggulangi Konfik Antar Sukubangsa

a. Aspek kualitas warga sukubangsa

1) Perlunya diberikan pemahaman dan pembinaan mental secara

konsisten dan berkesinambungan terhadap para warga

sukubangsa di Indonesia terhadap eksistensi Bhinneka Tunggal

Ika sebagai faktor pemersatu keanekaragaman di Indonesia, bukan

sebagai faktor pemicu perpecahan atau konflik.

5

Page 6: Paper Konflik Suku Madura vs Suku Toraja

2) Perlunya diberikan pemahaman kepada para pihak yang terlibat

konflik untuk meniadakan stereotip dan prasangka yang ada pada

kedua belah pihak dengan cara memberikan pengakuan bahwa

masing-masing pihak adalah sederajat dan melalui kesederajatan

tersebut masing-masing anggota sukubangsa berupaya untuk

saling memahami perbedaan yang mereka punyai serta menaati

berbagai norma yang berlaku di dalam masyarakat.

3) Adanya kesediaan dari kedua belah pihak yang terlibat konflik

untuk saling memaafkan dan melupakan peristiwa yang telah

terjadi.

b. Penerapan model Polmas secara sinkron dengan model Patron-Klien

Terjadinya perdamaian pada konflik antar sukubangsa yang telah

terwujud dalam sebuah konflik fisik tidaklah mudah sehingga perlu

adanya campur tangan pihak ketiga yang memiliki kapabilitas sebagai

orang atau badan organisasi yang dihormati dan dipercaya

kesungguhan hatinya serta ketidakberpihakannya terhadap kedua

belah pihak yang terlibat konflik.

Peran selaku pihak ketiga dimaksud dapat dilakukan oleh Polri

sebagai ”juru damai” dalam rangka mewujudkan situasi yang kondusif

dalam hubungan antar sukubangsa dengan memberi kesempatan

terjadinya perdamaian dimaksud seiring berjalannya proses

penyidikan yang dilandasi pemikiran pencapaian hasil yang lebih

penting dari sekedar proses penegakkan hukum berupa keharmonisan

hubungan antar sukubangsa yang berkesinambungan. Dalam hal ini,

Polri dapat menerapkan metode Polmas dengan melibatkan para

tokoh dari masing-masing sukubangsa Madura dan Toraja yang

merupakan Patron dari kedua belah pihak yang terlibat konflik yang

tujuannya adalah agar permasalahan yang terjadi dapat terselesaikan

secara arif dan bijaksana oleh, dari dan untuk kedua sukubangsa

dimaksud termasuk dalam hal menghadapi permasalahan-

permasalahan lainnya di waktu yang akan datang.

III. KESIMPULAN

Perspektif konflik antara sukubangsa Madura dan Toraja tersebut diatas

terutama disebabkan pengaktifan sentimen kesukubangsaan secara sempit

dan subyektif yang diinterpretasikan sebagai perbuatan yang melukai harga

6

Page 7: Paper Konflik Suku Madura vs Suku Toraja

diri dan kehormatan sukubangsa Madura oleh sukubangsa Toraja yang

selanjutnya terwujud sebagai konflik fisik yang bertujuan melakukan

penghancuran harta benda bahkan ancaman pemusnahan jiwa pihak

sukubangsa Toraja oleh sukubangsa Madura.

Kurangnya pemahaman dan internalisasi nilai-nilai yang terkandung

dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika oleh generasi muda tersebut turut

memicu munculnya konflik antar sukubangsa yang semestinya tidak terjadi

apabila nilai-nilai dimaksud telah tertanam dalam tiap-tiap individu mereka.

Upaya menaggulangi konflik antar sukubangsa dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan pembenahan pada aspek individu pihak-pihak

yang terlibat konflik melalui pemberian pemahaman dan pembinaan mental

secara konsisten dan berkesinambungan terhadap eksistensi Bhinneka

Tunggal Ika, peniadaan stereotip dan prasangka serta kesediaan saling

memaafkan antar satu sukubangsa dengan sukubangsa lainnya. Guna

mewujudkan keharmonisan hubungan antar sukubangsa dalam interaksi

sosial, Polri dapat berperan di dalamnya dengan menerapkan model Polmas

melalui pemberdayaan para tokoh yang merupakan Patron dari masing-

masing sukubangsa yang terlibat konflik.

Jakarta, 8 Agustus 2009Penulis

HANDIK ZUSENNO. MHS. 6877

7

Page 8: Paper Konflik Suku Madura vs Suku Toraja

DAFTAR PUSTAKA

1. Parsudi Suparlan, 2005, Sukubangsa dan Hubungan Antar Sukubangsa.

2. Satjipto Rahardjo, 2002, Membangun Polisi Sipil, Perspektif Hukum, Sosial,

dan Kemasyarakatan.

8