Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

18
PAPER KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL OLEH: SITI YUSNIAR Y K ( B 111 09 399) ALFARIS (B 111 09 451 )

Transcript of Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

Page 1: Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

PAPER KERJASAMA PERDAGANGAN

INTERNASIONAL

OLEH:

SITI YUSNIAR Y K ( B 111 09 399)

ALFARIS (B 111 09 451 )

Page 2: Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

KERJASAMA EKONOMI INDONESIA DAN CINA

MELALUI CAFTA

Hubungan antara Indonesia dan China adalah satu hal yang amat penting, baik bagi

Indonesia maupun untuk China sendiri. Hubungan Bilateral Indonesia-China yang pernah

membeku sepanjang pemerintahan Orde Baru, kini makin membaik, dan bahkan China

merupakan salah satu mitra yang penting bagi Indonesia. Secara geopolitik, posisi Indonesia

sangat strategis di kawasan Asia Pasifik dan Selat Malaka. Sedangkan secara ekonomi, Indonesia

adalah negara yang sangat kaya dengan sumberdaya alam dan mineral, baik di darat maupun di

laut. Kekayaan alam Indonesia yang sangat luar biasa ini jelas sangat menggoda negara-negara

industri yang sedang maju saat ini seperti China untuk menguasainya, langsung ataupun tidak

langsung. Disamping itu, dengan jumlah penduduk lebih dari 243 juta jiwa, Indonesia adalah

pasar potensial bagi produk-produk negara-negara industri.

Sedangkan China sendiri adalah dulunya merupakan negara berkembang yang dimana

pemerintahnya masih menerapkan sistem tertutup dan belum terbuka dengan negara lainnya,

akan tetapi kini sudah berubah menjadi negara maju yang perekonomiannya terus berkembang

pesat bahkan sudah mengalahkan perkembangan negara-negara diu kawasan Eropa, dan China

sekarang adalah negara yang sangat terbuka dengan investasi asing semenjak liberalisasi

ekonomi yang dibawa pada tahun 1979 oleh Den Xioping. Dengan menggunakan sistem open

door policy atau membuka secara luas investasi asing yang akan masuk ke China, membuat

negara ini semakin disegani dalam pertumbuhan ekonominya dan investor asing yang masuk ke

China juga semakin banyak, ini dikarenakan iklim investasi di China sangat mendukung, dan

para investor pun dipermudah birokrasinya oleh pemerintah setempat. Kemudian juga

pertumbuhan ekonmi China tidak pernah lepas dari angka dua digit, menjadi alasan utama

investor asing berbondong-bondong menginvestasikan properti atau sahamnya di China.

Cadangan devisa China pada saat ini juga sudah mencapai 3 miliar USD mengalahkan Amerika

Serikat, sehingga wajar dilihat dari faktanya yang ada pada saat ini bahwa China sekarang ini

sudah menjadi superpower baru yang bisa menyaingi kekuatan dari Amerika Serikat terutama

dalam hal ekonominya.

Page 3: Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

Hubungan bilateral antara China dan Indonesia terutama dalam bidang ekonomi saat ini

terus meningkat. Hal ini tercermin dari meningkatnya nilai perdagangan kedua negara, yang pada

tahun 2008 mencapai US$ 31 miliar. Dalam lima tahun ke depan, Presiden Republik Indonesia

(RI) Bapak Susilo B. Yudhoyono memperkirakan nilai perdagangan Indonesia-China akan

mencapai US$ 50 miliar. Peningkatan hubungan bilateral tersebut, diungkapkan oleh Dubes

China, tidak terlepas dari terjalinnya Free Trade Asean-China. Selain itu, China menganggap

Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi sangat besar. Namun untuk merealisasikan

potensi itu diperlukan penghapusan beberapa hambatan, baik dari pihak China maupun dari

pihak Indonesia. Indonesia berharap lambannya realisasi dana pinjaman China agar bisa cepat

terealisasikan sehingga bisa dioptimalkan dengan baik oleh pemerintah Indonesia. Sebaliknya,

dunia usaha China yang ingin berinvestasi di Indonesia juga memerlukan jaminan dari

pemerintah RI untuk menghadapi risiko perubahan kebijakan pemerintah daerah. 

Tampilnya Cina sebagai kekuatan besar di dunia, dianggap bisa membantu Indonesia

mengimbangi pengaruh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang di kawasan Asia Pasifik. Bagi

Indonesia yang menginginkan kondisi stabil di kawasan, bermitra dengan China menjadi sesuatu

yang tak terelakan sekaligus langkah strategis bagi kepentingan nasional.

Salah satu cara untuk mempererat hubungan satu negara dengan negara lainnya dalah

dengan melakukan perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan salah satu

aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional,

perekonomian akan saling terjalin dan tercipta suatu hubungan ekonomi yang saling

mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan jasa akan membentuk

perdagangan antar bangsa. Perdagangan internasional pada saat ini secara tidak langsung

mendorong terjadinya globalisasi, hal ini ditandai dengan semakin berkembangnya sistem

inovasi teknologi informasi, perdagangan, reformasi politik, transnasionalisasi sistem keuangan,

dan investasi. Dan ini bisa menjadi modal yang penting bagi suatu negara untuk menarik investor

masuk ke dalam negerinya untuk menanam investasi di negarnya. Apalagi didukung dengan

situasi politik yang kondusif dan lingkungan bisnis yang kompetitif di dalam negara tersebut,

maka bukan tidak mungkin perkembangan ekonomi negara tersebut akan tumbuh semakin cepat.

Seperti halnya hubungan antara Indonesia dan China, hubungan ini sangat lekat dengan

adanya perdagangan internasional, dan salah satu perdagangan diantara kedua negara ini yang

Page 4: Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

masih baru dan juga masih berjalan sampai saat ini adalah adanya perdagangan bebas CAFTA

(China Asean Free Trade Area).

Sejak CAFTA diterapkan, jumlah perusahaan China yang menanamkan investasi di

Indonesia juga bertambah. Hingga akhir 2010 terdapat lebih dari seribu perusahaan China yang

tercatat di Indonesia, dengan investasi langsung mencapai 2,9 miliar dollar AS atau naik 31,7

persen dari tahun sebelumnya. Dan juga produk-produk China yang masuk ke China juga

menjadi sangat banyak dan bahkan membanjiri pasar lokal Indonesia. Dengan harganya yang

relatif murah dan juga dari segi kualitas juga tidak kalah berbeda dengan barang-barang

bermerek lainnya, membuat produk China diserbu oleh konsumen Indonesia yang rata-rata

dalam memilih suatu produk dilihat dari harganya yang terjangkau terlebih dahulu.

Berbagai produk nasional yang terancam akan membanjirnya produk China antara lain dalam

bidang : tekstil dan produk tekstil, alas kaki, elektronika, ban, furnitur, industri permesinan,

mainan anak-anak, serta otomotif. Dan akan masih banyak lagi produk-produk dari China yang

akan membanjiri pasar Indonesia juga pemerintah tidak segera mengantisipasinya, dikarenakan

Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial yang berada di kawasan Asia Tenggara,

masyarakat Indonesia sudah terbiasa menjadi masyarakat yang konsumtif, yang hanya

memikirkan untuk memilih barang semurah mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Sedangkan bagi Indonesia sendiri, Indonesia hanya bisa mengirim bahan-bahan mentah

seperti hasil bumi untuk dijadikan komuditas ekspor ke China dalam rangka CAFTA ini. Dimana

harganya pun masih relatif murah sehingga pendapatan untuk negara juga tidak terlaru besar.

Untuk ekspor ke China sendiri yang paling dominan adalah ekspor biji kakao. Indonesia memang

dikenal sebagai penghasil biji kakao yang baik dan juga berkualitas tinggi, tidak heran kalau

sector inilah yang menjadi andalan Indonesia untuk ekspor ke China. Akan tetapi ekspor ini

bukan tanpa halangan, karena banyak negara yang menjadi pesaing dalam ekspor produk ini,

seperti misalnya Italia dan juga Malaysia. Indonesia sendiri kini berada dalam urutan kelima

dalam pemasok biji kakao ke negara China dengan nilai USD 25,12 juta (9,63 %) pada tahun

2009.

Dengan banyaknya saingan yang ada maka, ini perlu dijadikan perhatian yang serius bagi

pemerintah Indonesia yang dimana Indonesia sebagai negara berkembang harus bisa untuk

mengolah atau memilih ekspor dengan pendapatan yang cukup besar, jangan hanya bisa

mengekspor barang mentah saja, atau hasil bumi saja, paling tidak Indonesia harus sudah bisa

Page 5: Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

mengekspor barang setengah jadi bahkan barang yang sudah jadi, sehingga pendapatan untuk

negara juga semakin bertambah besar. Karena selama ini, ekspor Indonesia didominasi produk

mentah dan bahan baku seperti biji kakao, kemudian minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO)

dan minyak mentah. Sementara itu, impor dari China sudah berbentuk barang setengah jadi dan

barang yang sudah jadi terutama dalam bidang tekhnologi. Ketua Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unika Atma Jaya, A Prasetyantoko menambahkan, ada

beberapa penyelamatan jangka pendek terkait pemberlakuan CAFTA itu, yakni perlindungan

produk dalam negeri (safeguard), program antidumping maupun kewajiban mencantumkan

produk sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Menurut dia, CAFTA dalam jangka menengah

memberi kesempatan untuk memacu daya saing perekonomian domestik. Dalam jangka

menengah, perlu memanfaatkan peluang dengan mengidentifikasi sektor yang komplemen

terhadap produk China, mendorong peluang non perdagangan seperti investasi langsung untuk

kapasitas produksi dan memperbaiki logistik. 

Pemerintah tampaknya tidak perlu renegosiasi perjanjian perdagangan ASEAN-China,

karena lebih menyulitkan dan membutuhkan proses lama. Karena proses negosisasi ini sendiri

bukan hanya Indonesia saja yang terlibat, akan tetapi Negara-negara ASEAN juga harus ikut

terlibat, karena perdagan bebas ini melingkupi keseluruhan negara-negara Asia Tenggara.

Menurut Anggito Abimanyu seorang pengamat ekonomi Perjanjian CAFTA yang disepakati

menteri perdagangan ASEAN-China, ada tiga. Pertama, CAFTA tetap dilanjutkan dan tidak ada

rencana notifikasi karena kerugian akibat kecurangan perdagangan (unfair trade). Kedua, bila

suatu negara mengalami defisit, negara surplus harus mendorong impor. Ketiga, pembentukan

tim pengkajian terhadap perdagangan bilateral. Bila memang ada kerugian akibat perdagangan

bebas, maka membutuhkan biaya mahal dan proses panjang untuk membuktikan hal tersebut.

Selain itu, kesepakatan bukan hanya dengan China tapi juga dengan negara ASEAN. 

KESIMPULAN

Hubungan antara Indonesia dan China yang sebelumnya sempat kurang baik dan tidak

terlaru dekat pada era rezim orde lama kini berangsur membaik dan bahkan sekarang menjadi

Page 6: Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

mitra dagang yang cukup strategis, salah satu perwujudan dari hubungan mitra dagang yang baik

antara China dan juga Indonesia adalah dengan adanya CAFTA (China ASEAN Free Trade

Area) yang dimana CAFTA ini sebenarnya dimulai ketika era Megawati namun itu hanya

pondasi awal, dan implementasi yang nyata dari perjanjian CAFTA itu dimulai pada 1 januari

2010. Pada awal dimulainya CAFTA ini, Indonesia sudah diresahkan dengan membanjirnya

produk-produk China di pasaran lokal, yang membuat pengusaha dalam negeri kita kewalahan

dan bahkan ada yang gulung tikar, dan ini merupakan hal yang sangat harus diperhatikan oleh

pemerintah, yang dimana pemerintah harus bisa melindungi masyarakatnya dari serbuah produk-

produk asing. Oleh karena itu perlu pemerintah harus mengkaji benar manfaat dan juga kerugian

yang di dapat dari CAFTA ini, karena kalau tidak secepatnya diantisipasi bukan tidak mungkin

pasar lokal akan diisi penuh oleh produk China dan pengusaha lokal hanya bisa tertunduk lesu

dan melihat took-tokonya tutup gulung tikar.1

Dalam hal ini, terdapat dampak positif dan negatif dari adanya ACFTA yang diberlakukanoleh

Indonesia.

a) Dampak Negatif

Pertama: serbuan produk asing terutama dari Cina dapat mengakibatkan

kehancuransektor-sektor ekonomi yang diserbu. Padahal sebelum tahun 2009 saja

Indonesia

telahmengalami proses deindustrialisasi (penurunan industri). Berdasarkan data Kamar D

agang dan Industri (KADIN) Indonesia, peran industri pengolahan mengalami penuruna

n dari 28,1% pada 2004 menjadi 27,9% pada 2008. Diproyeksikan 5 tahun kedepan

penanaman modal di sektor industri pengolahan mengalami penurunan US$ 5miliar yang

sebagian besar dipicu oleh penutupan sentra-sentra usaha strategis IKM(industri kecil

menegah). Jumlah IKM yang terdaftar pada Kementrian Perindustriantahun 2008

mencapai 16.806 dengan skala modal Rp 1 Miliar hingga Rp. 5 Miliar.

Dari jumlah tersebut, 85% di antaranya akan mengalami kesulitan dalam menghadapi pe

rsaingan dengan produk dari Cina ( Bisnis Indonesia, 9/1/2010).

1 Mohammad Iqbal. http://iqbalmanjada.blogspot.com/2012/04/kerjasama-ekonomi-indonesia-china-dalam.html. diakses tgl 1 November 2012 jam 09.10.

Page 7: Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

Kedua: pasar dalam negeri yang diserbu produk asing dengan kualitas dan harga

yangsangat bersaing akan mendorong pengusaha dalam negeri berpindah usaha dari prod

usen di berbagai sektor ekonomi menjadi importir atau pedagang saja. Sebagaicontoh,

harga tekstil dan produk tekstik (TPT) Cina lebih murah antara 15% hingga25%.

Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade

SudrajatUsman, selisih 5% saja sudah membuat industri lokal kelabakan, apalagi

perbedaannya besar ( Bisnis Indonesia, 9/1/2010). Hal yang sangat memungkinkan bagi

pengusahalokal untuk bertahan hidup adalah bersikap pragmatis, yakni dengan banting

setir dari produsen tekstil menjadi importir tekstil Cina atau setidaknya pedagang tekstil.

Sederhananya,“Buat apa memproduksi tekstil bila kalah bersaing? Lebih baik

impor  saja, murah dan tidak perlu repot-repot jika diproduksi sendiri.” Gejala inilah

yang mulai tampak sejak awal tahun 2010. Misal, para pedagang jamusangat senang

dengan membanjirnya produk jamu Cina secara legal yang

harganyamurah dan dianggap lebih manjur dibandingkan dengan jamu lokal. Akibatnya, 

produsen jamu lokal terancam gulung tikar.

Ketiga:karakter perekomian dalam negeri akan semakin tidak mandiri dan lemah.Segala

nya bergantung pada asing. Bahkan produk “tetek bengek” seperti jarum sajaharus

diimpor. Jika banyak sektor ekonomi bergantung pada impor, sedangkan sektor-

sektor vital ekonomi dalam negeri juga sudah dirambah dan dikuasai asing, makaapalagi

yang bisa diharapkan dari kekuatan ekonomi Indonesia?

Keempat: jika di dalam negeri saja kalah bersaing, bagaimana mungkin produk-

produk Indonesia memiliki kemampuan hebat bersaing di pasar ASEAN dan Cina? Data

menunjukkan bahwa tren pertumbuhan ekspor non-migas Indonesia ke Cina sejak

2004hingga 2008 hanya 24,95%, sedangkan tren pertumbuhan ekspor Cina ke

Indonesiamencapai 35,09%. Kalaupun ekspor Indonesia bisa digenjot, yang sangat mung

kin berkembang adalah ekspor bahan mentah, bukannya hasil olahan yang memiliki

nilaitambah seperti ekspor hasil industri. Pola ini malah sangat digemari oleh Cina

yangmemang sedang “haus” bahan mentah dan sumber energi untuk menggerakkanekon

ominya.

Kelima: peranan produksi terutama sektor industri manufaktur dan IKM dalam

pasar nasional akan terpangkas dan digantikan impor. Dampaknya, ketersediaan lapanga

Page 8: Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

nkerja semakin menurun. Padahal setiap tahun angkatan kerja baru bertambah lebih dari

2 juta orang, sementara pada periode Agustus 2009 saja jumlah pengangguran terbuka

diIndonesia mencapai 8,96 juta orang.

 b) Dampak Positif dari adanya ACFTA

Pertama:ACFTA akan membuat peluang kita untuk menarik

investasi. Hasil dariinvestasi tersebut dapat diputar lagi untuk mengekspor barang-

barang ke negara yangtidak menjadi peserta ACFTA

Kedua :dengan adanya ACFTA dapat meningkatkan voume perdagangan. Hal ini

dimotivasi dengan adanya persaingan ketat antara produsen. Sehingga produsen

maupun para importir dapat meningkatkan volume perdagangan yang tidak terlepas

dari kualitassumber yang diproduksi

Ketiga: ACFTA akan berpengaruh positif pada proyeksi laba BUMN 2010 secara

agregat. Namun disamping itu faktor laba bersih, prosentase pay out ratio atas laba

jugamenentukan besarnya dividen atas laba BUMN. Keoptimisan tersebut, karena

denganadanya AC-FTA, BUMN akan dapat memanfaatkan barang modal yang lebih

murahdan dapat menjual produk ke Cina dengan tarif yang lebih rendah pula( pemaparan

Menkeu SriMulyani dalam Rapat Kerja ACFTA dengan Komisi VI DPR di Gedung

DPR RI, Rabu (20/1).Porsi terbesar (91 persen) penerimaan pemerintah atas laba BUMN

saat ini berasal dariBUMN sektor pertambangan, jasa keuangan dan perbankan dan

telekomunikasi. BUMNtersebut membutuhkan impor barang modal yang cukup

signifikan dan dapat menjualsebagian produknya ke pasar Cina.2

Kesepakatan Perdagangan Bebas China-ASEAN (ACFTA) yang mulai berlaku Januari lalu

telah membentuk sebuah blok ekonomi 1,9 miliar orang. Perjanjian yang ditandatangani pada

2002 silam ini diyakini memberikan keuntungan yang seimbang bagi negara-negara di dalamnya.

Namun kenyataannya, kalangan dunia usaha di negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia,

2 Uasuin. http://uasuin.wordpress.com/2012/01/03/dampak-acfta-terhadap-perekonomian-indonesia/. Di akses tanggal 1 November 2012 pukul 11.04.

Page 9: Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

mengkhawatirkan dampak merugikan ACFTA bagi dunia industri, terutama karena banjirnya

barang murah asal China.

Kekhawatiran itu beralasan. Kemajuan pesat China memang membuat banyak negara di

dunia ketar-ketir, termasuk Amerika Serikat sekalipun. Pertumbuhan Negeri Tirai Bambu itu

selama lebih dari dua dekade memperlihatkan kegemilangan. Semenjak “Empat Modernisasi”

diluncurkan pada 1978 di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, pertumbuhan China rata-rata

tercatat 9,8 persen per tahunnya. Bahkan pernah mencapai 11,4 persen untuk tahun 2007, dan

menjadi pertumbuhan tahunan tercepat sejak 1994.

Selama bertahun-tahun, booming ekonomi China telah menyentuh kehidupan keseharian di

Barat. Bukti yang paling nyata adalah masuknya barang-barang berlabel “made in China” ke

berbagai penjuru dunia, dari pakaian hingga peranti komputer. Lebih jauh dari itu, China juga

mengubah peta kekuatan dunia. Berbagai kalangan memprediksikan China bakal menjadi negara

adikuasa baru, melampaui Amerika Serikat.

PricewaterhouseCoopers (PwC), misalnya, memperkirakan China bakal mengambil alih

posisi AS sebagai negara dengan ekonomi terbesar dunia pada 2050, yang diukur berdasarkan

kesetaraan daya beli (purchasing power parity/PPP). Kemajuan pesat China tentu saja akan

memberikan dampak pada pertumbuhan global, alokasi sumber daya, perdagangan dan investasi,

serta keseimbangan geopolitik dunia. China pun berupaya untuk menanamkan pengaruh kuatnya

di kawasan Asia. Kesepakatan ACFTA bisa dikatakan merupakan salah satu upaya China

memperluas pengaruhnya, selain juga bertujuan untuk mewujudkan integrasi Asia Timur.

Berdasar studi yang dirilis Institute of Southeast Asian Studies, secara strategis ACFTA

merupakan aplikasi dari Konsep Keamanan Baru (New Security Concept) China dalam

mendorong dunia yang multikutub, sebagai tandingan atas sikap unilateralisme Amerika Serikat.

Presiden China Jiang Zemin mengumumkan konsep tersebut pertama kali pada 1996. Dengan

demikian, ACFTA bisa dipahami sebagai bagian dari strategi China untuk menyebarkan

pengaruhnya secara ekonomi maupun politik.

Page 10: Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

POSISI INDONESIA

Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono semenjak termin pertama pemerintahannya

tahun 2004 terlihat berupaya meningkatkan peran diplomatik, dengan menjadikan Indonesia

sebagai bagian dari kekuatan dunia dengan pengaruh global. Upaya ini turut disokong dengan

kinerja perekonomian yang terus membaik. Dengan pertumbuhan 4,5 persen tahun 2009,

Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara di Asia yang menikmati pertumbuhan ekonomi

positif di tengah-tengah krisis keuangan global. Angka itu merupakan yang tertinggi ketiga di

antara anggota G20 setelah China dan India.

Prestasi besar dengan masuknya Indonesia ke dalam G20, yang merupakan kelompok

negara-negara perekonomian maju, juga membuat Indonesia menempati posisi sangat strategis

dalam menentukan arah kebijakan perekonomian global. Semakin besarnya peran Indonesia di

kancah global sejalan dengan prediksi PwC bahwa peran negara-negara E7 (China, India, Brasil,

Rusia, Indonesia, Meksiko, dan Turki) akan lebih besar G7 pada tahun 2050 hingga 25 persen.

G7 sendiri terdiri atas Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, dan Kanada, plus

Spanyol, Australia, dan Korea Selatan. Pada 2050, Indonesia diperkirakan akan menjadi

kekuatan ekonomi terbesar keenam dunia di bawah AS, China, India, Jepang, dan Brasil, dengan

PDB per kapita mencapai USD23.000. Bandingkan dengan PDB tahun 2005 sebesar USD1.250.

Selain dalam sudut pandang ekonomi, Indonesia merupakan kekuatan yang nyata dari sisi

demografis, geografis, dan politis. Profesor Aymeric Chauprade, pakar geopolitik asal Prancis

bahkan menilai Indonesia dapat menjadi salah satu kekuatan utama dunia, yang pada gilirannya

dapat menjadi penyeimbang politik dunia. Bersama Rusia dan India, Indonesia dapat mencegah

terjadinya bipolarisasi yang mungkin terjadi akibat pertentangan yang semakin tajam antara AS

dan China. Pendapat Chauprade itu didasarkan pada alasan bahwa di masa mendatang

keseimbangan global sangat bergantung kepada hubungan Barat-Islam-China. Dan Indonesia,

yang selalu mengedepankan soft power, memiliki hubungan baik dengan berbagai pihak tersebut.

Namun fakta-fakta positif tersebut nampaknya belum mampu meyakinkan berbagai

kalangan di Tanah Air untuk bersikap optimistis dalam menghadapi ACFTA. Kekhawatiran

utama adalah masuknya barang-barang berkualitas dengan harga murah asal China, yang

Page 11: Paper Kerjasama Perdagangan Internasional

sebenarnya sudah membanjiri pasar-pasar Tanah Air sejak lama. Selain itu perjanjian tersebut

dianggap akan lebih menguntungkan China dengan menjadikan ASEAN sebagai pasar baru,

setelah sebelumnya berhasil menguasai pasar-pasar di negara-negara yang menjadi saingannya.

Merebut Peluang

Kesepakatan ACFTA yang resmi berlaku mulai 1 Januari 2010 lalu adalah fakta yang

tidak bisa dihindarkan. Indonesia tidak bisa mundur kecuali menghadapi perdagangan bebas ini

dengan segala upaya agar tidak menjadi pihak yang terpinggirkan akibat kalah dalam persaingan.

Tantangan tersebut pun harus disikapi secara positif. Sebab ACFTA bertujuan untuk

meningkatkan daya saing negara-negara yang terlibat di dalamnya, sekaligus menghapus

hambatan-hambatan perdagangan, baik tarif maupun non-tarif. Artinya, ACFTA merupakan

peluang sekaligus tantangan bagi kalangan industri Tanah Air untuk meningkatkan kualitas

produk untuk bisa disejajarkan dengan produk-produk asing. Indonesia harus mengambil

manfaat karena China merupakan motor penting bagi pertumbuhan ekonomi dunia dengan

jumlah penduduk mencapai 1,3 miliar jiwa.

Perlu dicatat pula, Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara memiliki posisi

sangat penting bagi China, selain karena Indonesia merupakan pemimpin informal ASEAN.

Perekonomian Indonesia telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir dan berhasil

melalui krisis ekonomi global 2008-2009 dengan baik. Indonesia juga diperkirakan akan

mencapai pertumbuhan ekonomi positif di masa-masa mendatang. Selain menjalin kemitraan

dalam ASEAN +3, Indonesia dan China sama-sama  menjadi anggota G20 yang merupakan

institusi terpenting yang menentukan arah perekonomian global.

Memang mewujudkan harapan itu tak semudah yang diucapkan. Namun sebagaimana

diuraikan di atas, negeri ini memiliki banyak potensi dan melihat peluang yang terbuka luas dari

ACFTA. Masyarakat diharapkan dapat memahami secara komprehensif tujuan strategis dari

kesepakatan tersebut, sehingga nantinya bisa memberikan manfaat luas bagi perekonomian

nasional.3

3 Nurfajri Budi Nugroho. http://blogfajri.wordpress.com/2010/05/12/pengaruh-global-china-acfta-posisi-indonesia/. Di akses pada tanggal 1 November 2012 pukul 11.32.