Paper keanekaragaman hayati, bunga edelweiss

13
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keaneka ragaman hayati tertinggi didunia. Di dunia ini tidak ada dua individu yang benar-benar sama. Setiap individu memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda sehingga menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk hidup di Bumi ini. Kekhasanan dan tingginya tingkat keanekaragaman makhluk hidup sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup umat manusia. Keanekaragaman makhluk hidup yang ada di Bumi ini disebut sebagai keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat- sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun tingkatan ekosistem. Gampangnya, keanekaragaman hayati adalah semua jenis perbedaan antar mahkluk hidup. Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme

Transcript of Paper keanekaragaman hayati, bunga edelweiss

Page 1: Paper keanekaragaman hayati, bunga edelweiss

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keaneka

ragaman hayati tertinggi didunia. Di dunia ini tidak ada dua individu yang

benar-benar sama. Setiap individu memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda

sehingga menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk hidup di Bumi ini.

Kekhasanan dan tingginya tingkat keanekaragaman makhluk hidup sangat

bermanfaat untuk kelangsungan hidup umat manusia. Keanekaragaman

makhluk hidup yang ada di Bumi ini disebut sebagai keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme

yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu

daerah. Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi

bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai

tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun tingkatan ekosistem.

Gampangnya, keanekaragaman hayati adalah semua jenis perbedaan antar

mahkluk hidup.

Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas

kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam

semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan,

binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level

organisasi menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen,

speses dan ekosistem. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu

faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil

pengaruhnya terhadap morfologiorganisme. Sebaliknya, faktor luar relatif

stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.

Keanekaragaman hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan

keanekaragaman untuk sifat atau  ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati

dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini tekanan terhadap

keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan teknologi telah mengubah

fungsi berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa

Page 2: Paper keanekaragaman hayati, bunga edelweiss

mendatang diramalkan degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu

keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.

Paper ini akan membahas tentang bunga edelweiss (Anaphalis javanica)

khususnya, karena tanaman ini sudah termasuk langka dan dapat

mempengaruhi keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. Bunga

Edelweiss (Anaphalis javanica) adalah salah satu yang terkenal di  Eropa,

bunga ini merupakan bunga gunung terbaik yang dimiliki oleh keluarga bunga

matahari (Asteraceae). Nama Edelweis berasal dari Jerman, yaitu Edel (berarti

mulia) dan Weiss (artinya putih). Sedangkan nama ilmiahnya, yaitu

Leontopodium berarti "kaki singa", yang berasal dari kata Yunani leon (singa)

dan podion (mungil Pous, kaki).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah tanaman Edelweiss (Anaphalis javanica)?

2. Bagaimana morfologi tanaman Edelweiss (Anaphalis javanica)?

3. Bagaimana penyebaran tanaman Edelweiss (Anaphalis javanica)di dunia

dan Indonesia?

4. Apa saja manfaat yang terkandung dalam tanaman Edelweiss (Anaphalis

javanica)

5. Bagaimana langkah konservasi tanaman Edelweiss (Anaphalis javanica)

agar tidak punah?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat menjelaskan sejarah tanaman Edelweiss (Anaphalis

javanica).

2. Mahasiswa dapan menjelaskan morfologi tanaman Edelweiss (Anaphalis

javanica).

3. Mahasiswa dapan menjelaskan penyebaran tanaman Edelweiss (Anaphalis

javanica)di dunia dan Indonesia.

4. Mahasiswa mengetahui manfaat yang terkandung dalam tanaman

Edelweiss (Anaphalis javanica).

5. Mahasiswa mengetahui dan dapat melakukan langkah konservasi tanaman

Edelweiss (Anaphalis javanica) agar tidak punah.

Page 3: Paper keanekaragaman hayati, bunga edelweiss

ISI

A. Sejarah dan informasi Anaphalis javanica

Anaphalis javanica, yang dikenal secara populer sebagai Edelweiss jawa

(Javanese edelweiss) atau Bunga Senduro, adalah tumbuhan endemik zona

alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Nusantara. Tumbuhan ini

dapat mencapai ketinggian 8 meter dan dapat memiliki batang sebesar kaki

manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 meter. Tumbuhan ini sekarang

dikategorikan sebagai langka. Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan

tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi

burung tiung batu licik (Myophonus glaucinus).

Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung

untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh

para pendaki. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang

yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,

yang merupakan salah satu tempat perlindungan terakhir tumbuhan ini.

Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang

dipetik, tekanan ini dapat ditoleransi. Di Taman Nasional Bromo Tengger

Semeru, tumbuhan ini dinyatakan punah.

Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah

mengorbankan banyak populasi, terutama populasi yang terletak di jalan-jalan

setapak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa edelweis dapat

diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan cabang-cabangnya. Oleh

karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat dijual kepada pengunjung

untuk mengurangi tekanan terhadap populasi liar.

B. Daerah Persebaran Geografis Anaphalis javanica

Bunga Edelweiss banyak ditemukan di daerah Alpen, Jerman, Swiss,

Austria, Italia, dan Perancis. Bunga Edelweiss cukup langka di alam liar dan,

di banyak daerah, yang dianggap terancam di beberapa negara. Edelweiss

adalah tanaman dilindungi di banyak negara, termasuk Mongolia, Bulgaria,

Kroasia, Swiss (sejak 1878), Perancis, Norwegia, India (wilayah Zanskar),

Page 4: Paper keanekaragaman hayati, bunga edelweiss

Italia, Serbia, Malaysia (Dalam Genting dan Cameron Highlands),

Indonesia (Di Gunung Semeru), Jerman, Spanyol (Ordesa Taman Nasional),

Polandia dan Slovakia (Tatra Taman Nasional), Slovenia (di Gorizia dan

Gradisca sejak 1896, di Carniola sejak 1898), Austria (sejak 1886)

dan Rumania (sejak 1933). Di Indonesia banyak ditemukan di daerah

pegunungan di Jawa, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Lombok.

C. Morfologi Anaphalis javanica

Klasifikasi Ilmiah

Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di

hutan pegunungan serta mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di

atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur

tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh

akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-

bunganya sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti

kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan dan lebah terlihat mengunjunginya.

Edelweiss Jawa Edelweiss Eropa

Kerajaan Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida

Ordo Asterales

Famili Asteraceae

Bangsa Gnaphalieae

Genus Anaphalis Leontopodium

Spesies A.javanica L.alpinum

Nama Binomial Anaphalis javanica Leontopodium alpinum

Page 5: Paper keanekaragaman hayati, bunga edelweiss

Bunga edelweiss yang menyukai sinar matahari penuh ini dalam ukuran

dewasa dapat mencapai 8 meter tingginya, tapi pada umumnya hanya

mencapai tinggi kurang dari satu meter. Daun dan bunganya ditutupi bulu-

bulu putih seperti wool, untuk daun berbentu tombak. Tangkai bunga

edelweiss dapat tumbuh dari ukuran 3-20 cm menjadi 40 cm. Masing-masing

bunga terdiri dari 5-6 kepala bunga kuning kecil (5mm), dikelilingi oleh

daun-daun muda menjadi bentuk bintang. Bunga ini akan berkembang antara

bulan Juli-September. Tumbuhan ini penyebarannya bervariasi, akan tetapi

lebih sering dijumpai di daerah berbatu dengan ketinggian 2000-2900 m.

Tumbuhan ini tidak beracun, bahkan sering dipakai dalam pengobatan

tradional untuk mengobati perut dan pernafasan. Bulu-bulu tebal yang

muncul merupakan adaptasi dari ketinggian tempat, dan melindungi

tumbuhan dari dingin, kering, dan dari radiasi UV. Bunga edelweiss

umumnya terlihat antara bulan April – Agustus, dimana pada sekitar akhir

Juli – Agustus merupakan fase mekar terbaiknya.

D. Manfaat Anaphalis javanica

Ekstrak dari bunga edelweiss dapat dijadikan obat sejak peradaban kuno

untuk mengatasi berbagai penyakit seperti diare, disentri, TBC dan difteri. 

Karena bunga tersebut memiliki kandungan anti-oksidan yang cukup banyak,

yaitu anti-mikroba yang dapat membunuh jamur dan bakteri dan memiliki

sifat anti-inflamasi atau radang. Ekstrak dari bunga tersebut juga memiliki

sifat pelindung yang sangatlah baik bagi keremajaan sel-sel dalam kulit dan

melindungi kulit agar tetap kelihatan muda dan segar dengan menghancurkan

radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan kulit. Bunga edelweiss bisa

dijadikan teh yang dapat mengobati sirkulasi yang buruk, batuk, difteri dan

kanker payudara. Bisa juga dijadikan salep sebagai perlindungan kulit dari

sinar UV, meredakan rasa sakit karena rematik dan menyembuhkan luka.

Page 6: Paper keanekaragaman hayati, bunga edelweiss

E. Langkah Konservasi Anaphalis javanica

Sangat disayangkan karena sampai sekarang belum ada keseriusan

pemerintah dalam menangani masalah kelangkan tanaman Anaphalis

javanica ini, pemerintah selama ini haya mengeluarkan kebijakan dan hanya

membuka cagar alam tanpa adanya perawatan khusus pada tanaman ini

sehingga sampai sekarang masih saja ada oknum yang tidak bertanggung

jawab seenaknya mengambil tanaman ini untuk kepentingan pribadi mereka.

Namun kita tetap dapat mencegah kepunahan spesies ini dengan cara gencar

melakukan publikasi bahwa tanaman ini sedang di ambang kepunahan

sehingga akan semakin banyak orang sadar untuk ikut melestarikan habitat

dan juga tanaman ini. Langkah lain yang dapat ditempuh adalah dengan cara

melakukan stek batang dalam proses perbanyakan tanaman ini agar tidak

terjadi kepunahan.

F. Gambar Anaphalis javanica

Page 7: Paper keanekaragaman hayati, bunga edelweiss

KESIMPULAN

Anaphalis javanica, yang dikenal secara populer sebagai Edelweiss jawa

(Javanese edelweiss) atau Bunga Senduro, adalah tumbuhan endemik zona

alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Nusantara. Bunga Edelweiss

banyak ditemukan di daerah Alpen, Jerman, Swiss, Austria, Italia, dan

Perancis. Bunga Edelweiss cukup langka di alam liar dan, di banyak daerah,

yang dianggap terancam di beberapa negara. Di Indonesia banyak ditemukan

di daerah pegunungan di Jawa, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan

Lombok.

Bunga edelweiss yang menyukai sinar matahari penuh ini dalam ukuran

dewasa dapat mencapai 8 meter tingginya, tapi pada umumnya hanya

mencapai tinggi kurang dari satu meter. Daun dan bunganya ditutupi bulu-

bulu putih seperti wool, untuk daun berbentu tombak. Tangkai bunga

edelweiss dapat tumbuh dari ukuran 3-20 cm menjadi 40 cm. Masing-masing

bunga terdiri dari 5-6 kepala bunga kuning kecil (5mm), dikelilingi oleh

daun-daun muda menjadi bentuk bintang. Bunga ini akan berkembang antara

bulan Juli-September. Tumbuhan ini penyebarannya bervariasi, akan tetapi

lebih sering dijumpai di daerah berbatu dengan ketinggian 2000-2900 m.

Ekstrak dari bunga edelweiss dapat dijadikan obat sejak peradaban kuno

untuk mengatasi berbagai penyakit seperti diare, disentri, TBC dan difteri. 

Karena bunga tersebut memiliki kandungan anti-oksidan yang cukup banyak,

yaitu anti-mikroba yang dapat membunuh jamur dan bakteri dan memiliki

sifat anti-inflamasi atau radang. Ekstrak dari bunga tersebut juga memiliki

sifat pelindung yang sangatlah baik bagi keremajaan sel-sel dalam kulit dan

melindungi kulit agar tetap kelihatan muda dan segar dengan menghancurkan

radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan kulit.

Kita dapat mencegah kepunahan spesies ini dengan cara gencar

melakukan publikasi bahwa tanaman ini sedang di ambang kepunahan

sehingga akan semakin banyak orang sadar untuk ikut melestarikan habitat

dan juga tanaman ini. Langkah lain yang dapat ditempuh adalah dengan cara

Page 8: Paper keanekaragaman hayati, bunga edelweiss

melakukan stek batang dalam proses perbanyakan tanaman ini agar tidak

terjadi kepunahan.

Page 9: Paper keanekaragaman hayati, bunga edelweiss

DAFTAR PUSTAKA

Aliadi, A., A.M.Z. Efrizal,dan Dj. Edje. 1990. Kemungkinan Penangkaran Edelweis (Anaphalis javanica (Bl.) Boerl.) dengan Stek Batang (Possibilities of Cultivating Edelweis with Stem Cuttings).Media Konservasi. 3 (1): 37-45.

Backshall, S,. Leffman, D,. Reader, L,. dan Stedman, H. 2005. The Rough Guide To Indonesia. United Kingdom: Rough Guide.

Rahalus, M., Kumaunang, M., Wuntu, A., dan Pontoh, J. Barcode DNA Edelweis(Anaphalis javanica) Berdasarkan Gen matK. Jurnal MIPA Unsrat Online. 4 (2): 131-136.

Sastrapradja, S., Adisoemarto, S,. dan Rifai, M. 1992. Khazanah Flora dan Fauna Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Whitten, T., Whitten, J., and Cubbit, G. 1992. Wild Indonesia: The Wildlife and Scenery of the Indonesian Archipelago. United Kingdom: New Holland.