Konservasi Keanekaragaman Hayati

download Konservasi Keanekaragaman Hayati

of 14

Transcript of Konservasi Keanekaragaman Hayati

KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa atas berkah dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah Ekologi dan Lingkungan yang berjudul Konservasi keanekaragaman sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah Ekologi dan Lingkungan. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua anggota kelompok yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan dosen pembimbing yang telah membantu sehingga pembuatan makalah berjalan dengan lancar. Akhirnya tak ada gading yang tak retak, begitu pula dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis meminta saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Padang, 12 Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISIKata pengantar Daftar isi Bab I Pendahuluan Bab II Pembahasan Bab III Penutup Daftar pustaka i ii 1 2 11 12

BAB I PENDAHULUANA. Latar belakang

Di Indonesia, berdasarkan peraturan perundang-undangan, Konservasi [sumber daya alam hayati] adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas

keanekaragaman dan nilainya. Cagar alam dan suaka margasatwa merupakan Kawasan Suaka Alam (KSA), sementara taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Cagar alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tunbuhan, satwa, atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Suaka margasatwa mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwanya. Taman nasional mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman hutan raya untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman wisata alam dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.B. Tujuan masalah 1. Untuk mengatasi kerusakan keanekaragaman hayati yang terjadi di berbagai di Indonesia. 2. Untuk mengetahui alternatife lain yang dapat melestarikan keanekaragaman hayati

BAB II PEMBAHASAN A. Keanekaragaman Hayati dalam perspektif Gerakan Sosial Global 1. Gerakan sosial utara Di Eropa, munculnya gerakan lingkungan dalam bentuk New Social Movement (NSM) yang berlawanan dengan politik lama yang berbasis kelas adalah sebuah bentuk perlawanan baru terhadap ketidakpuasan . Munculnya konflik masyarakat sekitar isu-isu identitas, nilai, dan solidaritas tidak dapat lagi dikategorikan dalam konflik ekonomi politik dalam proses produksi. Gerakan sosial baru ini tidak hanya berbeda dari gerakan yang lama, namun gerakan ini juga didukung oleh agen tertentu yang berusaha merangsang lahirnya transformasi masyarakat makro level yang akan menggantikan kelas sebagai actor historis. NSM disimbolkan dengan perubahan tujuan dari tujuan yang berpusat pada kepentingan ekonomi menjadi tujuan yang berbasis orientasi dan identitas cultural. Dalam analisis NSM, gerakan lingkungan muncul karena adanya pertikaian masyarakat industri dimana alam dan lingkungan mengalami transformasi permanen radikal yang secara tidak langsung ak langsung akan memberikan dampak ekososiologi. Dimensi organisasional gerakan, dan bukan hanya potensi transformasi gerakan tersebut, juga menjadi analisis dominan. Perubahan fokus gerakan terjadi dari pra-kondisi struktural yang mendorong gerakan baru tersebut ke masalah-masalah mobilisasi, organisasi, dan pengambilan keputusan strategis. Analisis gerakan mencakup terminology misalnya organisasi gerakan sosial, sectorgerakan sosial, dan industri gerakan sosial sebagai indikasi kepentingan terhadap

Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah :

Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya.

Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam

(fisik) Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia atau transformasi fisik.

Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan lingkungan alaminya.

2. Gerakan sosial selatan Konflik di selatan lebih banyak berhubungan dengan bagaimana lingkungan seharusnya digunakan. Dapat dikatakan bahwa pertentangan politik lingkungan di selatan bukan disebabkan oleh perubahan gaya hidup. Pendekatan terhadap masalah gerakan lingkungan di selatan didasarkan pada preferensi pendekatan ekonomi politik untuk penggunaan dan distribusi sumber-sumber alam. Gerakan lingkungan diselatan lebih banyak bertujuan untuk analisis sistematik yang bertujuan untuk mencari nilai post-material ataupun untuk mencari keperluan material hidup.

3. Manajemen perlindungan keanekaragaman hayati dalam perspektif global dan lokal dari gerakan sosial Kajian tentang keanekaragaman hayati ini telah dibahas secara global oleh Bank Dunia, NGO (World Conservation Union, World Resource Institute, dan World Wildlife Fund) dan didukung oleh negara-negara G- . Hal ini berdasarkan atas adanya ancaman kelestarian keanekaragaman hayati yang menimbulkan hilangnya spesies dan rusaknya habitat serta ekosistem, sehingga diperlukan mekanisme yang sesuai bagi manajemen keanekaragaman hayati secara nasional. Setelah diadopsinya Convention Biological Diversity (CBD) dalam Rio Earth Summit pada tahun 1992, merupakan awal bagi perubahan bentuk pendekatan internasional dalam melindungi keanekaragaman hayati. Mekanisme yang digunakan dalam perlindungan keanekaragaman hayati adalah mekanisme yang terencana melalui pendekatan ethnografi. Secara ethnografi aktifitas CBD sangat terkait dengan pelaksaannya, di mana suatu

perspektif ethnografi dalam jaringan pusat CBD juga menguji mekanisme kepemimpinan bagi objek konstruksi dan konsep dari studi, mencakup pemasukan dan spesifikasi yang progres dari area kebijakan dan pengetahuan yang baru (keanekaragaman hayati hutan, keanekaragaman hayati budidaya pertanian, keanekaragaman hayati kelautan, biosafety), isu plorefasi (sumberdaya genetik, pembagian manfaat bioteknologi, penilaian dampak, masyarakat adat dan pengetahuan tradisional, in-situ konservasi, transfer teknologi, dll) dan ukuran dari keahlian dan peran dari pengetahuan ilmiah. Akhirnya, proses kunci yang diuji dari perspektif ethnografi seperti itu adalah tumbuhnya keikutsertaan dari NGO-NGO dan gerakan sosial. Isu sumberdaya genetika telah mendorong kembali keinginan

pemerintahan negara dunia ketiga untuk bernegosiasi. Isu yang belum terpecahkan seperti in-situ kawasan perlindungan dan akses koleksi ek-situ kedaulatan dalam mengakses sumberdaya genetika, hutang ekologis, ditransfer keuangan serta sumberdaya teknis di negara dunia ketiga merupakan materi agenda penting yang dinegosiasikan secara bersama dengan kelompok regional. CBD juga memberikan solusi bahwa pemerintah nasional harus mengejar perencanaan keanekaragaman hayati melalui kebijakan yang menghasilkan perlindungan dan pembangunan berkelanjutan. Badan badan PBB seperti Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) serta Program Lingkunan PBB (UNEP) juga mempunyai program program yang berhubungan dengan spesies terancam, sumberdaya genetic, dan ekosistem yang istimewa. Persatuan Internasional bagi Konservasi Alam dan Sumberdaya Alam (IUCN) yang bekerjasama dengan UNEP, World Wildlife Fund, Bank Dunia, dan berbagai bantuan teknis internasional, juga mendirikan Pusat Pemantauan Konservasi, untuk menyediakan data mengenai spesies dan ekosistem dari berbagai bagian dunia dengan cepat dan mudah. Upaya perlindungan spesies juga dilakukan oleh FAO yang bekerjasama dengan Bank Dunia, IUCN, Institut Sumberdaya Sedunia, dan lembaga lainnya.

Hasil dari kerjasama ini adalah menyarankan perumusan tinjauan kehutanan nasional, rencana kehutanan nasional, mengidentifikasi proyek-proyek aru, meningkatkan kerjasama antara berbagai badan bantuan pembangunan yang bergerak dalam sektor kehutanan, serta meningkatkan sumberdaya teknik dan keuangan ke dalam kehutanan dan bidang-bidang yang berkaitan seperti pertanian lahan terbatas. 4. Menetapkan prioritas

Secara lokal, pemerintah perlu mengikuti pendekatan baru yaitu dengan mengantisipasi dampak kebijakan yang diambil dalam berbagai sektor dan mencegak konsekuensi-konsekuensi yang tidak dikehendaki. Pemerintah harus dapat menentukan berpa banyak kawasan lindung yang diperlukan, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan kawasan itu dalam membantu tujuan pembangunan nasional, dan membuat ketentuan-ketentuan lebih lanjut untuk melindungi cadangan gen (varietas primitif) yang mungkin saja tidak terlindungi oleh kawasan lindung konvensional. Tindakan lain yang dapat diambil pemerintah untuk menghadapi krisis punahnya keanekaragaman hayati adalah melakukan konservasi spesies dalam perencanaan tataguna lahan dan perencanaan secara eksplisit cadangan sumberdaya genetik mereka dalam system perencanaan nasional.

B. Keanekaragaman hayati sebagai sumber energi dalam upaya adaptasi 1. Tanaman penghasil bahan bakar nabati Pemanfaatan minyak nabati sebagai sumber energi alternatif yang sudah dilakukan di beberapa negara antara lin dalam bentuk biodiesel, bioetanol, minyak mentah nabati (pure plant oil), dan minyak lemak mental(refined fatty oil atau straight vegetable oil). a. Tanaman penghasil Biodisel Biodiesel didefinisikan sebagai metal ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau hewan dan memenuhi kualitas untuk digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel (Vicente et al,2006). Biodiesel merupakan bahan bakar cair yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pengganti solar. Biodiesel

dapat diolah dari minyak nabati, minyak hewan maupun dari minyak goring bekas. Secara kimia, biodiesel merupakan suatu alkil ester asam lemak rantai panjang. Secara teknis biodiesel yang langsung diolah dari minyak nabati dikenal sebagai vegetable oil methyl ester (VOME) dan fatty acid methyl ester (FOME) (Kemala, 2006). Hasil pertanian yang dapat dijadikan biodiesel di antaranya adalah minyak kedelai, minyak kanola, minyak bunga bunga matahari, minyak jarak, minyak kelapa, minyak sawit dan lain lain. Ralf (2001) memperkirakan biodiesel di dunia berasal dari minyak kanola mencapai 84%, minyak bunga matahari 13%, minyak kedelai 1%, minyak sawit dan kelapa 1%, dan lainnya 1% Azam et al (2005) mengkompilasi berbagai hasil riset di India tentang biodiesel dan menemukan 75 spesies tanaman yang dapat menghasilkan biodiesel, 26 spesies di antaranya termasuk Jathropa Curcas. L (jarak pagar), yang memenuhi standart kualitas USA, Jerman, dan Eropa. Soeradjaja (2005) menjelaskan terdapat 50 spesies tanaman di Indonesia yang dapat menghasilkan biodiesel, contoh popular adalah sawit, kelapa, jarak pagar, kapok atau randu Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas .L) merupakan tanaman minyak nabati yang bijinya mengandung minyak sekitar 25-40 % dan dari ernelnya mengandung minyak sekitar 50-60 %. Minyak jarak pagar setelah melalui berbagai proses pengepresan dan proses lainnya dapat digunaan sebagai bahan bakar minyak (BBM), baik sebagai pengganti solar, minyak tanah, maupun minyak bakar lainnya. Bahan bakar minyak jarak pagar mempunyai kelebihan dibanding dengan solar (minyak bumi) karena pembakaran pada mesin lebih sempurna, sehingga emisi gas buangnya relatif lebih kecil daripada solar dan ramah lingkungan. Hal ini karena minyak jarak pagar merupakan minyak nabati yang mengandung oksige. Biodiesel sendiri merupakan ester metil asam-asam lemak, sehingga baik pengepresan minyaknya (Crude Jatropha Curcas Oil bentuk tryglycerida) maupun prosesing biodieselnya cukup sederhana (Jones and Miller, 1997).

Vicente et al. 2006) meneliti beberapa spesies tanaman penghasil biodiesel di Spanyol, diantaranya Bunga Matahari, Kanola (rapessed), dan Brassica Carinata. Canoira et al. (2005), juga dari spanyol, meneliti Jojoba Oil-Wax, menyimpulkan bahwa biodiesel yang dihasilkan dari Jojoba (Simmondsia chinensis Link Schneider) memenuhi standart biodiesel Eropa (EN14241). Tsai et al. (2005) menguraikan telah beroperasinya fasilitas pengolahan limbah minyak pangan di Taiwan yang berkapasitas 3.000 ton metric per tahun. Limbah tersebut didapatkan dari berbagai sumber seperti restoran, rumah makan, rumah tangga, hingga perusahaan-perusahaan yang menghasilkan limbah minyak pangan dalam proses produksinya. Dengan menggunakan proses transesterifikasi, Taiwan telah berhasil mengubah limbah minyak pangannya menjadi biodiesel. Hal ini berdampak ganda yaitu mengurangi limbah cair ke lingkungan sekaligus mendapatkan BBN biodiesel ramah lingkungan. Jerman merupakan salah satu negara terdepan dalam pengembangan biodiesel. Pada tahun 2000 kapasitas produksinya mencapai 265 ribu ton meningkat menjadi 2,6 juta ton tahun 2006, dan diharapkan menjadi 3-4 juta ton tahun 2007. Negara tersebut menyiapkan 1,4 juta hektar lahan untuk penanaman Kanola sebagai bahan baku biodiesel yang ditargetkan untuk memenuhi sekurangkurangnya 5,75% (2 juta ton) kebutuhan pasar diesel dengan biodiesel.

b. Tanaman penghasil bioethanol

Bioetanol adalah cairan biokimia, ethyl alcohol (C2H5OH) dari proses fermentasi gula sebagai sumber karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol dibuat dengan bahan baku bergula seperti tebu dan nira aren serta bahan berpati seperti jagung dan ubi-ubian. Brasil adalah negara penghasil bioetanol terbesar di dunia dari perkebunan tebu sebanyak 15,1 juta kiloliter/tahun. Negara tersebut saat ini mengekspor 2,5 juta kiloliter pada tahun 2010 dengan memperluas tanaman tebu menjadi 8,7 juta hektar. Ubi kayu/singkong sebagai bahan baku bioetanol menjadi prioritas utama di Indonesia karena dapat dibudidayakan di lahan kritis dan teknologi

konservasinya telah dikuasai, khususnya BPPT. Porsi bioetanol sebesar 0% dan bensin menghasilkan gasohol E-10, sedangkan komposisi ioetanol 25% disebut gasohol E-20. Di Indonesia sendiri pemasaran ioetanol telah dilakukan oleh Pertamina dengan total pemasaran ioetanol/hari sampai pertengahan Agustus 2006 sekitar 600.000 liter/hari untuk Bio Ethanol (E5), meskipun masih terbatas di kota Malang. Pemasaran Bioetanol ini agak terhambat karena terbatasnya pasokan ethanol, sehingga membuat Pertamina belum dapat secara luas memasarkannya.

c. Tanaman Penghasil Minyak Mentah Nabati (PPO) dan Minyak Lemak Mentah (SVO) PPO merupakan minyak nabati yang diekstrak dari biji tanaman tanpa melalui proses transesterifikasi. ESA merupakan perusahaan di Belanda telah menguji 0% PPO dari biji kanola pada mesin truk dan mobil pribadi, dengan melakukan penyesuaian pada mesin. Secara ekonomis, pemakaian PPO lebih efisien daripada minyak diesel biasa. Refined fatty oil atau straight vegetable oil (SVO) adalah minyak lemak mentah yang diproses lanjut guna menghilangkan kadar fosfor (gumming) dan asam-asam lemak bebas (dengan netralisasi dan steaming). Minyak lemak mentah adalah minyak yang didapatkan langsung dari pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak (oilseed), yang kemudian disaring dan dikeringkan (untuk

mengurangi kadar air) (Soeradjaja, 2005). SVO didominasi oleh trigliserida sehingga memiliki viskositas dinamik yang sangat tinggi dibandingkan dengan solar (bisa mencapai 100 kali lipat, misalkan pada minyak jarak kepyar (custor oil) (Conccieao) et al, 2005). Oleh karena itu, penggunaan SVO secara langsung dalam mesin diesel umunya memerlukan modifikasi/tambahan peralatan khusus pada mesin, misalnya penambahan pemanas bahan bakar sebelum system pompa dan injektor bahan bakar untuk menurunkan harga viskositas. Viskositas (atau kekentalan) bahan bakar yang sangat tinggi akan menyulitkan pompa bahan bakar dalam mengalirkan bahan bakar ke ruang bakar. Aliran bahan bakar yang rendah akan menyulitkan terjadinya atomisasi bahan bakar yang baik. Concciao et al. (2005) menggunakan minyak mentah Camelina Sativa, yang didapatkan dengan pengepresan (filtered), sebagai bahan bakar mesin diesel

dan mengujinya pada kendaraan sejauh 426,4 km. Conceicao et al. (2005) menunujukkan bahwa minyak mentah Camelina Sativa memiliki performansi yang sebanding dengan solar. Bouaid et al. (2005) refined vegetable oil dan biodiesel yang dihasilkan dari tumbuhan jenis Brassica Carinata memiliki karakteristik alir yang tidak jauh berbeda dengan solar, sehingga diprediksi tidak akan menimbulkan masalah yang berarti apabila digunakan secara langsung pada mesin diesel konvensional.

2. Pengembangan bahan bakar nabati di Indonesia

Dalam rangka mengatasi krisis BBM, pemerintah berusaha mencari bahan bakar alternatif dari minyak nabati yang dapat diperbarukan. Bahan bakar nabati (BBN) bioethanol biodiesel merupakan dua kandidat kuat pengganti bensin dan solar yang selama ini di gunakan sebagai bahan akar mesin di Indonesia. Keanekaragaman hayati dunia yang terdiri atas jutaan spesies menyimpan berbagai kegunaan bagi kehidupan mmanusia. Salah satu pemanfaatan keanekaragaman hayati yang akhir-akhir ini menjadi topic bahasan baik di media masa maupun masyarakat adalah pemanfaatan berbagai jenis tanaman sebagai sumber bahan bakar fosil. Terjadinya krisis energi sebagai akibat semakin terbatasnya cadangan minyak dunia, telah mendorong ilmuan di berbagai negara termasuk Indonesia untuk mengembangkan minyak nabati sebagai sumber energi alternatif.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk variabilitas hewan, tumbuhan serta jasad renik di alam. Dengan demikian keanekaragaman hayati mencakup keragaman ekosistem (habitat) jenis (spesies) dan genetic (varietas/ras). Konvensi tentang keanekaragaman hayati (Convention on Biological Diversity, CBD) mendefinisikan bahwa

keanekaragaman hayati sebagai variasi yang terdapat di antara makhluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya ekosistem daratan, lautan, dan sumber ekosistem perairan lain, serta kompleks-kompleks ekologis yang merupakan bagian dari

keanekaragamannya. Ini mencakup keanekaragaman di dalam spesies, diantara spesies, dan ekosistem. Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia di permukaan bumi, upaya untuk melestarikannya sangat diperlukan. Adapun tujuan dari dari konvensi keanekaragaman hayati adalah tersebut adalah melestarikan dan mendayagunakan secara berkelanjutan keanekaragaman hayati dan berbagai

keuntungannya secara adil dan merata dari hasil pemanfaatan sumber genetika tersebut, alih teknologi yang relevan serta pembiayaan yang mencukupi dan memadai. B. Saran

Demikianlah makalah ini penulis buat, berkat usaha dan juga bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung atau tidak langsung. Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan ini masih banyak kekurangan . Oleh karena itu meminta kepada semua rekan-rekan semua agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun agar dalam penulisan makalah yang selanjutnya akan lmenjadi lebih baik di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA Hermon, Dedi. 2009. Geografi Lingkungan (Perubahan Lingkungan Global). UNP Press Setijati H.Ediyono,dkk.2003. Prisip-prinsip Lingkungan dalam Pembangunan Yang Berkelanjutan. Jakarta: CV Idayus