PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH...

21
PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota Salatiga terhadap Partai Politik Peserta Pemilihan Umum 2014 ) Disusun Oleh : Novandi Kusuma Wardana D0209061 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Transcript of PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH...

Page 1: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

PAPER JURNAL ONLINE

PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK

(Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota Salatiga terhadap

Partai Politik Peserta Pemilihan Umum 2014 )

Disusun Oleh :

Novandi Kusuma Wardana

D0209061

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

Page 2: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

1

PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK

(Studi Kasus Persepsi Buruh Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota Salatiga

Terhadap Partai Politik Peserta Pemilihan Umum 2014)

Novandi Kusuma Wardana

Nuryanto

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

The 4th

Indonesian general election after Orde Baru will be held in April 2014. There

are 15 political parties qualified join this election. Therefore, all the parties

endeavour to make a good communication to persuade the political campaign object

to be their voters. It is because the party which has the highest vote will become the

winner of the general election. In contrast, the citizens lack information about parties

is a serious problem for the parties. It can be seen that the numbers of ‘golput’

(abstainers) increases at every period of election. The number of ‘golput’ in

Indonesian general election in 2009 attained 29.01% of listed voters by KPU. It is

assumpted that most of voters did not believe with the parties and they were

disappointed with them. Furthermore, labour is one of the social groups which has a

large numbers of voters. Therefore, if the communication between labour and parties

does not correspond, it means that political parties as the communicators fail to

delivered their message – especially in terms of industrial decision. On the other

hand, labour through Union Workers is not being involved in the process of making

decision in parliament. Therefore, labour sees the phenomenon as lack of fairness.

Moreover, one of the union workers which has the same problem is SPN in Salatiga,

Central Java. Furthermore, this research is conducted to know about the perception

of SPN Kota Salatiga members which have 2 different views of parties. This research

is exploratory research by exploring the analyzed object to describe, identify, analyze

with other sources (journals, articles, documents, papers, etc) in order to make the

result become more valid. Hopefully, by knowing the labours perception, parties can

make a better communication with union workers as the potential object of campaign.

In addition, labour, through the union workers can build a better view about parties –

how important is the engagement with parties, so that they try to not ignore them.

Keyword: Labour, Election, Parties, Politics, Perception.

Page 3: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

2

Pendahuluan

Tahun 2014 menjadi tahun politik bagi Indonesia, karena akan terjadi pesta

politik terbesar yaitu pemilihan umum. KPU telah merilis 15 partai politik (parpol)

yang bersaing memperebutkan kekuasaan politik di Indonesia. Sebagai komunikator

parpol memiliki tugas untuk mampu memobilisasi khalayak untuk memberikan

dukungannya (Cangara, 2009: 275). Maka dari itu strategi komunikasi yang jitu

sebagai sebuah hal yang harus dipenuhi dalam upaya persuasi terhadap rakyat.

Namun jika melihat pada Pemilihan Umum 2009 sebelumnya, partai politik telah

gagal membangun sebuah jalinan komunikasi yang efektif antara masyarakat dengan

parpol. Elit politik gagal dalam menyampaikan pesan politik dan mencari jalan keluar

bagi masalah yang dihadapi bangsa. Alih-alih menggunakan berbagai media dengan

budget yang mahal, strategi komunikasi yang ada justru minim pesan karena anggota

parpol sendiri justru terjebak dalam persaingan dan pertikaian antar parpol daripada

berusaha untuk mencari jalan keluar bagi persoalan bangsa.

Kajian yang dilakukan oleh Dwi Tiyanto, Pawito, Pamela Nilan, dan Sri

Hastjarjo di Surakarta menjelang pemilihan umum legislatif 2009, misalnya,

menemukan kenyataan bahwa masyarakat pada dasarnya merasa kecewa atau tidak

puas terhadap kinerja partai politik dan kinerja elit politik. Ketidakpuasan yang

berkembang dalam masyarakat berkaitan dengan kinerja partai politik terutama

berkenaan dengan terbengkalainya sejumlah fungsi penting partai politik seperti

fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi rakyat, rekruitmen kepemimpinan, dan

fungsi sosial (Pawito, 2012: 12).

Ketidakpuasan pun berkembang disalah satu kelompok masyarakat yang

memiliki kekuatan masa yang sangat besar, yaitu kelompok buruh. Kegagalan parpol

sebagai komunikator menyebabkan tingkat kepercayaan buruh semakin turun. Hasil

survei Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) bertajuk “Orientasi Politik Buruh

dalam Pemilu Legislatif 2009” menunjukkan, mayoritas buruh tidak mengetahui

keberadaan partai politik, mayoritas buruh tidak memiliki pengetahuan yang cukup

Page 4: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

3

baik terkait visi, misi dan program (platform) partai politik, dan mayoritas buruh

masih menghendaki SB tidak terlibat dalam urusan politik praktis (Launa, 2011: 11).

Keberadaan hasil Konvensi International Labour Organization (ILO) No.87

seharusnya menjadi angin segar bagi serikat buruh untuk meningkatkan kesolidan

serikat pekerja dan memiliki posisi tawar yang lebih kuat terhadap partai politik,

justru sebaliknya keberadaan hasil konvensi tersebut tidak begitu terasa di Indonesia

karena anggota dari serikat pekerja sendiri juga telah memiliki sikap politiknya

sendiri. Memilih menjadi anggota/simpatisan partai, anggota lain memilih untuk tetap

sebagai pengurus serikat pekerja tanpa harus menjadi anggota partai, bahkan sikap

ekstrim lain ditunjukan oleh sejumlah anggota serikat pekerja untuk memilih sikap

apolitis terhadap partai.

Pun demikian dengan SPN Kota Salatiga, salah satu serikat pekerja dimana

anggotanya memiliki jalan politik yang terpecah. Partai politik memiliki andil untuk

bertanggung jawab dalam kejadian ini. Keberadaan parpol yang seharusnya sebagai

komunikator politik belum dikatakan berhasil jika melihat produk kebijkan industrial

yang saat yang belum memperbaiki kesejahtaraan buruh. Tidak terlibatkan anggota

buruh dalam upaya perumusan kebijakan menjadikan salah satu contoh

ketidakberhasilan jalinan komunikasi yang diciptakan antara parpol – pengusaha –

dan buruh. Padahal jika diamati jalinan komunikasi yang efektif antara buruh dan

parpol mampu memberikan keuntungan bagi parpol yang mampu menciptakan

significant voters yang bermanfaat untuk partai (Hofmeister & Grabow, 2011: 13).

Melihat fenomena tersebut , upaya menciptakan komunikasi yang efektif antara

parpol dan buruh perlu dilakukan secara holistik. Melihat seluruh level komunikasi

yang diutaran Laswell yaitu dari sisi komunikator, media, komunikan, pesan, dan

dampak yang ditimbulkan. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengeksplorasi

bagaimana persepsi (penafsiran) buruh anggota SPN Kota Salatiga terhadap parpol

peserta Pemilu 2014. Buruh sendiri merupakan komunikan dalam komunikasi politik

yang dilakukan dengan parpol. Sebagai komunikator, dengan diketahuinya persepsi

dari buruh setidaknya parpol dapat merumuskan komunikasi yang lebih efektif

Page 5: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

4

terhadap kelompok buruh – melihat bahwa kelompok buruh merupakan objek

pemenangan yang signifikan. Namun persepsi bersifat individu, artinya penafsiran

satu buruh dengan yang lain berbeda karena latar belakan hal yang berbeda. Maka

dari itu eksplorasi data dilakukan peneliti terhadap buruh yang memangku

kepentingan (gatekepeer) dalam tubuh SPN Kota Salatiga sebagai representasi dari

anggota serikat Pekerja.

Rumusan Masalah

Bagaimanakah persepsi anggota Serikat Pekerja Nasional Kota Salatiga terhadap

Partai Politik peserta Pemilihan Umum 2014?

Tujuan

Mengetahui persepsi anggota Serikat Pekerja Nasional Kota Salatiga terhadap

Partai Politik peserta Pemilihan Umum 2014.

Tinjauan Pustaka

1. Persepsi

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,

mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan

proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi merupakan inti

komunikasi, sedangkan penafsiran (intepretasi) adalah inti persepsi, yang identik

dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana, 2000:

167).

Davidof (1981) mengeemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun

stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir

tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antar

individu satu dengan individu yang lain tidak sama. Keadaan tersebut

Page 6: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

5

memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual (Walgito,

2003: 45).

2. Partai Politik

Carl J. Friedrich mendefinisikan tentang partai politik sebagai “sekelompok

manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau

mepertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pemimpinan partainya

dan, berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya

kemanfaatan yang bersifat idiil maupun kelas materiil.” (Budiarjo, 1982: 161)

Perlu diterangkan bahwa partai berbeda dengan gerakan (movement). Suatu

gerakan merupakan kelompok-kelompok atau golongan yang ingin mengadakan

perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga politik atau kadang-kadang ingin

menciptakan suatu tata masyarakat yang baru sama sekali, dengan memakai

cara-cara politik. Dibanding dengan partai politik, gerakan memiliki tujuan yang

lebih terbatas dan fundamentil sifatnya, dan kad ang-kadang malahan bersifat

ideologi (Budiarjo, 1982: 162)

3. Buruh

Pekerja/buruh menurut pengertian dalam Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah setiap orang

yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Sholihin,

2009). Dalam penelitian ini buruh merupakan partisipan politik yang dijadikan

objek penelitian. Jika diamati khususnya di Indonesia, partisipasi buruh dalam

berpolitik memiliki beragam cara yaitu: pertama buruh terlibat aktif didalam

parpol, kedua buruh menjadi pengawas (watchdog) terhadap parpol, ketiga sikap

apolitis dengan acuh dan tidak mau tau segala sesuatu tentang politik.

Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode wawancara mendalam (indeepth interview)

sebagai instrumen pengumpulan data primer, kemudian hasil dari temuan data

Page 7: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

6

disajikan secara deskriptif berdasarkan kategorisasi yang sebelumnya telah dibuat

peneliti. Sebagai upaya memperkuat validitas data, hasil temuan dianalisis dengan

menggunakan triangulasi sumber – yaitu dengan membandingkan dengan literatur

lain (buku, jurnal, artikel, koran, laporan riset, dsb.)

Pemilihan informan (sample) sebagai sumber data penelitian menggunakan

teknik purposive sampling karena pada hakikatnya informan yang dipilih didasarkan

pada pertimbangan-pertimbangan yang cenderung bersifat “bias kaya informasi”

karena informasi (data) pada umumnya diperoleh dari orang-orang yang diyakini

memang mengetahui persoalan yang diteliti (Pawito, 2007: 88). Pemilihan informan

dilakukan peneliti pada awalnya dengan melakukan beberapa kali observasi secara

langsung ke organisasi, kemudian peneliti melakukan wawancara pengurus inti SPN

Kota Salatiga dan dari situ peneliti diberikan gambaran sejumlah anggota yang

memiliki kapabilitas sebagai informan. Terdapat 9 informan pengurus SPN

(stakehooder) yang dipilih peneliti sebagai narasumber, 6 informan anggota SPN

non-parpol dan 3 informan anggota parpol.

Pertama sebelum melakukan pengumpulan data dilapangan, peneliti menyusun

kategorisasi tema yang dituangkan dalam pertanyaan pada interview guide. Setelah

melakukan kategorisasi tema proses pengumpulan menggunakan teknik wawancara

mendalam berlangsung, pertanyaan bersifat terbuka dan memberikan kebebesan

untuk informan untuk menjawab, dan kebebasan peneliti untuk mengembangkan

pertanyaan lebih mendalam dari catatan pada interview guide. Data yang kemudian

terkmumpul kemudian dianalisis menggunkan Model Interaktif Miles dan Haberman

yang melalui empat tahapan, yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data, dan

tahapan keempat adalah tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi (Herdiansyah,

2010: 10)

Page 8: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

7

Sajian dan Analisis Data

Komunikasi antara parpol dengan buruh menciptakan penafsiran yang berbeda

diantara anggota SPN Kota Salatiga dalam memaknai partai politik. Perbedaan

pemahaman tersebut menimbulkan perbedaan dalam pengambilan sikap politik.

Buruh didalam tubuh SPN sendiri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu para anggota

yang menolak untuk terlibat sebagai anggota partai dan anggota serikat pekerja yang

memilih menjadi anggota parpol.

Perbedaan pandangan (penafsiran) tersebut menjadi aspek yang akan digali

peneliti, bagaimana persepsi buruh non-parpol dan buruh anggota parpol terhadap

partai politik peserta pemilihan umum 2014. Komunikasi yang dilakukan buruh dan

parpol dilakukan melalui beragam cara yaitu melalui diskusi politik, penetapan

kebijakan industrial yang harus dilakukan secara tripartid, dan aksi-aksi demonstrasi

buruh.

Pandangan dari buruh dikaterogisasikan peneliti kedalam dua tema, pertama

adalah pengetahuan secara umum tentang partai politik meliputi definsi, fungsi, janji

partai, dan media. Kedua adalah pandangan mengenai hubungan khsusnya antara

parpol dan buruh.

1. Pandangan Buruh terhadap Partai Politik

Partai Politik dipandang sebagai lembaga yang mewakili masyarakat untuk

menyalurkan aspirasi masyarakat dan kemudian disalurkan ke lembaga eksekutif dan

legislatif. Hal tersebut diutarakan oleh Ibnu Mas’ud dalam pemaparannya:

“Partai politik ya lembaga mewakili masyarakat untuk menyalurkan

aspirasi dalam memilih wakil atau pimpinan baik di kota, provinsi, dan

pusat. Baik itu nanti berkaitan dengan legislatif maupun eksekutif.”

(Wawancara responden 7, Ibnu Mas’ud, Wakil Ketua SPN Kota

Salatiga, 10 November 2013, Salatiga)

Pandangan lain juga dikemukanan oleh Nurgoho Riyanto, politisi partai PDI

Perjuangan yang juga merupkan buruh anggota SPN.

Page 9: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

8

“Partai politik adalah lembaga yang mengumpulkan aspirasi dari masyarakat,

lalu kemudian aspirasi masyarakat tersebut dirumuskan dalam tujuan dan

diperjuangkan.” (Wawancara responden 9, Nugroho Riyanto, Divisi Advokasi

SPN Kota Salatiga, 12 November 2013, Salatiga).

Pandangan kedua informan tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Klaus Jurgen

Hedrich (2002) yang dikutip oleh Amanda L.Hoffman yang menyatakan bahwa:

‘[T]hey (Parties) are agents and conductors of political power, mediating between

government and society. They also articulate the political interests of society, which

are later translated into state policies and aims. (Hoffman, 2005: 231)

2. Pandangan Buruh terhadap Fungsi Partai Politik

Selain sebagai sarana pengumpul dan penyalur aspirasi masyarakat, partai politik

juga merupakan organisasi yang memiliki fungsi sebagai legislator (pembuat

kebijakan) dan fungsi kontrol sebagai pengawas jalannya kebijakan oleh eksekutif.

Tega Jatmika memaparkan bahwa:

”....khususnya adalah legislatif dimana disana parpol itulah yang akan

berperan didalam lembaga legislatif, mana salah satu fungsi legislatif,

fungsi pokok legislatif adalah membuat suatu legislasi atau perundang-

undangan yang itu harus dijalankan suatu negara......sekaligus adalah

fungsi kontrol untuk eksekutif lainnya, sehingga sebenarnya

keberadaan partai politik ini adalah salah satu yang sangat penting

bagi suatu negara.” (Wawancara responden 2, Tega Jatmika, Ketua

SPN Kota Salatiga, 26 Oktober 2013, Salatiga)

Fungsi parpol dengan memberikan peranan ke pemerintah juga dipaparkan oleh

Pujo Asril yang mengatakan:

“Fungsi pokok Partai Politik ini adalah dia bagaimana tujuannya

adalah menurut saya adalah bagaimana mereka ini mementingkan

peranan mereka di pemerintahan itu bisa berkuasa didalam arti

berkuasanya sendiri tidak secara makro, atau secara

besar.”(Wawancara responden 4, Pujo Asril, Wakil Ketua DPP SPN

Jateng, 3 November 2013, Salatiga).

Pemaparan Tega Jatmika dan Pujo Asril diperkuat oleh pernyataan yang dikutip

dari Johnston (2005) yang menyatakan bahwa partai tidak hanya memenangi

Page 10: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

9

pemilihan umum, namun lebih dari itu partai juga berkewajiban untuk memobilisasi

gerakan sosial untuk menegakkan demokrasi; dan secara esensial melakukan

negoisasi yang berimbang diantara berbagai pihak di pemerintahan.

3. Disfungsi Partai Politik

Dalam praktiknya partai melakukan disfungsi, atau tidak berjalannya fungsi

partai secara normatif yang justru cenderung ke praktik-praktik yang tidak relevan

dilakukan sebuah parpol. Misalnya fungsi rekruitmen parpol yang seharusnya

digunakan untuk menjaring masyarakat yang memiliki kemampuan politik yang

potensial kemudian dijadikan anggota partai. Namun yang terjadi justru sebaliknya,

yaitu perekrutan preman sebagai anggota parpol seperti yang dipaparkan oleh

Sumanto:

“Kan di masa sekarang kan banyak orang-orang yang dimanfaatkan

partai itu untuk pemengangan, misalnya partai ini merekrut preman

karena istilahnya preman pada waktu seperti ini mereka akan

memanfaatkan parpol .......” (Wawancara responden 6, Sumanto,

Ketua PSP PK.Mulyo SPN Kota Salatiga, 10 November 2013,

Salatiga)

Pandangan dari Sumanto juga diperkuat dengan pernyataan Sholihin (2009)

dalam thesisnya yang berjudul “Perilaku Pemilih Buruh Rokok Dalam Pilkada

Langsung Di Kabupaten Kudus” yang mengatakan bahwa:

Di samping tim sukses yang benar-benar profesional banyak pula “tim

sukses jadi-jadian”, perorangan atau kelompok orang mendatangi

kandidat. Mereka mengaku punya akses sangat kuat terhadap sejumlah

tokoh panutan, melalui tokoh itu tim sukses meyakinkan kandidat, ia

akan mampu mengumpulkan sekian ribu suara, karena kandidat yang

tengah butuh dukungan, tanpa berfikir panjang, menyambut hangat

“bualan manajer tim sukses itu”.

4. Janji Partai Politik

Jika menilik kampanye parpol, janji merupakan sebuah hal yang selalu hadir

dalam proses penyampaian pesan antara parpol dengan khalayak. Hofmeister &

Page 11: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

10

Grabow (2011) menyebutnya sebagai “Merchandise” yang diberikan kepada para

pemberi suara. Buruh memandang beberapa janji yang selalu dijadikan andalan

parpol dalam kampanye, salah satunya adalah janji memperjuangkan kepentingan

rakyat. Hal tersebut dipaparkan oleh Muh. Kholidin:

“Janji partai yang paling diingat ya paling-paling ya ingin

memperjuangkan kepentingan rakyat, ya kira-kira seperti

itu.”(Wawancara responden 3, Muh.Kholidin, Ketua PSP Damatex

SPN Kota Salatiga, 3 November 2013, Salatiga)

Pandangan yang sama juga disampaikan oleh Ari Nugroho, politisi PAN yang

juga pengurus SPN Kota Salatiga, yang mengatakan bahwa:

“Janji secara umum ya mensejahteraakan masyarakat pasti dengan

perubahan, dengan kata perubahan karena image masyarakat begitu

melihat proses pemerintahan yang telah berjalan dan melihat lebih

banyak kekurangannya” ”(Wawancara responden 5, Ari Nugroho,

Divisi Advokasi SPN Kota Salatiga, 3 November 2013, Salatiga)

Jika diamati pemberian janji oleh parpol kepada masyarakat merupakan sebuah

kewajaran. Namun melihat sistem kepartaian Indonesia yang berasaskan pada

multipartai, proses realisasi janji menjadi rumit karena antar parpol berusaha untuk

membuktikan janji yang sebelumnya saat kampanye disampaikan. Proses pembuktian

menjadi persaingan dan tawar-menawar antar partai karena sistem keanggotan

legislatif yang representatif. Gagalnya pembuktian janji oleh anggota legislatif

diakibatkan karena hasil yang “deadlock” dan gagal untuk menciptakan kebijakan.

(Hoffman, 2005: 233).

5. Disorientasi Janji Parpol

Janji terucap namun praktik terealisasi, begitulah pandangan sejumlah informan

yang memandang parpol tidak dapat menepati janji yang disampaikan saat kampanye.

Salah satunya dipaparkan oleh Ibnu Mas’ud yang menyatakan bahwa:

“Misalnya janji memberantas korupsi tapi korupsinya subur, janji

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tapi yang sejahtera

pengurusnya, ee.. pengurus elit politik kan seperti itu.”(Wawancara

Page 12: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

11

responden 7, Ibnu Mas’ud, Wakil Ketua SPN Kota Salatiga, 10

November 2013, Salatiga)

Juga Tega Jatmika Ketua DPC SPN Kota Salatiga pun menanggapi janji yang

diberikan parpol dengan sinis akibat terlalu seringnya janji yang diberikan namun

tidak terealisasi.

“Banyak ya... contohnya bahwa ini adalah demi rakyat, untuk bangsa,

kesehatan gratis, pendidikan gratis, sering to?” (Wawancara responden

2, Tega Jatmika, Ketua SPN Kota Salatiga, 26 Oktober 2013, Salatiga)

Zainudin sebagai koordinator aksi sejumlah serikat buruh saat berunjukrasa

didepan kantor Gubernur Jateng memiliki keseamaan pandangan dengan informan,

yang menganggap bahwa Ganjar (politisi PDIP) yang sebelumnya berjanji akan

mensejahterakan buruh, namun ternyata justru menyengsarakan buruh (Insetyono,

2013: 3).

6. Persaingan Parpol di Pemilu 2014

Schattscheneider mengatakan bahwa demokrasi merupakan sistem yang

berbasis persaingan antar partai politik dan pemilihlah yang menentukan, sebagai

pihak yang berada diluar sistem dan organisasi partai (Firmanzah, 2010: 584).

Sejumlah informan memandang bahwa persaingan antar parpol akan berlangsung

akan berlangsung ketat, seperti yang dipaparkan oleh Sumanto:

“Kalau persaingannya tentunya cukup ketat, tinggal partai mana yanag

bisa mengambil hati dari rakyat seperti itu. Mengambil hati rakyat pun

perlu bukti mas, bukan janji perlu bukti.” (Wawancara responden 6,

Sumanto, Ketua PSP PK.Mulyo SPN Kota Salatiga, 10 November

2013, Salatiga)

Namun ketatnya persaingan tersebut dianggap tidak akan memberikan

perubahan yang signifikan karena mayoritas kontestan yang akan bersaingan

merupakan pemain pada pemilu sebelumnya dimana pada pemilu sebelumnya angka

kepercayaan publik yang dilihat dari jumlah golongan putih (golput) mencapai

Page 13: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

12

29,01%. Pandangan tersebut disampaikan oleh Subur rahayu yang mengatakan

bahwa:

“Kalau pemilu 2014 itu saya kira masih sama saja dengan tahun ini

(sebelumnya), karena seseorang yang menjadi tampuk pimpinan di

negara ini yang masih menjadi milik satu partai dan yang lainnya rata-

rata akan digerogoti oleh partainya sendiri.”(Wawancara responden 1,

Subur Rahayu, Sekretaris SPN Kota Salatiga, 17 Oktober 2013,

Salatiga)

Pemaparan Subur Rahayu diperkuat oleh hasil dari pengamatan Litbang

Kompas, dapat diketahui bahwa mayoritas partai akan mengisi wajah lama di dunia

perpolitikan nasional. Lebih dari 80% diisi oleh anggota legislatif 2009 lalu, sisanya

adalah diisi oleh politisi baru. Salah satu contoh misalnya Partai Keadilan Sejahtera

(PKS). Semua anggota Fraksi PKS berjumlah 57 orang atau 100 persen kembali

mencalonkan diri (Yossihara & Damardono, 2013: 52).

7. Kampanye Parpol

BPS pada 2013 membuat laporan bahwa dengan penetrasi mencapai 98 persen,

TV akan menjadi kanal paling penting dalam kampanye untuk merebut suara 173 juta

pemilih pada pemilu 2014. Sehingga parpol dengan kedekatan pada stasiun TV

tertentu sudah pasti akan memanfaatkannya untuk kepentingan meraup suara

(Nugroho, 2013: 58). Sejumlah informan memandang bahwa penggunaan TV masih

akan menjadi media yang paling efektif pada kampanye 2014 nanti, seperti

pemaparan Muh. Kholidin:

Paling efektif menurut kami untuk kampanye partai melalui media

elektronik.” (Wawancara responden 3, Muh.Kholidin, Ketua PSP

Damatex SPN Kota Salatiga, 3 November 2013, Salatiga)

Sumanto menekankan pada sisi konten kampanye parpol yang harus diperbaiki.

Menurut Sumanto mengumbar janji saat berkampanye merupakan bumerang bagi

parpol yang justru akan menjadi titik lemah parpol karena tidak dapat membuktikan

janjinya.

Page 14: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

13

Sebetulnya tidak usah ditaruh situ, sepertinya itu bumerang lho mas

sebenarnya bagi mereka. Ketika mereka jadi dan mreka jauh, akan

banyak memeprtanyakan, jare cedak karo wong cilik, kata-katamu

besar itu ndak bisa dibuktikan lebih baik dipendam dalam hati,......” (Wawancara responden 6, Sumanto, Ketua PSP PK.Mulyo SPN Kota

Salatiga, 10 November 2013, Salatiga)

Anggota PDIP yang juga menjadi pengurus SPN Kota Salatiga Nurgroho

Riyanto menuturkan bahwa mengakui TV yang masih menjadi sarana efektif dalam

menyampaikan kampanye, namun dia juga menilai kampanye dengan cara langsung

(blusukan) ke masyarakat dianggap lebih menciptakan kedekatan antara masyarakat

dengan tokoh parpol.

“....karena dengan blusukan sendiri tokoh yang diusung parpol itu bisa

langsung bertemu dengan masyarakat, bisa tahu keluh kesahnya, dan

juga blusukan itu kan membuat dekat antara tokoh parpol dengan

masyarakat.”(Wawancara responden 9, Nugroho Riyanto, Ketua Divisi

Advokasi SPN Kota Salatiga, 12 November 2013, Salatiga)

8. Persepsi terhadap Hubungan antara Parpol dan Buruh

Jika melihat pada tatacara pembuatan kebijakan ketenagakerjaan yang

mendasarkan pada aturan tripartid yaitu pelibatan ketiga pihak antara serikat pekerja,

pemerintah sebagai pemangku kekuasaan, dan pengusaha – hubungan antara parpol

dan serikat pekerja berada posisi yang strategis. Keduanya berada pada hubungan

tawar menawar, hubungan industrial yang saling terikait, artinya meskipun buruh

memilih sikap apolitis terhadap parpol namun bagaimanapun hubungan keduanya

tidak dapat berjalan sendiri.

Hubungan sinergis antara parpol dan serikat pekerja diutarakan oleh Joko Pitoyo

dalam pemaparannya:

“....sebetulnya juga singergis, sekarang ini pun sebetulnya juga buruh

ini banyak yang istilahnya mendaftarkan diri sebagai legislatif, ya

harapannya kalau mereka bisa diusung di legislatif ya harapannya

untuk perjuangan buruh juga,..”(Wawancara responden 8, Joko Pitoyo,

Wakil Ketua PSP PK. Mulyo SPN Kota Salatiga, 3 November 2013,

Salatiga)

Page 15: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

14

Namun disisi lain hubungan sinergis antara parpol tidak terjalin dengan baik.

Ketidakterlibatan pihak buruh dalam setiap proses komunikasi politik dalam rangka

penetapan kebijakan industrial menyebabkan hasil kebijakan dipandang berat sebelah

oleh kelompok buruh. Ketidakberadaan buruh dalam penetapan kebijakan

disampaikan oleh Nugroho Riyanto:

“Jadi misalnya pembuatan kebijakan partai seperti kebijakan tentang

upah, lalu kebijakan yang berhubungan dengan ketenaga kerjaan buruh

tidak pernah dilibatkan, makanya kadang kebijakannya berat sebelah”

(Wawancara responden 9, Nugroho Riyanto, Ketua Divisi Advokasi

SPN Kota Salatiga, 12 November 2013, Salatiga)

Ketidak hadiran buruh di parlemen yang notabene memiliki masa yang cukup

banyak dianggap sebagai sebuah kesengajaan, Nugroho Riyanto Memaparkan bahwa:

“....ya harusnya itu buruh punya wakil di dewan sana supaya dapat

memperjuangkan permusan kebijakan yang berhubungan dengan

ketenagakerjaan. Tapi sampai saat ni nggak ada, tapi juga saya sangsi

sebenarya sepertinya memang buruh sendiri dikondisikan agar

terpecah menjadi banyak kepentingan supaya tidak ada yang bisa

masuk ke dewan sana.” (Wawancara responden 9, Nugroho Riyanto,

Ketua Divisi Advokasi SPN Kota Salatiga, 12 November 2013,

Salatiga)

Ketidakhadiran buruh dalam seitiap pengambilan kebijakan yang tidak

memberikan perbaikan kesejahteraan kepada kelompok buruh dalam waktu yang

panjang menciptakan degradasi kepercayaan terhadap parpol yang pada akhirnya

berujung pada pilihan sikap apolitis. Sejumlah informan memandang bahwa parpol

tidak memiliki kuasa dan kemampuan untuk menyelesaikan permasalah di

kesejahteraan di kalangan buruh. Ibnu Mas’ud memaparkan:

“Nggak bakal selesai no kalau masalah UMK diserahkan parpol, ndak

ada yang bisa, kebanyakan orang parpol ndak paham dengan

permasalahan, ndak paham dengan undang-undangnya, ndak paham

dengan apa ya ini kebanyakan mereka ndak tau akar masalahnya

nggak tau undang-undang juga ndak tau..” (Wawancara responden 7,

Ibnu Mas’ud, Wakil Ketua SPN Kota Salatiga, 10 November 2013,

Salatiga)

Page 16: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

15

Sikap tersebut menjadi sebuah kewajaran jika dikorelasikan dengan pernyataan

Muh. Kholidin yang menyatakan bahwa perjuangan buruh tidak pernah bersinergi

dengan parpol, memilih berjalan sendiri.

“....karena ketidak percayaannya terhadap partai politik sehingga

buruh perjuangannya ya seperti saat ini, masih berjuang sendiri-

sendiri. Karena janji dari partai politik juga sama saja sih.....” buruh” (Wawancara responden 3, Muh.Kholidin, Ketua PSP Damatex SPN

Kota Salatiga, 3 November 2013, Salatiga)

Dari temuan data dapat diamati bahwa hubungan antara parpol dengan serikat

pekerja dalam kasus di tubuh SPN Kota Salatiga tidak berjalan dengan baik.

Keberhasilan proses komunikasi yang dapat diukur dari kemampuan pemahaman dari

komunikan tidak berjalan dengan baik. Buruh sebagai komunikan tidak berhasil

menerima pesan yang dikirimkan oleh parpol sehingga seperti apa yang dikatakan

oleh Muh. Kholidin yaitu buruh memilih perjuangan secara individu tanpa harus

melibatkan partai politik. Ketidakhadiran parpol dalam upaya penyelesaian

permasalahan buruh dipandang sejumlah informan sebagai tidak mampunya parpol

menangani isu-isu ketenagakerjaan seperti penetapan UMK, sistem kerja kontrak,

dsb.

Rumongso (2013) dalam tulisannya di kolom opini Solopos yang berjudul “1001

Wajah Hiperbolis Caleg” mengatakan bahwa kaum buruh juga tidak disentuh secara

personal di kantong-kantong buruh. disilain parpol yang berada pada lembaga

eksekutif tidak mendengarkan masukan buruh dan hanya mestempel rekomendasi

usulan UMK dari bupati/walikota (Insetyonoto, 2013: 3).

Rendahnya tingkat kepercayaan buruh terhadap parpol menjadi sebuah polemik.

Ketidakhadiran sosok parpol sebagai problem solver membuat sejumlah buruh SPN

Kota Salatiga tidak memiliki sosok partai yang ideal menjelang Pemilu 2014

mendatang. Meski sebelumnya SPN sendiri pernah menjajaki kerjasama dengan

parpol (PKS) pada Pemilu 2009 lalu, namun upaya tersebut belum memberikan

dampak signifikan terhadap organisasi itu sendiri. seperti penuturan dari Muh.

Kholidin:

Page 17: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

16

“Itu kerjasama nasional, dulu pernah tapi gagal artinya tidak ada

satupun dari SPN yang lolos menjadi anggota dewan dari PKS, karena

terjadi miss komunikasi antara MOU yang ada di pusat dan daerah

tidak nyambung, dipusat ngomong begini-begini, tapi didaerah tidak.” (Wawancara responden 3, Muh.Kholidin, Ketua PSP Damatex SPN

Kota Salatiga, 3 November 2013, Salatiga)

Gagalnya usaha kerjasama politik SPN dengan parpol bukan tanpa sebab.

Kegagalan kerjasama dengan PKS merupakan salah satu bentuk, dimana visi anggota

dalam berorganisasi mulai pecah. Ketidakhadiran parpol untuk menuntaskan

permasalahan ketenagakerjaan karena partai lebih sibuk terjebak dengan persaingan

antar parpol sehingga abai dengan komunikasi yang seharusnya terjalin dengan

kontinu dan tanggungjawab parpol pemegang amanat kekuasaan pun terbengkalai.

Maka menjadi sebuah kewajaran jika buruh memilih jalan politiknya untuk ikut

bergabung ke berbagai partai yang dapat memberikan keuntungan “pribadi”, bukan

keuntungan serikat pekerja.

Buruh SPN yang juga anggota PDIP Nugroho Riyanto menuturkan bahwa

setidaknya saat ini Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan merupakan partai yang

cukup ideal dipilih untuk buruh. paparan dari Nugroho pun juga diperkuat oleh

pemaparan dari Ari Nugroho yang juga merupakan politisi PAN.

“Saya melihat yang ideal saat ini PDIP, bukan karena saya sekarang

senang dengan PDIP, kalau saya lihat saat ini gerakan mesin partainya

berjalan dengan baik....” (Wawancara responden 5, Ari Nugroho,

Divisi Advokasi SPN Kota Salatiga, 3 November 2013, Salatiga)

Pandangan kedua informan diperkuat oleh pernyataaan Juliari P. Batubara

politisi partai PDIP saat Rakernas, PDIP sudah menyepakati untuk memperjuangkan

upah buruh hingga ke ukuran layak dan menolak upah murah karena akan banyak

pihak juga rugi kalau sampai buruh mogok terus-terusan, karena akan mengganggu

stabilitas ekonomi (Haryono, 2013).

Peneliti melihat beragamnya pilihan politik buruh didalam satu atap organisasi

menjadi sebuah kewajaran jika menilik latar belakang hubungan serikat pekerja

Page 18: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

17

dengan parpol yang tidak terjalin denagn baik. Upaya komunikasi yang efektif belum

tercipta namun perlu diupayakan melihat kedua pihak berada pada posisi strategis,

pilihan apolitis menambah permasalah baru bagi parpol karena sejatinya keberhasilan

sebuah demokrasi dilihat dari jumlah partisipasi masyarakat didalamnya, sayang

parpol hingga saat ini belum benar-benar menjadikan serikat buruh yang memiliki

basis masa yang sangat besar sebagai potential voters.

Kesimpulan

Dari Hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan beberapa

kesimpulan dari persepsi buruh SPN Kota Salatiga terhadap parpol peserta Pemilu

2014, yaitu:

1. Buruh memandang bahwa fungsi pokok dari partai politik adalah sebagai

lembaga yang mampu mengumpulkan dan menyalurkan aspirasi rakyat. Yang

kemudian dari aspirasi rakyat tersebut parpol yang berada pada posisi

eksekutif maupun legislatif mampu menciptakan kebijakan yang dapat

menyelesaikan permasalahan publik.

2. Parpol memiliki peranan penting sebagai lembaga yang memiliki kewenangan

sebagai pembuat kebijakan dan memainkan peranan dalam roda pemerintahan

sebagai eksekutif (pelaksana kebijakan). Parpol juga memiliki fungsi

rekruitmen, yaitu proses melalu mana partai mencari anggota baru dan

mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik.

Dalam praktiknya fungsi rekruitmen mengalami disfungsi, pelibatan anggota

masyarakat belum sesuai harapan. Anggota masyarakat yang direkrut justru

merupakan anggota “jadi-jadian” – yang artinya kelompok masyarakat

(contoh: preman) yang dilibatkan dalam parpol namun justru hanya mengeruk

sumber daya parpol, mengaku memiliki basis masa dan kemampuan politik

yang mumpuni namun kenyataannya tidak.

Page 19: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

18

3. Dalam periode kampanye, parpol seringkali (atau selalu) mengutarakan janji

yang akan direalisasikan saat sukses memenangi pemilu. Janji-janji seperti

berusaha mensejahterakan rakyat, berjuang demi rakyat, pendidikan gratis,

hingga kesehatan gratis menjadi sebuah trend yang diandalkan oleh para

kontestan. Namun jika melihat kenyataannya pernyataan janji justru menjadi

blunder jika melihat pada pemilu 2009 lalu dimana angka non-partisipasi

warga mencapai sepertiga dari seluruh pemilik hak suara. Keberadaan parpol

setelah menduduki kursi legislatif justru tidak dimanfaatkan dengan baik –

sebaliknya banyak anggota parpol yang berdalih berjuang dengan rakyat

namun justru berusaha mencari keuntungan material untuk golongannya dan

tersandung kasus-kasus hukum seperti tindak pidana korupsi.

4. Penggunaan TV masih dianggap sebagai media penyampai pesan yang paling

efektif karena sifatnya yang mampu menjangkau masyarakat luas, meskipun

budget yang harus dikeluarkan sangat besar. TV sendiri memilik tingkat

penetrasi mencapai 98 persen, tingkat penetrasinya yang tinggi dan dianggap

sebagai upaya persuasif yang terbaik maka TV akan menjadi kanal paling

penting dalam kampanye untuk merebut suara 173 juta pemilih pada pemilu

2014. Selain itu parpol disuguhi dengan model kampanye personal yang

dikenal dengan istilah “blusukan”. Kampanye secara blusukan merupakan

salah satu media kampanye yang cukup efektif karena lebih mampu

menciptakan kedekatan antara khalayak dengan parpol.

5. Parpol dan serikat pekerja memiliki hubungan industrial yang sangat strategis.

Dengan adanya aturan bipartit kebijakan harus dilakukan dengan melibatkan

tiga pihak yaitu pengusaha, parpol yang berada di legislatif, dan serikat

pekerja. Namun posisi strategis ini belum dapat menciptakan jalinan

komunikasi yang efektif antara parpol dan buruh. ketidakhadiran buruh di

parlemen misalnya menyebabkan posisi tawar buruh semakin berat, yang

akhirnya pada kebijakan ketenagakerjaan yang tidak sesuai harapan buruh.

Kondisi tersebut terus berlangsung yang kemudian tercipta ketidakpercayaan

Page 20: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

19

buruh terhadap parpol yang akhirnya memandang parpol bukanlah kelompok

yang mampu menyelesaikan permasalahan dibidang ketenagakerjaan. Buruh

memilih untuk berjalan sendiri, memperbaiki kesejahteraan kelompok buruh

tanpa melibatkan partai politik.

Saran

Persepsi buruh dilatarbelakangi oleh faktor eksternal yang salahsatunya dalam

konteks ini adalah partai politik. Tingginya tingkat disfungsi partai politik dan tidak

terealisasikan janji yang dikemukakan oleh parpol menyebabkan tingkat kepercayaan

buruh terhadap parpol terus menurun. Rendahnya tingkat kepercayaan buruh terhadap

parpol menciptakan sikap skeptisme yang berujung pada sikap apolitis yang enggan

terlibat dalam segala urusan parpol – padahal posisi antara parpol dan serikat pekerja

sangat strategis. Maka dari itu parpol perlu menciptakan positioning ulang image

yang telah tercipta di benak khalayak, khsusnya terhadap kelompok buruh. Parpol

perlu menciptakan komunikasi yang lebih efektif terhadap kelompok buruh,

terciptanya hubungan yang harmonis antara keduanya dapat dipandang sebagai upaya

parpol menciptakan potential voters dikalangan buruh – dimana memiliki jumlah

masa yang sangat besar.

Komunikasi yang dijalin parpol melalui kampanye atau dengan cara lain perlu

mempertimbangkan pemilihan media. Meskipun penggunaan media TV dianggap

masih paling efektif dimana tingginya tingkat penetrasi dan jangkauan khalayak,

namun perlu dipikirkan ulang untuk mencoba mengkolaborasikan dengan model

kampanye “blusukan” yang lebih memiliki sifat lebih personal dan mampu

menciptakan kedekatan dengan masyarakat. Juga partai perlu mempertimbangkan

penyampaian janji saat kamapanye, partai perlu mengukur kemampuan, melihat

benar-benar hasil artikulasi dan secara jeli menyeleksi kebutuhan yang benar-benar

dibutuhkan yang nantinya dikemas dalam janji politik sehingga tidak menimbulkan

blunder parpol, dimana tidak dapat membuktikan janji yang diberikan.

Page 21: PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP ... KUSUMA WARDANA...PAPER JURNAL ONLINE PERSEPSI BURUH TERHADAP PARTAI POLITIK (Studi Kasus Persepsi Anggota Serikat Pekerja Nasional Kota

20

Buruh SPN Kota Salatiga perlu merapatkan barisan, beragam pilihan

berpolitik yang diambil buruh anggota SPN Kota Salatiga perlu disatukan dalam satu

visi. Dengan penyeragaman pandangan buruh diharapkan mampu menciptakan

gerakan politik yang kuat dan kompak sehingga posisi tawar buruh semakin kuat

meskipun saat ini belum berkesempatan untuk menempatkan perwakilan buruh di

kursi legislatif.

Daftar Pustaka

Budiarjo, M. (1982). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.Gramedia.

Cangara, H. (2009). KOMUNIKASI POLITIK : Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.

Jakarta: Penerbit Salemba Humanika

Hofmeister, W., & Grabow, K. (2011). Political Parties : Function and Organisation

in Democratic societis. Singapore: Konrad Adenauer Stiftung.

Mulyana, D. (2000). ILMU KOMUNIKASI : Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Pawito. (2012). Pemilihan Umum Legislatif Indonesia 2009 dan Media Massa : Jalan

menuju Peningkatan Kualitas Demokrasi. Surakarta: UNS Press.

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT.LKis Pelangi.

Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: PT. Andi.

Hoffman, A. L. (2005). Political parties, electoral systems and democracy: A croos-

national analysis. European Journal of Research , 231.

Launa. (2011). BURUH & POLITIK : Tantangan dan Peluang Buruh Indonesia

Pasca Demokrasi. Journal Sosial Demokrasi Vol.10 .

Sholihin, M. (2009). Perilaku Pemilih Buruh Rokok Dalam Pilkada Langsung Di

Kabupaten Kudus. Semarang: Universitas Diponegoro.

Insetyonoto. (2013). Buruh Tuding Gubernur Ngapusi. Solo: Harian Solopos Edisi 20

November 2013.

Yossihara, A., & Damardono, H. (2013). Wajah Lama di Periode Baru. Jakarta:

Harian Kompas Edisi 25 Oktober 2013.

Nugroho, Y. (2013). Media, Kuasa, dan "Res Republica. Jakarta: Harian Kompas

Edisi 25 November 2013.

Rumongso. (2013). 1.001 Wajah Hiperbolis Caleg. Solo: Harian Solopos Edisi 20

November 2013.

Haryono, Y. (2013, November 25). Upah Buruh, PDIP Dukung Beleid Gubernur

Jateng. Diakses pada 3 Desember 2013, dari Krjogja.com