Izin Usaha Jasa Buruh

21
BAB II PELAKSANAAN IZIN PENYEDIA JASA TENAGA KERJA MENURUT PERATURAN KETENAGAKERJAAN A. Perjanjian Penyedia Jasa Pekerja/Buruh menurut Undang –undang No.13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan Aturan hukum dalam peraturan perundang-undangan harus dirumuskan secara tepat, sesuai dengan teori hukum dan filsafat hukum. Rumusan hukum tentang Perjanjian penyedia jasa pekerja buruh diatur dalam Pasal 64-66 UU No.13 tahun 2003 merupakan rumusan yang mengandung vague norm, karena menimbulkan interpretasi yang lebih dari satu. Ketentuan Pasal 64 UU No.13 tahun 2003 adalah “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.” Terhadap ketentuan ini tidak ada penjelasan resmi yang dibuat oleh pembentuk undang-undang dalam penjelasan Pasal demi Pasal. Rumusan itu apabila dicermati mengandung ketidakjelasan maksud. Pasal 64 UU 13/2003 tahun 2003 mengatur tentang bentuk outsourcing, yaitu pemborongan pekerjaan (merupakan outsourcing pekerjaan) dan penyediaan jasa pekerja/buruh (outsourcing pekerja). Terhadap pemborongan pekerjaan diatur lebih lanjut dalam Pasal 65, syaratnya 12 1. dibuat dalam perjanjian kerja tertulis berbentuk PKWTT atau PKWT; : 2. pekerjaan yang dialihkan adalah bukan pekerjaan pokok; 3. berbadan hukum; 4. memberikan perlindungan hukum kepada pekerjanya 5. Bentuknya PKWTT atau PKWT berdasar Pasal 59. Kriteria bukan pekerjaan pokok ditafsirkan secara otentik dalam Pasal 65 ayat (2) yaitu dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; berdasarkan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; merupakan kegiatan penunjang yang tidak menghambat proses produksi secara langsung. Interpretasi otentik ini masih menimbulkan ketidak pastian hukum. Hal ini menunjukkan bahwa pembentuk Undang-Undang hanya meletakkan pemikiran yang pragmatis, hanya berdasar kehendak politik yang lebih mengarah pada kepentingan pengusaha. Seharusnya interpretasi “perintah” harus melandaskan pada teori hukum yaitu meletakkan dasar teori hukum tentang perintah yaitu hakekat 12 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Universitas Sumatera Utara

description

Izin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa BuruhIzin Usaha Jasa Buruhv

Transcript of Izin Usaha Jasa Buruh

BAB II PELAKSANAAN IZIN PENYEDIA JASA TENAGA KERJA MENURUT PERATURAN KETENAGAKERJAAN A.PerjanjianPenyediaJasaPekerja/BuruhmenurutUndangundangNo.13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan Aturanhukumdalamperaturanperundang-undanganharusdirumuskansecaratepat, sesuai dengan teori hukum dan filsafat hukum. Rumusan hukum tentang Perjanjian penyedia jasa pekerja buruh diatur dalam Pasal 64-66 UU No.13 tahun 2003merupakan rumusan yang mengandung vaguenorm, karena menimbulkan interpretasi yang lebih dari satu. Ketentuan Pasal 64 UU No.13 tahun 2003 adalah Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaankepadaperusahaanlainnyamelaluiperjanjianpemboronganpekerjaanatau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.Terhadap ketentuan ini tidak ada penjelasan resmi yang dibuat oleh pembentuk undang-undang dalam penjelasan Pasal demi Pasal.Rumusanituapabiladicermatimengandungketidakjelasanmaksud.Pasal64UU 13/2003tahun2003mengaturtentangbentukoutsourcing,yaitupemboronganpekerjaan (merupakan outsourcing pekerjaan) dan penyediaan jasa pekerja/buruh (outsourcing pekerja). Terhadap pemborongan pekerjaan diatur lebih lanjut dalam Pasal 65, syaratnya121. dibuat dalam perjanjian kerja tertulis berbentuk PKWTT atau PKWT; :2. pekerjaan yang dialihkan adalah bukan pekerjaan pokok;3. berbadan hukum;4. memberikan perlindungan hukum kepada pekerjanya5. Bentuknya PKWTT atau PKWT berdasar Pasal 59. KriteriabukanpekerjaanpokokditafsirkansecaraotentikdalamPasal65ayat(2) yaitu dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; berdasarkan perintah langsung atau tidak langsungdaripemberipekerjaan;merupakankegiatanpenunjangyangtidakmenghambat proses produksi secara langsung. Interpretasi otentik ini masih menimbulkan ketidak pastian hukum.HalinimenunjukkanbahwapembentukUndang-Undanghanyameletakkan pemikiranyangpragmatis,hanyaberdasarkehendakpolitikyanglebihmengarahpada kepentinganpengusaha.Seharusnyainterpretasiperintahharusmelandaskanpadateori hukumyaitumeletakkandasarteorihukumtentangperintahyaituhakekat 12Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Universitas Sumatera Utarapertanggungjawaban. Bukan pertimbangan pragmatis yang menunjuk pada bentuk perintah dilakukan. Siapaun yang memberikan perintah maka dialah yang harus bertanggung jawab. Majikan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diperintahkan kepada pekerjanya. Pemberi perintahadalahyangmenikmatihasildaripekerjaan.Darisudutfilosofinyaadalahadil apabilapekerjamendapatkanhakberupaupahapabilaiasudahmengerjakanpekerjaan dengan benar. Sebaliknya akan adil pula apabila majikan harus melaksanakan kewajibannya dengan membayar upah apabila pekerjaan yang merupakan kehendakya sudah dilaksanakan olehpekerja.J adimaknadariperintahadalahtanggungjawabbukancaradilakukannya perintah.Apabila makna perintah sudah sesuai dengan konsep/ teori hukum, maka akibatnya dengansertamertaperlindungansyaratkerjamenjadikewajibandariyangmemberikan perintahyaitupemberipekerjaan.DirumuskannyaPasal65ayat(4)UU13/2003 menunjukkankesalahanperumusanayatsebelumnyayaituPasal65ayat(2)hurufb. Terhadap rumusan otentik pemberi kerja sudah dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (4) UU No.13 tahun 2003 yaitu orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lain yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.Sayangnya rumusan ini tidak menjadi landasan dalam merumuskan konsep hubungan kerja.HubungankerjadirumuskandalamPasal1angka14UU13/2003yaituhubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Terdapat kesalahan perumusan (yang disengaja) dalam Pasal 1 angka14UUNo.13tahun2003,Seharusnyakatapengusahadigantidenganpemberi kerja.Kesalahaninterpretasiotentikinimengakibatkankonfliksosial.Terjadiperbedaan pendapat di masyarakat berkaitan dengan siapakah pekerja yang dilindungi oleh UU No.13 tahun 200313Apakah semua orang yang bekerja pada pemberi kerja ataukah hanya pekerja yang bekerja pada pengusaha. Lebih adil menggunakan istilah majikan daripada istilah pengusaha. Pengusahaadalahbagiandarimajikan.Pengusahaadalahorangyangmenjalankanusaha. Sementaradimasyarakatlebihbanyakorangyangmemberipekerjaanyangbukan . 13 Asri Wijayanti, Makalah, Makalah,Analisis Kedudukan Legisprudensi sebagai upaya perlindungan Pekerja outsorcing, disampaikan dalam Konfrensi Negara Hukum, J akarta, 9-10 Oktober 2012, hal.5. Universitas Sumatera Utarapengusaha.RumusanPasal1angka14mengakibatkanpekerjayangtidakbekerjapada pengusaha dapat diinterpretasikan tidak dilindungi oleh UU 13/2003.Terdapatperbedaanrumusanotentiktentangsubyekhukumdalamhubungankerja pemberikerjaataupengusaha.Pekerjayangtidakbekerjapadapengusahasecarayuridis, tidak dianggap telah melakukan hubungan kerja, sehingga tidak dilindungi oleh UU No.13 Tahun 2003 (Asri Wijayanti: 2011, 115).KetentuanPasal66UU13/2003merupakanpasalpenjelasdariPasal64,yang mengatur tentang outsourcing pekerja dirumuskan sebagai berikut :Pekerja/buruhdariperusahaanpenyediajasapekerja/buruhtidakbolehdigunakan olehpemberikerjauntukmelaksanakankegiatanpokokataukegiatanyangberhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksiSyarat perusahaan penyedia jasa/buruh (perusahaanoutsourcing)adalah:adahubungankerjaantarapekerja/buruhdengan perusahaanpenyediajasa/buruh;memenuhisyaratPKWTberdasarkanPasal59;memberi perlindungan, ada perjanjian tertulis antara perusahaan pengguna dan perusahaan penyedia jasa/buruh;berbadanhukum.RumusanPasal66UU13/2003merupakanrumusanyang kabur, tidak menimbulkan kepastian hukum.Kata-katajasapekerjadapatdiinterpretasikansebagaipekerjakarenajasadari pekerja melekat pada tubuh pekerja itu. Berbeda dengan pekerjaan, yang baru melekat pada diripekerjaapabilatelahdilaksanakan.J asapekerjatidaksamadenganjasa.Seharusnya bukan jasa pekerja tetapi pekerjaan yang menghasilkan jasa.Hubungan kerja adalah suatu hubunganhukumantarapemberikerjadenganpekerjamengenaidilaksanakannyasuatu pekerjaan dengan pemberian imbalan berupa upah. Pekerjaan dapat dikategorikan menjadi duayaitupekerjaanyangmenghasilkanbarangdanpekerjaanyangmenghasilkanjasa. KesalahanpemikiranpadapembuatUndang-Undangmengakibatkanpekerjasebagiobyek dari hubungan kerja.Pekerja adalah orang, di dalam teori dan filsafat hukum, selamanya orang tidak dapat menjadi obyek dari suatu hubungan hukum. Penempatan orang sebagai obyek hukum adalah sebagaiperbudakanmodern(modernslavery).Syaratbadanhukumbagiperusahaan pemborngan pekerjaan dan perusahaan penyedia jasa/buruhberdasarkan, ketentuan Pasal 65 Universitas Sumatera Utaraayat (3) UU 13/2003 jo Pasal 66 ayat (3)jo Pasal 3 ayat (2) Kepmenaker 220/2004, yaitu perusahaan penerima pekerjaan harus berbadan hukum,kecuali14a. perusahaan pemborong pekerjaan yang bergerak di bidang pengadaan barang; : b.perusahaanpemborongpekerjaanyangbergerakdibidangjasapemeliharaandan perbaikansertajasakonsultansiyangdalammelaksanakanpekerjaantersebut mempekerjakanpekerja/buruhkurangdari10(sepuluh)orang.Tujuandisyaratkanbadan hukumadalahtidakrelevan,mengingatsetiappelakuusahatetapdapatdimintai pertanggungjawabanapabilamelakukansuatupelanggaran,tidakmenunggupelakuusaha berbentuk badan hukum.Melakukan pemborongan pekerjaan bukanlah monopoli suatu perusahaan yang sudah berbadan hukum, tetapi menjadi hak setiap pelaku usaha. Batasan ini akan mengakibatkan pelakuusaha(khususnyausahakecildanmenengah)kehilanganhaknyadisampingjuga dapatmematikanprogramkemitraanataucommunitysocialdevelopmentprogramsuatu perusahaandenganlingkungansosialdisekitarnyayangsudahberjalan.(MochSyamsudin: 2007, 174)15 B. Peraturan-peraturan pelaksana terkait PerjanjianPenyedia Jasa Pekerja Buruh Perusahaan penyedia jasa pekerja yang merupakan salah satu bentuk dari outsourcing,harusdibedakandenganlembagapenempatantenagakerjaswasta (laboursupplier). Sebagaimana diatur dalam Pasal 35, 36, 37 dan 38 Undang-undang No. 13 Tahun2003tentangKetenagakerjaan,yaituapabilatenagakerjatelahditempatkan,maka hubungankerjayangterjadisepenuhnyaadalahpekerjadenganperusahaanpemberikerja bukan dengan lembaga penempatan tenaga kerja swasta tersebut. Dalampenyediaanjasapekerja,perusahaanpemberikerjatidakberhak memperkerjakan pekerja untuk melaksanakan kegiatan pokok / kegiatan yang berhubungan denganprosesproduksidanhanyabolehdigunakanuntukmelaksanakankegiatanjasa penunjang/kegiatanyangtidakberhubunganlangsungdenganprosesproduksi.Kegiatan dimaksud,antaralainusahapelayanankebersihan(cleaningservice),usahapenyedia makanan bagi pekerja (catering), usaha tenaga pengaman /satuan pengaman (security) usaha 14Ibid, hal.6. 15 Moch Syamsudin dalam Asri Wijayanti,ibid, hal. 7. Universitas Sumatera Utarajasa penunjang di pertambangan dan perminyakan serta usaha penyedia angkutan pekerja. Di sampingpersyaratanyangberlakuuntukpemboronganpekerjaan,perusahaanpenyediaan jasa pekerja bertanggung jawab dalam hal perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan hubungan industrial yang terjadi. Pasal50undang-undangketenagakerjaanmenegaskanbahwa:hubungankerja terjadikarenaadanyaperjanjiankerjaantarapengusahadanpekerja/buruh.Pasaldiatas menetapkan pentingnya perjanjian kerja sebagai dasar mengikatnya suatu hubungan hukum yaitu hubungan kerja, dengan kata lain untuk mengatakan ada tidaknya suatu hubungan kerja maka maka landasannya adalah ada tidaknya perjanjian kerja. Perjanjian kerja dibuat dengan memperhatikan syarat sahnya perjanjian,syarat ini telah diatur secara khusus dalam Undang-undang Ketenagakerjaan pada pasal 52 ayat 1 yaitu : 1.Kesepakatan kedua belah pihak 2.Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum3.Adanya pekerjaan yang diperjanjikan 4.Pekerjaanyangdiperjanjikantidakbertentangandenganketertibanumum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akibat hukum yang sah adalah perjanjian itu mengikat para pihak layaknya UU. J ikasalahsatupihaktidakmelaksanakanperjanjiantersebutyangberakibat merugikan pihak lain maka disebut wanprestasi. SebelumberlakunyaKepmenakerNo.19tahun2012PeraturanlainterkaitpelaksanaperjanjianpenyediajasapekerjaburuhdiaturlebihlanjutdalamKeputusan MenakertransKeputusanMenakertransNo.220Tahun2004tentangSyarat-Syarat PenyerahanSebagianPelaksanaanPekerjaankepadaPerusahaanLain,dimanadalam Keputusantersebutperjanjiankerjaterdapatdalampasal5yaknisetiapperjanjian pemboronganpekerjaanwajibmemuatketentuanyangmenjaminterpenuhinyahak-hak pekerja/buruhdalamhubungankerjasebagaimanadiaturdalamperaturanperunndang-undangan ,DalamKeputusan Menakertrans No. 101 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan Penyedia J asa Pekerja/Buruh diatur dalam pasal 4 yakni sebagai berikut : Universitas Sumatera UtaraDalamhalperusahaanpenyediajasamemperolehpekerjaandariperusahaan pemberian pekerjaan kedua belah pihak wajibmembuat perjanjian tertulis yang sekurang-kurangnya memuat : a.J enis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja/buruh dari perusahaan jasab.Penegasanbahwadalammelaksanakanpekerjaansebagaimanadimaksud huruf a, hubungan kerja yang terjadi adalah antara perusahaan penyedia jasa dengan pekerja/buruh yang dipekerjakan perusahaan penyedia jasa sehingga perlindunganupahdankesejahteraan,syarat-syaratkerjadanperselisihanyang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja buruh c.Penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa buruh bersedia menerima pekerja diperusahaanpenyediajasapekerja/buruhsebelumnyauntukjenis-jenis pekerja yang terus menerus ada diperusahaan pemberi kerja dalam dalam hal terjadi penggantian perusahaan penyedia jasa pekerja buruh. Selanjutnyadalampasal5ayat(1)disebutkanbahwa:perjanjiansebagaimana dimaksud dalam pasal 4 harus didaftarkanpada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat perusahan penyedia jasa pekerja/buruh melaksanakan pekerjaan. Sejak Permenakertrans No. 19 tahun 2012 resmi diberlakukan, hal ini yang membuat duaperaturanmenteriyanglainsebelumnyamenjaditidakberlaku.YaituKeputusan Menakertrans No 220 Tahun 2004 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain dan Keputusan Menakertrans No 101 Tahun 2004 tentang TataCaraPerijinanPerusahaanPenyediaJ asaPekerja/Buruh.DimanaPermenNo19ini ternyatabanyakmengubahpengaturansoalsyaratdantata-carapenyerahansebagian pekerjaan kepada perusahaan lain yang diatur dalam Kepmen 220 dan Kepmen 101. Secara umum, Permen No 19 ini terlihat lebih memperketat keberadaaan perusahaan outsourcing.Sebelumnya,untukmengingatkan,UUKetenagakerjaanmembedakanmekanisme penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain menjadi dua cara. Pertama, dengan pemboronganpekerjaan.Dankeduaadalahlewatpenyediaanjasapekerja/buruh.Dalam praktik,carayangkeduayangbiasadikenaldenganoutsourcing.Sebutsajasoalsyarat bentukbadanhukumperusahaanoutsourcing.BilaKepmen101menyatakanperseroan terbatas(PT)dankoperasibolehdipilihsebagaibentukbadanhukumperusahaan outsourcing,tidakdemikiandenganPermenNo19yanghanyamembolehkanperusahaan outsourcingberbentukPT.Bolehjadi,koperasimemangtidaklayakmenjadipelaku outsourcing.Masihsoalbajuperusahaan,PermenNo19inijugabakalmelarang Universitas Sumatera Utaraperusahaan pemborong pekerjaan yang tidak berbadan hukum. Berbeda dengan Kepmen 220 yangmasihmemberikankeleluasaankepadaperusahaanyangtidakberbadanhukum sepanjang bergerak di bidang pengadaan barang, atau jasa pemeliharaan dan perbaikan.Hal lainyangdiaturdalamPermenNo19iniadalahkewajibanmendaftarkanperjanjian pemboronganpekerjaandanpenyediaanjasapekerjakepadainstansiketenagakerjaan setempat.Praktiksebelumnya,kewajibanpendaftaraninihanyaberlakuuntukpenyediaan jasa pekerja.Perbedaan lain yang mencolok adalah soal izin operasional perusahaan penyedia jasa pekerja. Kepmen 101 menyatakan izin operasional diberikan untuk jangka waktu lima tahun danberlakudiseluruhIndonesia.SedangkanPermenNo19hanyatigatahundanhanya berlakudisatuprovinsi.Untukmelindungipekerjaoutsourcing,Permeninijuga mencantumkan hak apa saja dari pekerja outsourcing yang harus dipenuhi oleh perusahaan penyedia jasa. Semisal hak cuti, jaminan sosial, tunjangan hari raya, hingga hak mendapatkan ganti rugi bila diputuskan hubungan kerjanya oleh perusahaan outsourcing. Surat Edaran Menakertans No: SE.04/MEN/VIII/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan PermenakertransNo.19Tahun2012tentangSyarat-SyaratPenyerahanSebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain, Mengatur lebih lanjut mengenai perjanjian penyediajasapekerjaburuh.DalamSuratEdaraniniketentuantentangpersayaratan perjanjian penyedia jasa pekerja/buruh adalah 1.Perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis. 2.Pekerjaanyangdapatdiserahkankepadaperusahaanpenyediajasapekerja/buruh harusmerupakankegiatanjasapenunjangatauyangtidakberhubunganlangsung dengan proses produksi, meliputi: a. usaha pelayanan kebersihan (cleaning service); b. usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering); c. usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan); d. usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan; dan e. usaha penyediaan angkutan bagi pekerja/buruh.3.Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh di larang menyerahkan pelaksanaan sebagian atauseluruhpekerjaanyangdiperjanjikannyakepadaperusahaanpenyediajasa pekerja/buruh lain.Universitas Sumatera Utara4.Memuatjenispekerjaanyangakandilakukanolehpekerja/buruhdariperusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.5.Memuatpenegasanbahwaperusahaanpenyediajasapekerja/buruhbersedia menerimapekerja/buruhdariperusahaanpenyediajasapekerja/buruhsebelumnya untuk jenis pekerjaan yang terus menerus ada di perusahaan pemberi pekerjaan dalam hal terjadi penggantian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. 6.Memuatpenjelasanmengenaihubungankerjaantaraperusahaanpenyediajasa pekerja/buruhdenganpekerja/buruhberdasarkanPerjanjianKerjaWaktuTertentu (PKWT) atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).Dalam hal Pencatatan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), maka : a. perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh mencatatkan perjanjian kerja antara perusahaan penyediajasapekerja/buruhdenganpekerja/buruhnyakepadainstansiyangbertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan ;b.instansi yangbertanggungjawabdibidangketenagakerjaankabupaten/kotameneliti isi perjanjian kerja, meliputi:1) jaminan kelangsungan bekerja;2) jaminan terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan yang diperjanjikan, yaitu: a) hak atas cuti apabila telah memenuhi syarat masa kerja;b) hak atas jaminan sosial; c) hak atas tunjangan hari raya;d) hak istirahat paling singkat 1 (satu) hari dalam 1 (satu) minggu; e) hak menerima ganti rugi dalam hal hubungan kerja diakhiri oleh perusahaan penyedia jasa pekerja/buruhsebelumperjanjiankerjawaktutertentuberakhirbukankarenakesalahan pekerja;f)hakataspenyesuaianupahyangdiperhitungkandariakumulasimasakerjayangtelah dilalui; dang) hak-hak lain yang telah diatur dalam peraturan perundangundangan dan/atau perjanjian kerja sebelumnya.3)jaminanperhitunganmasakerjaapabilaterjadipergantianperusahaanpenyediajasa pekerja/buruh untuk menetapkan upah. Untuk itu perusahaan perlu membuat skala upah yang disesuaikan dengan masa kerja pekerja/buruh.Universitas Sumatera Utarac. instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota mengeluarkan bukti pencatatan perjanjian kerja tersebut.DalamSuratEdaranini,setelahseluruhpersyaratanperjanjianpenyediaanjasa pekerja/buruh ini dilaksanakan, maka : a.perusahaanpenyediajasapekerja/buruhmendaftarkanperjanjianpenyediaanjasa pekerja/buruhkepadainstansiyangbertanggungjawabdibidangketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan.b.berdasarkanpengajuantersebut,instansiyangbertanggungjawabdibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota meneliti isi perjanjian penyedia jasa pekerja/buruh, meliputi:1) kelengkapan persyaratan perusahaan dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT).2) jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; 3)penegasanbahwaperusahaanpenyediajasapekerja/buruhbersediamenerima pekerja/buruhdariperusahaanpenyediajasapekerja/buruhsebelumnyauntukjenis pekerjaan yang terus menerus ada di perusahaan pemberi pekerjaan dalam hal terjadi penggantian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; dan4)hubungankerjaantaraperusahaanpenyediajasapekerja/buruhdengan pekerja/buruh yang dipekerjakannya berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu. c.apabilatelahmemenuhipersyaratan,instansiyangbertanggungjawabdibidang ketenagakerjaankabupaten/kotatempatpelaksanaanpekerjaandilaksanakanmenerbitkan bukti pendaftaran perjanjian penyedia jasa pekerja/buruh .d.Apabilatidakmemenuhipersyaratan,instansiyangbertanggungjawabdibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan dapat menolak pendaftaran . Dari sisi isi/substansi, Permen No 19 tahun 2012 ini banyak mengubah dan mengatur hal-hal yang sebelumnya tidak ada antara lain16a.pengaturansoalsyaratdantata-carapenyerahansebagianpekerjaankepada perusahaan lain sebagaimana pernah diatur dalam Kepmen 220 dan Kepmen 101. : 16Agusmidah,Makalah,AnalisisPeraturanMenteriTenagaKerjaNo.19tahun2012.TentangSyarat-SyaraPenyerahan SebagianPelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain, Makalah dipresentasikan dalam Pertemuan Komite Pengawasan Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial, Dinas Tenaga Kerja Prov. Sumut,pada Jumat, 21 Desember 2012, Hotel Mulia Medan hal. 3. Universitas Sumatera Utarab.syarat bentuk badan hukum perusahaan outsourcing. Bila Kepmen 101 menyatakan perseroan terbatas (PT) dan koperasi boleh dipilih sebagai bentuk badan hukum perusahaanoutsourcing,tidakdemikiandenganPermenNo19yanghanya membolehkan perusahaan outsourcing berbentuk PT. c.Permenakertrans No 19 ini juga bakal melarang perusahaan pemborong pekerjaan yangtidakberbadanhukum.BerbedadenganKepmen220yangmasih memberikan keleluasaan kepada perusahaan yang tidak berbadan hukum sepanjang bergerak di bidang pengadaan barang, atau jasa pemeliharaan dan perbaikan. d.Permenakertrans No. 19 memuat kewajiban mendaftarkan perjanjian pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja kepada instansi ketenagakerjaan setempat. Praktiksebelumnya,kewajibanpendaftaraninihanyaberlakuuntukpenyediaan jasa pekerja. e.izin operasional perusahaan penyedia jasa pekerja. Kepmen 101 menyatakan izin operasionaldiberikanuntukjangkawaktulimatahundanberlakudiseluruh Indonesia. Sedangkan Permen No 19 hanya tiga tahun dan hanya berlaku di satu provinsi. f.Permenakertrans No. 19 tahun 2012 juga mencantumkan hak apa saja dari pekerja outsourcing yang harus dipenuhi oleh perusahaan penyedia jasa, meliputi hak cuti, jaminansosial,tunjanganhariraya,danhakmendapatkangantirugibila diputuskan hubungan kerjanya oleh perusahaan outsourcing. g.Perusahaan pemberi pekerjaan melaporkan jenis kegiatan yang akan diborongkan kepada instansi di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota h.Pemboronganpekerjaanitudapatdilakukanuntuksemuajenispekerjaanyang bersifatpenunjangdandalampelaksanaannyaakanmensyaratkanadanya pembuatan alur proses pelaksanaan pekerjaan oleh asosiasi sektor usaha. i.Penegasan jenis kerja yang dapat di outsourcingyaitulima jenis pekerjaan: usaha pelayanankebersihan,penyediaanmakananbagipekerja,usahatenaga pengaman/security,jasapenunjangdipertambangandanperminyakan,serta penyediaan angkutan bagi pekerja/buruh. j.Perusahaanyangmenempatkanpekerja/buruh(perusahaanoutsourcing)dapat dikenaisanksiberupaberalihnyastatuspekerja/buruhyangditempatkannyadari PKWTmenjadiPKWTTapabilaperlindungankerjatidakdicantumkandalam perjanjian waktu tertentu tersebut. Universitas Sumatera Utarak.Dibukakesempatanbagipekerja/buruhyangtidakmemperolehjaminan kelangsunganbekerja,makapekerja/buruhdapatmengajukangugatankepada Pengadilan Hubungan Industrial. l.Digunakannyaprinsipdialihkannyatanggungjawabperlindunganpekerjapada perusahaan pemborongan kerja yang baru. C. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 21 Tahun 2010Tentang PengawasanKetenagakerjaan Sebelum berlakunya Peraturan Presiden Republik Indonesia tahun No. 21 tahun 2010 TentangPengawasanKetenagakerjaanmakayangmenjadidasarPengawasan ketenagakerjaanadalahUndang-undangNo.23Tahun1948tentangPengawasan perburuhan.PengawasanketenagakerjaandalamUUinilebihluaslagi,bukanhanya mengontrol implementasi aturan-aturan ketenagakerjaan tetapi juga untuk mengumpulkan informasimengenaikebutuhan-kebutuhanparapekerjasebagaidasarpembentukan peraturan-peraturan yang baru. Pengawasanyangdilakukanpemerintahmelaluidepartementenagakerja dimaksudkanyntukmenjaminpelaksanaanperaturandanperundang-undangandibidang ketenagakerjaan. Pengawasan dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan, tugas dankewajibnya adalah sebagai berikut:17a.Merahasiakan segala sesuatu yang mnurut sifatnya wajib dirahasiakanb.Tidak menyalahgunakan kewenanganya Pemerintah(cq.Depnaker)melaluipengawasanperburuhanberdasarkanUUNo.23 Tahun 1948 jo. UU. No. 3 Tahun 1951tentang pengawasan perburuhan diberikan wewenang 181.Mengawasiberlakunyaundang-undangdanperaturanperaturanperburuhanpada khusus nya : 2.Mengumpulkanbahan-bahanketerangantentangsoal-soalhubungankerjadan keadaanperburuhandalamartiyangseluas-luasnyagunamembuatundang-undang dan peraturan-peraturan perburuhan lainya 17 Maimun , Hukum ketenagakerjaan, PT PRADNYA PARAMITA, Jakarta,2004, hal. 34. 18 Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005,hal. 115. Universitas Sumatera Utara3.Menjalankan pekerjaan lainya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan UU 23 Tahun 1948 tentang pengawasan perburuhan masih berlaku sampai saat ini karena UUK tidak mencabutnya. Dalam pasal 1 disebutkan bahwa tujuan diadakanya pengawasan adalah untuk: a)Mengawasi berlakunya UU dan peraturan Perburuhan; b)Mengumpulkanbahanketerangantentangpersoalanhubungankerjadankeadaan perburuhan dalam arti seluas-luasnya guna membuat UU dan peraturan perburuhan. Pengawasan ketenagakerjaan dapat dipahami dalam dua pengertian, yaitu secara luas, pengawasanketenagakerjaanadalahsegalatindakandanperbuatanyangtujuannyauntuk mengawasipelaksanaankesehatankerja,keamanaankerja,pelaksanaanperaturan perlindungankerja,keamanaankerjasepertiwaktukerja,waktuistirahat,K3dan sebagainya,yangdapatdilakukanolehsiapasajapemerintah,asosiasipengusaha,serikat pekerja buruh dan sebagainya. Biasanya pengertian sempit pengawasan ketenagakerjaan adalah tugas yang diemban olehinstansiketenagakerjaanuntukmenjamindilaksanakannyaperaturanperlindungan kerja,dalam hal ini petugas pengawas ketenagakerjaan. Persamaankeduaanyaadalahbahwapengawasanbukanlahalatperlindungan melainkan lebih sabagai cara untuk menjamin pelaksanaan peraturan perlindungan. Tahun1948pemerintahmengeluarkanperaturantentangpengawasantenagakerja yaitu UU no.23 Tahun 1948 jo UU No.3 THUN 1951. Pengawasan ketenagakerjaan dalam UU ini lebih luas lagi,bukan hanya mengontrol implementasi aturan-aturan ketenagakerjaan tetapijugauntukmengumpulkaninformasimengenaikebutuhan-kebutuhanparapekerja sebagai dasar pembentukan peraturan-peraturan yang baru.Secara umum pengawasan ada dua191.Pengawasan preventif : Pengawasana preventif,yaitu pengawasan yang dilakukan sebelum terjadinya segala penyelewengan-penyelewengan,kesalahan-kesalahan,dansebelumsuatupekerjaan dilaksanakan dengan member pedoman-pedoman pelaksanaan. 2.Pengawasan represif 19 Agusmidah, Dinamika Hukum ketenagakerjaan Indonesia, USU Press, Medan, 2010, hal. 77 Universitas Sumatera UtaraPengawasanyangdilakukansesudahrencanadilaksanakan,dengankatalain berkenaandenganhasil-hasilyangdicapai,dinilai/diukur,jadipengawasanini dilakukan setelah adanya kesalahan atau penyimpangan. UU 23 Tahun 1948 tentang pengawasan perburuhan masih berlaku sampai saat ini karena UUK tidak mencabutnya.Dalam pasal 1 disebutkan bahwa tujuan diadakanya pengawasan adalah untuk: c)Mengawasi berlakunya UU dan peraturan Perburuhan; d)Mengumpulkanbahanketerangantentangpersoalanhubungankerjadankeadaan perburuhan dalam arti seluas-luasnya guna membuat UU dan peraturan perburuhan. BerdasarkankeputusanMenteriTenagaKerjaRINo.Kep.353/M/SJ /1996tentang uraianKegiatanKantorWilayah,KantorDepartemendanUnitPelaksanaTeknis Depnakerdisebutkandalambagianketujuhbahwabidangpengawasan ketenagakerjaanmemilikitugasmelaksanakanpembinaandanpengawasannorma kerja,normajaminansocialtenagakerja,normakeselamatandankesehatan kerja,melakukan penyidikan terhadap pelanggaran norma kerja. Pegawai pengawas dilingkungan departemen tenaga kerja diberi wewenang pengawasan yang mencakup20j)Memasuki semua tempat dimana dijalankan pekerjaan dan juga segala rumah yang disewakanataudipergunakanolehpengusahaatauwakilnyauntukperumahanata erawatan tenaga kerja : k)Meminta keterangan baik lisan maupun tertulis kepada pengawas atau pengurus dan atau tenaga kerja atau serikat pekerja tanpa dihadiri pihak ketiga l)Menjaga,membantudanmemerintahkanpengusahaataupengurusperusahaandan pekerja agar menaati peraturan perundangan ketenagakerjaan m) Memberikan teguran terhadap penyimpangan peraturan perundangan ketenagakerjaann)Melakukan pengujian teknik persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja o)Menyelidiki keadaan ketenagakerjaan yang belum jelas dan/atau belum diatur dalam peraturanperundangan.memintabantuanpolisibiladitolakmemasukiperusahaan atau pihak yang dipanggil tidak mematuhi panggilan p)Memanggil pengusaha dan pekerja q)Melarang pemakain bahan alat berbahaya 20 Ibid Universitas Sumatera Utarar)Melakukan penyidikan selaku PPNS(Penyidik Pegawai Negeri Sipil). Pengawasanketenagakerjanmerupakansalahsatuunsuryangharusikutberperan didalam tenaga kerja.sebagai penegak hukum dibidang ketenagakerjaan unsur pengawasan ini harus bertindak sebagai pendeteksi dini di lapangan,sehingga diharapkan segala gejolak yang akan timbul dapat dideteksi secara awal dan yang pada giliran nya dapat memberikan atau dapatdiciptakansuasanayangaman,stabildanmantapdibidangketenagakerjaanyang dengandemikiandapatmemberikanandildalampembangunannasional,sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Kebijaksanaan pengawasan ketenagakerjaan secara operasional ditetapkan sebagai berikut211.Pengawasanketenagakerjaandiarahkankepadausahapreventifdan edukatif,namundemikiantindakanrepresifbaikyangyutisial.maupunnon yutisial akan dilaksanakan secara tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang yang secara sengaja melanggar ataupun telah berkali-kali diperingatkan akan tetap tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, : 2.Unitdanaparatpengawasandiharapkanlebihpekadancepatbertindak terhadapmasalah-masalahyangtimbuldanmungkintimbul dilapangan,sehingga masalah nya tidak meluas atau dapat diselesaikan dengan tuntas(tidak berlarut-larut). 3.Aparatprngawasandalammelaksanakantugasdanfungsipengawasan diharuskanturunlangsungkelapanganuntukmeliharpermasalahnyasecara langsung,sehingga dapat dijamin obyektifitaasnya. 4.Pemanfaatanaparatpengawasansecaraoptimalsehinggadapatmenjangkau obyekpengawasanseluasmungkinkhususnyapadasektor-sektoryang dianggap rawan dan strategis. Adapun ruang lingkup tugas-tugas pengawasan ketenagakerjaan ini adalah221.MelaksanakanPembinaandanpengawasanataspelaksanaanperaturan perundang-undangan mengenai norma perlindungan tenaga kerja : 2.Melaksanakanpembinaandalamusahapenyempuranaannormakerjadan pengawasannya 21 Sendjun H.Manulang, Pokok-pokok Hukum ketenagakerjaan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hal. 124. 22 Ibid Universitas Sumatera Utara3.MelaksankanPembinaandanpengawasanyangmenyangkutperlindungan tenaga kerja wanita, anak dan orang muda. 4.Melaksanakan usaha-usaha pembentukan, penerapan dan pengawasan norma dibidang kecelakaan kerja. Hal ini sesuai dangan pasal 16 UU No 14 tahun 1969 yang berbunyi: guna menjamin pelakasanaanpengaturanketenagakerjaansertaperaturan-peraturanpelaksanaannya diadakan suatu sistem pengawasann tenaga kerja. Sedangkan fungsi pengawasan ketenagakerjaan ini adalah : 1.Mengawasipelaksanaanundang-undangatauketentuan-ketentuanhukum dibidang perburuhan atau ketenagakerjaan 2.Memberi penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha dan tenaga kerja tentanghal-halyangdapatmenjaminpelaksanaanefektifdariperaturan-peraturan ketenagakerjaan. 3.Melaporkan kepada yang berwenang kecurangan dan penyelewengan dalam bidangketenagakerjaanyangtidakjelasdiaturdalamperaturanperundang-undangan. Yang melaksanakan tugas serta fungsi-fungsi pengawasan dibidang ketenagakerjaan ini disebut Pegawai Pengawas yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja (pasal 1 UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja). Pegawai-pegawaipengawassertapegawai-pegawaipembantuyangmengikutinya dalam melakukan kewajiban nya berhak memasuki semua tempat-tempat dimana dijalankan atau biasa dijalankan pekerjaan atau dapat disangka bahwa disitu dijalankan pekerjaan dan jugasegalarumahyangdisewakanataudipergunakanmajikan/pengusahaatauwakilnya untuk perumahan atau perwatan tenaga kerja. J ika pegawai-pegawai tersebut ditolak untuk memasukintempat-tempattermaksuddiatasmakamerekadapatmemintabantuankepada polisi. Pegawai-pegawai pengawas didalam menjalankan tugasnya diwajibkan berhubungan organisasiserikatpekerjaatautenagakerjayangbersangkutan.Ataspermintaanpegawai tersebutmakapengusaha(pimpinanperusahaan)atauwakilnyadapatmenunjukseorang pengantar untuk memberikan keterangan-keterangan pada waktu diadakannya pemeriksaan. Pegawai-pegawaipengawassertapegawai-pegawaipembantutersebutdiluar jabatanyawajibmerahasiakansegalaketerangantentangrahasia-rahasiadidalamsuatu perusahaan yang diketahuinya berhubung dengan jabatannya. Universitas Sumatera UtaraTerhadappegawaipengawas/pegawaipembantuyangdengansengajamembuka rahasia yang dipercayakan kepadanya dikenakan sanksi hukuman berupa hukuman penjara selama-lama nya 6 (enam) bulan dengan tidak atau dipecat dari hak memangku jabatanya. Untukmencapaisasaranpengawasanyangdiinginkanmakapelaksanaannya dilandasi oleh231.Landasan Hukum,yaitu: : a.Undang-undang No.3 Tahun 1951 tentang pengawasan perburuhanb.Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerjac.PeraturanMenteriTenagaKerjaNo.3tahun1984tentangpengawasan ketenagakerjaan terpadu. d. Keputusan Menteri Tenaga kerja No.199 Tahun 1983 tentang organisasi dan pembagian Tugas Departemen Tenaga Kerja. e. Berbagaiperaturanperundang-undanganlainyasertakonvensiILOyang mangatur tentang pengawasan perburuhan mengenai ketenaga kerjaan. 2.Landasan Operasional a.Garis-garis Besar Haluan Negara 1983-1988 b.Kebijaksanaan Menteri Tenaga Kerja. 3.Landasan Sikap Mental Pegawai pengawas sebagai aparat pegawai negeri sipil selalu tunduk dan berpegang kepada undang-undang No.8 tahun 1974 yaitu Undang-undang tentang pokok-pokok kepegawaian 2.Pengawasan Pelaksanaan Ada3(tiga)macamkegiatanyangbersifatpemeriksaandalammelaksanakan pengawasan ini yaitu : 1.Pemeriksaanpertama,yaitupemeriksaanyangdilakukanolehpegawai pengawas umum yang mencakup dua aspek yaitu norma kerja dan norma keselamatan kerja. 2.Pemeriksaan ulang3.Pemeriksaan khusus yaitu apabila ada hal hal tertentu misalnya pengaduan atas perintah atasan untuk sesuatu hal disuatu perusahaan. 23 Ibid, hal. 124. Universitas Sumatera UtaraSesuaidenganmaksuddiadaknyapengawasanketenagakerjaanmakatugasutama dari pegawai pengawas adalah1.MengawasiberlakunyaUndang-undangdanPeraturan-peraturan ketenagakerjaan 2.Mengumpulkan bahhan-bahan keterangan dengan soal-soal hubungan kerja dan keadaan ketenagakerjaan dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat Undang-undang dan perturan peraturan ketenagkerjaan 3.Menjalankan pekerjaan lainya yang diserahkan kepadanya dengan Undang-undang dan perturan lainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengawas ketenagakerjaan adalah pegawai negerisipilpadadepartementenagakerjayangberdasarkanundang-undangditugaskan secarapenuholehpenjabatyangberwenanguntukmelakukanpengawasanterhadap ditaatinya perturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan.24PengawasanPerburuhanadalahsuatuinstitutyangsangatpentingdalam penyelenggaraanUndang-undangdanPeraturan-peraturanPerburuhan.Tidakhanyauntuk mengawasitentangberlakunyaUndang-undangdanPeraturan-peraturantadidenganjalan memberipenerangankepadaburuh,sarekatburuhdanmajikandanjikalauperludengan mengusuthal-halyangdikenakanhukumanolehUndang-undang/Peraturan-peraturanitu, akantetapipulauntukmengetahuidanmenjelamitentangkeinginandankebutuhan masyarakatakanadanyaUndang-undang/Peraturan-peraturanPemerintahdalamsuatuhal, danselanjutnyauntukmengumpulkanbahan-bahanketerangan,agardapatmengadakan Undang-undang/Peraturan-peraturanjangsetepat-tepatnya,MeskipunKantorPengawasan Perburuhan itu didalam zaman Belanda sudah ada, akan tetapi Kantor itu tidak begitu dikenal oleh dunia buruh (terutama di perusahaan-perusahaan yang besar-besar, kebun-kebun dll.), olehkarenapegawainyayangharusmengadakanpemeriksaan,seorangArbeidinspecteur, tidak pernah mengadakan perhubungan yang seerat-eratnya dengan pihak buruh Indonesia. Oleh karena itu sampai kinipun Kantor Pengawasan Perburuhan yang sebetulnya telah ada danmasihsajabelumdikenalsebaik-baiknyaolehbeberapamajikandanburuh,sehingga telahbeberapakaliterjadiseorangAjunInspecturPengawasanPerburuhanyanghendak memasuki suatu tempat perusahaan untuk menjalankan kewajibanya, mendapat rintangan dari atau ditolak oleh majikan yang berkepentingan. Berhubung dengan itu dan mengingat akan 24 Sendjun H.Manulang, Pokok-pokok Hukum ketenagakerjaan di Indonesia, Rineka Cipta1995 hal. 124. Universitas Sumatera UtarapentingnyaPengawasanPerburuhan,danuntukmenyelesaikansifatnyadenganaliran sekarang,makaPemerintahmenganggapperluuntukmengadakanUndang-undangyang dengan tegas menetapkan tentang adanya Pengawasan Perburuhan beserta aturan-aturanya. Dalamrangkamembenahimasalahpengawasketenagakerjaanditengahsistem otonomi daerah itu, Muhaimin selaku Menteri Tanaga kerja mengatakanpemerintah telah menerbitkanPeraturanPresidenNo.21Tahun2010tentangPengawasKetenagakerjaan. dimanadalamperaturanitu,PengawasanKetenagakerjaandilakukanolehpengawas ketenagakerjaanyangmemilikikompetensidanindependenyangditunjuksesuaidengann ketentuanperundang-undangan.pengawasketenagakerjaanbertugasmelaksanakan pengawasan keteneagakerjaan juga diberikan kewenangan sebagai penyidk pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pengawas ketenagakerjaan wajib25a.Merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan. :b.Tidak menyalahgunakan wewenangnya. PengawasdidinastingkatProvinsi,Kabupaten/Kotawajibmemberikanlaporan pengawasankepemerintahpusatdanmengatakanperaturanitudiharapkandapat memperbaikisinergipemerintahpusatdandaerahdibidangketenagakerjaan.Untuk meningkatkanpengawasketenagakerjaan,denganmenerbitkanPermenakertransNo.10 Tahun 2012 telah dibentuk Komite Pengawasan Ketenagakerjaan. Komite yang mendorong fungsi pengawasan itu terdiri dari unsur pemerintah, asosiasi pengusaha dan serikat pekerja. Komite juga berperan untuk memberikan masukan, saran dan pertimbangan kepada Menteri atas pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan. AkantetapiSekjenOrganisasiPekerjaSeluruhIndonesia(OPSI),TimboelSiregar berpendapat,mengembalikankewenanganpengawasanketingkatpusatadalahtuntutan serikatpekerjayangtelahlamadisuarakandanselamainiotonomidaerahmemberi kewenangankepadakepaladaerahuntukmenempatkandanmemutasipengawas ketenagakerjaankebagianlaindiluarpengawasan.Sepertidimutasikedinassosial, kependudukan dan sebagainya.2625 Peraturan presiden No 21 tahun 2010, pasal 20 26 www.Hukumonline.com, Pengawas Ketenagakerjaan harus kembali kepusat, Rabu 23 oktober 2013 Universitas Sumatera UtaraSelainitu,TimboelberpendapatkepentinganmemprioritaskanPAD(PendapatanAsli Daerah)membuatparakepaladaerahlebihmementingkaneksistensiperusahaandi daerahnyadaripadamenegakkanhukumketenagakerjaan.Akibatnya,pengawas ketenagakerjaan dikondisikan hanya pasif dan sekedarnya dalam menjalankan fungsinya di bidang pengawasan.TimboelberharapMenteriTenagaKerjaseriusmerealisasikannyadanSelaras denganituTimboelmelihatbeberaparegulasiyangberkaitandenganpengawas ketenagakerjaan dapat direvisi. Misalnya, merevisi PP No.38 Tahun 2007 agar pembinaan, pengawasan dan pertanggungjawaban pengawas langsung kepada Menakertrans. J ika laporan itu hanya sampai ke tingkat kepala daerah, Timboel ragu penegakan hukum ketenagakerjaan danpengawasantakberjalanbaik.Penempatanpengawasadalahtanggungjawab Kemenakertrans sehingga tidak asal-asalan lagi, katanya kepada hukumonline lewat pesan elektronik, Rabu (10/4).27J ika Menteri Tenaga Kerja serius memperkuat pengawas ketenagakerjaan, Timboel berpendapat meningkatkan anggaran untuk bidang pengawasaan menjadi bagian yang patut dilakukan.Menurutnya,anggaranitudapatdiambildariAPBN.Ketikahalitusudah dilakukan maka wilayah Kabupaten/Kota yang belum punya pengawas, perlu diprioritaskan. TimboelberpendapatdisetiapdaerahdiIndonesiapastiterdapatperusahaanyang mempekerjakanpekerjaformal.Olehkarenanya,Timboelmengangaptakadaalasanbagi pemerintah untuk tidak menempatkan pengawas ke seluruh wilayah di Indonesia. Idealnya setiap tahun Kemenakertrans harus mampu menciptakan minimal 200 PPNS yang tersebar diseluruhprovinsidanKabupaten/Kota,urainya.

2827 IbidSelainitumenyasarAPBN,Timboel mengatakanAPBDjugaharusmengalokasikananggaranuntukmemperkuatpengawas ketenagakerjaan.Pasalnya,daripantauannyaselamainiketikamelaporkanmasalah ketenagakerjaan ke dinas-dinas, Timboel mengatakan petugas pengawas kerap mengeluh tak punyadanaoperasional.Laporan-laporanyangOPSIlaporkansangat lamadifollowup, 28 ibid Universitas Sumatera Utarasehinggabeberapakalipengawasketenagakerjaanyanglambattersebutkamilaporkanke Ombudsman, ucapnya.29Sementaraitu,anggotaKomisiIXDPRdariFraksiPAN,HangAliSaputraSyah Pahan,mengatakanpengawasketenagakerjaanyangberlangsungselamainilemah. Akibatnya,marakterjadipenyelundupanhukumketenagakerjaan 30Kejadian perbudakan di Tangerangtidak cukup hanya dilakukan tindakan represif terhadapoknumsiapapunyangbertanggungjawab.Namunperlutindakanpreventifdan evaluatif atas semua sarana dan prasarana pengawas ketenagakerjaan dari tingkat nasional sampaidengantingkatkabupaten/kota.agarpengawasanyangdilaksanakandapatefektif ,maka :.Metodedansistem pengawasanketenagakerjaansebagaimanadituangkandalamPerpresNo.21Tahun2010 tidak pernah dijelaskan kepada masyarakat. 1.DinasTenagaKerjasetempatperlumengupayakansistemdanmetode pengawasan terpadu dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, kelurahan dan atau kecamatan untuk melakukan pengawasan secara langsung ke lapangan secara periodik.Pengawasanyangdilakukanseharusnyatidakterbataspada pengusahanya tetapi juga bertemu langsung dengan tenaga kerjanya. 2.Model pengaduan dan informasi melalui membuka hotline, surat elektronik, sms pengaduan,danmediainformasilainnyaharusterusdikembangkandan dikenalkan kepada masyarakat pelaku produksi. 3.PerludilakukansosialisasisecaraterusmenerusdanterstrukturtentangUU Ketenagakerjaan dan peraturan yang berkaitan kepada semua pelaku usaha baik dalambentukusahaberbadanhukumatautidak,milikperorangan,milik persekutuan, milik badan hukum, baik swasta maupun milik negara, skala kecil dan menengah 4.Pemerintahharusseriusmelakukanupayapenghapusanbiaya-biayasiluman' (upeti)untukberdirinyasuatuusahaataupunsetelahbadanusahaterbentuk 29 Ibid 30 www.Hukumonline.com, Pengawasan Ketenagakerjaan harus Kembali ke Pusat, Rabu 23 oktober 2013 Universitas Sumatera Utara(operasional) dan membersihkan oknum-oknum aparat/pejabat di pusat dan daerah yang meminta sumbangan atau dana dalam bentuk apapun. 5.Perlu dilakukan terobosan karena keterbatasan jumlah pengawas ketenagakerjaan denganmembentukIntelKetenagakerjaanyangbertugasmengumpulkan informasi dan data awal dengan tidak mengenal jam kerja sebagaimana pegawai negerisaatini.AntaraIntelKetenagkerjaandanPengawasKetenagakerjaan sebagai Penyidik saling berkoordinasi setiap ada temuan-temuan, info-info, dan data-datayangadadilapangan,sehinggalaporan-laporanketengakerjaanyang diwajibkanselamainimendekatiakuratdankonkrit,setelahmendapatkan keteranganawaltersebutpetugaspengawasmelakukantugassebagaimana mestinya salah satunya pembinaan. Semoga pemerintah melalui Kemenakertrans segera mewujudkan konsep dan sistem yangmoderndalammelakukanpengawasandankasusperbudakandiTangerangtidak terulang dan terjadi lagi. Universitas Sumatera Utara