Paper Disket Final

4
UMKM Sebagai Penggerak Perekonomian dalam Upaya Melepaskan Indonesia dari Poverty Trap Nurul Istifadah [email protected] Pendahuluan Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa UMKM merupakan tulang punggung perekonomian di suatu negara/daerah, baik dari sisi penyerapan tenaga kerja, kontribusinya terhadap PDRB, serta ketangguhannya dalam menghadapi fluktuasi perekonomian. Hal tersebut dapat terjadi karena UMKM memiliki tingkat fleksibilitas dan elastisitas tinggi dalam menghadapi perubahan pasar. Sehingga meskipun ditengah gejolak fluktuasi ekonomi, UMKM masih mampu menjaga eksistensinya. Sektor UMKM memiliki pola usaha yang bersifat unik, yaitu lebih banyak dikerjakan dalam lingkup sektor informal. Pada umumnya menggunakan pendanaan dari kemampuan sendiri, dan tidak menggunakan dana dari Bank, walaupun sebetulnya memenuhi kriteria layak (feasible) dan bankable. Selain faktor kemandirian pendanaan tersebut, UMKM pada umumnya juga memiliki ketahanan terhadap guncangan ekonomi (krisis). Sektor UMKM, menghadapi dua permasalahan utama yaitu masalah internal dan eksternal. Permasalahan internal meliputi masalah finansial dan non finansial. Permasalahan eksternal berkaitan dengan tantangan dan dampak trend perdagangan dunia yang semakin terbuka, yaitu permasalahan daya saing yang semakin meningkat (daya saing lokal dan global). Permasalahan internal diantaranya belum memiliki sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik, sehingga Sektor UMKM pada umumnya juga memiliki akses yang rendah ke perbankan (tidak 1

description

m

Transcript of Paper Disket Final

Page 1: Paper Disket Final

UMKM Sebagai Penggerak Perekonomian dalam Upaya Melepaskan Indonesiadari Poverty Trap

Nurul [email protected]

PendahuluanBeberapa studi empiris menunjukkan bahwa UMKM merupakan tulang punggung perekonomian di suatu negara/daerah, baik dari sisi penyerapan tenaga kerja, kontribusinya terhadap PDRB, serta ketangguhannya dalam menghadapi fluktuasi perekonomian. Hal tersebut dapat terjadi karena UMKM memiliki tingkat fleksibilitas dan elastisitas tinggi dalam menghadapi perubahan pasar. Sehingga meskipun ditengah gejolak fluktuasi ekonomi, UMKM masih mampu menjaga eksistensinya.

Sektor UMKM memiliki pola usaha yang bersifat unik, yaitu lebih banyak dikerjakan dalam lingkup sektor informal. Pada umumnya menggunakan pendanaan dari kemampuan sendiri, dan tidak menggunakan dana dari Bank, walaupun sebetulnya memenuhi kriteria layak (feasible) dan bankable. Selain faktor kemandirian pendanaan tersebut, UMKM pada umumnya juga memiliki ketahanan terhadap guncangan ekonomi (krisis).

Sektor UMKM, menghadapi dua permasalahan utama yaitu masalah internal dan eksternal. Permasalahan internal meliputi masalah finansial dan non finansial. Permasalahan eksternal berkaitan dengan tantangan dan dampak trend perdagangan dunia yang semakin terbuka, yaitu permasalahan daya saing yang semakin meningkat (daya saing lokal dan global). Permasalahan internal diantaranya belum memiliki sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik, sehingga Sektor UMKM pada umumnya juga memiliki akses yang rendah ke perbankan (tidak bankable), karena sulit memenuhi prosedur kredit yang berbelit, persyaratan agunan, serta terlalu tingginya tingkat bunga.

Dalam pengelolaan usahanya, manajemen UMKM juga tidak memisahkan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Beberapa UMKM juga memiliki problem kemampuan dalam hal proses produksi, kualitas produk, dan akses pemasaran. Problem perijinan dan status badan hukum juga merupakan kendala sektor UMKM untuk mendapatkan legalitas usahanya. Di sisi lain, sektor UMKM seringkali juga terkonsentrasi pada kelompok usaha tertentu.

Pelaku usaha di Indonesia, tidak hanya pelaku skala usaha besar, tetapi mayoritas justru pelaku usaha skala UMKM (usaha mikro, kecil, dan menegah). Peran UMKM terhadap kinerja ekonomi nasional sebesar 57% dan menyerap tenaga kerja sebesar 96%. Apabila dilihat dari jumlah pelaku usahanya, maka produktivitas tenaga kerja di sektor UMKM masih relatif kecil. Bandingkan dengan rasio share output pelaku usaha skala besar dan tingkat penyerapan tenaga kerjanya.

1

Page 2: Paper Disket Final

Kegiatan usaha UMKM sendiri tidak mensyaratkan pendidikan formal yang tinggi serta modal yang besar. Namun, setidaknya hanya memerlukan kejelian membaca dan menciptakan peluang serta kemauan untuk mewujudkan peluang tersebut. Kualitas pekerja di sektor UMKM pada umumnya relatif rendah dibandingkan dengan pekerja di sektor usaha skala besar. pada umumnya, sektor UMKM tidak mensyaratkan kualifikasi pendidikan, pendapatan, dan ketrampilan yang relatif rendah. Dengan demikian, upah/gaji yang diperoleh pekerja dengan kualifikasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan pelaku usaha yang bekerja di sektor usaha skala besar yang pada umumnya memiliki pekerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Poverty TrapDi negara berkembang, banyak faktor yang dapat berkontribusi terhadap perangkap kemiskinan, diantaranya terbatasnya akses terhadap kredit dan pasar modal, degradasi lingkungan yang ekstrim (yang menurunkan potensi produksi pertanian), pemerintahan yang korup, pelarian modal, sistem pendidikan yang buruk, ekologi penyakit, kurangnya perawatan kesehatan masyarakat, perang dan infrastruktur yang buruk.

Sachs berpendapat bahwa fokus utama seharusnya pada investasi modal manusia (kesehatan, pendidikan, gizi), infrastruktur (jalan, listrik, air dan sanitasi, pelestarian lingkungan), modal alam (konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem), modal kelembagaan masyarakat (administrasi publik, sistem peradilan, kepolisian), serta modal pengetahuan (penelitian ilmiah untuk kesehatan, energi, pertanian, iklim, ekologi). Sachs mengklaim bahwa penggunaan dana akan lebih efisien apabila untuk mengembangkan usaha yang menguntungkan yang diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan. Bagaimana dengan UMKM sebagai pelaku usaha skala mikro, kecil, dan menengah? Bagaimana dengan pelaku usaha skala besar?

Beberapa bentuk lain dari perangkap kemiskinan termasuk perangkap subsisten di mana petani menunggu tengkulak; perangkap modal di mana penjual kecil memiliki persediaan terlalu jarang untuk mendapatkan cukup uang untuk mendapatkan persediaan yang lebih besar; dan perangkap keterampilan rendah di mana pekerja menunggu pekerjaan menggunakan keterampilan khusus tetapi perusahaan menunggu pekerja untuk mendapatkan keterampilan tersebut.

Research gap:1. apakah UMKM mampu menggerakkan perekonomian nasional, sementara

sumbangannya masih relatif kecil?2. Apakah UMKM mampu menyerap angkatan tenaga kerja dan mengurangi

pengangguran sementara produktivitasnya masih rendah?3. Apakah UMKM mampu mengurangi kemiskinan dan melepaskan Indonesia dari

poverty trap sementara investasi modalnya rendah?4. Bagaimana dengan welfare trap??

2

Page 3: Paper Disket Final

PenutupBerdasarkan kondisi empiris di masa lalu, tidak bisa dipungkiri bahwa sektor UMKM merupakan penyelamat yang cukup efektif ketika perekonomian mengalami keterpurukan pada tahun 1997. Ketika banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga berpotensi menyumbang naiknya angka pengangguran, maka UMKM menjadi media usaha yang efektif untuk menyerap tenaga kerja yang baru terkena PHK. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jika UMKM mengalami keterpurukan maka kondisi ini dapat mengisyaratkan akan terjadinya tingkat pengangguran akan semakin melambung tinggi dan peningkatan angka kemiskinan menjadi tidak tertahan. Hal ini memberi gambaran betapa UMKM sudah seharusnya memperoleh perhatian yang lebih dari pemerintah…

3