Paper BK Kelompok 4 Revisi

download Paper BK Kelompok 4 Revisi

If you can't read please download the document

description

BK

Transcript of Paper BK Kelompok 4 Revisi

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELINGDisusun sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Bimbingan dan Konseling.Dosen Pengampu : Drs. Suharso, M.Pd., Kons.

Disusun Oleh :Oki Rahmat Pratomo(4101411156)Dwi Anggah Pawestri(4101411204)Heni Dwi Astuti(4201411056)Arumni Muningsari(4201411085)Agus Efendi(4201411122)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2013KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pengertian Bimbingan dan KonselingSebagai suatu konsep yang tersendiri, istilah bimbingan sering dipadankan dengan konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris, yaitu counseling sehingga Bimbingan dan Konseling sering disingkat menjadi BK. Konseling harus dipahami sebagai salah satu jenis layanan dan teknik tersendiri dari program bimbingan di sekolah. Para ahli bimbingan, antara lain Gibson dan Mitchell (1981:27) member predikat khusus terhadap konseling. Dia menyatakan bahwa counseling has been identified as the heart of the guidance program. Jadi konseling merupakan bagian paling inti dari bimbingan. Ahli lain, seperti Shertzer dan Stone menyatakan bahwa konseling merupakan inti kegiatan profesional dari seseorang yang disebut konselor. Artinya layanan konseling hanya dapat diberikan oleh orang yang telah memiliki kemampuan dan ketrampilan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan khusus. Dengan kata lain, konseling tidak bias dilakukan oleh sembarang orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan latihan yang dipersiapkan sebelumnya.Lain halnya dengan bentuk kegiatan bimbingan yang lain, seperti memberikan informasi tentang cara belajar yang baik kepada siswa, mengumpulkan data tentang latar belakang keluarga. Bimbingan dan konseling diberbagai sekolah adalah upaya pemberian bantuan kepada individu (peserta didik/siswa) yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan SD, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Dengan demikian mereka dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu mereka mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai mahluk Tuhan, sosial, dan pribadi.

1. Pengertian BimbinganBimbingan merupakan terjemahan dari suatu istilah dalam Bahasa Inggris, yaitu guidance yang akar katanya adalah guid. Shertzer dan Stone (1966:31) mengemukakan beberapa pandangan dari kata masing-masing dari kata guide, yaitu to direc, pilot, manage, or steer.Dalam bahasa Indonesia masing-masing kata ini dapat berarti memadu, mengarahkan, mengatur atau mengemudi. Sebagai suatu unsur esensial dalam pendidikan, arti yang paling mendasar dari bimbingan adalah membantu (helping atau assistance). Namun, tidak semua bentuk bantuan berarti bimbingan karena bantuan dalam konteks bimbingan memiliki ciri, persyaratan, prinsip, tujuan, dan prosedur yang tersendiri.Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata Guidance berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004:99). Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada seseorang , dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri (Crow & Crow, dalam Erman Amti 1992:2). Djumhur dan Moh. Surya (1975) memberikan pandangannya tentang bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis kepada individu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk engarahkan irinya, dan kemampuanuntuk merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalammencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat. Winkel (2005) memberikan definisi bimbingan ialah usaha melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri.

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk memahami dan mengatasi permalahan yang dialami oleh individu atau seseorang tersebut, dengan cara terus menerus dan sitematis , mencakup segala usia, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri secara mandiri, dengan memanfaatkan kemampun individu dan didasarkan norma-norma yang berlaku.Dari berbagai yang dikemukakan oleh para ahli, pada prinsipnya bimbingan mengandung berbagai unsur pokok sebagai berikut :Bimbingan merupakan suatu proses yang berkelanjutan.Bimbingan merupakan proses membantu inddividu.Bantuan dalam bimbingan diberikan kepada individu, baik perorangan maupun kelompok.Bantuan dalam bimbingan diberikan kepada semua orang tanpa terkecuali.Bantuan yang diberikan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal yang mandiri.Untuk mencapai tujuan bimbingan, digunakan pendekatan pribadi dengan menggunakan berbagai teknik dan media bimbingan.Bimbingan diberikan oleh orang-orang yang ahli, yaitu orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan.Bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

2. Pengertian KonselingSecara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu Consilium yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan kata menerima atau memahami. Rogers (dalam Kusmintardjo, 1992) memberikan pengertian konseling sebagai berikut: Counseling is a series of direct contats with the individual which aims to offer him assistance in changing his attitude and behavior. Konseling adalah serangkaian kontak atau hubungan bantuan langsung dengan individu dengan tujuan memberikan bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya).Selanjutnya Mortensen (dalam Jones, 1987) memberikan pengertian konseling sebagai berikut: Counseling may, therefore, be defined as apeson to person process in which one person is helped by another to increase in understanding and ability to meet his problems. Konseling dapat didefinisikan sebagai suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang seorang dibantu oleh yang lainya untuk menemukan masalahnya.Menurut Jones (1951) Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam memecahkan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalahnya sendiri tanpa bantuan.James C Hansen, dkk. tahun 1982 menuliskan bahwa konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.Menurut Division of Conseling Psychology, konseling merupakan proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.Menurut Tolbert (1959), konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.Moh Surya (1988) menuliskan bahwa konseling adalah suatu hubungan antara seseorang berusaha keras untuk membantu orang lain agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian dirinya.Shertzer & Stone (1974) konseling merupakan proses mengenai seseorang individu yang sedang mengalami masalah (klien) dibantu untuk merasa dan bertingkah laku dalam suasana yang lebih menyenangkan melalui interaksi dengan sesesorang yang tidak bermasalah, yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan tingkah laku yang memungkinnya berperan secara lebih efektif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien (Prayitno, 2004:105).Menurut Leonard Pietrofesa dan Hoose (1978)yang dikutip oleh Mappiare (2004) konseling merupakan suatu proses dengan adanya seseorangyang dipersiapkan secara profesional untuk membantu orang lain dalam pemahaman diri pembuatan keputusan dan pemecahan masalah dari hati kehati antar manusia dan hasilnya tergantung pada kualitas hubungan. Sedangkan menurut Sulianti Saroso, Konseling adalah proses pertolongan dimana seseorang dengan tulus dan tujuan jelas, memberi waktu, perhatian dan keahliannya, untuk membantu klien mempelajari keadaan dirinya, mengenali dan melakukan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan.Berdasarkan pengertian konselingmenurutpara ahli di atas maka dapatdisimpulkan bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan secara intensif dan sistematis dari seorang konselor kepada kliennya dalam rangka pemecahan suatu masalah agar klien mendapat pilihan yang baik. Disamping itu juga diharapakan agar klien dapat memahami dirinya (self understanding) dan mampu menerima kemampuan dirinya sendiri. Pada dasarnya rumusan definisi atau pengertian konseling mengandung hal-hal pokok sebagai berikut :Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan-gerakan isyarat, pandangan mata, dan gerakan-gerakan lain dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman kedua belah pihak yang terlibat di dalam interaksi itu.Interaksi antara klien dan konselor berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan terarah pada pencapaian tujuan. Berlainaan dengan pembicaraan biasa.Tujuan dari hubungan konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien, yaitu perubahan klien ke arah yang lebih baik, teratasinya masalah yang sedang dihadapi klien.Model interaksi di dalam konseling itu terbatas pada dimensi verbal, yaitu konselor dank lien saling berbicara.Konseling merupakan proses yang dinamis, artinya individu klien dibantu untuk dapat mengembangkan dirinya, mengembangkan kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh klien.Konseling didasari atas penerimaan-penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien, yaitu atas dasar penghargaan terhadap harkat dan martabat klien.

B. Tujuan Bimbingan dan KonselingSecara garis besar tujuan bimbingan dan konseling dibagi menjadi 2, yaitu tujuan umun dan tujuan khusus. Guna memperjelas apa yang menjadi tujuan umum dan khusus, akan disampaikan penjelasannya sebagai berikut:1. Tujuan UmumDitinjau dari perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling senantiasa mengalami perubahan, dari yang sederhana sampai yang komprehensif. Tujuan bimbingan dan konseling dengan mengikuti pada perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya, berbagai latar belakang yang ada, serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Dalam kaitan ini, maka bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya ( Prayitno, 1999:114). Pencapaian tujuan umum bimbingan dan konseling tersebut dalam rangka pengembangan perwujudan keempat dimensi kemanusiaan individu. Dimensi dimaksudkan sebagai sesuatu yang secara hakiki ada pada manusia di satu segi dan di segi lain sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan. Empat dimensi kemanusiaan individu yaitu : dimensi keindividualan (individualitas), dimensi kesosialan (sosialitias), dimensi kesusilaan (moralitas), dan dimensi keberagaman (religiusitas).Pengembangan dimensi keindividualan memungkinkan seseorang memperkembangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal mengarah kepada aspek-aspek kehidupan yang positif. Perkembangan dimensi kesosialan memungkinkan seseorang mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerjasama dan hidup bersamaorang lain. Dimensi kesusilaan memberikan warna moral terhadap perkembangan dimensi keindividualan dan kesosialan. Norma , etika dan berbagai ketentuan yang berlakumengatur bagaimana kebersamaan antara individu seharusnya dilaksanakan. Dimensi yang keempat yaitu dimensi keagamaan. Dalam dimensi keagamaan ini, manusia senatiasa menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia tidak terpukau dan terpaku pada kehidupan dunia saja, melainkan mengaitkan secara serasi, selaras, dan seimbang kehidupan dunianya itu dengan kehidupan akhirat.

2. Tujuan KhususTujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahanya. Masalah yang dihadapi individu sangat beragam, memiliki intensitas yang berbeda-beda serta bersifat unik. Dengan demikian maka tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk tiap-tiap individu bersifat unik pula, artinya tujuan bimbingan dan konseling untuk individu yang satu dengan individu yang yang lain tidak boleh disamakan.Berikut akan dijelaskan tujuan bimbingan terkait dengan beberapa aspek yaitu:Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial adalah sebagai berikut.

Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/ Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehatBersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah sebagai berikut.

Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah sebagai berikut.

Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.

C. Perbandingan Bimbingan dan Konseling1. Hubungan antara bimbingan dan konselingMenurut Mohamad Surya (1988), ada tiga pandangan mengenai hubungan antara bimbingan dan konseling. Pandangan pertama berpendapat bahwa bimbingan sama dengan konseling. Kedua istilah tidak mempunyai perbedaan yang mendasar.Pandangan kedua berpendapat bahwa bimbingan berbeda dengan konseling, baik dasar maupun cara kerja. Menurut pandangan kedua, bimbingan merupakan pendidikan sedangkan konseling merupakan psikoterapi yaitu usaha untuk menolong individu yang mengalami masalah serius.Pandangan ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terpadu, keduanya tidak saling terpisah. Berkaitan dengan pandangan ketiga ini, Hansen, Stefic, dan Warner (1977) (dalam Prayitno 1978), menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintegrasi ke dalam program sekolah untuk menunjang kegiatan perkembangan siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna penyesuaian diri.Moser (dalam Prayitno, 1978) menyatakan bahwa di dalam keseluruhan pelayanan bimbingan, konseling dianggap sebagai inti dari proses pemberian bantuan. Mortesen dan Schmuller (1976) menyatakan bahwa konseling adalah jantung hatinya program bimbingan.2. Persamaan antara bimbingan dan konselingPersamaan antara bimbingan dan konseling terletak pada tujuan yang hendak dicapai yaitu sama-sama diterapkan dalam program persekolahan, sama-sama berusaha untuk memandirikan individu, sama-sama diterapkan dalam program persekolahan, dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan. Dengan kata lain, bimbingan itu merupakan satu kesatuan dengan konseling yang mana konseling berada dalam kesatuan bimbingan tersebut.3. Perbedaan antara bimbingan dan konselingPerbedaan antara bimbingan dan konseling terletak pada segi isi kegiatan dan tenaga yang menyelenggarakan. Dari segi isi, bimbingan lebih banyak bersangkut paut dengan usaha pemberian informasi dan dan kegiatan pengumpulan data tentang siswa dan lebih menekankan pada fungsi pencegahan, sedangakan konseling merupakan bantuan yang dilakukan dalam pertemuan tatap muka antara dua orang manusia yaitu antara konselor dan klien. Dari segi tenaga, bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, guru, wali kelas, kepala sekolah, orang dewasa lainnya. Namun, konseling hanya dapat dilakukan oleh tenaga-tenaga yang telah terdidik dan terlatih. Dengan kata lain, konseling merupakan bentuk khusus bimbingan yaitu layanan yang diberikan oleh konselor kepada klien secara individu.

D. PERKEMBANGAN KONSEP BIMBINGAN DAN KONSELINGBentuk nyata dari gerakan bimbingan dan konseling yang formal berasal dari Amerika Serikat yang telah dimulai pengembangannya sejak Frank Parson mendirikan sebuah badan bimbingan yang disebut Vocational Bureau di Boston pada tahun 1908. Badan itu selanjutnya diubah namanya menjadi Vocational Guidance Bureau. Usaha Parson inilah yang menjadi cikalbakal pengembangan gerakan bimbingan dan konseling di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Miller (1961) meringkaskan perkembangan bimbingan dan konseling ke dalam 5 periode: Periode I atau Periode Parsonian, pengertian gerakan bimbingan yang diprakarsai oleh Frank Parson baru mencakup bimbingan jabatan. Periode II, gerakan bimbingan lebih menekankan pada bimbingan pendidikan. Pada tahap ini bimbingan dirumuskan sebagai suatu totalitas pelayanan secara keseluruhan dapat diintegrasikan ke dalam upaya pendidikan. Periode III, pelayanan untuk penyesuaian diri mendapat perhatian utama. Pelayanan bimbingan tidak hanya disangkut pautkan dengan usaha pendidikan atau tentang jabatan saja, melainkan juga bagi peningkatan kehidupan mental. Upaya bimbingan ditekankan pada upaya membantu penyesuaian individu terhadap diri sendiri, lingkungan dan masyarakat. Kemudian muncullah istilah konseling. Para ahli Bimbingan menyadari bahwa apa yang mereka lakukan bukan hanya sekedar menyediakan bimbingan atau memberikan latihan, mereka membantu individu memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan individu itu yang kadang-kadang amat pelik dan membesar. Pada periode ini konseling dianggap sebagai jantung hatinya bimbingan. Periode IV, gerakan bimbingan menekankan pentingnya proses perkembangan individu. Pada periode ini bimbingan dihubungkan dengan usaha individu untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya, membantu individu mengembangkan potensi dan mencapai kematangan dan kedewasaan. Periode V, adanya kecenderungan yang ingin kembali ke periode I dan lebih menekankan pada rekonstruksi sosial dan personal untuk membantu pemecahan masalah yang dihadapi individu.

Selanjutnya Belkin (1975) secara tegas menolak konsep, rumusan, yang mengecilkan arti istilah konseling. Seluruh pengertian bimbingan dilebur ke dalam pengertian konseling. Istilah bimbingan tidak dipakai lagi. Kegiatan konseling tidak terikat dan terbatas pada lingkungan sekolah saja, melainkan meluas sampai meliputi pekerjaan dengan sasaran keseluruhan kehidupan kemanusiaan di masyarakat.

Daftar PustakaDirektorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 1995. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMU (Seri Pemandu Bimbingan dan Konseling di Sekolah). JakartaMarjohan, Erman Amti. Bimbingan dan Konseling. 1991. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.Mugiarso, Heru. Bimbingan dan Konseling. 2007. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasar Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.Surya, Mohammad. 1994. Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Konsep dan Teori). Bandung: Bhakti Winaya.