Paper Akpem Treasury Dealing Room

14
1 SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA IMPLEMENTASI TREASURY DEALING ROOM DI INDONESIA [Seminar Akuntansi Pemerintah] Dyah Agustina Murtafiah (8)

Transcript of Paper Akpem Treasury Dealing Room

Page 1: Paper Akpem Treasury Dealing Room

1

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

IMPLEMENTASI TREASURY DEALING ROOM

DI INDONESIA

[Seminar Akuntansi Pemerintah]

Dyah Agustina Murtafiah (8)

Kelas VIII B, Prodip IV Akuntansi Khusus, STAN, Tangerang Selatan

Page 2: Paper Akpem Treasury Dealing Room

2

IMPLEMENTASI TREASURY DEALING ROOM

DI INDONESIADyah Agustina Murtafiah

Kelas VIII B, Prodip IV Akuntansi Khusus, STAN, Tangerang Selatan

Abstrak- Belanja fiskal mempunyai urgensi agar anggaran direalisasikan lebih awal, namun pada kenyataannya

selama ini realisasi bertumpu di akhir tahun. Efektivitas realisasi anggaran menjadi kurang memadai dalam

mendukung ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan program yang disebut Treasury Dealing Room

sebagai langkah berikutnya dari program Treasury Single Account yang bertujuan untuk mengoptimalkan

penerimaan saldo rekening pemerintah, baik rupiah maupun valuta asing. Paper ini bertujuan untuk

mengevaluasi penerapan Treasury Dealing Room di Indonesia.

Kata Kunci: investment, revenues, cash management, treasury dealing room

1. PENDAHULUAN

Praktik manajemen kas yang buruk selain

menyebabkan pemborosan juga dapat menghambat

pertumbuhan pasar keuangan suatu negara dan

mengurangi efektifitas dari kebijakan moneter. Mike

Williams (2004) mendefinisikan manajemen kas

pemerintah sebagai strategi dan proses terkait untuk

mengelola arus dan saldo kas jangka pendek

pemerintah secara efisien baik dari sisi internal

pemerintah sendiri maupun dari sisi hubungan antara

pemerintah dan sektor-sektor lainnya. Maka tidaklah

berlebihan bila kas disebut sebagai elemen kunci

dalam penentuan kebijakan operasional dalam

pemerintahan.

Terdapat beberapa tujuan utama manajemen kas

pemerintah menurut para praktisi/akademisi, yaitu

sebagai berikut:

1. Menghindari penyimpanan idle cash balances

melalui keputusan pembayaran dan penerimaan

kas yang tepat waktu, serta kemampuan peramalan

cash-flow yang akurat.

2. Memaksimalkan keuntungan pada idle cash (jika

terjadi kelebihan kas) dan menghindari akumulasi

simpanan pemerintah yang tidak mendapatkan

imbal balik (remunerasi) serta menekan seminimal

mungkin biaya-biaya yang terkait dengan

penyimpanan saldo tersebut pada sistem perbankan

baik di bank sentral atau bank komersial.

3. Mampu mengendalikan berbagai risiko

diantaranya risiko operasional, risiko kredit dan

risiko pasar yang terkait dengan kegiatan

pemerintah dan pendanaan kegiatan pemerintah.

4. Memastikan bahwa kas yang cukup tersedia untuk

membayar pengeluaran saat jatuh tempo dan

meminjam hanya bila diperlukan dengan upaya

meminimalkan biaya pinjaman pemerintah dan

mampu menyediakan pendanaan bagi pengeluaran

pemerintah atau pembayaran hutang pemerintah

tepat waktu.

Dalam mencapai tujuan manajemen kas

pemerintah yang efektif, menurut Yibin Mu (2006),

pemerintah harus memiliki tiga building blocks

fungsional, yaitu:

1. Manajemen Penerimaan dan Pembayaran Kas

Pemerintah

2. Kemampuan Cash Flow Forecasting yang akurat

3. Manajemen Saldo Kas Pemerintah.

Salah satu komponen awal dan terpenting dalam

pengelolaan kas adalah Rekening Tunggal

Perbendaharaan (Treasury Single Account, TSA),

Page 3: Paper Akpem Treasury Dealing Room

3

yaitu sebuah rekening atau sejumlah rekening yang

saling terhubung yang digunakan pemerintah untuk

melakukan seluruh transaksi penerimaan dan

pengeluarannya. Pattanayak dan Fainboim (2010)

mendefinisikan TSA sebagai suatu struktur terpadu

dari berbagai rekening pemerintah yang memberikan

suatu pandangan terkonsolidasi atas sumber kas

pemerintah.

Melalui TSA, pemerintah dapat mengendalikan

saldo dan aliran kas yang dimiliki, meminimalkan

uang yang menganggur (idle cash) dan meningkatkan

transparansi dalam pengelolaan penerimaan dan

pengeluaran. Hal ini menjadi sangat penting

mengingat penggunaan anggaran di Indonesia yang

belum efektif, masih terjadi penumpukan penggunaan

anggaran pada akhir tahun anggaran.

Berdasarkan data dari tahun 2009 s.d. 2013

menunjukkan bahwa TSA berkontribusi dalam

menambah pendapatan dari penempatan uang negara

di Bank Indonesia. Langkah ini sesuai dengan

Keputusan Bersama Antara Menteri Keuangan dan

Gubernur Bank Indonesia Nomor 17/KMK.05/2009

dan 11/3/KEP.GBI/2009 tentang Koordinasi

Pengelolaan Uang Negara di Bank Indonesia. Tingkat

bunga yang disepakati atas uang negara (Rupiah dan

valas) pada Rekening Kas Umum Negara adalah

sebesar 0,1 per tahun, sedangkan tingkat bunga

masing-masing rekening penempatan adalah:

a. Untuk rekening penempatan rupiah diberikan

bunga per tahun sebesar 65 persen dari BI rate

b. Untuk rekening penempatan valas USD diberikan

bunga per tahun sebesar 65 persen dari Fed Fund

Rate

c. Untuk penempatan valas non USD diberikan

bunga per tahun sebesar 65 persen dari suku bunga

acuan pada home currency valas tersebut

Tabel 1.1

Capaian Realisasi atas Target Pendapatan atas

Pengelolaan Rekening Tunggal Perbendaharaan

atas Penempatan Uang Negara Tahun 2009 s.d. 2013

Selain TSA, dalam mewujudkan pengoptimalan

pengelolaan kas, pemerintah juga mengamanatkan

pembentukan Treasury Dealing Room (TDR). Melalui

TDR ini diharapkan dapat terjaga likuiditas serta

minimalisasi risiko dan biaya pemenuhan likuiditas,

opimalisasi penerimaan negara atas idle cash, dan

pemenuhan prinsip pengelolaan keuangan secara

transparan, akuntabel dan terkendali. Sebagai bahan

evaluasi perlu dipahami bagaimana penerapan TDR di

Indonesia dan apa saja strategi yang dapat dilakukan

pemerintah demi memperbaiki kualitas TDR.

Sebagai informasi, transaksi yang ada pada TDR

saat ini hanya sebatas safe investment, yaitu berupa

penempatan kas negara di Bank Indonesia dan Bank

Umum. Namun, ke depannya treasury dealing room

akan berkembang menuju investment-investment yang

“bisa rugi”, ada pembelian obligasi, repo, reverse

repo, dan transaksi-transaksi derivatif lainnya. Namun,

transaksi-transaksi yang dilakukan oleh treasury

dealing room hanyalah transaksi yang mempunyai

likuiditas tinggi dan bersifat jangka pendek, misalnya

untuk pembelian obligasi, obligasi yang dibeli adalah

obligasi yang akan jatuh tempo.

2. LANDASAN TEORI

Page 4: Paper Akpem Treasury Dealing Room

4

Sistem pelaksanaan anggaran di Indonesia masih

memerlukan perbaikan di mana selalu terjadi

penumpukan kebutuhan kas di akhir tahun, yang

menyebabkan banyaknya idle cash pada awal sampai

dengan akhir tahun. Idle cash ini dapat dimanfaatkan

untuk memperoleh tambahan pendapatan Negara,

yaitu melalui investasi. Disinilah diperlukan suatu unit

profesional yang bertanggung jawab untuk melakukan

investasi, yaitu Treasury Dealing Room (TDR).

TDR adalah upaya yang dilakukan oleh BUN

untuk mengelola idle cash pada Rekening KUN.

Dengan pemanfaatan kas secara maksimal untuk

memperoleh keuntungan (yield) atau secara sederhana

dapat diartikan sebagai suatu program investasi

dengan menggunakan kas negara.

Berikut beberapa definisi investasi menurut para

ahli :

1. Jack Clark Francis (Francis, Jack C., Investment:

Analysis and Management, 5th edition, McGraw-

Hill Inc., Singapore, 1991, Hal. 1) : investasi

adalah penanaman modal yang diharapkan dapat

menghasilkan tambahan dana pada masa yang

akan datang.

2. Frank Reilly (Reilly, Frank, & Brown, Keith C.,

Investment Analysis and Portfolio Management,

7th edition, Thomson South-Western Inc., US,

2003, Hal. 5) : investasi adalah komitmen satu

dollar dalam satu periode tertentu, akan mampu

memenuhi kebutuhan investor di masa yang akan

datang dengan: (1) waktu dana tersebut akan

digunakan, (2) tingkat inflasi yang terjadi, (3)

ketidakpastian kondisi ekonomi di masa yang akan

datang.

3. James C Van Horn (1981) : investasi adalah

kegiatan yang dilangsungkan dengan

memanfaatkan kas pada masa sekarang ini, dengan

tujuan untuk menghasilkan barang di masa yang

akan datang.

4. Henry Simamora (2000:438) : investasi adalah

suatu aktiva yang digunakan oleh perusahaan

untuk pertumbuhan kekayaannya melalui distribusi

hasil investasi (seperti pedapatan bunga, royalty,

deviden, pendapatan sewa dan lain – lain), untuk

apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain

bagi perusahaan yang berinvestasi, seperti manfaat

yang diperoleh melalui hubungan dagang.

Investasi yang hendak dilakukan negara melalui

TDR ini dalam rangka menciptakan profit dan

penerimaan lagi bagi negara guna memperbesar fungsi

negara dalam pembangunan nasional. Investasi

Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana

dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi

pembelian surat berharga dan Investasi Langsung

untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau

manfaat lainnya.

Investasi Pemerintah bertujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum. Keynes (1942)

berpendapat bahwa intevensi pemerintah itu

diperlukan untuk mencapai kemakmuran dan

mempertahankan kondisi-kondisi tertentu dalam

perekonomian.

Kegiatan pengelolaan kelebihan/kekurangan kas

yang akan disentralisasi pada TDR berupa:

1. Penempatan dana atas kelebihan kas pemerintah di

pasar uang baik dalam mata uang rupiah maupun

valuta asing.

2. Penempatan dana atas kelebihan kas pemerintah

dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN),

baik dalam denominasi mata uang rupiah maupun

valuta asing.

3. Transaksi penukaran suatu mata uang terhadap

mata uang lainnya di pasar valuta asing, untuk

tujuan pemenuhan kebutuhan/kewajiban,

optimalisasi, maupun lindung nilai.

4. Transaksi pemberlian Surat Berharga Negara

(SBN) dalam rangka stabilisasi.

5. Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

untuk memenuhi kekurangan kas dengan

berkoordinasi dengan DJPU.

Page 5: Paper Akpem Treasury Dealing Room

5

6. Pembuatan kebijakan dan Standard Opetating

Procedure (SOP) TDR.

7. Pengelolaan risiko transaksi (manajemen risiko).

8. Penyelesaian transaksi, pembukuan, dan

pelaporan.

9. Pembukuan dan pelaporan transaksi yang

dilakukan.

Pelaksanaan TDR tentu mempunyai resiko

keuangan tersendiri, namun pemerintah sudah

berusaha meminimalisir risiko-risiko tersebut dengan

ketentuan investasi yang akan dilakukan dengan

menggunakan kas negara hanya akan dialokasikan

pada investasi jangka pendek dengan tingkat likuiditas

yang tinggi seperti dijelaskan dalam Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 3/PMK.05/2014

tentang Penempatan Uang negara Pada Bank Umum,

dan peraturan-peraturan lain.

3. PEMBAHASAN

3.1. Pembentukan Treasury Dealing Room

Treasury Dealing Room merupakan sebuah tool

manajemen kas yang memungkinkan Kementerian

Keuangan untuk berinteraksi dengan pasar finansial

agar dapat mengoptimalkan likuiditas kas negara.

Dengan adanya dealing room tersebut maka kita

akan dapat menentukan berapa banyak “uang

menganggur” di Kas Negara yang dapat kita

optimalisasikan melalui kegiatan investasi, sehingga

diharapkan akan meningkatkan nilai atau manfaat dari

kas negara kita. Hal ini dapat berbentuk penempatan

di Surat Bank Indonesia (SBI), penempatan di bank-

bank umum di luar BI, membeli Surat Perbendaharaan

(SPN), atau melalui mekanisme repo-reverse repo

(repo adalah transaksi penjualan surat berharga

dengan kesepakatan untuk bisa membelinya kembali

pada waktu dan harga yang telah ditetapkan,

sedangkan reverse repo adalah transaksi pembelian

surat berharga dengan kesepakatan untuk dapat

menjualnya kembali pada waktu dan harga yang telah

ditetapkan.

Pembentukan dealing room merupakan salah

satu strategi dalam meningkatkan efektivitas dan

efisiensi pengelolaan uang negara, khususnya

pengelolaan kelebihan/kekurangan kas, sehingga akan

tercapai optimalisasi kas. Secara umum, dealing room

adalah sebuah tempat jual-beli produk investasi jangka

pendek dan/atau jangka panjang di pasar keuangan

dalam bentuk surat berharga, produk derivatif, atau

instrument investasi lainnya secara elektronik.

Pengelolaan kelebihan/kekurangan kas yang

dilakukan pada dealing room dapat memperlancar

proses transaksi investasi, khususnya pembelian atau

penjualan instrumen keuangan yang digunakan dalam

rangka pengelolaan kelebihan/kekurangan kas.

Dealing room operation yang didukung oleh

infrastruktur teknologi informasi yang handal, selain

membantu efektivitas dan efisiensi pengelolaan

kelebihan/kekurangan kas, juga membantu

pengelolaan risiko investasi. Kelancaran proses

transaksi investasi dengan disertai mekanisme

pengelolaan risiko yang memadai akan meningkatkan

penerimaan negara dari hasil pengelolaan

kelebihan/kekurangan kas, sehingga tujuan

optimalisasi kas tercapai. Selain itu, pemanfaatan

dealing room dengan Standard Operating Procedure

(SOP), tata kelola, dan penerapan internal control

yang berstandar internasional akan meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas serta meminimalkan

moral hazard dalam pengelolaan kelebihan/

kekurangan kas.

3.2. Tujuan Pembentukan Treasury Dealing Room

Dalam sektor keuangan atau ekonomi dikenal

istilah ‘bubble’ atau gelembung. ‘Bubble’ merupakan

suatu resiko koreksi drastis terhadap nilai-nilai aset

yang biasanya diakibatkan karena peningkatan harga

aset secara ekstrem berdasarkan harapan kenaikan

harga pada masa depan dan tanpa dukungan

fundamental ekonomi. Parahnya, ‘bubble’ cenderung

diikuti dengan pecahnya gelembung itu sendiri yang

artinya terjadi koreksi secara tiba-tiba terhadap nilai

Page 6: Paper Akpem Treasury Dealing Room

6

intrisik aset dan berakibat crash (keruntuhan) bahkan

resesi.

Menilik dari kesamaan resiko terselubung yang

terkandung di dalamnya, idle cash maupun cash float

mungkin bisa dianalogikan sebagai gelembung juga.

Gelembung idle cash dan cash float.

Prinsipnya, idle cash terjadi karena kas yang

tersedia/disimpan belum digunakan dalam waktu

dekat sedangkan cash float sendiri kurang lebih

memiliki pengertian yang hampir sama dengan idle

cash namun cash float mengendap di bank yang

berkaitan dengan pelaksanaan penerimaan atau

pengeluaran sehingga kecenderungan mengendap

hanya dalam waktu yang singkat atau harian.

Seperti yang kita ketahui, kebijakan defisit

APBN yang dianut Indonesia memerlukan adanya

pembiayaan defisit demi menyiasati mismatch antara

penerimaan pajak dengan pengeluaran negara

terutama di awal tahun anggaran. Salah satu sumber

pembiayaan defisit yang selama ini cukup mengambil

porsi penting adalah pinjaman baik dari dalam negeri

maupun luar negeri. Dalam hal ini, idle cash yang ada

dalam RKUN terbentuk karena kebijakan manajemen

pengelolaan kas dan kebijakan manajemen

pengelolaan utang seringkali mengalami kendala-

kendala yang menyebabkan penyediaan dana

pembiayaan melalui utang dan kebutuhan dana untuk

pengeluaran pemerintah tidak match pada bulan atau

kuartal tertentu sehingga ada kas berlebih dalam

jumlah sangat besar yang menganggur di RKUN.

Besarnya nominal idle cash dan cash float dan

terbukanya peluang besar untuk berinvestasi jangka

pendek maupun panjang di pasar keuangan Indonesia

yang diprediksi masih akan terus tumbuh dalam

beberapa tahun ke depan tentu menjadi suatu hal yang

patut dicermati lebih lanjut kemungkinan-

kemungkinannya terutama dalam hal pemanfaatan idle

cash dan cash float. Apalagi return dari pasar modal

dinilai lebih menjanjikan dibanding return yang

diberikan BI selama ini, meskipun harus diakui bahwa

peluang tersebut juga diikuti dengan resiko yang

sepadan, high risk high return.

Merupakan suatu inisiatif cerdas yang cukup

berani dan beresiko bagi Kementerian Keuangan,

dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan,

untuk memutuskan ambil bagian lebih luas di pasar

keuangan Indonesia dengan berperan sebagai investor

ataupun trader. Mengakomodasi peluang tersebut,

Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal

Perbendaharaan membentuk Treasury Dealing Room

(TDR).

3.3. Kebijakan Treasury Dealing Room

Kebijakan TDR meliputi penentuan model

operasi dan lingkungan TDR, koordinasi, diversifikasi

dan mitigasi resiko.

1. Model Operasi dan Lingkungan TDR

2. Koordinasi

Terkait koordinasi pengelolaan kas antara

Kemenkeu (DJPBN) dengan Bank Indonesia, maka:

Koordinasi berupa penyampaian informasi dan/atau

data dari Kementerian Keuangan kepada Bank

Indonesia dan/atau dari Bank Indonesia kepada

Kementerian Keuangan;

Koordinasi dilaksanakan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan likuiditas Pemerintah atau

optimalisasi idle cash Pemerintah dengan

mempertimbangkan stabilitas pasar uang dan nilai

tukar Rupiah;

Ruang lingkup koordinasi pengelolaan kas

DJPBN – BI:

Page 7: Paper Akpem Treasury Dealing Room

7

a. Pendelegasian kewenangan koordinasi

b. Pengelolaan rekening

c. Perhitungan dan penyetoran bunga/remunerasi

d. Penyampaian informasi dari TDR ke BI tentang

penarikan dan penyetoran dana dari/ke RKUN

e. Penyampaian informasi dari BI ke TDR tentang

kebijakan moneter, kebijakan valuta asing, dan

kondisi pasar uang/likuiditas pasar

f. Setelmen transaksi

g. Pengelolaan valuta asing

h. Mekanisme evaluasi koordinasi

Ruang lingkup koordinasi pengelolaan kas

DJPBN – DJPU: Pembayaran belanja negara yang

memerlukan sumber dana dari pembiayaan (instrumen

utang)

3. Kunci Sukses Pengelolaan Kas Aktif :

Diversifikasi dan Mitigasi Risiko dengan

menggunakan instrumen

- Money Market (Penempatan di BI dan Bank

Umum, Time deposit, Deposit on call,

Overnight )

- Foreign Exchange Market (Today/tomorrow,

Spot, Forward, Swap )

- Commercial Paper Market

(Pembelian/Penjualan SBN di pasar

sekunder, Reverse repo, Repo )

Mitigasi risiko yang dilakukan dengan memetakan :

Risiko

- likuiditas

- pasar

- counterparty

- kredit

- Currency

Mitigasi

- Limit transaksi

- Counterparty limit

- Limit instrument

- Limit posisi

3.4. Perkembangan Treasury Dealing Room di

Indonesia

Ditjen Perbendaharaan c.q. Direktorat

Pengelolaan Kas Negara pada tahun anggaran 2011

telah melaksanakan seleksi pegawai yang akan

menjadi calon dealer dan lelang konsultan

pengembang dealing room. Dengan demikian,

diharapkan pada tahun 2012 telah dilaksanakan

kegiatan yang mendukung pelaksanaan Capacity

Building Treasury Dealing Room, yaitu:

1. membentuk tim capacity building treasury dealing

room;

2. menyusun grand design treasury dealing room

Kementerian Keuangan;

3. menyelenggarakan diklat teknis dealing room

operation bagi pegawai Ditjen Perbendaharaan;

4. melaksanakan pembangunan infrastruktur dealing

room pada Ditjen Perbendaharaan;

5. membentuk struktur kelembagaan dealing room

Ditjen Perbendaharaan;

6. menyusun SOP dan tata kelola treasury dealing

room; dan

7. mengembangkan pusat riset investasi pada Ditjen

Perbendaharaan.

Sistem-sistem di Bank Sentral (Bank Indonesia –

BI) yang terkait dengan pelaksanaan Treasury Dealing

Room Settlement System meliputi:

Page 8: Paper Akpem Treasury Dealing Room

8

1. BI Government Electronic Banking (BIG-eB)

untuk memberikan koneksi perbankan melalui

internet kepada Pemerintah.

2. BI Centralized Automated Accounting System

(BISOSA) untuk menyediakan ketatausahaan dan

pembukuan rekening Pemerintah yang dikelola

oleh bank sentral.

3. BI Real Time Gross Settlement System (RTGS)

untuk memberikan transfer dana secara online dan

real time atas uang pemerintah ke bank-bank

komersial yang bertindak sebagai bank rekanan

pemerintah untuk pemungutan penerimaan dan

pembayaran pengeluaran.

4. BI Script-less Securities Settlement System (SSSS)

untuk mengelola penyelesaian (settlement)

penerbitan obligasi pemerintah di pasar primer dan

sekunder, melalui koordinasi yang erat dengan

Ditjen Pengelolaan Utang.

Terkait Treasury Dealing Room (TDR) di

Kementerian Keuangan yang belum terbentuk, Dr.

Kang Kyeong-Hoon berpendapat bahwa teori

portofolio adalah teori keuangan yang merupakan

teori seleksi dengan tingkat optimal expected return

dengan tingkat resiko tertentu berdasarkan efficient

frontier. TDR dalam menentukan portfolio harus

mempertimbangkan dan mengeleborasi efek dari

setiap transaksinya terhadap ‘money market’.

TDR harus mempertimbangkan short term dan

medium term dari portfolio. Risk management dari

TDR, portofolio pemerintah, memiliki beberapa

resiko: liquidity risk, foreign exchange risk dan

sebagainya.

Beberapa rekomendasi yang menurutnya perlu

diperhatikan dalam proses pembentukan TDR adalah

koordinasi antara institusi terkait. Rekomendasi

berikutnya adalah percepatan komputerisasi,

sebagaimana pemerintah Indonesia telah berhasil

dalam pelaksanaannya. Untuk jangka pendek dan

menengah perlu dipertimbangkan in house TDR,

namun pada Long run term, harus dipertimbangkan

outsourcing pengelolaan dari TDR.

Ditjen Perbendaharaan saat ini tengah berdiskusi

dengan BI dan Ditjen Pengelolaan Utang terkait

pembentukan sebuah Dealing Room dibawah kendali

Direktorat Pengelolaan Kas Negara untuk menangani

sisi aset dari pengelolaan kas. Berbagai peraturan telah

disusun untuk mendukung semua kegiatan TDR.

Anggaran telah dialokasikan untuk memenuhi biaya

operasional TDR. Kapasitas yang memadai juga telah

diupayakan oleh Ditjen Perbendaharaan melalui

pelatihan oleh tenaga ahli dari luar terhadap 36

pegawai Direktorat Pengelolaan Kas Negara yang

nantinya akan bertindak sebagai market dealer.

Fasilitas infrastruktur untuk mendukung

beroperasinya TDR meliputi:

1. Direct Dealing System and Communication

System;

2. Money Market Information System (Reuters and

Bloomberg); dan

3. Treasury Application Software telah tersedia.

TDR diharapkan dapat beroperasi pada awal tahun

2014. Diusulkan agar di awal kegiatannya TDR akan

dibatasi atas penempatan surplus saldo kas jangka

pendek pada jumlah yang pantas, baik ditempatkan di

BI maupun di bank komersial terpilih. Ditjen

Perbendaharaan saat ini sedang dalam proses

menjawab keraguan BI bahwa penempatan dalam

jumlah besar oleh pemerintah di lembaga-lembaga

keuangan (diluar BI) akan berdampak buruk bagi

pelaksanaan kebijakan moneter.

Rencana Ditjen Perbendaharaan adalah memulai

dengan penempatan-penempatan di luar BI dalam

Page 9: Paper Akpem Treasury Dealing Room

9

jumlah yang kecil agar dapat meminimalisir risiko

terhadap kegiatan kebijakan moneter. Ditjen

Perbendaharaan juga tengah berdiskusi dengan Ditjen

Pengelolaan Utang guna menemukan cara untuk

memastikan bahwa pasar keuangan memandang

kegiatan pendanaan pada kedua Direktorat Jenderal ini

sebagai saling melengkapi satu dengan lainnya.

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kas adalah elemen kunci dalam penentuan

kebijakan operasional dalam pemerintahan. Idle cash

terjadi karena kas yang tersedia/disimpan belum

digunakan dalam waktu dekat, begitu juga dengan

cash float, namun cash float mengendap di bank yang

berkaitan dengan pelaksanaan penerimaan atau

pengeluaran sehingga kecenderungan mengendap

hanya dalam waktu yang singkat atau harian.

Treasury Dealing Room merupakan sebuah tool

manajemen kas yang memungkinkan Kementerian

Keuangan untuk berinteraksi dengan pasar finansial

agar dapat mengoptimalkan likuiditas kas negara.

Treasury Dealing Room dilakukan dengan cara

pengoptimalisasian kas negara yang bisa dikatakan

“menganggur”. Dengan kata lain, TDR adalah suatu

program investasi dengan menggunakan kas negara.

Persiapan pembentukan Treasury Dealing Room

(TDR) masih berlangsung. Segera setelah TDR

terbentuk dengan didukung jajaran pegawai yang

memadai, Ditjen Perbendaharaan akan mampu

berperan serta dalam pasar uang untuk mengamankan

pembiayaan dan penempatan dana sesuai tingkat

pengembalian pasar yang kompetitif. Pengoperasian

dua dealing room oleh Kementerian Keuangan (yaitu

Ditjen Pengelolaan Utang dan Ditjen Perbendaharaan)

mengakibatkan timbulnya beberapa risiko yang perlu

ditangani. Secara khusus, perlu dipastikan bahwa

pasar keuangan memandang pengoperasian kedua

dealing room tersebut sebagai saling melengkapi, dan

bukan sebagai suatu potensi konflik yang dapat

merancukan pasar. Lebih jauh, Ditjen Perbendaharaan

saat ini tengah mengadakan diskusi dengan BI untuk

memperjelas peran dan tanggung jawab masing-

masing. Hal ini perlu ditetapkan secara resmi melalui

perjanjian kerjasama dan/atau surat keputusan yang

sesuai. Pada tahap-tahap awal, pengoperasian TDR

dibatasi pada penempatan saldo kas surplus jangka

pendek dalam jumlah dan periode yang sesuai, di luar

dari penempatan di BI.

4.2. Saran

Saran yang dapat Penulis kemukakan :

1. Pemerintah diharapkan dapat memastikan kesiapan

baik dari segi sumber daya manusia, infrastruktur,

serta teknis pelaksanaan dalam implementasi TDR

agar pelaksanaan berjalan dengan sebaik-baiknya.

2. Pemerintah diharapkan dapat membuat analisis

portofolio pemanfaatan idle cash dan cash float

agar memberikan nilai manfaat paling tinggi

dengan risiko rendah.

DAFTAR REFERENSI

[1] Peraturan Menteri Keuangan Nomor

3/PMK.05/2010 tentang Pengelolaan

Kelebihan/Kekurangan Kas Pemerintah.

[2] Peraturan Menteri Keuangan Nomor

3/PMK.05/2014 tentang Penempatan Uang

Negara pada Bank Umum

[3] Keputusan Dirjen Perbendaharaan Negara

Nomor KEP-77/PB/2011 tentang Rencana

Strategis Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Tahun 2010-2014

[4] Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi.

Yogyakarta: BPFE.

[5] Fainboim, Israel, and Sailendra Pattanayak.

2010. Treasury Single Account: Concept, Design

and Implementation Issues, IMF Working Paper,

International Monetery Fund.

Page 10: Paper Akpem Treasury Dealing Room

10

[6] Horne, James C Van. 1997. Fundamentals of

Financial Management.

[7] Mu, Yibin. 2006. Government Cash

Management: Good Practice & Capacity

[8] Building Framework. World Bank: Financial

Sector Discussion Series.

[9] Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber

Daya Manusia: Edisi 2, STIE YKPN.

Yogyakarta.

[10] Williams, Mike. 2004. Government Cash

Management: Good and Bad Practice.

[11] Novitasari, Lutfia. 2014. Treasury Dealing Room

(TDR), Bagaimana Kesiapan Kemenkeu?,

STAN. Jakarta.

[12] Septiadi, Akhmad Jauhari. 2014. Penerapan

Treasury Dealing Room di Indonesia, STAN.

Jakarta.

[13] www.djpbn.kemenkeu.go.id .