Paper Agama

8
PENDAHULUAN Agama adalah salah satu cara manusia untuk membentuk hati nuraninya. Tujun agama sendiri adalah untuk membentuk manusia agar saling mengasihi satu sama lain. Namun terkadang manusia salah mengartikan, manusia menganggap agamanya jauh lebih benar dan melahirkan sifat fanatisme yang sangat keras. Fanastime menjadikan manusia menganggap agama selain agamanya adalah salah. Sebenarnya konflik sudah ada dari zaman dulu saat terciptanya manusia. semua konflik itu berasal dari manusia itu sendiri, sehingga hubungan manusia terputus dengan Tuhan karena manusia itu sendiri. Konflik yang terjadi di akhir-akhir ini selalu menyangkut agam mereka, dengan tindakan-tindakan yang sebenarnya jauh dari ajran Tuhan yang menjadi pondasi dari semua agama. Banyak konflik–konflik yang terjadi karena agama. Seperti peristiwa–peristiwa yang terjadi akhir–akhir ini adalah mengatasnamakan agama, jadi saat ini agama malah menjadi penyulut terjadinya konflik seperti peristiwa–peristiwa bom bunuh diri, tindakan–tindakan anarkis yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang tidak bertanggung jawab, kekerasan antar agama, dan masih banyak lagi. Mereka melakukan itu seolah-olah mereka melakukanya untuk agama mereka. Hal ini sangat bertolak belakang dengan dasar-dasar agama yang menjadi terang dunia.

description

agama

Transcript of Paper Agama

Page 1: Paper Agama

PENDAHULUAN

Agama adalah salah satu cara manusia untuk membentuk hati nuraninya. Tujun agama

sendiri adalah untuk membentuk manusia agar saling mengasihi satu sama lain. Namun

terkadang manusia salah mengartikan, manusia menganggap agamanya jauh lebih benar dan

melahirkan sifat fanatisme yang sangat keras. Fanastime menjadikan manusia menganggap

agama selain agamanya adalah salah.

Sebenarnya konflik sudah ada dari zaman dulu saat terciptanya manusia. semua konflik

itu berasal dari manusia itu sendiri, sehingga hubungan manusia terputus dengan Tuhan karena

manusia itu sendiri. Konflik yang terjadi di akhir-akhir ini selalu menyangkut agam mereka,

dengan tindakan-tindakan yang sebenarnya jauh dari ajran Tuhan yang menjadi pondasi dari

semua agama.

Banyak konflik–konflik yang terjadi karena agama. Seperti peristiwa–peristiwa yang

terjadi akhir–akhir ini adalah mengatasnamakan agama, jadi saat ini agama malah menjadi

penyulut terjadinya konflik seperti peristiwa–peristiwa bom bunuh diri, tindakan–tindakan

anarkis yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang tidak bertanggung jawab, kekerasan antar

agama, dan masih banyak lagi. Mereka melakukan itu seolah-olah mereka melakukanya untuk

agama mereka. Hal ini sangat bertolak belakang dengan dasar-dasar agama yang menjadi terang

dunia.

Page 2: Paper Agama

ISI

Agama, melalui kitab sucinya, diyakini sebagai sumber perdamaian. Namun, manakala ia

dijadikan justifikasi atas peristiwa-peristiwa kekerasan di muka bumi oleh masing-masing

penganutnya, sudah sewajarnya dipertanyakan kembali esensi pesan agama tersebut. Salah

satu faktor yang menyebabkannya, karena manusia mengidentikkan diri dengan agamanya,

bahkan mau memaksakan agamanya supaya ia dipandang benar di mata Tuhan-nya dan

manusia lain1.

Agama mempunyai toleransi denagn agama lain, ada beberapa dimensi toleransi:

1. Dimensi praktis-sosial, keterbukaan untuk menerima secara empatetis keberadaan dan

aktivitas keberadaan umat beragama lain di segala lapangan kehidupan yang diarahkan

oleh ajaran-ajaran etis-moral masing-masing agama.

2. Dimensi ritual-religius, keterbukaan untuk menerima secara empatetis cara-cara dan

bentuk-bentuk ekspresi ritual simbolik kehidupan beragama dan umat beragama lain.

3. Dimensi diktrinal/ajaran, keterbukaan memahami secara empatetis pernyataan-

pernyataan dan klaim-klaim doktrinal/akidah yang dipercaya umat beragama lain, yang

bersumber dari kitab suci dan tradisi-tradisi keagamaan masing-masing yang terus

mengalami aktualisasi dan perkembangan.

4. Dimensi spiritualitas dan religiositas, setiap pihak dalam relasi antar umat beragama

perlu mengalami perjumpaan yang akrab dan intim dengan realitas lain yang transenden,

realitas spiritual, yang menjadi pusat batiniah yang dari dalamnya muncul motivasi untuk

hidup dalam kebajikan dan cinta kepada sesama manusia – motivasi yang membuat

toleransi antar umat beragama menajadi juga suatu tugas panggilan sepiritual2.

1. H. Schumann, Olaf, Agama-Agama Kekerasan dan Perdamaian,Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

2. H. Schumann, Olaf, Agama Dalam Dialog, Jalkarta:PT BPK Gunung .Mulia

Page 3: Paper Agama

Agama juga sering dikaitkan dengan fenomena kekerasan terorisme. ada sekelompok

orang yang jelas-jelas mengatasnamakan tindakan kekerasannya dengan mengatasnamakan

agama. Orang juga menyaksikan bahwa agama sering digunakan sebagai landasan ideologis dan

pembenaran simbolis bagi kekerasan. Apalagi bila diyakini, bukan agamanya yang bermasalah,

tetapi manusia pelaku teror itu yang bermasalah karena menyalah gunakan pemahaman

agamanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok sehingga menyulut kekerasan.

Tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama cenderung dilakukan oleh individu

yang memiliki pemahaman agama yang dangkal. Beberapa figur yang melakukan kegiatan teror,

diketahui sebagai orang yang memiliki latar belakang pendidikan sekular, seperti Osama bin

Laden, Aiman Al-Zawahry, Azhari, Noordin M. Top. Dorongan internal yang merasa nilai-nilai di

masyarakat sudah tidak sesuai dengan nuraninya dan dorongan eksternal yang melihat

ketidakadilan dari para pemegang kekuasaan di dunia, memicunya memiliki semangat

keberagamaan yang berlebihan. Ciri-ciri tokoh seperti itu biasanya terdapat pada figur panutan

yang berpandangan keras dan berhaluan radikal. terjadilah proses pendangkalan paham

keagamaan karena biasanya tokoh seperti itu tidak memberikan alternatif pemahaman, tetapi

hanya memberikan sudut pandang berdasarkan pada versi pemahaman yang diyakininya. Pada

titik inilah, klaim kebenaran tunggal biasanya terjadi. Klaim kebenaran tunggal itu lalu

membuatnya mengidentifikasi tentang siapa “kami” (inner group) dan siapa “mereka” (outer

group). Setelah identifikasi terselesaikan, barulah pelaku teror itu menentukan target dan

terjadilah tindakan terror 3.

Akhir-akhir ini terasa betapa ikatan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia

mengalami cobaan dan goncangan. Di samping terjadinya perusakan rumah-rumah ibadah

kristiani dan buddish dalam jumlah yang cukup besar nampat muncul kembali konsepsi-konseps

jaman dulu.

3. Sitompul, E. M. (2005). AGAMA - AGAMA KEKERASAN DAN PERDAMAIAN. Bidang Marturia.

Page 4: Paper Agama

Contoh kasus kongret lainnya yang ada di masyarakat, konflik hubungan antarumat

beragama kembali terjadi di Jawa Barat (Cimahi, Padalarang, dan Dayeuhkolot). Sebelum itu

juga di Ciledug (Banten) dalam kasus Gereja Sang Timur yang cukup memprihatinkan umat

kristiani. Kerukunan umat beragama yang selama ini dibina, terinterupsi oleh sekelompok umat

Islam yang melakukan ibadah di gereja masing-masing. Alasannya, gereja yang selama ini

digunakan sebagai tempat ibadah tidak memiliki izin resmi. Fakta multikulturalisme dan

pluralisme di negeri yang menganut asas Pancasila dengan sila pertama Ketuhanan Yang maha

Esa ini, masih terjadi tindak kekerasaan berupa penyerangan terhadap umat beragama lain atau

menutup “killing faith” atau “theological killing” dijadikan legitimasi untuk membenarkan

tindakan anakisme yang sebenarnya anti-ketuhanan dan anti-kemanusiaan4.

Pandangan the right to be different perlu direkonsiliasikan dengan mutual

understanding and collaboration. “Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, pengajaran yang

baik, dan berdialoglah dengan cara yang baik.” (QS.16:125). Ensiklik Konsili Vatikan II juga

menyatakan: “Dengan kasih, dengan dialog dan kolaborasi dengan para pengikut agama lain,

dengan kesaksian iman Kristen, mari kita mengakui, menjaga, serta mengembangkan kebaikan

spiritual dan moral yang ditemukan pada umat beragama lain.”5.

Dalam mewujudkan kedamaian hidup beragama dapat dimulai dari diri sendiri dengan

mengembangkan cinta kasih kepada semua makhluk. Buddhisme mengajarkan pengembangan cinta

kasih dapat dilakukan melalui meditasi metta (meditasi cinta kasih). Dalam ajaran agama Buddha

terdapat satu kalimat manjur untuk menciptakan perdamaian yaitu dengan cara mengucapkan dan

mepraktikkan dalam kehidupan sehari-hari melalui usaha mengharapkan semua makhluk hidup

berbahagia (sabbe satta bhavantu sukhitta). Selain itu, cara pengembangan cinta kasih dalam

Buddhisme dapat dilakukang dengan memberikan keterbukaan dalam menyelesaikan permasalahan

termasuk kekerasan beragama untuk membangun dasar hidup manusia dengan memiliki kemoralan,

kesabaran, kerendahan hati, dan toleransi dalam kehidupan beragama.6.

4. H. Schumann, Olaf, MENGHADAPI TANTANGAN MEMPERJUANGKAN KERUKUNAN, Jakarta: PT

BPK GUNUNG MULIA.

5. Opcit6. Suranto, MA, SEBUAH INSPIRASI MENUJU PERDAMAIAN HIDUP BERAGAMAPerspektif Buddhisme

Page 5: Paper Agama

KESIMPULAN

Konflik yang ada seperti kekerasan dan terorisme yang telah terjadi saat ini

bersumber dari diri manusia itu sendiri. Pengatasnamaan agama hanyalah sebagai alasan.

Seharusnya manusia berpegang teguh pada ajaran agama yang mengajarkan kasih dan

perdamaian seperti yang seharusnya.

TANGGAPAN

Setiap agama mengajarkan kasih kepada penganutnya, supaya didalam kehidupan

beragama tercipta damai dan sejahtera, yakni tidak ada konflik dan lain sebagainya. Di

sinilah pentingnya kasih karena kasih merupakan hukum yang terurama dan utama,

dengan kasih agama bisa menjalankan fungsinya sebagai alat perdamaian dan bisa

menghindarkan ataupun mengatasi konflik. Oleh karena itu, manusia perlu kesadaran

lebih untuk meneraokan kasih itu di dalam kehidupannya.

DAFTAR PISTAKA

1. H. Schumann, Olaf, Agama-Agama Kekerasan dan Perdamaian,Jakarta: PT BPK

Gunung Mulia

2. H. Schumann, Olaf, Agama Dalam Dialog, Jakarta:PT BPK Gunung .Mulia

3. H. Schumann, Olaf, MENGHADAPI TANTANGAN MEMPERJUANGKAN

KERUKUNAN, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

4. Suranto, MA, SEBUAH INSPIRASI MENUJU PERDAMAIAN HIDUP BERAGAMAPerspektif Buddhisme

5. Sitompul, E. M.. AGAMA - AGAMA KEKERASAN DAN PERDAMAIAN. Bidang

Marturia.