Paper

54
Interaksi Belajar Mengajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke Pendidikan IPA Page 1

Transcript of Paper

Interaksi Belajar Mengajar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi

atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama

bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Belajar merupakan akibat adanya

interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak

merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih

pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari

pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan

pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode

pembelajaran dengan tepat.

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan

peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam

lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar

terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan berfungsi membantu peserta

didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi,

kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya

maupun lingkungannya.

Apabila dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka interaksi belajar

mengajar adalah suatu hal yang saling melakukan aksi di dalam proses belajar

mengajar yang di dalamnya ada suatu hubungan antara murid dan guru untuk

mencapai suatu tujuan. Tujuan dari interaksi tersebut adalah suatu hal yang sudah

disadari serta disepakati sebagai milik bersama dan berusaha dengan semaksimal

mungkin untuk mencapai tujuan itu.

Belajar serta mengajar adalah dua konsep yang tidak bisa dipisahkan

dalam kegiatan pengajaran. Belajar cenderung kepada apa yang dilakukan oleh

siswa sedangkan mengajar cenderung kepada apa yang dilakukan oleh guru

sebagai pemimpin dalam belajar. Dua kegiatan itu menjadi terpadu dalam satu

Pendidikan IPA Page 1

Interaksi Belajar Mengajar

kegiatan ketika terjadi hubungan timbal balik atau interaksi antara guru dengan

siswa pada saat pengajaran berlangsung.

Di pendidikan, interaksi belajar mengajar mempunyai sifat edukatif

dengan maksud bahwa interaksi itu terjadi dalam rangka untuk mencapai tujuan

pribadi untuk mengembangkan potensi pendidikan. Interaksi bertujuan untuk

membantu pribadi anak mengembangkan potensi diri sepenuhnya sesuai dengan

cita-citanya dan hidupnya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri serta masyarakat

dan negara. Di dalam interaksi tersebut harus ada perubahan tingkah laku dari

murid sebagai hasil dari belajar. Interaksi belajar mengajar merupakan kegiatan

timbal balik antara guru dengan murid.

Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada

interaksi.Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk

menciptakan lingkungan belajar yang serasi bagi peserta didik yang dapat

menghantarkan peserta didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru sebagai

pendidik berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan

menyenangkan bagi peserta didik.Guru sebagai pendidik tidak mendominasi

kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan

motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan

kreativitasnya, melalui interaksi belajar mengajar.

Sumber belajar dan bahan ajar merupakan suatu unsur yang memiliki

peranan penting dalam menentukan proses belajar agar pembelajaran menjadi

efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.  Sebuah kegiatan belajar mengajar

akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuanm instruksional jika

melibatkan komponen proses belajar secara terencana, sebab sumber belajar

sebagai komponen penting dan sangat besar manfaatnya

Oleh karena itu untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini,

guru harus memahami apa yang ada di dalam interaksi belajar mengajar, baik dari

tujuan, faktor, unsur dan pola interaksi belajar mengajar. Dengan demikian,

diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan

baik dipihak guru maupun dipihak siswa.

Ciri lain dari pembelajaran adalah yang berhubungan dengan komponen-

komponen pembelajaran. Di dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen,

Pendidikan IPA Page 2

Interaksi Belajar Mengajar

yaitu: tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik, dan

adanya pendidik.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa sajakah komponen-komponen dalam pembelajaran?

b. Bagaimana proses Pembelajaran yang melibatkan Interaksi antara siswa dan

bahan ajar ?

c. Apa penyebab Interaksi antara siswa dan bahan ajar kurang efektif?

d. Bagaimana cara meningkatkan keefektifan interaksi antara siswa dan bahan

ajar dalam belajar mengajar?

e. Bagaimana bentuk proses pembelajaran yang efektif?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum Penulisan

Menjelaskan kepada pembaca tentang interaksi belajar mengajar yang efektif

pembelajaran kegiatan belajar mengajar.

b. Tujuan Khusus Penulisan

1) Menjelaskan kepada pembaca tentang komponen-komponen dalam

pembelajaran

2) Menjelaskan kepada pembaca tentang proses Pembelajaran yang melibatkan

Interaksi antara siswa dan bahan ajar

3) Menjelaskan kepada pembaca tentang penyebab Interaksi antara siswa dan

bahan ajar kurang efektif

4) Menjelaskan kepada pembaca tentang cara meningkatkan keefektifan interaksi

antara siswa dan bahan ajar dalam belajar mengajar

5) Menjelaskan kepada pembaca tentang bentuk proses pembelajaran yang

efektif.

Pendidikan IPA Page 3

Interaksi Belajar Mengajar

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 komponen-komponen dalam pembelajaran

pembelajaran merupakan bentuk interaksi antara pendidik dengan peserta

didik. Dalam perkembangannya, pembelajaran bukan hanya bentuk interaksi

pendidik dan peserta didik saja, namun juga dengan sumber-sumber belajar. Hal

ini dapat diartikan bahwa pembelajaran merupakan sebuah sistem yang saling

terkait satu dengan yang lainnya. Pembelajaran sebagai sebuah sistem terdiri dari

komponen-komponen yang saling berinteraksi,berinterelasi, dan

berinterdependensi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen tersebut antara lain (1) tujuan, (2)

pendidik, (3) peserta didik, (4) kurikulum, (5) strategi, (5) media, (6) evaluasi.

a. Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya mengacu tujuan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran memiliki peran penting dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan

tujuan pembelajaran digunakan sebagai konsep dan pola pembelajaran yang akan

dilakukan. Menurut Hermawan (2008: 9.4) Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa

sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan. Hermawan (2008:

1.17) Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas terhadap pemilihan

materi / bahan ajar, strategi, media, dan evaluasi.

Tujuan pembelajaran tidak terlepas dari tuntutan zaman dan kebutuhan. Hal

ini dikarenakan bahwa pembelajaran dirancang sedemikian rupa guna memenuhi

kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Selain itu, tujuan pembelajaran

disusun mengacu pada falsafah dan ideologi suatu bangsa. Hal ini memiliki

makna bahwa pembelajaran merupakan subsistem dari pendidikan secara umum

yang mengemban beberapa aspek yang meliputi poltik, budaya, ekonomi dan juga

kekuatan-kekuatan sosial.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Bloom pada teorinya yaitu Taknonomi

Bloom yang menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran memiliki 3 aspek. Aspek-

Pendidikan IPA Page 4

Interaksi Belajar Mengajar

aspek tersebut meliputi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor

(keterampilan). Ketiga aspek tersebut dijadikan sebagai standard kemampuan

yang harus dicapai di dalam pembelajaran dengan kata lain bahwa ketiga aspek

tersebut merupakan indikator kualitas pencapaian hasil belajar peserta didik.

Sujarwo (2012: 5) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran ada dua

jenis, yaitu: 1) tujuan pembelajaran umum, dan 2) tujuan pembelajaran khusus.

Tujuan pembelajaran umum harus mempertimbangkan relevansi tujuan dengan

tujuan yang lebih tinggi. Dalam merumuskan tujuan instruksional umum relevansi

tujuan kurikuler mata pelajaran yang bersangkutan termasuk pengembangannya

dan bidang pekerjaan yang akan dihadapi menjadi rumusan yang sangat penting.

Tujuan pembelajaran khusus dalam perumusannya dilakukan melalui langkah: 1)

melakukan analisis instruksional, 2) mengidentifikasi perilaku awal peserta didik,

3) merumuskan standar kompetensi, 4) kompetensi dasar, 5) tujuan pembelajaran,

6) materi pokok, pengalaman belajar, 7) langkah-langkah pembelajaran, 8) media

dan sumber belajar, 9) penilaian. Secara operasional ada empat faktor yang

digunakan untuk menentukan tujuan pembelajaran, yaitu :

1) attention, 2) behavior 3) confidance dan 4) degree. Seorang pendidik dituntut

untuk dapat mencapai tujuan ke dalam empat aspek tersebut yang telah

dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus setelah proses pembelajaran.

b. Pendidik

Pendidik menjadi komponen pembelajaran berikutnya yang menempati

posisi dalam menciptakan kegiatan belajar-mengajar baik di kelas maupun di luar

kelas. Pendidik di dalam perkembangannya bukan lagi berperan sebagai sumber

dari segala sumber belajar namun lebih berperan sebagai fasilitator yang

memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan belajar peserta didik. Hal ini dijelaskan secara

lebih mendalam oleh Hermawan, dkk (2008: 9.4) yang menyatakan bahwa

pendidik menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar

yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai

tujuan secara optimal. Pendidik harus mampu menempatkan dirinya sebagai

diseminator, informator, transmitter, transformator, organizer, fasilitator,

Pendidikan IPA Page 5

Interaksi Belajar Mengajar

motivator, dan evaluator bagi terciptanya proses pembelajaran siswa yang dinamis

dan inovatif.

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1

butir 6, Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,

dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan

istilah lainnya yang sesuai dengan kekhususannya yang juga berperan dalam

pendidikan. Mengacu pada UU sisdiknas dapat diartikan bahwa pendidik

merupakan tenaga kependidikan yang memiliki kualifikasi tertentu sebagai

seorang figur yang tentunya harus mampu menetapkan dan menerapkan strategi-

strategi demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Sujarwo (2012: 6-7) menyebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga

profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik

pada jenjang pendidikan tinggi. Pendidik adalah suatu pekerjaan yang bersifat

profesional, dalam arti suatu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh individu

yang secara khusus telah dipersiapkan. Sebagai tenaga profesional seorang

pendidik mempunyai tugas dan peranan yang sangat kompleks, tidak terbatas pada

saat berlangsungnya interaksi pembelajaran di dalam kelas, namun juga bertugas

sebagai administrator, fasilitator, motivator, evaluator dan konselor. Menurut

Glasser ada empat hal yang harus dikuasai seorang pendidik, yaitu: a) menguasai

bahan pelajaran, b) kemampuan mendiagnosis tingkah laku peserta didik, c)

kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, d) kemampuan menyimpulkan

hasil belajar. A teacher is a person who help others learn (seorang pendidik adalah

seorang yang membantu belajar orang lain) kehadiran seorang pendidik dalam

proses pembelajaran merupakan peran yang sangat penting dan tidak dapat

digantikan oleh mesin, radio atau tape recorder,media, bahkan komputer yang

paling canggihpun, karena dalam proses pembelajaran melibatkan unsur-unsur

manusiawi seperti; sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, emosi, kebiasaan dan

lain-lain yang kesemuanya merupakan sumber daya dan potensi pembelajaran.

Tugas pokok seorang pendidik dalam proses pembelajaran, meliputi: a) menyusun

program pembelajaran atau praktik, b) menyajikan program pembelajaran atau

Pendidikan IPA Page 6

Interaksi Belajar Mengajar

praktik, c) melaksanakan evaluasi belajar atau praktik, d) melaksanakan analisis

hasil evaluasi belajar atau praktik, e) menyusun dan melaksanakan program

perbaikan dan pengayaan, f) menyusun dan melaksnakan program bimbingan dan

penyuluhan di kelas yang menjadi tanggungjawabnya, g) membimbing peserta

didik dalam kegiatan kurikulum, h) membimbing pendidik dalam kegiatan proses

pembelajaran atau praktik perorangan, i) melaksanakan bimbingan karier peserta

didik, j) mengikuti kegiatan ujian. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, seorang

pendidik dipersyaratan memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

professional dan kompetensi sosial.

c. Peserta Didik

Komponen pembelajaran selanjutnya yaitu peserta didik. Peserta didik

dapat diartikan sebagai orang yang berperan di dalam kegiatan belajar, dengan

kata lain peserta didik diposisikan sebagai subyek utama dalam proses

pembelajaran. Menurut Sujarwo (2012: 6) peserta didik sebagai subyek yang

mengalami dan merespons informasi dari pendidik dengan sikap dan aktivitas

belajar. Perlu disadari bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan dan

potensi yang terbaik bagi dirinya, potensi tersebut akan berkembang secara

optimal bila diberi kesempatan. Masing-masing individu memiliki kemampuan

dasar berbeda, sehingga pelayanan dalam pembelajaran hendaknya disesuaikan

dengan kemampuannya. Pola penyeragaman dalam pengelolaan peserta didik

dalam pembelajaran mulai dikurangi, variasi pelayanan mulai dikembangkan, agar

masing-masing potensi dapat berkembang secara optimal. Pada awalnya peserta

didik belum menyadari pentingnya belajar, seiring dengan proses pembelajaran

pembiasaan belajar melalui pemberian kesempatan pengalaman belajar.

Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 4

menyebutkan bahwa “peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada

jalur, jenjang dan pendidikan tertentu”.

Mengacu pada penjelasan Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003

tentang peserta didik, dapat dijabarkan lagi mengenai penyebutan peserta didik

yang memiliki istilah-istilah sendiri sesuai lingkup pembelajaranya yaitu peserta

Pendidikan IPA Page 7

Interaksi Belajar Mengajar

didik untuk jenjang pendidikan dasar (SD) dan pendidikan menengah (SMP dan

SMA) disebut siswa, untuk jenjang pendidikan tinggi (perguruan tinggi) disebut

mahasiswa dan untuk kegiatan pendidikan & pelatihan (diklat) disebut peserta

diklat. Selain itu, masih mengacu pada Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun

2003 tentang peserta didik dapat dijabarkan pula bahwa peserta didik merupakan

individu-individu yang sedang mengembangkan segala potensi diri melalui proses

pembelajaran. Hal ini mengandung arti bahwa pembelajaran merupakan proses

yang secara sederhana peserta didik merupakan individu yang unik yang pada

dasarnya telah memiliki kemampuan yang kemudian dikembangkan melalui

proses pembelajaran sehingga potensi tersebut dapat berkembang.

Secara keseluruhan jelas bahwa peserta didik di dalam mengembangkan

potensinya melalui proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan

peserta didik yang dapat ditempuh melalui jalur, jenjang dan pendidikan tertentu.

Perkembangan peserta didik diselaraskan dengan potensi yang hendak

dikembangkan yang sesuai dengan umur peserta didik.

d. Kurikulum

Sujarwo (2012: 7) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan

seperangkat rencana kegiatan pembelajaran yang berisi tujuan, materi

pembelajaran, pembelajaran (metode/strategi), dan penilaian dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum dipandang sebagai semua pengalaman

belajar yang diberikan pendidik kepada peserta didik selama mengikuti

pendidikan di suatu lembaga pendidikan, atau segala usaha lembaga pendidikan

yang menghasilkan lulusan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Materi pembelajaran di dalam kurikulum diartikan sebagai bahan yang

hendak diajarkan kepada peserta didik, dengan kata lain materi pembelajaran

merupakan bahan ajar yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

harus dipelajari peserta didik sesuai dengan standard kompetensi yang telah

ditetapkan. Secara garis besar materi pembelajaran selaras dengan pendapat

Bloom melalui teori Taksonomi Bloom bahwa kemampuan yang harus dikuasai

dan dimiliki oleh peserta didik terdiri dari kemampuan kognitif (pengetahuan),

afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Materi pembelajaran atau bahan

Pendidikan IPA Page 8

Interaksi Belajar Mengajar

ajar dapat ditinjau dari 2 segi yaitu pendidik dan peserta didik. Materi

pembelajaran dari segi pendidik merupakan bahan yang harus diajarkan oleh

pendidik kepada peserta didik pada proses pembelajaran. Dari segi peserta didik,

materi pembelajaran merupakan bahan yang harus dipelajari dengan tujuan

pencapaian standard kompetensi dan kompetensi yang telah ditetapkan.

Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 menyebutkan

bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu”. Sujarwo (2012: 8) Memperhatikan rumusan kurikulum di atas tersirat

empat hal pokok, yakni (a) isi kurikulum, adalah mata pelajaran yang diberikan

oleh lembaga pendidikan terhadap peserta didik; (b) tujuan kurikulum, yakni agar

anak didik menguasai mata pelajaran tertentu yang kemudian disimbolkan dengan

ijazah. (c) kurikulum aktivitas, kurikulum dipandang secara pentahapan

pengalaman belajar yang dilakukan oleh pendidik, dan (4) kurikulum dipandang

sebagai bentuk penilaian, kurikulum mengatur model, bentuk, dan jenis penilaian

yang dilakukan. Para pendidik bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan

kurikulum, baik secara keseluruhan kurikulum, maupun tugas sebagai penyampai

bidang studi atau mata pelajaran yang telah dirancang dalam kurikulum. Pendidik

harus berusaha agar penyampaian materi pembelajaran dapat berhasil secara

maksimal. Sebagai pengelola kurikulum pendidik bertanggung jawab membuat

perencanaan mengajar baik dalam bentuk perencanaan secara urut maupun dalam

pembuatan model satuan pelajaran. Tugas dan tanggung jawab pendidik dalam

hubungannya dengan kurikulum adalah menjabarkan dan mewujudkan kurikulum

potensial menjadi kegiatan nyata di dalam kelas melalui proses pembelajaran.

Implementasi kurikulum dalam pembelajaran merupakan proses penerapan ide,

konsep, kebijakan sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan

pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Implementasi kurikulum

adalah proses penerapan ide, konsep dan kurikulum potensial dalam pembelajaran

sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi sebagai hasil interaksi

dengan lingkungan.

Pendidikan IPA Page 9

Interaksi Belajar Mengajar

e. Strategi

Strategi dapat diartikan sebagai pokok-pokok yang menjadi acuan untuk

bertindak mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi menjadi komponen

pembelajaran yang memiliki arti suatu rencana kegiatan pembelajaran yang

dirancang dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran. Sujarwo (2012: 7-8)

mengemukakan bahwa strategi merupakan suatu penataan mengenai cara

mengelola, mengorganisasi dan menyampaikan sejumlah materi pembelajaran

untuk dapat mewujudkan tujuan pembelajaran, sedangkan pembelajaran

merupakan pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa sehingga

memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Dalam penyajian

informasi tersebut terjadi interaksi, interelasi dan interdependensi di antara

pendidik, peserta didik dan lingkungan belajar. Strategi pembelajaran dimaknai

sebagai suatu strategi dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran

sehingga sasaran didik dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan yang

diharapkan.  Dick, Carey & Carey (2003: 1) menyebutkan lima komponen umum

dari strategi instruksional sebagai berikut: 1) kegiatan pra instruksional, 2)

penyajian informasi, 3) partisipasi peserta didik, 4) tes, dan 5) tindak lanjut.

Sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu: 1) memberikan motivasi atau

menarik perhatian, 2) menjelaskan tujuan instruksional kepada peserta didik, 3)

mengingatkan kompetensi prasyarat, 4) memberi stimulus (masalah, topik, dan

konsep, 5) memberikan petunjuk belajar, 6) menentukan penampilan peserta

didik, 7) memberi umpan balik, 8) menilai penampilan, 9) menyimpulkan.

Strategi pembelajaran pada dasarnya harus menjadi kemampuan pendidik.

Pendidik harus mampu di dalam merancang dan menerapkan strategi

pembelajaran yang dirasa efektif dan efisien dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Di dalam merancang dan menerapkan strategi pembelajaran

tentunya harus melihat pada aspek kesesuian pembelajaran yang akan

dilaksanakan dengan acuan kurikulum dan keterlibatan peserta didik.

f. Media Pembelajaran

Media merupakan suatu alat, benda atau seperangkat komponen yang dapat

digunakan sebagai sarana dalam menyampaikan informasi, pesan ataupun suatu

Pendidikan IPA Page 10

Interaksi Belajar Mengajar

hal sehingga informasi atau pesan tersebut dapat diterima dengan baik oleh

penerima pesan, yang pada intinya media berperan dalam mempermudah

pekerjaan manusia. Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2011: 4-5) secara implisit

mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan

untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape

recorder, kaset video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto,

gambar, grafik, televisi dan komputer. dengan kata lain, media adalah komponen

sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di

lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Di lain pihak,

National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-

bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya, dengan

demikian, media dapat dimanupulasi, dilihat, didengar atau dibaca.

Sujarwo (2012: 10) mengatakan bahwa media dimaknai sebagai segala

sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang

pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan peserta didik,

sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri peserta didik.

Media pembelajaran meliputi; media cetak dan media elektronik, media cetak

meliputi: gambar, sketsa, kartun, diagram, chart, grafik, poster, sedangkan media

elektronik meliputi: audio seperti: a) radio, tape, b) visualseperti: film, slide, film

strip, film loop, epidioskop OHP, c) audio visual seperti: televisi, film suara. radio

vision, slide suara, tape dan film suara.

g. Evaluasi Pembelajaran

Sujarwo (2012: 10-11) mengatakan bahwa evaluasi berasal dari bahasa

Inggris yang berarti penilaian atau penaksiran, sedangkan menurut pengertian

istilah evaluasi adalah suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan

sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan

tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang

dilakukan secara sistematis, berkelanjutan dan dilakukan secara menyeluruh

dengan tujuan penjaminan, pengendalian dan penetapan kualitas (nilai, makna dan

arti) atas berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria

Pendidikan IPA Page 11

Interaksi Belajar Mengajar

tertentu. Dalam Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar proses dinyatakan

bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas

pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan poses

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil

pembelajaran.

2.2 Proses Pembelajaran yang Melibatkan Interaksi antara Siswa dan Bahan

Ajar

Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan aktifitas dalam

upaya pewujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur

raw input (siswa) yang akan diproses/dibentuk kompetensinya, instrumental

input (terdiri dari tujuan, materi berupa bahan ajar, media dan perangkat evaluasi)

yang berfungsi sebagai perangkat yang akan memproses pembentukan

kompetensi, serta perangkat lingkungan (environmental input), seperti lingkungan

keluarga, sekolah maupun masyarakat, yang turut mempengaruhi keberhasilan

pencapaian kompetensi.

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan

guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Sedangkan  menurut Pannen (1995) Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran

yang disusun secara sisitematis, yang digunakan  guru dan siswa dalam proses

pembelajaran. Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar

yaitu seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak

sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. 

Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan

tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk belajar,

mengantisipasi kesukaran belajar peserta didik sehingga menyediakan bimbingan

bagi peserta didik untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang

banyak, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada peserta

didik secara individual (learner oriented). Biasanya, bahan ajar bersifat mandiri,

artinya dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri karena sistematis dan

lengkap (Panen dan Purwanto, 2004).

Pendidikan IPA Page 12

Interaksi Belajar Mengajar

Bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat, yaitu (1) Fakta, siswa diminta

untuk mengingat suatu obyek, symbol atau pristiwa, (2) Konsep, siswa diminta

untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan cirri khas tertentu,

mengklasifikasikan beberapa contoh sesuatu dengan suatu definisi, (3) Prosedur,

siswa diminta untuk menjelaskan langkah- langkah, prosedur scara urut, atau

memecahakn suatu masalah atau membuat sesuatu, (4) Prinsip, siswa diminta

untuk mengemukakan hubungan antara beberapa konsep atau menerangkan

keadaan ataupun hasil hubungan antara berbagai macam konsep.

Secara lebih rinci, peran bahan ajar bagi guru, dan siswa adalah sebagai

berikut :

a. Peran bahan pembelajaran bagi guru

1) Wawasan bagi guru untuk pemahaman substansi secara komprehensif 

2) Sebagai bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

3) Mempermudah guru dalam mengorganisasikan pembelajaran di kelas

4) Mempermudah guru dalam penentuan metoda pembelajaran yang tepat serta

sesuai kebutuhan siswa

5) Merupakan media pembelajaran 

6) Mempermudah guru dalam merencanakan penilaian pembelajaran.

b. Peran bahan pembelajaran bagi siswa

1) Sebagai pegangan siswa dalam penguasaan materi pelajaran untuk mencapai

kompetensi yang dicanangkan.

2) Sebagai informasi atau pemberi wawasan secara mandiri di luar yang

disampaikan oleh guru di kelas.

3) Sebagai media yang dapat memberikan kesan nyata berkaitan dengan materi

yang harus dikuasai.

4) Sebagai motivator untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi tertentu.

5) Mengukur keberhasilan penguasaan materi pembelajaran secara mandiri.

2.3 Penyebab Interaksi antara Siswa dan Bahan Ajar Kurang Efektif

Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang

bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana

Pendidikan IPA Page 13

Interaksi Belajar Mengajar

proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik,

kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan

prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis

bagi siswa. pembelajaran efektif juga dapat menciptakan suasana pembelajaran

yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa untuk mampu belajar

dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan kebebasan

dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Di dalam

menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif maka perlu

dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran yang diinginkan tercapai yaitu

dengan cara belajar efektif. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu

adanya bimbingan dari guru.

Muara dari berfungsinya manajemen pembelajaran yang baik adalah

pembelajaran efektif. Artinya, dari posisi guru tercipta mengajar efektif, dari

posisi murid tercipta belajar efektif. Menurut Joyce and Weil , “Guru yang

berhasil adalah mengajar murid bagaimana memiliki informasi dalam

pembicaraan dan membuatnya menjadi milik mereka. Sedangkan pelajar efektif

adalah membentuk informasi, gagasan dan kebijaksanaan dari guru mereka dan

menggunakan sumber daya belajar secara efektif”.

Peran utama dalam pengajaran adalah menciptakan model aktivitas

pengajaran kuat dan tangguh. Intinya adalah aktivitas pengajaran sebagai penataan

lingkungan, pengaturan ruang kelas, yang didalamnya para pelajar dapat

berinterkasi dan belajar mengetahui bagaimana caranya belajar. Berkaitan dengan

efektivitas pengajaran, untuk mencapai pembelajaran aktif, satu aspek penting

adalah masalah metode yang digunakan guru dalam menciptakan suasana aktif.

Proses pembelajaran dengan metode ceramah, guru mendominasi pembicaraan

sementara siswa terpaksa atau bahkan dipaksa untuk duduk, mendengar dan

mencatat hal ini sangat tidak dianjurkan. Metode ceramah harus dikurangi bahkan

ditinggalkan.

Banyak sekali hambatan-hambatan untuk menciptakan proses belajar yang

efektif. Salah satu hamabatannya adalah karena tidak efektifnya interaksi antara

bahan ajar dan siswa. Hal tersebut dapat disesbabkan oleh beberapa hal, yaitu:

Pendidikan IPA Page 14

Interaksi Belajar Mengajar

a. Pada diri siswa:

1) tidak tahu tujuan belajar

2) gangguan fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a.2.1 Keadaan jasmani.

Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar

seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif

terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit

akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu

keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha

untuk menjaga kesehatan jasmani. (2) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama

proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat

memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi

dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses

belajar, merupakan pintu  masuk bagi segala informasi yang diterima dan

ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca

indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga.

Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik.

Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan

kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang

bergizi , dan lain sebagainya. (Sholeh ,2008)

3) gangguan psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal

yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat

menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. 

(Syah, 2008)

Pendidikan IPA Page 15

Interaksi Belajar Mengajar

Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar

adalah (1) Kecerdasan /Intelegensi Siswa, (2) Motivasi, (3) Minat, (4) Sikap, (5)

Bakat, (6) Perhatian, (7) Pengamatan, (8) Ingatan, (9) Berfikir, (9) Motif

b. Stimulus tidak jelas

1) struktur terlalu

2) struktur tidak lengkap – tidak detil

3) struktur acak

4) tampilan tidak jelas

c. Ada penghambat atau penghalang antara siswa dan stimulus

suasana yang ramai adalah hambatan tidak efektifnya interaksi antara

siswa dengan bahan ajar. Jika lingkungan ramai, maka konsentrasi dari siswa akan

terpecah dan tidak fokuslagi dengan pelajaran yang disampaikan.

2.4 Cara meningkatkan keefektifan interaksi antara siswa dan bahan ajar

dalam belajar mengajar

Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan

syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita

lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses

pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan

siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih

didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai.

Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu

mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa

sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu

mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar merupakan akibat adanya

interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak

merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih

pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari

pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan

Pendidikan IPA Page 16

Interaksi Belajar Mengajar

pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode

pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran

tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal.

Sumber belajar dan bahan ajar merupakan suatu unsur yang memiliki

peranan penting dalam menentukan proses belajar agar pembelajaran menjadi

efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.  Sebuah kegiatan belajar mengajar

akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuanm instruksional jika

melibatkan komponen proses belajar secara terencana, sebab sumber belajar

sebagai komponen penting dan sangat besar manfaatnya. Secara garis besarnya,

dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat i dua strategi, yaitu: (a) Strategi

penyampaian bahan ajar oleh Guru dan (b) Strategi mempelajari bahan ajar oleh

siswa

a. Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru

Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya: (1) Strategi urutan

penyampaian simultan; (2)Strategi urutan penyampaian suksesif; (3) Strategi

penyampaian fakta; (4) Strategi penyampaian konsep; (5) Strategi penyampaian

materi pembelajaran prinsip; dan (6) Strategi penyampaian prosedur.

1) Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan

materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan

penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak,

baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global);

2) Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi

pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian

suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru

kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam

pula.

3) Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran

termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama

orang, nama lambang atau simbol, dsb.),

Pendidikan IPA Page 17

Interaksi Belajar Mengajar

4) Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi

berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa

paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan,

menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan

konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan

bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk

mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes;

5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi

pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema,

dsb.

6) Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa

dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham

atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-

langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.

b. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa

Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran

berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya,

ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa

mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam

mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi

empat, yaitu : (1) menghafal; (2) menggunakan; (3) menemukan; dan (4) memilih.

1) Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal

verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase).

Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi

pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya

nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama

bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi

pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat

diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang

Pendidikan IPA Page 18

Interaksi Belajar Mengajar

penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD

1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.

2) Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal

atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses

pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan,

menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan

fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan

keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil,

atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk

menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah

untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi

prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap

adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa

berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang

pentingnya bersikap hemat.

3) Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalahmenemukan

cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep,

prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil

tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan

strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan

seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan

pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang

mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau

maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.

4) Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan

dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat

sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah.

Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau

memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.

Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus

dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar

menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis

Pendidikan IPA Page 19

Interaksi Belajar Mengajar

besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : (a) mengidentifikasi aspek-

aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis

materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih

sumber bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu

perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena

setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis

materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan

berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat

dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi

empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987).

Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama

orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda,

dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti

isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma,

teorema.Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu

secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur

asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.Materi pembelajaran aspek afektif

meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan

penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi

rutin, dan rutin.

2) Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis

fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu

jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan,

maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah

Pendidikan IPA Page 20

Interaksi Belajar Mengajar

jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih

jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi

dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga

penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi

pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan

sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan

materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”,

“jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan

prosedur adalah “demonstrasi”.

3) Memilih sumber bahan ajar.Setelah jenias materi ditentukan langkah

berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau

bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran,

majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.

2.5 Bentuk Proses Pembelajaran yang Efektif

Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap

elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan hasil

pembelajaran, membawa kesan, sarana/fasilitas memadai, materi dan metode

affordable, guru profesional. Tinjauan utama efektivitas pembelajaran adalah

outputnya, yaitu kompetensi siswa.

Efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur dan komponen yang

terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan tujuan dan sasaran

yang ditetapkan. Efektivitas pembelajaran dapat dicapai apabila rancangan pada

persiapan, implementasi, dan evaluasi dapat dijalankan sesuai prosedur serta

sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Efektivitas pembelajaran dapat diukur dengan mengadaptasi pengukuran

efektivitas pelatihan yaitu melalui validasi dan evaluasi (Lesli Rae, 2001:3).

Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran harus ditetapkan sejumlah fakta

tertentu, antara lain dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

a) Apakah pembelajaran mencapai tujuannya?

b) Apakah pembelajaran memenuhi kebutuhan siswa dan dunia usaha?

c) Apakah siswa memiliki keterampilan yang diperlukan di dunia kerja?

Pendidikan IPA Page 21

Interaksi Belajar Mengajar

d) Apakah keterampilan tersebut diperoleh siswa sebagai hasil dari pembelajaran?

e) Apakah pelajaran yang diperoleh diterapkan dalam situasi pekerjaan yang

sebenarnya?

f) Apakah pembelajaran menghasilkan lulusan yang mampu berkerja dengan

efektif dan efisien?

Efektivitas pembelajaran merupakan permasalahan yang kompleks dan

multidimensional. Penyelenggaraan program produktif sebagai bagian dari proses

pendidikan dan latihan harus dipandang sebagai suatu kekuatan yang

komprehensif dan utuh. Oleh karena itu, selain melakukan evaluasi intensif

terhadap pelaksanaan pembelajaran produktif, perlu diterapkan konsep Total

Quality Control (TQC) dalam pelaksanaan pembelajaran.

Total Quality Control atau Pengendalian Mutu Terpadu merupakan suatu

sitem yang efektif untuk mengintegrasikan usaha-usaha pengembangan kualitas,

pemeliharaan kuantitas, dan perbaikan kualitas atau mutu dari berbagai kelompok

dalam organisasi, sehingga meningkatkan produktivitas dan pelayanan ke tingkat

yang paling ekonomis yang menimbulkan kepuasan semua pelanggan (Hasibuan,

2000:219). Pengembangan kualitas merupakan tujuan yang ingin dicapai dari

program produktif. Pemeliharaan kuantitas menyangkut jumlah input, output, dan

pemberdayaannya secara seimbang.

Dasar dari konsep TQC adalah mentalitas, kecakapan, manajemen

partisipatif dengan sikap mental yang mengutamakan kualitas dan totalitas kerja.

Mentalitas adalah kesediaan bekerja sungguh-sungguh, jujur, dan bertanggung

jawab dalam mengerjakannya.

Selanjutnya, Hasibuan (2000:218) menyebutkan beberapa mentalitas dasar

TQC yang harus dijadikan parameter dalam mengukur tingkat efektivitas

pelatihan, antara lain sebagai berikut.

a. Adanya kerja sama dan partisipasi total. Tujuannya adalah berorientasi pada

tanggung jawab kelompok, bersedia membuat lebih/berpartisipasi dalam

bidang yang berhubungan, menciptakan kesadaran kelompok, dan saling

menghargai satu sama lain.

Pendidikan IPA Page 22

Interaksi Belajar Mengajar

b. Berorientasi pada mutu. Maksudnya adalah disesuaikan dengan permintaan dan

standarnya adalah tidak ada cacat/kesalahan (zero mistakes) serta ukurannya

adalah biaya yang tidak terlalu banyak dikeluarkan.

c. Hubungan atasan dan bawahan secara harmonis. Maksudnya adalah terjalinnya

hubungan yang baik antara pihak manajemen (pimpinan sekolah dan pimpinan

program keahlian) dengan para guru, saling memotivasi dan memberikan

dukungan dalam setiap penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.

Kesiapan guru dalam penguasaan bidang keilmuan yang menjadi

kewenangannya, merupakan modal dasar bagi terlaksananya pembelajaran yang

efektif. Guru yang profesional dituntut untuk memiliki persiapan dan penguasaan

yang cukup memadai, baik dalam bidang keilmuan maupun dalam merancang

program pembelajaran yang disajikan. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran

menggambarkan dinamika kegiatan belajar siswa yang dipandu dan dibuat

dinamis oleh guru. Untuk itu, guru semestinya memiliki pengetahuan,

kemampuan, dan keterampilan dalam mengaplikasikan metodologi dan

pendekatan pembelajaran secara tepat. Kompetensi profesional dari guru perlu

dikombinasikan dengan kemampuan dalam memahami dinamika perilaku dan

perkembangan yang dijalani oleh para siswa.

Beberapa aspek yang menjadi orientasi ke arah pencapaian efektivitas

pembelajaran dalam perspektif guru dipaparkan oleh Djam’an Satori, et al.

(2003:44-52) sebagai berikut.

a. Apresiasi Guru Terhadap Pengembangan Kurikulum dan Implikasinya. Guru

dituntut mempunyai kemampuan dalam pengembangan kurikulum secara

dinamik sesuai dengan potensi sekolah dengan berdasarkan pada prinsip-

prinsip di bawah ini. (a) Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika.

(b) Kesamaan memperoleh kesempatan bagi semua siswa.(c) Kesiapan

menghadapi abad pengetahuan dan tantangan teknologi informasi. (d)

Pengembangan keterampilan hidup. (e) Berpusat pada anak sebagai

pembangun pengetahuan. (f) Penilaian berkelanjutan dan komprehensif.

b. Kreativitas Guru dalam Aplikasi Teknologi Pembelajaran. Guru dituntut

mempunyai pemahaman konsep teoretis dan praktis berkenaan dengan desain,

Pendidikan IPA Page 23

Interaksi Belajar Mengajar

pengembangan, pemakaian, manajemen, dan evaluasi pembelajaran serta

pengelolaan sumber belajar. Pembelajaran yang memiliki efektivitas tinggi

ditunjukkan oleh sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik.

Pembelajaran bukan sekadar transformasi dan mengingat, juga bukan sekadar

penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, akan

tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga

tertanam dalam jiwa anak dan berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta

dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. Bahkan

pembelajaran lebih menekankan pada peserta didik agar mau belajar

bagaimana cara belajar yang produktif.

Selain faktor guru, keberhasilan proses pembelajaran banyak bertumpu pada

sikap dan cara belajar siswa, baik perorangan maupun kelompok. Selain itu,

tersedianya sumber belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran secara

tepat merupakan faktor pendorong dan pemelihara kegiatan belajar siswa yang

produktif, efektif, dan efisien. Memelihara suasana pembelajaran yang dinamis

dan menyenangkan merupakan kondisi esensial dalam proses pembelajaran.

Dalam hal ini, perlu ditanamkan persepsi positif pada setiap diri siswa, bahwa

kegiatan pembelajaran merupakan peluang bagi mereka untuk menggali potensi

diri sehingga mampu menguasai kompetensi yang diperlukan untuk kehidupannya

kelak.

Dilihat dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan

aksesbilitas dunia usaha/industri, sekurang-kurangnya ada tiga dimensi pokok

yang menjadi tantangan bagi SMK dalam penyelenggaraan pembelajaran yang

efektif. Demnsi-dimensi tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Implementasi program pendidikan dan pelatihan harus berfokus pada

pendayagunaan potensi sumber daya di sekolah, sambil mengoptimalkan

kerjasama secara intensif dengan institusi pasangan (misalnya: dunia usaha,

industri, asosiasi profesi, balai pelatihan industri, balai pelatihan tenaga kerja

dan lain sebagainya).

b. Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel

sesuai dengan tren perkembangan dan kemajuan teknologi agar kompetensi

Pendidikan IPA Page 24

Interaksi Belajar Mengajar

yang diperoleh peserta didik selama dan sesudah mengikuti program

pendidikan dan pelatihan, memiliki daya adaptasi yang tinggi.

c. Program pendidikan dan pelatihan sepenuhnya harus berorientasi mastery

learning(belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif-partisipatif

para stakeholders pendidikan.

Efektivitas pada lembaga pendidikan, dalam hal ini SMK, dapat dinilai

dengan melihat ketepatan kebijakan yang ditetapkan sekolah dan kesesuaiannya

dengan standar yang ditetapkan departemen/dinas terkait serta kesesuaiannya

dengan kondisi dan kebutuhan riil di lapangan. Kebijakan tersebut menyangkut

penetapan visi, misi, tujuan, dan strategi yang dikembangkan. Selain itu, faktor

sosialisasi kebijakan, pemahaman seluruh anggota organisasi, serta penciptaan

iklim kerja yang kondusif juga perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut

merupakan elemen konteks dalam penilaian efektivitas. Dalam konteks

pembelajaran, tujuan merupakan patokan dan arah yang harus dijadikan pedoman

dalam mengendalikan proses pembelajaran.

Selain konteks, efektivitas juga dinilai dengan melihat input pembelajaran

pada lembaga pendidikan yang mencakup siswa, guru, kurikulum, metode, dan

fasilitas. Selanjutnya, inputtersebut dilihat daya fungsinya dalam proses

pembelajaran. Proses pembelajaran harus berlangsung dengan baik, sesuai

pendekatan, pola, dan prosedur yang relevan. Selain itu, kepuasan dari subjek

yang terlibat merupakan hal penting dalam menilai efektivitas, sebab subjek inilah

(siswa dan guru) yang merupakan pelaku utama dari proses pembelajaran.

Daya fungsi dari input dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan

hasil dari pembelajaran. Hasil yang diharapkan dalam hal ini adalah meningkatnya

kompetensi siswa. Keberhasilan pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi

siswa merupakan dimensi utama dalam menilai efektivitas pembelajaran. Tingkat

keberhasilan pembelajaran ini dilihat dari berbagai sudut pandang baik dari sisi

siswa sebagai subjek, persepsi guru, dan kepuasan dunia usaha/industri sebagai

pengguna hasil/lulusan.

Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang

diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengetahui bagaimana

Pendidikan IPA Page 25

Interaksi Belajar Mengajar

memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat penting

untuk mengetahui cirri-cirinya. Adapun Pembelajaran yang efektif dapat diketahui

dengan cirri:

a. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental ditunjukkan

dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir

kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta

dan lain-lain.

b. Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas

menjadi hidup.

c. Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi

seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.

d. Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang

saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi

kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang

lain.

e. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.

f. Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari

sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada

pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada

diri orang lain.

g. Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari

faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, jika

diperlukan

Selain itu Ciri-ciri pengajaran Efektif juga dapat diketahui dengan:

a. Berpusat pada siswa

b. Interaksi eduktaif, Guru-Siswa

c. Suasana demokratis

d. Metode yang bervariasi

e. Bahan belajar bermanfaat

f. Lingkungan kondusif

g. Suasana belajar menunjang

Pendidikan IPA Page 26

Interaksi Belajar Mengajar

Selain mengetahui karakteristik belajar yang efektif perlu diketahui juga

bagaimana Karakteristik Guru Efektif, hal ini berguna untuk mengetahui keahlian

dan keprofesionalan seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran yang

efektif. Adapun karakteristknya yaitu:

a. Memiliki minat terhadap mata pelajaran

b. Memiliki kecakapan untuk menafsirkan suasana/iklim psikologis siswa

c. Menumbuhkan semangat belajar

d. Memiliki imajinasi dalam menjelaskan

e. Menguasai metode/strategi pembelajaran

f. Memiliki sikap terbuka terhadap siswa

g. Kondisi Efektif

Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi yang

strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses

pembelajaran tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik, hendaknya guru

memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal merupakan kondisi yang ada

pada diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya,

dan sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi

manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta keadaan lingkungan

fisik yang lain.

Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik

dan teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat

mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan tidak

mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau

lengkap. Keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas memang tidak semata

tergantung guru, tetapi melibatkan banyak faktor, diantaranya keaktifan siswa,

tersedianya fasilitas belajar, kenyamanan dan keamanan ruangan kelas dan

beberapa faktor lainnya, kendati memang keberadaan guru merupakan faktor

penentu dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif.

Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu

dilakukan langkah-langkah berikut ini:

Pendidikan IPA Page 27

Interaksi Belajar Mengajar

a. Melibatkan Siswa Secara Aktif

Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau

belajar. Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan

pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal,

antara lain :

(1) Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksprimen dsb.

2) Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab, dsb.

3) Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru,

mendengarkan pengarahan guru dsb.

4) Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di tempat praktek.

5) Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat surat, membuat karya tulis

dsb.

Setiap jenis aktivitas memiliki kadar atau bobot yang berbeda, tergantung

pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Yang

jelas, aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak

melibatkan siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Berikut ini cara

meningkatkan keterlibatan siswa :

1) Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara

menggunakan berbagai teknik mengajar.

2) Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

3) Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu guru harus

mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran.

b. Menarik Minat dan Perhatian Siswa.

Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian

siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri

seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan

minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa

minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam

Pendidikan IPA Page 28

Interaksi Belajar Mengajar

pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa.

Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa

merupakan pembelajaran yang diminati.

c. Membangkitkan Motivasi Siswa

Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi

perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.

Tugas guru adalah bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau

belajar. Berikut ini beberapa cara bagaimana membangkitkan motivasi siswa :

1)  Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan

prestasi belajarnya.

2) Pada awal kegiatan pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu

menyampaikan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai dalam

pembelajaran tersebut, sehingga siswa terpancing untuk ikut serta didalam

mencapai tujuan tersebut.

3) Guru berusaha mendorong siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

4) Guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih

sukses dengan usahanya sendiri.

5) Guru selalu berusaha menarik minat belajar siswa.

6) Sering-seringlah memberikan tugas dan memberikan nilai seobyektif mungkin.

d.Memberikan pelayanan individu Siswa

Salah satu masalah utama dalam pendekatan pembelajaran adalah

kurangnya pemahaman guru tentang perbedaan individu antar siswa. Guru sering

kurang menyadari bahwa tidak semua siswa dalam suatu kelas dapat menyerap

pelajaran dengan baik. Kemampuan indiviadual mereka dalam menerima

pelajaran berbeda-beda. Disinilah sebenarnya perlunya keterampilan guru di

dalam memberikan variasi pembelajaran agar dapat diserap oleh semua siswa

dalam berbagai tingkatan kemampuan, dan disini pulalah perlu adanya pelayanan

individu siswa.

Pendidikan IPA Page 29

Interaksi Belajar Mengajar

Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan

kepada siswa secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan kepada

sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau

pembelajaran privat, belakangan ini memang cukup marak dilakukan melalui les-

les privat dan atau melalui lembagalembaga pendidikan yang memang khusus

memberikan pelayanan yang bersifat individual. Dalam sistem pembelajaran

tuntas, pelayanan individu merupakan kegiatan yang mesti dilakukan. Setiap sub

materi pelajaran yang disajikan harus dapat dimengerti oleh semua siswa, tanpa

terkecuali. Oleh karena itu dalam pembelajaran tuntas, materi pelajaran tidak

boleh diteruskan sebelum materi yang sedang diajarkan dapat diserap oleh seluruh

siswa.

e . Menyiapkan dan Menggunakan Berbagai Media Dalam Pembelajaran

Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru

ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan

kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Sebab,

pembelajaran yang mengggunakan banyak verbalisme tentu akan membosankan.

Sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik, bila siswa merasa senang dan

gembira setiap menerima pelajaran dari gurunya.

Pembelajaran yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau

pengalaman kongkret yang dibantu dengan sejumlah alat peraga dengan

memperhatikan dari segi nilai dan manfaat alat peraga tersebut dalam membantu

menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Di dalam menyiapkan dan

menggunakan media atau alat peraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

sebagai berikut :

1) Alat peraga yang digunakan hendaknya dapat memperbesar perhatian siswa

terhadap materi pelajaran yang diasjikan.

2) Alat peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan dan pengalaman

siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.

3) Alat yang dipilih hendaknya tepat, memadai dan mudah digunakan.

Pendidikan IPA Page 30

Interaksi Belajar Mengajar

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi

atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama

bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar

mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik,

namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan

pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat

memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan

mereka.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan

suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus

mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu

untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus

adanya factor factor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru

dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik

antara guru dan peserta didik.

Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan

sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan

menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga

tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal.

Ada tujuh komponen dalam pembelajaran di mana satu dengan yang lain

saling terintegrasi, yaitu (1)Tujuan pendidikan dan pengajaran, (2) Peserta didik

atau siswa, (3) Tenaga pendidikan khususnya guru, (4) Perencanaan pengajaran

sebagai segmen kurikulum, (5) Strategi pembelajaran (6) Media pengajaran(7)

Evaluasi pengajaran. Komponen pembelajaran memiliki fungsi atau peran yang

berbeda, tetapi dengan perpaduan antar komponen tersebut dapat membuat proses

Pendidikan IPA Page 31

Interaksi Belajar Mengajar

pembelajaran menjadi lebih sistematis dan berbasil. Misalnya, komponen guru

harus dapat berinteraksi dengan komponen siswa. 

3.2 Saran

Ketujuh komponen dalam pembelajaran yang menyangkut 1)Tujuan

pendidikan dan pengajaran, (2) Peserta didik atau siswa, (3) Tenaga pendidikan

khususnya guru, (4) Perencanaan pengajaran sebagai segmen kurikulum, (5)

Strategi pembelajaran (6) Media pengajaran(7) Evaluasi pengajaran, diharapkan

dapat lain saling berinteraksi satu sama lain agar tercipta pembelajaran yang

efektif.

Pendidikan IPA Page 32

Interaksi Belajar Mengajar

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Dick, W., Carey, L., & Carey, J.O. 2003. The Systemic Design of Instruction. New York : Harper Collins Publisher Inc.

Gagne, R. (1987). Instructional Technology Foundations. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Assoc.

Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Bumi Aksara. 

Hermawan, A.H dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Peraturan Menteri No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses

Rae, Leslie. 2001. Develop Your Training Skills. USA: Kogan Page Publishers

Reigeluth, C.M. 1987. Instructional Theories in Action: Lesson.s Illustrating Selected Theories and Models. Hillsdale, N.J: Erlbaum Associates.

Satori, Djam’an, et. Al. 2008.Profesi Keguruan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sholeh, Abdil Rahman. 2008. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta:Recana.

Sujarwo. 2012. Model-model Pembelajaran: suatu strategi mengajar. Yogyakarta.

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan IPA Page 33