Paper
-
Upload
silfiananda -
Category
Documents
-
view
13 -
download
1
Transcript of Paper
Interaksi Belajar Mengajar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama
bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak
merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih
pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari
pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan
pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode
pembelajaran dengan tepat.
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan
peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam
lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar
terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan berfungsi membantu peserta
didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi,
kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya
maupun lingkungannya.
Apabila dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka interaksi belajar
mengajar adalah suatu hal yang saling melakukan aksi di dalam proses belajar
mengajar yang di dalamnya ada suatu hubungan antara murid dan guru untuk
mencapai suatu tujuan. Tujuan dari interaksi tersebut adalah suatu hal yang sudah
disadari serta disepakati sebagai milik bersama dan berusaha dengan semaksimal
mungkin untuk mencapai tujuan itu.
Belajar serta mengajar adalah dua konsep yang tidak bisa dipisahkan
dalam kegiatan pengajaran. Belajar cenderung kepada apa yang dilakukan oleh
siswa sedangkan mengajar cenderung kepada apa yang dilakukan oleh guru
sebagai pemimpin dalam belajar. Dua kegiatan itu menjadi terpadu dalam satu
Pendidikan IPA Page 1
Interaksi Belajar Mengajar
kegiatan ketika terjadi hubungan timbal balik atau interaksi antara guru dengan
siswa pada saat pengajaran berlangsung.
Di pendidikan, interaksi belajar mengajar mempunyai sifat edukatif
dengan maksud bahwa interaksi itu terjadi dalam rangka untuk mencapai tujuan
pribadi untuk mengembangkan potensi pendidikan. Interaksi bertujuan untuk
membantu pribadi anak mengembangkan potensi diri sepenuhnya sesuai dengan
cita-citanya dan hidupnya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri serta masyarakat
dan negara. Di dalam interaksi tersebut harus ada perubahan tingkah laku dari
murid sebagai hasil dari belajar. Interaksi belajar mengajar merupakan kegiatan
timbal balik antara guru dengan murid.
Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada
interaksi.Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang serasi bagi peserta didik yang dapat
menghantarkan peserta didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru sebagai
pendidik berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan
menyenangkan bagi peserta didik.Guru sebagai pendidik tidak mendominasi
kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan
motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan
kreativitasnya, melalui interaksi belajar mengajar.
Sumber belajar dan bahan ajar merupakan suatu unsur yang memiliki
peranan penting dalam menentukan proses belajar agar pembelajaran menjadi
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan. Sebuah kegiatan belajar mengajar
akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuanm instruksional jika
melibatkan komponen proses belajar secara terencana, sebab sumber belajar
sebagai komponen penting dan sangat besar manfaatnya
Oleh karena itu untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini,
guru harus memahami apa yang ada di dalam interaksi belajar mengajar, baik dari
tujuan, faktor, unsur dan pola interaksi belajar mengajar. Dengan demikian,
diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan
baik dipihak guru maupun dipihak siswa.
Ciri lain dari pembelajaran adalah yang berhubungan dengan komponen-
komponen pembelajaran. Di dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen,
Pendidikan IPA Page 2
Interaksi Belajar Mengajar
yaitu: tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik, dan
adanya pendidik.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa sajakah komponen-komponen dalam pembelajaran?
b. Bagaimana proses Pembelajaran yang melibatkan Interaksi antara siswa dan
bahan ajar ?
c. Apa penyebab Interaksi antara siswa dan bahan ajar kurang efektif?
d. Bagaimana cara meningkatkan keefektifan interaksi antara siswa dan bahan
ajar dalam belajar mengajar?
e. Bagaimana bentuk proses pembelajaran yang efektif?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum Penulisan
Menjelaskan kepada pembaca tentang interaksi belajar mengajar yang efektif
pembelajaran kegiatan belajar mengajar.
b. Tujuan Khusus Penulisan
1) Menjelaskan kepada pembaca tentang komponen-komponen dalam
pembelajaran
2) Menjelaskan kepada pembaca tentang proses Pembelajaran yang melibatkan
Interaksi antara siswa dan bahan ajar
3) Menjelaskan kepada pembaca tentang penyebab Interaksi antara siswa dan
bahan ajar kurang efektif
4) Menjelaskan kepada pembaca tentang cara meningkatkan keefektifan interaksi
antara siswa dan bahan ajar dalam belajar mengajar
5) Menjelaskan kepada pembaca tentang bentuk proses pembelajaran yang
efektif.
Pendidikan IPA Page 3
Interaksi Belajar Mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 komponen-komponen dalam pembelajaran
pembelajaran merupakan bentuk interaksi antara pendidik dengan peserta
didik. Dalam perkembangannya, pembelajaran bukan hanya bentuk interaksi
pendidik dan peserta didik saja, namun juga dengan sumber-sumber belajar. Hal
ini dapat diartikan bahwa pembelajaran merupakan sebuah sistem yang saling
terkait satu dengan yang lainnya. Pembelajaran sebagai sebuah sistem terdiri dari
komponen-komponen yang saling berinteraksi,berinterelasi, dan
berinterdependensi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen tersebut antara lain (1) tujuan, (2)
pendidik, (3) peserta didik, (4) kurikulum, (5) strategi, (5) media, (6) evaluasi.
a. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya mengacu tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran memiliki peran penting dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan
tujuan pembelajaran digunakan sebagai konsep dan pola pembelajaran yang akan
dilakukan. Menurut Hermawan (2008: 9.4) Tujuan pembelajaran merupakan
rumusan perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa
sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan. Hermawan (2008:
1.17) Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas terhadap pemilihan
materi / bahan ajar, strategi, media, dan evaluasi.
Tujuan pembelajaran tidak terlepas dari tuntutan zaman dan kebutuhan. Hal
ini dikarenakan bahwa pembelajaran dirancang sedemikian rupa guna memenuhi
kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Selain itu, tujuan pembelajaran
disusun mengacu pada falsafah dan ideologi suatu bangsa. Hal ini memiliki
makna bahwa pembelajaran merupakan subsistem dari pendidikan secara umum
yang mengemban beberapa aspek yang meliputi poltik, budaya, ekonomi dan juga
kekuatan-kekuatan sosial.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Bloom pada teorinya yaitu Taknonomi
Bloom yang menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran memiliki 3 aspek. Aspek-
Pendidikan IPA Page 4
Interaksi Belajar Mengajar
aspek tersebut meliputi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor
(keterampilan). Ketiga aspek tersebut dijadikan sebagai standard kemampuan
yang harus dicapai di dalam pembelajaran dengan kata lain bahwa ketiga aspek
tersebut merupakan indikator kualitas pencapaian hasil belajar peserta didik.
Sujarwo (2012: 5) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran ada dua
jenis, yaitu: 1) tujuan pembelajaran umum, dan 2) tujuan pembelajaran khusus.
Tujuan pembelajaran umum harus mempertimbangkan relevansi tujuan dengan
tujuan yang lebih tinggi. Dalam merumuskan tujuan instruksional umum relevansi
tujuan kurikuler mata pelajaran yang bersangkutan termasuk pengembangannya
dan bidang pekerjaan yang akan dihadapi menjadi rumusan yang sangat penting.
Tujuan pembelajaran khusus dalam perumusannya dilakukan melalui langkah: 1)
melakukan analisis instruksional, 2) mengidentifikasi perilaku awal peserta didik,
3) merumuskan standar kompetensi, 4) kompetensi dasar, 5) tujuan pembelajaran,
6) materi pokok, pengalaman belajar, 7) langkah-langkah pembelajaran, 8) media
dan sumber belajar, 9) penilaian. Secara operasional ada empat faktor yang
digunakan untuk menentukan tujuan pembelajaran, yaitu :
1) attention, 2) behavior 3) confidance dan 4) degree. Seorang pendidik dituntut
untuk dapat mencapai tujuan ke dalam empat aspek tersebut yang telah
dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus setelah proses pembelajaran.
b. Pendidik
Pendidik menjadi komponen pembelajaran berikutnya yang menempati
posisi dalam menciptakan kegiatan belajar-mengajar baik di kelas maupun di luar
kelas. Pendidik di dalam perkembangannya bukan lagi berperan sebagai sumber
dari segala sumber belajar namun lebih berperan sebagai fasilitator yang
memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan belajar peserta didik. Hal ini dijelaskan secara
lebih mendalam oleh Hermawan, dkk (2008: 9.4) yang menyatakan bahwa
pendidik menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar
yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai
tujuan secara optimal. Pendidik harus mampu menempatkan dirinya sebagai
diseminator, informator, transmitter, transformator, organizer, fasilitator,
Pendidikan IPA Page 5
Interaksi Belajar Mengajar
motivator, dan evaluator bagi terciptanya proses pembelajaran siswa yang dinamis
dan inovatif.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1
butir 6, Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
istilah lainnya yang sesuai dengan kekhususannya yang juga berperan dalam
pendidikan. Mengacu pada UU sisdiknas dapat diartikan bahwa pendidik
merupakan tenaga kependidikan yang memiliki kualifikasi tertentu sebagai
seorang figur yang tentunya harus mampu menetapkan dan menerapkan strategi-
strategi demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Sujarwo (2012: 6-7) menyebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada jenjang pendidikan tinggi. Pendidik adalah suatu pekerjaan yang bersifat
profesional, dalam arti suatu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh individu
yang secara khusus telah dipersiapkan. Sebagai tenaga profesional seorang
pendidik mempunyai tugas dan peranan yang sangat kompleks, tidak terbatas pada
saat berlangsungnya interaksi pembelajaran di dalam kelas, namun juga bertugas
sebagai administrator, fasilitator, motivator, evaluator dan konselor. Menurut
Glasser ada empat hal yang harus dikuasai seorang pendidik, yaitu: a) menguasai
bahan pelajaran, b) kemampuan mendiagnosis tingkah laku peserta didik, c)
kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, d) kemampuan menyimpulkan
hasil belajar. A teacher is a person who help others learn (seorang pendidik adalah
seorang yang membantu belajar orang lain) kehadiran seorang pendidik dalam
proses pembelajaran merupakan peran yang sangat penting dan tidak dapat
digantikan oleh mesin, radio atau tape recorder,media, bahkan komputer yang
paling canggihpun, karena dalam proses pembelajaran melibatkan unsur-unsur
manusiawi seperti; sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, emosi, kebiasaan dan
lain-lain yang kesemuanya merupakan sumber daya dan potensi pembelajaran.
Tugas pokok seorang pendidik dalam proses pembelajaran, meliputi: a) menyusun
program pembelajaran atau praktik, b) menyajikan program pembelajaran atau
Pendidikan IPA Page 6
Interaksi Belajar Mengajar
praktik, c) melaksanakan evaluasi belajar atau praktik, d) melaksanakan analisis
hasil evaluasi belajar atau praktik, e) menyusun dan melaksanakan program
perbaikan dan pengayaan, f) menyusun dan melaksnakan program bimbingan dan
penyuluhan di kelas yang menjadi tanggungjawabnya, g) membimbing peserta
didik dalam kegiatan kurikulum, h) membimbing pendidik dalam kegiatan proses
pembelajaran atau praktik perorangan, i) melaksanakan bimbingan karier peserta
didik, j) mengikuti kegiatan ujian. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, seorang
pendidik dipersyaratan memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
professional dan kompetensi sosial.
c. Peserta Didik
Komponen pembelajaran selanjutnya yaitu peserta didik. Peserta didik
dapat diartikan sebagai orang yang berperan di dalam kegiatan belajar, dengan
kata lain peserta didik diposisikan sebagai subyek utama dalam proses
pembelajaran. Menurut Sujarwo (2012: 6) peserta didik sebagai subyek yang
mengalami dan merespons informasi dari pendidik dengan sikap dan aktivitas
belajar. Perlu disadari bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan dan
potensi yang terbaik bagi dirinya, potensi tersebut akan berkembang secara
optimal bila diberi kesempatan. Masing-masing individu memiliki kemampuan
dasar berbeda, sehingga pelayanan dalam pembelajaran hendaknya disesuaikan
dengan kemampuannya. Pola penyeragaman dalam pengelolaan peserta didik
dalam pembelajaran mulai dikurangi, variasi pelayanan mulai dikembangkan, agar
masing-masing potensi dapat berkembang secara optimal. Pada awalnya peserta
didik belum menyadari pentingnya belajar, seiring dengan proses pembelajaran
pembiasaan belajar melalui pemberian kesempatan pengalaman belajar.
Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 4
menyebutkan bahwa “peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan pendidikan tertentu”.
Mengacu pada penjelasan Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003
tentang peserta didik, dapat dijabarkan lagi mengenai penyebutan peserta didik
yang memiliki istilah-istilah sendiri sesuai lingkup pembelajaranya yaitu peserta
Pendidikan IPA Page 7
Interaksi Belajar Mengajar
didik untuk jenjang pendidikan dasar (SD) dan pendidikan menengah (SMP dan
SMA) disebut siswa, untuk jenjang pendidikan tinggi (perguruan tinggi) disebut
mahasiswa dan untuk kegiatan pendidikan & pelatihan (diklat) disebut peserta
diklat. Selain itu, masih mengacu pada Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun
2003 tentang peserta didik dapat dijabarkan pula bahwa peserta didik merupakan
individu-individu yang sedang mengembangkan segala potensi diri melalui proses
pembelajaran. Hal ini mengandung arti bahwa pembelajaran merupakan proses
yang secara sederhana peserta didik merupakan individu yang unik yang pada
dasarnya telah memiliki kemampuan yang kemudian dikembangkan melalui
proses pembelajaran sehingga potensi tersebut dapat berkembang.
Secara keseluruhan jelas bahwa peserta didik di dalam mengembangkan
potensinya melalui proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan
peserta didik yang dapat ditempuh melalui jalur, jenjang dan pendidikan tertentu.
Perkembangan peserta didik diselaraskan dengan potensi yang hendak
dikembangkan yang sesuai dengan umur peserta didik.
d. Kurikulum
Sujarwo (2012: 7) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan
seperangkat rencana kegiatan pembelajaran yang berisi tujuan, materi
pembelajaran, pembelajaran (metode/strategi), dan penilaian dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum dipandang sebagai semua pengalaman
belajar yang diberikan pendidik kepada peserta didik selama mengikuti
pendidikan di suatu lembaga pendidikan, atau segala usaha lembaga pendidikan
yang menghasilkan lulusan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Materi pembelajaran di dalam kurikulum diartikan sebagai bahan yang
hendak diajarkan kepada peserta didik, dengan kata lain materi pembelajaran
merupakan bahan ajar yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
harus dipelajari peserta didik sesuai dengan standard kompetensi yang telah
ditetapkan. Secara garis besar materi pembelajaran selaras dengan pendapat
Bloom melalui teori Taksonomi Bloom bahwa kemampuan yang harus dikuasai
dan dimiliki oleh peserta didik terdiri dari kemampuan kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Materi pembelajaran atau bahan
Pendidikan IPA Page 8
Interaksi Belajar Mengajar
ajar dapat ditinjau dari 2 segi yaitu pendidik dan peserta didik. Materi
pembelajaran dari segi pendidik merupakan bahan yang harus diajarkan oleh
pendidik kepada peserta didik pada proses pembelajaran. Dari segi peserta didik,
materi pembelajaran merupakan bahan yang harus dipelajari dengan tujuan
pencapaian standard kompetensi dan kompetensi yang telah ditetapkan.
Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 menyebutkan
bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. Sujarwo (2012: 8) Memperhatikan rumusan kurikulum di atas tersirat
empat hal pokok, yakni (a) isi kurikulum, adalah mata pelajaran yang diberikan
oleh lembaga pendidikan terhadap peserta didik; (b) tujuan kurikulum, yakni agar
anak didik menguasai mata pelajaran tertentu yang kemudian disimbolkan dengan
ijazah. (c) kurikulum aktivitas, kurikulum dipandang secara pentahapan
pengalaman belajar yang dilakukan oleh pendidik, dan (4) kurikulum dipandang
sebagai bentuk penilaian, kurikulum mengatur model, bentuk, dan jenis penilaian
yang dilakukan. Para pendidik bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan
kurikulum, baik secara keseluruhan kurikulum, maupun tugas sebagai penyampai
bidang studi atau mata pelajaran yang telah dirancang dalam kurikulum. Pendidik
harus berusaha agar penyampaian materi pembelajaran dapat berhasil secara
maksimal. Sebagai pengelola kurikulum pendidik bertanggung jawab membuat
perencanaan mengajar baik dalam bentuk perencanaan secara urut maupun dalam
pembuatan model satuan pelajaran. Tugas dan tanggung jawab pendidik dalam
hubungannya dengan kurikulum adalah menjabarkan dan mewujudkan kurikulum
potensial menjadi kegiatan nyata di dalam kelas melalui proses pembelajaran.
Implementasi kurikulum dalam pembelajaran merupakan proses penerapan ide,
konsep, kebijakan sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Implementasi kurikulum
adalah proses penerapan ide, konsep dan kurikulum potensial dalam pembelajaran
sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan.
Pendidikan IPA Page 9
Interaksi Belajar Mengajar
e. Strategi
Strategi dapat diartikan sebagai pokok-pokok yang menjadi acuan untuk
bertindak mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi menjadi komponen
pembelajaran yang memiliki arti suatu rencana kegiatan pembelajaran yang
dirancang dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran. Sujarwo (2012: 7-8)
mengemukakan bahwa strategi merupakan suatu penataan mengenai cara
mengelola, mengorganisasi dan menyampaikan sejumlah materi pembelajaran
untuk dapat mewujudkan tujuan pembelajaran, sedangkan pembelajaran
merupakan pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Dalam penyajian
informasi tersebut terjadi interaksi, interelasi dan interdependensi di antara
pendidik, peserta didik dan lingkungan belajar. Strategi pembelajaran dimaknai
sebagai suatu strategi dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran
sehingga sasaran didik dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan yang
diharapkan. Dick, Carey & Carey (2003: 1) menyebutkan lima komponen umum
dari strategi instruksional sebagai berikut: 1) kegiatan pra instruksional, 2)
penyajian informasi, 3) partisipasi peserta didik, 4) tes, dan 5) tindak lanjut.
Sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu: 1) memberikan motivasi atau
menarik perhatian, 2) menjelaskan tujuan instruksional kepada peserta didik, 3)
mengingatkan kompetensi prasyarat, 4) memberi stimulus (masalah, topik, dan
konsep, 5) memberikan petunjuk belajar, 6) menentukan penampilan peserta
didik, 7) memberi umpan balik, 8) menilai penampilan, 9) menyimpulkan.
Strategi pembelajaran pada dasarnya harus menjadi kemampuan pendidik.
Pendidik harus mampu di dalam merancang dan menerapkan strategi
pembelajaran yang dirasa efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Di dalam merancang dan menerapkan strategi pembelajaran
tentunya harus melihat pada aspek kesesuian pembelajaran yang akan
dilaksanakan dengan acuan kurikulum dan keterlibatan peserta didik.
f. Media Pembelajaran
Media merupakan suatu alat, benda atau seperangkat komponen yang dapat
digunakan sebagai sarana dalam menyampaikan informasi, pesan ataupun suatu
Pendidikan IPA Page 10
Interaksi Belajar Mengajar
hal sehingga informasi atau pesan tersebut dapat diterima dengan baik oleh
penerima pesan, yang pada intinya media berperan dalam mempermudah
pekerjaan manusia. Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2011: 4-5) secara implisit
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape
recorder, kaset video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto,
gambar, grafik, televisi dan komputer. dengan kata lain, media adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Di lain pihak,
National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-
bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya, dengan
demikian, media dapat dimanupulasi, dilihat, didengar atau dibaca.
Sujarwo (2012: 10) mengatakan bahwa media dimaknai sebagai segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang
pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan peserta didik,
sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri peserta didik.
Media pembelajaran meliputi; media cetak dan media elektronik, media cetak
meliputi: gambar, sketsa, kartun, diagram, chart, grafik, poster, sedangkan media
elektronik meliputi: audio seperti: a) radio, tape, b) visualseperti: film, slide, film
strip, film loop, epidioskop OHP, c) audio visual seperti: televisi, film suara. radio
vision, slide suara, tape dan film suara.
g. Evaluasi Pembelajaran
Sujarwo (2012: 10-11) mengatakan bahwa evaluasi berasal dari bahasa
Inggris yang berarti penilaian atau penaksiran, sedangkan menurut pengertian
istilah evaluasi adalah suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang
dilakukan secara sistematis, berkelanjutan dan dilakukan secara menyeluruh
dengan tujuan penjaminan, pengendalian dan penetapan kualitas (nilai, makna dan
arti) atas berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria
Pendidikan IPA Page 11
Interaksi Belajar Mengajar
tertentu. Dalam Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar proses dinyatakan
bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas
pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan poses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran.
2.2 Proses Pembelajaran yang Melibatkan Interaksi antara Siswa dan Bahan
Ajar
Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan aktifitas dalam
upaya pewujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur
raw input (siswa) yang akan diproses/dibentuk kompetensinya, instrumental
input (terdiri dari tujuan, materi berupa bahan ajar, media dan perangkat evaluasi)
yang berfungsi sebagai perangkat yang akan memproses pembentukan
kompetensi, serta perangkat lingkungan (environmental input), seperti lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat, yang turut mempengaruhi keberhasilan
pencapaian kompetensi.
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan
guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Sedangkan menurut Pannen (1995) Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran
yang disusun secara sisitematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
yaitu seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak
sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan
tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk belajar,
mengantisipasi kesukaran belajar peserta didik sehingga menyediakan bimbingan
bagi peserta didik untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang
banyak, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada peserta
didik secara individual (learner oriented). Biasanya, bahan ajar bersifat mandiri,
artinya dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri karena sistematis dan
lengkap (Panen dan Purwanto, 2004).
Pendidikan IPA Page 12
Interaksi Belajar Mengajar
Bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat, yaitu (1) Fakta, siswa diminta
untuk mengingat suatu obyek, symbol atau pristiwa, (2) Konsep, siswa diminta
untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan cirri khas tertentu,
mengklasifikasikan beberapa contoh sesuatu dengan suatu definisi, (3) Prosedur,
siswa diminta untuk menjelaskan langkah- langkah, prosedur scara urut, atau
memecahakn suatu masalah atau membuat sesuatu, (4) Prinsip, siswa diminta
untuk mengemukakan hubungan antara beberapa konsep atau menerangkan
keadaan ataupun hasil hubungan antara berbagai macam konsep.
Secara lebih rinci, peran bahan ajar bagi guru, dan siswa adalah sebagai
berikut :
a. Peran bahan pembelajaran bagi guru
1) Wawasan bagi guru untuk pemahaman substansi secara komprehensif
2) Sebagai bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
3) Mempermudah guru dalam mengorganisasikan pembelajaran di kelas
4) Mempermudah guru dalam penentuan metoda pembelajaran yang tepat serta
sesuai kebutuhan siswa
5) Merupakan media pembelajaran
6) Mempermudah guru dalam merencanakan penilaian pembelajaran.
b. Peran bahan pembelajaran bagi siswa
1) Sebagai pegangan siswa dalam penguasaan materi pelajaran untuk mencapai
kompetensi yang dicanangkan.
2) Sebagai informasi atau pemberi wawasan secara mandiri di luar yang
disampaikan oleh guru di kelas.
3) Sebagai media yang dapat memberikan kesan nyata berkaitan dengan materi
yang harus dikuasai.
4) Sebagai motivator untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi tertentu.
5) Mengukur keberhasilan penguasaan materi pembelajaran secara mandiri.
2.3 Penyebab Interaksi antara Siswa dan Bahan Ajar Kurang Efektif
Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang
bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana
Pendidikan IPA Page 13
Interaksi Belajar Mengajar
proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik,
kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan
prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis
bagi siswa. pembelajaran efektif juga dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa untuk mampu belajar
dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan kebebasan
dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Di dalam
menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif maka perlu
dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran yang diinginkan tercapai yaitu
dengan cara belajar efektif. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu
adanya bimbingan dari guru.
Muara dari berfungsinya manajemen pembelajaran yang baik adalah
pembelajaran efektif. Artinya, dari posisi guru tercipta mengajar efektif, dari
posisi murid tercipta belajar efektif. Menurut Joyce and Weil , “Guru yang
berhasil adalah mengajar murid bagaimana memiliki informasi dalam
pembicaraan dan membuatnya menjadi milik mereka. Sedangkan pelajar efektif
adalah membentuk informasi, gagasan dan kebijaksanaan dari guru mereka dan
menggunakan sumber daya belajar secara efektif”.
Peran utama dalam pengajaran adalah menciptakan model aktivitas
pengajaran kuat dan tangguh. Intinya adalah aktivitas pengajaran sebagai penataan
lingkungan, pengaturan ruang kelas, yang didalamnya para pelajar dapat
berinterkasi dan belajar mengetahui bagaimana caranya belajar. Berkaitan dengan
efektivitas pengajaran, untuk mencapai pembelajaran aktif, satu aspek penting
adalah masalah metode yang digunakan guru dalam menciptakan suasana aktif.
Proses pembelajaran dengan metode ceramah, guru mendominasi pembicaraan
sementara siswa terpaksa atau bahkan dipaksa untuk duduk, mendengar dan
mencatat hal ini sangat tidak dianjurkan. Metode ceramah harus dikurangi bahkan
ditinggalkan.
Banyak sekali hambatan-hambatan untuk menciptakan proses belajar yang
efektif. Salah satu hamabatannya adalah karena tidak efektifnya interaksi antara
bahan ajar dan siswa. Hal tersebut dapat disesbabkan oleh beberapa hal, yaitu:
Pendidikan IPA Page 14
Interaksi Belajar Mengajar
a. Pada diri siswa:
1) tidak tahu tujuan belajar
2) gangguan fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a.2.1 Keadaan jasmani.
Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit
akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu
keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani. (2) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama
proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat
memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi
dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses
belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan
ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca
indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga.
Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik.
Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan
kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang
bergizi , dan lain sebagainya. (Sholeh ,2008)
3) gangguan psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal
yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat
menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.
(Syah, 2008)
Pendidikan IPA Page 15
Interaksi Belajar Mengajar
Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar
adalah (1) Kecerdasan /Intelegensi Siswa, (2) Motivasi, (3) Minat, (4) Sikap, (5)
Bakat, (6) Perhatian, (7) Pengamatan, (8) Ingatan, (9) Berfikir, (9) Motif
b. Stimulus tidak jelas
1) struktur terlalu
2) struktur tidak lengkap – tidak detil
3) struktur acak
4) tampilan tidak jelas
c. Ada penghambat atau penghalang antara siswa dan stimulus
suasana yang ramai adalah hambatan tidak efektifnya interaksi antara
siswa dengan bahan ajar. Jika lingkungan ramai, maka konsentrasi dari siswa akan
terpecah dan tidak fokuslagi dengan pelajaran yang disampaikan.
2.4 Cara meningkatkan keefektifan interaksi antara siswa dan bahan ajar
dalam belajar mengajar
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan
syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita
lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses
pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan
siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih
didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai.
Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu
mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa
sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu
mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak
merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain itu untuk meraih
pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari
pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan
Pendidikan IPA Page 16
Interaksi Belajar Mengajar
pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode
pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran
tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal.
Sumber belajar dan bahan ajar merupakan suatu unsur yang memiliki
peranan penting dalam menentukan proses belajar agar pembelajaran menjadi
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan. Sebuah kegiatan belajar mengajar
akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuanm instruksional jika
melibatkan komponen proses belajar secara terencana, sebab sumber belajar
sebagai komponen penting dan sangat besar manfaatnya. Secara garis besarnya,
dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat i dua strategi, yaitu: (a) Strategi
penyampaian bahan ajar oleh Guru dan (b) Strategi mempelajari bahan ajar oleh
siswa
a. Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru
Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya: (1) Strategi urutan
penyampaian simultan; (2)Strategi urutan penyampaian suksesif; (3) Strategi
penyampaian fakta; (4) Strategi penyampaian konsep; (5) Strategi penyampaian
materi pembelajaran prinsip; dan (6) Strategi penyampaian prosedur.
1) Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan
materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan
penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak,
baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global);
2) Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi
pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian
suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru
kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam
pula.
3) Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran
termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama
orang, nama lambang atau simbol, dsb.),
Pendidikan IPA Page 17
Interaksi Belajar Mengajar
4) Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi
berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa
paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan,
menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan
konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan
bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk
mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes;
5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi
pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema,
dsb.
6) Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa
dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham
atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-
langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.
b. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran
berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya,
ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa
mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam
mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi
empat, yaitu : (1) menghafal; (2) menggunakan; (3) menemukan; dan (4) memilih.
1) Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal
verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase).
Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi
pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya
nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama
bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi
pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat
diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang
Pendidikan IPA Page 18
Interaksi Belajar Mengajar
penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD
1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
2) Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal
atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses
pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan,
menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan
fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan
keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil,
atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk
menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah
untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi
prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap
adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa
berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang
pentingnya bersikap hemat.
3) Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalahmenemukan
cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil
tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan
strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan
seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan
pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang
mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau
maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
4) Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan
dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah.
Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau
memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.
Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus
dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar
menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis
Pendidikan IPA Page 19
Interaksi Belajar Mengajar
besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : (a) mengidentifikasi aspek-
aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis
materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih
sumber bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu
perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena
setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis
materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan
berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat
dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi
empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987).
Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama
orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda,
dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti
isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma,
teorema.Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu
secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur
asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.Materi pembelajaran aspek afektif
meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan
penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi
rutin, dan rutin.
2) Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis
fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu
jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan,
maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah
Pendidikan IPA Page 20
Interaksi Belajar Mengajar
jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih
jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga
penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi
pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan
sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan
materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”,
“jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan
prosedur adalah “demonstrasi”.
3) Memilih sumber bahan ajar.Setelah jenias materi ditentukan langkah
berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau
bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran,
majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.
2.5 Bentuk Proses Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap
elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan hasil
pembelajaran, membawa kesan, sarana/fasilitas memadai, materi dan metode
affordable, guru profesional. Tinjauan utama efektivitas pembelajaran adalah
outputnya, yaitu kompetensi siswa.
Efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur dan komponen yang
terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan tujuan dan sasaran
yang ditetapkan. Efektivitas pembelajaran dapat dicapai apabila rancangan pada
persiapan, implementasi, dan evaluasi dapat dijalankan sesuai prosedur serta
sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Efektivitas pembelajaran dapat diukur dengan mengadaptasi pengukuran
efektivitas pelatihan yaitu melalui validasi dan evaluasi (Lesli Rae, 2001:3).
Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran harus ditetapkan sejumlah fakta
tertentu, antara lain dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
a) Apakah pembelajaran mencapai tujuannya?
b) Apakah pembelajaran memenuhi kebutuhan siswa dan dunia usaha?
c) Apakah siswa memiliki keterampilan yang diperlukan di dunia kerja?
Pendidikan IPA Page 21
Interaksi Belajar Mengajar
d) Apakah keterampilan tersebut diperoleh siswa sebagai hasil dari pembelajaran?
e) Apakah pelajaran yang diperoleh diterapkan dalam situasi pekerjaan yang
sebenarnya?
f) Apakah pembelajaran menghasilkan lulusan yang mampu berkerja dengan
efektif dan efisien?
Efektivitas pembelajaran merupakan permasalahan yang kompleks dan
multidimensional. Penyelenggaraan program produktif sebagai bagian dari proses
pendidikan dan latihan harus dipandang sebagai suatu kekuatan yang
komprehensif dan utuh. Oleh karena itu, selain melakukan evaluasi intensif
terhadap pelaksanaan pembelajaran produktif, perlu diterapkan konsep Total
Quality Control (TQC) dalam pelaksanaan pembelajaran.
Total Quality Control atau Pengendalian Mutu Terpadu merupakan suatu
sitem yang efektif untuk mengintegrasikan usaha-usaha pengembangan kualitas,
pemeliharaan kuantitas, dan perbaikan kualitas atau mutu dari berbagai kelompok
dalam organisasi, sehingga meningkatkan produktivitas dan pelayanan ke tingkat
yang paling ekonomis yang menimbulkan kepuasan semua pelanggan (Hasibuan,
2000:219). Pengembangan kualitas merupakan tujuan yang ingin dicapai dari
program produktif. Pemeliharaan kuantitas menyangkut jumlah input, output, dan
pemberdayaannya secara seimbang.
Dasar dari konsep TQC adalah mentalitas, kecakapan, manajemen
partisipatif dengan sikap mental yang mengutamakan kualitas dan totalitas kerja.
Mentalitas adalah kesediaan bekerja sungguh-sungguh, jujur, dan bertanggung
jawab dalam mengerjakannya.
Selanjutnya, Hasibuan (2000:218) menyebutkan beberapa mentalitas dasar
TQC yang harus dijadikan parameter dalam mengukur tingkat efektivitas
pelatihan, antara lain sebagai berikut.
a. Adanya kerja sama dan partisipasi total. Tujuannya adalah berorientasi pada
tanggung jawab kelompok, bersedia membuat lebih/berpartisipasi dalam
bidang yang berhubungan, menciptakan kesadaran kelompok, dan saling
menghargai satu sama lain.
Pendidikan IPA Page 22
Interaksi Belajar Mengajar
b. Berorientasi pada mutu. Maksudnya adalah disesuaikan dengan permintaan dan
standarnya adalah tidak ada cacat/kesalahan (zero mistakes) serta ukurannya
adalah biaya yang tidak terlalu banyak dikeluarkan.
c. Hubungan atasan dan bawahan secara harmonis. Maksudnya adalah terjalinnya
hubungan yang baik antara pihak manajemen (pimpinan sekolah dan pimpinan
program keahlian) dengan para guru, saling memotivasi dan memberikan
dukungan dalam setiap penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
Kesiapan guru dalam penguasaan bidang keilmuan yang menjadi
kewenangannya, merupakan modal dasar bagi terlaksananya pembelajaran yang
efektif. Guru yang profesional dituntut untuk memiliki persiapan dan penguasaan
yang cukup memadai, baik dalam bidang keilmuan maupun dalam merancang
program pembelajaran yang disajikan. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran
menggambarkan dinamika kegiatan belajar siswa yang dipandu dan dibuat
dinamis oleh guru. Untuk itu, guru semestinya memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan dalam mengaplikasikan metodologi dan
pendekatan pembelajaran secara tepat. Kompetensi profesional dari guru perlu
dikombinasikan dengan kemampuan dalam memahami dinamika perilaku dan
perkembangan yang dijalani oleh para siswa.
Beberapa aspek yang menjadi orientasi ke arah pencapaian efektivitas
pembelajaran dalam perspektif guru dipaparkan oleh Djam’an Satori, et al.
(2003:44-52) sebagai berikut.
a. Apresiasi Guru Terhadap Pengembangan Kurikulum dan Implikasinya. Guru
dituntut mempunyai kemampuan dalam pengembangan kurikulum secara
dinamik sesuai dengan potensi sekolah dengan berdasarkan pada prinsip-
prinsip di bawah ini. (a) Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika.
(b) Kesamaan memperoleh kesempatan bagi semua siswa.(c) Kesiapan
menghadapi abad pengetahuan dan tantangan teknologi informasi. (d)
Pengembangan keterampilan hidup. (e) Berpusat pada anak sebagai
pembangun pengetahuan. (f) Penilaian berkelanjutan dan komprehensif.
b. Kreativitas Guru dalam Aplikasi Teknologi Pembelajaran. Guru dituntut
mempunyai pemahaman konsep teoretis dan praktis berkenaan dengan desain,
Pendidikan IPA Page 23
Interaksi Belajar Mengajar
pengembangan, pemakaian, manajemen, dan evaluasi pembelajaran serta
pengelolaan sumber belajar. Pembelajaran yang memiliki efektivitas tinggi
ditunjukkan oleh sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik.
Pembelajaran bukan sekadar transformasi dan mengingat, juga bukan sekadar
penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, akan
tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga
tertanam dalam jiwa anak dan berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. Bahkan
pembelajaran lebih menekankan pada peserta didik agar mau belajar
bagaimana cara belajar yang produktif.
Selain faktor guru, keberhasilan proses pembelajaran banyak bertumpu pada
sikap dan cara belajar siswa, baik perorangan maupun kelompok. Selain itu,
tersedianya sumber belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran secara
tepat merupakan faktor pendorong dan pemelihara kegiatan belajar siswa yang
produktif, efektif, dan efisien. Memelihara suasana pembelajaran yang dinamis
dan menyenangkan merupakan kondisi esensial dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini, perlu ditanamkan persepsi positif pada setiap diri siswa, bahwa
kegiatan pembelajaran merupakan peluang bagi mereka untuk menggali potensi
diri sehingga mampu menguasai kompetensi yang diperlukan untuk kehidupannya
kelak.
Dilihat dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan
aksesbilitas dunia usaha/industri, sekurang-kurangnya ada tiga dimensi pokok
yang menjadi tantangan bagi SMK dalam penyelenggaraan pembelajaran yang
efektif. Demnsi-dimensi tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Implementasi program pendidikan dan pelatihan harus berfokus pada
pendayagunaan potensi sumber daya di sekolah, sambil mengoptimalkan
kerjasama secara intensif dengan institusi pasangan (misalnya: dunia usaha,
industri, asosiasi profesi, balai pelatihan industri, balai pelatihan tenaga kerja
dan lain sebagainya).
b. Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel
sesuai dengan tren perkembangan dan kemajuan teknologi agar kompetensi
Pendidikan IPA Page 24
Interaksi Belajar Mengajar
yang diperoleh peserta didik selama dan sesudah mengikuti program
pendidikan dan pelatihan, memiliki daya adaptasi yang tinggi.
c. Program pendidikan dan pelatihan sepenuhnya harus berorientasi mastery
learning(belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif-partisipatif
para stakeholders pendidikan.
Efektivitas pada lembaga pendidikan, dalam hal ini SMK, dapat dinilai
dengan melihat ketepatan kebijakan yang ditetapkan sekolah dan kesesuaiannya
dengan standar yang ditetapkan departemen/dinas terkait serta kesesuaiannya
dengan kondisi dan kebutuhan riil di lapangan. Kebijakan tersebut menyangkut
penetapan visi, misi, tujuan, dan strategi yang dikembangkan. Selain itu, faktor
sosialisasi kebijakan, pemahaman seluruh anggota organisasi, serta penciptaan
iklim kerja yang kondusif juga perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut
merupakan elemen konteks dalam penilaian efektivitas. Dalam konteks
pembelajaran, tujuan merupakan patokan dan arah yang harus dijadikan pedoman
dalam mengendalikan proses pembelajaran.
Selain konteks, efektivitas juga dinilai dengan melihat input pembelajaran
pada lembaga pendidikan yang mencakup siswa, guru, kurikulum, metode, dan
fasilitas. Selanjutnya, inputtersebut dilihat daya fungsinya dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran harus berlangsung dengan baik, sesuai
pendekatan, pola, dan prosedur yang relevan. Selain itu, kepuasan dari subjek
yang terlibat merupakan hal penting dalam menilai efektivitas, sebab subjek inilah
(siswa dan guru) yang merupakan pelaku utama dari proses pembelajaran.
Daya fungsi dari input dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan
hasil dari pembelajaran. Hasil yang diharapkan dalam hal ini adalah meningkatnya
kompetensi siswa. Keberhasilan pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi
siswa merupakan dimensi utama dalam menilai efektivitas pembelajaran. Tingkat
keberhasilan pembelajaran ini dilihat dari berbagai sudut pandang baik dari sisi
siswa sebagai subjek, persepsi guru, dan kepuasan dunia usaha/industri sebagai
pengguna hasil/lulusan.
Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengetahui bagaimana
Pendidikan IPA Page 25
Interaksi Belajar Mengajar
memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat penting
untuk mengetahui cirri-cirinya. Adapun Pembelajaran yang efektif dapat diketahui
dengan cirri:
a. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental ditunjukkan
dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir
kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta
dan lain-lain.
b. Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas
menjadi hidup.
c. Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi
seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
d. Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang
saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang
lain.
e. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
f. Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari
sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada
pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada
diri orang lain.
g. Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari
faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, jika
diperlukan
Selain itu Ciri-ciri pengajaran Efektif juga dapat diketahui dengan:
a. Berpusat pada siswa
b. Interaksi eduktaif, Guru-Siswa
c. Suasana demokratis
d. Metode yang bervariasi
e. Bahan belajar bermanfaat
f. Lingkungan kondusif
g. Suasana belajar menunjang
Pendidikan IPA Page 26
Interaksi Belajar Mengajar
Selain mengetahui karakteristik belajar yang efektif perlu diketahui juga
bagaimana Karakteristik Guru Efektif, hal ini berguna untuk mengetahui keahlian
dan keprofesionalan seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran yang
efektif. Adapun karakteristknya yaitu:
a. Memiliki minat terhadap mata pelajaran
b. Memiliki kecakapan untuk menafsirkan suasana/iklim psikologis siswa
c. Menumbuhkan semangat belajar
d. Memiliki imajinasi dalam menjelaskan
e. Menguasai metode/strategi pembelajaran
f. Memiliki sikap terbuka terhadap siswa
g. Kondisi Efektif
Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi yang
strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses
pembelajaran tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik, hendaknya guru
memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal merupakan kondisi yang ada
pada diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya,
dan sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi
manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta keadaan lingkungan
fisik yang lain.
Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik
dan teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat
mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan tidak
mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau
lengkap. Keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas memang tidak semata
tergantung guru, tetapi melibatkan banyak faktor, diantaranya keaktifan siswa,
tersedianya fasilitas belajar, kenyamanan dan keamanan ruangan kelas dan
beberapa faktor lainnya, kendati memang keberadaan guru merupakan faktor
penentu dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif.
Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu
dilakukan langkah-langkah berikut ini:
Pendidikan IPA Page 27
Interaksi Belajar Mengajar
a. Melibatkan Siswa Secara Aktif
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau
belajar. Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal,
antara lain :
(1) Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksprimen dsb.
2) Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab, dsb.
3) Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru,
mendengarkan pengarahan guru dsb.
4) Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di tempat praktek.
5) Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat surat, membuat karya tulis
dsb.
Setiap jenis aktivitas memiliki kadar atau bobot yang berbeda, tergantung
pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Yang
jelas, aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak
melibatkan siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Berikut ini cara
meningkatkan keterlibatan siswa :
1) Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara
menggunakan berbagai teknik mengajar.
2) Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
3) Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu guru harus
mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran.
b. Menarik Minat dan Perhatian Siswa.
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan
minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa
minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam
Pendidikan IPA Page 28
Interaksi Belajar Mengajar
pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa.
Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa
merupakan pembelajaran yang diminati.
c. Membangkitkan Motivasi Siswa
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.
Tugas guru adalah bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau
belajar. Berikut ini beberapa cara bagaimana membangkitkan motivasi siswa :
1) Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya.
2) Pada awal kegiatan pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu
menyampaikan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran tersebut, sehingga siswa terpancing untuk ikut serta didalam
mencapai tujuan tersebut.
3) Guru berusaha mendorong siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
4) Guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih
sukses dengan usahanya sendiri.
5) Guru selalu berusaha menarik minat belajar siswa.
6) Sering-seringlah memberikan tugas dan memberikan nilai seobyektif mungkin.
d.Memberikan pelayanan individu Siswa
Salah satu masalah utama dalam pendekatan pembelajaran adalah
kurangnya pemahaman guru tentang perbedaan individu antar siswa. Guru sering
kurang menyadari bahwa tidak semua siswa dalam suatu kelas dapat menyerap
pelajaran dengan baik. Kemampuan indiviadual mereka dalam menerima
pelajaran berbeda-beda. Disinilah sebenarnya perlunya keterampilan guru di
dalam memberikan variasi pembelajaran agar dapat diserap oleh semua siswa
dalam berbagai tingkatan kemampuan, dan disini pulalah perlu adanya pelayanan
individu siswa.
Pendidikan IPA Page 29
Interaksi Belajar Mengajar
Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan
kepada siswa secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan kepada
sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau
pembelajaran privat, belakangan ini memang cukup marak dilakukan melalui les-
les privat dan atau melalui lembagalembaga pendidikan yang memang khusus
memberikan pelayanan yang bersifat individual. Dalam sistem pembelajaran
tuntas, pelayanan individu merupakan kegiatan yang mesti dilakukan. Setiap sub
materi pelajaran yang disajikan harus dapat dimengerti oleh semua siswa, tanpa
terkecuali. Oleh karena itu dalam pembelajaran tuntas, materi pelajaran tidak
boleh diteruskan sebelum materi yang sedang diajarkan dapat diserap oleh seluruh
siswa.
e . Menyiapkan dan Menggunakan Berbagai Media Dalam Pembelajaran
Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru
ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan
kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Sebab,
pembelajaran yang mengggunakan banyak verbalisme tentu akan membosankan.
Sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik, bila siswa merasa senang dan
gembira setiap menerima pelajaran dari gurunya.
Pembelajaran yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau
pengalaman kongkret yang dibantu dengan sejumlah alat peraga dengan
memperhatikan dari segi nilai dan manfaat alat peraga tersebut dalam membantu
menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Di dalam menyiapkan dan
menggunakan media atau alat peraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
sebagai berikut :
1) Alat peraga yang digunakan hendaknya dapat memperbesar perhatian siswa
terhadap materi pelajaran yang diasjikan.
2) Alat peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan dan pengalaman
siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.
3) Alat yang dipilih hendaknya tepat, memadai dan mudah digunakan.
Pendidikan IPA Page 30
Interaksi Belajar Mengajar
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama
bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar
mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik,
namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan
pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat
memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
mereka.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan
suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus
mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu
untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus
adanya factor factor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru
dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik
antara guru dan peserta didik.
Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan
sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan
menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga
tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal.
Ada tujuh komponen dalam pembelajaran di mana satu dengan yang lain
saling terintegrasi, yaitu (1)Tujuan pendidikan dan pengajaran, (2) Peserta didik
atau siswa, (3) Tenaga pendidikan khususnya guru, (4) Perencanaan pengajaran
sebagai segmen kurikulum, (5) Strategi pembelajaran (6) Media pengajaran(7)
Evaluasi pengajaran. Komponen pembelajaran memiliki fungsi atau peran yang
berbeda, tetapi dengan perpaduan antar komponen tersebut dapat membuat proses
Pendidikan IPA Page 31
Interaksi Belajar Mengajar
pembelajaran menjadi lebih sistematis dan berbasil. Misalnya, komponen guru
harus dapat berinteraksi dengan komponen siswa.
3.2 Saran
Ketujuh komponen dalam pembelajaran yang menyangkut 1)Tujuan
pendidikan dan pengajaran, (2) Peserta didik atau siswa, (3) Tenaga pendidikan
khususnya guru, (4) Perencanaan pengajaran sebagai segmen kurikulum, (5)
Strategi pembelajaran (6) Media pengajaran(7) Evaluasi pengajaran, diharapkan
dapat lain saling berinteraksi satu sama lain agar tercipta pembelajaran yang
efektif.
Pendidikan IPA Page 32
Interaksi Belajar Mengajar
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Dick, W., Carey, L., & Carey, J.O. 2003. The Systemic Design of Instruction. New York : Harper Collins Publisher Inc.
Gagne, R. (1987). Instructional Technology Foundations. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Assoc.
Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Bumi Aksara.
Hermawan, A.H dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Peraturan Menteri No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses
Rae, Leslie. 2001. Develop Your Training Skills. USA: Kogan Page Publishers
Reigeluth, C.M. 1987. Instructional Theories in Action: Lesson.s Illustrating Selected Theories and Models. Hillsdale, N.J: Erlbaum Associates.
Satori, Djam’an, et. Al. 2008.Profesi Keguruan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sholeh, Abdil Rahman. 2008. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta:Recana.
Sujarwo. 2012. Model-model Pembelajaran: suatu strategi mengajar. Yogyakarta.
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan IPA Page 33