Paparan Menkes - Rakerkesnas 2013 Surabaya-Final Pembukaan

44
RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL REGIONAL TENGAH SURABAYA, 1 APRIL 2013 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA 2012 - 2014 Oleh dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1

description

Materi rapat kerja kesehatan nasional tahun 2013 di Surabaya

Transcript of Paparan Menkes - Rakerkesnas 2013 Surabaya-Final Pembukaan

  • RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL REGIONAL TENGAH SURABAYA, 1 APRIL 2013PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA 2012 - 2014Oleh dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Menteri Kesehatan Republik Indonesia*

  • SISTEMATIKAPERAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN KESEHATANREFORMASI BIROKRASI MENUJU TERCAPAINYA WTPCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2012 PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGIS DALAM UPAYA PERCEPATAN PENCAPAIAN MDG TAHUN 2015 PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGIS DALAM PERSIAPAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2014BUTIR-BUTIR PENTING UNTUK DIBAHAS PADA SIDANG KOMISI

    *

  • 1. PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN*

  • PERAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN*

    DASAR HUKUMPERANUU 32 Thn 2004ttg Pemerintahan DaerahMelaksanakan urusan wajib pemerintah, salah satunya penanganan bidang kesehatan,Mempunyai kewajiban antara lain penyediaan fasilitas pelayanan kesehatanPP 38 Thn 2007 ttg Pembagian urusan PemerintahanMelaksanakan urusan pemerintahan wajib dan pilihan berpedoman kepada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh K/L teknis.

    Penempatan tenaga kesehatan strategis, pemindahan tenaga tertentu antar kabupaten/ kota skala provinsi.

  • PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN*

    DASAR HUKUMPERANUU No 36 tahun 2009 ttg Kesehatan Memenuhi alokasi ABPD sebesar 10 %Pengadaan, pendayagunaan & peningkatan mutu tenaga kesehatan melalui pendidikan dan/atau pelatihanMenyediakan informasi kesehatan yang efektif dan efisienMembentuk Badan Pertimbangan Kesehatan DaerahMelakukan pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatanMengembangkan upaya promotif dan preventif untuk mencegah meningkatnya biaya kuratif/pengobatanPP No 19 Thn 2010 ttg Kedudukan Gubernur sebagai Wk Pemerintah di ProvinsiPembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas Pembantuan

  • PERAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN*

    DASAR HUKUMPERANPP 56 Thn 2012 tentang Pengangkatan Tenaga Honor menjadi PNSMenetapkan fas yan kes di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan atau tempat yang tidak diminati berdasarkan kriteria yang diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. PP 109 Thn 2012 ttg Tembakau Mendorong pelaksanaan diversifikasi Produk TembakauMengatur ketentuan lebih lanjut mengenai Iklan Produk Tembakau di media luar ruangWajib mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan dalam rangka pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan.Pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan meliputi: produksi dan impor; peredaran; perlindungan khusus bagi anak dan perempuan hamil; dan Kawasan Tanpa Rokok.

  • PERSENTASE ANGGARAN PUSAT DAN DAERAH TAHUN 2013 *

    PUSAT 5.87 T17 %DAERAH28.70 T83 %

  • *Ratio 40:100.000 pddk

  • RASIO DOKTER UMUM PER 100.000 PENDUDUK DI PROV. DI YOGYAKARTA TAHUN 2012Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Desember 2012Ratio 40:100.000 pddk

  • RASIO DOKTER UMUM PER 100.000 PENDUDUK DI PROV JAWA TENGAH TAHUN 2012Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Desember 2012

    Ratio 40:100.000 pddk

  • 2. REFORMASI BIROKRASI MENUJU TERCAPAINYA WTP*

  • Pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan: Kelembagaan (organisasi)Ketatalaksanaan (business process) Sumber daya manusia aparaturKementerian Kesehatan dengan dukungan dari Daerah Raih WTP OPINI KEUANGAN KEMENTERIAN KESEHATAN*

  • TUJUAN BERNEGARAOPINI WTP SPIP REFORMASI BIROKRASIGOOD & CLEANGOVERNANCEMelalui:Efektif & EfisienKeandalan L.K.Pengamanan AsetKetaatan pada PeraturanBebas dari KKN*REFORMASI BIROKRASI MENUJU WTP

  • KOMITMEN RAIH WTP

    *

  • 3. CAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2012*

  • PEMILAHAN ISU STRATEGIS BERDASARKANPENCAPAIAN SASARAN RPJMN 2010 - 2014*

  • MIDTERM REVIEW RPJMN BIDANG KESEHATANKet : 1) SDKI, 2007; 2) Riskesdas, 2010; 3) SDKI, 2012; 4) Sensus Penduduk,2010*

    NOINDIKATORSTATUS AWAL (2009)CAPAIANTARGET 2014STATUS2010201120121Umur harapan hidup (tahun)70,770,971,171,172,02Angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup228n.an.an.a1183Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih84,384,886,3888,64904Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup34343432 3)245Total Fertility Rate (TFR)2,62,4 4)n.A2,63)2,16Persentase penduduk yang memiliki akses air minum yang berkualitas 47,744,1942,76n.A687Persentase penduduk 15 tahun ke atas yang memiliki pengetahuan HIV dan AIDS66,2 1)57,5 2)n.a 79,5 3)908Annual Parasite Index (API)1,851,961,751,6919Persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatann.a59,163,164,5880,10

  • * 4. PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGIS DALAM UPAYA PERCEPATAN PENCAPAIAN MDG TAHUN 2015

  • WILAYAH A :WILAYAH C:Semua kabupaten diluar wilayah A dan B

    WILAYAH B :Kabupaten yg masuk kriteria DTPK (183 kab) & atau mempunyai Klaster 4 (400 PPI di 153 kab) diluar wilayah A

    PEMBAGIAN WILAYAH PEMBANGUNAN KESEHATAN 2013 - 2014

    WILAYAH A :Provinsi (dg seluruh kabupaten kotanya) yg berpenduduk tinggi di atas 7,5 juta

    NOPROVINSIJUMLAH PENDUDUK1DKI JAKARTA9,607,7002BANTEN11,200,9333JAWA BARAT44,548,4314JAWA TENGAH32,466,3465JAWA TIMUR37,879,7136SUMATERA UTARA3,215,4017SUMATERA SELATAN7,701,5288LAMPUNG7,767,3129SULAWESI SELATAN8,190,222JUMLAH172,577,586

  • *PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGISPENURUNAN AKI & AKB 2013-2014

    PERMASALAHANLANGKAH STRATEGISDisparitas akses yankes ibu dan anak (fasilitas, tenaga, jaminan yankes terbatas).Penguatan yankes di wilayah A,B,C.Peningkatan akses & mutu yankes : Puskesmas PONEDRS PONEK , Jampersal , BOK Linakes terlatihUpaya preventif & promotif belum optimalPeningkatan promotif-preventif :Program Perencanaan Persalinan & Pencegahan Komplikasi : ANC KB & asi eksklusifGerakan Sayang Ibu asi eksklusif PP 33/ 2012Posyandu & desa siagaImunisasi dasar lengkapLemahnya manajemen yankesPerbaikan manajemen yankes:Sistem terpadu registrasi vital,Akreditasi & optimalisasi jejaring rujukan.Sistem pelayanan KIA yg memenuhi kriteria continum of care.

  • PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGISPENURUNAN ANGKA KELAHIRAN TOTAL 2013-2014*

    PERMASALAHAN LANGKAH STRATEGIS Berubahnya nilai jumlah anak ideal dalam keluarga Kampanye 2 ANAK CUKUP dan 4 TERLALU: muda, tua, rapat , sering/grande multiMelemahnya pembinaan kesertaan KB aktif yang menyebabkan angka DO tinggi.Penguatan demand side dan supply side secara seimbang.Rendahnya pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang.Pembinaan/pelestarian terhadap akseptor KB mantapPelayanan KB yang belum terjangkau secara merata.Peningkatan distribusi alokon ke Klinik KB/PuskesmasMeningkatnya kelahiran usia remaja (15-19 tahun)Pembinaan remaja melalui Generasi Berencana (genre)

  • PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGISPENURUNAN KASUS HIV DAN AIDS 2013-2014*

    PERMASALAHAN LANGKAH STRATEGIS Infeksi baru terus meningkat, daerah pernularan makin luas.Upaya PENCEGAHAN (kondom, IHS, PDB, PPIA), diagnosa dini (PITC) dan pengobatan dini (CD4 350) harus ditingkatkan.Promotif-preventif ttg HIV dan AIDS pada usia 15-24 th perlu ditingkatkan.Peningkatan pengetahuan pd usia 15 th ke atas ttg HIV dan AIDS.Kampanye Aku Bangga Aku Tahu.Persentase ODHA yg mendapat ART msh rendah (44,2 persen).Peningkatan persentase ODHA yg mendapatkan ART menjadi 50 persen

  • ANALISIS SITUASIPeningkatan Infeksi Baru Menurut Populasi Kunci

  • Rasional Penggunaan ART Tahun setelah terinfeksi HIVDampak Potensial dari Pengobatan Dini

  • PENDIDIKANPENCEGAHANPencegahan Melalui Transmisi Seksual (PMTS)Pencegahan dampak Buruk Napza (PDBN)Pencegahan Penularan melalui Ibu dan Anak ( PPIA)

    PENGOBATANPerluasan testingPasien IMSPenasunIbu Hamil HIV + Pasangan SerodiskordanKoinfeksi TBPenderita Hepatitis B & CInisiasi ARV dini pada populasi kunci, Ibu hamil, koinfeksi TB, Koinfeksi Hepatitis B & C

    KONDOMTES HIVLASSL K B P

    PERKUAT JEJARING INTERNALPERKUAT JEJARING EKSTERNALKPAFasyankesKomunitasMORAL

    AGAMA

    KESPRO

    BAHAYA NAPZAIPWL

  • Tahapan Pengembangan Penggunaan ARVKota DenpasarKab BadungKota Jakarta BaratKota SurabayaKota MakassarKota BandungKota ManadoKota MedanKab SorongKab JayapuraApril 2013Kota Tanjung PinangKota PekanbaruKota PadangKota JambiKota PalembangKota Bandar LampungKab TangerangKota CilegonJakpusJakutJaktimJakselKota BogorKota SemarangKota SurakartaKota YogyakartaKota MalangKab Malang Kota MataramKota PontianakKota SingkawangKota JayapuraMeraukeKota SorongManokwariKota TimikaKab DeliserdangKota BatamKab KarawangKota CirebonKab IndramayuKab SemarangKab BulelengKab JayawijayaKota JayapuraKab Fak-fakKota BekasiKab BekasiKab CirebonKab BandungKota DepokKab BogorKota TasikmalayaKab SubangKab SumedangKab BanyumasJuni 2013Juli 201321. Kab Batang22. Kab Cilacap23. Kab Banyuwangi24. Kab Sidoarjo25 . Kota Kediri 26. Kab Lombok Tengah27. Kab Cianjur28. Kab Indragiri Hilir29. Kab Brebes30. Kab Bengkalis31. Kab Rokan Hilir32. Kab Labuan Batu33. Kab Lombok Timur34. Kab Tulung Agung35. Kab Kebumen36. Kota Salatiga37. Kab Boyolali38. Kab Pati39. Kab Jepara

  • PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGIS PENURUNAN KASUS MALARIA 2013-2014*

    PERMASALAHAN LANGKAH STRATEGIS Prevalensi kasus malaria (Annual Parasite Index/ API) masih sebesar 1,69 dari target 1,0 per 1.000 penduduk th 2014Peningkatan penemuan kasus malaria melalui :Pembentukan Malaria Center di provinsi endemisPengembangan AIDS, TB dan Malaria (ATM) Centre Peningkatan jumlah kader Juru Malaria Desa

    Pendistribusian kelambu berinsektisida untuk ibu hamil dan balita di daerah endemis

  • PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGIS PENURUNAN KASUS MALARIA 2013-2014*

    PERMASALAHAN LANGKAH STRATEGIS Pengetahuan masyarakat dlm pencegahan malaria masih kurang.

    Pembentukan Pos Malaria Desa . Forum Nasional Gebrak Malaria belum berfungsi dg baik.Memperkuat Forum Nasional Gebrak Malaria dlm rangka Eliminasi Malaria 2015 Jawa-Sumatera.

  • PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGIS AKSES AIR MINUM DAN SANITASI LAYAK 2013-2014*

    PERMASALAHANLANGKAH STRATEGIS Belum seluruh desa memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi berkualitas.Meningkatkan pengawasan sarana air minum memenuhi syarat kesehatan.Mendorong Pemerintah Daerah untuk menyediakan akses air minum di perkotaan.Membangun sarana Teknologi Tepat Guna Air Minum di DTPKMerehabilitasi sarana air bersih bukan jaringan perpipaan Akselerasi STBM di desa/ kelurahanMeningkatkan akses air minum dan sanitasi di SekolahPenyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat di desa.

  • PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGIS AKSES AIR MINUM DAN SANITASI LAYAK 2013-2014*

    PERMASALAHANLANGKAH STRATEGIS Jumlah & kompetensi sanitarian puskesmas masih kurangMeningkatkan kapasitas Sanitarian di PuskesmasKerjasama lintas sektor dlm penyediaan akses air bersih & sanitasi blm optimal.Kerjasama lintas sektor dlm penyediaan akses air bersih & sanitasi yg berkualitas

  • *

  • 5. PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGIS DALAM PERSIAPAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2014*

  • PESERTA DAN IURAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIuran Peserta

  • JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 2012*KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 2012

    INDIKATORSTATUS AWAL (2009)CAPAIANTARGET 2014STATUS201020112012Persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatann.a59,163,168,8280,10

  • CAKUPAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN PER PROVINSI TAHUN 2012*

  • JUMLAH KUNJUNGAN DAN BIAYA BERDASARKAN DIAGNOSA PENYAKIT TERTENTU TAHUN 2012*

    NOJENIS PENYAKITRAWAT JALAN TINGKAT LANJUTRAWAT INAP TINGKAT LANJUTTOTAL BIAYA JUMLAH KUNJUNGANTOTAL BIAYAJUMLAH KUNJUNGANTOTAL BIAYA1HAEMODIALISA291,017191,813,784,9648,26735,679,741,155227,493,526,1192THALASEMIA13,51343,711,179,4377,94116,281,707,49559,992,886,9323TBC99,73617,597,259,22530,99688,905,376,945106,502,636,1714KANKER33,3249,462,376,09325,236135,226,855,147144,689,231,2405JANTUNG15,3363,264,033,3434,98019,731,040,42522,995,073,7686SECTIO CAESAREA49345,265,139113,796206,430,998,427206,476,263,5657MALARIA15,4192,452,868,12410,14015,021,861,84017,474,729,9648HIV/AIDS4,8841,282,376,2931,9247,041,343,8518,323,720,144Total473,723269,629,142,619203,280524,318,925,284793,948,067,903

  • JAMINAN KESEHATAN NASIONAL*

  • Peta Jalan Kepesertaan Menuju Jaminan Kesehatan Semesta (UHC)Pengalihan Peserta JPK Jamsostek, Jamkesmas, TNI Polri ke BPJS KesehatanPerluasan Peserta di Usaha Besar, Sedang, Kecil & MikroPenyusunan Sisdur Kepesertaan dan Pengumpulan IuranPemetaan Perusahaan dan sosialisasi Pengukuran kepuasan peserta berkala, tiap 6 bulan Integrasi Kepesertaan Jamkesda/PJKMU dan askes komersial ke BPJS KesehatanPengalihan Kepesertaan TNI/POLRI ke BPJS KesehatanKajian perbaikan manfaat dan pelayanan peserta tiap tahun Sinkronisasi Data Kepesertaan: JPK Jamsostek, Jamkesmas dan Askes PNS/Sosial -- NIKPenduduk yang dijamin di berbagai skema 148,2 jt jiwa121,6 juta peserta dikelola BPJS Keesehatan50,07 jJuta pst dikelola oleh Badan Lain257,5 juta peserta (semua penduduk) dikelola BPJS KeesehatanTingkat Kepuasan Peserta 85%KEGIATAN: Pengalihan, Integrasi, PerluasanBSK73,8 juta belum jadi peserta90,4juta belum jadi pesertaPerpres Dukungan Operasional Kesehatan bagi TNI Polri86,4 juta PBI2,6 PBI dr non KTPSebagian kecil jamkesda

    20%50%75%100%20%50%75%100%10%30%50%70%100%100%

    `Perusahaan201420152016201720182019USAHA BESAR20%50%75%100%USAHA SEDANG20%50%75%100%USAHA KECIL10%30%50%70%100%USAHA MIKRO10%25%40%60%80%100%

  • PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGIS PELAKSANAAN SJSN BIDANG KESEHATAN 2013-2014*

    PERMASALAHANLANGKAH STRATEGISKesiapan yankes blm merata, meliputi :Fasilitas pelayanan Tenaga kesehatanDukungan obat, vaksin & alkesSistem RujukanSistem akreditasi fasyankes primer blm terbangun.Penetapan PBI Penyiapan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan melalui :Pembangunan dan rehabilitasi fasilitas pelayanan kesehatan dasar (puskesmas, pustu, pusling, & rumah dinas nakes); Peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III Rumah Sakit, Rumah Sakit Rujukan Regional, & RS PratamaPeningkatan tenaga kesehatan (dokter & bidan PTT, perawat RS);Peningkatan dukungan manajemen pelaksanaan SJSN bidang kesehatan (tarif, sistem rujukan, sistem akreditasi fasyankes primer, sistem informasi, transformasi, sosialisasi litbang)Penyediaan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan bagi 86,4 juta penduduk miskin ;

  • Butir-butir Penting untuk dibahas pada Sidang Komisi (1)Penguatan intervensi secara intensif pada 1.000 hari pertama kehidupan melalui upaya yang komprehensif bagi ibu, bayi dan balita.Perpercepatan terwujudnya revitalisasi program Keluarga Berencana melalui kampanye 2 anak cukup untuk pencapaian target penurunan TFR.Mewujudkan agar semua fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta berfungsi sesuai standar yang berlaku.*

  • Penguatan sistem Rujukan, melalui pengembangan RS Rujukan Regional dan pemantapan RS PONEK dan Puskesmas PONED.Peningkatan jumlah, distribusi dan mutu SDM Kesehatan terutama pada DTPK, dengan melibatkan Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi. Pemanfaatan e-catalogue untuk memastikan kecukupan obat dan alat kesehatan yang diperkuat dengan pengawasan mutu di fasilitas pelayanan kesehatan. *Butir-butir Penting untuk dibahas pada Sidang Komisi (2)

  • Intensifikasi upaya peningkatan: pengetahuan komprehensif HIV-AIDS bagi kelompok usia 15-24 tahun, cakupan layanan tes HIV, cakupan pengobatan ARV, dan pengembangan Layanan Komprehensif Berkelanjutan (LKB).Pengembangan mandatory notification kasus TB bagi seluruh pemberi layanan untuk mendapatkan angka riil kejadian TB dan penguatan layanan terapi DOTS.Peningkatan penemuan kasus malaria secara aktif di daerah fokus dan peningkatan surveilans.Intensifikasi pengendalian risk factor penyakit tidak menular dan pengembangan layanan PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

    *Butir-butir Penting untuk dibahas pada Sidang Komisi (3)

  • Peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam implementasi SKN dan identifikasi isu-isu utama dalam penyusunan RPJMD dan RPJMN Bidang Kesehatan tahun 2015-2019.Dukungan Pemerintah Daerah dalam pemenuhan supply side (sarana dan pra-sarana) untuk mempercepat penyiapan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional 2014.Mengutamakan upaya promotif-preventif, termasuk dukungan manajemennya.

    *Butir-butir Penting untuk dibahas pada Sidang Komisi (4)

  • *TERIMA KASIH

    Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,Salam Damai Sejahtera Bagi Kita Semua,

    Yang terhormat :Gubernur Jawa Timur,Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional,Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan,Para Pejabat Eselon-1 di lingkungan Kementerian Kesehatan,Utusan Kementerian Dalam Negeri,Para Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, Para Direktur Utama Rumah Sakit Vertikal, dan Para Kepala UPT Kementerian Kesehatan, Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan , Ketua Persatuan Rumah Sakit Indonesia, dan Ketua Asosiasi Rumah Sakit Daerah , Hadirin yang saya banggakan,

    Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat mengikuti Rapat Kerja Nasional Regional Tengah Tahun 2013. Pada kesempatan yang baik ini saya akan menyampaikan paparan tentang Pembangunan Kesehatan di Indonesia Tahun 2012-2014

    *Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan menyampaikan paparan dengan pokok bahasan, meliputi:Peran Daerah dalam Pembangunan KesehatanReformasi Birokrasi menuju tercapainya WTPCapaian Pembangunan Kesehatan sampai dengan Tahun 2012 Permasalahan dan Langkah Strategis dalam upaya percepatan pencapaian MDG tahun 2015 Permasalahan dan Langkah Strategis Dalam Persiapan Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 2014

    **Beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan pembangunan kesehatan sangat memerlukan peran daerah seperti:

    UU 32 Thn 2004 ttg Pemerintahan Daerah. Peran daerah yang perlu dilakukan adalah: Melaksanakan urusan wajib pemerintah, salah satunya penanganan bidang kesehatan,Mempunyai kewajiban antara lain penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan mengembangkan sistem jaminan sosial

    PP 38 Thn 2007 ttg Pembagian urusan Pemerintahan antar Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemda Kabupaten/Kota. Peran daerah yang perlu dilakukan adalah:Melaksanakan urusan pemerintahan wajib dan pilihan berpedoman kepada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh K/L teknis. Penempatan tenaga kesehatan strategis, pemindahan tenaga tertentu antar kabupaten/ kota skala provinsi.

    *Beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan pembangunan kesehatan sangat memerlukan peran daerah seperti:

    UU No 36 Thn` 2009 ttg Kesehatan. Peran daerah yang diharapkan adalah Memenuhi alokasi ABPD sebesar 10 %Pengadaan, pendayagunaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan melalui pendidikan dan/atau pelatihanMenyediakan informasi kesehatan yang efektif dan efisienMembentuk Badan Pertimbangan Kesehatan DaerahMelakukan pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatanMengembangkan upaya promotif dan preventif untuk mencegah meningkatnya biaya kuratif/pengobatan

    PP No 19 Thn 2010 ttg Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Provinsi. Peran daerah yang perlu dilakukan adalah Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas Pembantuan

    *PP 56 Thn 2012 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi PNS. Daerah diharapkan dapat melakukan: Penetapan fasilitas pelayanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan atau tempat yang tidak diminati berdasarkan kriteria yang diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

    PP 109 Thn 2012 ttg Pengamanan Bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Peran daerah yang perlu dilakukan adalah:Mendorong pelaksanaan diversifikasi Produk TembakauMengatur ketentuan lebih lanjut mengenai Iklan Produk Tembakau di media luar ruangWajib mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan dalam rangka pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan.Pengamanan bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan meliputi: produksi dan impor; peredaran; perlindungan khusus bagi anak dan perempuan hamil; dan Kawasan Tanpa Rokok.

    *Pada tahun 2013, total anggaran Kementerian Kesehatan sebesar Rp. 34,57 Triliun. Sebanyak 83% (Rp. 28,7 Triliun) anggaran ditujukan untuk daerah melalui dana dekonsentrasi, tugas pembantuan, anggaran UPT vertikal di daerah dan anggaran kemenkes yang ditujukan untuk daerah. Sementara hanya 17 %( Rp. 5,87 Triliun) anggaran yang dialokasikan untuk Pusat. Besarnya anggaran Kemenkes untuk daerah menunjukkan komitmen Pusat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan di daerah, untuk mencapai target pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan.*Jika kita melihat grafik ini, terlihat bahwa masalah utama dari tenaga kesehatan (dokter) adalah distribusi yang tidak merata. Saat ini konsentrasi dokter berada di 9 provinsi. Sementara terdapat 24 provinsi yang jumlah dokternya masih di bawah standar nasional (40 per 100.000 penduduk). **

    *Opini BPK terhadap laporan keuangan Kementerian Kesehatan terus membaik. Pada tahun 2009-2010 opini BPK masih berstatus Tidak Memberikan Pendapat (TMP/disclaimer). Tahun 2011 telah membaik menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan kita harapkan tahun 2012 bisa mencapai opini WTP berkat langkah-langkah yang dilakukan oleh seluruh jajaran Kementerian Kesehatan dan jajaran kesehatan di daerah.*Peraihan opini Wajar Tanpa Pengecualiaan (WTP) atas Laporan Keuangan Kementerian harus mencerminkan :Pengelolaan anggaran dan pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja telah dilakukan melalui Sistem Pengendalian Intern yang memadai dan akuntasi keuangannya telah diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntasi Pemerintah. Telah terjadi reformasi birokrasi dan pembangunan intergritas individu maupun integritas organisasi.Dan telah terjadi perubahan atas pola pikir, pola tindak (perilaku) dan budaya kerja dari para pelaksana kegiatan.Dengan demikian peraihan WTP adalah merupakan perwujudan dari pelaksanaan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih, bebas dari Korupsi, Kolosi dan Nepotisme dalam mencapai tujuan berbangsa dan bernegara. *Pencapaian opini WTP harus merupakan sinergitas dari empat pilar yaitu:Pertama adalah Satuan Kerja Kementerian Kesehatan di Pusat dan Daerah, Kedua adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah pengguna APBN Kesehatan, keduanya adalah merupakan unit pengelola dan pengguna anggaran. Ketiga adalah Biro Keuangan dan Barang Milik Negara sebagai penanggung jawab Laporan Keuangan Kementerian KesehatanSerta yang keempat adalah Inspektorat Jenderal sebagai penjamin qualitas dari laporan Keuangan Kementerian yang disajikan.

    *

    *Saudara-saudara,Untuk menilai pencapaian target indikator RPJMN 2010-2014 (dan MDG), Bapak Menkokesra dalam sidang kabinet yang melaporkan kepada Presiden tentang tiga kategori penilaian, yaitu:- Indikator yang telah tercapai sesuai target, ditandai dengan warna hijauIndikator yang capaian targetnya masih memerlukan kerja keras, ditandai dengan warna kuning, dan Indikator yang targetnya sangat sulit tercapai, ditandai dengan warna merah.Dalam Rakerkesnas ini kita mengidentifikasi langkah-langkah konkrit agar indikator dengan warna kuning dan merah dapat meningkat pencapaiannya sehingga masuk kategori warna hijau. Sedangkan untuk indikator yang sudah tercapai ( warna hijau ) agar dapat dipertahankan. *Pada RPJMN 2010-2014 terdapat 51 indikator pembangunan yang menjadi tanggungjawab Kementerian Kesehatan. Berdasarkan hasil Mid term Review RPJMN yang dilaksanakan pada tahun 2012, ditemukan bahwa dari 51 indikator pembangunan kesehatan, terdapat 9 indikator yang memerlukan perhatian yang lebih serius. Empat indikator diantaranya dengan status warna kuning yaitu: 1)Peningkatan Umur Harapan Hidup, 2) Peningkatan Cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terlatih, 3) Peningkatan persentase penduduk 15 tahun ke atas yang memiliki pengetahuan HIV/AIDS, dan 4) Peningkatan persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan. Sementara itu, terdapat 5 indikator pembangunan kesehatan yang dinilai sulit dicapai yaitu: 1) Penurunan Angka Kematian Ibu, 2) Penurunan Angka Kematian Bayi, 3) Penurunan Total Fertility Rate, 4) Peningkatan persentase penduduk dengan akses air minum yang berkualitas, dan 5) Penurunan Annual Parasite Index untuk penyakit malaria.Sebagian besar indikator tersebut juga merupakan indikator MDG. Untuk dapat mengejar target yang ditetapkan diperlukan kerja keras, kerja cerdas secara sungguh-sungguh bersama-sama oleh jajaran kesehatan di tingkat pusat dan daerah. **Saudara-saudara,

    Untuk melaksanakan langkah-langkah mempercepat pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan target MDG, Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu : Wilayah A yaitu propinsi (dengan seluruh kabupaten kotanya) yang berpenduduk tinggi di atas 7,5 juta.Wilayah B yaitu kabupaten kota yang masuk kriteria DTPK dan Klaster 4 diluar wilayah A.Wilayah C yaitu semua kabupaten kota di luar wilayah A dan B.*Tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan tantangan utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Beberapa masalah yang diidentifikasi antara lain :Pertama, masih terjadinya disparitas akses pelayanan kesehatan ibu dan anak antar provinsi dan juga antar kabupaten di dalam provinsi. Hal ini terkait dengan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan yang ditempatkan di daerah dan masih terbatasnya kepemilikan jaminan kesehatan.Untuk mengatasi permasalahan tersebut, saya minta dilakukan penguatan atas pelayanan kesehatan di seluruh wilayah. Di samping itu, perlu dilakukan peningkatan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu, terutama penguatan pada Puskesmas yang mampu PONED, Rumah Sakit yang mampu PONEK, peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, serta meningkatkan efektifitas dan pemanfaatan Jampersal dan BOK.Kedua, upaya-upaya promotif dan preventif masih belum optimal. Untuk hal ini, saya minta agar dapat diintensifkan implementasi program promotif dan preventif seperti P4K, Gerakan sayang Ibu, Posyandu dan desa Siaga, serta peningkatan cakupan imunisasi dasar lengkap.

    *Beberapa masalah yang diidentifikasi sebagai penyebab masih tingginya angka kelahiran, antara lain: Berubahnya nilai jumlah anak ideal dalam keluarga Melemahnya pembinaan kesertaan KB aktif yang menyebabkan tingginya angka Drop Out.Rendahnya pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang.Pelayanan KB yang belum terjangkau secara merataMeningkatnya kelahiran usia remaja (15-19 tahun)

    Untuk menanggulangi masalah tersebut, saya harapkan dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:Kampanye 2 ANAK CUKUP dan 4 TERLALUPenguatan demand side dan supply side secara seimbang.Pembinaan dan pelestarian terhadap akseptor KBPeningkatan distribusi alat kontrasepsi ke Klinik KB dan PuskesmasPembinaan remaja melalui generasi berencana

    *Penurunan kasus kasus HIV/AIDS yang belum optimal, disebabkan oleh beberapa hal antara lain:Belum optimalnya upaya promotif-preventif dalam rangka peningkatan pengetahuan tentang HIV dan AIDS bagi penduduk usia 15-24 tahun.Masih rendahnya cakupan ODHA yang mendapat ART, yang saat ini baru mencapai 44,2 persen.Untuk itu, saya minta agar dapat dilakukan langkah-langkah, yaitu:Pertama, penguatan upaya-upaya peningkatan pengetahuan bagi penduduk 15 tahun ke atas tentang HIV dan AIDS melalui: penyebarluasan informasi HIV dan AIDS, melalui penguatan kegiatan Pusat Informasi Kesehatan Remaja (BKKBN dan PKBI), penyebaran informasi melalui media cetak, elektronik dan jejaring sosial (twitter, facebook, website, dan sebagainya). Di samping itu perlu diperluas kegiatan kampanye Aku Bangga Aku Tahu terhadap pelajar, mahasiswa dan organisasi kepemudaan.Kedua, tingkatkan upaya-upaya untuk meningkatkan cakupan ODHA yang mendapat ART. *Model terkini epidemi HIV. Modeling 2012 untuk estimasi beban kasus baru HIV. Model ini menggambarkan suatu peningkatan pada estimasi jumlah LSL dan klien dari WPS, dimana dampak sebaliknya pada angka populasi umum wanita dan populasi umum pria yang merupakan klien dari WPS. *Dalam keadaan epidemi terkonsentrasi seperti di Indonesia menjadi sangat penting untuk melakukan inisiasi pengobatan dini tanpa melihat CD4 pada populasi kunci (WPS, Penasun, LSL) termasuk pada :Pasien Penyakit Menular SeksualWanita hamil Pasangan dari orang dengan HIV positifKo-infeksi TB-HIV Penderita Hepatitis B Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)

    *Upaya mengendalikan epidemi HIV harus dimulai dari Hulu, dimulai dari Pendidikan moral, agama, Kesehatan reproduksi dan Bahaya Napza, selanjutnya masuk kepada upaya pencegahan transmisi HIV, yaitu melalui transmisi seksual, transmisi melalui jarum suntik pada pengguna napza, dan transmisi melalui penularan dari Ibu ke anak yang dikandungnya. Dimana pada pengendalian transmisi melalui 3 pilar utama yaitu : penggunaan kondom, Tes HIV dan LASS (layanan alat suntik steril) sela jutnya bagi yang sudah terinfeksi perlu dilakukan pengobatan HIV sedini mungkin. Berbagai upaya ini merupakan suatu kesatuan dalam strategi layanan komprehensif berkesinambungan dimana perlu didukung oleh tiga pilar utama : KPA, FASYANKES dan Komunitas .**Saudara sekalian yang berbahagia,

    Malaria masih menjadi permasalahan yang serius bagi Indonesia, dan statusnya masih MERAH. Prevalensi kasus Malaria yang diukur dengan API, masih sebesar 1,69 per 1.000 penduduk. Hal ini masih jauh dari yang ditargetkan yakni 1,0 per 1.000 penduduk.

    Untuk permasalahan ini langkah strategisnya adalah:Peningkatan penemuan kasus malaria melalui: Pembentukan Malaria Center; Pengembangan ATM Center; Peningkatan jumlah kader Juru Malaria Desa; serta Pendistribusian kelambu berinsektisida, terutama bagi Ibu Hamil dan Balita di daerah endemis.*Selain itu, Pengetahuan masyarakat dalam pencegahan malaria juga masih kurang. Hal ini perlu segera ditingkatkannya pembentukan Pos Malaria Desa, dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pengendalian malaria dan meningkatkan jangkauan pengendalian malaria.

    Hal lain yang menjadi permasalahan adalah belum berfungsinya Forum Nasional Gebrak Malaria. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah untuk penguatan Forum tersebut.*Indikator lain yang masih berstatus Merah adalah masih adanya desa di Indonesia yang belum memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi berkualitas. Untuk target ini, langkah strategis yang dapat ditempuh adalah:Meningkatkan pengawasan sarana air minum memenuhi syarat kesehatan.Mendorong Pemerintah Daerah untuk menyediakan akses air minum di perkotaan.Membangun sarana Teknologi Tepat Guna Air Minum di DTPKMerehabilitasi sarana air bersih bukan jaringan perpipaan Akselerasi STBM di desa/ kelurahanMeningkatkan akses air minum dan sanitasi di SekolahPenyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat di desa.

    *Permasalahan lain adalah Jumlah dan kompetensi tenaga Sanitarian di Puskesmas masih jauh dari memadai. Untuk itu langkah yang perlu ditempuh adalah meningkatkan jumlah dan kapasitas Sanitarian di Puskesmas.

    Adapun untuk permasalahan Kerjasama lintas sektor dlm penyediaan akses air bersih dan sanitasi belum optimal, langkah yang perlu ditempuh adalah Kerjasama lintas sektor dalam penyediaan akses air bersih dan sanitasi yang berkualitas

    *Saudara sekalian yang kami banggakan, sekarang kita masuki bagian ketiga dari presentasi saya, yakni PERMASALAHAN DAN LANGKAH STRATEGIS DALAM PERSIAPAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2014

    *Slide ini menjelaskan mengenai batasan Jaminan Kesehatan nasional

    Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemerilaharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar pemerintah

    Setiap penduduk wajib menjadi peserta termasuk warga negara asing yang tinggal di Indonesia lebih dari 6 bulanSetiap penduduk yang menjadi peserta harus membayar iuran atau iurannya dibayar pemerintah : bagi yang mempunyai upah/salary iuran dibayar oleh pekerja dan pemberi kerja bagi yang tidak mempunyai upah/salary besaran iruannya ditetakan berdasarkan nilai nominal tertentu (sedsang dalam pembahasan) bagi yang miskin dan tidak mampu iurannya dibayar oleh Pemerintah (sudah diatur didalam Peraturan Pemerintah no 101/2012 ttg PBI) Saudara sekalian, presentase penduduk Indonesia yang memiliki jaminan kesehatan memang sudah berstatus Hijau

    Dari Pie Chart ini terlihat bahwa sebagian besar kepesertaan JKN adalah dari Jamkesmas (33,16%) dan Jamkesda (16,79%).*Pada tahun 2012 cakupan jaminan kesehatan di Indonesia telah mencapai 68,82% yang terdiri dari kepesertaan Jamkesmas 78.803.760 jiwa (33,16%), Askes PNS 16.548.283 jiwa (6,69%), JPK Jamsostek 7.026.440 jiwa (2,96%), TNI/POLRI/PNS Kemhan 1.412.647 jiwa (0,59%), Asuransi Perusahaan 16.923.644 jiwa (7.12%), Asuransi Swasta 2.937.627 jiwa dan Jamkesda 39.895.520 jiwa (16,79%).

    9 provinsi telah mencapai Universal Health Coverage (UHC) dimana seluruh penduduknya telah terlindungi dengan jaminan kesehatan yaitu Papua Barat, Papua, Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan dan Gorontalo serta Maluku. Cakupan semesta ini dapat tercapai karena meningkatnya peran pemerintah daerah dalam mengembangkan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) di wilayahnya pada beberapa provinsi tersebut. Pada grafik juga terlihat 5 provinsi cakupannya telah melampaui capaian nasional maupun target RKP yaitu Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Timur.*Gambaran jumlah RJTL dan RITL penyakit dengan diagnosa tertentu pada tahun 2012 dikaitkan dengan biaya yang diserap. Penyakit tersebut di atas sebagian besar adalah penyakit katastropik yang membutuhkan biaya tinggi. Tindakan persalinan dengan seksio menyerap biaya sangat besar khususnya pada RITL. Pasien Jamkesmas dengan HIV/AIDs cukup banyak menyerap biaya pada pelayanan kesehatan lanjutan.*Dalam pengembangan jaminan kesehatan, kita telah meletakkan arah implementasi yang jelas sesuai UU No 40/2004 tentang SJSN dan UU N0 24/2011 tentang BPJS. Untuk penyiapan implementasinya, telah dibentuk Tim Penyiapan Implementasi BPJS serta roadmap JK SJSN 2012-2019.

    Pengembangan jaminan kesehatan SJSN diarahkan untuk mencapai universal health coverage, dimana terjadi interaksi dari peserta, penyedia pelayanan kesehatan yakni fasilitas kesehatan serta BPJS kesehatan. Pemerintah berperan dalam melakukan regulasi berbagai aspek penyelenggaraan jaminan kesehatan seperti, sistem pelayanan kesehatan, standarisasi kualitas pelayanan kesehatan, obat, alkes, regulasi tarif pelayanan serta berbagai-bagai aspek dalam mendorong tercapainya kendali biaya dan kendali mutu pelayanan.

    Pemerintah juga bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat kesehatan masyarakat (public health).

    *Pada tahun 2012 2013, dilakukan persiapan-persiapan:Penyusunan sistem dan prosedur kepesertaan dan pengumpulan iuranSinkronisasi data kepesertaan JPK Jamsostek, Jamkesmas, Askes PNS, TNI/Polri, PJKMU dengan NIKPemetaan perusahaan dan sosialisasi

    Pada tahun 2014, BPJS Kesehatan sudah operasional, pentahapan kepesertaan Jaminan Kesehatan dalam SJSN dimulai dg dilakukan pengalihan peserta JPK Jamsostek, Jamkesmas, Askes PNS, TNI/Polri, ke BPJS Kesehatan. Peserta Jamkesmas yang menjadi penerima bantuan iuran (PBI) menjadi 86,4 juta jiwa, sehingga total ada 121,6 juta jiwa yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Sementara itu, ada 50,07 juta jiwa penduduk yang masih dikelola oleh Badan lain. Tahun 2014, perkiraan masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan sebanyak 171, 67 juta jiwa, sehingga masih 73,4 juta jiwa yang belum memiliki jaminan kesehatan.

    Selama kurun waktu 2014-2019, dilakukan: Pengalihan dan integrasi kepesertaan Jamkesda dan Asuransi Kesehatan KomersialPerluasan peserta pada usaha besar, sedang, kecil dan mikro secara bertahap

    BPJS Kesehatan memberikan yankes yang terkendali mutu dan biayanya dengan melaksanakan: Pengukuran kepuasan peserta secara berkala, 6 bulan sekali Kajian perbaikan manfaat dan pelayanan peserta setiap tahun

    Pada tahun 2019, ditargetkan seluruh penduduk Indonesia sejumlah 257,5 juta jiwa telah dikelola oleh BPJS Kesehatan dengan tingkat kepuasan peserta sebesar 85%.

    *Permasalahan dalam pelaksanaan SJSN adalah:Kesiapan yankes belum merata, meliputi :Fasilitas pelayanan Tenaga kesehatanDukungan obat, vaksin & alkesSistem RujukanSistem akreditasi fasyankes primer blm terbangun.Penetapan PBI Langkah strategis yang dilakukan meliputi:Peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III Rumah Sakit, Rumah Sakit Rujukan Regional, & RS PratamaPembangunan dan rehabilitasi fasilitas pelayanan kesehatan dasar (puskesmas, pustu, pusling, & rumah dinas nakes); Peningkatan tenaga kesehatan (dokter & bidan PTT, perawat RS);Peningkatan dukungan manajemen pelaksanaan SJSN bidang kesehatan (tarif, sistem rujukan, sistem akreditasi fasyankes primer, sistem informasi, transformasi, sosialisasi litbang)Penyediaan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan bagi 86,4 juta penduduk miskin ;***Sebelum saya mengakhiri sambutan ini, saya akan membacakan pantun, sebagai berikut:

    Anak petani bertanam nenas,Buahnya dibeli pedagang kaya,Segenap peserta Rakerkesnas,Selamat datang di Surabaya,

    Jika sudah saling sepakat,Jangan berniat ingkar janji,Pemerintah bersama Masyarakat,Bersatu mencapai target MDG.Air sungai masuk ke kanal,Mengalir berkelok di dalam kota,Siapkan Jaminan Kesehatan Nasional,Wujudkan Jaminan Kesehatan Semesta.

    Dengan memohon perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan ini Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Tengah Tahun 2013 saya nyatakan dibuka.

    Terima kasih. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh*