Panitia Ujian Munaqasahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2081/1... ·...
Transcript of Panitia Ujian Munaqasahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2081/1... ·...
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif “The
Power Of Two” Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada
tanggal 11 Juni 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.
Jakarta, Juni 2010
Panitia Ujian Munaqasah Ketua Jurusan/Prodi Tanggal Tanda Tangan
Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 ................................. ..................................
Sekertaris Jurusan/Prodi
Otong Suhyanto, M.Si NIP. 19681104 199903 1 001 ................................. ..................................
Penguji I
Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 ................................. ..................................
Penguji II
Gelar Dwirahayu, MPd NIP. 19790601 200604 2 004 ................................. ..................................
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A. NIP. 19571005 198703 1 003
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Sri Wahyuningsih
NIM : 105017000442
Jurusan : Pendidikan Matematika
Angkatan Tahun : 2005
Alamat : Jalan Kecapi V Rt. 005 Rw. 05 No. 144 Jagakarsa, Jakarta
Selatan
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul ”Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif The
Power of Two Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di MTsN 2 Jakarta)” adalah benar hasil karya sendiri
di bawah bimbingan:
1. Nama : Tita Khalis Maryati, S.Si, M.Kom
NIP : 19690924 199903 2 003
Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika
2. Nama : Abdul Muin, S.Si, M.Pd
NIP : 19751201 200604 1 003
Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika
Jakarta, Mei 2010
Yang menyatakan
Sri Wahyuningsih
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF
”THE POWER OF TWO” UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
BELAJAR MATEMATIKA SISWA, yang disusun oleh SRI
WAHYUNINGSIH Nomor Induk Mahasiswa: 105017000442, Jurusan
Pendidikan Matematika telah melakukan bimbingan dinyatakan syah sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan
yang ditetapkan fakultas.
Jakarta, Juni 2010
Yang Mengesahkan:
Pembimbing I Pembimbing II
Tita Khalis Maryati, S.Si, M.Kom Abdul Muin, S.Si, M.Pd
NIP.19690924 199903 2 003 NIP. 19751201 200604 1 003
ABSTRAK
Sri Wahyuningsih, Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif “The
Power of Two” Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa
(Penelitian Tindakan Kelas di MTsN 2 Jakarta), Skripsi Jurusan
Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-5 MTsN 2 Jakarta. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Siklus 1 menunjukkan persentase
aktivitas belajar matematika siswa dan rata-rata hasil belajar siswa belum
mencapai indikator keberhasilan, sedangkan untuk siklus 2 persentase aktivitas
belajar matematika siswa dan hasil belajar matematika siswa sudah mencapai
batasan indikator, maka penelitian ini berakhir sampai siklus 2.
Jadi, dengan diterapkannya strategi pembelajaran aktif “The Power of
Two” aktivitas belajar matematika siswa mengalami peningkatan. Dari hasil
penelitian ini disarankan agar guru dapat menerapkan strategi pembelajaran aktif
“The Power of Two” dalam pembelajaran matematika.
Kata kunci: The Power of Two dan aktivitas belajar
i
ABSTRACT
Sri Wahyuningsih, Implementation of Active Learning with Strategy
The Power of Two to Improve Student’s Activities in Learning of
Mathematics (Classroom Action Research in MTsN 2 Jakarta), Skripsi
Department of Mathematics Education Faculty of Tarbiyah and Teacher
Training UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research was held MTsN 2 Jakarta. The purpose of this research is to
improve student’s activity in learning mathematics. As for methodologies used in
this research is classroom action research.
This research is consisted of two cycle. Cycle one showed the percentage
of students learning activity and the average of student’s achievement not reached
the indicator. While for cycle two showed the percentage of student’s learning
activity and the average of student’s achievement reached the indicator. Hence
this research end until two cycle.
It can be concluded that teaching mathematics through the power of two is
success. It can be seen from the student’s learning activity. The result of this
research is that application of active learning with strategies the power of two can
improve activity on mathematics learning. By this research I suggest that teachers
can implement active learning with strategies the power of two in learning
mathematics.
Keyword: The Power of Two and Activity
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda kita
Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga, sahabat, dan mudah-mudahan
sampai kepada kita selaku umatnya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan dalam hal wawasan, pengalaman, dan sebagainya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritik yang
bersifat membangun.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
yang telah memberikan izin atas penyusunan skripsi dan memberikan
pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Ibu Muhlisrarini, M.Pd selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.
4. Ibu Tita Khalis Maryati, S.Si, M.Kom Selaku Dosen Pembimbing I yang tulus
ikhlas penuh kesabaran dan perhatian membimbing serta mengarahkan penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II atas motivasi
dan saran yang berguna bagi penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Shadiqin, M.Pd selaku Kepala Sekolah MTsN 2 Jakarta beserta
dewan guru dan staf yang telah memberikan izin dan bantuannya ketika
penulis mengadakan penelitian.
7. Bapak Rahmat, BA selaku Guru Bidang Studi Matematika yang telah
memberikan motivasi dan bantuan yang sangat besar kepada penulis.
iii
8. Kepada Ibunda dan Ayahanda yang selalu memberikan doa, motivasi,
perhatian, dan kasih sayangnya untuk penulis dan adikku yang telah
memotivasi penulis untuk skripsi ini.
9. Seluruh rekan dan sahabat seperjuangan jurusan pendidikan matematika
angkatan 2005 yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh pihak yang penulis tidak sebutkan satu per satu tetapi tidak
mengurangi rasa terima kasih dan hormat penulis.
Hanya doa dan harapan yang dapat penulis sampaikan, semoga semua
pihak yang telah bekerja sama dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi
ini mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Jakarta, Mei 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACK .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Masalah.......................................... 5
C. Pembatasan Fokus Penelitian...................................................... 6
D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
F. Kegunaan Hasil Penelitian .......................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Kerangka Teori
1. Aktivitas Belajar
a. Pengertian Belajar ........................................................... 8
b. Pengertian Aktivitas Belajar ........................................... 12
c. Macam-macam Aktivitas Belajar.................................... 13
d. Aktivitas Belajar yang Dikembangkan ........................... 16
e. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran.................................... 17
2. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika.................................................... 18
b. Belajar Matematika ......................................................... 19
c. Strategi Pembelajaran Matematika ................................. 23
3. Pembelajaran Aktif
v
a. Pengertian Pembelajaran Aktif ....................................... 26
b. Pembelajaran Aktif ”The Power of Two”....................... 32
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 33
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan............................ 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan .................................... 35
C. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian................................... 38
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ................................. 39
E. Tahapan Intervensi Tindakan...................................................... 39
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan............................... 44
G. Data dan Sumber Data ................................................................ 45
H. Instrumen Penelitian .................................................................. 46
I. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 47
J. Teknik Pemeriksaan dan Keterpercayaan ................................... 48
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ............................. 49
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ....................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Intervensi Tindakan........................................... 51
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................................... 89
C. Analisis Data ............................................................................... 90
D. Interpretasi Hasil Analisis ........................................................... 94
E. Pembahasan Temuan Penelitian.................................................. 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 97
B. Saran............................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 99
vi
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................. 102
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data dan Sumber Data ................................................................. 45
Tabel 4.1 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada
Pembelajaran Siklus I..................................................................... 67
Tabel 4.2 Nilai Tes Akhir Siklus I ............................................................... 70
Tabel 4.3 Refleksi Tindakan Pembelajaran pada Siklus I.............................. 71
Tabel 4.4 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada
Pembelajaran Siklus II ................................................................... 85
Tabel 4.5 Nilai Tes Akhir Siklus II ................................................................ 88
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ....................................... 90
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa ................... 92
Tabel 4.8 Rekapitulasi Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa dan Hasil Belajar
Siswa .............................................................................................. 93
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Diagram Rancangan Siklus Penelitian Tindakan Kelas........... 37
Gambar 3.2 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas.................................. 38
Gambar 4.1 Aktivitas Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru pada
Penelitian Pendahuluan ............................................................ 53
Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Mengerjakan LKS secara Individu pada
Pertemuan Ke-1........................................................................ 56
Gambar 4.3 Aktivitas Siswa yang Berbicara dengan Temannya Ketika
Mereview Pelajaran.................................................................. 57
Gambar 4.4 Aktivitas Siswa Mengerjakan LKS dengan Pasangannya ....... 59
Gambar 4.5 Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Tes Akhir Siklus I............. 67
Gambar 4.6 Aktivitas Siswa Mengerjakan LKS secara Individu pada
Pertemuan Ke-7........................................................................ 74
Gambar 4.7 Aktivitas Siswa Mengerjakan Hasil Kerja LKS di Depan
Kelas......................................................................................... 76
Gambar 4.8 Aktivitas Siswa dari Pasangan yang Menanggapi Hasil Kerja
Pasangan yang Mengerjakan LKS di Depan Kelas pada
Pertemuan Ke-8........................................................................ 77
Gambar 4.9 Aktivitas Siswa Mengerjakan Hasil Kerja LKS di Depan
Kelas......................................................................................... 79
Gambar 4.10 Aktivitas Siswa dari Pasangan yang Menanggapi Hasil Kerja
Pasangan yang Mengerjakan LKS di Depan Kelas pada
Pertemuan Ke-11...................................................................... 83
Gambar 4.11 Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Tes Akhir Siklus II ........... 84
Gambar 4.12 Diagram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar
Matematika Siswa .................................................................... 91
viii
Gambar 4.13 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Siswa ........................................................................................ 92
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ....................................... 102
Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa Siklus I .................................................. 115
Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Siklus I .............................................................. 124
Lampiran 4 Soal Tes Siklus I ..................................................................... 130
Lampiran 5 Jawaban Soal Tes Siklus I ....................................................... 133
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Siklus II ................................................ 134
Lampiran 7 Kisi-kisi Tes Siklus II .............................................................. 144
Lampiran 8 Soal Tes Siklus II ..................................................................... 146
Lampiran 9 Jawaban Soal Tes Siklus II ..................................................... 147
Lampiran 10 Lembar Observasi Guru pada KBM ....................................... 149
Lampiran 11 Rekapitulasi Hasil Observasi Guru pada KBM ....................... 151
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa ......... 155
Lampiran 13 Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru............................ 157
Lampiran 14 Hasil Wawancara dengan Guru................................................ 161
Lampiran 15 Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa .......................... 164
Lampiran 16 Hasil Wawancara dengan Siswa .............................................. 167
Lampiran 17 Catatan Lapangan..................................................................... 173
Lampiran 18 Nilai LKS dan Tes Hasil Belajar Siswa .................................. 186
Lampiran 19 Jadwal Penelitian...................................................................... 194
Lampiran 20 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa Pada Pra
Penelitian.................................................................................. 195
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan matematika merupakan hal yang
sangat strategis dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuannya agar
sumber daya manusia tersebut memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang berorientasi pada peningkatan penguasaan ilmu dan teknologi.
Sekolah wajib memuat matematika sebagai salah satu bidang studi
yang harus dikuasai oleh siswa. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa
belajar matematika, Cockroft (1982:1-5) mengemukakan bahwa
matematika:
1. Selalu digunakan dalam segi kehidupan;
2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang
sesuai;
3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas;
4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara;
5. Meningkatkan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan
6. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang. Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika
kepada siswa pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah
kehidupan sehari-hari.1
Dari hasil studi TIMMS tahun 2007 untuk siswa kelas VIII,
menempatkan siswa Indonesia pada ururtan ke 36 dari 49 negara dengan
nilai rata-rata untuk kemampuan matematika secara umum adalah 397. Nilai
tersebut masih jauh dari standar minimal nilai rata-rata kemampuan
matematika yang ditetapkan TIMMS yaitu 500. Prestasi siswa Indonesia ini
berada di bawah siswa Malaysia & Singapura. Siswa Malaysia memperoleh
1 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2003), Cet II, h.253.
1
2
nilai rata-rata 593.2Skala matematika TIMMS Beenchmark International
menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat terbawah,
Malaysia pada peringkat tengah, dan Singapura berada pada peringkat atas.
Padahal jam pelajaran matematika di Indonesia 136 jam untuk kelas VIII,
lebih banyak dibanding Malaysia yang hanya 123 jam dan Singapura 124
jam.3
Salah satu hambatan dalam peningkatan kualitas pendidikan
matematika, diantaranya adalah anggapan yang telah melekat pada sebagian
besar bangsa Indonesia matematika selama ini sering diasumsikan dari
berbagai hal yang berkonotasi negatif, dari mulai matematika sebagai ilmu
yang sangat sulit, ilmu hafalan tentang rumus, berhubungan dengan
kecepatan hitung, sampai pada ilmu yang membosankan.
Terdapat beberapa dugaan yang menyatakan bahwa matematika sulit
dipelajari, diantaranya adalah:
1. pandangan negatif terhadap matematika yang telah tertanam tanpa
sengaja,
2. ide matematika yang bersifat abstrak dan deduktif sehingga tidak mudah
dipelajari,
3. pemanfaatan media dan alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran
matematika kurang sesuai pemilihannya dan belum optimal di dalam
penggunaannya,
4. di dalam pembelajaran matematika, anak ditempatkan bukan sebagai
subjek belajar yang dipentingkan, tetapi lebih diperlakukan sebagai
objek belajar yang bersifat pasif menerima dan sekedar melakukan apa
yang dimintakan,
5. penyajian konsep-konsep matematika yang monoton, kurang menarik
serta tidak tepat caranya.4
2 Ina V.S. Mullis, dkk, ”TIMMS 2007 International Mathematics Report”, dari
http://TIMMS.bc.edu/TIMMS 2007/techreport.html, h. 38. 3 Ina V.S. Mullis, dkk, ”TIMMS 2007,……………………..,h.195. 4Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007), h.8.41.
3
Hal tersebut di atas juga terlihat dari data yang mendukung opini
tersebut, yaitu :
Sedikitnya ada 3 mata pelajaran yang ditakuti kebanyakan siswa, yakni matematika, bahasa Indonesia dan Sains. Ketiga mata pelajaran itu selama ini masih menjadi momok bagi para siswa. Kondisi seperti itu menimbulkan keprihatinan karena pemahaman murid terhadap ketiga mata pelajaran menjadi rendah.5
Selain anggapan yang telah disebutkan di atas, hal itu dilengkapi
pula dengan guru matematika yang dalam menyampaikan pelajarannya
galak, tidak menariik, bahkan cenderung menciptakan rasa takut, dan tegang
pada siswa. Selain itu guru lebih mendominasi jalannya pembelajaran di
kelas serta mengakibatkan interaksi yang kurang terjalin antara siswa dan
guru. Menjadikan siswa pasif, siswa kurang perhatian untuk belajar kreatif
dan mandiri. Situasi seperti ini semakin menjauhkan rasa ketertarikan siswa
dalam mempelajari matematika. Apalagi jika siswanya memiliki
kemampuan berfikir yang kurang dibandingkan dengan teman-temannya.
Menurut Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika
(2001) banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran
dengan kegiatan membahas tugas-tugas, lalu memberi pelajaran baru,
memberi tugas kepada siswa. Pembelajaran seperti di atas rutin dilakukan
setiap hari dapat dikategorikan 3M, yaitu membosankan, membahayakan,
dan merusak. Apabila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan, maka
kompetensi dasar dalam indikator pembelajaran tidak dapat tercapai secara
maksimal.6
Di dalam belajar, aktivitas sangat diperlukan sebab pada prinsipnya
belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan
kegiatan. Tidak ada kegiatan kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya
aktivitas merupakan prinsip atau asas yang penting dalam interaksi belajar
mengajar. Dalam pembelajaran, yang lebih banyak melakukan aktivitas di
dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik
Guru Jangan Lakukan Kekerasan; Tiga Mata Pelajaran Ditakuti Siswa, dalam http:pendis.depag.gi.id/lama/cfm/index.cfm?fuseaction...ID...
6 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (lampiran 7), (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. II, h. 221.
4
memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan
diperbuat oleh anak didik.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar matematika siswa kelas
VII-5 Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Jakarta diperoleh kenyataan
sebagai berikut:
1. metode pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru adalah metode
ceramah dan pemberian tugas.
2. siswa masih merasa takut untuk bertanya tentang materi pelajaran yang
tidak dipahami atau belum dipahami.
3. siswa tidak berani mengerjakan soal di depan kelas jika diminta oleh
guru untuk mengerjakan soal di depan kelas, karena dikhawatirkan
jawaban akan salah.
4. guru lebih mendominasi jalannya pembelajaran di kelas, sehingga
mengakibatkan siswa pasif.
5. hasil persentase aktivitas belajar siswa rata-ratanya hanya mencapai
50,51% (data dapat dilihat pada lampiran 20).
Selain informasi yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar
matematika siswa, diperoleh pula rata-rata hasil belajar matematika siswa
kelas VII-5 Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Jakarta masih rendah,
yaitu 62, 5. Berdasarkan hasil wawancara terhadap Wakil Kepala Sekolah
bidang kurikulum, kelas tersebut masuk ke dalam kategori kelas yang
prestasi belajarnya rendah diantara 4 kelas yang lain.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka strategi pembelajaran
aktif perlu diimplementasikan dalam proses pembelajaran, untuk
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Strategi pembelajaran
aktif yaitu suatu strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil
yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Strategi pembelajaran ini
mempermudah siswa dalam memahami dan menemukan masalah yang sulit
dengan saling berdiskusi. Strategi pembelajaran aktif tersebut diantaranya
adalah Active Debate, Card Sort, Indeks Card Match, dan The Power of
Two. Dalam macam-macam strategi pembelajaran aktif tersebut, dalam
5
penelitian ini peneliti akan menerapkan strategi pembelajaran aktif ”The
Power of Two”.
”The Power of Two” (kekuatan berdua) merupakan salah satu strategi
pembelajaran aktif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika.
”The Power of Two” (kekuatan berdua) merupakan strategi pembelajaran
aktif yang memperkuat pentingnya hubungan yang sinergi yaitu bahwa
berpikir berdua jauh lebih baik dari pada berpikir sendiri.7 Maka dengan
penggunaan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” dalam
pembelajaran matematika diharapkan dapat menghilangkan rasa bosan siswa
dalam belajar. Siswa dapat bertukar pikiran dengan teman. Hal ini akan
membuat kelas lebih hidup dan menyenangkan, sehingga siswa lebih serius
dalam belajar. Selain strategi pembelajaran yang digunakan, keaktifan siswa
akan mendukung pembelajaran matematika.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas dengan judul Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif
”The Power of Two” Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Matematika Siswa.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menumbuhkan motivasi siswa terhadap pelajaran
matematika?
2. Apakah strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” dapat
diterapkan pada pelajaran matematika?
3. Apakah penerapan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?
4. Apakah penerapan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
7 Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008), h.52.
6
5. Jenis-jenis aktivitas apakah yang dapat ditingkatkan melalui strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two”?
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 2 kelas VII-5. Adapun fokus penelitian ini adalah upaya
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa melalui strategi
pembelajaran aktif “The Power of Two”.
C. Pembatasan Fokus Penelitian Setelah penulis mengemukakan latar belakang masalah di atas, dapatlah
terlihat luasnya permasalahan yang didapat. Karena adanya keterbatasan waktu
dan pengetahuan yang penulis miliki serta untuk memperjelas dan memberikan
arah yang tepat dalam pembahasan skripsi, maka penulis berusaha memberikan
batasan yang sesuai dengan judul, yaitu sebagai berikut :
1. Strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”: strategi pembelajaran aktif
yang memperkuat pentingnya hubungan yang sinergi yaitu bahwa dua siswa
lebih baik dari pada hanya satu siswa.
2. Aktivitas belajar: aktivitas belajar yang dimaksud merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan siswa di dalam kelas/selama proses pembelajaran berlangsung
(seperti : memperhatikan penjelasan guru, bertanya pada guru, menjawab
pertanyaan dan sebagainya).
3. Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 kelas VII-5.
D. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pembatasan masalah dan fokus penelitian, maka peneliti
merumuskan masalah penelitian, yaitu: Apakah strategi pembelajaran aktif ”The
Power of Two” dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?
Dari perumusan masalah di atas, maka dapat dijabarkan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas belajar matematika siswa setelah diterapkannya strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two”?
7
2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa setelah diterapkannya strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two”?
3. Bagaimana respon siswa dalam belajar matematika setelah diterapkannya
strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”?
4. Bagaimana keterkaitan antara aktivitas belajar matematika siswa dengan hasil
belajar matematika siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran aktif
”The Power of Two”?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan Penelitian Tindakan
Kelas ini yaitu:
1. Untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa setelah diterapkan
strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
3. Untuk mengetahui respon siswa dalam belajar matematika setelah diterapkan
strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
4. Untuk mengetahui keterkaitan antara aktivitas belajar matematika siswa
dengan hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
F. Kegunaan Hasil Penelitian a. Bagi siswa, memberikan manfaat untuk meningkatkan aktivitas belajar
matematika siswa.
b. Bagi guru/calon guru, memberikan manfaat untuk dapat menerapkan strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
c. Bagi sekolah, memberikan manfaat bagi sekolah yaitu untuk memperbaiki
proses pembelajaran di kelas VII-5 dengan menerapkan strategi pembelajaran
aktif ”The Power of Two” sehingga aktivitas belajar matematika siswa
mengalami peningkatan.
8
8
BAB II
Kajian Teori dan Pengajuan Konseptual
Intervensi Tindakan
A. Kerangka Teori
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti berubah ilmu pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan,
serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
1. Aktivitas Belajar
a. Pengertian Belajar
Sebelum membahas mengenai pengertian belajar, dan hakikat belajar,
akan diuraikan terlebih dahulu tentang ranah psiko-fisik anak. Proses
perkembangan tersebut meliputi1:
1). Perkembangan Gerak (Motor Development)
Perkembangan gerak (motor development), yakni proses perkembangan
yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan
fisik anak (motor skills). Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang
lebih selama dua dasawarsa selama anak itu lahir. Mula-mula anak yang baru
lahir hanya memiliki sedikit sekali aktivitas alat-alat jasmaninya. Setelah usia
empat bulan, bayi itu mulai duduk walaupun masih dibantu dengan sanggahan
dan dapat menggenggam benda-benda disekitarnya.2 Ketika seorang anak
memasuki sekolah dasar umur enam atau tujuh tahun sampai dua belas atau
tiga belas tahun, perkembangan fisiknya tampak seimbang.3 Misalnya
perkembangan ukuran tangan kanannya sama dengan perkembangan ukuran
1 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru edisi revisi, (Bandung:
PT Remaja Rosda Karya, 2005), h.60. 2 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…………….., h.61. 3 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…………….., h.62.
8
9
tangan kirinya. Gerakan-gerakannya pun lincah dan terarah. Untuk
memperoleh keterampilan jasmani diperlukan pengamatan, latihan, dan
praktik.
2). Perkembangan kognitif (cognitive development)
Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan
fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak
anak.
Hasil riset para ahli psikologi kognitif menyimpulkan bahwa aktivitas
ranah kognitif manusia berlangsung antara 0-2 tahun. Hasil riset kognitif yang
dilakukan dalam kurun waktu 20 tahun menyimpulkan bahwa semua bayi
manusia sudah berkemampuan menyimpan informasi-informasi yang berasal
dari penglihatan, pendengaran, dan informasi-informasi lain yang diserap
melalui indera-indera lainnya.4
3). Perkembangan sosial dan moral (social and moral development)
Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni
proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan
cara anak berkomunikasi dengan objek orang lain baik sebagai individu
maupun sebagai kelompok. Misalnya proses perkembangan anak ketika
sedang beradaptasi dengan gurunya, sebagai contoh ketika gurunya sedang
melakukan kegiatan sosial seperti menerima tamu, berjabatan tangan dengan
orang lain. Diharapkan siswa tersebut mampu meniru sebaik-baiknya
perbuatan sosial yang dilakukan oleh gurunya itu.
Dalam proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan kegiatan yang
paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian hasil pendidikan banyak
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Ada
beberapa definisi belajar, Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi
belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama
berbunyi:....acquisition of any relatively permanent change in behavior as a
result of practice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah
laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan
4 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…………….., h.67.
10
keduanya Process of acquiring responses as a result of special practice,
belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan
khusus5. Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri.6Sedangkan
menurut Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978)
mengemukakan :”Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.7
Menurut Abu Ahmadi dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, belajar
adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan.8
Belajar pada hakikatnya adalah usaha untuk mewujudkan perubahan
tingkah laku.9 Dalam hal ini Muh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari
perubahan perilaku, yaitu:10
1. Perubahan yang disadari dan disengaja
Seseorang yang sedang dalam keadaan belajar, ia akan berusaha untuk
memperoleh suatu perubahan. Ketika perubahan itu terjadi pada diri
individu yang belajar, maka ia sadar ternyata dalam dirinya telah terjadi
perubahan. Kemudian ia pun menyadari bahwa belajar yang dilakukan
dengan sengaja pada dirinya telah memperoleh hasil perubahan sesuai
dengan apa yang ia harapkan.
2. Perubahan yang berkesinambungan
Setiap individu pasti memiliki pengetahuan atau keterampilan yang
diperolehnya. Ketika individu tersebut melakukan proses pembelajaran,
pengetahuan atau keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya akan
menjadi acuan bagi proses pembelajaran selanjutnya. Belajar bisa
5 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru……………., h.90. 6 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 13. 7 M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),
h.84. 8Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultas Tarbiyah
Komponen MKDK, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. II, h.17. 9Gurukul: “Hakikat Belajar Mengajar” dalam http://ic-
ypsa.blogspot.com/2009/01/hakikat-belajar.html, 21 Januari 2009, 18.10 10Akhmad Sudrajat. “Hakikat Belajar” dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/hakikat-belajar/ 31 Januari 2008, 10.00
11
bermakna apabila ada kesinambungan konsep dengan pemahaman
sebelumnya. Misalnya seorang guru tidak akan berhasil menugaskan
siswa-siswanya untuk mengerjakan soal sejenis yang belum pernah
diajarkan sebelumnya.
3. Perubahan yang fungsional
Perubahan yang terjadi diharapkan dapat memberi manfaat bagi diri
individu yang belajar dan bagi proses belajar berikutnya. Misalnya
seorang anak yang sedang belajar menulis, ia akan akan mengalami
perubahan belajar sampai ia terampil menulis. Keterampilan
menulisnya ini akan berkembang menjadi lebih baik sehingga ia
mampu menulis cerita, menulis karangan, dan sebagainya.
4. Perubahan yang bersifat positif
Keberhasilan seseorang yang telah mengikuti proses belajar adalah
adanya perubahan positif dari segi akademik (kognitif), sikap (afektif),
dan perilaku (psikomotor). Perubahan positif itu juga tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
5. Perubahan yang bersifat aktif
Individu yang belajar haruslah ia berusaha giat, tekun dalam mencapai
perubahan sesuai yang diinginkan. Perubahan itu tidak terjadi dengan
sendirinya, tetapi karena usaha dari individu itu sendiri.
6. Perubahan yang bersifat permanen
Dalam proses belajar, ketika individu telah memperoleh perubahan,
perubahan tersebut berlangsung lama, tetap (tidak hanya untuk
sementara saja). Lama kelamaan perubahan tersebut menjadi bagian
dalam individu itu sendiri.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah
Individu yang memiliki proses belajar, pasti mempunyai tujuan.
Tujuan dari belajar itu, yaitu memperoleh pengetahuan, pemahaman,
sikap, keterampilan, atau tujuan lain yang diinginkan sehingga
individu tersebut dapat mengarah yang lebih baik.
12
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan
Seseorang yang melakukan proses belajar, orang tersebut tidak hanya
ingin sekedar memperoleh suatu pengetahuan saja. Tetapi, selain ia
memperoleh pengetahuan, ia juga ingin memperoleh perubahan dalam
bentuk sikap, dan keterampilan serta perubahan lain yang ada pada
individu yang belajar yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Jadi, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
seseorang dari yang sebelumnya tidak dapat melakukan sesuatu
menjadi dapat melakukan sesuatu yang disebabkan karena latihan dan
pengalaman dalam jangka waktu tertentu.Hakikat dari belajar adalah
perubahan dalam tingkah laku individu yang belajar, dimana
perubahan itu bersifat aktif, positif, seperti berubah ilmu pengetahuan,
pemahaman, sikap, dan keterampilan atau perubahan lain yang ada
pada diri individu yang belajar.
b. Pengertian Aktivitas Belajar
Sebelum membahas tentang aktivitas belajar, akan diuraikan terlebih
dahulu maksud dari belajar itu sendiri. Belajar memiliki beberapa maksud
antara lain untuk11 :
1. mengetahui suatu kepandaian, kecakapan atau konsep yang sebelumnya
tidak pernah diketahui;
2. dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat diperbuat, baik
tingkah laku maupun keterampilan;
3. mampu mengombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam suatu
pengertian baru, baik keterampilan, pengetahuan, konsep maupun
sikap/tingkah laku;
4. dapat memahami dan/atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.
11 Sardiman AM, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.3.
13
Dengan melihat beberapa maksud belajar seperti disebut di atas, faktor
keaktifan siswa sebagai subjek belajar sangat menentukan. Pada prinsipnya
belajar adalah berbuat, berbuat untuk melakukan tingkah laku, berbuat untuk
mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak
ada aktivitas.12
Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan
keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja.13
Jadi, aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang baik
fisik maupun mental dalam proses pembelajaran sebagai latihan yang
dilaksanakan secara sengaja. Aktivitas siswa merupakan salah satu ciri
interaksi belajar mengajar sebagaimana yang dikemukakan oleh Edi Suardi
dalam bukunya Pedagogik (1980), yaitu bahwa siswa merupakan sentral,
maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi
belajar mengajar.14
Aktivitas belajar yang dimaksud merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan sehari-hari di dalam kelas pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Aktivitas yang dilakukan di dalam kelas terjadi bila ada kegiatan
yang dilakukan antara guru dan siswa. Aktivitas siswa itu sendiri berupa
aktivitas mendengarkan penjelasan guru, aktivitas bertanya pada guru,
berdiskusi antar teman, dan sebagainya. Aktivitas siswa dalam hal ini baik
secara fisik maupun secara mental aktif. Sebab para siswalah yang belajar,
maka merekalah yang harus melakukannya.
c. Macam-macam Aktivitas Belajar Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari
situasi. Situasi yang dimaksud adalah situasi keadaan fisik (misalnya proses
12 Sardiman AM, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar,....................., h.95 13 Fikri Subi. ”Contoh Proposal Penelitian Pengaruh Kegiatan Ektrakurikuler Pengajian
Alquran terhadap Aktivitas Belajar Siswa kelas I pada Mata Pelajaran PAI di SMA Islamiyah Pontianak”, dalam http://fikrinatuna.blogspot.com/ 23 Juni 2008, 12.30
14 Sardiman AM, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar,....................., h.17
14
belajar mengajar di kelas). Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan
dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi
dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Aktivitas
belajar itu berhubungan dengan masalah belajar seperti menulis, mencatat,
mamandang, mengingat, berfikir, latihan atau praktek, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa contoh aktivitas belajar:15
1. Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang
belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan.
2. Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas
memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu
matalah yang memegang peranan penting.
3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap
Aktivitas meraba, membau, dan mencicipi/mengecap adalah indera
manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar.
4. Menulis atau mencatat
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari
aktivitas belajar.
5. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama
belajar di sekolah.
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi
Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal mengingat
atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa – masa yang akan
datang.
7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan
Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan batang-batang
jangan diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal tertentu yang tidak
termasuk dalam penjelasan melalui tulisan.
15 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,............................, h.38
15
8. Menyusun paper atau kertas kerja
Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus
metodologis dan sistematis.
9. Mengingat
Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa
seseorang sedang mengingat sesuatu dapat dilihat dari sikap dan
perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang
mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai.
10. Berfikir
Berfikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berfikir orang memperoleh
penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan
antara sesuatu.
11. Latihan atau praktek
Latihan merupakan cara yang terbaik untuk memperkuat ingatan.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.
Aktivitas siswa tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti yang
lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat
suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat
digolongkan sebagai berikut:16
1. Visual activities, yaitu kemampuan siswa dalam memahami suatu
pelajaran dengan cara siswa tersebut membaaca, memerhatikan gambar
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, yaitu kemampuan siswa dalam mengembangkan ide-ide
yang dimilikinya dengan cara mengeluarkannya ke dalam pertanyaan,
mengeluarkan pendapat dari apa saja yang tidak diketahui siswa seperti
menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengadakan
wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, yaitu aktivitas siswa dalam mendengarkan suatu hal
sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan diskusi, musik,
pidato.
16 Sardiman AM, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar,..........................h.101
16
4. Writing activities, yaitu aktivitas siswa dalam menulis sesuatu seperti
misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing activities, yaitu aktivitas siswa dalam menggambar sesuatu
misalnya: membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, yaitu kemampuan siswa dalam melakukan suatu
percobaan lebih mendekatkan kepada kontekstual yang termasuk di
dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model
mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
8. Emotional activities, ekspresi yang dirasakan siswa pada saat
pembelajaran berlangsung seperti misalnya, menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas di sekolah cukup
kompleks dan bervariasi. Sehingga guru sebaiknya lebih kreatif dalam
menciptakan suasana kelas yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
d. Aktivitas Belajar yang Dikembangkan Dalam penelitian ini, aktivitas yang dikembangkan meliputi:
1. Visual activities, meliputi:
a. Aktivitas siswa dalam memperhatikan penjelasan guru
b. Aktivitas siswa dalam memperhatikan pertanyaan atau tanggapan
teman
2. Oral activities, meliputi:
a. Aktivitas siswa dalam bertanya pada guru
b. Aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan guru
c. Aktivitas siswa dalam melakukan tanggapan terhadap teman atau
guru
d. Aktivitas siswa dalam berdiskusi antar teman
17
3. Emotional activities, meliputi:aktivitas semangat siswa dalam
mengerjakan tugas di kelas
4. Motor activities, meliputi:aktivitas siswa dalam mengerjakan soal
pada LKS (pada siklus I), dan melukis sudut (pada siklus II)
Aktivitas-aktivitas tesebut menjadi dasar dalam pembuatan lembar
observasi aktivitas belajar matematika siswa.
e. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dengan
melakukan aktivitas peserta didik dapat memperoleh pengetahuan,
pemahaman dan aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan
keterampilan yang bermakna untuk hidup bermasyarakat.
Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa,
karena:17
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami
sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral.
3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara
orang tua dengan guru.
7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan
verbalitas.
17 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet ke-VIII,
h. 175
18
8. Pengajaran di sekoalah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan di masyarakat.
2. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Terdapat beberapa pengertian matematika, yaitu:
1). Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
2). Pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3). Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
4). Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
5). Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6). Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.18
Menurut Jhonson & Myklebust (1967:224) matematika adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan
berfikir. Lerner (1988:430) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai
bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan
kuantitas. Kline (1981:172) mengemukakan matematika juga merupakan bahasa
simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif tetapi juga
tidak melupakan cara bernalar induktif. Menurut Paling, ide manusia tentang
matematika berbeda-beda. Tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-
masing. Ada yang mengatakan bahwa matematika hanya perhitungan yang
mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi. Tetapi adapula yang melibatkan topik-
topik seperti aljabar, geometri, dan trigonometri. 19
18 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, 2000, h.11 19 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta,
2003), h.252.
19
Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah
dikemukakan dapat disimpulkan bahwa definisi tradisional yang menyatakan
bahwa matematika sebagai ilmu tentang kuantitas (the science of quantity)/ilmu
tentang ukuran diskrit dan kontinu (the science of discrate and continuous) telah
ditinggalkan. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan menunjukkan
bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat matematika lebih
ditekankan pada metodenya daripada pokok persoalan matematika itu sendiri.
Jadi, matematika pada hakekatnya lebih ditekankan pada cara-cara
pencapaian suatu konsep daripada konsep itu sendiri. Seseorang berupaya
mencapai suatu konsep dari konsep yang sudah ada.
b. Belajar Matematika
Ada beberapa pendapat tentang belajar matematika seperti yang
dikemukakan oleh Herman Hudoyo (1990:25-27):20
1). Robert Gane mengemukakan bahwa belajar matematika dimulai dari tahap
yang rendah, kemudian baru dilanjutkan ke tahap yang lebih tinggi.
2). Bruner mengemukakan bahwa belajar matematika adalah belajar mengenai
konsep dan struktur matematika serta mencari hubungan antar keduanya.
3). Z. P. Dienes berpendapat bahwa belajar matematika dapat dipahami oleh
peserta didik jika disampaikan dalam bentuk konkrit. Sri Wardani (2003:3-4)
mengemukakan pada beberapa pakar:
a). Kolb (1949) mendefinisikan belajar matematika adalah proses memperoleh
pengetahuan yang dilakukan oleh peserta didik melalui pengalaman peserta
didik sebelumnya.
b). Heuvel-Panhuizen (1998) dan Verchaffel-De-Corte (1977) berpendapat
bahwa belajar matematika dalam memecahkan masalah tergantung dari
pengetahuan yang dimiliki siswa itu sendiri.
20 Hafis Muaddab, “Pembelajaran dan Inovasi”, dalam http://blog-indonesia.com/blog-archive-13203-7.html, 13 Januari 2010. 18.00
20
c). Goldin (1992) berpendapat bahwa belajar matematika lebih ditekankan
kepada peserta didik daripada oleh guru. Guru membantu peserta didik dalam
menemukan dan memecahkan masalah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah suatu proses
untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang dilakukan oleh peserta didik.
Pengetahuan tersebut tidak terlepas dari definisi-definisi tertentu, beserta rumus-
rumusnya. Dalam hal ini peserta didik tidak dituntut untuk menghafal setiap
rumus-rumus yang ditemukan melainkan memahami definisi dan rumus-rumus
dasarnya.
Belajar sifat-sifat dasar dan berlatih menemukannya merupakan salah satu
langkah yang tepat dalam belajar matematika, karena sifat-sifat dasar tersebut
dapat menjadi metode dalam menyelesaikan suatu masalah/soal. Sehingga, peserta
didik diharapkan kreatif dalam menyelesaikan soal. Peserta didik yang kreatif
mampu menyelesaikan masalah/soal yang dihadapi dengan berbagai metode. Dari
berbagai metode yang digunakan, maka akan terbentuklah suatu kemampuan
menyelesaikan masalah/soal dalam diri peserta didik itu sendiri. Untuk mengukur
sejauh mana keberhasilan kegiatan pembelajaran matematika di dalam kelas,
diperlukan kompetensi matematika.
Kompetensi matematika yang diharapkan muncul setelah peserta didik
belajar matematika adalah:21
1). Pemahaman konsep (Conceptual Understanding)
Peserta didik dikatakan memahami suatu konsep matematika bila peserta
didik tersebut mampu menemukan suatu konsep dimana konsep tersebut
tidak diketahui sebelumnya, sehingga berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah diketahui sebelumnya maka peserta didik dapat
mencapai suatu konsep tersebut.
2). Penalaran Adaptif (Adaptive Reasoning)
Peserta didik dikatakan mampu menggunakan penalarannya secara adaptif
bila peserta didik tersebut telah mampu berfikir, dan bertindak sesuai kaidah
21Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007), h.7.21.
21
yang tepat, serta mengungkapkan ide atau gagasan disertai argumentasi yang
logis.
3). Penguasaan Prosedur (Prosedural Fluency)
Peserta didik dikatakan memahami prosedur terjadinya sesuatu bila peserta
didik tersebut mampu menyatakan langkah-langkah dalam suatu hal secara
sistematis.
4). Penguasaan Komunikasi (Communicational Fluency)
Peserta didik dikatakan dapat berkomunikasi bila peserta didik tersebut telah
mampu mengungkapkan suatu hal berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh sebelumnya.
5). Penguasaan Koneksi (Connectional Fluency)
Peserta didik dikatakan mampu menggunakan atau mengaitkan antara hal
yang satu dengan yang lain bila peserta didik tersebut dapat menghubungkan
antara pokok bahasan matematika yang satu dengan pokok bahasan
matematika yang lainnya.
6). Kompetensi Strategis (Strategic Competence)
Peserta didik dikatakan mempunyai kompetensi strategis bila peserta didik
tersebut mampu memilih strategi yang tepat dalam pemecahan suatu masalah.
7). Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Peserta didik mampu memecahkan masalah bila peserta didik tersebut
memahami masalah yang terjadi serta menentukan strategi pemecahan yang
tepat, sehingga masalah dapat diselesaikan.
8). Disposisi Produktif (Productive Disposition)
Peserta didik dikatakan mampu melakukan atau membuat disposisi yang
positif bila peserta didik tersebut telah meyakini bahwa matematika sangat
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan ilmu dan teknologi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan belajar matematika diharapkan
peserta didik dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep, lebih
terasah kemampuan bernalarnya, lebih sistematis dalam mengungkapkan ide
atau gagasan, mampu menghubungkan pokok bahasan matematika dengan
22
pokok bahasan matematika yang lainnya, serta lebih bijaksana dalam
memecahkan masalah.
Seseorang yang belajar matematika tidak hanya memahami dan
menguasai materi matematikanya saja. Tetapi, diperoleh dampak dari belajar
matematika itu sendiri yaitu nilai-nilai positif yang terasa dan tergambar
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ruseffendi (1991, hal 97) nilai-nilai
luhur dan positif yang dapat diperoleh sebagai hasil belajar matematika
adalah:22
1. Nilai Praktis
Matematika digunakan dalam berbagai bidang pekerjaan
2. Nilai Disiplin
Matematika dapat menumbuhkan sikap disiplin dengan ciri-ciri:
a. Kesederhanaan
Pembelajar matematika mampu membuat pernyataan dalam kalimat yang
singkat, dan tepat sehingga mudah dipahami.
b. Ketepatan
Matematika melatih pembelajarnya untuk bertindak tepat dan cermat.
c. Kepastian hasil
Matematika memberikan kepastian hasil dalam hasil akhir suatu masalah
atau soal.
d. Keaslian
Pembelajar matematika dilatih untuk membuat suatu hal yang baru,
sehingga terbiasa kreatif dalam diri pembelajarnya.
e. Penalaran
Pembelajar matematika mampu menyelesaikan masalah jika ia
menggunakan penalaran yang kuat dan tepat, sehingga ia tahu bagaimana
menyelesaikan masalah tersebut.
f. Pengujian hasil
Dalam memecahkan masalah matematika diperlukan kehati-hatian. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan hasil yang tepat dan akurat, pembelajar
22 Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum.........................., h. 7.38.
23
dibiasakan untuk mengoreksi kembali hasil kerjanya ketika menghadapi
permasalahan tersebut.
3. Nilai Budaya
Nilai budaya dari matematika antara lain:
a. Pengembangan daya konsentrasi
Dalam matematika dituntut hasil akhir yang tepat. Oleh karena itu,
konsentrasi sangat diperlukan dalam menyelesaikan masalah/soal
matematika.
b. Sifat ekonomis
Seseorang dilatih untuk bertindak efektif dan efisien dalam belajar
matematika.
c. Kemampuan mengeluarkan pendapat
Seseorang yang belajar matematika, ia mampu mengungkapkan ide atau
gagasan dilandasi dengan argumentasi yang tepat.
d. Hasrat untuk menemukan
Dalam belajar matematika, dibiasakan menemukan hal-hal baru, sehingga
pebelajar tidak mudah mendapat sesuatu tanpa usaha sungguh-sungguh.
e. Keinginan untuk terus belajar
Matematika mendorong pembelajarnya untuk terus belajar, karena
matematika senantiasa berkembang dari zaman ke zaman.
f. Kemampuan bekerja keras
Dalam belajar matematika dituntut ketepatan hasil. Oleh karena itu,
pebelajar hendaknya bekerja keras dalam memperoleh ketepatan hasil.
c. Strategi Pembelajaran Matematika
Sebelum membahas mengenai strategi pembelajaran matematika, terlebih
dahulu dijelaskan definisi mengenai strategi, pembelajaran, dan strategi
pembelajaran. Penjelasan mengenai definisi strategi, pembelajaran, dan strategi
pembelajaran ketiganya mempunyai keterkaitan.
24
Strategi berasal dari bahasa Latin Strategia, yang diartikan sebagai seni
penggunaan rencana untuk mencapai tujuan.23Pembelajaran menurut konsep
sosiologi adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar
sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai
tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.24
Strategi Pembelajaran menurut Frelberg dan Driscoll (1992) dapat
digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pemberian materi pembelajaran pada
berbagai tingkatan, untuk siswa yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula.
Gerlach dan Ely (1980) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan
pembelajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat
memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Dick & Carey (1996) berpendapat
bahwa strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau pakaet pembelajaran.25Strategi
pembelajaran matematika adalah suatu siasat yang digunakan oleh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang di dalamnya dapat mencakup pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran matematika.26
Berdasarkan definisi strategi, pembelajaran, strategi pembelajaran, dan
strategi pembelajaran matematika yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa strategi adalah rencana yang harus dikerjakan oleh guru pada
saat dilaksanakannya pembelajaran. Pembelajaran adalah proses belajar mengajar
dimana di dalamnya terdapat pebelajar yang melakukan proses belajar dan guru
atau pendamping pebelajar yang melakukan proses mengajar sehingga antara
pebelajar dan pendamping pebelajar saling berinteraksi, sedangkan strategi
pembelajaran matematika adalah suatu rencana yang disiapkan oleh seorang guru
dalam proses pembelajaran matematika untuk mencapai tujuan yang telah
23 Sri Anitah, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), h.1.2. 24Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 8. 25 Sri Anitah, Strategi Pembelajaran………………….., h.1.2. 26 Sri Anitah, Strategi Pembelajaran………………….., h.9.5.
25
ditetapkan dimana di dalam strategi tersebut memuat pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran matematika.
Strategi pembelajaran matematika harus mempertimbangkan beberapa hal
antara lain:
1. Perubahan paradigma dari pengajaran metematika ke pembelajaran
matematika.
2. Menempatkan anak sebagai subjek belajar.
3. Penanaman kesan bahwa matematika tidak sulit, tetapi mudah dan
menyenangkan.
4. Strategi pembelajaran matematika harus lebih bervariasi, realistik, dan
terintegrasi.
5. Memanfaatkan media, dan atau alat peraga yang relevan dengan topik
matematika yang dibahas.
6. Khusus untuk anak usia dini, pembelajaran matematika diharapkan lebih
bernuansa bermain sambil belajar.
7. Pembelajaran matematika hendaknya lebih mementingkan proses belajar
daripada hasil belajar.
8. Setiap kegiatan belajar harus bermakna sehingga mudah dipahami.27
Seorang guru yang memilih strategi pembelajaran matematika yang akan
digunakan untuk menyampaikan materi ajarnya kepada peserta didik, maka harus
memperhatikan hal-hal berikut ini:28
1. Pemahaman terhadap Substansi Materi Pembelajaran
Pemahaman terhadap substansi materi pembelajaran merupakan hal yang
terpenting yang harus dikuasai oleh seorang guru ketika akan menyampaikan
materi ajarnya, sehingga guru terlihat menguasai konsep apabila konsep-
konsep pada materi yang diajarkan benar-benar ia kuasai.
2. Pemahaman terhadap Karakteristik Mata Pelajaran
Masing-masing materi pembelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda.
Seorang guru harus memahami betul karakteristik materi pembelajaran yang
27 Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum............................., h.8.43.
28 Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum............................., h.8.34.
26
akan disampaikan kepada peserta didik sehingga sesuai antara karakteristik
materi pembelajaran yang akan disampaikan dengan strategi pembelajaran
yang akan diterapkan.
3. Pemahaman terhadap Karakteristik Peserta Didik
Guru juga harus memahami karakteristik masing-masing peserta didik.
Dengan memahami karakteristik siapa yang dihadapi dan mengetahui segala
kebutuhan peserta didik, diharapkan guru dapat menciptakan pembelajaran
yang lebih efektif.
Jadi, seorang guru hendaknya menentukan strategi pembelajaran
matematika yang sesuai berdasarkan materi yang akan disampaikan kepada
peserta didik. Sehingga penggunaan strategi pembelajaran matematika diharapkan
melatih peserta didik untuk menemukan sendiri rumus, konsep, dan prinsip-
prinsip matematika yang dipelajarinya, selain itu diharapkan pembelajaran
matematika lebih bermakna, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
3. Pembelajaran Aktif
a. Pengertian Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif atau active learning adalah segala bentuk
pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi siswa dengan siswa
maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut.29
Menurut Conny Semiawan, active learning selalu dihadapkan kepada isi
atau pesan yang terarah pada tujuan tertentu. Menurutnya, active learning
yang dipraktikkan adalah cara belajar siswa aktif yang mengembangkan
keterampilan memproseskan perolehan. Keterampilan tersebut meliputi:
mengamati atau mengobservasi, membuat hipotesa, merencanakan
penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data, menyusun
kesimpulan, membuat prediksi, menerapkan dan mengkomunikasikan.30
29 Ari Samadhi,”Pembelajaran Aktif (Active learning)”, dalam http://eng.unri.ac.id, 1 Mei
2009, 10. 05 30 Kasnun, ”Implementasi Active Learning dalam Pembelajaran PAI”, dalam Cendekia
Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, Vol. 5. No. 2, Juli-Desember 2007, h. 257-258.
27
Active learning juga sebuah pembelajaran yang dimaksudkan
untuk mengoptimalkan penggunaan potensi yang dimiliki anak didik,
sehingga anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.31 Jadi, pembelajaran aktif
adalah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam
proses belajar mengajar, tidak hanya mental, tetapi juga melibatkan fisik,
sehingga peserta didik merasa senang, tidak merasa bosan, dan dapat
memperoleh hasil belajar yang maksimum. Active learning juga suatu
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif.32
Pembelajaran aktif merujuk kepada kaedah dimana pelajar (peserta didik)
terlibat langsung dalam proses pembelajaran seperti menemukan ide
pokok dari suatu materi pelajaran, memecahkan persoalan atau
mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari ke dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Dengan menggunakan kaedah pembelajaran aktif,
bukan berarti guru (pendidik) tidak perlu lagi memberikan arahan kepada
peserta didik, walau bagaimanapun pemberian arahan merupakan suatu
yang penting untuk disampaikan.
Cara lain mengaktifkan belajar siswa adalah dengan memberikan
berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan
siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan, memecahkan
masalah atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinya tumbuh
kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya dan oleh karena itu
perlu dilakukan sepanjang hayat.33
Menurut Bonwell (dalam Ari Samadhi, 2009), pembelajaran aktif
memiliki karakteristik sebagai berikut :
• Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topk atau permasalahan yang dibahas.
31Hartono, “Strategi Pembelajaran Active Learning”, dalam
sditalqalam.wordpress.com/…/strategi-pembelajaran-active-learning/9 Januari 2008, 10. 05 32 Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Insan Madani, 2003),
h.xiv. 33 Marno dan M. Idris, Strategi & Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan
Mengajar yang Efektif dan Edukatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h.150.
28
• Siswa tidak hanya mendengarkan materi secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi.
• Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi.
• Siswa lebih banyak dituntut untuk berfikir kritis, menganalisa, dan melakukan evaluasi-evaluasi.
• Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.34
Confusius (dalam Mel Silberman, 2002) memulai konsep belajar
aktif sebagaimana yang ia ungkapkan:“Apa yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya lihat, saya ingat, dan yang saya lakukan, saya paham.” Ketiga
pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang
dipelajari di kursi sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan
di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam
proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap
materi pembelajaran.
Kemudian pernyataan ini dimodifikasi oleh Mel Silberman (2002),
menjadi yang dinamakan dengan paham belajar aktif yaitu :
What I hear, I forget What I hear and see, I remember a little
What I hear and see, and ask a questions about our discuss with someone else, I begin to understand
What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill What I teach to another, I master35
Active learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respon anak didik dalam pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal
yang membosankan bagi mereka.36 Jadi, konsep active learning adalah
menekankan pada perilaku peserta didik agar terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga apa yang mereka lakukan di dalam kelas, mereka
lebih ingat dan paham, karena merekalah yang lebih mendominasi aktivitas
pembelajaran. Jadi peserta didik akan lebih ingat bila dibandingkan dengan
hanya mendengarkan penjelasan guru saja. Dengan memberikan active
34 Ari Samadhi,”Pembelajaran Aktif (Active learning)”,…………………………., 10. 05 35 Mel Silberman, Active Learning, ( Yogyakarta, Bumi Media, 2002), h.1. 36 Hartono, “Strategi Pembelajaran Active Learning”……………9 Januari 2008.10. 05
29
learning pada anak didik dapat membantu ingatan mereka, sehingga apa
yang mereka lakukan dalam proses pembelajaran mereka lebih ingat karena
mereka terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai sesuai yang diharapkan oleh pendidik.
Menurut Comy Semiawan terdapat 8 prinsip yang harus dihayati
oleh guru agar dapat melaksanakan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) dengan baik, efektif, dan efisien, yaitu:37
1. Prinsip Motivasi
Motivasi (Abdullah, 1979:37) berarti kondisi psikologis dalam diri
manusia yang mendorongnya untuk melakukan suatu tindakan,
pengaktifan tingkah laku.38 Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila
ada siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan,
maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya
bermacam-macam, mungkin karena ia tidak senang dengan
pelajarannya, mungkin sakit, atau ada masalah lain. Hal ini berarti pada
diri siswa tersebut tidak terangsang motoriknya untuk melakukan
sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan
seperti ini perlu diusahakan untuk dicari solusi agar siswa mau
melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan. Dengan kata lain,
siswa harus diberikan dorongan, atau rangsangan agar dalam dirinya
tumbuh motivasi untuk belajar.
2. Prinsip Latar atau Konteks
Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai konteks yang akan
dipelajari. Guru terlebih dahulu mengetahui tingkat pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan yang dimilikisi siswa. Sehingga apa yang
disampaikan oleh guru, sesuai dengan tingkat pengetahuan, pemahaman,
dan keterampilan yang dimilikinya.
37 Darwyan Syah, dkk. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Diadit Media, 2009), h.114. 38 Jamali Sahrodi, “Strategi Pembelajaran: Sebuah Ikhtisar Menuju Perubahan Perilaku
dalam Proses Pendidikan” , dalam Lektur Jurnal Pendidikan Islam, vol 12. No.1. Juni 2008, h. 57.
30
3. Prinsip pengarahan kepada titik pusat atau fokus tertentu
Agar pembelajaran berjalan sesuai yang diinginkan, sebaiknya
guru harus menentukan titik pusat pembelajaran terhadap materi yang
akan disampaikan. Titik pusat pembelajaran diciptakan dengan
merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, sehingga kegiatan
belajar mengajar berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran.
4. Prinsip hubungan sosial atau sosialisasi
Dalam kegiatan belajar mengajar, kerjasama antara siswa dengan
siswa sangat diperlukan, khususnya dalam pembelajaran active learning
pembentukan kelompok-kelompok kecil yang melibatkan kerjasama
antara siswa dengan siswa dalam menyelesaikan tugas sangat
diperlukan.
5. Prinsip belajar sambil bekerja
Dalam proses belajar mengajar, selain belajar, guru harus
menciptakan peserta didik untuk melakukan aktivitas atau kegiatan
bekerja yang melibatkan fisik. Sehingga selain siswa memiliki
kemampuan berfikir, siswa juga memiliki kemampuan bekerja sesuai
dengan aktivitas yang dilakukan pada proses pembelajaran.
6. Prinsip perbedaan perorangan atau individualisasi
Setiap siswa memiliki pengetahuan, pemahaman, keterampilan
yang berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Maka dari
itu, guru harus lebih memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada pada
diri masing-masing siswa. Misalnya, siswa yang memiliki kemampuan
belajar rendah, harus diberikan perhatian yang lebih dibandingkan
dengan siswa yang memiliki kemampuan belajar tinggi. Sehingga siswa
yang memiliki kemampuan belajar rendah tidak merasa tertinggal
dengan siswa yang memiliki kemampuan belajar tinggi. Selain itu siswa
yang memiliki kemampuan rendah dapat mengikuti proses belajar
mengajar yang lebih optimal.
31
7. Prinsip menemukan
Dalam kegiatan belajar mengajar, tidak semua materi pelajaran
diberikan oleh guru. Guru hanya memberikan konsep-konsep inti,
sedangkan siswa diminta untuk menemukan pencapaian suatu konsep
tersebut. Karena pada dasarnya siswa sudah memiliki pengetahuan
sebelumnya. Pengetahuan sebelumnya menjadi acuan bagi pengetahuan
berikutnya. Sehingga siswa diminta untuk menemukan sendiri cara
mencapai suatu konsep yang telah diberikan oleh guru.
8. Prinsip pemecahan masalah
Agar siswa mampu memecahkan masalahnya sendiri, guru harus
mengarahkan siswa pada pemecahan masalah. Mula-mula siswa
dihadapkan pada masalah, kemudian siswa dilatih untuk mencapai solusi
dalam memecahkan masalahnya dengan baik.
Terdapat beberapa alasan perlunya menerapkan pembelajaran aktif:39
1. Riset kognitif menunjukkan bahwa menggunakan teknik ceramah saja
bukanlah strategi pembelajaran yang efektif. Jika peserta didik memiliki
banyak kesempatan untuk membaca, mendengar, melihat,
mempraktikkan, dan mendiskusikan materi pelajaran, maka mereka akan
lebih banyak mengingatnya.
2. Kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran aktif dapat mencegah terjadinya
sesi yang monoton sehingga peserta didik akan lebih banyak
memberikan perhatian dan lebih menikmati sesi pembelajaran.
3. Pembelajaran aktif dapat mengintegrasikan bahan-bahan ataupun
pengetahuan, baik yang lama ataupun yang baru.
4. Dalam pembelajaran aktif, peserta didik dilibatkan dengan keterampilan
berfikir tingkat tinggi.
5. Kegiatan-kegiatan mandiri memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk melibatkan gaya belajarnya sendiri dalam berbagai kegiatan.
6. Peserta didik akan lebih mampu mengulang langkah-langkah penting
jika kegiatan tersebut dilakukan sendiri.
39 Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h.12-12.
32
7. Pembelajaran aktif memerlukan tanggung jawab individual dan
sekaligus tingkat kerjasama yang tinggi.
8. Pembelajaran aktif mendorong interaksi peserta didik dengan peserta
didik lain (baik laki-laki maupun perempuan) dan guru.
9. Keterlibatan peserta didik yang tinggi dalam pembelajaran menyebabkan
minat dan motivasi belajar peserta didik meningkat.
Dalam active learning setiap materi pelajaran yang baru harus
dikaitkan dengan materi pelajaran sebelumnya. Agar murid dapat belajar
secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang tepat sedemikian sehingga
peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.
Adapun beberapa jenis strategi pembelajaran aktif adalah :
1. Active debate (Debat Aktif)
2. Silent Demonstration (Demonstrasi Bisu)
3. Practice-rehearsal Pairs (Praktek Berpasangan)
4. Crossword Puzzle (Teka-Teki Silang)
5. Indeks Card Match (Mencari Pasangan)
6. Card Sort (Sortir Kartu)
7. The Power of Two (Kekuatan Berdua)
8. Team Quiz (Kekuatan Kelompok)
9. Snow Balling (Bola Salju)
10. Peer Lessons (Belajar Dari Teman)
Strategi pembelajaran aktif yang dikembangkan dalam penelitian
ini adalah strategi pembelajaran aktif “The Power of Two”. Strategi ini
mempunyai prinsip bahwa berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir
sendiri.40
b. Pembelajaran Aktif “The Power of Two”
Kekuatan berdua (The Power of Two) termasuk bagian dari belajar
aktif adalah belajar dengan kelompok kecil dengan menumbuhkan
kerjasama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman
40 Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif……………h.52.
33
sendiri dengan anggota dua orang didalamnya untuk mencapai kompetensi
dasar (Mafatih, 2007).41
Menurut Muqowin (2007) kekuatan berdua (The Power of Two)
adalah kegiatan dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan
mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang lebih
baik dari pada satu orang.
Prosedur pembelajaran aktif “The Power of Two” yang dilakukan
dalam penelitian ini dikembangkan dari Muqowin (2007) dan Sanaky
(2006), yaitu sebagai berikut :
a. Guru memberi peserta didik beberapa pertanyaan yang membutuhkan
refleksi dan pikiran.
b. Guru meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
c. Setelah semua melengkapi jawabannya, guru membentuk siswa kedalam
pasangan dan meminta mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya
dengan jawaban yang dibuat teman yang lain.
d. Guru meminta pasangan tersebut untuk membuat jawaban baru untuk
masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons masing-masing
individu.
e. Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, guru
membandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan
yang lain.
C. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Dwi Ayu Cahyaningrum (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
”Pembelajaran Matematika dengan Strategi Active Learning pada Materi
Aljabar di Kelas VII-F SMPN 3 Batu”. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah pembelajaran matematika dengan strategi active learning dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa.
41 Tarmizi Ramdhan, “Strategi Belajar Kekuatan Berdua (The Power of Two) dalam
Pembelajaran Matematika”, dalam tarmizi.wordpres.com. 9 Februari 2009, 11.25
34
2. Aan Suyatmi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh
Penggunaan Strategi Active Learning dengan Metode Index Card Match
terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah bahwa melalui strategi pembelajaran Active Learning dengan
metode Index Card Match, hasil belajar matematika siswa mengalami
peningkatan.
D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan Strategi pembelajaran aktif “The Power of Two” mempunyai prinsip bahwa
berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir sendiri oleh karena itu siswa
dapat menumbuhkan kerjasama melalui kegiatan pembelajaran dengan teman
sendiri yang beranggotakan dua orang di dalamnya dalam memecahkan masalah
yang sulit dengan saling berdiskusi.
Strategi pembelajaran aktif “The Power of Two” yang akan diterapkan
adalah pada pelajaran matematika. Dalam penerapan strategi pembelajaran aktif
“The Power of Two”, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses
pembelajaran. Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka
diharapkan bahwa penerapan strategi pembelajaran aktif “The Power of Two”
dapat meningkatkan aktivitas belajar, dan hasil belajar matematika siswa.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2, Jl.
Benda Ciganjur, Jakarta Selatan. Alasan memilih sekolah tersebut sebagai
tempat penelitian, karena persentase aktivitas belajar matematika siswa di
kelas VII-5 MTsN 2 Jakarta masih rendah, yaitu 50, 51%. Waktu penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009/2010. Jadwal
penelitian dapat dilihat pada lampiran.
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) disebut dengan Classroom Action Research (CAR).
Tujuan utama dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk memecahkan
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas, sebagai
perbaikan dan peningkatan professionalisme pendidik dalam menangani
proses kegiatan belajar mengajar di kelas, dan juga sebagai perbaikan dan
peningkatan kinerja belajar peserta didik sehingga proses pembelajaran
berkualitas. Dalam pelaksanaan PTK ini, diharapkan professionalisme
pendidik dan proses pembelajaran semakin meningkat dengan baik, dan
sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidikan.
Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra
penelitian) dan akan dilanjutkan dengan 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri
dari empat tahap, yaitu1:
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Dalam tahap menyusun rancangan tindakan ini, peneliti menentukan titik
atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk
1 Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007),
h.16
35
36
diamati, kemudian peneliti bekerja sama dengan kolaborator (guru
bidang studi matematika) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Peneliti
juga membuat instrumen pengamatan yang terdiri dari lembar observasi
guru pada KBM, lembar observasi aktivittas belajar matematika siswa,
catatan lapangan, lembar wawancara untuk guru dan siswa, serta soal tes
untuk akhir siklus.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan ini merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan di kelas.
c. Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan sekaligus pelaksanaan
tindakan. Pengamatan dan pelaksanaan tindakan berlangsung pada
waktu yang sama. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati,
dan mencatat semua kejadian yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Dalam tahap ini, peneliti dibantu guru bidang studi sebagai
observer, yaitu mengamati segala aktivitas siswa selama proses
pembelajaran matematika dan memberi penilaian terhadap peneliti
dalam menerapkan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
d. Refleksi (Reflecting)
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengkaji dan menganalisis
data yang didapat saat dilakukannya pengamatan/observasi tindakan.
Data yang didapat dianalisis bersama guru yang bertindak sebagai
kolaborator. Keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti
agar lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi.2 Sehingga setelah
dianalisis dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan
mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan.
Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian
akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II
sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka
2 Iskandar, “Penelitian Tindakan Kelas”, (Ciputat, Gaung Persada, 2009), h.119
37
penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum
dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi
siklus II sebagai acuannya.
Berdasarkan desain tersebut, peneliti menentukan indikator
keberhasilan penelitian untuk menentukan apakah suatu siklus akan
dilanjutkan ke siklus berikutnya atau dihentikan. Indikator keberhasilan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar
matematika siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar
matematika siswa. Siklus ini akan berakhir apabila hasil persentase
seluruh indikator aktivitas mencapai 70%.
2. Tes yang diberikan pada akhir siklus menunjukkan bahwa nilai rata-
rata tes siswa mencapai 70 dan tidak ada siswa yang mendapat nilai
dibawah KKM yaitu 65.
Rancangan siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dilihat pada
gambar 3.1 dan 3.2.
Pra Penelitian
1. Observasi aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran di kelas. 2. Wawancara terhadap guru kelas 3. Wawancara terhadap siswa yang akan
dijadikan subjek penelitian
Gambar 3.1 Diagram Rancangan Siklus Penelitian Tindakan Kelas
38
Adapun prosedur atau langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), seperti yang
digambarkan di bawah ini3:
Gambar 3.2
Orientasi Perencanaan
Refleksi Siklus I
Pengamatan
Refleksi Siklus II
Pengamatan
Perbaikan Perncanaan
Dilanjutkan ke Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
Orientasi Perencanaan
Siklus I
Pelaksanaan Tindakan
Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
C. Partisipan yang terlibat dalam Penelitian Partisipan yang terlibat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
seluruh siswa kelas VII-5 Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Jakarta dan
guru bidang studi matematika kelas VII-5 sebagai kolaborator dan observer.
3 Iskandar, “Penelitian Tindakan Kelas”.........................., h. 67
39
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian,
yakni berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran
matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif ”The Power of
Two”. Peneliti bekerja sama dengan guru bidang studi matematika sebagai
kolaborator dan observer. Guru bidang studi sebagai kolaborator yaitu
membantu peneliti dalam hal membuat Rencana Pelaksanan Pembelajaran
(RPP), membantu peneliti dalam melakukan refleksi dan menentukan
tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Guru
bidang studi sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti
dalam mengajar dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif ”The Power
of Two” dan mengamati seluruh aktivitas belajar matematika siswa selama
proses pembelajaran matematika berlangsung.
Peneliti dan guru bidang studi masing-masing memiliki kedudukan
yang setara artinya masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab
yang saling membutuhkan satu sama lain dan saling melengkapi untuk
mencapai tujuan.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan, peneliti melakukan
penelitian pendahuluan (pra penelitian), kemudian akan dilanjutkan dalam
dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap
perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan atau
observasi, dan tahap refleksi terhadap tindakan.
Jika pada saat refleksi dari siklus I terdapat masalah dalam tindakan,
dan indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan tindakan ulang
melalui siklus berikutnya (siklus II) yang meliputi tahap perencanaan
tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan atau observasi, dan
tahap refleksi terhadap tindakan dengan hasil dari siklus I sebagai acuannya.
Jika pada saat refleksi dari siklus II masih terdapat masalah dalam
tindakan, dan indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan
40
dengan siklus III, dimana hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. Tetapi,
jika pada saat refleksi dari siklus II sudah tidak ditemukan masalah, dan
indikator keberhasilan sudah tercapai, maka penelitian diberhentikan.
Adapun uraian dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian Pendahuluan (Pra Penelitian)
a. Observasi keadaan kelas
Pada kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran matematika di kelas VII-5 Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Negeri 2 Jakarta. Peneliti mengamati segala aktivitas siswa dalam
pembelajaran matematika di kelas tersebut, peneliti juga mengamati guru
kelas dalam mengajar matematika di kelas tersebut.
b. Wawancara
Pada kegiatan ini peneliti melakukan wawancara terhadap siswa dan
guru bidang studi matematika untuk mengetahui respon siswa terhadap
pelajaran matematika, aktivitas belajar siswa, dan permasalahan yang
terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut.
2. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1). Peneliti dan guru bidang studi matematika bekerjasama
mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan
menerapkan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
2). Guru bidang studi matematika menentukan materi yang akan
diajarkan oleh peneliti untuk setiap pertemuan.
3). Peneliti juga membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar
observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar
matematika siswa, lembar wawancara untuk guru bidang studi
matematika dan siswa, lembar kerja siswa (LKS) serta lembar soal
pada akhir siklus I ini.
41
b. Tahap Pelaksanaan
1). Peneliti yang berperan sebagai guru yang mengajar di kelas
memberitahukan tujuan-tujuan pembelajaran pada materi yang akan
disampaikan.
2). Peneliti menginformasikan bahwa pembelajaran yang akan
diterapkan dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif ”The
Power of Two”.
3). Peneliti bekerja sebagai guru yang melaksanakan proses
pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif ”The
Power of Two”.
4). Peneliti membagikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan sendiri-
sendiri.
5). Setelah semua siswa selesai mengerjakan LKS sendiri-sendiri, siswa
dibentuk ke dalam pasangan sehingga siswa terbentuk dalam 20
pasangan (pasangan ditentukan peneliti pada setiap pertemuan).
Kemudian meminta siswa menghitung nomor urut pasangan dimulai
dari siswa yang duduk paling depan sebelah kanan dari meja guru,
dilanjutkan ke belakang. Sampai di belakang, nomor urut dilanjutkan
ke depan lagi, dan seterusnya.
6). Setelah semua siswa berpasangan, peneliti meminta siswa untuk
sharing (berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat oleh
pasangannya dengan memperbaiki respon masing-masing individu.
Sehingga terbentuklah jawaban baru untuk setiap pasangan.
7). Ketika semua pasangan telah selesai membuat jawaban baru dengan
memperbaiki respon masing-masing individu, peneliti meminta satu
siswa dari setiap pasangan yang nomor urut pasangannya tercantum
di LKS untuk mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas.
8). Peneliti meminta pasangan lain untuk membandingkan hasil kerja
pasangan yang mengerjakan di depan kelas, dimulai dari nomor urut
pasangan pertama, dan seterusnya. Jika ada pasangan yang berbeda
42
jawaban dengan pasangan yang mengerjakan di depan kelas, peneliti
meminta pasangan tersebut untuk mengemukakan alasannya.
9). Peneliti memperbolehkan pasangan lain untuk memberikan masukan
atau tanggapan jika ada perbedaan jawaban antar pasangan.
c. Observasi
1). Guru bidang studi mengisi lembar observasi aktivitas belajar
matematika siswa, lembar observasi guru pada KBM pada format yang
telah tersedia.
2). Guru bidang studi yang bertindak sebagai observer mengamati segala
aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika berlangsung.
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan guru bidang studi yang bertindak sebagai
kolaborator melakukan refleksi. Keterlibatan kolaborator sekedar
membantu peneliti untuk dapat lebih tajam melakukan refleksi dan
evaluasi. Refleksi dilakukan untuk mengkaji dan memproses data yang
didapat saat dilakukan pengamatan/observasi tindakan, kemudian hasil
refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap perencanaan siklus II.
3. Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1). Peneliti dan guru guru bidang studi bekerjasama mempersiapkan RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menerapkan strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two” berdasarkan refleksi siklus I.
2). Peneliti juga membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar
observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar
matematika siswa, lembar wawancara untuk guru kelas dan siswa,
lembar kerja siswa (LKS) serta lembar soal pada akhir siklus II ini.
43
b. Tahap Pelaksanaan
1). Peneliti yang berperan sebagai guru yang mengajar di kelas
memberitahukan tujuan-tujuan pembelajaran pada materi yang akan
disampaikan.
2). Peneliti menginformasikan bahwa pembelajaran yang akan diterapkan
dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif ”The Power of
Two”.
3). Peneliti bekerja sebagai guru yang melaksanakan proses pembelajaran
dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
4). Peneliti membagikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan sendiri-
sendiri.
5). Setelah semua siswa selesai mengerjakan LKS sendiri-sendiri, siswa
dibentuk ke dalam pasangan sehingga siswa terbentuk dalam 20
pasangan (pasangan ditentukan peneliti pada setiap pertemuan).
Kemudian meminta siswa menghitung nomor urut pasangan dimulai
dari siswa yang duduk paling depan sebelah kanan dari meja guru,
dilanjutkan ke belakang. Sampai di belakang, nomor urut dilanjutkan
ke depan lagi, dan seterusnya.
6). Setelah semua siswa berpasangan, peneliti meminta siswa untuk
sharing (berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat oleh
pasangannya dengan memperbaiki respon masing-masing individu.
Sehingga terbentuklah jawaban baru untuk setiap pasangan.
7). Ketika semua pasangan telah selesai membuat jawaban baru dengan
memperbaiki respon masing-masing individu, peneliti meminta satu
siswa dari setiap pasangan yang nomor urut pasangannya tercantum di
LKS untuk mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas.
8). Peneliti meminta pasangan lain untuk membandingkan hasil kerja
pasangan yang mengerjakan di depan kelas, dimulai dari nomor urut
pasangan pertama, dan seterusnya. Jika ada pasangan yang berbeda
jawaban dengan pasangan yang mengerjakan di depan kelas, peneliti
meminta pasangan tersebut untuk mengemukakan alasannya.
44
9). Peneliti memperbolehkan pasangan lain untuk memberikan masukan
atau tanggapan jika ada perbedaan jawaban antar pasangan.
c. Observasi
1). Guru bidang studi mengisi lembar observasi aktivitas belajar matematika
siswa, lembar observasi guru pada KBM pada format yang telah tersedia.
2). Guru bidang studi yang bertindak sebagai observer mengamati segala
aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika berlangsung.
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan guru bidang studi yang bertindak sebagai
kolaborator melakukan refleksi. Keterlibatan kolaborator sekedar membantu
peneliti untuk dapat lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Refleksi
dilakukan untuk mengkaji dan memproses data yang didapat saat dilakukan
pengamatan/observasi tindakan, kemudian hasil refleksi digunakan untuk
perbaikan pada tahap perencanaan siklus III.
Jika pada saat refleksi dari siklus II masih terdapat masalah dalam
tindakan, dan indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan dengan
siklus III, dimana hasil refleksi siklus II sebagai acuannya. Tetapi, jika pada
saat refleksi dari siklus II sudah tidak ditemukan masalah, dan indikator
keberhasilan sudah tercapai, maka penelitian diberhentikan.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas dalam penerapan
strategi pembalajaran aktif ”The Power of Two”, hasil penelitian yang
diharapkan oleh penulis adalah aktivitas belajar matematika siswa semakin
meningkat, sehingga dapat memperoleh hasil belajar sesuai dengan yang
diharapkan.
45
G. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data dan Sumber Data
No. Data Sumber Data Instrumen yang digunakan
1. Aktivitas belajar matematika siswa
dengan strategi pembelajajaran
aktif “The Power of Two”.
Siswa-siswi kelas
VII-5 MTsN 2
Lembar observasi aktivitas
belajar matematika siswa dan
catatan lapangan.
2. Nilai matematika siswa-siswi kelas
VII-5 MTsN 2 pada materi yang
diajarkan
Siswa-siswi kelas
VII-5 MTsN 2
Soal tes akhir siklus serta
lembar kerja siswa (LKS)
3. Kekurangan-kekurangan yang
dihadapi peneliti dalam
menerapkan strategi pembelajaran
aktif ”The Power of Two”.
Peneliti yang
bertugas sebagai
guru yang
mengajar dengan
menerapkan
strategi
pembelajaran
aktif ”The Power
of Two”.
Lembar observasi guru pada
KBM
4. Pandangan siswa-siswi terhadap
pelajaran matematika setelah
diterapkannya strategi
pembelajaran aktif ”The Power of
Two”.
Guru bidang studi
matematika kelas
VII-5 MTsN 2
Lembar wawancara terhadap
guru
5. Kendala-kendala yang dihadapi
siswa-siswi dalam memahami
materi pelajaran matematika.
Siswa-siswi kelas
VII-5 MTsN 2
Lembar wawancara terhadap
siswa
46
Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data Kualitatif : hasil observasi guru pada KBM, hasil observasi aktivitas
belajar matematika siswa, hasil wawancara terhadap
guru dan siswa, catatan lapangan, serta hasil
dokumentasi.
2. Data Kuantitatif : hasil lembar kerja siswa dan nilai tes siswa pada setiap
akhir siklus.
Sumber data pada penelitian ini adalah siswa, guru bidang studi dan peneliti.
H. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Lembar wawancara terhadap guru
Wawancara terhadap guru dilakukan pada saat peneliti melakukan
observasi pendahuluan (pra penelitian) dan pada setiap akhir siklus.
Wawancara terhadap guru yang dilakukan pada saat pra penelitian
dengan maksud untuk mengetahui pandangan siswa terhadap pelajaran
matematika. Sedangkan wawancara terhadap guru yang dilakukan setiap
akhir siklus untuk mengetahui pandangan siswa terhadap pelajaran
matematika setelah diterapkannya strategi pembelajaran aktif ”The
Power o Two”.
2. Lembar wawancara terhadap siswa
Wawancara terhadap siswa dilakukan pada saat observasi
pendahuluan (pra penelitian) dan pada saat akhir siklus. Wawancara
terhadap siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian dengan maksud
untuk mengetahui peran siswa terhadap pelajaran matematika dan
permasalahan yang dihadapi siswa terkait dengan pelajaran matematika
sebelumnya. Sedangkan wawancara terhadap siswa yang dilakukan
setiap akhir siklus untuk mengetahui peran siswa terhadap pelajaran
matematika dan permasalahan yang dihadapi siswa setelah
diterapkannya strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
47
3. Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa
Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa digunakan
untuk mengetahui persentase aktivitas belajar matematika siswa dengan
diterapkannya strategi pembelajaran aktif “The Power of Two”. Aktivitas
belajar siswa yang diukur tercantum dalam lembar observasi tersebut.
4. Catatan lapangan
Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang kejadian-kejadian
yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Catatan
lapangan ini berfungsi untuk menganalisis apabila terdapat temuan-
temuan aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsug.
5. Lembar soal tes akhir siklus
Lembar soal diberikan kepada siswa-siswi untuk mengetahui
tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Lembar soal pada
akhir siklus I berbentuk pilihan ganda, sedangkan lembar soal pada akhir
siklus II berbentuk essay.
I. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi guru pada KBM; data diperoleh dari lembar observasi guru
pada KBM yang diisi oleh guru bidang studi yang bertindak sebagai
observer dengan cara mengamati peneliti yang bertugas sebagai guru
yang mengajar di kelas dengan mencheklist setiap aspek yang dinilai
pada setiap pertemuan.
2. Observasi aktivitas belajar matematika siswa; data diperoleh dari lembar
observasi aktivitas belajar matematika siswa, yang diisi oleh guru
bidang studi yang bertindak sebagai observer dengan mencheklist skor
untuk setiap aktivitas yang diukur pada setiap pertemuan.
3. Wawancara; data diperoleh dengan mewawancarai guru bidang studi
matematika kelas VII-5 dan beberapa siswa kelas VII-5 pada observasi
pendahuluan, dan pada setiap akhir siklus.
48
4. Dokumentasi; dokumentasi diperoleh dengan cara mengambil gambar
segala bentuk aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
5. Catatan lapangan, diperoleh dengan cara mencatat setiap aktivitas yang
dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran.
Data yang sudah terkumpul, kemudian didiskusikan dan dianalisis
oleh peneliti dan guru bidang studi untuk perencanaan tindakan pada siklus
berikutnya.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Sebelum suatu instrumen digunakan untuk mengumpulkan data,
instrument atau alat untuk mengevaluasinya harus valid agar diperoleh data
yang valid. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak diukur.4 Dalam penelitian ini, sebelum instrumen tes hasil
belajar diberikan kepada siswa maka peneliti terlebih dahulu mengukur
validitasnya yaitu menggunakan validitas tes secara rasional. Validitas
rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil pemikiran, validitas
yang diperoleh dengan berpikir secara logis. Dengan demikian maka suatu
tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas rasional, apabila
setelah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes hasil
belajar itu memang (secara rasional) dengan tepat telah dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur.5
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki
validitas rasional ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari segi
isinya (content). Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi tes itu
sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu: sejauh mana tes hasil
belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat
4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2006), edisi revisi, Cet, 6, h. 65 5 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1996), h. 164
49
mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan
pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan).
Dalam penelitian ini untuk data-data kualitatif digunakan teknik
triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding. Untuk itu perlu
diadakan pengecekan ulang terhadap sumber data yang berbeda yaitu
pengamatan aktivitas belajar siswa, wawancara, dan catatan lapangan. Dari
data hasil pengamatan aktivitas belajar matematika siswa diperoleh
informasi bahwa aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I
ke siklus II, sedangkan dari hasil wawancara dan catatan lapangan, siswa
sudah menunjukkan aktivitas belajar yang cukup baik. Dengan demikian,
ketiga instrumen tersebut memberikan kesimpulan yaitu memperoleh hasil
yang akurat.
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis Menurut Miles dan Huberman (1986), analisis data kualitatif
mempergunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks atau
dideskripsikan. Pada saat memberikan makna pada data yang dikumpulkan,
maka peneliti menganalisis dan menginterpretasikan data.6 Untuk data
kualitatif, analisis dilakukan mulai dari awal penelitian sampai penelitian
berakhir. Semua data yang sudah terkumpul dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan skala
penilaian aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna dan ilmiah.
Untuk menganalisis setiap indikator aktivitas belajar digunakan teknik
analisis secara deskriptif dengan rumus sebagai berikut:
6 Iskandar, “Penelitian Tindakan Kelas”....................., h.74
50
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Peneliti mengawali penelitian ini dengan dilakukannya penelitian
pendahuluan (pra penelitian), dan akan dilanjutkan dalam dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan,
tahap pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah
melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan
belum tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II.
Penelitian ini akan dihentikan jika indikator keberhasilan dalam
proses pembelajaran matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran
aktif ”The Power of Two” telah tercapai, yaitu aktivitas belajar matematika
siswa meningkat dan seluruh indikator aktivitas mencapai ≥ 70%, serta nilai
rata-rata tes siswa mencapai ≥ 70. Dalam penelitian ini, perencanaan
tindakannya adalah peneliti mempersiapkan instrumen penelitian sepreti
lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar
matematika siswa, lembar kerja siswa (LKS), serta soal tes untuk setiap
akhir siklus. Peneliti juga bekerja sama dengan guru bidang studi yang
bertindak sebagai observer dan kolaborator.
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Intervensi Tindakan
1. Penelitian Pendahuluan Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan observasi
pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Jakarta di kelas VII-5
serta melakukan wawancara terhadap guru matematika kelas VII-5 dan 7 orang
siswa kelas VII-5. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 – 6 November 2009
dan 11-13 November 2009.
Penelitian diawali dengan melakukan kunjungan ke Sekolah MTsN 2
Jakarta untuk konfirmasi tentang penerapan strategi pembelajaran aktif ”The
Power of Two” pada pembelajaran matematika sudah atau pernah diterapkan di
MTsN 2 Jakarta.
Setelah mendapat izin, penentuan kelas yang dapat dijadikan objek
penelitian yaitu kelas VII-5. Berdasarkan hasil wawancara terhadap Wakil Kepala
Sekolah bidang kurikulum bahwa kelas ini termasuk dalam kategori kelas yang
prestasi belajarnya rendah diantara 4 kelas yang lain, selain itu rata-rata hasil
belajarnya pun rendah, yaitu 62, 5 sehingga dianggap tepat untuk diterapkan
strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
Pada tanggal 2 November 2009, penelitian masuk pada tahapan
wawancara dengan guru matematika kelas VII-5. Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar matematika siswa, tanggapan
guru tersebut mengenai strategi pembelajaran aktif “The Power of Two” dan
permasalahan yang terjadi pada pembelajaran matematika di kelas tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi sebagai berikut:
1). Beberapa siswa menyukai pelajaran matematika, tetapi sebagian siswa ada
yang kurang senang dengan matematika disebabkan bekal pengetahuan dasar
yang mereka bawa sejak sekolah dasar masih kurang.
51
52
2). Umumnya siswa memperhatikan penjelasan guru, tetapi terkadang masih ada
siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, tergantung kondisi guru
tersebut.
3). Beberapa siswa masih merasa takut untuk bertanya. Siswa berani untuk
bertanya jika diberi motivasi oleh guru, jika tidak diberi motivasi tidak ada
siswa yang bertanya.
4). Jika diberi pertanyaan oleh guru, ada siswa yang menjawab pertanyaan secara
spontan, ada yang harus berpikir terlebih dahulu, ada juga yang ceplas ceplos
kalau menjawab sehingga perlu diarahkan.
5). Beberapa siswa masih merasa takut jika diminta oleh guru untuk maju ke
depan kelas, karena khawatir jawabannya akan salah.
6). Hanya sekitar 20% siswa yang bertanya jika mereka belum paham mengenai
materi yang disampaikan oleh guru. Siswa yang bertanya justru mereka yang
sudah paham, sedangkan siswa yang belum paham mereka bingung apa yang
ingin mereka tanyakan.
Pada tanggal 4–6, dan 11–13 November 2009, penelitian memasuki tahap
observasi pembelajaran matematika di kelas VII-5. Kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui proses pembelajaran matematika di kelas tersebut dan
aktivitas-aktivitas belajar matematika siswa. Adapun hasil observasi pembelajaran
di kelas tersebut adalah sebagai berikut:
1). Metode pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru adalah metode
ceramah dan pemberian tugas.
2). Siswa masih merasa takut untuk bertanya tentang materi pelajaran yang tidak
dipahami atau belum dipahami.
3). Siswa tidak berani mengerjakan soal di depan kelas jika diminta oleh guru
untuk mengerjakan soal di depan kelas, karena dikhawatirkan jawaban akan
salah.
4). Guru lebih mendominasi jalannya pembelajaran di kelas, sehingga
mengakibatkan siswa pasif.
5). Hasil persentase aktivitas belajar siswa rata-ratanya hanya mencapai 50,51%
(data dapat dilihat pada lampiran 20).
53
Dokumentasi aktivitas siswa saat memperhatikan penjelasan guru pada
penelitian pendahuluan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.1
Aktivitas Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru pada Penelitian Pendahuluan
Pada tanggal 13 November 2009, penelitian dilakukan dengan
mewawancarai 8 orang siswa kelas VII-5. Kedelapan siswa ini terdiri dari 2
orang siswa aktif, 3 orang siswa cukup aktif, dan 3 orang siswa pasif. Tujuan dari
wawancara ini adalah untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar matematika
siswa, minat siswa terhadap pelajaran matematika dan permasalahan yang
dihadapi siswa terkait dengan pelajaran matematika sebelumnya. Berdasarkan
hasil wawancara dengan 8 orang siswa, diperoleh informasi sebagai berikut:
1). Dari 8 orang siswa, hanya 3 orang saja yang menjawab senang dengan
matematika, yang lain kurang senang atau biasa saja.
2). Siswa yang senang dengan matematika, mereka beralasan bahwa mereka
senang berhitung, pelajarannya enak, digemari sejak sekolah dasar, guru
menjelaskan cukup enak. Sedangkan siswa yang kurang senang dengan
matematika, mereka beralasan bahwa pelajarannya sulit sehingga
memusingkan siswa untuk berhitung, cara berhitung yang cukup sulit.
3). Sebagian siswa bertanya, sebagian siswa malu bertanya karena takut, bingung
apa yang akan ditanyakan.
54
4). Sebagian siswa malu untuk mengerjakan soal di depan kelas, sebagian siswa
takut dengan gurunya, sebagian siswa takut salah karena ditertawakan teman
kalau jawabannya salah.
5). Pernah bosan karena cara mengajar guru membuatnya ngantuk.
Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas tersebut serta
wawancara terhadap guru dan siswa digunakan sebagai bahan untuk
merencanakan tindakan pada siklus I selanjutnya.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus I
a. Tahap perencanaan Berdasarkan seluruh informasi yang telah diperoleh, pada penelitian ini
dilakukan proses perencanaan penelitian. Adapun proses perencanaannya adalah
merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dengan menggunakan strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two”, membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), membuat instrumen-instrumen penelitian yaitu lembar
observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar siswa, pedoman
wawancara untuk guru dan siswa, membuat LKS untuk setiap pertemuan serta
soal tes untuk akhir siklus I ini.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat dan didiskusikan
bersama guru matematika kelas VII-5 yang bertindak sebagai kolaborator
sehingga apa yang disusun dalam RPP sesuai dengan kurikulum yang telah
ditetapkan di sekolah tersebut. Selain itu, peneliti juga menjelaskan cara mengisi
lembar observasi serta cara penilaian baik pada lembar observasi guru pada KBM,
ataupun lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa.
b. Tahap pelaksanaan Pembelajaran siklus I ini terdiri dari 6 pertemuan dengan menggunakan
strategi pembelajaran aktif “The Power of Two”. Pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran aktif “The Power of Two” ini terdiri dari 3
bagian, yaitu penjelasan materi, pemberian LKS dengan strategi pembelajaran
55
aktif “The Power of Two”, serta tes yang diadakan pada akhir siklus. Dalam
penelitian ini, ketiga bagian dibuat dalam 1x pertemuan sehingga dalam 6x
pertemuan terdapat 5x pembahasan materi dan pemberian LKS, dan pada
pertemuan ke-6 diadakan tes akhir siklus. Pembahasan pelaksanaan tindakan pada
siklus I ini adalah sebagai berikut:
1). Pertemuan ke-1/Rabu, 27 Januari 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 1x40 menit (1 jam pelajaran).
Penelitian diawali dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan kabar siswa
yang tidak masuk hari ini. Tercatat 1 siswa tidak hadir hari ini yaitu S19
dikarenakan sakit. Sebelum menyampaikan materi, terlebih dahulu siswa
dijelaskan mengenai tujuan pembelajaran pada materi yang akan disampaikan.
Selain itu, siswa juga diberitahu bahwa strategi yang akan diterapkan pada
penelitian ini adalah strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”, kemudian
siswa dijelaskan langkah-langkah strategi pembelajaran aktif ”The Power of
Two”.
Kegiatan selanjutnya adalah tahap penjelasan materi mengenai kedudukan
garis-garis sejajar, berimpit, berpotongan, dan bersilangan. Siswa memperhatikan
penjelasan peneliti. Di tengah penjelasan, siswa diberikan pertanyaan menyebar.
Beberapa siswa menjawab secara bersamaan, sehingga tidak dapat di dengar
dengan jelas oleh peneliti. Siswa diminta untuk terlebih dahulu mengangkat
tangannya ketika akan menjawab pertanyaan. Namun, hanya 3 orang siswa saja
yang berani mengangkat tangannya. Kemudian siswa diminta untuk menjawab
pertanyaan secara bergantian. Tetapi, satu siswa menjawab dengan suara kecil
seperti tidak yakin atas jawabannya. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
mungkin ada pembahasan yang belum dimengerti. Tercatat hanya satu siswa yang
bertanya. Siswa yang bertanya langsung menyebutkan pertanyaaannya dengan
spontan ”Bu, kalau dua garis berimpit itu, dua garis jadi satu garis ya bu?”
Beberapa siswa lain hanya mendengarkan pertanyaan teman saja, dan langsung
dijawab secara bersamaan dengan beberapa siswa lain.
Siswa diberikan LKS untuk dikerjakan. Setelah LKS selesai dikerjakan,
siswa diminta untuk berpasangan. Pasangan ditentukan berdasarkan teman
56
sebangku. Tercatat ada satu siswa yang tidak mempunyai pasangan dikarenakan
teman sebangkunya tidak hadir. Siswa yang tidak mempunyai pasangan diminta
untuk berpasangan dengan salah satu siswa dari pasangan yang lain. Sehingga
siswa terbentuk dalam 20 pasangan. Setelah semua siswa berpasangan, siswa
diminta untuk sharing (berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat
pasangannya. Di tengah-tengah siswa mengerjakan LKS secara berpasangan,
peneliti mengadakan supervisi pemanduan yaitu dengan cara mendekati setiap
pasangan agar mereka siap melakukan diskusi antar pasangan.
Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan LKS secara individu dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.2
Aktivitas Siswa Mengerjakan LKS Secara Individu pada Pertemuan Ke-I
Setelah masing-masing pasangan selesai mengerjakan LKS, salah satu
siswa dari pasangan yang nomor urut pasangannya tercantum di LKS diminta
untuk mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas. Sementara pasangan yang lain
memperhatikan hasil kerja pasangan yang mengerjakan di depan kelas. Setelah
beberapa pasangan selesai mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas, pasangan
lain diminta untuk membandingkan hasil kerjanya dimulai dari pasangan dengan
nomor urut pertama, dan seterusnya. Ketika ada pasangan yang berbeda jawaban,
pasangan tersebut diminta untuk mengemukakan pendapatnya, dan meminta
pasangan lain untuk menanggapi pendapat pasangan tersebut. Tercatat ada 2
pasangan yang menanggapi pasangan yang berbeda jawaban dengan pasangan
yang mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas.
57
Sebagai penutup pelajaran, guru mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan, bertanya, guru juga memberi tugas rumah, dan meminta siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya.
2). Pertemuan ke-2/Kamis, 28 Januari 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 2x40 menit (2 jam pelajaran).
Penelitian diawali dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan kabar siswa
yang tidak masuk hari ini. Tercatat seluruh siswa hadir semua. Sebelum
menyampaikan materi, terlebih dahulu siswa dijelaskan mengenai tujuan
pembelajaran yang akan disampaikan.
Tahap selanjutnya yaitu mereview materi pelajaran lalu, mengenai
kedudukan dua garis. Siswa memperhatikan penjelasan peneliti, tetapi masih ada
siswa yang berbicara dengan teman sebelahnya di awal pelajaran. Siswa tersebut
ditegur dan diminta untuk memperhatikan kembali penjelasan peneliti.
Dokumentasi aktivitas siswa yang berbicara dengan temannya ketika
sedang mereview pelajaran dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.3
Aktivitas Siswa yang Berbicara dengan Temannya Ketika Mereview Pelajaran
Siswa dijelaskan materi baru, yaitu mengenai satuan sudut yang sering
digunakan. Siswa diberikan pertanyaan tentang merubah satuan sudut dari menit
ke detik. Siswa dibimbing untuk berani mengemukakan pendapatnya dengan
58
lantang. Beberapa dari siswa menjawab pertanyaan secara bersamaan dengan
lantang.
Siswa dijelaskan cara merubah satuan sudut dari derajat ke menit dan
sebaliknya, dari menit ke detik dan sebaliknya, dan dari derajat ke detik dan
sebaliknya. Siswa memperhatikan penjelasan peneliti, siswa diberikan pertanyaan
menyebar. Beberapa siswa menjawab secara bersamaan sehingga tidak dapat
didengar dengan jelas oleh peneliti. Siswa diminta untuk terlebih dahulu
mengangkat tangannya ketika akan menjawab pertanyaan. Siswa menjawab
pertanyaan dengan antusias, tetapi hanya beberapa siswa saja yang aktif, siswa
yang lain hanya terlihat pasif dan mendengarkan saja tanpa berani menjawab. Di
tengah penjelasan ada 3 orang siswa yang mengajukan pertanyaan. Siswa lain
diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan temannya. Tercatat 2 orang
siswa menanggapi pertanyaan temannya.
Siswa dijelaskan cara mengukur sudut dengan menggunakan busur derajat
disertai beberapa contoh. Siswa diberikan contoh lain dan siswa diminta untuk
maju ke depan mengerjakan contoh tersebut. Siswa diminta mengangkat tangan
terlebih dahulu ketika akan maju ke depan kelas. Tidak ada satupun siswa yang
berani mengerjakan ke depan kelas. Peneliti menunjuk beberapa siswa untuk maju
mengerjakan di depan kelas. Siswa yang ditunjukpun mau mengerjakan di depan
kelas. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mungkin ada pembahasan yang
belum dimengerti. Tercatat ada beberapa siswa yang bertanya pada guru mengenai
mengukur sudut dengan menggunakan busur derajat.
Masing-masing siswa diberikan LKS untuk dikerjakan. Setelah LKS
selesai dikerjakan sendiri-sendiri oleh masing-masing siswa, siswa diminta untuk
berpasangan. Siswa diminta menghitung nomor urut pasangan 1-20 dimulai dari
siswa yang duduk paling depan sebelah kanan meja guru, dilanjutkan ke samping
dan seterusnya. Kemudian masing-masing siswa diminta untuk mencari nomor
urut yang sama dengan nomor urut masing-masing siswa. Sehingga mereka dapat
berpasangan dan menempati tempat duduk sesuai dengan nomor urut pasangan
dimulai dari tempat duduk paling depan sebelah kanan meja guru, terus ke
belakang, sampai di belakang, dilanjutkan ke depan lagi, dan seterusnya. Sehingga
59
siswa terbentuk dalam 20 pasangan. Setelah semua siswa berpasangan, siswa
diminta untuk sharing (berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat
pasangannya. Di tengah-tengah siswa mengerjakan LKS secara berpasangan,
peneliti mengadakan supervisi pemanduan yaitu dengan cara mendekati setiap
pasangan agar mereka siap melakukan diskusi antar pasangan.
Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan LKS dengan pasangannya
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.4
Aktivitas Siswa Mengerjakan LKS dengan Pasangannya
Setelah masing-masing pasangan selesai mengerjakan LKS, salah satu
siswa dari pasangan yang nomor urut pasangannya tercantum di LKS diminta
untuk mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas. Sementara pasangan yang lain
memperhatikan hasil kerja pasangan yang mengerjakan di depan kelas. Setelah
beberapa pasangan selesai mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas, pasangan
lain diminta untuk membandingkan hasil kerjanya dimulai dari pasangan dengan
nomor urut pertama, dan seterusnya. Ketika ada pasangan yang berbeda jawaban,
pasangan tersebut diminta untuk mengemukakan pendapatnya, dan pasangan lain
diminta untuk menanggapi pendapat pasangan tersebut. Tercatat ada 8 pasangan
yang menanggapi pasangan yang berbeda jawaban dengan pasangan yang
mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas.
Sebagai penutup pelajaran, guru mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan, bertanya, guru juga memberi tugas rumah, dan meminta siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya.
60
3). Pertemuan ke-3/Jum’at 29 Januari 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 2x40 menit (2 jam pelajaran).
Penelitian diawali dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan kabar siswa
yang tidak masuk hari ini. Tercatat seluruh siswa hadir semua. Sebelum
menyampaikan materi, terlebih dahulu siswa dijelaskan mengenai tujuan
pembelajaran yang akan disampaikan.
Tahap selanjutnya yaitu mereview materi pelajaran lalu, mengenai
mengukur sudut dengan busur derajat. Beberapa siswa ada yang lupa tentang
materi lalu. Tercatat ada 2 siswa yang bertanya, tetapi mengenai satuan sudut.
Siswa yang bertanya langsung menyebutkan pertanyaaannya dengan spontan ”Bu,
kalau 150 detik berapa menit bu?” ,satu siswa lagi bertanya “Bu, kalau 150 menit
berapa derajat bu?”. Siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan
teman. Beberapa siswa berusaha menghitung-hitung jawaban. Tetapi, ada juga
siswa yang cuek dengan pertanyaan temannya. Siswa yang menghitung-hitung
jawaban langsung menjawab pertanyaan secara spontan diikuti dengan beberapa
siswa lainnya. Pertanyaan dibahas bersama-sama oleh peneliti dan siswa. Siswa
memperhatikan penjelasan peneliti, tetapi masih ada siswa yang asyik memainkan
handphone dengan teman sebangkunya di awal pelajaran. Siswa yang memainkan
handphone ditegur dan diminta kembali untuk memperhatikan penjelasan peneliti.
Siswa dijelaskan materi baru, yaitu mengenai jenis sudut (siku, lancip,
tumpul). Siswa diberikan pertanyaan menyebar tentang perbedaan ketiga jenis
sudut tersebut. Siswa dibimbing untuk berani mengemukakan pendapatnya
dengan lantang. Beberapa dari siswa menjawab pertanyaan secara bersamaan
dengan lantang. Beberapa dari siswa hanya benar menjawab jenis sudut siku saja,
sedangkan sudut yang lain mereka masih keliru menjawabnya.
Siswa dijelaskan tentang perbedaan jenis sudut (siku, lancip, tumpul)
disertai contoh gambar masing-masing. Siswa memperhatikan penjelasan
peneliti, peneliti memberikan pertanyaan menyebar. Beberapa siswa menjawab
secara bersamaan sehingga tidak dapat didengar dengan jelas oleh peneliti. Siswa
diminta untuk terlebih dahulu mengangkat tangannya ketika akan menjawab
pertanyaan. Siswa menjawab pertanyaan dengan antusias, tetapi hanya beberapa
61
siswa saja yang aktif, siswa yang lain hanya terlihat pasif dan mendengarkan saja
tanpa berani menjawab. Di tengah penjelasan ada 1 orang siswa yang mengajukan
pertanyaan. Siswa lain diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan
temannya. Tercatat 6 orang siswa menjawab pertanyaan temannya secara
bersama-sama.
Siswa dijelaskan mengenai sudut berpelurus dan berpenyiku disertai
contoh. Siswa diberikan contoh lain dan diminta untuk maju ke depan
mengerjakan contoh tersebut. Siswa diminta mengangkat tangan terlebih dahulu
ketika akan maju ke depan kelas. Ada satu siswa yang berani mengerjakan ke
depan kelas. Untuk contoh soal yang belum dijawab, peneliti menunjuk beberapa
siswa untuk maju mengerjakan di depan kelas. Siswa yang ditunjukpun mau
mengerjakan di depan kelas. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mungkin ada pembahasan yang belum dimengerti. Tidak ada satu
siswapun yang bertanya.
Masing-masing siswa diberikan LKS untuk dikerjakan. Setelah LKS
selesai dikerjakan, siswa diminta untuk berpasangan. Siswa yang duduk pada
bagian kiri diminta untuk menghitung nomor urut pasangan 1-20 dimulai dari
siswa yang duduk paling depan sebelah kanan meja guru, dilanjutkan ke belakang,
terus ke depan, dan seterusnya. Setelah itu, nomor urut dilanjutkan terhadap siswa
yang duduk pada bagian kanan untuk menghitung nomor pasangan dimulai dari
siswa yang duduk paling depan sebelah kiri dari meja guru, dilanjutkan
kebelakang, terus ke depan lagi, dan seterusnya. Kemudian siswa diminta untuk
mencari nomor urut yang sama dengan nomor urut masing-masing siswa.
Sehingga mereka dapat berpasangan dan menempati tempat duduk sesuai dengan
nomor urut pasangan dimulai dari tempat duduk paling depan sebelah kanan meja
guru, terus ke belakang, sampai di belakang, dilanjutkan ke depan lagi, dan
seterusnya. Sehingga siswa terbentuk dalam 20 pasangan. Setelah semua siswa
berpasangan, siswa diminta untuk sharing (berbagi) jawaban dengan jawaban
yang dibuat pasangannya. Di tengah-tengah siswa mengerjakan LKS secara
berpasangan, peneliti mengadakan supervisi pemanduan yaitu dengan cara
mendekati setiap pasangan agar mereka siap melakukan diskusi antar pasangan.
62
Setelah masing-masing pasangan selesai mengerjakan LKS, salah satu
siswa dari pasangan yang nomor urut pasangannya tercantum di LKS diminta
untuk mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas. Sementara pasangan yang lain
memperhatikan hasil kerja pasangan yang mengerjakan di depan kelas. Setelah
beberapa pasangan selesai mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas, pasangan
lain diminta untuk membandingkan hasil kerjanya dimulai dari pasangan dengan
nomor urut pertama, dan seterusnya. Ketika ada pasangan yang berbeda jawaban,
pasangan tersebut diminta untuk mengemukakan pendapatnya, dan meminta
pasangan lain untuk menanggapi pendapat pasangan tersebut. Tercatat ada 3 orang
siswa yang menanggapi pasangan yang berbeda jawaban dengan pasangan yang
mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas.
Sebagai penutup pelajaran, guru mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan, bertanya, guru juga memberi tugas rumah, dan meminta siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya.
4). Pertemuan ke-4/Rabu, 3 Februari 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 1x40 menit (1 jam pelajaran).
Penelitian diawali dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan siswa yang
tidak masuk hari ini. Seluruh siswa hadir semua pada hari ini. Sebelum
menyampaikan materi, terlebih dahulu siswa dijelaskan mengenai tujuan
pembelajaran yang akan disampaikan.
Tahap selanjutnya yaitu mereview materi pelajaran lalu, mengenai jenis
sudut siku, lancip, tumpul. Beberapa siswa ada yang lupa tentang materi lalu.
Tercatat ada 3 siswa yang bertanya. Siswa yang bertanya langsung menyebutkan
pertanyaaannya dengan spontan ”Bu, kalau gambar sudut lancip gimana ya bu?”
,satu siswa lagi bertanya “Bu, kalau gambar sudut tumpul bu?”, satu siswa lagi
bertanya ”Bu, kalau sudut siku itu pasti 90o ya bu?”. Siswa lain diberikan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan teman. Beberapa siswa berusaha
menggambar-gambar sudut. Tetapi, ada juga siswa yang cuek dengan pertanyaan
temannya. Siswa yang menggambar-gambar sudut diminta untuk menggambar di
depan kelas. Namun, siswa masih terlihat malu jika diminta mengerjakan di depan
63
kelas. Tetapi, lama kelamaan 2 orang siswa maju ke depan kelas, masing-masing
siswa menggambar sudut tumpul dan lancip. Sedangkan untuk pertanyaan
terakhir, dijawab secara bersamaan dengan siswa. Peneliti bersama siswa
membahas jawaban siswa yang maju ke depan kelas. Ternyata, siswa menjawab
dengan benar. Siswa memperhatikan penjelasan peneliti dengan cukup serius.
Siswa dijelaskan materi baru, yaitu mengenai sudut-sudut yang termasuk
pasangan sudut sehadap, pasangan sudut dalam bersebrangan, luar bersebrangan,
pasangan sudut dalam sepihak dan luar sepihak. Siswa memperhatikan penjelasan
peneliti. Di tengah penjelasan, siswa diberikan contoh lain, siswa diberikan
pertanyaan menyebar. Beberapa siswa menjawab secara bersamaan, sehingga
tidak dapat di dengar dengan jelas oleh peneliti. Siswa diminta untuk terlebih
dahulu mengangkat tangannya ketika akan menjawab pertanyaan. Namun, hanya
5 orang siswa saja yang berani mengangkat tangannya dan langsung mengerjakan
di depan kelas. Siswa lain diminta untuk menanggapi hasil kerja temannya.
Peneliti bersama siswa membahas hasil kerja siswa yang mengerjakan di depan
kelas. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mungkin ada pembahasan yang
belum dimengerti. Hanya beberapa siswa saja yang berani bertanya. Siswa yang
bertanya langsung menyebutkan pertanyaaannya secara bersamaan ”Bu, tolong
jelaskan lagi sudut dalam sepihak dan luar sepihak bu?” Beberapa siswa lain
hanya mendengarkan pertanyaan teman saja. Siswa dijelaskan kembali mengenai
sudut dalam sepihak dan luar sepihak.
Masing-masing siswa diberikan LKS untuk dikerjakan sendiri-sendiri.
Setelah LKS selesai dikerjakan, siswa diminta untuk berpasangan berdasarkan
teman sebangku. Sehingga siswa terbentuk dalam 20 pasangan. Setelah semua
siswa berpasangan, siswa diminta untuk sharing (berbagi) jawaban dengan
jawaban yang dibuat pasangannya. Di tengah-tengah siswa mengerjakan LKS
secara berpasangan, peneliti mengadakan supervisi pemanduan yaitu dengan cara
mendekati setiap pasangan agar mereka siap melakukan diskusi antar pasangan.
Setelah masing-masing pasangan selesai mengerjakan LKS, salah satu
siswa dari pasangan yang nomor urut pasangannya tercantum di LKS diminta
untuk mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas. Sementara pasangan yang lain
64
memperhatikan hasil kerja pasangan yang mengerjakan di depan kelas. Setelah
beberapa pasangan selesai mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas, pasangan
lain diminta untuk membandingkan hasil kerjanya dimulai dari pasangan dengan
nomor urut pertama, dan seterusnya. Ketika ada pasangan yang berbeda jawaban,
pasangan tersebut diminta untuk mengemukakan pendapatnya, dan meminta
pasangan lain untuk menanggapi pendapat pasangan tersebut. Tercatat ada 10
pasangan yang menanggapi pasangan yang berbeda jawaban dengan pasangan
yang mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas.
Sebagai penutup pelajaran, guru mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan, bertanya, guru juga memberi tugas rumah, dan meminta siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya.
5). Pertemuan ke-5/Kamis, 4 Februari 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 2x40 menit (2 jam pelajaran).
Penelitian diawali dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan kabar siswa
yang tidak masuk hari ini. Tercatat seluruh siswa hadir semua. Sebelum
menyampaikan materi, terlebih dahulu siswa dijelaskan mengenai tujuan
pembelajaran yang akan disampaikan.
Tahap selanjutnya yaitu mereview materi pelajaran lalu, mengenai sifat
sudut jika dipotong garis ketiga. Setelah itu peneliti membahas PR. Siswa
memperhatikan penjelasan peneliti, tetapi masih ada siswa yang mengobrol
dengan teman sebangkunya di awal pelajaran. Siswa yang mengobrol ditegur dan
diminta untuk memperhatikan kembali penjelasan peneliti. Siswa diberikan
kesempatan untuk bertanya sebelum peneliti melanjutkan materi baru. Beberapa
siswa meminta penjelasan ulang mengenai sudut dalam bersebrangan, dan luar
bersebrangan.
Siswa dijelaskan materi baru, yaitu mengenai sifat sudut yang termasuk
pasangan sudut sehadap, pasangan sudut dalam bersebrangan dan luar
bersebrangan, pasangan sudut dalam sepihak dan luar sepihak. Siswa diberikan
kesempatan untuk bertanya mungkin ada pembahasan yang belum dimengerti.
Tidak ada satupun siswa yang bertanya
65
Siswa diberikan contoh soal dan dibahas bersama-sama. Siswa diberikan
beberapa contoh soal lain untuk dikerjakan di depan kelas. Beberapa siswa
meminta teman yang duduk paling pojok belakang untuk maju ke depan kelas.
Sementara siswa yang diminta maju tidak mau mengerjakan di depan kelas,
sehingga peneliti menunjuk siswa untuk maju ke depan kelas, siswa tersebut maju
ke depan kelas. Di saat beberapa teman mengerjakan ke depan kelas, siswa lain
memperhatikan jawaban temannya, tetapi masih ada siswa yang tidak menanggapi
jawaban temannya. Beberapa siswa yang menanggapi jawaban temannya, ada
yang bertanya terhadap hasil kerjanya di papan tulis, dan langsung dijawab oleh
siswa yang mengerjakan di papan tulis tersebut. Setelah siswa selesai
mengerjakan di depan kelas, peneliti bersama siswa membahasnya. Ditengah
pembahasan, siswa diberikan pertanyaan mengenai perolehan jawaban. Siswa
menjawab pertanyaan peneliti secara bersamaan dan sangat antusias. Di tengah
penjelasan ada 3 orang siswa yang mengajukan pertanyaan. Siswa lain diberikan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan temannya. Tercatat beberapa siswa lain
menjawab pertanyaan teman, tetapi jawaban antara siswa yang satu dengan siswa
yang lainnya berbeda-beda. Pertanyaan dibahas bersama-sama oleh peneliti dan
siswa.
Siswa diberikan LKS untuk dikerjakan sendiri-sendiri. Setelah LKS selesai
dikerjakan, siswa diminta untuk berpasangan. Pasangan ditentukan berdasarkan
nomor absen atas-bawah. Siswa dengan nomor absen 1 berpasangan dengan
siswa bernomor absen 40, nomor absen 2 berpasangan dengan nomor absent 39,
dan seterusnya. Sehingga siswa terbentuk dalam 20 pasangan. Setelah semua
siswa berpasangan, siswa diminta untuk sharing (berbagi) jawaban dengan
jawaban yang dibuat pasangannya. Di tengah-tengah siswa mengerjakan LKS
secara berpasangan, peneliti mengadakan supervisi pemanduan yaitu dengan cara
mendekati setiap pasangan agar mereka siap melakukan diskusi antar pasangan.
Setelah masing-masing pasangan selesai mengerjakan LKS, salah satu
siswa dari pasangan yang nomor urut pasangannya tercantum di LKS diminta
untuk mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas. Sementara siswa yang lain
memperhatikan hasil kerja siswa yang mengerjakan di depan kelas. Setelah
66
beberapa pasangan selesai mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas, pasangan
lain diminta untuk membandingkan hasil kerjanya dimulai dari pasangan dengan
nomor urut pertama, dan seterusnya. Ketika ada pasangan yang berbeda jawaban,
pasangan tersebut diminta untuk mengemukakan pendapatnya, dan pasangan lain
diminta untuk menanggapi pendapat pasangan tersebut. Tercatat ada 7 pasangan
yang menanggapi hasil kerja pasangan yang mengerjakan di depan kelas
dikarenakan jawaban mereka berbeda dengan jawaban yang ada di papan tulis,
sementara pasangan yang mengerjakan di depan kelas langsung menjelaskan cara-
cara mendapatkan jawaban tersebut. Beberapa siswa lain memberikan tanggapan
terhadap pasangan yang berbeda jawaban tersebut. Tiap-tiap soal dibahas
bersama-sama oleh peneliti dan siswa.
Sebagai penutup pelajaran, guru mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan, bertanya, guru juga memberi tugas rumah, dan meminta siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya.
6). Pertemuan ke-6/Jum’at, 5 Februari 2010
Pada pertemuan ini, siswa diberikan tes hasil belajar pada akhir siklus I
dengan materi kedudukan dua garis, satuan sudut yang sering digunakan, jenis-
jenis sudut, sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga, serta
menggunakan sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal.
Kemudian, tahap selanjutnya yaitu wawancara terhadap 3 orang siswa
yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa, peran siswa
terhadap pelajaran matematika dan permasalahan yang dihadapi siswa terkait
dengan pelajaran matematika sebelumnya.
Adapun aktivitas siswa mengerjakan soal tes siklus I dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
67
Gambar 4.5
Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Tes Akhir Siklus I c. Tahap observasi dan analisis Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Siklus I No. Komponen
Aktivitas Aspek yang diamati Skor Pert. 1
Skor Pert. 2
Skor Pert. 3
Skor Pert. 4
Skor Pert. 5
Rata-rata
Memperhatikan penjelasan guru 2 3 3 4 4 80%
Visual activities Memperhatikan
pertanyaan/tanggapan teman
1 2 1 3 3 50% 1.
Rata-rata visual activities 37,5% 62,5% 50% 87,5% 87,5% 65% Bertanya pada guru 1 1 1 2 3 40% Menjawab pertanyaan guru 2 3 2 3 4 70%
Memberikan tanggapan terhadap teman atau guru
1 1 1 3 3 45%
Oral activities
Berdiskusi dengan teman 2 2 3 3 3 65%
2.
Rata-rata oral activities 37,5% 43,75% 43,75% 68,75% 81,25% 55% Motor
activities Mengerjakan soal pada LKS
4 4 4 4 4 100% 3. Rata-rata motor activities 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Emotional activities
Semangat siswa dalam mengerjakan tugas di kelas
1 1 1 3 2 40% 4. Rata-rata emotional activities 25% 25% 25% 75% 50% 40%
Rata-rata aktivitas siklus I 50% 57,81% 54,68% 82,81% 79,68% 65%
68
Keterangan: Persentase aktivitas siswa
1 = kurang (0% - 25%)
2 = cukup (25% – 50%)
3 = baik (50% - 75%)
4 = sangat baik (lebih dari 75%)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar
siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:
1) Aktivitas memperhatikan penjelasan guru
Rata-rata persentase aktivitas siswa yang memperhatikan penjelasan guru
sebesar 80%. Aspek memperhatikan penjelasan guru pada setiap pertemuan
mengalami peningkatan skor. Skor terendah yaitu pada pertemuan pertama.
Hal ini dikarenakan siswa masih belum siap untuk mengikuti pelajaran. Pada
saat penjelasan materi, siswa masih terlihat mengobrol dengan temannya.
Tetapi, pada pertemuan selanjutnya aktivitas memperhatikan penjelasan guru
mengalami peningkatan karena siswa mendapat teguran jika tidak
memperhatikan penjelasan guru.
2) Aktivitas memperhatikan pertanyaan/tanggapan teman
Rata-rata aktivitas siswa memperhatikan poertanyaan atau tanggapan
teman sebesar 50%. Aktivitas memperhatikan pertanyaan atau tanggapan
teman pada pertemuan pertama mendapat skor 1. Masing-masing siswa
terlihat kurang memperhatikan dan merasa cuek dengan pertanyaan yang
diajukan oleh temannya, karena pada pertemuan-pertemuan sebelumnya siswa
juga jarang untuk memperhatikan pertanyaan atau tanggapan teman. Tetapi,
pada pertemuan selanjutnya aktivitas memperhatikan pertanyaan atau
tanggapan teman mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan siswa yang
tidak memperhatikan pertanyaan atau tanggapan teman mendapat teguran dari
peneliti dan diminta kembali untuk mengulang pertanyaan yang diajukan
temannya.
3) Aktivitas bertanya pada guru dan aktivitas menjawab pertanyaan guru
Rata-rata persentase aktivitas siswa yang bertanya pada guru sebesar 40%,
sedangkan rata-rata persentase aktivitas siswa yang menjawab pertanyaan
69
guru sebesar 70%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang bertanya lebih
sedikit dibandingkan dengan siswa yang menjawab pertanyaan guru. Siswa
lebih sering menjawab pertanyaan guru secara berbarengan, tetapi jika siswa
diminta untuk mengangkat tangannya terlebih dahulu sebelum menjawab,
hanya beberapa siswa saja yang berani, dikarenakan beberapa siswa masih
merasa kurang yakin dengan jawabannya jika diminta untuk menjawab
sendiri.
4) Aktivitas memberikan tanggapan terhadap teman atau guru
Rata-rata persentase aktivitas siswa yang memberikan tanggapan terhadap
teman atau guru sebesar 45%. Masih ada siswa yang malu untuk memberikan
tanggapan terhadap hasil kerja pasangan yang mengerjakan di depan kelas,
atau memberikan tanggapan terhadap guru. Kebanyakan siswa hanya
mengandalkan pasangannya saja untuk memberikan tanggapan terhadap hasil
kerja pasangan lain. Hal ini dapat dikatakan belum baik sehingga perlu adanya
perbaikan pada siklus II.
5) Aktivitas berdiskusi dengan teman
Rata-rata persentase aktivitas siswa berdiskusi dengan teman sebesar 65%.
Kebanyakan siswa mengandalkan jawaban dari pasangannya saja. Tetapi pada
pertemuan ke tiga, aktivitas ini mengalami peningkatan. Masing-masing
pasangan dipantau dan jika dijumpai ada pasangan yang tidak sharing, maka
siswa diminta untuk sharing agar mereka siap untuk diskusi antar pasangan.
Hal ini dapat dikatakan belum baik, dan perlu ditingkatkan lagi pada siklus II.
6) Aktivitas mengerjakan tugas di kelas
Rata-rata persentase aktivitas siswa mengerjakan tugas di kelas sudah
sangat baik, yaitu sebesar 100%. Pada setiap pertemuan, siswa selalu
mengerjakan tugas.
7) Aktivitas semangat siswa dalam mengerjakan tugas di kelas
Rata-rata persentase aktivitas semangat siswa dalam mengerjakan tugas di
kelas sebesar 40%. Pada tiga pertemuan berturut-turut, aktivitas siswa dalam
mengerjakan tugas di kelas masih terlihat kurang bersemangat. Siswa masih
terlihat kurang semangat ketika menjawab LKS secara individu, hal ini dapat
70
dilihat dari siswa yang masih merasa bingung menjawab LKS secara individu,
kebanyakan siswa yang kurang mengerti dalam mengerjakan tugas langsung
bertanya pada peneliti, namun ada juga siswa yang semangat mencari-cari cara
dari berbagai sumber. Tetapi, pada saat berpasangan siswa terlihat lebih
semangat mengerjakan LKS dibandingkan secara individu. Pada pertemuan
keempat, siswa sudah sudah terlihat semangat mengerjakan tugas, sebagian
siswa mencari-cari cara untuk mengerjakan soal dari berbagai sumber
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan
tindakan. Pada tahap ini, guru matematika kelas VII-5 yang bertindak sebagai
observer mengobservasi aktivitas belajar matematika siswa sekaligus
mengamati proses pembelajaran di kelas dengan diterapkannya strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
Hasil belajar siswa selama siklus I diperoleh dari nilai tes akhir siklus I
pada pertemuan keenam. Hasil tes akhir siklus I tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.2 Nilai Tes Akhir Siklus I
Interval F f relatif f relatif kumulatif
33-40 4 10% 100%
41-48 5 12,5% 90%
49-56 9 22,5% 77,5%
57-64 2 5% 55%
65-72 7 17,5% 50%
73-80 10 25% 32,5%
81-88 3 7,5% 7,5%
Keterangan:
Nilai tertinggi = 86 Jumlah siswa = 40
Nilai terendah = 33 Rata-rata = 61,45
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diperoleh informasi bahwa hasil
belajar siswa pada siklus I ini mencapai rata-rata 61,45. Hal ini menunjukkan
71
bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I ini masih rendah, dan masih
banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (nilai 65).
Hasil observasi terhadap guru pada KBM oleh observer sudah cukup
baik, hanya saja peneliti harus lebih memotivasi siswa untuk bertanya dan
menanggapi pertanyaan teman atau guru.
d. Tahap refleksi Tahap ini dilaksanakan oleh peneliti bersama guru kolaborator, setelah
melakukan analisis pada siklus I. Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar
siswa dan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII-5 dan beberapa
siswa kelas VII-5, ditemukan beberapa kekurangan yang ada pada siklus I.
Hasil tersebut dijelaskan dalam tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Refleksi Tindakan Pembelajaran pada Siklus I
No. Kekurangan-kekurangan Perencanaan Perbaikan pada
siklus II
1. Pada awal pembelajaran, masih
ada siswa yang ngobrol dengan
temannya, dan masih ada juga
siswa yang memainkan
handphone.
Memberikan pengurangan skor
pada siswa yang berbuat
kesalahan.
2. Ada beberapa siswa yang masih
malas mencatat di awal
pelajaran.
Buku catatan siswa dikumpulkan
dan diberi nilai pada akhir bab
pelajaran
3. Beberapa siswa masih terlihat
lama dalam mencatat catatan di
papan tulis.
Memberikan batasan waktu
kepada siswa untuk mencatat
catatan di papan tulis.
4. Siswa masih malu untuk
mengangkat tangannya ketika
akan menjawab pertanyaan yang
Memberikan point tambahan
pada siswa yang berani
mengangkat tangnnya untuk
72
diajukan peneliti. Siswa sering
menjawab pertanyaan secara
bersamaan.
menjawab pertanyaan yang
diajukan peneliti.
5. Beberapa siswa masih malu
untuk bertanya jika ada
pembahasan yang belum
dimengerti.siswa.
Mengarahkan siswa untuk
bertanya pada pembahasan yang
belum dimengerti.
6. Siswa masih merasa takut untuk
mengerjakan hasil kerjanya di
depan kelas, sehingga siswa
hanya mengandalkan
pasangannya saja.
Memilih satu siswa dari
pasangan yang mendapat giliran
mengerjakan hasil kerjanya di
depan kelas.
7. Masih banyak siswa yang
merasa bingung dan kurang
yakin jika mengerjakan tugas
LKS secara individu sehingga
menyebabkan siswa kurang
bersemangat.
Memberikan penjelasan secara
detail tentang soal-soal yang
diberikan.
8. Siswa masih malu untuk
mengungkapkan pendapatnya
jika hasil kerjanya berbeda
dengan hasil kerja pasangan
yang mengerjakan di depan
kelas.
Mengarahkan siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya
jika hasil kerjanya berbeda
dengan hasil kerja pasangan
yang mengerjakan di depan
kelas. Selain itu, peneliti
memberi hadiah kepada
pasangan yang berani
mengungkapkan pendapatnya
dengan pasangan lain.
73
Berdasarkan hasil tes akhir siklus I diperoleh hasil belajar siswa mencapai
nilai rata-rata 61,45 dan masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
Hal ini menunjukkan bahwa tes hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai
indikator keberhasilan penelitian.
Berdasarkan hasil refleksi tindakan pembelajaran pada siklus I diperoleh
informasi bahwa aktivitas siswa serta nilai tes akhir siklus belum mencapai
indikator keberhasilan penelitian, sehingga perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya dengan hasil refleksi siklus I digunakan sebagai perbaikan.
3. Tindakan Pembelajaran Siklus II
a. Tahap perencanaan Pada tahap ini, penelitian dilakukan dengan membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), membuat instrumen-instrumen penelitian yaitu lembar
observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar
pedoman wawancara untuk guru dan siswa, membuat LKS untuk setiap
pertemuan serta soal tes untuk akhir siklus II ini.
b. Tahap pelaksanaan Pembelajaran siklus II ini terdiri dari 6 pertemuan dengan menggunakan
strategi pembelajaran aktif “The Power of Two”. Pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran aktif “The Power of Two” ini terdiri dari 3
bagian, yaitu penjelasan materi, pemberian LKS dengan strategi pembelajaran
aktif “The Power of Two”, serta tes yang diadakan pada akhir siklus. Dalam
penelitian ini, ketiga bagian dibuat dalam 1x pertemuan sehingga dalam 6x
pertemuan terdapat 5x pembahasan materi dan pemberian LKS, dan pada
pertemuan ke-12 diadakan tes akhir siklus. Pembahasan pelaksanaan tindakan
pada siklus I ini adalah sebagai berikut:
74
1). Pertemuan ke-7/Rabu, 10 Februari 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 1x40 menit (1 jam pelajaran).
Penelitian diawali dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan kabar
siswa yang tidak masuk hari ini. Ternyata pada pertemuan ini siswa hadir semua.
Sebelum menyampaikan materi, terlebih dahulu siswa dijelaskan mengenai
tujuan pembelajaran yang akan disampaikan.
Guru menjelaskan materi baru yaitu melukis sudut yang besarnya sama
dengan sudut yang diketahui. Kemudian siswa diberikan contoh lain untuk
dikerjakan di depan kelas. Salah satu siswa diminta untuk mengerjakan soal di
depan kelas. Masing-masing siswa mengerjakannya di buku latihan, dan belum
ada siswa yang berani untuk mengerjakan di depan kelas. Ketika mengerjakan di
buku latihan, ada siswa bertanya mengenai langkah-langkah melukis sudut.
Kemudian, masing-masing siswa diberikan LKS.
Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan LKS secara individu dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.6
Aktivitas siswa mengerjakan LKS secara individu pada pertemuan ke-7
Setelah semua siswa selesai mengerjakan LKS secara individu, siswa
diminta untuk berpasangan dengan teman sebangku, sehingga siswa terbentuk
dalam 20 pasangan. Setelah semua siswa berpasangan, siswa diminta untuk
sharing (berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat pasangannya. Di tengah-
tengah siswa mengerjakan LKS secara berpasangan, peneliti mengadakan
75
supervisi pemanduan yaitu dengan cara mendekati setiap pasangan agar mereka
siap melakukan diskusi antar pasangan.
Setelah masing-masing pasangan selesai mengerjakan LKS, salah satu
siswa dari pasangan yang nomor urut pasangannya tercantum di LKS diminta
untuk mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas. Sementara pasangan yang lain
memperhatikan hasil kerja pasangan yang mengerjakan di depan kelas. Setelah
beberapa pasangan selesai mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas, pasangan
lain diminta untuk membandingkan hasil kerjanya dimulai dari pasangan dengan
nomor urut pertama, dan seterusnya. Ketika ada pasangan yang berbeda jawaban,
pasangan tersebut diminta untuk mengemukakan pendapatnya, dan meminta
pasangan lain untuk menanggapi pendapat pasangan tersebut. Tercatat ada
beberapa pasangan yang menanggapi pasangan yang berbeda jawaban dengan
pasangan yang mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas.
Sebagai penutup pelajaran, guru mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan, bertanya, guru juga memberi tugas rumah, dan meminta siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya.
2). Pertemuan ke-8/Kamis, 11 Februari 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 2x40 menit (2 jam pelajaran).
Penelitian diawali dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan siswa yang
tidak masuk hari ini. Tercatat seluruh siswa hadir semua. Sebelum
menyampaikan materi, terlebih dahulu siswa dijelaskan mengenai tujuan
pembelajaran yang akan disampaikan.
Tahap selanjutnya yaitu mereview materi pelajaran lalu, mengenai
menyalin sudut yang besarnya sama dengan sudut yang diketahui. Siswa
memperhatikan penjelasan peneliti dengan antusias dan menjawab pertanyaan
peneliti disela-sela pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya
sebelum peneliti melanjutkan materi baru. Ada siswa yang bertanya, ”Bu, untuk
membuat busur lingkaran yang melalui pusat P dan melewati titik Q, lebar
jangkanya dirubah gak bu?”. Siswa yang lain menjawab pertanyaan tersebut
secara berbarengan: ”enggaaa...”.
76
Kegiatan selanjutnya yaitu peneliti menjelaskan materi baru mengenai
melukis sudut 60o dan 90o. Peneliti menjelaskan langkah-langkah melukis sudut
60o dan 90o dengan menggunakan jangka dan penggaris. Kemudian siswa
diberikan contoh lain dengan garis yang berbentuk miring. Siswa tampaknya
sudah memahami materi yang disampaikan peneliti pada hari ini, karena ketika
sedang membahas contoh tersebut, siswa dapat menjawab pertanyaan peneliti.
Masing-masing siswa diberikan LKS untuk dikerjakan. Setelah selesai
dikerjakan, siswa diminta untuk berpasangan. Pasangan dibentuk berdasarkan
nomor absen atas-bawah. Siswa dengan nomor absen 1 berpasangan dengan
siswa bernomor absent 40, nomor absen 2 berpasangan dengan nomor absent 39,
dan seterusnya. Sehingga siswa terbentuk dalam 20 pasangan. Setelah semua
siswa berpasangan, siswa diminta untuk sharing (berbagi) jawaban dengan
jawaban yang dibuat pasangannya. Di tengah-tengah siswa mengerjakan LKS
secara berpasangan, peneliti mengadakan supervisi pemanduan yaitu dengan cara
mendekati setiap pasangan agar mereka siap melakukan diskusi antar pasangan.
Setelah masing-masing pasangan selesai mengerjakan LKS, salah satu
siswa dari pasangan yang nomor urut pasangannya tercantum di LKS diminta
untuk mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas. Sementara pasangan yang lain
memperhatikan hasil kerja pasangan yang mengerjakan di depan kelas.
Dokumentasi aktivitas siswa dari pasangan yang mengerjakan hasil kerja
LKS di depan kelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.7
Aktivitas siswa mengerjakan hasil kerja LKS di depan kelas
77
Setelah beberapa pasangan selesai mengerjakan hasil kerjanya di depan
kelas, pasangan lain diminta untuk membandingkan hasil kerjanya dimulai dari
pasangan dengan nomor urut pertama, dan seterusnya. Ketika ada pasangan yang
berbeda jawaban, pasangan tersebut diminta untuk mengemukakan pendapatnya,
dan meminta pasangan lain untuk menanggapi pendapat pasangan tersebut.
Tercatat ada 3 pasangan yang menanggapi hasil kerja pasangan yang
mengerjakan di depan kelas dikarenakan jawaban mereka berbeda dengan
jawaban yang ada di papan tulis, sementara pasangan yang mengerjakan di depan
kelas langsung menjelaskan langkah-langkah menggambar sudut tersebut.
Beberapa siswa lain memberikan tanggapan terhadap pasangan yang berbeda
jawaban tersebut. Tiap-tiap soal dibahas secara bersama-sama oleh peneliti dan
siswa.
Dokumentasi aktivitas siswa dari pasangan yang menanggapi hasil kerja
pasangan yang mengerjakan LKS di depan kelas dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 4.8
Aktivitas siswa dari pasangan yang menanggapi hasil kerja pasangan yang mengerjakan LKS di depan kelas pada pertemuan ke-8
Sebagai penutup pelajaran, guru mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan, bertanya, guru juga memberi tugas rumah, dan meminta siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya.
78
3). Pertemuan ke-9/Jum’at, 12 Februari 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 2x40 menit (2 jam pelajaran).
Penelitian diawali dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan siswa yang
tidak masuk hari ini. Tercatat seluruh siswa hadir semua. Sebelum
menyampaikan materi, terlebih dahulu siswa dijelaskan mengenai tujuan
pembelajaran yang akan disampaikan.
Siswa ditanya tentang materi sebelumnya, beberapa siswa ada yang sudah
lupa, dan sebagian yang lain masih ingat. Tahap selanjutnya yaitu mereview
materi pelajaran lalu, yaitu mengenai melukis sudut 60o dan 90o dengan
menggunakan jangka. Siswa memperhatikan penjelasan peneliti. Siswa diberikan
kesempatan untuk bertanya sebelum peneliti melanjutkan materi baru.
Siswa dijelaskan materi baru mengenai membagi sudut menjadi dua
bagian sama besar. Siswa dijelaskan langkah-langkah membagi sudut menjadi
dua bagian sama besar. dengan menggunakan jangka dan penggaris. Kemudian
siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mungkin ada pembahasan yang
belum dimengerti. Siswa yang duduk paling belakang meminta untuk
menjelaskan kembali langkah-langkahnya. Siswa diberikan contoh lain dengan
sudut yang lebih besar dari contoh pertama. Setelah semua siswa paham, masing-
masing siswa diberikan LKS.
Masing-masing siswa diminta untuk mengerjakan LKS. Setelah LKS
selesai dikerjakan sendiri-sendiri oleh masing-masing siswa, masing-masing
siswa diminta untuk berpasangan. Pasangan ditentukan berdasarkan teman yang
duduk di belakangnya. Untuk siswa yang duduk paling belakang, pasangan
ditentukan berdasarkan teman yang duduk di sampingnya dengan urutan lompat
satu. Sehingga mereka dapat berpasangan dan menempati tempat duduk sesuai
dengan nomor urut pasangan dimulai dari tempat duduk paling depan sebelah
kanan meja guru, terus ke belakang, sampai di belakang dilanjutkan ke depan
lagi, dan seterusnya. Sehingga siswa terbentuk dalam 20 pasangan. Setelah
semua siswa berpasangan, siswa diminta untuk sharing (berbagi) jawaban
dengan jawaban yang dibuat pasangannya. Di tengah-tengah siswa mengerjakan
LKS secara berpasangan, peneliti mengadakan supervisi pemanduan yaitu
79
dengan cara mendekati setiap pasangan agar mereka siap melakukan diskusi
antar pasangan. Setelah masing-masing pasangan selesai mengerjakan LKS,
salah satu siswa dari pasangan yang nomor urut pasangannya tercantum di LKS
diminta untuk mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas.
Dokumentasi aktivitas siswa dari pasangan yang mengerjakan hasil kerja
LKS di depan kelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.9
Aktivitas siswa mengerjakan hasil kerja LKS di depan kelas
Sementara pasangan yang lain memperhatikan hasil kerja pasangan yang
mengerjakan di depan kelas. Setelah beberapa pasangan selesai mengerjakan
hasil kerjanya di depan kelas, pasangan lain dimintaa untuk membandingkan
hasil kerjanya dimulai dari pasangan dengan nomor urut pertama, dan seterusnya.
Ketika ada pasangan yang berbeda jawaban, pasangan tersebut diminta untuk
mengemukakan pendapatnya, dan meminta pasangan lain untuk menanggapi
pendapat pasangan tersebut. Tercatat ada beberapa siswa yang menanggapi hasil
kerja pasangan yang mengerjakan di depan kelas dikarenakan jawaban mereka
berbeda dengan jawaban yang ada di papan tulis, sementara pasangan yang
mengerjakan di depan kelas langsung menjelaskan langkah-langkah menggambar
sudut tersebut, dan salah satu siswa ada yang maju mengerjakan hasil kerjanya
untuk dibandingkan dengan hasil kerja siswa yang sebelumnya. Beberapa siswa
lain memberikan tanggapan terhadap pasangan yang berbeda jawaban tersebut.
Tiap-tiap soal dibahas secara bersama-sama oleh peneliti dan siswa. Ternyata
gambar hasil kerja pasangan yang mengerjakan pertama kurang tepat.
80
Sebagai penutup pelajaran, guru mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan, bertanya, guru juga memberi tugas rumah, dan meminta siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya.
4). Pertemuan ke-10/Rabu, 17 Februari 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 1x40 menit (1 jam pelajaran).
Penelitian diawali dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan siswa yang
tidak masuk hari ini. Ternyata pada pertemuan ini ada satu siswa izin pada jam
pelajaran matematika. Sebelum menyampaikan materi, terlebih dahulu siswa
dijelaskan mengenai tujuan pembelajaran yang akan disampaikan.
Tahap selanjutnya, yaitu mereview materi pelajaran lalu mengenai
membagi sudut menjadi dua bagian sama besar. Disaat peneliti sedang
menjelaskan materi lalu, beberapa siswa lupa dan siswa lain masih ingat.
Siswa dijelaskan materi baru, yaitu mengenai melukis sudut 30o dan 45o.
Ketika sedang membahas sudut 90o, beberapa siswa lupa dan siswa langsung
melihat catatannya. Ketika peneliti menjelaskan cara membagi sudut menjadi dua
sama besar, siswa masih ingat. Hal ini terlihat ketika peneliti sedang menjelaskan
melukis sudut 45o, siswa tampak menyimak.
Masing-masing siswa diberikan LKS untuk dikerjakan. Setelah semua
siswa selesai mengerjakan LKS, siswa diminta untuk berpasangan dengan teman
sebangku, sehingga siswa terbentuk dalam 20 pasangan. Setelah siswa
berpasangan, siswa diminta untuk sharing (berbagi) jawaban dengan jawaban
yang dibuat pasangannya. Di tengah-tengah siswa mengerjakan LKS secara
berpasangan, peneliti mengadakan supervisi pemanduan yaitu dengan cara
mendekati setiap pasangan agar mereka siap melakukan diskusi antar pasangan.
Setelah masing-masing pasangan selesai mengerjakan LKS, salah satu
siswa dari pasangan yang nomor urut pasangannya tercantum di LKS diminta
untuk mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas. Sementara siswa lain
memperhatikan hasil kerja pasangan yang mengerjakan di depan kelas. Setelah
beberapa pasangan selesai mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas, siswa
diminta untuk membandingkan hasil kerjanya dimulai dari pasangan dengan
81
nomor urut pertama, dan seterusnya. Ketika ada pasangan yang berbeda jawaban,
pasangan tersebut diminta untuk mengemukakan pendapatnya, dan meminta
pasangan lain untuk menanggapi pendapat pasangan tersebut. Tercatat ada
beberapa siswa yang menanggapi pasangan yang berbeda jawaban dengan
pasangan yang mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas.
Sebagai penutup pelajaran, guru mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan, bertanya, guru juga memberi tugas rumah, dan meminta siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya.
5). Pertemuan ke-11/Kamis, 18 Februari 2010
Pertemuan ini berlangsung selama 2x40 menit (2 jam pelajaran).
Penelitian diawali dengan menanyakan kabar siswa dan menanyakan siswa yang
tidak masuk hari ini. Tercatat seluruh siswa hadir semua. Sebelum
menyampaikan materi, terlebih dahulu siswa dijelaskan mengenai tujuan
pembelajaran yang akan disampaikan.
Tahap selanjutnya yaitu mereview pelajaran lalu, mengenai melukis sudut
45o. Kemudian, membahas PR bersama-sama. Siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya mungkin ada pembahasan yang belum dimengerti.
Siswa dijelaskan materi baru, yaitu melukis sudut yang besarnya 120o dan
150o. Siswa dijelaskan langkah-langkah melukis sudut 120o dan 150o dengan
menggunakan jangka. Siswa diberikan dua buah soal untuk dikerjakan di depan
kelas. Beberapa siswa menunjuk temannya untuk maju ke depan kelas, dan siswa
tersebut maju. Sementara soal nomor dua dikerjakan oleh siswa dengan terlebih
dahulu mengangkat tangannya ketika ingin maju. Di saat siswa lain mengerjakan
di depan kelas, siswa memperhatikan jawaban temannya, namun ada juga siswa
yang mengerjakan sendiri di buku latihan. Beberapa siswa yang menanggapi
hasil kerja teman yang mengerjakan di depan kelas ada yang meminta untuk
dijelaskan kembali terhadap hasil kerjanya. Setelah siswa selesai mengerjakan di
depan kelas, peneliti bersama siswa membahasnya.
Masing-masing siswa diberikan LKS untuk dikerjakan. Setelah LKS
selesai dikerjakan, siswa diminta untuk berpasangan. Siswa yang duduk pada
82
bagian kiri diminta untuk menghitung nomor urut pasangan 1-20 dimulai dari
siswa yang duduk paling depan sebelah kanan meja guru, dilanjutkan ke
belakang, terus ke depan, dan seterusnya. Setelah itu, nomor urut dilanjutkan
terhadap siswa yang duduk pada bagian kanan untuk menghitung nomor
pasangan dimulai dari siswa yang duduk paling depan sebelah kiri dari meja
guru, dilanjutkan kebelakang, terus ke depan lagi, dan seterusnya. Kemudian
meminta masing-masing siswa untuk mencari nomor urut yang sama dengan
nomor urut siswa lain. Sehingga mereka dapat berpasangan dan menempati
tempat duduk sesuai dengan nomor urut pasangan. Sehingga siswa terbentuk
dalam 20 pasangan. Setelah semua siswa berpasangan, siswa diminta untuk
sharing (berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat pasangannya. Di tengah-
tengah siswa mengerjakan LKS secara berpasangan, peneliti mengadakan
supervisi pemanduan yaitu dengan cara mendekati setiap pasangan agar mereka
siap melakukan diskusi antar pasangan.
Setelah masing-masing pasangan selesai mengerjakan LKS, salah satu
siswa dari pasangan yang nomor urut pasangannya tercantum di LKS diminta
untuk mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas. Sementara siswa lain
memperhatikan hasil kerja siswa yang mengerjakan di depan kelas. Setelah
beberapa pasangan selesai mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas, pasangan
lain diminta untuk membandingkan hasil kerjanya dimulai dari pasangan dengan
nomor urut pertama, dan seterusnya. Ketika ada pasangan yang berbeda jawaban,
siswa diminta untuk mengemukakan pendapatnya, dan meminta siswa lain untuk
menanggapi pendapat pasangan tersebut. Tercatat ada 4 orang siswa yang
menanggapi pasangan yang berbeda jawaban dengan pasangan yang
mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas.
Dokumentasi aktivitas siswa dari pasangan yang menanggapi hasil kerja
pasangan yang mengerjakan LKS di depan kelas dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
83
Gambar 4.10
Aktivitas siswa dari pasangan yang menanggapi hasil kerja pasangan yang mengerjakan LKS di depan pada pertemuan ke-11
Sebagai penutup pelajaran, guru mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan, bertanya, guru juga memberi tugas rumah, dan meminta siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya.
6). Pertemuan ke-12/Jum’at, 19 Februari 2010
Pada pertemuan ini, siswa diberikan tes hasil belajar pada akhir siklus II
dengan materi kedudukan dua garis, satuan sudut yang sering digunakan, jenis-
jenis sudut, sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga, serta
menggunakan sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal.
Kemudian, tahap selanjutnya yaitu wawancara terhadap 3 orang siswa
yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa, peran siswa
terhadap pelajaran matematika dan permasalahan yang dihadapi siswa terkait
dengan pelajaran matematika sebelumnya.
Adapun aktivitas siswa mengerjakan soal tes siklus II dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
84
Gambar 4.11
Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Tes Akhir Siklus II
c. Tahap observasi dan analisis Tahap observasi ini berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan
tindakan. Pada tahap ini, guru matematika kelas VII-5 yang bertindak sebagai
observer mengobservasi aktivitas belajar matematika siswa sekaligus mengamati
proses pembelajaran di kelas dengan diterapkannya strategi pembelajaran aktif
”The Power of Two”.
Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi dapat
dilihat pada tabel berikut:
85
Tabel 4.4 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Siklus II
No. Komponen Aktivitas Aspek yang diamati Pert.
7 Pert.
8 Pert.
9 Pert. 10
Pert. 11
Rata-rata
Memperhatikan penjelasan guru 3 4 4 4 4 95%
Visual activities Memperhatikan
pertanyaan/tanggapan teman
3 3 3 3 3 75% 1.
Rata-rata visual activities 75% 87,5% 87,5% 87,5% 87,5% 85% Bertanya pada guru 2 3 3 3 3 70% Menjawab pertanyaan guru 2 3 4 4 3 80%
Memberikan tanggapan terhadap teman atau guru
2 3 3 3 2 65%
Oral activities
Berdiskusi dengan teman 3 3 4 3 4 85%
2. Rata-rata oral activities 56,25% 75% 87,5% 81,25% 75% 75%
Motor activities
Melukis sudut 4 4 4 4 4 100% 3. Rata-rata motor activities 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Emotional activities
Semangat siswa dalam mengerjakan tugas di kelas
3 2 3 3 4 75% 4.
Rata-rata emotional activities 75% 50% 75% 75% 100% 75% Rata-rata aktivitas siklus II 76,56% 78,12% 87,5% 85,93% 90,62% 84%
Keterangan: Persentase aktivitas siswa
1 = kurang (0% - 25%)
2 = cukup (25% – 50%)
3 = baik (50% - 75%)
4 = sangat baik (lebih dari 75%)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar
siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:
1). Aktivitas memperhatikan penjelasan guru
Rata-rata persentase aktivitas siswa dalam memperhatikan penjelasan guru
sebesar 95%. Pada tes siklus I, masih ada siswa yang mendapat nilai di bawah
KKM. Sehingga pada siklus II ini, aktivitas memperhatikan penjelasan guru
mengalami peningkatan sebesar 15%. Pembelajaran pada siklus II ini, selalu
86
menggunakan jangka untuk melukis sudut. Sehingga menyebabkan siswa lebih
fokus dalam memperhatikan penjelasan peneliti. Karena kalau siswa tidak
memperhatikan, dikhawatirkan siswa tidak dapat melukis sudut dengan
menggunakan jangka.
2). Aktivitas memperhatikan pertanyaan/tanggapan teman
Rata-rata persentase aktivitas siswa memperhatikan pertanyaan atau
tanggapan teman sudah cukup baik, yaitu sebesar 75%. Aktivitas
memperhatikan pertanyaan atau tanggapan teman dalam 5 pertemuan berturut-
turut mendapat skor 3. Siswa terlihat serius dalam memperhatikan pertanyaan
yang diajukan temannya, karena jika tidak memperhatikan pertanyaan teman,
siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang diajukan teman.
3). Aktivitas memberikan tanggapan terhadap teman/guru
Rata-rata persentase aktivitas siswa memberikan tanggapan terhadap
teman/guru sebesar 65%. Pada siklus II ini, siswa masih terlihat malu-malu
dalam memberikan tanggapan terhadap teman, hal ini dapat dilihat dari siswa
yang memberikan tanggpan dengan suara yang sangat kecil, akan tetapi pada
siklus II ini aktivitas memberikan tanggapan terhadap teman mengalami
peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II ini, siswa yang
mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas masih ada jawaban yang salah,
sehingga menyebabkan siswa lain menanggapi jawaban tersebut langsung
mengerjakan di depan kelas.
4). Aktivitas bertanya pada guru dan aktivitas menjawab pertanyaan guru
Rata-rata persentase aktivitas siswa bertanya pada guru sebesar 70%,
sedangkan rata-rata persentase siswa yang menjawab pertanyaan guru sebesar
80%. Pada siklus I maupun siklus II, aktivitas siswa yang bertanya pada guru
lebih sedikit dibandingkan dengan aktivitas siswa yang menjawab pertanyaan
guru. Namun, pada siklus II aktivitas bertanya pada guru mengalami
peningkatan sebesar 30%, sedangkan aktivitas menjawab pertanyaan guru
mengalami peningkatan sebesar 10%. Pada siklus II ini, pembelajaran selalu
87
menggunakan jangka. Sehingga siswa yang belum mengerti cara melukis sudut
dengan menggunakan jangka langsung bertanya pada peneliti, dan jika sudut
yang dibentuk dengan siswa berbeda dengan sudut yang ada di papan tulis,
siswa masih merasa penasaran sehingga tidak ada siswa yang terlihat malu
untuk bertanya sampai sudut yang digambarnya benar-benar betul. Untuk aspek
menjawab pertanyaan guru, siswa sudah tidak malu lagi, karena siswa mendapat
poin tambahan jika berani mengangkat tangannya untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan guru.
5). Aktivitas berdiskusi dengan teman
Rata-rata persentase aktivitas siswa berdiskusi dengan teman sebesar
85%. Rata-rata aktivitas ini mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 20%.
Karena, jika pasangan tidak mengerti atau belum paham dengan melukis sudut
menggunakan jangka, maka teman pasangannya mau mengajari pasangan yang
belum mengerti.
6). Aktivitas mengerjakan tugas di kelas
Rata-rata persentase aktivitas siswa mengerjakan tugas di kelas sudah
sangat baik, yaitu sebesar 100%. Pada setiap pertemuan, siswa selalu
mengerjakan tugas.
7). Aktivitas semangat siswa dalam mengerjakan tugas di kelas
Rata-rata persentase aktivitas semangat siswa dalam mengerjakan tugas di
kelas sebesar 75%. Siswa terlihat sangat bersemangat ketika belajar dengan
menggunakan jangka.
Adapun hasil belajar selama siklus II diperoleh dari tes akhir siklus II pada
pertemuan kesembilan. Hasil tes akhir siklus II tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
88
Tabel 4.5 Nilai Tes Akhir Siklus II
Interval F f relatif f relatif kumulatif
60-65 4 10% 100%
66-71 6 15% 90%
72-77 5 12,50% 75%
78-83 8 20% 62,50%
84-89 2 5% 42,50%
90-95 7 17,50% 37,50%
95-100 8 20% 20%
Keterangan:
Nilai tertinggi = 100 Jumlah siswa = 40
Nilai terendah = 65 Rata-rata = 82,62
Berdasarkan tabel 4.5 di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus
2 ini mencapai rata-rata 82,62. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
pada siklus 2 ini sangat baik, dan sudah tidak ada siswa yang mendapat nilai di
bawah KKM.
d. Tahap refleksi Tahap ini dilaksanakan oleh peneliti bersama guru kolaborator, setelah
melakukan analisis pada siklus II. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II
ini, siswa terlihat bersemangat, siswa sudah tidak malu untuk bertanya jika
ada pembahasan yang belum dimengerti, dan berani untuk mengungkapkan
pendapatnya jika ada jawaban yang berbeda dengan jawaban pasangan lain.
Dengan penggunaan jangka, membuat siswa lebih semangat untuk
mengerjakan tugas. Selain itu, jika ada siswa yang belum mengerti mengenai
pembahasan yang sedang dibahas, siswa sudah berani bertanya karena
adanya rasa keingintahuan mengenai mengukur besar sudut menggunakan
jangka.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa diperoleh rata-rata
persentase aktivitas belajar siswa pada siklus II mencapai 84%. Hal ini
89
menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus
II ini mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator keberhasilan
penelitian ini, dimana rata-rata persentase aktivitas belajar siswa harus
mencapai 70%.
Berdasarkan tes hasil belajar yaitu tes akhir siklus II ini mencapai rata-
rata 82,62 dengan nilai terendah 65. Hal ini juga menunjukkan bahwa tes
hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan
penelitian ini, dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 70 dan
sudah tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.
Adapun hasil wawancara terhadap guru dan siswa memberikan
informasi bahwa siswa sangat antusias terhadap pembelajaran matematika
menggunakan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” dan guru
kolaborator mengatakan bahwa penerapan strategi pembelajaran aktif ”The
Power of Two” ini telah dilaksanakan dengan baik, sehingga benar-benar
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II ini, yaitu bahwa kedua indikator
keberhasilan telah tercapai maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan
sampai dengan siklus II.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan untuk
mengumpulkan data yaitu instrument tes, dan non tes. Untuk instrument tes
yang digunakan adalah tes formatif yang diberikan setiap akhir siklus, dan
tes subsumatif yang diberikan setiap akhir pembelajaran berupa soal latihan
pada LKS (Lembar Kerja Siswa). Tes ini bertujuan untuk menganalisis
peningkatan hasil belajar matematika siswa pada tiap pertemuan dan tiap
siklus sebagai implikasi dari PTK. Sedangkan untuk instrumen non tes
berupa lembar observasi dan wawancara yang ditujukan untuk guru dan
siswa. Untuk lembar observasi, data yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam
kelas pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung. Kegiatan guru
90
dan siswa diteliti dalam lembar observasi. Lembar observasi diisi dalam
setiap pertemuan sedangkan wawancara dilakukan pada akhir siklus. Dalam
penelitian ini untuk data-data kualitatif digunakan teknik triangulasi, yaitu
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu sebagai pembanding. Untuk itu perlu diadakan pengecekan
ulang terhadap sumber data dengan cara membandingkan data pengamatan
aktivitas belajar siswa dengan lembar observasi aktivitas belajar matematika
siswa, lemabar wawancara terhadap siswa, dan catatan lapangan.
C. Analisis Data Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada,
yang diperoleh dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar siswa
Aktivitas belajar siswa dianalisis berdasarkan lembar hasil observasi
aktivitas belajar matematika siswa, yang bertujuan untuk mengetahui
persentase aktivitas belajar matematika siswa. Lembar observasi juga
digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap tindakan pada akhir
siklus.
Adapun hasil observasi aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.6 Hasil observasi aktivitas belajar siswa
Persentase
No. Komponen Aktivitas Siklus I Siklus II
1 Visual activities 65% 85%
2 Oral activities 55% 75%
3 Motor activities 100% 100%
4 Emotional activities 40% 75%
Rata-rata 65% 84%
91
Dari hasil skor pada lembar observasi aktivitas belajar siswa, jumlah
rata-rata untuk siklus I terlihat masih rendah yaitu 65%. Akan tetapi, pada
siklus II jumlah rata-rata aktivitas belajar matematika siswa meningkat
menjadi 84%. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan
strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” dapat meningkatkan
aktivitas belajar matematika siswa. Peningkatan rata-rata aktivitas belajar
matematika siswa sebesar 19%. Perbandingan persentase aktivitas belajar
matematika siswa pada siklus I dan siklus II disajikan dalam diagram sebagai
berikut:
0102030405060708090
100
Per
sent
ase
VisualActivities
OralActivities
MotorActivities
EmotionalActivities
Komponen Aktivitas
siklus Isiklus II
Gambar 4.12
Diagram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa
2. Tes hasil belajar
Untuk tes hasil belajar digunakan tes formatif yaitu tes yang
dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan
pada akhir pembelajaran yaitu berupa soal latihan pada LKS (Lembar
Kerja Siswa). Adapun hasil tes tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
92
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Statistik Siklus I Siklus II
Nilai tertinggi 86 100
Nilai terendah 33 65
Rata-rata 61,45 82,62
Standar deviasi 14,46 19,08
Berdasarkan tabel 4.7 tersebut diperoleh informasi bahwa rata-rata
hasil belajar siswa siklus I yaitu 61,45 sedangkan rata-rata hasil belajar
siswa siklus II 82,62. Rata-rata nilai pada siklus II mengalami peningkatan
dari siklus sebelumnya. Pada siklus I masih ada siswa yang mendapat nilai
dibawah KBM yaitu 65, namun pada siklus II nilai terendahnya adalah 65
dan sudah tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
Peningkatan hasil belajar jika disajikan dalam diagram batang adalah
sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Nila
i rat
a-ra
ta
siklus I siklus II
Tes Hasil Belajar
Gambar 4.13
Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa
93
Sedangkan hasil lembar observasi dari aktivitas belajar matematika
siswa dan hasil belajar siswa disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.8 Rekapitulasi rata-rata aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa
No. Aspek yang dinilai Siklus I Siklus II
1. Rata-rata aktivitas belajar siswa 65% 84%
2. Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa 61,45 82,62
Berdasarkan tabel 4.8 di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata
aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I sebesar 65%, sedangkan
rata-rata nilai hasil belajar siswa pada akhir siklus I sebesar 61,45. Akan
tetapi, rata-rata aktivitas belajar matematika siswa pada siklus II sebesar
84%, sedangkan rata-rata nilai hasil belajar siswa pada akhir siklus II
sebesar 82,62. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar rata-rata
aktivitas belajar matematika siswa, semakin besar pula rata-rata nilai hasil
belajar siswa, dan sebaliknya.
Karena seluruh indikator keberhasilan telah tercapai yaitu untuk
aktivitas belajar matematika, rata-rata persentase aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan dan telah mencapai batasan indikator yaitu 70%
sedangkan untuk hasil belajar rata-rata nilai tes akhir siklus juga telah
mencapai batasan indikator, yaitu 70 dan sudah tidak ada lagi siswa yang
mendapat nilai di bawah KKM maka penelitian ini tidak perlu dilanjutkan
pada siklus berikutnya.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan pertama kali saat pra penelitian dan setelah
dilakukannya tindakan pada akhir siklus. Wawancara dilakukan terhadap
guru kolaborator dan siswa.
Dari hasil wawancara saat pra penelitian diperoleh informasi bahwa
sebagian siswa cukup antusias dengan matematika, tetapi sebagian siswa
ada yang kurang senang dengan matematika karena bekal pengetahuan
94
dasar yang mereka bawa sejak sekolah dasar kurang memadai, siswa
masih takut untuk bertanya jika ada pembahasan yang belum dipahami,
siswa juga pernah merasa bosan pada saat pembelajaran matematika
dikarenakan cara mengajar guru cenderung ceramah.
Dari hasil wawancara saat akhir siklus I diperoleh informasi bahwa
strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” sangat baik digunakan
sehingga siswa dapat bertukar pikiran dengan teman pasangannya dan
antar pasangan, sebagian siswa sudah tidak malu untuk bertanya,
meskipun masih ada beberapa siswa yang masih malu.
Adapun dari hasil wawancara saat akhir siklus II diperoleh informasi
bahwa siswa cukup antusias dengan pembelajaran matematika khususnya
dengan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” dan guru
kolaborator mengatakan bahwa strategi pembelajaran aktif ”The Power of
Two” sudah dilaksanakan cukup baik sehingga dapat meningkatkan
aktivitas belajar matematika siswa.
D. Interpretasi Hasil Analisis Penelitian ini diawali dengan latar belakang masalah yaitu prestasi
belajar matematika siswa kelas VII-5 MTsN 2 Jakarta masih rendah, hasil
belajar matematika siswa masih rendah yaitu 62, 5 serta persentase aktivitas
belajar matematika siswa hanya mencapai 50, 51%. Dari masalah-masalah
tersebut, peneliti menghendaki untuk memperbaiki proses pembelajaran
matematika di kelas tersebut, yaitu dengan menerapkan strategi pembelajaran
aktif ”The Power of Two” sehingga aktivitas belajar matematika siswa
mengalami peningkatan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
tindakan kelas (PTK). Hasil dari penelitian ini yaitu pada siklus I persentase
aktivitas belajar matematika siswa sebesar 65% dan rata-rata hasil belajar
matematika siswa sebesar 61, 45. Sedangkan pada siklus II persentase
aktivitas belajar matematika siswa sebesar 84% dan rata-rata hasil belajar
matematika siswa sebesar 82, 62. Pada siklus II, seluruh indikator telah
95
tercapai maka penelitian berakhir sampai siklus II. Jadi, dengan
diterapkannya strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” aktivitas
belajar matematika siswa mengalami peningkatan sebesar 19% dan rata-rata
hasil belajar matematika siswa meningkat.
E. Pembahasan Temuan Penelitian 1. Penerapan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa
Peningkatan aktivitas belajar matematika dapat terlihat dari hasil
observasi aktivitas belajar siswa bahwa rata-rata persentase aktivitas
belajar matematika siswa pada siklus I sebesar 65%, sedangkan rata-rata
persentase aktivitas belajar matematika siswa pada siklus II sebesar 84%.
Hal ini mengalami peningkatan sebesar 19%.
2. Penerapan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa
Peningkatan hasil belajar siswa dapat terlihat dari rata-rata nilai tes
akhir siklus I sebesar 61,45, sedangkan rata-rata nilai tes akhir siklus II
sebesar 82,62. Hal ini mengalami peningkatan.
3. Dengan diterapkannya strategi pembelajaran aktif ”The Power of
Two” terdapat 6 siswa kreatif dalam menjawab soal pada LKS
Dengan diterapkannya strategi pembelajaran aktif ”The Power of
Two” menjadikan siswa lebih kreatif dalam menjawab soal pada LKS,
terdapat pasangan yang menjawab soal dengan cara yang berbeda dari
pasangan lain. Hal ini dapat terlihat dari observasi lapangan yang
dilakukan peneliti terhadap siswa. Pada siklus II, terdapat siswa yang
menjawab LKS berbeda dengan jawaban pasangan lain. Ketika
mengerjakan soal melukis sudut yang besarnya 120o, terdapat pasangan
yang menjawab dengan cara melukis sudut 90o terlebih dahulu, kemudian
dilanjutkan dengan melukis sudut 30o.
96
4. Pemberian poin dapat meningkatkan aktivitas siswa pada aspek
menjawab pertanyaan guru
Pemberian poin bagi siswa yang berani mengangkat tangannya untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat meningkatkan
aktivitas siswa pada aspek menjawab pertanyaan guru, siswa menjadi lebih
berani dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, dan
berusaha untuk mendapatkan poin sebanyak-banyaknya. Jika siswa sudah
mendapat 4 poin, maka nilai akan bertambah satu untuk nilai harian siswa.
5. Pemberian hadiah dapat meningkatkan aktivitas siswa pada aspek
memberikan tanggapan terhadap teman atau guru
Pemberian hadiah berupa alat-alat tulis (seperti pulpen, pensil, dan
penghapus) bagi siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya terhadap
pasangan yang berbeda jawaban dengan pasangan yang lain dapat
meningkatkan aktivitas siswa pada aspek memberikan tanggapan terhadap
teman atau guru, siswa menjadi lebih berani mengungkapkan pendapatnya
terhadap pasangan lain dan berusaha untuk mendapatkan hadiah sebanyak-
banyaknya. Pemberian hadiah ini hanya dilakukan kadang-kadang saja.
6. Aktivitas belajar mempunyai hubungan berbanding lurus terhadap
hasil belajar matematika siswa
Berdasarkan hasil analisis data terhadap rata-rata persentase aktivitas
belajar matematika siswa dan rata-rata hasil belajar siswa, keduanya
mempunyai hubungan berbanding lurus yaitu semakin meningkat rata-rata
persentase aktivitas belajar matematika siswa, maka semakin meningkat
pula rata-rata hasil belajar siswa pada tes akhir siklus.
97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebagaimana telah
diuraikan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. Hal ini terlihat
dari:
1. Strategi pembelajaran aktif “The Power of Two” dapat meningkatkan
aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini dapat terlihat dari aktivitas
belajar matematika siswa yang meningkat sebesar 19%, berdasarkan data
diperoleh rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu
sebesar 65%, dan pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan menjadi 84%, hal ini dilihat dari siswa yang awalnya pasif
menjadi aktif.
2. Strategi pembelajaran aktif “The Power of Two” dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa. Hal ini dapat terlihat dari rata-rata hasil belajar
siswa pada siklus I sebesar 61,45 sedangkan pada siklus II rata-ratanya
meningkat menjadi 82,62. Jadi, hasil belajar matematika siswa mengalami
peningkatan.
3. Penggunaan strategi pembelajaran aktif “The Power of Two” dalam
pembelajaran matematika dapat diterima dengan baik oleh siswa, dan
menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran.
4. Dengan diterapkannya strategi pembelajaran aktif “The Power of Two”,
aktivitas belajar matematika siswa mempunyai hubungan berbanding lurus
dengan hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka secara umum penggunaan strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two” dianggap berhasil meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Karena telah mencapai indikator keberhasilan
97
98
pencapaian yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penelitian ini tidak perlu
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
B. SARAN
1. Guru bidang studi hendaknya dapat terus menerapkan strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two” ini sebagai salah satu alternatif
dalam pembelajaran matematika, dan tidak menutup kemungkinan untuk
menggunakan strategi-strategi pembelajaran yang lain dalam kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada
peserta didik.
2. Guru bidang studi hendaknya menunjuk satu siswa dari salah satu
pasangan dalam mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas, sehingga lama
kelamaan siswa akan terbiasa mengerjakan hasil kerjanya di depan kelas
tanpa ditunjuk oleh guru.
3. Guru bidang studi hendaknya lebih kreatif dalam membandingkan
jawaban antar pasangan, sehingga masing-masing pasangan dapat
mengemukakan pendapatnya.
4. Siswa hendaknya lebih aktif lagi ketika sharing dengan pasangannya
dalam memecahkan masalah yang sulit.
99
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT
Rineka Cipta, Cet. I, 1999.
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, Bandung: Pustaka Setia, Cet.II, 2008.
AM, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Anitah, Sri, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Arikunto, Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
____________Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet.
6, 2006. Cahyaningrum, D.A, Pembelajaran Matematika dengan Strategi Active Learning
pada Materi Aljabar di Kelas VII-F SMPN 3 Batu, dalam http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/203
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Hartono, “Strategi Pembelajaran Active Learning”, dalam sditalqalam.wordpress.com/…/strategi-pembelajaran-active-learning/
Ina V.S. Mullis, dkk, ”TIMMS 2007 International Mathematics Report”, dalam http://TIMMS.bc.edu/TIMMS 2007/techreport.html
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, Ciputat: Gaung Persada, 2009.
Junaedi, dkk. Strategi Pembelajaran. Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008.
99
100
Kasnun, Implementasi Active Learning dalam Pembelajaran PAI dalam Cendekia Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, vol. 5. No. 2, Juli-Desember 2007.
Marno & M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.
Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.
Ramdhan, Tarmizi, “Strategi Belajar Kekuatan Berdua (The Power of Two)
dalam Pembelajaran Matematika”, dalam tarmizi.wordpres.com.
Samadhi, Ari, ”Pembelajaran Aktif (Active learning)”, dalam http://eng.unri.ac.id Silberman, Mel, Active Learning, Yogyakarta: Bumi Media, 2002.
Soedjadi, R, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2000.
Sudijono, Anas, ”Pengantar Evaluasi Pendidikan”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.
Sudrajat, Ahmad, “Hakikat Belajar” dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/hakikat-belajar/
Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Suherman, Erman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003.
Suyatmi, Aan, Pengaruh Penggunaan Strategi Active Learning dengan Metode Index Card Match terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, 2009.
Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru edisi revisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.
101
Syah, Darwiyan, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Diadit Media, 2009.
Zaini, Hisyam, dkk, Startegi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2008.
102
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MTsN 2 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Program : VII-5
Semester : Genap
Tahun Ajaran : 2009/2010
Alokasi Waktu : 12 x 40 menit
Strategi : The Power of Two
Pertemuan Ke- : 1-12
I. Standar Kompetensi :
5. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut
dengan sudut, serta menentukan ukurannya.
II. Kompetensi Dasar :
5. 1 Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut.
5. 2 Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan
atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain.
5. 3 Melukis sudut
5. 4 Membagi sudut
III. Indikator :
• Menjelaskan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan,
bersilangan) melalui benda konkrit.
• Mengenal satuan sudut yang sering digunakan.
• Mengukur besar sudut dengan busur derajat.
• Menjelaskan perbedaan jenis sudut (siku, lancip, tumpul)
103
• Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga.
• Menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal.
• Melukis sudut yang besarnya sama dengan sudut yang diketahui
dengan menggunakan busur dan jangka
• Melukis sudut 600 dan 900
• Membagi sudut menjadi 2 sama besar
• Melukis sudut 300, dan 450
• Melukis sudut 1200, dan 1500
IV. Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat memahami:
• Kedudukan garis sejajar, berimpit, berpotongan, dan bersilangan
• Satuan sudut yang sering digunakan.
• Cara mengukur besar sudut dengan busur derajat.
• Perbedaan jenis sudut (siku, lancip, tumpul).
• Sifat-sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga.
• Sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal.
• Cara melukis sudut yang besarnya sama dengan sudut yang diketahui
• Cara melukis sudut 600 dan 900
• Cara membagi sudut menjadi 2 sama besar
• Cara melukis sudut 300 dan 450
• Cara melukis sudut 1200 dan 1500
V. Materi Pokok :
Garis dan sudut
104
VI. Kegiatan Pembelajaran :
Kegiatan No. Guru Siswa
Waktu
1. Pendahuluan
• Mengabsen siswa.
• Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
• Menginformasikan kepada
siswa bahwa strategi yang
digunakan pada pertemuan ini
adalah strategi pembelajaran
aktif ”The Power of Two”.
• Menyampaikan penjelasan
mengenai strategi
pembelajaran aktif ”The
Power of Two”.
Memperhatikan
penjelasan guru.
5 menit
Kegiatan inti
• Menjelaskan konsep
kedudukan garis-garis sejajar,
berimpit, berpotongan, dan
bersilangan.
Memperhatikan
penjelasan guru.
5 menit
2
• Memberikan kesempatan
siswa untuk bertanya mungkin
ada pembahasan yang belum
dimengerti.
Bertanya.
• Menjawab pertanyaan siswa Mendengarkan
jawaban guru
1 menit
• Membagikan LKS kepada
siswa untuk dikerjakan
sendiri-sendiri.
Mengerjakan
LKS sendiri-
sendiri.
5 menit
105
• Membentuk siswa ke dalam
pasangan (pasangan
ditentukan oleh peneliti)
sehingga siswa terbentuk
dalam 20 pasangan.
Kemudian meminta siswa
menghitung nomor urut
pasangan dimulai dari siswa
yang duduk paling depan
sebelah kanan dari meja guru,
dilanjutkan ke belakang.
Sampai di belakang, nomor
urut dilanjutkan ke depan lagi,
dan seterusnya
Menghitung
nomor urut
pasangan.
1 menit
• Meminta siswa untuk sharing
(berbagi) jawaban dengan
jawaban yang dibuat teman
sebangku, sekaligus
mengadakan supervisi
pemanduan, dengan cara
mendekati setiap pasangan
agar mereka siap untuk
melakukan diskusi antar
pasangan
Mendiskusikan
hasil jawaban
dengan jawaban
teman sebangku
untuk masing-
masing
pertanyaan
dengan
memperbaiki
respon masing-
masing individu
5 menit
• Meminta satu siswa dari
setiap pasangan untuk
mengumpulkan satu LKS saja.
Sementara LKS yang lain
untuk pegangan setiap
Satu siswa
mengumpulkan
LKS di meja
guru.
1 menit
106
pasangan.
• Meminta satu siswa dari
setiap pasangan yang nomor
urut pasangannya tercantum
di LKS untuk mengerjakan
hasil kerjanya di depan kelas.
Satu siswa dari
setiap pasangan
mengerjakan hasil
kerjanya di depan
kelas.
5 menit
• Meminta pasangan lain untuk
membandingkan hasil kerja
pasangan yang mengerjakan
di depan kelas, dimulai dari
nomor urut pasangan pertama,
dan seterusnya. Jika ada
pasangan yang berbeda
jawaban dengan pasangan
yang mengerjakan di depan
kelas, guru meminta pasangan
tersebut untuk mengemukakan
alasannya.
Mendiskusikan
hasil jawaban
antar pasangan
untuk masing-
masing
pertanyaan
dengan
memperbaiki
respon masing-
masing pasangan.
• Memperbolehkan pasangan
lain untuk memberikan
masukan atau tanggapan jika
ada perbedaan jawaban antar
pasangan.
Siswa
memberikan
masukan atau
tanggapan
terhadap
pasangan lain.
7 menit
Penutup
• Mengarahkan siswa untuk
membuat kesimpulan.
Mendengarkan
arahan guru
3.
• Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya,
mungkin ada pembahasan
Bertanya
6 menit
107
yang belum dimengerti.
• Memberikan PR.
• Menginformasikan kepada
siswa, agar mempelajari
materi selanjutnya yaitu
tentang satuan sudut yang
sering digunakan.
Mendengarkan
arahan guru
• Menutup pelajaran.
VII. Media & Sumber Belajar :
Media : penggaris, jangka dan sedotan.
Sumber Belajar :
• Asyono. Sains Matematika SLTP kelas I semester 2. 2003. Jakarta:
Bumi Aksara.
VIII. Evaluasi / Penilaian Hasil Belajar :
Teknik :tes
Bentuk :tertulis
Contoh instrumen (Pada LKS):
Pertemuan 1:
Dengan memperhatikan gambar, lengkapi titik-titik berikut ini!
a b c d
(i) (ii) (iii)
108
g f
g
h (v)
(iv) (vi)
Garis gambar (i) merupakan garis… (2) dan garis gambar (ii) merupakan garis….
(4) Dua garis sejajar adalah garis pada gambar … (6) sedangkan garis pada
gambar (iv) merupakan dua garis … (8) dan gambar … (10) merupakan dua garis
yang berimpit. Garis vertikal dan horizontal membentuk sudut… (12) berarti
kedua garis ini saling …. (14) Kedua garis ini ditunjukkan pada gambar… (16)
Catatan :
(2), (4), (6), (8), (10), (12), (14), (16) adalah nomor urut pasangan
Pertemuan 2:
I. Isilah titik-titik di bawah ini!
a. 120’ = ... 0 (18)
b. 150” = ...menit (20)
c. 186” = 180” + ... ” = ...’...” (1)
d. 3.728” = 3.600” + ... ” + ... ” = ... 0, ...’, ...” (3)
II. Ukurlah besar sudut yang tampak pada gambar di bawah ini dengan
menggunakan busur derajat!
B Q L
A C P R K M
(i) (ii) (iii)
(5) (7) (9)
Catatan : (5), (7), (9) adalah nomor urut pasangan
109
Pertemuan 3:
1. Tuliskan masing-masing jenis sudut berikut ini! (siku, lancip, atau
tumpul)
a. 1350 d. ½ sudut lurus
b. 700 e. 2/3 sudut lurus
c. 1200 f. 1/3 sudut siku-siku
Keterangan :Soal nomor 1 (a-c), untuk pasangan nomor (16),
sedangakan soal nomor 1 (d-f), untuk pasangan nomor (18)
2. Dengan memperhatikan gambar sudut-sudut berikut ini, sebutkan jenis
sudutnya! (20)
a. b. c.
d. Catatan : (16), (18), (20), adalah nomor urut pasangan Pertemuan 4:
Bila dua garis sejajar a dan b dipotong oleh garis c, seperti tampak pada gambar di
bawah ini, isilah titik-titik pada pernyataan berikut ini sehingga menjadi
pernyataan yang benar!
P c 4 1 a 3 2 Q 4 1 b 3 2 1. Pasangan sudut sehadap:
∠ PI sehadap dengan ... (1)
∠ P2 sehadap dengan ... (1)
110
∠ P3 sehadap dengan ... (1)
∠ P4 sehadap dengan ... (1)
2. ∠ P2 dengan ∠ Q4 adalah pasangan sudut ... (3)
∠ P3 dengan ∠ Q1 adalah pasangan sudut ... (3)
3. ∠ Q3 dengan ∠ P1 adalah pasangan sudut ... (5)
∠ Q2 dengan ∠ P4 adalah pasangan sudut ... (5)
4. ∠P2 dengan ∠ Q1 adalah pasangan sudut ... (7)
∠ P3 dengan ∠ Q4 adalah pasangan sudut ... (7)
5. ∠ Q2 dengan ∠ P1 adalah pasangan sudut ... (9)
∠ P4 dengan ∠ Q3 adalah pasangan sudut ... (9) Catatan :
(1), (3), (5), (7), (9), adalah nomor urut pasangan
Pertemuan 5:
1).
D C Pada gambar di samping, garis AB //
CD dan Δ ABC siku-siku di C. Jika ∠CBE = 125o
A B 1250 E maka besar ∠BAC = …(11) 2). Perhatikan gambar di samping! Garis AB
sejajar DE. Besar ∠CBA = 1280
C besar ∠CED = 1320. tentukan besar
B 1280 ∠BCE (13)
A 1320 E
111
3). Pada gambar di samping, garis AB //
DE. Besar ∠ABC = 530, besar ∠CED = 740.
Tentukan besar ∠BCE! (15)
B
53o
A C 74o E
D
Catatan :(11), (13), (15), adalah nomor urut pasangan
Pertemuan 7:
Salin sudut-sudut berikut, kemudian lukislah sudut yang besarnya sama dengan
sudut pada gambar di bawah ini!
(a) (b) (c)
(17) (19) (2)
Catatan : (17), (19), (2) adalah nomor urut pasangan
Pertemuan 8:
Dengan penggaris dan jangka, lukislah sudut yang besarnya 600 dan 900 dengan
kaki sudut di bawah ini!
No. Besar Sudut Gambar
a. ∠ ABC = 600
(6)
A B
b. ∠ PQR = 600
P (8)
Q
112
c. ∠ STU = 900
S (10)
T
d. ∠ XYZ = 900
(12)
X Y
Catatan : (6), (8), (10), (12) adalah nomor urut pasangan
Pertemuan 9:
Dengan penggaris dan jangka, bagilah sudut pada gambar menjadi 2 sama besar.
No. Gambar sudut
1. (14)
2. (16)
3. (18)
4.
(20)
Catatan : (14), (16), (18), (20) adalah nomor urut pasangan
113
Pertemuan 10:
Dengan penggaris dan jangka, lukislah sudut yang besarnya 300, 450 dengan kaki
sudut di bawah ini!
No. Besar Sudut Gambar
a. ∠ ABC = 300
(1)
B
A
b. ∠ PQR = 450
(3)
P Q
Catatan : (1), (3) adalah nomor urut pasangan
Pertemuan 11:
Dengan penggaris dan jangka, lukislah sudut yang besarnya 1200, 1500 dengan
kaki sudut di bawah ini!
No. Besar Sudut Gambar
a. ∠ STU = 1200
S (5)
T
b. ∠ XYZ = 1500 (7)
X
Y
114
c.
∠ PQR = 1200
P (9)
Q
d. ∠ KLM = 1500
K (11)
L
Catatan: (5), (7), (9), (11) adalah nomor urut pasangan
Jakarta, Februari 2010
Guru Mata Pelajaran
( Sri Wahyuningsih)
115
Lampiran 2
LEMBAR KERJA SISWA I
(SIKLUS I) Garis Memotong Garis, Garis Berimpit, Garis Sejajar, dan Garis
Bersilangan
Untuk memahami ini, perhatikan gambar di bawah ini!
a b c d e f g h
(i) (ii) (iii) (iv)
Dengan memperhatikan gambar di atas tampak bahwa:
Gambar (i) menunjukkan garis a garis b
Gambar (ii) menunjukkan garis c berimpit dengan
garis d
Gambar (iii) menunjukkan garis e dengan garis f
ditulis e // f
Gambar (iv) menunjukkan garis g dengan garis h
Dari gambar di atas ternyata untuk gambar (i), (ii), dan gambar (iii)
terletak pada satu bidang, sedang gambar (iv) menunjukkan bahwa garis g
dan h tidak terletak satu bidang.
Kesimpulan Jadi: -Bila dua garis terletak pada satu bidang, maka kedua garis tersebut mungkin berpotongan, atau berimpit, atau sejajar. - Bila dua garis tidak terletak pada satu bidang, maka kedua garis tersebut pasti bersilangan
116
Latihan Soal:
Dengan memperhatikan gambar, lengkapi titik-titik berikut ini!
a b c d
(i) (ii) (iii)
g f
g
h (v)
(v) (vi)
Garis gambar (i) merupakan garis… (2) dan garis gambar (ii) merupakan
garis…. (4) Dua garis sejajar adalah garis pada gambar … (6) sedangkan garis
pada gambar (iv) merupakan dua garis … (8) dan gambar … (10) merupakan
dua garis yang berimpit. Garis vertikal dan horizontal membentuk sudut…
(12) berarti kedua garis ini saling …. (14) Kedua garis ini ditunjukkan pada
gambar… (16)
Catatan :
(2), (4), (6), (8), (10), (12), (14), (16) adalah nomor urut pasangan
117
LEMBAR KERJA SISWA II Satuan Sudut
Kita tahu bahwa untuk mengukur panjang suatu jarak menggunakan satuan
panjang, untuk mengukur berat suatu benda menggunakan satuan berat.
Demikian pula untuk mengukur besar daerah sudut, kita menggunakan
satuan sudut. Ada tiga satuan sudut, salah satu diantaranya adalah ”
” (lambang...o). Sedang satuan sudut yang lebih kecil adalah ”
”(lambang...’), satuan sudut yang lebih kecil lagi adalah ” ”
(lambang...’’). Untuk lebih jelasnya perhatikan berikut ini!
Hubungan antara derajat, menit, dan detik adalah:
Latihan Soal:
2 derajat, ditulis 2o
4 menit, ditulis 4’ 7 detik, ditulis 7”
1 derajat = 60 menit, ditulis 1o = 60’ 1 menit = …detik, ditulis 1’= ... ” 1 derajat = ... detik, ditulis 1o = ... ”
I. Isilah titik-titik di bawah ini!
e. 120’ = ... 0 (18)
f. 150” = ...menit (20)
g. 186” = 180” + ... ” = ...’...” (1)
h. 3.728” = 3.600” + ... ” + ... ” = ... 0, ...’, ...” (3)
II. Ukurlah besar sudut yang tampak pada gambar di bawah ini
dengan menggunakan busur derajat!
B Q L
A C P R K M
(i) (ii) (iii)
(5) (7) (9)
Catatan : (5), (7), (9) adalah nomor urut pasangan
118
LEMBAR KERJA SISWA III
Jenis Sudut
1. Sudut lancip adalah sudut
yang besarnya antara …o
dan …o
Contoh:
2. Sudut siku-siku adalah
sudut yang besarnya …o
Contoh:
3. Sudut tumpul adalah
sudut yang besarnya
antara ...o dan ...o
Contoh:
4. Sudut lurus adalah sudut
yang besarnya ...o
Contoh:
Latihan Soal:
2. Tuliskan masing-masing jenis
sudut berikut ini! (siku, lancip,
atau tumpul)
d. 1350 d. ½ sudut lurus
e. 700 e. 2/3 sudut lurus
f. 1200 f. 1/3 sudut siku-
siku
Keterangan :Soal nomor 1 (a-
c), untuk pasangan nomor (16),
sedangakan soal nomor 1 (d-f),
untuk pasangan nomor (18)
3. Dengan memperhatikan
gambar sudut-sudut berikut ini,
sebutkan jenis sudutnya! (20)
a. b.
c. d.
Catatan : (16), (18), (20), adalah nomor urut pasangan
119
LEMBAR KERJA SISWA IV
Sudut-Sudut yang Terjadi Jika Dua Garis Sejajar Dipotong Garis
Ketiga
k m
A 4 1 B 4 1
3 2 3 2 n
Dari gambar,maka yang dimaksud dengan:
a. Pasangan sudut sehadap:
∠A1 dengan ∠B1
∠A2 dengan ∠…
∠A3 dengan ∠B3
∠A4 dengan ∠…
b. Pasangan sudut dalam bersebrangan:
∠A1 dengan ∠B3
∠A2 dengan ∠…
c. Pasangan sudut luar bersebrangan:
∠A3 dengan ∠B1
∠A4 dengan ∠…
d. Pasangan sudut dalam sepihak
∠A1 dengan ∠B4
∠A2 dengan ∠…
e. Pasangan sudut luar sepihak
∠A3 dengan ∠B2
∠A4 dengan ∠…
120
Latihan Soal:
Bila dua garis sejajar a dan b dipotong oleh garis c, seperti tampak pada gambar di
bawah ini, isilah titik-titik pada pernyataan berikut ini sehingga menjadi
pernyataan yang benar!
P c 4 1 a 3 2 Q 4 1 b 3 2 6. Pasangan sudut sehadap:
∠ PI sehadap dengan ... (1)
∠ P2 sehadap dengan ... (1)
∠ P3 sehadap dengan ... (1)
∠ P4 sehadap dengan ... (1)
7. ∠ P2 dengan ∠ Q4 adalah pasangan sudut ................................. (3)
∠ P3 dengan ∠ Q1 adalah pasangan sudut .................................(3)
8. ∠ Q3 dengan ∠ P1 adalah pasangan sudut .................................(5)
∠ Q2 dengan ∠ P4 adalah pasangan sudut .................................(5)
9. ∠P2 dengan ∠ Q1 adalah pasangan sudut ..................................(7)
∠ P3 dengan ∠ Q4 adalah pasangan sudut .................................(7)
10. ∠ Q2 dengan ∠ P1 adalah pasangan sudut ................................. (9)
∠ P4 dengan ∠ Q3 adalah pasangan sudut .................................(9) Catatan :
(1), (3), (5), (7), (9), adalah nomor urut pasangan
121
LEMBAR KERJA SISWA V
Menggunakan Sifat-sifat Sudut Untuk Menyelesaikan Soal
4 1 d a
3 2 c b
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, maka dari gambar berlaku ∠1 = ∠a
(sudut sehadap). Demikian pula dengan memperhatikan sifat sudut saling
berpelurus diperoleh:
∠4 = 180o-∠1 jadi, ∠4 = ∠d
∠d = 180o-∠ a = 180o-∠...
∠3 = 180o-∠4 jadi, ∠3 = ∠c
∠c = 180o-∠d = 180o-∠...
∠2 = 180o-∠1 jadi, ∠2 = ∠b
∠b = 180o-∠a = 180o-∠...
Karena
∠1 sehadap dengan ∠a
∠2 sehadap dengan ∠b
∠3 senadap dengan ∠c
∠4 sehadap dengan ∠d
Berarti sudut sehadap besarnya...
Perhatikan lagi gambar di atas:
∠1 = ∠a (sehadap) jadi, ∠1 = ∠c
∠c = ∠a (bertolak belakang)
∠2 = ∠b (sehadap) jadi, ∠2 = ∠d
∠d = ∠b (bertolak belakang)
Karena
122
∠1 adalah sudut dalam bersebrangan ∠c
∠2 adalah sudut dalam bersebrangan ∠d
Berarti sudut dalam bersebrangan besarnya ...
Dari gambar, diperoleh pula:
∠4 = ∠2 (bertolak belakang) jadi, ∠4 = ∠...
∠b = ∠2 (sehadap)
∠3 = ∠1 (bertolak belakang) jadi, ∠3 = ∠...
∠a = ∠1 (sehadap)
Karena ∠3 adalah sudut luar bersebrangan ∠a
∠4 adalah sudut luar bersebrangan ∠b
Berarti sudut luar bersebrangan besarnya ...
Perhatikan pula dua garis sejajar dipoting garis lain pada gambar di bawah ini!
A 1 2 B 1 2
4 3 4 3
Dari gambar di atas, didapat:
∠A1 = ∠B1 sebab pasangan sudut sehadap
∠B1 + ∠B2 =180o (saling berpelurus)
Jadi, ∠A1 + ∠B2 = 180o
Demikian pula: ∠A4 = ∠B4 sebab pasangan sudut sehadap
∠B4 + ∠B3 = ...o (saling berpelurus)
Jadi, ∠A4 + ∠B3 = ...o
Karena sudut-sudut tersebut merupakan pasangan sudut luar sepihak, maka
jumlah pasangan sudut-sudut luar sepihak sebesar ... o
Perhatikan lagi gambar di atas, maka diperoleh :
123
∠A2 = ∠B2 sebab pasangan sudut sehadap
∠B2 + ∠B1 = ... o(saling berpelurus)
Jadi, ∠A2 + ∠B1 = 180o
Demikian pula:
∠A3 = ∠B3 (sebab pasangan sudut sehadap)
∠B3 + ∠B4 = ... o(saling berpelurus)
Jadi, ∠A3 + ∠B4 = 180o
Karena sudut-sudut tersebut merupakan pasangan sudut dalam sepihak,
maka jumlah pasangan sudut-sudut dalam sepihak sebersar ... o
Latihan Soal:
1).
D C Pada gambar di samping, garis AB //
CD dan Δ ABC siku-siku di C. Jika ∠CBE = 125o
A B 1250 E maka besar ∠BAC = …(11) 2). Perhatikan gambar di samping! Garis AB
sejajar DE. Besar ∠CBA = 1280
C besar ∠CED = 1320. tentukan besar
B 1280 ∠BCE
A 1320 E (13)
D
3). Pada gambar di samping, garis AB //
DE. Besar ∠ABC = 530, besar ∠CED = 740.
Tentukan besar ∠BCE! (15)
B
53o
A C 74o E
D
Catatan :(11), (13), (15), adalah nomor urut pasangan
Lampiran 3
Kisi-kisi Tes Siklus I
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator Soal Ranah
Kognitif
Butir Soal Kunci
Jawaban
Nomor
Soal
Memahami
hubungan garis
dengan garis,
garis dengan
sudut, sudut
dengan sudut,
serta ,
menentukan
ukurannya
Menentukan
hubungan
antara dua
garis, serta
besar dan
jenis sudut
Menentukan
bangun yang
memiliki
pasangan
garis yang
sejajar
C1 Dengan memperhatikan gambar di bawah ini, bangun yang mempunyai
pasangan garis sejajar adalah bangun...
D G F M L
C H
B
A E N K
(i) (ii) (iii)
a. (i) & (ii)
b. (i) & (iii)
c. (ii) & (iii)
d. (i), (ii), & (iii)
B 1
Merubah
satuan sudut
dari derajat ke
C2 1 ¾ derajat = ... menit
a. 45 c. 105
b. 90 d. 175
C 2
menit
Merubah
satuan sudut
dari derajat ke
detik
C2 6 derajat = ... detik
a. 60 c. 600
b. 360 d. 21600
D 3
Merubah
satuan dari
menit ke
derajat
C2 90 menit = ... derajat
a. 3/2 c. 40
b. 4 d. 5400
A 4
C1 Besar sudut a = 100o maka sudut a merupakan jenis sudut …
a. Sudut tumpul
b. Sudut lancip
c. Sudut lurus
d. Sudut refleks
A 12
Menentukan
jenis sudut
(siku, lancip,
tumpul)
C1 Besar sudut b = 60o maka sudut b merupakan jenis sudut…
a. Sudut tumpul
b. Sudut lancip
c. Sudut lurus
B 13
d. Sudut refleks
C1 Sudut apakah yang terbentuk pada sudut terkecil ketika pukul 13.30?
a. Sudut lancip c. Sudut siku
b. Sudut tumpul d. Sudut lurus
B 15
Memahami
sifat-sifat
sudut yang
terbentuk
jika dua
garis
berpotongan
atau dua
garis sejajar
berpotongan
dengan garis
lain
Menemukan
sifat sudut
jika dua garis
sejajar
dipotong garis
ketiga
C2 Untuk soal nomor 5-7
Garis m sejajar garis k
P 4 1
3 2 m
Q 4 1
3 2 k
Jika :
(i) : pasangan sudut P1 dan Q1
(ii) : pasangan sudut Q2 dan P4
(iii): pasangan sudut P3 dan Q4
Pasangan sudut (i) merupakan pasangan sudut...
a. luar sepihak
b. sehadap
c. luar bersebrangan
d. dalam bersebrangan
B 5
C2
Pasangan sudut (ii) merupakan pasangan sudut...
a. luar sepihak
b. dalam sepihak
c. dalam bersebrangan
d. luar bersebrangan
D
6
C2 Pasangan sudut (iii) merupakan pasangan sudut...
a. dalam sepihak
b. luar sepihak
c. sehadap
d. dalam bersebrangan
A 7
C2 Garis m sejajar garis n
I. A4 sehadap A1 A 4 1
II. A1 bertolak belakang A3 3 2 m
III. A2 dalam sepihak dengan B1 B 4 1
IV. A3 dalam besebrangan dengan B2 3 2 n
Dari pernyataan-pernyataan tersebut yang benar untuk gambar di atas
adalah …
a. I dan II c. III dan IV
b. II dan III d. I dan IV
B 14
C3 Nilai y pada gambar di samping adalah ...
a 60o a. 24 c.60
3xo b. 40 d.120
5yo
b
A 8
C3 Pada gambar di samping: ∠ c1= 7xo, ∠ d4 = 5xo
besar ∠ c4 adalah …
4 1 4 1 a. 150 c. 750
3 2 3 2 b. 300 d. 1050
c d
C 10
Menggunakan
sifat sudut dan
garis untuk
menyelesai
kan soal
C3 B D Pada gambar di samping, diketahui AB // CD,
∠ BAE = 130o dan ∠ DCE = 135o.
A C Besar ∠ AEC = …
a. 5o c. 95o
E b. 85o d. 102o
C 9
Menggunakan
sifat sudut dan
garis untuk
menyelesai
kan soal
C3 Nilai x pada gambar di samping
adalah…
(4x + 10)o a. 10 c.30
b. 20 d. 40
(8x + 50)o
A 11
130
Lampiran 4
Soal Tes Siklus I Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang
(x) pada huruf a, b, c, atau d!
1. Dengan memperhatikan gambar di bawah ini, bangun yang mempunyai
pasangan garis sejajar adalah bangun...
D G F M L
C H
B
A E N K
(i) (ii) (iii)
a. (i) & (ii)
b. (i) & (iii)
c. (ii) & (iii)
d. (i), (ii), & (iii)
2. 1 ¾ derajat = ... menit
a. 45 c. 105
b. 90 d. 175
3. 6 derajat = ... detik
a. 60 c. 600
b. 360 d. 21600
4. 90 menit = ... derajat
a. 3/2 c. 40
b. 4 d. 5400
Untuk soal nomor 5-7
Garis m sejajar garis k
P 4 1
3 2 m
Q 4 1
3 2 k
Jika :
131
(i) : pasangan sudut P1 dan Q1
(ii) : pasangan sudut Q2 dan P4
(iii): pasangan sudut P3 dan Q4
5. Pasangan sudut (i) merupakan pasangan sudut...
a. Luar sepihak c. Luar bersebrangan
b. Sehadap d. Dalam bersebrangan
6. Pasangan sudut (ii) merupakan pasangan sudut...
a. Luar sepihak c. Dalam bersebrangan
b. Dalam sepihak d. Luar bersebrangan
7. Pasangan sudut (iii) merupakan pasangan sudut...
a. Dalam sepihak c. Sehadap
b. Luar sepihak d. Dalam bersebrangan
8. Nilai y pada gambar di samping adalah ...
a 60o a. 24 c. 60
3xo b. 40 d. 120
5yo
b
9. B D Pada gambar di samping, diketahui AB // CD,
∠ BAE = 130o dan ∠ DCE= 135o.
A C Besar∠ AEC = …
a. 5o c. 95o
E b. 85o d. 102o
10. Pada gambar di samping: ∠ c1= 7xo, ∠ d4 = 5xo
besar ∠ c4 adalah …
1 2 1 2 a. 15o c. 75o
4 3 4 3 b. 30o d. 105o
c d
132
11. Nilai x pada gambar di samping adalah…
(4x + 10)o a. 10 c. 30
b. 20 d. 40
(8x + 50)o
12. Besar sudut a = 100o maka sudut a merupakan jenis sudut …
a. Sudut tumpul
b. Sudut lancip
c. Sudut lurus
d. Sudut refleks
13. Besar sudut b = 60o maka sudut b merupakan jenis sudut…
a. Sudut tumpul
b. Sudut lancip
c. Sudut lurus
d. Sudut refleks
14. Garis m sejajar garis n
I. A4 sehadap A1 A 4 1 m
II. A1 bertolak belakang A3 3 2
III. A2 dalam sepihak dengan B1 B 4 1
IV. A3 dalam besebrangan dengan B2 3 2 n
Dari pernyataan-pernyataan tersebut yang benar untuk gambar di atas adalah
…
a. I dan II c. III dan IV
b. II dan III d. I dan IV
15. Sudut apakah yang terbentuk pada sudut terkecil ketika pukul 13.30?
a. Sudut lancip c. Sudut siku
b. Sudut tumpul d. Sudut lurus
133
Lampiran 5 Jawaban Soal Tes Siklus I
No. Jawaban 1 B 2 C 3 D 4 A 5 B 6 D 7 A 8 A 9 C 10 C 11 A 12 A 13 B 14 B 15 B
134
Lampiran 6
LEMBAR KERJA SISWA VI
(SIKLUS II)
Melukis Sudut yang Besarnya Sama Dengan Sudut yang Diketahui
Misal melukis ∠BAC seperti pada gambar di bawah ini.
C
A B
• Langkah I
Sebagai salah satu kaki sudut, buat ruas garis KL dengan
menggunakan penggaris.
K L
• Langkah 2
Dengan menggunakan jangka, lukislah busur lingkaran dengan pusat A
yang memotong ruas garis AB di titik P dan memotong ruas garis AC
di titik Q. kemudian, lukislah busur lingkaran dengan pusat K dan
berjari-jari sama dengan panjang ruas garis AP. Namailah titik potong
dengan ruas garis KL, misal titik M
C
Q
A B K L
P M
• Langkah 3
Lukislah busur lingkaran dengan pusat P dan melalui titik Q.
Kemudian, lukislah busur lingkaran dengan pusat M dan berjari-jari
sama dengan PQ. Namailah titik potong busur lingkaran itu dengan
busur lingkaran yang berjari-jari KM tadi, misal titik N.
135
C
N
Q
A B K L
P M
• Langkah 4
Dengan menggunakan penggaris, buatlah ruas garis KO yang melalui
titik N sehingga diperoleh besar ∠LKO sama dengan besar ∠BAC.
O
N
K L
M
Latihan Soal: Salin sudut-sudut berikut, kemudian lukislah sudut yang besarnya
sama dengan sudut pada gambar di bawah ini!
(a) (b) (c)
(17) (19) (2)
Catatan : (17), (19), (2) adalah nomor urut pasangan
136
LEMBAR KERJA SISWA VII
Melukis sudut 60o dan 90o
• Melukis sudut 60o
Cara melukis:
1). Lukis sebuah garis l dan titik P pada garis tersebut.
2). Dengan pusat P lukis busur lingkaran yang memotong garis l di
titik Q.
3). Dengan pusat Q dan lebar jangka yang sama, lukiskan busur
lingkaran yang memotong busur lingkaran awal dan tandai dengan
R.
4). Hubungkan titik P dan R maka akan diperoleh ∠QPR = 60o
(3)
R
P Q l
(2) (1)
• Melukis sudut 90o
Cara melukis:
1). Lukis sebuah garis lurus L dan tetapkan sebuah titik pada garis
tersebut, yaitu titik P.
2). Dengan pusat P buat busur lingkaran yang memotong garis l di Q
dan S dengan posisi jangka tertentu.
3). Dengan pusat Q dan S buat busur lingkaran yang memotong busur
lingkaran awal di R dan T.
4). Dengan pusat di R dan T lukis busur lingkaran yang saling
memotong di U. Hubungkan U dan P maka akan diperoleh ∠QPU
= 90o
137
U (4)
(3) (3)
T R
(2)
90o
S P Q l
(1)
Latihan:
Dengan penggaris dan jangka, lukislah sudut yang besarnya 600 dan 900 dengan
kaki sudut di bawah ini!
No. Besar Sudut Gambar
a. ∠ ABC = 600
(6)
A B
b. ∠ PQR = 600
P (8)
Q
c. ∠ STU = 900
S (10)
T
d. ∠ XYZ = 900
(12)
X Y
Catatan : (6), (8), (10), (12) adalah nomor urut pasangan
138
LEMBAR KERJA SISWA VIII
Membagi Sudut Menjadi Dua Sama Besar
Misal kita akan membagi ∠BAC menjadi dua bagian sama besar. Caranya
adalah:
1). Lukiskan busur dengan menggunakan jangka yang berpusat di A
sehingga memotong AB dan AC. Titik-titik potongnya kita namakan Q
dan R.
2). Dengan pusat masing-masing di Q dan R, lukiskan busur lingkaran
dengan lebar jangka yang sama. Titik potongnya kita namakan P.
3). Hubungkan A dan P maka akan diperoleh bangun AQPR, AP adalah
garis bagi ∠BAC.
4). ∠BAC = 2 ∠PAC = 2 ∠BAP
5). ∠PAC = ∠BAP
(1) B (2)
Q P
A R C
Latihan Soal:
Dengan penggaris dan jangka, bagilah sudut pada gambar menjadi 2 sama
besar.
No. Gambar sudut
1. (14)
2. (16)
139
3. (18)
4.
(20)
Catatan : (14), (16), (18), (20) adalah nomor urut pasangan
140
LEMBAR KERJA SISWA IX
Melukis sudut 30o dan 45o
• Melukis sudut 30o
Cara melukis:
1). Lukis sudut 60o seperti pada LKS VIII
2). Dengan pusat R dan Q serta lebar jangka yang serupa, lukis busur
lingkaran yang saling berpotongan di S.
3). Hubungkan titik S dan P maka diperoleh ∠QPS = 30o
R S (2)
(1)
P Q l
• Melukis sudut 45o
Cara melukis:
1). Lukis sudut 90o seperti pada LKS VIII
2). Dengan pusat B dan T buat busur lingkaran yang saling
berpotongan di R.
3). Hubungkan titik M dan R maka diperoleh ∠BMR = 45o.
T R (3)
(2)
A M B
(1)
141
Latihan Soal:
Dengan penggaris dan jangka, lukislah sudut yang besarnya 300, 450 dengan
kaki sudut di bawah ini!
No. Besar Sudut Gambar
a. ∠ ABC = 300
(1)
B
A
b. ∠ PQR = 450
(3)
P Q
Catatan : (1), (3) adalah nomor urut pasangan
142
LEMBAR KERJA SISWA X
Melukis sudut 120o dan 150o
• Melukis sudut 120o
Perhatikan bahwa 120o = 60o + 60o. Oleh karena itu, untuk melukis
sudut 120o, lukis dahulu sudut 60o, kemudian dilanjutkan lagi dengan
melukis sudut 60o.
P
S
60O 60O
Q R
Jadi, besar ∠SQR =120o
• Melukis sudut 150o
Perhatikan bahwa 150o = 90o + 60o. Oleh karena itu, untuk melukis
sudut 150o, lukis dahulu sudut 90o, kemudian dilanjutkan dengan
melukis sudut 60o.
U
K
R T S 60o
90o
P L M Jadi, besar ∠KLM = 150o
Latihan Soal:
Dengan penggaris dan jangka, lukislah sudut yang besarnya 1200, 1500
dengan kaki sudut di bawah ini!
143
No. Besar Sudut Gambar
a. ∠ STU = 1200
S (5)
T
b. ∠ XYZ = 1500
(7)
X
Y
c.
∠ PQR = 1200
P (9)
Q
d. ∠ KLM = 1500
K (11)
L
Catatan : (5), (7), (9), (11) adalah nomor urut pasangan
Lampiran 7
Kisi-kisi Tes Siklus II
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator
Soal
Ranah
Kognitif
Butir Soal Nomor Soal
Memahami
hubungan garis
dengan garis,
garis dengan
sudut, sudut
dengan sudut,
serta ,
menentukan
ukurannya
Melukis
sudut
Melukis
sudut yang
besarnya
sama dengan
sudut yang
diketahui
C1 Buatlah sudut yang besarnya sama dengan setiap sudut berikut!
C F K Y
D L
A B E X Z
(i) (ii) M (iii) (iv)
1
Melukissudut
yang
besarnya 60o
dan 90o
C2 Dengan menggunakan jangka, lukislah sudut yang besarnya :
c. 60o
d. 90o
3 (c & d)
Membagi Membagi C3 Bagilah setiap sudut pada soal nomor 1 menjadi dua bagian sama besar dengan 2
sudut sudut
menjadi 2
bagian sama
besar
jangka dan penggaris!
Melukis
sudut 30o,
45o, 120o,
dan 150o
C2 Dengan menggunakan jangka, lukislah sudut yang besarnya :
a. 30o
b. 45o
e. 120o
f. 150o
3 (a, b, e, f)
146
Lampiran 8
SOAL TES SIKLUS II
1. Buatlah sudut yang besarnya sama dengan setiap sudut berikut dengan
menggunakan jangka!
C F K Y
D L
A B E X Z
(i) (ii) M (iii) (iv)
2. Bagilah setiap sudut pada soal nomor 1 menjadi dua bagian sama besar
dengan jangka dan penggaris!
3. Dengan menggunakan jangka, lukislah sudut yang besarnya
a. 30o
b. 45o
c. 60o
d. 90o
e. 120o
f. 150o
147
Lampiran 9 Jawaban Soal Tes Siklus II
1. C F K Y
D L
A B E X Z
(i) (ii) M (iii) (iv)
C F K Y
D X Z
A B E L
(i) (ii) M (iii) (iv)
2. C F K Y
D L
A B E X Z
(i) (ii) M (iii) (iv)
3.
a. E b. c.
A O G 30 F 45o P 60o Q B C
148
d. e. f. K O 90o 90o 60o 60o R 60o 90o
L M P Q S T
149
Lampiran 10 Lembar Observasi Guru Pada KBM
Nama Guru : Semester/Kelas :
Mata Pelajaran : Materi :
Pertemuan ke- : Siklus :
Hari/Tanggal :
Tujuan : Sebagai evaluasi terhadap guru dalam proses
pembelajaran matematika dengan menerapkan strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
Petunjuk : Beri tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai menurut
anda!
Penilaian No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4 Komentar
1. Merumuskan tujuan
pembelajaran
2. Memilih metode yang tepat
3. Memilih media yang tepat
4. Menyusun alat
evaluasi/penilaian
5. Membuka pelajaran
6. Memotivasi siswa
7. Melakukan apersepsi
8. Menjelaskan materi
9. Penguasaan materi
10. Menuntun siswa dalam
mengerjakan latihan soal
11. Penguasaan kelas
12. Penggunaan strategi
pembelajaran aktif ”The Power
150
of Two”:
a. Membuat soal pada LKS
b. Menentukan siswa ke
dalam pasangan
c. Mengadakan supervisi
pemanduan, dengan cara
mendekati setiap
pasangan agar mereka
siap untuk melakukan
diskusi antar pasangan
d. Mengarahkan siswa
dalam diskusi antar
pasangan
13. Menutup pelajaran
Jumlah
Skor total
Saran-saran:
…................................................................................................................................
......…………………………………………………………………………………..
..……..........................................................................................................................
Keterangan skala penilaian: Pengamat
1 : kurang
2 : cukup
3 : baik Guru
4 : sangat baik Kolaborator
Lampiran 11
Rekapitulasi Hasil Observasi Guru pada KBM
Siklus I Siklus II
Pertemuan Pertemuan No. Aspek yang
dinilai 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Jml Rata-
rata
1 Merumuskan
tujuan
pembelajaran
4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 34 3,4
2 Memilih
metode yang
tepat
3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 29 2,9
3 Memilih media
yang tepat
3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 37 3,7
4 Menyusun alat
evaluasi/penilai
an
3 2 4 4 3 3 3 4 3 3 32 3,2
5 Membuka
pelajaran
2 3 2 3 2 3 3 3 2 4 27 2,7
6 Memotivasi 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 23 2,3
siswa
7 Melakukan
apersepsi
2 3 2 3 2 2 3 3 1 3 24 2,4
8 Menjelaskan
materi
3 3 4 4 3 2 3 3 3 4 32 3,2
9 Penguasaan
materi
3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 32 3,2
10 Menuntun
siswa dalam
mengerjakan
latihan soal
3 2 3 3 3 3 4 4 3 4 32 3,2
11 Penguasaan
kelas
3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 28 2,8
12 Penggunaan
strategi
pembelajaran
aktif ”The
Power of Two”:
a. Membuat
soal pada
3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 33 3,3
LKS
b. Menentukan
siswa ke
dalam
pasangan
3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 34 3,4
c. Mengadakan
supervisi
pemanduan,
dengan cara
mendekati
setiap
pasangan
agar mereka
siap untuk
melakukan
diskusi antar
pasangan
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 3,0
d. Mengarahkan
siswa dalam
diskusi antar
3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 31 3,1
pasangan
13 Menutup
pelajaran
3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 35 3,5
Jumlah 46 44 50 56 46 49 49 50 45 57 493 49,3
Rata-rata 2,87 2,75 3,12 3,5 2,87 3,06 3,06 3,12 2,81 3,56 30,81 3,08
Keterangan skala penilaian:
0 : kurang
1 : cukup
2 : baik
3 : sangat baik
Jadi, rata-rata observasi guru pada KBM sebesar 3,08
186
Lampiran 12
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR
MATEMATIKA SISWA
Pertemuan Ke- :
Hari/Tanggal :
Tujuan Observasi : Untuk mengukur dan mengetahui tingkat aktivitas belajar
matematika siswa pada Strategi Pembelajaran Aktif “The
Power of Two”
Petunjuk : Berikan tanda checlist (√ ) pada kolom yang sesuai menurut anda!
Skor No.
Komponen
Aktivitas
Aktivitas Siswa 1 2 3 4
Memperhatikan
penjelasan guru
1. Visual activities Memperhatikan
pertanyaan atau
tanggapan teman
Bertanya pada
guru
Menjawab
pertanyaan guru
Memberikan
tanggapan
terhadap teman
atau guru
2.
Oral activities
Berdiskusi dengan
teman
187
3. Motor activities
Mengerjakan soal
pada LKS (pada
siklus I) dan
melukis sudut
pada siklus II)
4. Emotional
activities
Semangat siswa
dalam
mengerjakan
tugas di kelas
Jumlah keseluruhan
Dalam persentase (%)
Keterangan: Persentase aktivitas siswa
1 = kurang (0% - 25%)
2 = cukup (25% – 50%)
3 = baik (50% - 75%)
4 = sangat baik (lebih dari 75%)
Jakarta,.................. 2010
Guru Bidang Studi
Komentar / Saran :
1. .............................. ( )
2. .............................. NIP.
188
Lampiran 13
Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru
Tahap : Pra Penelitian
Hari/Tanggal : 2 November 2009
Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar matematika
siswa, tanggapan guru mengenai Strategi Pembelajaran
Aktif “The Power of Two” dan permasalahan yang terjadi
pada pembelajaran matematika di kelas tersebut.
Daftar Pertanyaan :
1. Bagaimana pandangan siswa terhadap pelajaran matematika menurut yang
Bapak ketahui?
2. Metode apa saja yang sering Bapak gunakan pada pembelajaran matematika ?
3. Apakah siswa memperhatikan penjelasan materi pelajaran yang Bapak
sampaikan?
4. Apakah ada siswa yang bertanya tentang materi yang Bapak sampaikan ?
5. Apakah siswa lain memperhatikan saat ada salah satu siswa bertanya atau
memberi tanggapan ?
6. Apabila Bapak memberikan pertanyaan, bagaimana respons / antusias siswa
terhadap pertanyaan Bapak ?
7. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh Bapak selalu dikerjakan dengan baik
oleh siswa?
8. Bagaimana respons siswa ketika Bapak meminta siswa untuk mengerjakan
soal di depan kelas ?
9. Apabila Bapak memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, berapa banyak
rata-rata siswa yang bertanya ?
10. Apakah Bapak mengetahui Strategi Pembelajaran Aktif “The Power of Two”,
jika iya bagaimana pendapat Bapak mengenai Strategi Pembelajaran Aktif
“The Power of Two”?
189
Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru Tahap : Siklus I
Hari/Tanggal : 5 Februari 2010
Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui perkembangan tingkat aktivitas belajar
matematika siswa, tanggapan guru mengenai Strategi
Pembelajaran Aktif “The Power of Two” dan permasalahan
yang terjadi pada pembelajaran matematika di kelas
tersebut.
Daftar Pertanyaan :
1. Menurut Bapak apakah penggunaan strategi pembelajaran aktif ”The Power of
Two” ini sangat baik diterapkan dalam pembelajaran matematika?
2. Apakah penggunaan strategi pembelajaran aktif ini sangat membantu guru
dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?
3. Bagaimana perkembangan aktivitas belajar matematika siswa dengan
diterapkannya strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”?
4. Apa saja perkembangan aktivitas belajar matematika siswa setelah Bapak
melakukan pengamatan sampai pada siklus I ini?
5. Menurut Bapak apakah siswa merasa senang dengan diterapkannya strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two” sampai pada siklus I ini?
6. Ketika guru menjelaskan materi, apakah siswa memperhatikan penjelasan
guru dengan baik?
7. Ketika guru memberikan pertanyaan, bagaimana respon siswa terhadap
pertanyaan yang diberikan oleh guru?
8. Apakah siswa lain memperhatikan saat ada salah satu siswa yang bertanya
atau memberi tanggapan?
9. Berdasarkan perkembangan aktivitas belajar matematika siswa yang terjadi
sampai pada siklus I ini, apakah penerapan strategi pembelajaran aktif ”The
Power of Two” ini sudah dilaksanakan dengan baik?
190
Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru
Tahap : Siklus II
Hari/Tanggal :
Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui perkembangan tingkat aktivitas belajar
matematika siswa, tanggapan guru mengenai Strategi
Pembelajaran Aktif “The Power of Two” dan permasalahan
yang terjadi pada pembelajaran matematika di kelas
tersebut.
Daftar Pertanyaan :
1. Menurut Bapak apakah penggunaan strategi pembelajaran aktif ”The Power of
Two” ini sangat baik diterapkan dalam pembelajaran matematika?
2. Apakah penggunaan strategi pembelajaran aktif ini sangat membantu guru
dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?
3. Bagaimana perkembangan aktivitas belajar matematika siswa dengan
diterapkannya strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”?
4. Apa saja perkembangan aktivitas belajar matematika siswa setelah Bapak
melakukan pengamatan sampai pada siklus II ini?
5. Menurut Bapak apakah siswa merasa senang dengan diterapkannya strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two” sampai pada siklus II ini?
6. Ketika guru menjelaskan materi, apakah siswa memperhatikan penjelasan
guru dengan baik?
7. Ketika guru memberikan pertanyaan, bagaimana respon siswa terhadap
pertanyaan yang diberikan oleh guru?
8. Apakah siswa lain memperhatikan saat ada salah satu siswa yang bertanya
atau memberi tanggapan?
9. Berdasarkan perkembangan aktivitas belajar matematika siswa yang terjadi
sampai pada siklus II ini, apakah penerapan strategi pembelajaran aktif ”The
Power of Two” ini sudah dilaksanakan dengan baik?
191
10. Berdasarkan perkembangan aktivitas belajar matematika siswa yang terjadi
sampai pada siklus II ini, adakah keinginan Bapak menerapkan strategi
pembelajaran aktif ”The Power of Two” di kelas yang Bapak ajarkan?
192
Lampiran 14
Hasil Wawancara dengan Guru
Tahap : Pra Penelitian
Hari/Tanggal : 2 November 2009
1. Cukup antusias. Tetapi sebagian siswa ada yang kurang senang
matematika, disebabkan karena bekal pengetahuan dasar yang mereka
bawa sejak sekolah dasar kurang memadai.
2. Ceramah, pemberian tugas, tanya jawab, diskusi kadang-kadang.
3. Umumnya memperhatikan, tergantung kondisi gurunya sendiri.
4. Ada beberapa siswa yang bertanya kalau diberi motivasi. Kalau tidak
diberi motivasi, tidak ada siswa yang berani bertanya, kebanyakan mereka
takut untuk bertanya.
5. Sebagian siswa memperhatikan.
6. Ada yang menjawab secara spontan, ada yang harus berpikir dulu, ada
yang memperhatikan, ada yang ceplas-ceplos kalau menjawab sehingga
perlu diarahkan. Tetapi umumnya merespon.
7. Sebagian siswa mengerjakan dengan baik, tetapi kadang-kadang ada yang
perlu pengarahan.
8. Biasa saja, tidak terlalu antusias. Karena siswa masih merasa takut kalau
diminta maju ke depan kelas, mereka khawatir jawabannya akan salah.
9. Tidak terlalu banyak, sekitar 20% siswa yang bertanya. Tergantung materi
yang sedang dipelajari. Siswa yang bertanya justru mereka yang sudah
paham, siswa yang belum paham, mereka bingung apa yang ingin
ditanyakan.
10. Tidak sepenuhnya paham. Cukup baik, mungkin dengan diterapkannya
strategi ini, aktivitas siswa dapat meningkat.
193
Hasil Wawancara dengan Guru
Tahap : Siklus I
Hari/Tanggal : 5 Februari 2010
1. Sangat baik digunakan, karena dengan strategi pembelajaran aktif “The Power
of Two” siswa dapat bertukar pikiran dengan teman pasangannya dan antar
pasangan.
2. Membantu sekali khususnya siswa yang cenderung pasif di kelas, ia akan
mengemukakan pendapatnya dengan teman pasangannya. Karena biasanya
siswa yang pasif itu malu mengemukakan pendapatnya di dalam kelas.
Mungkin dengan teman pasangannya ia akan lebih berani mengemukakan
pendapatnya.
3. Perkembangan aktivitas belajar matematika siswa mengalami peningkatan.
4. Sebagian siswa sudah tidak malu untuk bertanya, sebagian siswa menyukai
sharing dengan teman pasangan, sebagian siswa sudah tidak malu
mengerjakan tugas di depan kelas walaupun masih ada beberapa siswa yang
masih malu, catatan siswa sebagian sudah tidak ada yang kosong.
5. Ya, karena siswa lebih senang mengerjakan LKS secara berpasangan
dibandingkan dengan pembelajaran seperti biasa.
6. Sebagian siswa memperhatikan, namun masih ada sebagian siswa yang tidak
memperhatikan dikarenakan mengobrol dengan teman, memainkan HP
terutama di awal pembelajaran.
7. Sebagian besar siswa mendengarkan pertanyaan dari guru, tetapi masih
merasa takut untuk menjawab pertanyaan meskipun masih ada siswa yang
cuek dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru.
8. Sebagian besar siswa memperhatikan
9. Cukup baik. Dengan melihat perkembangan aktivitas belajar matematika
siswa sampai pada siklus I ini, tetapi harus lebih ditingkatkan untuk siklus
berikutnya.
194
Hasil Wawancara dengan Guru
Tahap : Siklus II
Hari/Tanggal :19 Februari 2010
1. Cukup baik, karena membuat siswa lebih semangat dalam belajar dan lebih
aktif.
2. Ya, siswa sudah terbiasa maju ke depan untuk mengerjakan hasil kerjanya di
depan kelas.
3. Perkembangan aktivitas belajar matematika siswa cendeung mengalami
peningkatan tiap pertemuan.
4. Siswa sudah tidak malu untuk mengemukakan pendapatnya dengan pasangan
maupun antar pasangan, tidak malu untuk mengerjakan hasil kerjanya di
depan kelas.
5. Ya
6. Sebagian besar siswa memperhatikan, walaupun masih ada siswa yang tidak
memperhatikan.
7. Sebagian siswa memperhatikan pertanyaan guru, tetapi masih takut untuk
menjawabnya.
8. Ya, tetapi masih ada siswa yang cuek dengan pertanyaan teman atau
tanggapan teman.
9. Cukup baik, karena aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II.
10. Ada, supaya siswa lebih aktif lagi dalam belajar matematika.
195
Lampiran 15
Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa
Tahap : Pra Penelitian
Hari/Tanggal : 13 November 2009
Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar matematika
siswa, minat siswa terhadap pelajaran matematika dan
permasalahan yang dihadapi siswa terkait dengan pelajaran
matematika sebelumnya.
Daftar Pertanyaan :
1. Apakah adik-adik menyukai pelajaran matematika ?
A. Iya b. Tidak c. Biasa saja
2. Dari jawaban nomor satu, beri alasan!
3. Apakah kamu bertanya tentang materi pelajaran yang disampaikan guru
jika masih kurang jelas atau belum paham ?
4. Apabila guru memberi pertanyaan, apakah kamu berusaha ingin
menjawabnya?
5. Apakah kamu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru ?
A. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
Jika menjawab b dan c, beri alasan kenapa pada saat itu kamu tidak
mengerjakan tugas!
6. Apabila kamu diminta mengerjakan soal ke depan kelas, apakah kamu
merasa ... ?
A. Senang b. Takut c. Malu d. ..............(isi jika tidak ada
dipilihan)
7. Pernahkah kamu merasa bosan pada saat pelajaran matematika ? Jika iya,
pada saat / kondisi apa ?
196
Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa
Hari/Tanggal :
Tujuan Wawancara : Untuk mengetahui perkembangan respon siswa dalam
belajar matematika, minat siswa terhadap pelajaran
matematika dan permasalahan yang dihadapi siswa terkait
dengan pelajaran matematika sebelumnya.
Daftar Pertanyaan :
1. Apakah adik-adik menyukai pelajaran matematika setelah diterapkannya
strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”?
2. Dari soal nomor satu, beri alasan!
3. Pembelajaran seperti apa yang adik-adik sukai, pembelajaran seperti biasa
atau pembelajaran dengan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”?
4. Apakah dengan diterapkannya strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”
dapat membantu adik-adik dalam memahami pelajaran matematika?
5. Apakah adik-adik merasakan ada perkembangan terhadap aktivitas belajar
matematika setelah diterapkannya strategi pembelajaran aktif ”The Power of
Two”?
6. Perkembangan seperti apa yang adik-adik rasakan ketika belajar matematika
dengan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”?
7. Apakah adik-adik memperhatikan penjelasan guru ketika guru sedang
menyampaikan materi pelajaran?
8. Apakah adik-adik berusaha aktif di dalam kelompok ketika sedang
mengerjakan tugas?
9. Apakah adik-adik yakin dengan jawaban kelompok adik-adik sendiri ketika
sedang mengerjakan tugas?
10. Apakah adik-adik pernah merasa bosan pada pembelajaran matematika ketika
diterapkannya strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”?
11. Apakah dengan diterapkannya strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”
aktivitas adik-adik semakin meningkat?
197
12. Aktivitas-aktivitas belajar apa saja yang adik-adik rasakan semakin
meningkat?
13. Menurut adik-adik, apakah penerapan strategi pembelajaran aktif ”The Power
of Two” ini sudah dilaksanakan dengan baik?
198
Lampiran 16
Hasil Wawancara dengan Siswa
Tahap : Pra Penelitian
Hari/Tanggal :13 November 2009
1. S1 : ya S5 : biasa saja
S2 : kurang senang S6 : biasa saja
S3 : ya S7 : kurang senang
S4 :ya S8 : biasa saja
2. S1 : senang berhitung, pelajarannya enak
S2 : pelajarannya susah bikin pusing
S3 : senang berhitung
S4 : dari SD udah senang, gurunya enak
S5 : nilainya tidak bagus, tidak jelek
S6 : kadang suka berhitung, tapi kadang pusing juga
S7 : cara berhitungnya sulit
S8 : kalau gurunya menjelaskannya enak, jadi seneng.
3. S1 : ya S5 : kadang-kadang malu
S2 : tidak S6 : tidak
S3 : ya S7 : tidak
S4 :ya S8 : kadang-kadang takut
4. S1 : kadang-kadang takut menjawab S5 : tidak karena malu
S2 : tidak S6 : tidak
S3 : ya S7 : tidak
S4 :ya S8 : kadang-kadang malu, takut
5. S1 : ya S5 : tidak karena malu
S2 : ya, tapi kadang suka lupa S6 : ya, tapi kalau susah tidak
S3 : ya S7 : kadang-kadang
S4 : ya S8 : ya
199
6. S1 : senang S5 : biasa saja, kadang malu
S2 : takut S6 : takut
S3 : biasa saja S7 : kadang-kadang malu
S4 : senang S8 : biasa saja
7. S1 : tidak S5 : pernah kalau banyak tugas
S2 : pernah kalau pelajarannya susah S6 : kadang-kadang
S3 : tidak S7 : kadang-kadang
S4 : pernah kalau gurunya tidak enak S8 : tidak
200
Hasil Wawancara dengan Siswa Tahap : Siklus I
Hari/Tanggal : 5 Februaru 2010
1. S1 : ya
S2 : ya
S3 : biasa saja
2. S1 : karena mengerjakan soalnya berpasangan, setelah itu baru dibandingkan
dengan pasangan yang lain
S2 : karena bisa bertukar pikiran dengan teman
S3 : kalau tidak bisa mengerjakan bisa nanya sama pasangannya
3. S1 : strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”
S2 : strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”
S3 : strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”
4. S1 : ya
S2 : sama saja
S3 : ya
5. S1 : ada
S2 : biasa saja
S3 : ada
6. S1 : jadi lebih senang dan semangat dengan matematika, tidak malu bertanya
S2 : nilainya bagus
S3 : jadi lebih senang dengan matematika, tidak malu lagi jika mau bertanya
7. S1 : ya
S2 : ya
S3 : ya, tapi kadang-kadang suka ngobrol sama teman
8. S1 : biasa saja
S2 : ya
S3 : ya
9. S1 : kadang-kadang yakin, kadang-kadang tidak
S2 : yakin
201
S3 : kadang-kadang yakin, kadang-kadang tidak
10. S1 : tidak
S2 : pernah
S3 : tidak
11. S1 : ya
S2 : biasa saja
S3 : ya
12. S1 : lebih mudah memahami materi, tidak malu untuk mengangkat tangan
S2 : lebih berani bertanya
S3 : berani bertanya dan menjawab pertanyaan guru
13. S1 : ya
S2 : cukup baik
S3 : ya
202
Hasil Wawancara dengan Siswa Tahap : Siklus II
Hari/Tanggal : 19 Februari 2010
1. S1 : ya
S2 : ya
S3 : ya
2. S1 : karena sudah terbiasa dengan strategi pembelajaran seperti ini
S2 : karena bisa bertukar pikiran dengan teman
S3 : karena lebih mudah mengerjakan soal, bisa bertanya dengan pasangan
3. S1 : strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”
S2 : strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”
S3 : strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”
4. S1 : ya
S2 : ya
S3 : ya
5. S1 : ada
S2 : ada
S3 : ada
6. S1 : tidak malu lagi jika menjawab pertanyaan guru
S2 : nilainya bagus, dan lebih semangat
S3 : tidak malu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan guru
7. S1 : ya
S2 : ya
S3 : ya
8. S1 : ya, tapi kalau soalnya susah tidak
S2 : biasa saja
S3 : ya
9. S1 : yakin, tapi kalau soalnya susah jadi tidak yakin
S2 : kadang yakin, kadang tidak
S3 : yakin
203
10. S1 : tidak
S2 : tidak
S3 : tidak
11. S1 : ya
S2 : ya
S3 : ya
12. S1 : lebih semangat belajar, tidak malu untuk bertanya
S2 : lebih berani bertanya, dan memperhatikan penjelasan guru
S3 : berani bertanya dan menjawab pertanyaan guru
13. S1 : cukup baik
S2 : cukup baik
S3 : ya
204
Lampiran 17
Catatan Lapangan
(Siklus I)
Pertemuan Ke- : 1
Hari/Tanggal : Rabu/27 Januari 2010
Waktu : 1 x 40 menit
Sub Pokok Bahasan : Kedudukan dua garis (sejajar, berimpit,
berpotongan, bersilangan)
No. Waktu Kegiatan
1 09. 25 - 09.30 Peneliti membuka proses pembelajaran dengan berdo’a
bersama siswa terlebih dahulu, kemudian menanyakan kabar
siswa yang tidak masuk hari ini. Kemudian, peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2 09.30 – 09.36 Peneliti memberikan penjelasan tentang materi baru yaitu
kedudukan dua garis sejajar, berimpit, berpotongan, dan
bersilangan.
3 09.36 – 10.00 Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing siswa dan
meminta masing-masing siswa untuk mengerjakan LKS
secara individu. Peneliti meminta masing-masing siswa
untuk berpasangan dan meminta siswa untuk sharing
(berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat pasangannya.
Kemudian, peneliti meminta masing-masing pasangan untuk
membandingkan jawaban yang telah dibuatnya.
4 10.00 – 10.05 Peneliti mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
pelajaran hari ini. Peneliti memberikan tugas rumah kepada
siswa dan meminta siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Peneliti menutup pelajaran dengan membaca
do’a.
205
Pertemuan Ke- : 2
Hari/Tanggal : Kamis/28 Januari 2010
Waktu : 2 x 40 menit
Sub Pokok Bahasan : Satuan sudut dan mengukur sudut dengan busur
derajat
No. Waktu Kegiatan
1 06.45 – 06.50 Peneliti membuka proses pembelajaran dengan berdo’a
bersama siswa terlebih dahulu, kemudian menanyakan kabar
siswa yang tidak masuk hari ini. Peneliti mengabsen siswa.
06.50 – 06.55 Peneliti memulai pelajaran dengan mereview materi
pelajaran lalu. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran.
2 06.55 – 07.08 Peneliti memberikan penjelasan tentang materi baru yaitu
satuan sudut yang sering digunakan. Setelah itu, peneliti
menjelaskan cara mengukur sudut dengan busur derajat.
3 07.08 – 07.59 Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing siswa dan
meminta masing-masing siswa untuk mengerjakan LKS
secara individu. Peneliti meminta masing-masing siswa
untuk berpasangan dan meminta siswa untuk sharing
(berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat pasangannya.
Kemudian, peneliti meminta masing-masing pasangan untuk
membandingkan jawaban yang telah dibuatnya.
4 07.59 – 08.05 Peneliti mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
pelajaran hari ini. Peneliti memberikan tugas rumah kepada
siswa dan meminta siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Peneliti menutup pelajaran dengan membaca
do’a.
206
Pertemuan Ke- : 3
Hari/Tanggal : Jum’at/29 Januari 2010
Waktu : 2 x 40 menit
Sub Pokok Bahasan : Jenis sudut (siku, lancip, tumpul)
No. Waktu Kegiatan
1 10.25 – 10.30 Peneliti membuka proses pembelajaran dengan berdo’a
bersama siswa terlebih dahulu, kemudian menanyakan kabar
siswa yang tidak masuk hari ini. Peneliti mengabsen siswa.
10.30 – 10.35 Peneliti memulai pelajaran dengan mereview materi
pelajaran lalu. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran.
2 10.35 – 10.48 Peneliti memberikan penjelasan tentang materi baru yaitu
perbedaan jenis sudut, kemudian peneliti menjelaskan sudut
berpelurus dan berpenyiku.
3 10.48 – 11.39 Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing siswa dan
meminta masing-masing siswa untuk mengerjakan LKS
secara individu. Peneliti meminta masing-masing siswa
untuk berpasangan dan meminta siswa untuk sharing
(berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat pasangannya.
Kemudian, peneliti meminta masing-masing pasangan untuk
membandingkan jawaban yang telah dibuatnya.
4 11.39 – 11.45 Peneliti mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
pelajaran hari ini. Peneliti memberikan tugas rumah kepada
siswa dan meminta siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Peneliti menutup pelajaran dengan membaca
do’a.
207
Pertemuan Ke- : 4
Hari/Tanggal : Rabu/3 Februari2010
Waktu : 1 x 40 menit
Sub Pokok Bahasan : Sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis
ketiga
No. Waktu Kegiatan
1 09. 25 - 09.30 Peneliti membuka proses pembelajaran dengan berdo’a
bersama siswa terlebih dahulu, kemudian menanyakan kabar
siswa yang tidak masuk hari ini. Kemudian, peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2 09.30 – 09.36 Peneliti memberikan penjelasan tentang materi baru yaitu
sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga
3 09.36 – 10.00 Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing siswa dan
meminta masing-masing siswa untuk mengerjakan LKS
secara individu. Peneliti meminta masing-masing siswa
untuk berpasangan dan meminta siswa untuk sharing
(berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat pasangannya.
Kemudian, peneliti meminta masing-masing pasangan untuk
membandingkan jawaban yang telah dibuatnya.
4 10.00 – 10.05 Peneliti mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
pelajaran hari ini. Peneliti memberikan tugas rumah kepada
siswa dan meminta siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Peneliti menutup pelajaran dengan membaca
do’a.
208
Pertemuan Ke- : 5
Hari/Tanggal : Kamis/4 Februari2010
Waktu : 2 x 40 menit
Sub Pokok Bahasan : Sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan
soal.
No. Waktu Kegiatan
1 06.45 – 06.50 Peneliti membuka proses pembelajaran dengan berdo’a
bersama siswa terlebih dahulu, kemudian menanyakan kabar
siswa yang tidak masuk hari ini. Peneliti mengabsen siswa.
06.50 – 06.55 Peneliti memulai pelajaran dengan mereview materi pelajaran
lalu. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran.
2 06.55 – 07.08 Peneliti memberikan penjelasan tentang materi baru yaitu sifat-
sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal.
3 07.08 – 07.59 Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing siswa dan
meminta masing-masing siswa untuk mengerjakan LKS secara
individu. Peneliti meminta masing-masing siswa untuk
berpasangan dan meminta siswa untuk sharing (berbagi)
jawaban dengan jawaban yang dibuat pasangannya. Kemudian,
peneliti meminta masing-masing pasangan untuk
membandingkan jawaban yang telah dibuatnya. Ada pasangan
menjawab soal nomor satu dengan cara yang berbeda yaitu
Soal:
D C Pada gambar di samping, garis AB//
CD dan Δ ABC siku-siku di C. Jika ∠CBE = 125o maka besar ∠BAC = ...
A B 1250 E Jawab:
Δ ABC dengan ∠B = 125o sebagai sudut luar
∠A + ∠C = ∠B
∠A + 90o = 125o
209
∠A = 35o
4 07.59 – 08.05 Peneliti mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
pelajaran hari ini. Peneliti memberikan tugas rumah kepada
siswa dan meminta siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Peneliti menutup pelajaran dengan membaca do’a.
Pertemuan Ke- : 6
Hari/Tanggal : Jum’at/5 Februari 2010
Waktu : 2 x 40 menit
Sub Pokok Bahasan : Tes siklus I
No. Waktu Kegiatan
1 10.25 – 10.35 Peneliti membuka proses pembelajaran dengan berdo’a
bersama siswa terlebih dahulu, kemudian mengabsen siswa,
peneliti mengkondisikan siswa sebelum tes, selanjutnya
membagikan soal tes kepada siswa.
10.35 – 11.35 Siswa dipersilakan untuk mulai mengerjakan soal tes yang
diberikan kepada peneliti. Peneliti bersama observer
mengawasi siswa yang sedang melakukan tes. Kegiatan ini
berjalan lancar. Siswa terlihat serius mengerjakan soal.
2 11.35 – 11.45 Siswa diberikan waktu untuk mengkoreksi pekerjaannya
dengan teliti sebelum dikumpulkan. Kemudian siswa diminta
untuk meninggalkan kelas setelah waktu berakhir dengan
tertib. Selanjutnya peneliti mengambil hasil jawaban siswa di
mejanya masing-masing tanpa membuat gaduh.
210
Catatan Lapangan
(Siklus II)
Pertemuan Ke- : 7
Hari/Tanggal : Rabu/10 Februari 2010
Waktu : 1 x 40 menit
Sub Pokok Bahasan : Melukis sudut yang besarnya sama dengan sudut
yang diketahui
No. Waktu Kegiatan
1 09. 25 - 09.30 Peneliti membuka proses pembelajaran dengan berdo’a
bersama siswa terlebih dahulu, kemudian menanyakan kabar
siswa yang tidak masuk hari ini. Kemudian, peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2 09.30 – 09.36 Peneliti memberikan penjelasan tentang materi baru yaitu
melukis sudut yang besarnya sama dengan sudut yang
diketahui.
3 09.36 – 10.00 Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing siswa dan
meminta masing-masing siswa untuk mengerjakan LKS
secara individu. Peneliti meminta masing-masing siswa
untuk berpasangan dan meminta siswa untuk sharing
(berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat pasangannya.
Kemudian, peneliti meminta masing-masing pasangan untuk
membandingkan jawaban yang telah dibuatnya.
4 10.00 – 10.05 Peneliti mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
pelajaran hari ini. Peneliti memberikan tugas rumah kepada
siswa dan meminta siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Peneliti menutup pelajaran dengan membaca
do’a.
211
Pertemuan Ke- : 8
Hari/Tanggal : Kamis/11 Februari 2010
Waktu : 2 x 40 menit
Sub Pokok Bahasan : Melukis sudut 60o dan 90o
No. Waktu Kegiatan
1 06.45 – 06.50 Peneliti membuka proses pembelajaran dengan berdo’a
bersama siswa terlebih dahulu, kemudian menanyakan kabar
siswa yang tidak masuk hari ini. Peneliti mengabsen siswa.
06.50 – 06.55 Peneliti memulai pelajaran dengan mereview materi
pelajaran lalu. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran.
2 06.55 – 07.08 Peneliti memberikan penjelasan tentang materi baru yaitu
melukis sudut yang besarnya 60o dan 90o.
3 07.08 – 07.59 Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing siswa dan
meminta masing-masing siswa untuk mengerjakan LKS
secara individu. Peneliti meminta masing-masing siswa
untuk berpasangan dan meminta siswa untuk sharing
(berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat pasangannya.
Kemudian, peneliti meminta masing-masing pasangan untuk
membandingkan jawaban yang telah dibuatnya.
4 07.59 – 08.05 Peneliti mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
pelajaran hari ini. Peneliti memberikan tugas rumah kepada
siswa dan meminta siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Peneliti menutup pelajaran dengan membaca
do’a.
212
Pertemuan Ke- : 9
Hari/Tanggal : Jum’at/12 Februari 2010
Waktu : 2 x 40 menit
Sub Pokok Bahasan : Membagi sudut menjadi dua bagian sama besar
No. Waktu Kegiatan
1 10.25 – 10.30 Peneliti membuka proses pembelajaran dengan berdo’a
bersama siswa terlebih dahulu, kemudian menanyakan kabar
siswa yang tidak masuk hari ini. Peneliti mengabsen siswa.
10.30 – 10.35 Peneliti memulai pelajaran dengan mereview materi
pelajaran lalu. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran.
2 10.35 – 10.48 Peneliti memberikan penjelasan tentang materi baru yaitu
membagi sudut menjadi dua bagian sama besar.
3 10.48 – 11.39 Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing siswa dan
meminta masing-masing siswa untuk mengerjakan LKS
secara individu. Peneliti meminta masing-masing siswa
untuk berpasangan dan meminta siswa untuk sharing
(berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat pasangannya.
Kemudian, peneliti meminta masing-masing pasangan untuk
membandingkan jawaban yang telah dibuatnya.
4 11.39 – 11.45 Peneliti mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
pelajaran hari ini. Peneliti memberikan tugas rumah kepada
siswa dan meminta siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Peneliti menutup pelajaran dengan membaca
do’a.
213
Pertemuan Ke- : 10
Hari/Tanggal : Rabu/17 Februari2010
Waktu : 1 x 40 menit
Sub Pokok Bahasan : Melukis sudut 30o dan 45o
No. Waktu Kegiatan
1 09. 25 - 09.30 Peneliti membuka proses pembelajaran dengan berdo’a
bersama siswa terlebih dahulu, kemudian menanyakan kabar
siswa yang tidak masuk hari ini. Kemudian, peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2 09.30 – 09.36 Peneliti memberikan penjelasan tentang materi baru yaitu
melukis sudut 30o dan 45o.
3 09.36 – 10.00 Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing siswa dan
meminta masing-masing siswa untuk mengerjakan LKS
secara individu. Peneliti meminta masing-masing siswa
untuk berpasangan dan meminta siswa untuk sharing
(berbagi) jawaban dengan jawaban yang dibuat pasangannya.
Kemudian, peneliti meminta masing-masing pasangan untuk
membandingkan jawaban yang telah dibuatnya.
4 10.00 – 10.05 Peneliti mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
pelajaran hari ini. Peneliti memberikan tugas rumah kepada
siswa dan meminta siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Peneliti menutup pelajaran dengan membaca
do’a.
214
Pertemuan Ke- : 11
Hari/Tanggal : Kamis/18 Februari2010
Waktu : 2 x 40 menit
Sub Pokok Bahasan : Melukis sudut 120o dan 150o
No. Waktu Kegiatan
1 06.45 – 06.50 Peneliti membuka proses pembelajaran dengan berdo’a
bersama siswa terlebih dahulu, kemudian menanyakan kabar
siswa yang tidak masuk hari ini. Peneliti mengabsen siswa.
06.50 – 06.55 Peneliti memulai pelajaran dengan mereview materi pelajaran
lalu. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran.
2 06.55 – 07.08 Peneliti memberikan penjelasan tentang materi baru yaitu
melukis sudut yang besarnya 120o dan 150o.
3 07.08 – 07.59 Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing siswa dan
meminta masing-masing siswa untuk mengerjakan LKS secara
individu. Peneliti meminta masing-masing siswa untuk
berpasangan dan meminta siswa untuk sharing (berbagi)
jawaban dengan jawaban yang dibuat pasangannya. Kemudian,
peneliti meminta masing-masing pasangan untuk
membandingkan jawaban yang telah dibuatnya. Ada pasangan
menjawab soal nomor satu dengan cara yang berbeda yaitu
melukis sudut 90o terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan
dengan melukis sudut 30o.
Soal:
Dengan penggaris dan jangka, lukislah sudut yang besarnya
1200 dengan kaki sudut di bawah ini!
215
a. ∠ STU = 1200
U S
T
b. ∠PQR = 1200
P
Q
R
4 07.59 – 08.05 Peneliti mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan
pelajaran hari ini. Peneliti memberikan tugas rumah kepada
siswa dan meminta siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya. Peneliti menutup pelajaran dengan membaca do’a.
216
Pertemuan Ke- : 12
Hari/Tanggal : Jum’at/19 Februari 2010
Waktu : 2 x 40 menit
Sub Pokok Bahasan : Tes siklus II
No. Waktu Kegiatan
1 10.25 – 10.35 Peneliti membuka proses pembelajaran dengan berdo’a
bersama siswa terlebih dahulu, kemudian mengabsen siswa,
peneliti mengkondisikan siswa sebelum tes, selanjutnya
membagikan soal tes kepada siswa.
10.35 – 11.35 Siswa dipersilakan untuk mulai mengerjakan soal tes yang
diberikan kepada peneliti. Peneliti bersama observer
mengawasi siswa yang sedang melakukan tes. Kegiatan ini
berjalan lancar. Siswa terlihat serius mengerjakan soal.
2 11.35 – 11.45 Siswa diberikan waktu untuk mengkoreksi pekerjaannya
dengan teliti sebelum dikumpulkan. Kemudian siswa diminta
untuk meninggalkan kelas setelah waktu berakhir dengan
tertib. Selanjutnya peneliti mengambil hasil jawaban siswa di
mejanya masing-masing tanpa membuat gaduh.
217
Lampiran 18
Nilai Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I
No. Nama Pasangan Nilai
LKS II
1 P & AH 100
2 AD & AE 100
3 N & I 100
4 K & AC 100
5 U & AJ 84
6 E & X 84
7 AI & AM 84
8 G & O 100
9 F & H 100
10 AG & V 100
11 D & T 100
12 AK & AF 100
13 AL & M 56
14 A & AA 100
15 W & C 100
16 R & J 100
17 B &AN 100
18 Q & S 100
19 Y & L 100
20 Z & AB 100
Jumlah nilai 1908
Jumlah siswa yang hadir 40
Nilai rata-rata 95.40
No. Nama Pasangan Nilai
LKS I
1 U & AM 62.50
2 J & D 50.00
3 AB & AL 25.00
4 AG & AN 75.00
5 I & K 50.00
6 N & AC 62.50
7 E & M 62.50
8 AI & AJ 75.00
9 AE & G 50.00
10 B & Z 12.50
11 AD & O 12.50
12 AK & F 62.50
13 W & C 62.50
14 A & AA 50.00
15 P & L 50.00
16 Y & AH 12.50
17 R & T 37.50
18 V & Q 62.50
19 AF & H 12.50
20 X & P 50.00
Jumlah nilai 887.50
Jumlah siswa yang hadir 39
Nilai rata-rata 46.71
155
No. Nama Pasangan Nilai
LKS III
1 A & X 100
2 N & F 90
3 I & H 100
4 AI & D 100
5 B & Z 100
6 J & AM 100
7 AD & O 100
8 G & AE 100
9 AN & AB 90
10 T & AL 90
11 W & E 90
12 C & M 100
13 L & P 80
14 V & Q 90
15 S & AG 80
16 AC & AK 100
17 K & AF 100
18 AA & AJ 90
19 R & U 100
20 AH & Y 90
Jumlah nilai 1890
Jumlah siswa yang hadir 40
Nilai rata-rata 94.5
No. Nama Pasangan Nilai
LKS IV
1 U & AM 100
2 J & D 100
3 AB & AL 100
4 AG & AN 60
5 I & K 30
6 N & AC 100
7 E & M 60
8 AI & AJ 100
9 AE & G 50
10 B & Z 100
11 AD & O 100
12 AK & F 100
13 W & C 100
14 A & AA 100
15 P & L 100
16 Y & AH 60
17 R & T 20
18 V & Q 90
19 AF & H 100
20 X & P 100
Jumlah nilai 1670
Jumlah siswa yang hadir 40
Nilai rata-rata 83.5
156
No. Nama Pasangan Nilai
LKS V
1 E & AJ 65
2 J & AE 70
3 K & AD 65
4 H& AG 70
5 AF & I 50
6 V & S 50
7 AC & AL 70
8 B & AM 65
9 X & Q 70
10 R & W 70
11 P & Y 50
12 U & T 50
13 D & AK 65
14 A & AN 65
15 N & AA 65
16 G & AH 50
17 AI & F 50
18 L & AC 65
19 M & AB 70
20 Z & O 65
Jumlah nilai 1240
Jumlah siswa yang hadir 40
Nilai rata-rata 62
157
Nilai Tes Siklus I
No. Nama Siswa Nilai No. Nama Siswa Nilai
1 A 73 21 U 60
2 B 53 22 V 53
3 C 66 23 W 73
4 D 66 24 X 66
5 E 66 25 Y 73
6 F 86 26 Z 73
7 G 46 27 AA 53
8 H 60 28 AB 80
9 I 73 29 AC 40
10 J 53 30 AD 40
11 K 46 31 AE 53
12 L 53 32 AF 40
13 M 46 33 AG 66
14 N 46 34 AH 66
15 O 53 35 AI 66
16 P 46 36 AJ 33
17 Q 53 37 AK 80
18 R 86 38 AL 53
19 S 73 39 AM 80
20 T 86 40 AN 80
Jumlah nilai 2458
Jumlah siswa yang hadir 40
Nilai rata-rata 61.45
158
Nilai Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II
No. Nama Pasangan
Nilai
LKS
VII
1 S & T 100
2 O & Y 100
3 F & AA 100
4 I & AC 100
5 N & Z 100
6 L & AH 100
7 AI & H 100
8 M & AG 100
9 AN & K 100
10 V & U 100
11 C & AM 100
12 R & AE 100
13 J & G 100
14 AK & AJ 100
15 D & AL 100
16 E & Q 100
17 B & P 100
18 AB & W 100
19 AD & A 100
20 AF & X 100
Jumlah nilai 4000
Jumlah siswa yang hadir 40
Nilai rata-rata 100
No. Nama Pasangan Nilai
LKS VI
1 U & AM 100
2 J & D 100
3 AB & AL 100
4 AG & AN 100
5 I & K 100
6 N & AC 100
7 E & M 100
8 AI & AJ 100
9 AE & G 100
10 B & Z 50
11 AD & O 100
12 AK & F 100
13 W & C 100
14 A & AA 100
15 P & L 100
16 Y & AH 100
17 R & T 100
18 V & Q 100
19 AF & H 50
20 X & P 100
Jumlah nilai 1900
Jumlah siswa yang hadir 40
Nilai rata-rata 95
159
No. Nama Pasangan Nilai
LKS IX
1 U & AM 100
2 J & D 100
3 AB & AL 100
4 AG & AN 75
5 I & K 75
6 N & AC 100
7 E & M 100
8 AI & AJ 100
9 AE & G 100
10 B & Z 100
11 AD & O 100
12 AK & F 100
13 W & C 100
14 A & AA 100
15 P & L 50
16 Y & AH 100
17 R & T 100
18 V & Q 100
19 AF & H 50
20 X & P 100
Jumlah nilai 1850
Jumlah siswa yang hadir 40
Nilai rata-rata 92,5
No. Nama Pasangan
Nilai
LKS
VIII
1 \AN & T 100
2 P & AJ 100
3 U & A 100
4 AI & O 100
5 V & B 100
6 AK & Q 100
7 I & AC 100
8 AD & J 100
9 AG & M 100
10 N & AH 100
11 H & AB 100
12 AA & G 100
13 K & AE 100
14 W & C 100
15 D & X 100
16 R & AL 100
17 L & AF 100
18 AM & S 100
19 F & Z 75
20 E & Y 100
Jumlah nilai 3925
Jumlah siswa yang hadir 40
Nilai rata-rata 98.12
160
No. Nama Pasangan
Nilai
LKS X
1 P & AB 100
2 AI & AE 100
3 Y & W 100
4 AN & L 100
5 D & B 100
6 I & AD 100
7 AA & C 100
8 S & Q 100
9 N & AL 100
10 R & T 100
11 J &Z 100
12 AF & AK 75
13 AG & V 100
14 AH & A 100
15 G & AJ 100
16 F & H 75
17 E & AM 100
18 M & U 50
19 O & K 100
20 AC & X 100
Jumlah nilai 1900
Jumlah siswa yang hadir 40
Nilai rata-rata 95
161
Nilai Tes Siklus II
No. Nama Siswa Nilai No. Nama Siswa Nilai
1 A 100 21 U 75
2 B 70 22 V 90
3 C 80 23 W 100
4 D 90 24 X 75
5 E 100 25 Y 80
6 F 85 26 Z 95
7 G 100 27 AA 90
8 H 75 28 AB 70
9 I 95 29 AC 70
10 J 75 30 AD 80
11 K 75 31 AE 100
12 L 85 32 AF 70
13 M 70 33 AG 90
14 N 100 34 AH 65
15 O 80 35 AI 100
16 P 70 36 AJ 65
17 Q 90 37 AK 80
18 R 65 38 AL 65
19 S 100 39 AM 80
20 T 80 40 AN 80
Jumlah nilai 3305
Jumlah siswa yang hadir 40
Nilai rata-rata 82.62
162
Lampiran 19
Jadwal Penelitian Bulan
No. Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr
1. Persiapan & Perencanaan √ √
2. Observasi (studi lapangan) √
3. Kegiatan Penelitian √ √
4. Analisis Data √ √
5. Laporan Penelitian √ √
163
Lampiran 20 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Siklus I
No. Komponen Aktivitas Aspek yang diamati Pert. 1 Pert. 2 Pert. 3 Pert. 4 Pert. 5 Rata-
rata Memperhatikan
penjelasan guru 2 3 3 4 4 80%
Visual
activities Memperhatikan
pertanyaan/tanggap
an teman
1 2 1 3 3 50% 1.
Rata-rata visual activities 37,5% 62,5% 50% 87,5% 87,5% 65%
Bertanya pada guru 1 1 1 2 3 40% Oral
activities
Menjawab
pertanyaan guru 2 3 2 3 4 70%
Memberikan
tanggapan terhadap
teman atau guru
1 1 1 3 3 45%
Berdiskusi dengan
teman 2 2 3 3 3 65%
2.
Rata-rata oral activities 37,5% 43,75% 43,75% 68,75% 81,25% 55%
Motor
activities
Mengerjakan tugas
di kelas 4 4 4 4 4 100%
3.
Rata-rata motor activities 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Emotional
activities
Semangat siswa
dalam mengerjakan
tugas di kelas
1 1 1 3 2 40% 4.
Rata-rata emotional activities 25% 25% 25% 75% 50% 40%
Rata-rata aktivitas siklus I 50% 57,81% 54,68% 82,81% 79,68% 65%
LEMBAR UJI REFERENSI Nama : Sri Wahyuningsih
NIM : 105017000442
Jurusan : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif ”The Power of Two”
Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Pembimbing No. Referensi
I II
1 Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. I, 1999.
2 Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK. Bandung: Pustaka Setia, Cet.II, 2008.
3 AM, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
4 Anitah, Sri, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
5 Arikunto, Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
6 _________________Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. 6, 2006.
7 Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
8 Gurukul, “Hakikat Belajar Mengajar”, dalam http://ic-ypsa.blogspot.com/2009/01/hakikat-belajar.html
9 Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
10 Hartono, “Strategi Pembelajaran Active Learning”, dalam http://sditalqalam.wordpress.com/.../strategi-pembelajaran-active-learning/
11 Ina V.S. Mullis, dkk, ”TIMMS 2007 International Mathematics Report”, dalam http://TIMMS.bc.edu/TIMMS 2007/techreport.html
12 Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, Ciputat: Gaung Persada, 2009.
13 Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran, Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008.
14 Kasnun, Implementasi Active Learning dalam Pembelajaran PAI dalam Cendekia Jurnal Kependidikan dan
Kemasyarakatan, vol. 5. No. 2, Juli-Desember 2007. 15 Marno & M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran:
Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.
16 Muaddab, Hafis. “Pembelajaran dan Inovasi”, dalam http://blog-indonesia.com/blog-archive-13203-7.html
17 Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
18 Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.
19 Ramdhan, Tarmizi. ”Strategi Belajar Kekuatan Berdua (The Power of Two)” dalam Pembelajaran Matematika, dalam http://tarmizi.wordpress.com
20 Samadhi, Ari, “Pembelajaran Aktif (Active Learning)”, dalam http://izaskia.files.wordpress.com/2010/03/makalah-active-learning.doc.
21 Silberman, Mel, Active Learnin, Yogyakarta: Bumi Media, 2002.
22 Soedjadi, R, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2000.
23 Subi, Fikri. “Contoh Proposal Penelitian ”Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pengajian Alquran terhadap Aktivitas Belajar Siswa Kelas I pada Mata Pelajaran PAI di SMA Islamiyah Pontianak”, dalam http://fikrinatuna.blogspot.com/
24 Sudijono, Anas, ”Pengantar Evaluasi Pendidikan”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.
25 Sudrajat, Akhmad, ”Hakikat Belajar”, dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/hakikat-belajar/
26 Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
27 Suherman, Erman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003.
28 Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru edisi revisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.
29 Syah, Darwiyan, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Diadit Media, 2009.
30 Tim Penyusun. ”Guru Jangan Lakukan Kekerasan: Tiga Mata Pelajaran Ditakuti Siswa”, dalam http:pendis.depag.gi.id/lama/cfm/index.cfm?fuseaction
...ID... 31 Zaini, Hisyam, dkk, Startegi Pembelajaran Aktif,
Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2008.
Jakarta, 11 Mei 2010
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Tita Khalis Maryati, S.Si, M.Kom Abdul Muin, S.Si, M Pd
NIP.19690924 199903 2 003 NIP. 19751201 200604 1 003