AKTIF BERSAMA

60
INDONESIA AKTIF BERSAMA

Transcript of AKTIF BERSAMA

Page 1: AKTIF BERSAMA

INDONESIAAKTIF BERSAMA

Page 2: AKTIF BERSAMA

INDONESIA DAN OECD: kemitraan yang saling menguntungkan

Sebagai salah satu anggota G20, Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar di kawasan Asia Tenggara yang berkembang dengan pesat. Indonesia adalah negara dengan populasi terpadat keempat dan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia yang menawarkan stabilitas politik, pasar domestik yang besar dan kaya, serta sumber daya alam yang beragam. Tenaga kerja yang muda dan dinamis mendorong potensi pertumbuhan yang tinggi, dengan tenaga kerja di bawah usia tiga puluh tahun yang berjumlah setengah dari populasi usia kerja. Angka kemiskinan tercatat menurun, namun masalah ini tetap menjadi tantangan utama negara ini.

Berlandaskan momentum pertumbuhan Indonesia, pemerintahan baru negara ini telah berkomitmen untuk melaksanakan serangkaian reformasi struktural untuk merangsang investasi, khususnya dengan memperbaiki lingkungan usaha dan meningkatkan belanja infrastruktur. Namun demikian, menopang pertumbuhan dan peningkatan dalam kesejahteraan akan membutuhkan langkah-langkah tambahan untuk meningkatkan produktivitas dan akses ke layanan sosial dasar.

OECD secara aktif mendukung pemerintah dalam melaksanakan agenda reformasinya di berbagai ranah kebijakan, termasuk kebijakan makroekonomi, pajak, investasi, kebijakan pengaturan, anggaran, urusan keuangan dan pendidikan keuangan, pendidikan, pertanian, perdagangan, dan anti korupsi. Kemitraan ini telah menghasilkan berbagai alat bantu penting, seperti Survei Ekonomi (Economic Surveys) yang memberikan analisis mendalam dari kebijakan untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif. Kajian Kebijakan Investasi (2010), Reformasi Peraturan (2012) dan Kebijakan Pendidikan (2015), serta Pemerintahan Terbuka (2016), masing-masing telah membantu pelaksanaan reformasi kebijakan. Indonesia juga merupakan salah satu anggota dari Forum Global tentang Transparansi dan Pertukaran Informasi untuk Keperluan Pajak, dan Dialog Kebijakan Indonesia-OECD tentang Tata Kelola Perusahaan telah menyediakan informasi kepada pembuat kebijakan untuk menilai praktik pasar dan tren kebijakan utama yang dapat memberikan dampak negatif pada tata kelola perusahaan yang baik.

Indonesia adalah Mitra Utama pertama yang menandatangani Kerangka Perjanjian Kerja Sama pada tahun 2012, diikuti dengan Perjanjian Hak Istimewa dan Imunitas pada tahun 2013. Partisipasi Indonesia dalam berbagai badan OECD, serta integrasinya ke dalam program kerja reguler OECD dan peliputan dalam publikasi unggulan serta database statistik OECD, telah memperkaya debat kebijakan di OECD dan berkontribusi dalam menjawab berbagai tantangan kebijakan umum. Kemitraan OECD-Indonesia berperan sebagai penggerak penting untuk meningkatkan kerja sama lebih jauh, termasuk dengan peluncuran Program Regional Asia Tenggara pada tahun 2014 dan pembukaan kantor perwakilan di Jakarta pada tahun 2015.

Berlandaskan pada kemitraan berusia satu dekade yang berdasarkan pada berbagi praktik yang baik dan sudut pandang kebijakan, brosur ini menyoroti berbagai bidang di mana OECD terus mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif di Indonesia. Kami menantikan untuk memperdalam kerja sama antara OECD-Indonesia lebih jauh, bekerja sama untuk mencapai “kebijakan yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik”, baik di negara ini maupun di kawasan yang lebih luas.

ÁNGEL GURRÍA, Sekretaris Jenderal OECD

Page 3: AKTIF BERSAMA

DAFTAR ISI . 1

Memupuk budaya integritas di Indonesia 33

Meningkatkan transparansi dan kepatuhan pajak 34

Meningkatkan mutu tata kelola perusahaan 35

PENGEMBANGAN LAPANGAN KERJA DAN

PEMBANGUNAN SOSIAL 36

Menuju cakupan kesehatan yang menyeluruh 37

Memajukan kesetaraan gender 38

Mengembangkan keterampilan melalui pendidikan

dan pelatihan 40

Mengatasi ketidaksetaraan 41

INDUSTRI DAN INOVASI 42

Membangun perekonomian berbasis pengetahuan 43

Memanfaatkan teknologi digital 44

Meningkatkan keamanan bahan kimia 45

Bioteknologi 45

Meningkatkan pariwisata 46

LINGKUNGAN HIDUP DAN ENERGI 47

Menuju lingkungan hidup yang lebih bersih dan lebih sehat 48

Melawan perubahan iklim 49

Memperkuat kemitraan global dalam energi bersih

dan efisiensi energi 50

Konservasi dan penggunaan keanekaragaman hayati

yang berkelanjutan 52

LAMPIRAN 54

Kepatuhan terhadap instrumen hukum OECD 54

Keikutsertaan dalam badan OECD dan organisasi terkait 55

Keikutsertaan dalam Jaringan OECD-Asia 55

Dialog dan data 56

OECD DAN INDONESIA 2

Program Regional Asia Tenggara OECD 6

Kantor OECD Jakarta 9

PERTUMBUHAN YANG BERKELANJUTAN, SEIMBANG,

DAN INKLUSIF 10

Mempertahankan ketahanan ekonomi 11

Mendukung prakarsa pertumbuhan berwawasan lingkungan 13

Memajukan pembangunan regional dan urbanisasi 14

Meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan 15

Memajukan pembangunan dan kerja sama yang efektif di

seluruh dunia 17

Jaringan Global Landasan Kerja untuk Perkembangan

(netFWD) 18

Data yang lebih baik untuk kebijakan yang lebih baik 19

FUNGSI PASAR YANG EFISIEN 20

Meningkatkan kontribusi investasi terhadap

pembangunan yang berkelanjutan 21

Memajukan perdagangan dan meningkatkan mutu

dalam rantai nilai global 22

Memajukan persaingan usaha yang sehat 24

Mengembangkan sistem keuangan yang sehat 25

Memperkuat konektivitas, penanaman modal,

dan kemitraan swasta-publik (public-private partnership) 26

Mengembangkan pendidikan keuangan yang berkualitas 27

TATA KELOLA PUBLIK DAN PERUSAHAAN 29

Pelaksanaan reformasi pengaturan: praktik pengaturan

baik (GRP) 30

Menyosialisasikan pemerintahan terbuka 31

Memberantas korupsi lintas negara 32

DA

FTAR ISI

Daftar Isi

Page 4: AKTIF BERSAMA

OECD DAN INDONESIA

2 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Page 5: AKTIF BERSAMA

Sejak menjadi Mitra Utama pada tahun 2007, keterlibatan Indonesia dengan OECD telah menjadi semakin dalam secara signifikan. Pada 2009, Indonesia menjadi anggota Pusat Pengembangan OECD untuk terlibat dalam berbagi pengetahuan tentang kebijakan inovatif untuk mempercepat pembangunan. Indonesia merupakan Mitra Utama pertama yang menandatangani Kerangka Perjanjian Kerja Sama (2012) dan Perjanjian Hak Istimewa dan Imunitas (2013), dan belum lama ini Indonesia menyambut dengan baik kehadiran kantor regional OECD yang pertama, yang dibuka di Jakarta pada bulan Maret 2015.

Para menteri dari Indonesia telah menghadiri dan memberikan kontribusi substantif secara rutin dalam Pertemuan Dewan Menteri OECD sejak tahun 2012. Indonesia turut serta secara aktif dalam pekerjaan substantif komite khusus OECD di mana para pejabat senior dari negara Anggota dan negara non-Anggota bertemu untuk mengajukan gagasan dan meninjau kembali perkembangan dalam berbagai bidang kebijakan. Indonesia adalah Rekan dan Peserta dalam tujuh badan OECD dan patuh pada lebih dari sepuluh instrumen hukum OECD. Terlebih lagi, Indonesia terintegrasi sepenuhnya dalam program kerja reguler OECD dan tercakup dalam publikasi unggulan serta database statistik. Keterlibatan ini menyediakan landasan yang kukuh untuk lebih jauh mengembangkan dan mempererat kerja sama dan kemitraan OECD – Indonesia secara strategis.

OECD DAN INDONESIA . 3

J Wakil Presiden Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla, menyambut Sekretaris Jenderal Angel Gurría saat diselenggarakannya Forum Regional Asia Tenggara 2015 di Jakarta, Indonesia pada bulan Maret 2015.

OECD

DA

N IN

DO

NESIA

Page 6: AKTIF BERSAMA

4 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

“Indonesia menyambut baik komitmen OECD untuk menjadi mitra strategis kami dalam mencapai sasaran perkembangan ekonomi dan sosial. Kerja sama strategis dan kemitraan yang saling menguntungkan antara OECD dan Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini telah menjadi salah satu keterlibatan internasional penting di mana Indonesia berpartisipasi di dalamnya.

Seiring dengan tahap perkembangan Indonesia, kami berharap bahwa kolaborasi kerja antara OECD-Indonesia dalam bidang prioritas bersama tertentu juga diperkuat untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.”

Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan Republik Indonesia

“OECD dan Indonesia memiliki hubungan panjang yang telah dibangun secara bertahap sejak 2007 dan hubungan itu, sejak 2012, telah diresmikan dengan Kerangka Perjanjian Kerja Sama 2012. Indonesia juga telah memainkan peran aktif dalam kehadiran Asia Tenggara sebagai penggerak utama dalam ekonomi global, dan menjadi ketua bersama Program

Regional Asia Tenggara sejak 2014. Sebagai Ketua Grup Refleksi Informal (Informal Reflection Group)

dari OECD untuk Indonesia, saya senang bahwa hubungan penting antara Indonesia dan OECD ini telah menjadi semakin kuat karena kita saling belajar dari satu sama lain dalam hal pengalaman kebijakan dan memajukan standar internasional bersama, melalui pelaksanaan Program Kerja Bersama OECD-Indonesia 2015-16 (OECD-Indonesia Joint Work Programme). Saya menantikan kesempatan di masa mendatang untuk melanjutkan pekerjaan ini, melalui Program Kerja Bersama baru yang akan datang.”

Gabriele Checchia, Duta Besar Italia untuk OECD, Ketua Grup Refleksi Informal (Informal Reflection Group) untuk Indonesia

“Indonesia telah berhasil menjaga pertumbuhan ekonominya sejak awal 2016 melalui kebijakan ekonomi yang sehat dan cermat. Lebih jauh lagi, pemerintahan Indonesia juga telah meluncurkan paket ekonomi yang bertujuan untuk mempermudah prosedur investasi dan bisnis, serta meningkatkan kepercayaan dan memperkuat fundamental ekonominya.

Namun dalam mengatasi berbagai tantangan, pemerintahan Indonesia terus menerus memperkuat upayanya dalam mengentaskan kemiskinan serta mengurangi pengangguran, kesenjangan sosial, dan ketidakmerataan; dan pada saat yang sama secara cermat mengelola dampak negatif yang muncul dari kecenderungan melemahnya ekonomi global saat ini.

Dalam era konektivitas dan saling ketergantungan, Indonesia percaya bahwa kerja sama internasional adalah kunci dalam mencapai sasaran dan tujuan ekonomi dan perkembangan yang berkelanjutan. Seiring dengan program reformasi ekonomi Indonesia, kerja sama dengan OECD membantu Indonesia dalam merumuskan kebijakan ekonomi yang sesuai dan memastikan pelaksanaannya. Hal ini pada gilirannya akan membantu memberikan kontribusi pada upaya internasional dalam mencapai pemulihan ekonomi global, serta menghilangkan ketidakpastian ekonomi.

Indonesia juga akan terus memperkuat usahanya bersama OECD menuju integrasi ekonomi regional Asia Tenggara dalam Program Regional Asia Tenggara OECD.”

Hotmangaradja Pandjaitan, Duta Besar Indonesia untuk Perancis

OECD dan Indonesia

Page 7: AKTIF BERSAMA

OECD DAN INDONESIA . 5

OECD

DA

N IN

DO

NESIA

“Kerja sama antara Indonesia dan OECD telah berkembang secara signifikan dalam dekade terakhir, mencerminkan dinamisme ekonomi dan semakin pentingnya posisi Indonesia dalam ekonomi dunia. Indonesia akan menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia dalam beberapa dekade mendatang. Serupa dengan yang umumnya dialami oleh berbagai negara dengan ekonomi yang

sedang berkembang, Indonesia menghadapi tantangan berkaitan dengan pertumbuhan yang melambat, tingkat produktivitas rendah, dan meningkatnya ketidakmerataan. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan serangkaian paket reformasi untuk mengatasi tantangan ini, dan OECD menawarkan pengalaman dan keahliannya dalam memfasilitasi perancangan dan pelaksanaan solusi kebijakan yang efektif.

Sebagai Ketua Komisi Hubungan Eksternal (External Relations Committee) dari OECD, saya berkomitmen secara penuh untuk meningkatkan hubungan bilateral kita lebih lanjut. Kantor OECD Jakarta yang baru, didirikan pada Maret 2015, telah berperan dalam memperdalam kemitraan ini, bertindak sebagai platform untuk mempererat kerja OECD bersama Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. Berfokus khususnya pada Indonesia sebagai Mitra Utama, kantor ini juga berperan dalam mendukung pelaksanaan Program Kerja Bersama 2015-16, dan akan terus melakukan peran serupa untuk Program Kerja selanjutnya, seraya memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan ini.”

Paulo Vizeu Pinheiro, Duta Besar Portugal untuk OECD, Ketua Komisi Hubungan Eksternal (External Relations Committee)

Page 8: AKTIF BERSAMA

Program Regional Asia Tenggara OECD

OECD telah memperkuat keterlibatannya dengan kawasan Asia Tenggara selama beberapa tahun terakhir sebagai prioritas strategis. Dalam Pertemuan Dewan Menteri (Ministerial Council Meeting) OECD pada bulan Mei 2014, Sekretaris Jenderal OECD Ángel Gurría dan Perdana Menteri Jepang Shinzō Abe meluncurkan Program Regional Asia Tenggara OECD bersama dengan para Menteri dan perwakilan tingkat tinggi dari kawasan tersebut. Dengan berlandaskan pada keterlibatan selama dua dekade di kawasan ini, Program tersebut bertujuan untuk membawa hubungan dengan kawasan Asia Tenggara ke tingkat yang baru dan lebih strategis, yang memberikan sudut pandang pemerintah secara keseluruhan (whole-of-government). Tujuannya adalah untuk mendukung prioritas domestik, reformasi kebijakan, serta upaya integrasi regional di kawasan Asia Tenggara melalui upaya dalam berbagai ranah kebijakan yang luas, dan melibatkan para stakeholder utama dari negara-negara Asia Tenggara dan OECD. Program ini khususnya juga mendukung pelaksanaan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2025.

Program ini mengembangkan pertukaran berbagai praktik baik dan pembelajaran timbal balik antara para pembuat kebijakan di negara-negara OECD dan Asia Tenggara. Struktur program ini mendorong pertukaran pengalaman secara sistematis dengan tujuan mengembangkan solusi bersama untuk berbagai tantangan reformasi di tingkat regional dan global. Program ini terdiri dari enam Jaringan Kebijakan Regional (Regional Policy Networks/RPN) yang dilandasi oleh pekerjaan yang dilakukan oleh berbagai direktorat OECD yang substantif dan berbagai badan di kawasan Asia Tenggara serta proses dialog di bidang perpajakan, praktik peraturan yang baik, kebijakan dan peningkatan investasi, pengembangan pendidikan dan keterampilan, usaha kecil dan menengah (UKM), serta kemitraan swasta-publik (public-private partnership/PPP) untuk mendukung konektivitas bagi pembangunan infrastruktur. Berbagai prakarsa di bidang perdagangan, inovasi, dan gender juga telah dilaksanakan. Selain itu, Program tersebut terdiri atas Outlook Perekonomian untuk Asia Tenggara, Tiongkok, dan India (Economic Outlook for Southeast Asia, China and India) menyeluruh

yang memantau tren makroekonomi jangka menengah dan integrasi regional.

Setiap Jaringan Kebijakan Regional (Regional Policy Network/RPN) terdiri dari para pakar kebijakan dari negara-negara Asia Tenggara dan negara-negara OECD yang secara bersama-sama membuat keputusan dalam program kerja tersebut. Berbagai kegiatan dan dampak dari RPN dilaporkan dalam Steering Group Program tersebut. Steering Group ini menyediakan panduan strategis secara menyeluruh untuk Program Regional Asia Tenggara OECD, dengan tujuan untuk memperdalam kerja sama OECD dengan kawasan tersebut. Steering Group terbuka untuk para pembuat kebijakan senior dari sepuluh negara di kawasan Asia Tenggara dan semua anggota OECD. Steering Group ini memiliki dua orang Ketua bersama. Salah satu ketua berasal dari negara Asia Tenggara dan ketua lainnya berasal dari negara OECD. Indonesia dan Jepang dikonfirmasi sebagai Ketua-bersama Program pada Pertemuan Steering Group pertama tanggal 26 Maret 2015.

Forum Regional Asia Tenggara 2016 berlangsung pada 14 Juni 2016 di Hanoi, Vietnam, diikuti dengan pertemuan Steering Group Program Regional Asia Tenggara kedua pada tanggal 15 Juni. Acara tersebut dihadiri lebih dari 200 peserta dari sektor publik dan swasta, termasuk dari negara-negara Asia Tenggara. Forum Regional ini mendiskusikan tema “Meningkatkan Produktivitas dan Keinklusifan di Asia Tenggara” untuk memberi masukan pada agenda Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pertemuan Steering Group ini mendiskusikan bagaimana SEARP dapat mendukung Cetak Biru MEA 2025, berbagi gambaran strategis dan pencapaian kunci Program.

6 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Page 9: AKTIF BERSAMA

“Kolaborasi antara OECD-Indonesia menjadi semakin dalam seiring semakin pentingnya Indonesia dalam ekonomi global serta posisi dan relevansi Indonesia di G20. Kami telah membangun hubungan lebih lanjut secara strategis melalui Kerangka Perjanjian Kerja Sama kami, yang berperan untuk memfasilitasi partisipasi Indonesia dalam berbagai badan, instrumen, dan database OECD sebagai Mitra Utama.

Kemitraan ini juga didukung oleh kontribusi OECD untuk G20, meningkatnya kerja sama dan hasil dalam konteks G20 dalam bidang pertumbuhan, perdagangan, dan investasi yang inklusif, serta perpajakan. Pelaksanaan Program Kerja Bersama 2015-16 semakin mempercepat kerja sama yang saling menguntungkan. Kami menantikan untuk melanjutkan dan memperdalam kerja sama kami bersama Indonesia dalam konteks G20 serta melaksanakan Program Kerja Bersama di masa mendatang.”Andreas Schaal, Direktur Hubungan Global OECD

PROGRAM REGIONAL ASIA TENGGARA OECD . 7

“Izinkan saya mengucapkan selamat kepada Indonesia atas upayanya dalam melaksanakan SDG dan mengedepankannya ke dalam rencana pengembangan nasional serta tujuan reformasi lainnya. Melalui Program Kerja Bersama OECD-Indonesia, OECD mendukung Indonesia dalam pelaksanaan SDG, khususnya di area kesehatan,

pendidikan, infrastruktur, dan lingkungan. Semoga kita dapat meningkatkan kerjasama yang semakin erat ini dengan Sistem PBB untuk membantu Indonesia dalam melaksanakan SGD lebih lanjut. Sebagai Perwakilan Khusus OECD untuk PBB di New York, saya akan berupaya untuk mempererat kerjasama antara OECD dan Indonesia dalam pelaksanaan SDG.”

Marcos Bonturi, Perwakilan Khusus OECD untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa

PROG

RA

M REG

ION

AL

www.oecd.org/globalrelations/seaprogramme.htm

PAJAKPRAKTIK

PERATURAN YANG BAIK

KONEKTIVITAS DAN PPP

UKM

PENDIDIKAN DAN

KETERAMPILANINVESTASI

6 Jaringan Kebijakan Regional

(RPN)

3 Prakarsa dan Outlook

Perekonomian

G E N D E R

P E R D A G A N G A NI N O VA S I

OUTLOOKPEREKONOMIAN

Page 10: AKTIF BERSAMA

8 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Page 11: AKTIF BERSAMA

Kantor OECD Jakarta

Kantor OECD Jakarta berperan sebagai platform untuk mempererat kerja OECD dengan Asia Tenggara untuk meningkatkan pertukaran berbagai praktik yang baik dan pembelajaran timbal balik antara para stakeholder di negara-negara OECD dan Asia Tenggara. Kantor ini mendukung pelaksanaan Program Kerja dwitahunan bersama Indonesia, membantu melaksanakan Program Regional Asia Tenggara, dan memupuk kerja sama yang erat dengan organisasi regional seperti ASEAN, ADB, APEC, AMRO, ERIA, dan UNESCAP.

Sekretaris Jenderal OECD Ángel Gurría dan mantan Menteri Keuangan Indonesia Muhammad Chatib Basri menyetujui pendirian Kantor Jakarta di Konferensi Tingkat Tinggi G20 di St. Petersburg pada tanggal 5 September 2013. Kantor ini diresmikan pada Forum Regional Asia Tenggara OECD 2015 tanggal 25 Maret 2015 di Jakarta oleh Menteri Keuangan Indonesia pada waktu itu, Bambang Brodjonegoro, dan Sekretaris Jenderal Gurría. Peresmian ini juga menandai

tahapan pencapaian dalam kerja sama OECD bersama Indonesia, di mana Indonesia menjadi ketua bersama Jepang pada Program Regional Asia Tenggara OECD. Kantor Jakarta, yang bertempat di Kedutaan Besar Selandia Baru, adalah kantor pertama Organisasi ini di Asia Tenggara.

PROGRAM REGIONAL ASIA TENGGARA OECD . 9

“Kantor OECD Jakarta berperan sebagai platform untuk mempererat kerja OECD dengan Asia Tenggara untuk mengembangkan kolaborasi yang lebih dekat dengan rekan-rekan di kawasan ini. Kantor ini akan memfasilitasi kerja OECD bersama negara-negara Asia Tenggara, berfokus pada pada Indonesia sebagai Mitra Utama, dan memperkuat kemitraan dengan

berbagai organisasi seperti ASEAN.”Alexander Böhmer, Ketua Kantor OECD Jakarta

J 25 Maret 2015: Menteri Keuangan Indonesia Bambang Brodjonegoro (kiri) dan Sekretaris Jenderal OECD Ángel Gurría meresmikan Kantor OECD Jakarta yang baru.

PROG

RA

M REG

ION

AL

Page 12: AKTIF BERSAMA

10 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

PERTUMBUHAN YANG

BERKELANJUTAN, SEIMBANG, DAN

INKLUSIF

Page 13: AKTIF BERSAMA

Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat sejak berakhirnya Krisis Keuangan Asia pada tahun 1998. Sampai dengan tahun 2014, pertumbuhan PDB rata-rata di atas 5% per tahun, yang berkontribusi terhadap penurunan angka kemiskinan secara signifikan. Kendati demikian, tingkat pertumbuhan yang melambat akhir-akhir ini menandakan bahwa masih banyak tantangan kebijakan mendasar yang perlu ditangani untuk memastikan pertumbuhan yang kuat dan inklusif. OECD telah bekerja sama dengan Indonesia untuk membantu merumuskan kebijakan dalam rangka memenuhi sasaran ekonomi yang ditargetkan oleh Indonesia.

Survei Ekonomi OECD (OECD Economic Surveys), yang dipublikasikan setiap dua tahun sekali untuk perekonomian di tiap negara anggota OECD dan Mitra Utama, menganalisis tantangan utama di bidang perekonomian dan mengusulkan pilihan reformasi negara tertentu secara khusus berdasarkan praktik internasional yang baik. Survei Ekonomi Indonesia

Mempertahankan ketahanan ekonomi

edisi kelima diterbitkan di Jakarta pada bulan Oktober 2016. Edisi tersebut berfokus pada cara mempertahankan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan, memastikan peningkatan standar hidup dan kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia. Edisi tersebut juga membahas tentang desentralisasi sebagai alat bantu untuk pembangunan regional, serta meningkatkan efisiensi belanja publik.

Outlook Perekonomian OECD, yang dirilis dua kali dalam setahun, menganalisis perkembangan terkini dalam perekonomian global dan memberikan proyeksi ekonomi untuk perekonomian di 41 negara, termasuk Indonesia. Edisi tahun 2016 menyoroti pertumbuhan PDB bertahap di Indonesia, berkat investasi publik yang lebih kuat dan anjloknya nilai mata uang rupiah secara signifikan. Outlook Perekonomian (Economic Outlook) menekankan perlunya mengembalikan kepercayaan bisnis, menjawab ketidakpastian peraturan, dan investasi publik di bidang infrastruktur dan pendidikan.

PERTUMBUHAN YANG BERKELANJUTAN, SEIMBANG, DAN INKLUSIF . 11

L Lokakarya tentang kesinambungan transaksi berjalan (current account sustainability) yang diselenggarakan melalui kerja sama dengan Kementerian Keuangan Indonesia dan dengan keikutsertaan Bank Indonesia serta Badan Kebijakan Fiskal - Kementrian Keuangan Indonesia, Jakarta, Februari 2014.

PERTUM

BU

HA

N B

ERKELA

NJU

TAN

Page 14: AKTIF BERSAMA

Menuju Pertumbuhan (Going for Growth) memberikan gambaran komparatif tentang perkembangan kebijakan struktural dan prioritas reformasi untuk mempertahankan pertumbuhan yang kuat dan stabil di perekonomian secara keseluruhan. Edisi tahun 2016, dirilis pada Februari, menyoroti keuntungan yang bisa didapat Indonesia dari reformasi pendidikan yang lebih jauh, perbaikan lingkungan pengaturan untuk pembangunan infrastruktur, dan reformasi pasar buruh yang lebih jauh untuk mengatasi masalah buruh informal dan pengangguran pemuda.

Sejak tahun 2012, OECD juga secara bersama-sama menyelenggarakan Pertemuan Meja Bundar Regional Asia dengan Kantor Riset Makroekonomi ASEAN+3 (ASEAN+3 Macroeconomic Research Office/AMRO), Institut Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank Institute/ADBI), dan Institut Riset Ekonomi untuk ASEAN dan Asia Timur (Economic Research Institute for ASEAN and East Asia/ERIA). Acara tahunan ini dihadiri profesional dalam bidang kebijakan untuk mendiskusikan kebijakan makroekonomi jangka pendek dan kebijakan struktural jangka menengah dalam negara-negara berkembang Asia.

Lokakarya tentang kesinambungan transaksi berjalan (current account sustainability) yang diselenggarakan melalui kerja sama dengan Kementerian Keuangan Indonesia dan dengan keikutsertaan Bank Indonesia serta Badan Kebijakan Fiskal – Kementrian Keuangan Indonesia, Jakarta, Februari 2014.

Outlook Perekonomian untuk Asia Tenggara, Tiongkok, dan India, yang disusun bersama dengan sejumlah organisasi regional, membahas tentang tren ekonomi regional, memberikan perkiraan pertumbuhan regional dan menggambarkan tantangan kebijakan struktural. Edisi tahun 2016 membahas kontribusi dari Komisi Sosial dan Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Asia Pasifik (United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific/UNESCAP) dan Institut Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank Institute) serta berfokus pada “Meningkatkan Ikatan Regional”, sebuah isu yang sangat relevan untuk Indonesia. Laporan ini juga memuat bab tentang negara yang menganalisis tantangan-tantangan utama bagi pembangunan di Indonesia, yang disusun bekerja sama dengan Kementerian Keuangan. Edisi tahun 2017 akan memberi wawasan dan rekomendasi utama untuk mengatasi tantangan dan keberlangsungan energi untuk pertumbuhan yang inklusif di kawasan ini.

www.oecd.org/ecowww.oecd.org/dev/asiapacificwww.oecd.org/economy/outlook/indonesia-economic-forecast-

summary.htm

12 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Mempertahankan ketahanan ekonomi

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

Page 15: AKTIF BERSAMA

Sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat dan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks untuk meningkatkan kondisi kehidupan bagi penduduk yang jumlahnya semakin bertumbuh, sekaligus mengatasi tekanan dalam bidang lingkungan hidup, yang apabila tidak dikendalikan, dapat menghambat pertumbuhan dan pembangunan. Pelaksanaan berbagai kebijakan pertumbuhan berwawasan lingkungan dapat membantu pemerintah dalam melakukan penyesuaian antara perlindungan terhadap lingkungan hidup dan pembangunan ekonomi.

Strategi Pertumbuhan Berwawasan Lingkungan OECD disusun berdasarkan empat buah laporan – Menuju Pertumbuhan Berwawasan Lingkungan, Menuju Pertumbuhan Berwawasan Lingkungan: Memantau Perkembangan, Alat Bantu untuk Mencapai Pertumbuhan Berwawasan Lingkungan, dan Menempatkan Pertumbuhan Berwawasan Lingkungan pada Titik Pusat Pembangunan. Melalui laporan-laporan tersebut, OECD memberikan saran yang terarah kepada perekonomian Negara Anggota dan Negara Mitra OECD dalam merancang dan menerapkan kebijakan ekonomi, lingkungan hidup, investasi, dan inovasi. Pada saat menyesuaikan strategi pertumbuhan berwawasan lingkungan dengan negara-negara berkembang, OECD melakukan penilaian terhadap keterkaitan antara pertumbuhan berwawasan lingkungan dengan penanggulangan kemiskinan, serta mengidentifikasi perubahan yang diperlukan dalam berbagai sektor seperti pertanian dan infrastruktur untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Laporan tahun 2013, Menempatkan Pertumbuhan Berwawasan Lingkungan pada Titik Pusat Pembangunan menunjukkan bahwa pertumbuhan berwawasan lingkungan merupakan satu-satunya cara untuk mempertahankan pembangunan jangka panjang.

Indonesia tercakup dalam laporan Menuju Pertumbuhan Berwawasan Lingkungan di Asia Tenggara, yang membahas tentang tren ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup yang utama di negara-negara ASEAN, dan memberikan saran tentang pengarusutamaan pertumbuhan berwawasan lingkungan ke dalam perencanaan pembangunan nasional. Laporan tersebut

Mendukung prakarsa pertumbuhan berwawasan lingkungan

PERTUMBUHAN YANG BERKELANJUTAN, SEIMBANG, DAN INKLUSIF . 13

juga memberikan saran tentang pengelolaan sumber daya alam secara berkesinambungan dan penanggulangan tantangan urbanisasi. Pada bulan Juni 2014, OECD dan Kementerian Keuangan Indonesia menyelenggarakan lokakarya regional di Jakarta bersama dengan para perwakilan tingkat senior dari kementerian keuangan, perencanaan dan lingkungan hidup negara-negara di Asia Tenggara untuk membahas berbagai temuan awal dari proyek tersebut. Laporan tersebut diterbitkan pada bulan November 2014 di Yogyakarta.

Kebijakan Indonesia tentang pertumbuhan berwawasan lingkungan juga dianalisis dalam Survei Ekonomi OECD 2015: Indonesia, dengan fokus tentang reformasi subsidi bahan bakar minyak Indonesia, yang masih menjadi prioritas negara tersebut.

Proyek Pertumbuhan Berwawasan Lingkungan Perkotaan di Wilayah Asia yang Dinamis dari OECD yang sedang berlangsung mengambil tempat di Bandung, Indonesia, sebagai salah satu dari lima kota studi kasus untuk membahas pilihan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang menuju pengembangan pertumbuhan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Laporan Bandung diterbitkan pada bulan Oktober 2016.

www.oecd.org/greengrowthwww.oecd.org/greengrowth/asia.htmwww.oecd.org/greengrowth/keydocuments.htmwww.oecd.org/greengrowth/oecdworkongreengrowth.htm www.oecd.org/greencities

PERTUM

BU

HA

N B

ERKELA

NJU

TAN

Page 16: AKTIF BERSAMA

Kota-kota di wilayah Asia Tenggara, termasuk kota-kota di Indonesia, memperlihatkan urbanisasi secara pesat dan terus-menerus yang disertai dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pada saat yang bersamaan, kota-kota tersebut menghadapi sejumlah tantangan, termasuk meningkatnya konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca, berbagai akibat dari pemanasan global dan bencana lingkungan hidup setempat. Kota-kota tersebut juga mengalami ketimpangan dalam hal pendapatan, akses terhadap pendidikan, serta peluang kerja di antara penduduk perkotaan.

OECD menyadari kontribusi kota untuk perkembangan ekonomi, kesejahteraan, dan kelestarian lingkungan hidup. Produktivitas dan kemakmuran kota-kota dan wilayah metropolitannya mengalir ke daerah yang kurang berkembang dan berkontribusi pada kemajuan dan pertumbuhan yang produktif dari daerah tersebut. Lebih jauh lagi, harus disadari bahwa perkotaan, sebagai pusat produktivitas dan inovasi, tidak hanya berhasil karena ukurannya yang besar namun juga karena struktur sistem urban dan kebijakan yang memungkinkan pertumbuhan seperti itu.

Kajian Wilayah OECD pada tingkat nasional dan metropolitan (perkotaan dan pedesaan) bertujuan untuk menyediakan diagnosis kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup dari suatu wilayah, menilai dan merekomendasikan berbagai kebijakan untuk meningkatkan daya saing, inklusi sosial, dan kelestarian lingkungan hidup. Pada saat yang sama, Kajian Kebijakan Perkotaan OECD membahas berbagai kebijakan perkotaan pada tingkat nasional dan membantu untuk mengatasi berbagai tantangan tata kelola berbagai tingkatan utama untuk pembangunan perkotaan. Demikian pula, Kajian Kebijakan Pedesaan Nasional membahas kondisi pedesaan dan kebijakan wilayah yang menawarkan kesempatan agar wilayah pedesaan dapat berkembang. Dinamika perubahan dalam pemerintah telah menjadi semakin kompleks, dan Kajian Tata Kelola Berbagai Tingkatan membantu mendiagnosis tantangan dalam bidang ini dan memajukan rekomendasi untuk meningkatkan kolaborasi yang efektif antara berbagai tingkat

Memajukan pembangunan regional dan urbanisasi

14 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

pemerintahan, penting untuk pembuatan kebijakan yang efisien, investasi yang efektif, serta penyediaan layanan.

Rekomendasi tentang Investasi Publik yang Efektif Dalam Berbagai Tingkat Pemerintahan dan pelaksanaan sarana bantunya membantu menilai kekuatan dan kelemahan kapasitas investasi publik suatu negara dalam berbagai tingkat pemerintahan dan mengatur prioritas untuk peningkatan. www.oecd.org/regional www.oecd.org/regional/regional-policy/urbandevelopment.htm www.oecd.org/regional/regional-policy/oecdworkonruraldevelopment.htmwww.oecd.org/greencities www.oecd.org/regional/regional-policy/knowledge-sharing-for-urban-green-growth-in-dynamic-asia.htm www.oecd.org/effective-public-investment-toolkit

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

Page 17: AKTIF BERSAMA

PERTUMBUHAN YANG BERKELANJUTAN, SEIMBANG, DAN INKLUSIF . 15

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan merupakan penghasil produk pertanian terbesar kesepuluh. Digalakkannya penanaman modal swasta secara berkelanjutan di sektor pertanian di Indonesia merupakan hal yang sangat penting untuk dapat meningkatkan pertumbuhan di sektor pertanian, memaksimalkan manfaat dari sektor pertanian yang kuat dan meningkatkan ketahanan pangan.

Pada bulan Oktober 2012, OECD mengeluarkan Kajian Kebijakan Pertanian di Indonesia. Kajian tersebut menilai kinerja sektor pertanian di Indonesia selama dua dekade terakhir, mengevaluasi reformasi kebijakan Indonesia di sektor pertanian dan memberikan rekomendasi untuk mengatasi tantangan di masa mendatang. Kajian tersebut membuka jalan bagi Indonesia untuk dapat diikutsertakan secara berkala dalam laporan unggulan yang diterbitkan setiap tahun sekali, yaitu

Meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan

Pemantauan dan Evaluasi Kebijakan Pertanian. Laporan tersebut merupakan sumber khusus untuk perkiraan terbaru tentang dukungan terhadap sektor pertanian dan analisis tentang perkembangan kebijakan pertanian di negara-negara Anggota OECD dan di delapan perekonomian yang baru berkembang (Brasil, Tiongkok, Indonesia, Kazakstan, Rusia, Afrika Selatan, Ukraina dan Vietnam).

Pada bulan Juni 2015, OECD merilis laporan Mengelola Risiko Kerawanan Pangan: Kerangka Analitis Penerapan untuk Indonesia, yang memberikan dasar analitis bukti untuk meningkatkan diskusi tentang ketahanan pangan dan mengenali tanggapan kebijakan terbaik yang dapat memitigasi risiko kerawanan pangan dengan lebih baik. Proyek ini adalah bagian dari kerja yang lebih luas mengenai ketahanan pangan, termasuk aspek penting lainnya seperti isu perdagangan dan lingkungan yang memungkinkannya.

PERTUM

BU

HA

N B

ERKELA

NJU

TAN

Page 18: AKTIF BERSAMA

16 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

OECD, bersama dengan ASEAN, menyelenggarakan Konferensi Regional OECD-ASEAN tentang Kebijakan untuk Ketahanan Pangan di Bogor pada bulan November 2014. Konferensi tersebut merupakan kesempatan untuk bertukar pengalaman di bidang kebijakan antara negara-negara Anggota OECD, negara-negara Asia Tenggara, dan berbagai organisasi internasional di wilayah tersebut, dengan fokus khusus pada ketahanan pangan. Konferensi ini membentuk dasar keterlibatan regional yang lebih luas dengan ASEAN, diluncurkan pada bulan Agustus 2015 dalam proyek Membangun Ketahanan Pangan dan Mengelola Risiko: Fokus pada Asia Tenggara,yang mana Indonesia merupakan salah satu pesertanya. Proyek ini membahas isu mendalam yang berkaitan dengan ketahanan pangan dengan ASEAN dan membahas pilihan kebijakan untuk meningkatkan ketahanan pangan jangka panjang di wilayah ini. Proyek ini juga menyediakan platform untuk bertukar pengalaman kebijakan antara OECD dan ASEAN serta mencakup fokus tentang pengelolaan perikanan, mengambil pelajaran dari Indonesia.

www.oecd.org/agriculture www.oecd.org/site/rpca www.oecd.org/tad/events/oecd-asean-regional-conference-food-

security-indonesia-2014.htm

Page 19: AKTIF BERSAMA

PERTUMBUHAN YANG BERKELANJUTAN, SEIMBANG, DAN INKLUSIF . 17

Strategi OECD terkait Pembangunan memberikan dorongan baru terhadap misi awal Organisasi untuk memajukan pembangunan di negara-negara Anggotanya dan di luar negara anggotanya. Salah satu unsur inti dari strategi tersebut adalah memperkuat dialog kebijakan dan berbagi pengetahuan untuk meningkatkan pembelajaran secara berkelanjutan dengan negara-negara mitra, termasuk Indonesia.

“Indonesia adalah Anggota yang penting dari Pusat Pembangunan, pusat pertukaran pengetahuan OECD dengan negara berkembang dan negara yang baru berkembang. Indonesia bergabung dengan Pusat Pembangunan ini pada tahun 2009, dan sejak itu telah secara aktif terlibat dalam dialog kebijakan dan prakarsanya. Sebagai “Mitra Utama” OECD, pemain regional utama di Asia Tenggara dan

salah satu BRIICS, Indonesia memberi wawasan berharga tentang jalur pembangunannya ke dalam debat Pusat Pembangunan ini. Negara ini mencatat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa sejak krisis finansial global pada tahun 2008-09. Namun demikian, pertumbuhan tersebut telah melambat dalam beberapa tahun terakhir dan indeks Gini Indonesia untuk ketidakmerataan pendapatan telah naik ke tingkat tertinggi dalam 50 tahun sejak tahun 2011. Karena itu, pemerintah Indonesia memberi banyak perhatian untuk memajukan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketidakmerataan pendapatan. Pusat Pembangunan ini mendukung pemerintah Indonesia dengan analisis berbasis bukti dan dukungan kebijakan khusus dalam hal itu serta, misalnya, membantu negara tersebut dalam mereformasi sistem perlindungan sosialnya.

Sebagai ketua Dewan Pengelola Pusat Pembangunan OECD, saya berkomitmen untuk melibatkan ke-51 Anggota dalam sebuah dialog yang setara tentang solusi inovatif untuk pembangunan. Kemitraan Pusat Pembangunan ini dengan Indonesia memiliki satu nilai penting, yang secara bertahap menjadi semakin luas dan merupakan kerja sama yang dapat diandalkan oleh Indonesia.”

Pierre Duquesne, Duta Besar Perancis untuk OECD, Ketua Pusat Pembangunan OECD

Memajukan pembangunan dan kerja sama yang efektif di seluruh dunia

Pusat Pembangunan menempati posisi unik dalam OECD, di mana berbagai negara dapat berbagi pengalaman mereka dalam kebijakan pembangunan sosial dan ekonomi. Pusat Pembangunan ini bekerja sama erat dengan bagian lain OECD, khususnya bagian yang bekerja dengan isu pembangunan. Keanggotaan Pusat Pembangunan ini terbuka untuk Anggota maupun non-Anggota OECD, dan sejak bulan Juni 2016, Pusat Pembangunan OECD terdiri dari 51 negara anggota: 24 negara berkembang dan negara yang baru berkembang serta 27 negara Anggota OECD. Indonesia telah menjadi Anggota Badan Pengelola Pusat Pembangunan sejak 2009 dan terlibat dalam penyiapan program kerja serta anggaran dan pendanaan Pusat Pembangunan ini.

Kemitraan Global untuk Kerja sama Pembangunan yang Efektif menyediakan platform bagi stakeholder untuk saling berbagi pengalaman dan meningkatkan kolaborasi pada tingkat negara. Indonesia menjadi ketua bersama Kemitraan Global sejak 2012 hingga 2014 dan secara aktif berpartisipasi dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Kemitraan Global yang pertama di Mexico City pada April 2014, memimpin diskusi kunci tentang berbagi pengetahuan dan kerja sama Selatan-Selatan.

Selain itu, Indonesia juga ikut serta dalam pertemuan Internasional tentang Kerja Sama Segitiga yang diselenggarakan oleh OECD pada 19 Mei 2016 di Lisabon, Portugal. 

PERTUM

BU

HA

N B

ERKELA

NJU

TAN

Page 20: AKTIF BERSAMA

18 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

JARINGAN GLOBAL LANDASAN KERJA UNTUK PERKEMBANGAN (netFWD)

NetFWD adalah kelompok lembaga yang berkomitmen untuk mengoptimalkan dampak dari filantropi untuk pembangunan dengan saling berbagi pengalaman, memengaruhi kebijakan dan mengembangkan pedoman serta kemitraan yang inovatif. Jaringan ini memungkinkan berbagai lembaga untuk terlibat dengan stakeholder dari pembuat kebijakan hingga praktisi, sekaligus secara bersama-sama mengatasi tantangan yang terkait dengan pelaksanaan, efektivitas, dampak serta hasil yang berkelanjutan dari proyek.

Di Asia, netFWD mengandalkan dukungan dari Asian Venture Philanthropy Network (AVPN), yang menghimpun yayasan-yayasan yang paling inovatif di kawasan tersebut. Lembaga tersebut mencakup berbagai asosiasi filantropi dari Indonesia seperti Japfa Foundation Indonesia atau UnLtd Indonesia. Melalui kerja samanya, netFWD dan AVPN dapat berbagi pengalaman tentang para pelaku filantropi di berbagai kawasan dan dengan demikian memberikan kontribusi dalam pengembangan pengetahuan dan keahlian di bidang filantropi.

http://effectivecooperation.orghttp://www.oecd.org/dac/dac-global-relations/international-meeting-2016.htmwww.oecd.org/site/netfwd

Memajukan pembangunan dan kerja sama yang efektif di seluruh dunia

Page 21: AKTIF BERSAMA

PERTUMBUHAN YANG BERKELANJUTAN, SEIMBANG, DAN INKLUSIF . 19

Disertakannya data Indonesia dalam database statistik OECD telah mendorong negara tersebut untuk semakin mendekati standar internasional dan memberikan indikator-indikator statistik komprehensif untuk perbandingan.

Data Indonesia dicantumkan dalam publikasi OECD Bagaimana Kehidupan di Tahun 2015 (How’s Life 2015), dan Organisasi tersebut pada saat ini bekerja sama secara erat dengan Badan Pusat Statistik Indonesia untuk memasukkan datanya ke dalam database Distribusi Pendapatan, suatu perangkat yang sangat penting untuk pekerjaan terkait kebijakan tentang kemiskinan dan ketidakmerataan pendapatan. Data Indonesia juga telah dicantumkan dalam OECD Factbook sejak tahun 2009, seperti neraca nasional dan serangkaian data statistik ekonomi jangka pendek. Data statistik tersebut memberikan gambaran perbandingan secara umum tentang perkembangan terbaru dalam perekonomian internasional dan digunakan dalam kompilasi Composite Leading Indicators Indonesia.

Laporan tahunan Statistik Pendapatan di Negara-Negara Asia (Revenue Statistics in Asian Countries), pertama diterbitkan pada bulan Mei 2014, mencakup lima negara Asia – Indonesia, Malaysia, Filipina, Jepang dan Korea – dan memuat data perbandingan dan rekomendasi kebijakan tentang beban pajak secara keseluruhan sebagaimana yang diukur berdasarkan rasio

Data yang lebih baik untuk kebijakan yang lebih baik

pajak terhadap PDB, tax mix, dan bagian penerimaan pajak yang dikaitkan dengan berbagai tingkat pemerintah yang berbeda. Edisi ketiga akan diterbitkan pada paruh kedua 2016.

OECD, bekerja sama dengan Bank Pembangunan Asia, merencanakan publikasi baru, Sekilas tentang Pemerintahan Asia Tenggara pada 2017, berlandaskan dari pengalaman suksesnya publikasi serupa untuk wilayah Amerika Latin dan Karibia pada tahun 2014. Merefleksikan instrumen survei dan rekomendasi OECD, publikasi ini akan mengumpulkan data komparatif baru tentang aspek kunci tata kelola publik di kawasan ini untuk menyediakan informasi tentang reformasi sektor publik. Publikasi ini akan menyertakan data tentang keuangan dan ekonomi publik, praktik lapangan kerja dan anggaran, serta bidang lainnya seperti pemerintahan terbuka, pemerintahan digital, dan pengelolaan sumber daya manusia. Publikasi ini mencakup sedikitnya 8 negara, 6 diantaranya adalah negara ASEAN seperti Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Sedikitnya 2 negara OECD akan ditarik sebagai negara pembanding, termasuk Australia, Korea, Jepang, atau Selandia Baru.

www.oecd.org/stdwww.oecd.org/statistics www.oecd.org/dev/asia-pacificwww.oecd.org/govataglance.htm

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

PERTUM

BU

HA

N B

ERKELA

NJU

TAN

Page 22: AKTIF BERSAMA

FUNGSI PASAR YANG EFISIEN

20 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Page 23: AKTIF BERSAMA

Didorong oleh Masyarakat Ekonomi ASEAN, investasi internasional memberikan kontribusi terhadap integrasi perekonomian Asia secara cepat dan telah menjadi penggerak dinamika perekonomian Indonesia akhir-akhir ini. Arus masuk investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia telah mencapai tingkat tertinggi selama empat tahun terakhir.

OECD mendorong reformasi kebijakan investasi dan kerja sama investasi internasional untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan. OECD telah secara aktif melaksanakan Kajian Kebijakan Investasi (Investment Policy Reviews/IPRs) di seluruh kawasan Asia Tenggara melalui kerja sama dengan Sekretariat ASEAN. Kajian Kebijakan Investasi telah dilaksanakan oleh Indonesia pada tahun 2010, yang dipimpin oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan melibatkan satuan tugas yang terdiri atas berbagai instansi. Kajian tersebut menunjukkan bahwa reformasi yang dilakukan secara tegas terhadap kerangka kerja kebijakan investasi Indonesia telah mengembalikan kepercayaan investor dan membantu mendorong peningkatan arus masuk FDI yang mencapai tingkat tertinggi. Kajian tersebut juga menyoroti berbagai tantangan reformasi yang masih dihadapi.

Kajian kedua yang masih dibicarakan pada saat ini akan meninjau cara mempertahankan dan mendiversifikasi arus masuk FDI serta memaksimalkan dampak perkembangannya. Kajian tersebut akan difokuskan pada upaya untuk memajukan investasi berwawasan lingkungan, mendorong pelaksanaan usaha secara bertanggung jawab, meningkatkan keterkaitan (linkages) dan menghilangkan hambatan terhadap investasi di luar negeri (outward investment) dari Indonesia. Studi tersebut juga akan menyertakan fokus khusus pada sektor pertambangan serta penilaian terhadap iklim investasi di salah satu provinsi.

Kajian Kebijakan Investasi menggunakan Kerangka Kebijakan Investasi (Policy Framework for Investment/PFI), sebuah alat yang komprehensif untuk melaksanakan reformasi terhadap iklim investasi yang kurang lebih mencakup dua belas sektor

Meningkatkan kontribusi investasi terhadap pembangunan yang berkelanjutan

kebijakan. PFI tersebut diperbarui pada tahun 2014-15 dengan bantuan dari sebuah satuan tugas global yang mengadakan pertemuan pertamanya di Bali pada bulan Maret 2014.

“Proses IPR merupakan proses dua arah yang sangat produktif, yang dilaksanakan dengan dukungan penuh dari kedua belah pihak – OECD dan instansi yang terkait di Indonesia.” Huda Bahweres, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

“PFI merupakan alat yang komprehensif dan efektif untuk mengevaluasi reformasi kebijakan investasi pada saat ini. PFI juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan koordinasi internal terhadap kebijakan dan pelaksanaan investasi.”B. Raksaka Mahi, Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi

www.oecd.org/investment www.oecd.org/investment/seasia.htm

FUNGSI PASAR YANG EFISIEN . 21

FUN

GSI PA

SAR

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

Page 24: AKTIF BERSAMA

Liberalisasi perdagangan memiliki peranan penting dalam transformasi ekonomi di Indonesia. Produksi, perdagangan, dan investasi internasional semakin terorganisasi dalam rantai nilai global (global value chain/GVC) di mana berbagai tahapan proses produksi yang berbeda berlangsung di berbagai negara yang berbeda. Saat ini, tiga perempat perdagangan internasional terdiri dari berbagai firma yang membeli input dan layanan atau jasa investasi yang berkontribusi pada proses produksi, menekankan pentingnya mengurangi hambatan perdagangan.

OECD telah melakukan pekerjaan yang cukup banyak terkait analisis dan kebijakan di bidang perdagangan bersama dengan para Mitra Utamanya, termasuk Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, Organisasi tersebut telah melakukan kajian tentang fasilitasi perdagangan (trade facilitation), perdagangan dalam sektor jasa (trade in services), perdagangan dan penyesuaian struktural, perdagangan dan lapangan kerja di sektor pertanian, serta keterkaitan antara kebijakan perdagangan dan investasi asing langsung di sektor pangan pertanian (agro-food).

Untuk membantu pemerintah di berbagai negara dalam meningkatkan prosedur perbatasan mereka, mengurangi biaya perdagangan, meningkatkan arus perdagangan, dan memperoleh manfaat yang lebih besar dari perdagangan internasional, OECD telah mengembangkan seperangkat Indikator Fasilitasi Perdagangan (Trade Facilitation Indicators/TFI) yang mengidentifikasi tindakan di berbagai bidang dan memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap potensi dampak reformasi untuk 160 negara, termasuk Indonesia. TFI digunakan untuk menyoroti kekuatan dan kelemahan utama Indonesia di bidang fasilitasi perdagangan (trade facilitation), sebagai dasar bagi para pembuat kebijakan untuk menentukan prioritas tindakan fasilitasi perdagangan dan memobilisasi bantuan teknis serta pembangunan kapasitas yang terarah.

Jaringan produksi global bergantung pada rantai logistik, yang memerlukan infrastruktur jaringan dan jasa pelengkap yang efisien. Tidak akan ada GVC tanpa transportasi, logistik, keuangan, komunikasi, serta layanan profesional dan bisnis lain yang berfungsi dengan baik untuk menggerakkan barang dan mengkoordinir produksi seiring rantai nilai. Indeks Restriksi Perdagangan Jasa

Memajukan perdagangan dan meningkatkan mutu dalam rantai nilai global

22 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Page 25: AKTIF BERSAMA

FUNGSI PASAR YANG EFISIEN . 23

OECD (Services Trade Restrictiveness Index/STRI) merupakan alat yang praktis untuk pembuat kebijakan mendiagnosis tempat yang paling memerlukan reformasi dan memungkinkan pemerintah untuk mengambil pandangan lintas-negara yang komprehensif serta untuk mengeksplorasi pilihan konkrit untuk meningkatkan kinerja sektor jasa, baik pada tingkat, unilateral, plurilateral, atau multilateral. STRI memberikan informasi yang dapat dibandingkan tentang peraturan-peraturan yang ada pada saat ini dalam 18 sektor di 40 negara, termasuk Indonesia.

Pekerjaan yang dilakukan oleh OECD menggarisbawahi bahwa GVC membawa dampak terhadap daya saing suatu perekonomian, dan bahwa investasi dalam keterampilan dan aset berbasis pengetahuan menjadi semakin penting dalam rangka membantu berbagai negara untuk menaikkan (atau meningkatkan mutu) rantai nilai. Perbaikan terhadap kondisi kerangka kerja utama merupakan hal yang sangat penting dan dapat menjadi sebuah langkah yang ekonomis bagi para pembuat kebijakan untuk memperkuat pertumbuhan dan inovasi. OECD baru-baru ini bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia (RISTEK) untuk melakukan pengkajian tentang sistem kekayaan intelektual nasionalnya dan keterkaitannya dengan inovasi serta pembangunan ekonomi. Rekomendasi kebijakan utama di antaranya termasuk mengaitkan kebijakan kekayaan intelektual (IP) dengan kebijakan tentang inovasi, memperbaiki kondisi hukum dan administratif untuk sistem IP tersebut, serta menyesuaikan sistem IP untuk para penggunanya.

Pada tahun 2013, OECD menetapkan sebuah platform untuk dialog kebijakan tentang Pembangunan Berbasis Rantai Nilai Global, Transformasi dan Pengembangan Produksi (Global Value Chain-based Development Production Transformation and Development). Platform tersebut memungkinkan kegiatan berbagi pengetahuan antara Negara-Negara Anggota dan Negara-Negara Bukan Anggota OECD yang memiliki pertumbuhan yang terkait secara khusus dengan keikutsertaan dalam GVC dan yang tertarik untuk berbagi pengalaman tentang cara merancang dan melaksanakan kebijakan yang lebih baik untuk mempercepat pembangunan melalui integrasi ke dan peningkatan mutu di dalam GVC.

Selain itu, proyek OECD yang sedang berjalan mengukur keikutsertaan dalam rantai nilai global dan regional oleh negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kajian tersebut membandingkan kisah-kisah keberhasilan dan hambatan terhadap integrasi GVC di berbagai wilayah yang sedang berkembang dan mengusulkan rekomendasi kebijakan bagi negara-negara berkembang.

www.oecd.org/tradeoe.cd/gvc oe.cd/tivawww.oecd.org/dev/global-value-chains.htm

FUN

GSI PA

SAR

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

Page 26: AKTIF BERSAMA

Melalui lokakarya nasional dan regional, OECD membantu Indonesia serta negara anggota ASEAN lainnya untuk meningkatkan kapasitas persaingan usaha dalam negeri. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Indonesia merupakan peserta aktif dalam Program Persaingan Usaha dari Pusat Kebijakan OECD di Korea, yang berfungsi sebagai pusat pelatihan dan bantuan untuk para pejabat dari seluruh kawasan Asia-Pasifik dalam mengembangkan dan melaksanakan undang-undang dan kebijakan persaingan usaha yang efektif. Dalam upaya penyelenggaraan bersama KPPU, Pusat Kebijakan ini menyelenggarakan lokakarya KPPU dan negara anggota ASEAN pada 2016 tentang penyalahgunaan pembangunan kasus dominasi.

Indonesia merupakan peserta dalam Komite Persaingan (Competition Committee) OECD serta kontributor tetap dalam berbagai debat dalam Forum Global OECD tentang Persaingan Usaha (OECD Global Forum on Competition), sebuah acara tahunan yang memberikan kesempatan kepada para pihak yang berwenang dalam bidang persaingan usaha dari seluruh dunia untuk bertemu dan saling bertukar pengalaman terkait kebijakan.

www.oecd.org/daf/competition

OECD berupaya untuk memajukan prinsip persaingan usaha yang sehat dan membangun kesepahaman bersama serta konvergensi lintas batas dalam hal kebijakan dan pelaksanaan persaingan usaha. Pada tahun 1999, Indonesia adalah negara ASEAN pertama yang menetapkan undang-undang tentang persaingan usaha sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja perekonomian serta memiliki rekam jejak yang kuat dalam pelaksanaan kebijakan persaingan usaha dan anti-kepercayaan.

Hambatan peraturan terhadap persaingan usaha, seperti hambatan masuk pasar, atau peraturan yang menghalangi perusahaan untuk bersaing secara bebas dalam sebuah pasar, dapat menjadi hambatan besar terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Toolkit Penilaian Persaingan Usaha (Competition Assessment Toolkit) dari OECD memberikan suatu metodologi yang berfungsi dengan sangat baik untuk mengidentifikasi hambatan terhadap persaingan usaha dalam peraturan dan perundang-undangan. OECD menyelenggarakan sebuah lokakarya untuk sejumlah kementerian dan pihak berwenang Indonesia pada akhir tahun 2015 untuk membantu mengembangkan kapasitas dalam melakukan penilaian peraturan dan perundang-undangan persaingan usaha.

OECD juga berupaya untuk meningkatkan proses pengadaan publik dalam perekonomian negara Anggotanya dan negara non-Anggota. Pedoman untuk Mengatasi Kolusi Tender dalam Pengadaan Publik (Guidelines for Fighting Bid Rigging in Public Procurement) membantu pemerintah dalam meningkatkan kesadaran tentang risiko dan biaya kolusi dalam sektor tersebut, dan daftar periksanya yang terperinci membantu para pejabat pemerintah dalam merancang dokumen tender serta mengenali perilaku kolusi dalam tender.

Memajukan persaingan usaha yang sehat

24 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

Page 27: AKTIF BERSAMA

Mengembangkan sistem keuangan yang sehat

FUNGSI PASAR YANG EFISIEN . 25

FUN

GSI PA

SAR

OECD mendorong sistem keuangan berorientasi pasar yang efisien, terbuka, stabil dan sehat, berdasarkan tingkat transparansi, kepercayaan dan integritas yang tinggi. OECD telah terlibat secara aktif dengan pihak berwenang dalam bidang keuangan di Indonesia sejak tahun 2010.

OECD memantau perkembangan pasar saat ini dan memberikan saran tentang langkah reformasi yang terkait dengan perbankan, efek, dan lembaga investasi, khususnya yang terkait dengan perusahaan asuransi dan program pensiun yang dikelola oleh pihak swasta. Selain itu, OECD memfasilitasi dialog tentang kebijakan dan saling berbagi pengalaman tentang reformasi pasar modal, pendidikan keuangan dan perlindungan konsumen keuangan. Berbagai temuan utama OECD dipublikasikan setiap dua tahun sekali dalam Tren Pasar Keuangan (Financial Market Trends) dan, sejak tahun 2015, dalam Outlook Bisnis dan Keuangan (Business and Finance Outlook).

Indonesia adalah Peserta dalam Komite untuk Pasar Keuangan dan Komite Pensiun Swasta dan Asuransi OECD, serta badan pembantu dari Komite tersebut. Melalui kemitraan dengan OECD, Komite APEC Tiongkok Tahun 2014 dan Dewan Penasihat Usaha APEC, Kementerian Keuangan Indonesia menjadi tuan rumah bersama dalam Seminar APEC tentang Pembiayaan Risiko Bencana di Kawasan Asia-Pasifik yang diselenggarakan di Yogyakarta, Indonesia, pada bulan Juni 2014. Laporan yang merangkum hasil seminar tersebut diterbitkan pada Desember 2014. Pihak berwenang di Indonesia juga menjadi tuan rumah dalam Seminar APEC/OECD tentang Pembiayaan Infrastruktur pada bulan Agustus 2013. Kerja sama lebih lanjut terkait berbagai permasalahan di bidang keuangan yang semakin luas, misalnya pendanaan UKM, telah direncanakan bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan dan institusi lainnya.

www.oecd.org/daf/finPINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

Page 28: AKTIF BERSAMA

Rencana Induk Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 menyoroti perlunya meningkatkan investasi infrastruktur dalam rangka memperkuat konektivitas dan mempercepat pembangunan sosial dan ekonomi. Kemitraan swasta publik (Public-Private Partnerships/PPPs) merupakan perangkat penting bagi para pembuat keputusan untuk mempercepat pengadaan infrastruktur. Dengan memanfaatkan keahlian sektor swasta dan mengalokasikan risiko secara tepat antara pihak publik dan swasta, pemerintah dapat memastikan diperolehnya hasil yang sepadan dengan uang yang dibelanjakan.

Masyarakat Indonesia yang berkembang dengan pesat memerlukan peningkatan investasi dalam infrastruktur. Hal tersebut diperlukan terkait dengan infrastruktur sosial serta infrastruktur ekonomi. Meskipun anggaran tahunan pemerintah dapat membiayai sebagian besar proyek tersebut, pembiayaan swasta berdasarkan ketentuan kemitraan swasta-publik akan memiliki peran yang lebih besar di masa mendatang.

Sebagai bagian dari Kajian tentang Reformasi Peraturan Indonesia (Regulatory Reform Review of Indonesia) tahun 2012, OECD melakukan penilaian terhadap kerangka kerja Indonesia dalam mengembangkan, memperoleh dan mengelola PPP. Berbagai kesimpulan dalam laporan tersebut selanjutnya memberikan dasar bagi struktur baru untuk tata kelola PPP di Indonesia, yang pada saat ini berada dalam proses pelaksanaan.

Dengan dukungan dari OECD, Sekretariat ASEAN mengembangkan Prinsip-Prinsip ASEAN untuk Kerangka PPP, yang disambut baik oleh para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Nay Pyi Taw, Myanmar pada tahun 2014. Berlandaskan pada Prinsip-Prinsip tersebut, OECD menyelenggarakan lokakarya pembangunan kapasitas dan penilaian kerangka PPP di Indonesia pada tahun 2015.

www.oecd.org/gov/budgeting/ppp.htm

Memperkuat konektivitas, penanaman modal dan kemitraan swasta-publik (public-private partnership)

26 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

Page 29: AKTIF BERSAMA

FUNGSI PASAR YANG EFISIEN . 27

FUN

GSI PA

SAR

OECD memiliki banyak kemitraan dengan sejumlah pihak yang berwenang di Indonesia dalam kebijakan pendidikan keuangan. Literasi keuangan secara luas dikenali sebagai keterampilan dasar dalam dunia di mana tanggung jawab pribadi untuk mencapai kesejahteraan keuangan menjadi semakin besar, dan lanskap keuangan yang menawarkan berbagai pilihan produk keuangan tersedia melalui beragam saluran. Karena itu, pendidikan keuangan berkualitas tinggi untuk dapat mengembangkan keterampilan tersebut dalam semua sektor di masyarakat menjadi sangat penting untuk memastikan pertumbuhan dan kemakmuran yang inklusif.

Selama bertahun-tahun, Indonesia telah secara aktif memajukan pendidikan keuangan sebagai alat yang ampuh untuk pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan, yang pada awalnya merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk keuangan inklusif. Pada 2013, Presiden Indonesia meluncurkan strategi nasional untuk pemahaman keuangan. Pengembangan

Mengembangkan pendidikan keuangan yang berkualitas

strategi tersebut dimulai dari penilaian pemahaman keuangan dalam masyarakat berdasarkan metodologi OECD, seperti dirinci dalam kontribusi Indonesia untuk publikasi G20/OECD Memajukan Strategi Nasional untuk Pendidikan Keuangan. Indonesia setelah itu juga berbagi praktik yang baik untuk Buku Pedoman Kebijakan tentang Strategi Nasional untuk Pendidikan Keuangan dari Jaringan Internasional OECD untuk Pendidikan Keuangan (OECD International Network on Financial Education-INFE), yang dikembangkan pada tahun 2015 sebagai tanggapan dari himbauan para pemimpin G20, dan bertujuan untuk ikut serta dalam studi perbandingan yang dipersiapkan oleh OECD dengan menggunakan Toolkit OECD/INFE untuk mengukur pemahaman keuangan dan keuangan yang inklusif. Selain itu, pada 2018 Indonesia akan ikut serta untuk pertama kalinya dalam komponen Pemahaman Keuangan dari Program Penilaian Siswa Internasional (Programme for International Student Assessment/PISA) OECD untuk mengukur tingkat pemahaman keuangan di antara para siswa berusia 15 tahun.

Page 30: AKTIF BERSAMA

28 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

Mengembangkan pendidikan keuangan yang berkualitas

“Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keuangan merupakan hal yang sama pentingnya dengan meningkatkan kemampuan keuangan. Masyarakat harus mengetahui tentang nilai penting dan manfaat dari akses terhadap layanan keuangan.”H.E. Dr Susilo Bambang Yudhoyono, Mantan Presiden Republik Indonesia, 2010

OECD mengembangkan alat bantu kebijakan dan panduan praktis melalui OECD/INFE dan melalui keikutsertaannya dalam kerja G20. Didirikan pada tahun 2008, OECD/INFE mengumpulkan para pakar publik dari institusi publik di lebih dari 110 ekonomi untuk melakukan kerja analisis dan mengembangkan praktik yang baik. Indonesia adalah Anggota dari Dewan Pembina OECD/INFE, dan pemimpin bersama Subgrup Ahli Pendidikan Keuangan untuk usaha Mikro, Kecil dan Menengah OECD/INFE.

Pada Juni 2016, OECD dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menandatangani nota kesepahaman untuk bekerja sama dalam berbagai isu keuangan, termasuk perlindungan konsumen keuangan, pendidikan keuangan, dan keuangan inklusif, dan isu terkait tata kelola perusahaan. OECD dan OJK menyelenggarakan bersama Seminar Regional Tingkat-tinggi tentang Pemberdayaan UKM melalui Pemahaman dan Inklusi Keuangan yang sangat sukses pada 1-2 Juni 2016, yang dihadiri lebih dari 300 peserta.

www.oecd.org/finance/financial-education

Page 31: AKTIF BERSAMA

TATA KELOLA PUBLIK DAN PERUSAHAAN . 29

TATA KELOLA PUBLIK DAN

PERUSAHAAN

Page 32: AKTIF BERSAMA

30 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

GRP adalah agenda prioritas untuk mendukung perkembangan ekonomi Indonesia dan integrasi regional ASEAN.

Pelaksanaan GRP sangat penting untuk memfasilitasi pembangunan sektor swasta dengan mengurangi beban pengaturan untuk industri dan memfasilitasi keikutsertaan usaha kecil dan menengah dalam ekonomi formal. Hal ini merupakan elemen utama dalam agenda tata kelola publik, mendukung keputusan berdasar bukti serta proses yang transparan dan dapat diprediksi. OECD memiliki keterlibatan yang sudah berjalan lama dengan Indonesia tentang reformasi pengaturan baik bilateral dan regional, melalui APEC dan ASEAN. Pada tahun 2012, Indonesia adalah negara ASEAN pertama yang menjalani Kajian Reformasi Peraturan OECD, dan pemerintahan Indonesia adalah anggota biro Jaringan GRP ASEAN-OECD. Indonesia secara rutin ikut serta dalam Komite Kebijakan Peraturan OECD dan Jaringan Pengatur Ekonomi.

Kajian Reformasi Peraturan OECD: Indonesia menyertakan rekomendasi untuk memperkuat kapasitas pemerintah untuk memastikan peraturan yang berkualitas tinggi, dan pelaksanaanya telah didukung oleh OECD dan Pemerintah Inggris. Tujuannya adalah untuk meningkatkan fungsi konsultasi publik dan pengambilan keputusan terkait peraturan, serta pengembangan Strategi Nasional dalam Reformasi Peraturan Indonesia.

Komite dan Jaringan OECD saat ini tengah memberikan masukan untuk program penyederhanaan administratif Pemerintahan Indonesia yang sedang digalakkan dalam rangka mengurangi 42.000 peraturan menjadi setengahnya pada akhir 2016.

www.oecd.org/gov/regulatory-policywww.oecd.org/gov/regulatory-policy/southeast-asia.htmwww.oecd.org/gov/regulatory-policy/grpn.htm

Pelaksanaan reformasi pengaturan: praktik pengaturan baik (GRP)

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

L Agus Martowardojo, Menteri Keuangan Indonesia dan Angel Gurría, Sekretaris Jenderal OECD pada saat penandatanganan Convention on Mutual Administrative Assistance in Tax Matters (Konvensi tentang Bantuan Administratif Bersama dalam Bidang Perpajakan), G20 Cannes, November 2011, Cannes, Perancis. Foto: Kantor Kepresidenan Republik Perancis.

Page 33: AKTIF BERSAMA

kebijakan dan praktik open government di Indonesia serta memberikan rekomendasi yang dapat dilaksanakan tentang cara meningkatkan reformasi di sektor publik yang sedang berjalan; dan Jaringan Kerja Pemerintahan yang Terbuka dan Inovatif di Asia Tenggara (Network on Open and Innovative Government in Southeast Asia). Jaringan yang turut diketuai oleh Indonesia ini mendorong dialog kebijakan, alih pengetahuan dan pertukaran praktik yang baik antara OECD dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara dalam bidang pemerintahan digital, pemerintahan terbuka, inovasi di sektor publik, dan keterlibatan masyarakat dalam pembuatan kebijakan.

www.oecd.org/gov

Menyosialisasikan pemerintahan terbuka

TATA K

ELOLA

Reformasi di sektor publik – yang diilhami oleh prinsip keterbukaan, akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi warga negara dalam perumusan kebijakan – memperkuat kepercayaan terhadap pemerintah Indonesia dan meningkatkan pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Kebijakan pemerintahan terbuka atau open government merupakan instrumen yang efektif dalam rangka penyediaan layanan publik, dan dalam hubungan antara pembuat kebijakan, warga negara, dan dunia usaha.

Dalam sepuluh tahun terakhir, melalui komitmen untuk melaksanakan prinsip tata kelola yang baik dan sebagai anggota pendiri dari Kemitraan Pemerintahan Terbuka, Indonesia telah menunjukkan minat yang besar dalam mensosialisasikan prinsip-prinsip dan praktik pemerintahan yang terbuka di Asia Tenggara dan seluruh dunia. Lebih jauh lagi, kontribusi Indonesia untuk pengembangan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa mencerminkan perspektif uniknya terhadap bagaimana menghubungkan reformasi pemerintahan terbuka nasional dengan agenda pelengkap reformasi multi-lateral.

OECD saat ini tengah memberikan dukungan untuk pelaksanaan prinsip-prinsip pemerintahan terbuka Indonesia melalui dua proyek: Kajian Pemerintah Terbuka di Indonesia OECD (OECD’s Open Government Review of Indonesia) yang melalui mekanisme peer review OECD melakukan penilaian terhadap

TATA KELOLA PUBLIK DAN PERUSAHAAN . 31

“Hanya dengan mengadopsi prinsip-prinsip Pemerintah Terbuka pemerintah di semua tingkatan dapat membangun legitimasi dan memperkuat kepercayaan publik.”

Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, upacara Penghargaan Keterbukaan Informasi Badan Publik, 15 Desember 2015

Page 34: AKTIF BERSAMA

32 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Korupsi menimbulkan gangguan terhadap pasar, melemahkan pemerintah, meningkatkan biaya dalam menjalankan usaha, memperparah ketidakmerataan, dan mengikis upaya pembangunan berkelanjutan. Terlebih lagi, korupsi merugikan kaum yang paling miskin. Karena itu, memberantas penyuapan adalah hal yang sangat penting guna menciptakan ekonomi dunia yang lebih sehat, bersih, dan adil.

Sebagai negara dengan sektor ekonomi terbesar di Asia Tenggara, risiko korupsi di Indonesia menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap pertumbuhan dan investasi. Konvensi OECD tentang Penyuapan Pejabat Publik Asing dalam Transaksi Usaha Internasional (OECD’s Convention on Bribery of Foreign Public Officials in International Business Transactions) (“Konvensi Anti-Penyuapan”) adalah instrumen OECD terdepan dan merupakan senjata penting dalam melawan penyuapan di seluruh dunia.

Konvensi Anti-Penyuapan ini adalah perjanjian internasional yang mengikat secara hukum; berbagai negara yang mengikuti Konvensi ini setuju untuk menetapkan aksi penyuapan pejabat publik asing sebagai tindakan kriminal dalam hukum nasional mereka dan menerapkan kebijakan yang efektif dalam rangka mencegah, mendeteksi, menyelidiki, dan memberi sanksi untuk penyuapan terhadap pihak asing. Ini adalah instrumen anti-korupsi internasional pertama dan satu-satunya yang berfokus pada “sisi penyedia” dari sebuah transaksi penyuapan – orang atau entitas yang menawarkan, menjanjikan, atau memberikan suap.

Tujuan penting dari kerja sama OECD dengan Indonesia adalah persetujuan untuk menjadi pihak dalam Konvensi Anti-Penyuapan OECD. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, OECD mendukung berbagai upaya Indonesia untuk menetapkan suatu kerangka kerja legislatif dan kelembagaan yang efektif untuk memberantas penyuapan terhadap pejabat publik asing. Sebagai anggota G20, Indonesia telah menegaskan komitmennya untuk memberantas penyuapan terhadap pihak asing. Rencana Aksi Anti korupsi G20 (G20 Anti-Corruption Action Plan) Tahun 2015-2016 mendorong “keikutsertaan aktif dengan Kelompok Kerja OECD tentang Penyuapan dengan tujuan

Memberantas korupsi lintas negara

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

untuk menjajaki kemungkinan untuk mematuhi Konvensi Anti-Penyuapan OECD (OECD Anti-Bribery Convention)”.

Kelompok Kerja OECD tentang Penyuapan memantau pelaksanaan Konvensi oleh 35 Pihak OECD dan 6 Pihak non-OECD. Dengan mengikuti Konvensi ini, Indonesia akan memberi sinyal kuat dalam G20 dan akan memperkuat reputasinya di mata investor internasional. Indonesia telah secara aktif ikut serta dalam pertemuan Kelompok Kerja OECD tentang Penyuapan sejak tahun 2009. Para pejabat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Indonesia juga telah berperan serta dalam berbagai pertemuan OECD untuk pejabat penegak hukum. Lebih lanjut, OECD secara rutin menyediakan bantuan teknis yang signifikan untuk Indonesia dalam menetapkan kerangka hukum untuk mengatasi penyuapan terhadap pihak asing, termasuk melalui berbagai misi teknis. Selain itu, Indonesia juga menjadi anggota Prakarsa Anti-Korupsi untuk Asia dan Pasifik serta Bank Pembangunan Asia (ADB)/OECD (Asian Development Bank (ADB)/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia and the Pacific) sejak 2001, dan telah mengesahkan Rencana Tindakan Anti-Korupsi ADB/OECD untuk Asia dan Pasifik.

www.oecd.org/corruption www.oecd.org/corruption/asiapacific

Page 35: AKTIF BERSAMA

Sejumlah kasus terbaru di Asia Tenggara dan beberapa kawasan lainnya menunjukkan bahwa menanggapi dengan metode kasus-per-kasus bukanlah pendekatan yang efektif untuk memberantas korupsi. Sebaliknya, pemerintah dan pihak non-pemerintah harus bekerja bersama untuk membangun budaya integritas dalam berbagai sektor publik dan masyarakat. OECD mengajukan Rekomendasi tentang Integritas Publik (Recommendation on Public Integrity) yang mewujudkan pendekatan pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan terhadap integritas, membantu pembuat kebijakan mengarus utamakan dan melaksanakan reformasi anti-korupsi di pemerintah.

OECD mendukung Indonesia dalam memastikan sistem integritas yang koheren dan komprehensif dalam pemerintahan, mengatasi area risiko seperti konflik kepentingan, lobi, dan tangkapan kebijakan. Dalam kemitraan erat dengan Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), OECD melaksanakan kajian integritas untuk memperkuat reformasi dan langkah anti-korupsi seiring dengan Strategi Anti-Korupsi Nasional. Kajian integritas ini adalah sarana yang baik untuk menghubungkan Indonesia dengan para pakar integritas dari berbagai negara OECD, dan kajian ini juga berperan sebagai latihan penyelidikan suatu negara dalam kerangka kerja Prakarsa Anti-Korupsi untuk Asia dan Pasifik Bank Pembangunan Asia (ADB)/OECD, di mana Indonesia adalah salah satu anggota aktifnya.

Pengadaan publik telah diidentifikasi sebagai area risiko spesifik di Indonesia. Indonesia diundang untuk ikut serta dalam pertemuan Partai Kerja Praktisi Terdepan Pengadaan Publik (LPP) dari OECD, yang menyediakan forum untuk mendiskusikan berbagai pilihan kebijakan dan memastikan peningkatan yang berkelanjutan dalam pengadaan publik. Topik untuk kolaborasi antara Indonesia dan OECD mencakup pengadaan elektronik (e-procurement), transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pengadaan publik, dan pengelolaan proses pengadaan publik yang rumit terkait dengan infrastruktur besar.  

Memupuk budaya integritas di Indonesia

Dalam area risiko integritas bea cukai, Indonesia telah berkontribusi pada Kompilasi Praktik yang Baik untuk Integritas Bea Cukai G20, disusun oleh OECD dalam kemitraan, dengan berbagi langkah-langkah transparansi dan akuntabilitas yang relevan dalam bea cukai. Bersama dengan data terbuka dan transparansi anggaran, integritas dalam bea cukai adalah bidang fokus untuk Kelompok Kerja Anti-Korupsi G20.

www.oecd.org/gov/ethics/publicsectorintegrityreviews.htm

TATA KELOLA PUBLIK DAN PERUSAHAAN . 33

TATA K

ELOLA

PINDAI UNTUK

MEMBACA LAPORAN

Page 36: AKTIF BERSAMA

34 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

OECD memegang peran utama dalam pengembangan standar dan pedoman perpajakan internasional sebagaimana yang tercermin dalam dukungan internasional yang kuat untuk berbagai instrumen utama tentang transparansi dan melawan pengelakan dan penghindaran pajak.

Kementerian Keuangan Indonesia dan OECD menandatangani Nota Kesepahaman (MOU) pada November 2013, yang telah memfasilitasi penerapan program kegiatan-kegiatan teknis dengan program yang terstruktur. Indonesia telah memainkan peran kunci dalam mengembangkan dialog tentang isu perpajakan di Asia Tenggara, sebagai contoh, dengan menyelenggarakan serta turut memimpin pertemuan regional tentang Erosi Dasar dan Pergeseran Laba (Base Erosion and Profit Shifting/BEPS) pada bulan November 2015. Selain itu, Indonesia memainkan peran penting dalam Komite Urusan Fiskal sebagai Peserta dari OECD.

Pada pertengahan tahun 2013, OECD dan para Anggota G20, termasuk Indonesia, menyetujui Rencana Aksi BEPS, untuk memastikan bahwa peraturan perpajakan internasional tidak

Meningkatkan transparansi dan kepatuhan pajak

dapat digunakan untuk memfasilitasi pemindahan keuntungan korporasi, menjauh dari tempat di mana aktivitas ekonomi dan penciptaan nilai yang sebenarnya terjadi. Laporan akhir dikeluarkan pada Oktober 2015 dan kemudian disahkan oleh para menteri dan pemimpin Keuangan G20. Fokus sekarang ada pada penerapan BEPS, dan Kerangka Inklusif tentang BEPS baru yang diluncurkan pada bulan Juni 2016 dengan tujuan untuk terlibat dengan semua negara yang tertarik secara setara dalam proses pelaksanaan, pemantauan, dan pengaturan standar yang tersisa. Indonesia adalah salah satu dari 83 negara dan yurisdiksi yang telah bergabung sebagai anggota dari Kerangka Kerja Inklusif untuk menerapkan program ini.

Forum Global tentang Transparansi dan Pertukaran Informasi untuk Keperluan Pajak (Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes) mempertemukan 134 yurisdiksi, termasuk seluruh negara Anggota OECD dan G20, pusat-pusat keuangan dan lebih dari 60 negara berkembang. Indonesia, anggota sejak tahun 2009, menjadi tuan rumah Pertemuan Forum Global tentang Transparansi dan Pertukaran Informasi untuk Keperluan Pajak ke 6 pada November 2013. Indonesia menandatangani Konvensi OECD tentang Bantuan Timbal Balik Administratif dalam Urusan Perpajakan pada tahun 2011 dan kesepakatan tersebut mulai diberlakukan pada 1 Mei 2015.

Pada bulan Mei 2014, Indonesia, bersama dengan semua negara OECD dan G20 mengikuti Deklarasi OECD tentang Pertukaran Informasi secara Otomatis (OECD’s Declaration on Automatic Exchange of Information), berkomitmen untuk menerapkan standar yang baru. Bersama dengan para mitra G20, Indonesia telah berkomitmen terhadap jadwal waktu pelaksanaan yang ambisius di mana pertukaran pertama akan dilaksanakan pada tahun 2017 dan 2018.

www.oecd.org/taxwww.oecd.org/tax/beps.htmwww.oecd.org/tax/transparency

L Pertemuan Komite Teknis Asia-Pasifik tentang BEPS – Yogyakarta – 2015.

Page 37: AKTIF BERSAMA

Salah satu prioritas Indonesia adalah meningkatkan iklim investasi Indonesia untuk menarik lebih banyak investor asing dan domestik.

Tingkat kepatuhan perusahaan terhadap prinsip yang diakui secara internasional tentang tata kelola perusahaan merupakan hal yang menentukan keputusan investasi, memengaruhi kepercayaan investor, biaya modal, dan kemampuan perusahaan untuk mengakses pendanaan dari kelompok investor yang lebih besar. OECD telah menjalin kerja sama erat dengan Indonesia untuk mendukung upaya reformasi di negara tersebut serta memperoleh manfaat dari pengalaman tersebut. Kerja sama tersebut dilaksanakan melalui Komite Tata Kelola Perusahaan OECD (OECD Corporate Governance Committee), Pertemuan Meja Bundar Asia tentang Tata Kelola Perusahaan (Asian Roundtable on Corporate Governance), Prakarsa Tata Kelola Perusahaan OECD-Asia Tenggara dan Dialog Kebijakan Indonesia-OECD tentang Tata Kelola Perusahaan.

Prinsip Tata Kelola Perusahaan G20/OECD merupakan acuan utama dalam pekerjaan tersebut. Pada tahun 2014, OECD melaksanakan kajian terhadap Prinsip-Prinsip tersebut dan Indonesia ikut serta sebagai Rekan, untuk memastikan agar standar yang terbaru benar-benar mencerminkan perspektif internasional. Indonesia telah diundang untuk berpartisipasi dalam usaha pengumpulan informasi dan data oleh Komite, seperti Buku Fakta Tata Kelola Perusahaan OECD dan laporan perkembangan Rekomendasi Gender OECD yang menangani persoalan wanita dalam dewan dan manajemen senior.

Tahap pertama dalam Dialog Kebijakan Indonesia-OECD dipusatkan pada peningkatan pengungkapan kepemilikan dan pengendalian dengan manfaat (beneficial ownership and control) sebagai bagian dari upaya menyeluruh untuk meningkatkan standar dan praktik tata kelola perusahaan di Indonesia. Pada tahun 2013, laporan tentang Pengungkapan Kepemilikan dan Pengendalian dengan Manfaat di Indonesia: Pilihan Kebijakan untuk Indonesia disetujui dalam dasar konsensus. Laporan tersebut menilai biaya, manfaat, dan kepraktisan dari

Meningkatkan mutu tata kelola perusahaan

berbagai pendekatan kebijakan dan pilihan yang disarankan untuk mengenali lebih baik pemilik manfaat sebenarnya di Indonesia. Laporan ini telah menjadi sarana penting dalam mendukung perkembangan kebijakan untuk meningkatkan akses ke informasi yang dapat diandalkan tentang kepemilikan, termasuk identitas pemilik yang memegang kendali, dan struktur kendali perusahaan yang didaftarkan di Indonesia.

Tahap kedua dari Dialog tersebut difokuskan pada permasalahan aturan yang transparan dan adil yang mengatur kedisiplinan pasar, khususnya back-door listing. Seminar untuk pertukaran praktik yang baik dan kebijakan tentang backdoor listings diadakan dalam periode dua tahun. Laporan Meningkatkan Tata Kelola Perusahaan di Indonesia: Pilihan Kebijakan dan Strategi Peraturan untuk Mengatasi Backdoor Listings diterbitkan pada tahun 2016, menawarkan panduan kepada pembuat kebijakan dan peraturan untuk memastikan fungsi pasar yang transparan dan efisien untuk pengendalian perusahaan serta pengembangan dan pertumbuhan pasar secara keseluruhan.

Tahap ketiga berfokus pada tata kelola perusahaan dari para konglomerat keuangan. Fase ketiga ini hadir saat peraturan baru untuk mengelola risiko keuangan sistematis bagi konglomerat diberlakukan. Pertemuan pakar teknis diselenggarakan di kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia di Jakarta pada Desember 2015.

www.oecd.org/corporatewww.oecd.org/gender

TATA KELOLA PUBLIK DAN PERUSAHAAN . 35

TATA K

ELOLA

Page 38: AKTIF BERSAMA

[

36 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

PENGEMBANGAN LAPANGAN KERJA DAN

PEMBANGUNAN SOSIAL

Page 39: AKTIF BERSAMA

[

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai cakupan kesehatan yang menyeluruh pada tahun 2019. OECD memberikan saran tentang cara mengukur kemajuan menuju sasaran penting tersebut, termasuk melalui penelusuran tentang bagaimana membelanjakan uang serta menilai mutu produk dan layanan kesehatan.

Salah satu dimensi penting dari cakupan kesehatan adalah akses kepada produk farmasi. Indonesia telah berpartisipasi dalam dua pertemuan pertama jaringan pakar Asia/Pasifik tentang Akses kepada Obat-Obatan berdasarkan Cakupan Kesehatan yang Menyeluruh (Asia-Pacific expert network on Access to Medicines under Universal Health Coverage) yang diselenggarakan pada tahun 2014 dan 2015, serta pelatihan global pertama tentang cara penggunaan yang lebih baik atas data akun kesehatan untuk menyampaikan informasi kepada para pembuat kebijakan, yang diselenggarakan di Paris pada bulan April 2014.

Dalam kolaborasi dengan Kantor Regional Organisasi Kesehatan Dunia untuk Asia Tenggara dan Bank Dunia, kerja sama antara OECD dan Indonesia difokuskan pada peningkatan informasi kesehatan. Data statistik kesehatan Indonesia juga dipaparkan dalam Sekilas tentang Kesehatan Asia/Pasifik (Health at a Glance-Asia/Pacific) edisi tahun 2014. Laporan ini menawarkan kerangka kerja yang komprehensif untuk memantau serta mengevaluasi kinerja sistem kesehatan untuk 27 negara Asia Pasifik. Laporan tersebut menunjukkan bahwa persentase belanja negara untuk sektor kesehatan terhadap PDB di Indonesia masih sangat rendah pada tahun 2012 yaitu 3% (dibandingkan dengan rata-rata 4,6% di Asia), meski pun angka tersebut telah meningkat lebih dari satu persen selama jangka waktu 12 tahun terakhir. Dua per lima dari total belanja kesehatan berasal dari sumber umum pemerintah pada tahun 2012.

Menuju cakupan kesehatan yang menyeluruh

SOCIA

L DEV

ELOPM

ENT

PENGEMBANGAN LAPANGAN KERJA DAN PEMBANGUNAN SOSIAL . 37

PEMB

AN

GU

NA

N SO

SIAL

PINDAI UNTUK

MEMBACA LAPORAN

Page 40: AKTIF BERSAMA

Indonesia telah mengatasi ketidaksetaraan gender dengan melakukan berbagai upaya reformasi, seperti menerapkan kuota perempuan dalam struktur partai politik di tingkat nasional dan daerah. Meski demikian, perubahan lebih lanjut diperlukan mengingat bahwa keterlibatan perempuan dalam kehidupan politik dan publik masih rendah.

OECD berupaya untuk meningkatkan serta memajukan kebijakan kesetaraan gender dalam perekonomian negara Anggota maupun non-Anggota OECD. Pada tahun 2010, OECD meluncurkan Prakarsa Gender OECD (OECD Gender Initiative) untuk memperkuat kesetaraan gender di bidang pendidikan, lapangan kerja, dan kewirausahaan, dan diskusi mengenai isu-isu ini dengan fokus pada kawasan Asia/Pasifik disertakan dalam Sekilas tentang Masyarakat: Asia/Pasifik 2014.

Memajukan kesetaraan gender

Program Regional Asia Tenggara OECD pada saat ini tengah mengembangkan prakarsa terarah yang akan difokuskan pada permasalahan gender yang bersifat khusus dalam kawasan tersebut, termasuk di Indonesia, dan upaya dukungan lebih lanjut untuk meningkatkan kesempatan ekonomi bagi perempuan melalui kerja sama dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN).

Indeks Institusi Sosial dan Gender (Social Institutions and Gender Index/SIGI), dari OECD, yang diluncurkan pada tahun 2009, merupakan database tentang institusi sosial yang diskriminatif yang menghambat wanita untuk ikut serta secara penuh dalam masyarakat. Database ini dilengkapi dengan profil mendalam tentang lebih dari 160 negara di seluruh dunia,

Sudirman Said, Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Indonesia dan Maria van

38 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Page 41: AKTIF BERSAMA

Program Regional Asia Tenggara OECD pada saat ini tengah mengembangkan prakarsa terarah yang akan difokuskan pada permasalahan gender yang bersifat khusus dalam kawasan tersebut, termasuk di Indonesia, dan upaya dukungan lebih lanjut untuk meningkatkan kesempatan ekonomi bagi perempuan melalui kerja sama dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN).

Indeks Institusi Sosial dan Gender (Social Institutions and Gender Index/SIGI), dari OECD, yang diluncurkan pada tahun 2009, merupakan database tentang institusi sosial yang diskriminatif yang menghambat wanita untuk ikut serta secara penuh dalam masyarakat. Database ini dilengkapi dengan profil mendalam tentang lebih dari 160 negara di seluruh dunia,

Sudirman Said, Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Indonesia dan Maria van

PENGEMBANGAN LAPANGAN KERJA DAN PEMBANGUNAN SOSIAL . 39

PEMB

AN

GU

NA

N SO

SIAL

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

termasuk Indonesia. Menurut SIGI terbaru tahun 2014, Indonesia berada pada tingkat menengah untuk diskriminasi terhadap wanita, di peringkat 53 dari 108. SIGI menemukan institusi sosial yang diskriminatif dalam lima bidang: pengambilan keputusan dalam keluarga, preferensi terhadap anak laki-laki, akses yang aman kepada lahan dan aset, kebebasan sipil, dan kekerasan terhadap perempuan. Berbagai variabel digunakan untuk menganalisa keberadaan undang-undang, praktik dan sikap yang digunakan untuk secara holistik mengidentifikasi tindak diskriminasi terhadap perempuan. SIGI, yang diperbarui secara rutin, di mana edisi ketiganya diterbitkan pada bulan November 2014, merupakan satu-satunya database yang menyediakan data tren yang kuat tentang institusi sosial yang diskriminatif.

Laporan tahun 2014 tentang Perempuan, Pemerintah dan Pembuatan Kebijakan di Negara-negara OECD: Mengembangkan Keragaman untuk Pertumbuhan Inklusif menghadirkan data komparatif dan tolok ukur kebijakan tentang akses perempuan pada peranan sebagai penentu kebijakan. Program kerja ini menjadi dasar untuk Pedoman tentang Kesetaraan Gender dalam Kehidupan Publik OECD mendatang (OECD Guidelines on Gender Equality in Public Life) dan berkontribusi pada Prakarsa Gender OECD (OECD Gender Initiative) dan Strategi Pembangunan OECD (OECD Development Strategy). Laporan tentang Memperkecil

Kesenjangan Gender: Bertindak Sekarang diterbitkan pada Desember 2012 sebagai bagian dari Prakarsa Gender OECD, bersama dengan portal Data Gender OECD baru yang mencakup anggota OECD dan Brasil, Tiongkok, India, Indonesia, Rusia, serta Afrika Selatan. Laporan ini membahas tren terbaru tentang kesetaraan gender dalam Pendidikan, Pekerjaan, dan Kewirausahaan serta mendiskusikan cara terbaik untuk memperkecil kesenjangan gender yang masih ada dalam bidang tersebut.

www.oecd.org/dev/development-gender www.genderindex.org www.oecd.org/socialwww.oecd.org/dev www.oecd.org/gender/closingthegap.htm

Page 42: AKTIF BERSAMA

Memastikan akses kepada pelatihan dan pendidikan yang berkualitas akan membantu Indonesia dalam ketersediaan keterampilan yang dibutuhkan negara ini untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Membuat sistem pendidikan yang lebih adil dan inklusif adalah aspek penentu dalam agenda saat ini terkait pendidikan dan keterampilan di Indonesia.

Indonesia telah ikut serta dalam Program untuk Penilaian Siswa Internasional (PISA) OECD yang diselenggarakan tiga tahun sekali sejak permulaannya pada tahun 2000. Hasil dari PISA 2012 mengungkapkan bahwa meski pun orang Indonesia berusia 15 tahun dapat tampil secara global dalam tingkat yang sama dengan berbagai negara dengan kelompok pendapatan yang serupa, mereka tertinggal dari para tetangga ASEAN: Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Thailand. Fakta bahwa lebih dari 75% siswa memiliki nilai di bawah Tingkat 2 dalam matematika - yang dianggap sebagai tingkat dasar kemahiran yang diperlukan untuk partisipasi penuh dalam masyarakat – menunjukkan besarnya tantangan mendatang. Mengingat bahwa 85% siswa dengan kinerja rendah datang dari latar belakang sosio-ekonomi yang kurang sejahtera, langkah-langkah untuk menaikkan kinerja akan perlu dikonsentrasikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan untuk daerah dan komunitas yang paling miskin.

Program Kajian Internasional atas Kompetensi Orang Dewasa OECD Pendidikan di Indonesia: Menghadapi Tantangan (Education in Indonesia: Rising to the Challenge), mengukur keterampilan dasar kemampuan membaca, kemampuan berhitung, dan memecahkan masalah dalam populasi orang dewasa. Indonesia (Jakarta) ikut serta dalam putaran kedua survei dan hasilnya dikeluarkan pada bulan Juni 2016. Meskipun Indonesia tidak tampil sebaik negara-negara yang lainnya – kebanyakan negara dengan pendapatan besar – yang ikut serta dalam survei ini, bagian dari negara dengan kinerja terbaik serupa dengan apa yang terungkap di Cile dan Turki, dan sedikit lebih kecil dari bagian di Italia dan Spanyol.

Pada bulan Maret 2015, OECD menerbitkan Pendidikan di Indonesia: Menghadapi Tantangan, sebuah kajian mendalam

Mengembangkan keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan

tentang kebijakan pendidikan nasional di Indonesia. Analisis ini memberikan perspektif tentang kebutuhan modal manusia untuk pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia dan menawarkan rekomendasi untuk penguatan sistem pendidikan.

Indonesia juga tercakup dalam Sekilas tentang Pendidikan (Education at a Glance), sebuah publikasi tahunan yang menyediakan data rinci dari sistem pendidikan di berbagai ekonomi OECD dan G20. Analisis data ini memungkinkan Indonesia untuk membandingkan sistem pendidikannya dengan sejumlah sistem pendidikan berkinerja paling tinggi di dunia.

Jaringan Kebijakan Regional Asia Tenggara tentang Pendidikan dan Keterampilan (SEARPN) OECD dibangun pada platform prakarsa Strategi Keterampilan dan Ketenagakerjaan di Asia Tenggara (ESSSA) OECD, yang telah menghubungkan kementerian bidang keterampilan dan tenaga kerja dari Negara-Negara Anggota ASEAN sejak 2008. Indonesia telah secara aktif ikut serta dalam pertemuan Jaringan Pakar Tahunan yang menghadirkan pejabat pemerintah senior dari ASEAN, serta mitra dari kawasan tersebut, untuk memperdalam pertukaran dan pembelajaran regional antar negara. Pertemuan Jaringan Pakar yang akan datang akan dilaksanakan pada Oktober 2016 di Cebu, Filipina.

40 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

PINDAI UNTUK MEMBACA LAPORAN

Page 43: AKTIF BERSAMA

PENGEMBANGAN LAPANGAN KERJA DAN PEMBANGUNAN SOSIAL . 41

Ketidaksetaraan yang besar akan menimbulkan tantangan ekonomi, politik, dan etika karena hal tersebut dapat mengakibatkan semakin banyak orang yang tertinggal dalam perekonomian yang terus berubah.

OECD telah melaksanakan kajian kualitas dari berbagai database tentang ketidakmerataan dan kemiskinan di Indonesia untuk menganalisa tren dan kelayakan penggabungan indikator ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan ke dalam database pendapatan OECD. Selain itu, analisis awal dari Survei Kehidupan Keluarga Indonesia (IFLS) RAND, yang tidak mencakup semua wilayah Indonesia namun bertujuan untuk menjadi perwakilan wilayah itu, telah dilaksanakan. Analisis IFLS bersama dengan modul Pendapatan dari SUSENAS 2005 digunakan untuk menghitung indikator ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan relatif. Temuan dari analisis data ini akan disusun ke dalam sebuah laporan tentang keseluruhan ketidakmerataan dan pertumbuhan inklusif di negara-negara yang baru berkembang. Laporan ini membahas tingkat dan tren dalam kondisi hidup, pekerjaan dan kualitas pekerjaan, pendidikan, serta kesehatan di Indonesia dan negara-negara yang baru berkembang lainnya yang terpilih. Laporan ini, yang berjudul “Ketidakmerataan dan pertumbuhan inklusif di tujuh negara yang baru berkembang terpilih “, dipublikasikan pada September 2016.

Meskipun Indonesia telah mencatatkan rata-rata pertumbuhan di atas 5% dalam dekade terakhir, meningkatkan kondisi sosial dan mengatasi ketidakmerataan tetap merupakan sebuah tantangan. Perlindungan sosial telah terbukti sebagai mekanisme efektif untuk meningkatkan keadilan dan mendukung ketahanan terhadap goncangan serta perlindungan terhadap risiko individu dan kovariat, membuatnya menjadi elemen kunci dalam upaya penanggulangan dan pengurangan kemiskinan serta untuk pertumbuhan inklusif. Untuk meningkatkan kualitas dan cakupan sistem perlindungan sosial, Indonesia ikut serta dalam Program Perlindungan Sosial Pusat Pengembangan UE-Finlandia-OECD. Proyek ini dilaksanakan di 10 negara mitra. Program ini mendukung negara untuk membangun sistem perlindungan sosial yang inklusif dan berkelanjutan. Kajian Sistem Perlindungan Sosial Indonesia direncanakan untuk 2017 melalui kerja sama erat dengan Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Indonesia. Kajian ini akan membahas program bantuan sosial, asuransi sosial, dan pasar tenaga kerja aktif serta memberi rekomendasi tentang bagaimana cara meningkatkan efektivitas program-program tersebut.

www.oecd.org/social/inequality-and-poverty.htmwww.oecd.org/dev/inclusivesocietiesanddevelopment/social-

protection.htm

Mengatasi ketidaksetaraan

PEMB

AN

GU

NA

N SO

SIAL

L Peserta dari SMERU, sebuah institusi independen untuk riset dan penelitian kebijakan publik, Juni 2014, Bandung.

Page 44: AKTIF BERSAMA

42 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

INDUSTRI DAN INOVASI

Page 45: AKTIF BERSAMA

inklusif, yang membantu negara-negara dalam menyesuaikan inovasi dan agenda-agenda pembangunan inklusif.

Ke depannya, OECD akan bekerja bersama Indonesia untuk kebijakan-kebijakan yang akan meningkatkan produktivitas UKM, sebagai bagian dari prakarsa besar dengan jangka waktu bertahun-tahun bersama negara-negara ASEAN. Pekerjaan ini akan memberikan bukti dan rekomendasi bagi Indonesia dan negara tetangga di kawasan ASEAN untuk memanfaatkan inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing bisnis.

www.oecd.org/sti/inno www.oecd.org/sti/sci-tech oe.cd/inclusive

Inovasi merupakan faktor utama untuk mewujudkan pembangunan sosial dan ekonomi yang berkesinambungan. Indonesia bekerja bersama OECD untuk meningkatkan kontribusi kebijakan terkait ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi untuk kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi inklusif.

OECD adalah pusat diskusi mengenai pola global ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (science, technology and innovation/STI) dan implikasinya untuk kebijakan STI. Indonesia ikut serta dalam Pertemuan tingkat Menteri OECD 2015 tentang Menciptakan Masa Depan Kita Bersama melalui Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi yang diselenggarakan di Daejeon, Korea, dan mengadopsi Deklarasi tingkat Menteri, di mana 52 negara berkomitmen untuk mendukung STI dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, penciptaan lapangan kerja, dan kesejahteraan yang semakin baik. Indonesia juga memberi kontribusi informasi mengenai kebijakan yang diterapkan di dalam negeri dalam publikasi unggulan OECD dwitahunan Outlook Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Industri OECD, yang pada 2016 membahas tren besar yang membentuk sistem STI di seluruh dunia.

Meningkatkan kapasitas inovasi – khususnya dalam aset berbasis pengetahuan – memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi. Indonesia adalah salah satu dari enam negara Asia Tenggara yang dibahas dalam Kajian Inovasi Asia Tenggara OECD tahun 2013. Kajian tersebut menemukan bahwa hambatan untuk kewirausahaan berisiko menghambat perkembangan ekonomi berbasis pengetahuan secara cepat, namun menjaga momentum dari sistem pendidikan tinggi yang berkembang dengan cepat akan membantu Indonesia untuk memanfaatkan potensi inovasinya dengan lebih baik. Kajian ini dilengkapi dengan penelitian pada tahun 2014 tentang Sistem Kekayaan Intelektual Nasional, Pengembangan Ekonomi dan Inovasi, yang berisi usulan mengenai bagaimana Indonesia dapat meningkatkan sistem IPR-nya untuk mendukung inovasi. Indonesia juga telah ikut serta dalam proyek OECD tentang inovasi untuk pembangunan

Membangun perekonomian berbasis pengetahuan

IND

USTRI D

AN

INO

VASI

INDUSTRI DAN INOVASI . 43

Page 46: AKTIF BERSAMA

44 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Seiring dengan meningkatnya penyebaran teknologi digital, pemerintah, pelaku usaha, dan individu semakin banyak memindahkan kegiatan mereka ke internet. Indonesia telah terlibat dengan OECD untuk memaksimalkan kesempatan digital ini.

OECD telah menjadi pemimpin dalam upaya identifikasi potensi teknologi digital untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Pada Pertemuan Tingkat Menteri terbaru tentang Ekonomi Digital: Inovasi, Pertumbuhan, dan Kemakmuran Sosial, Indonesia bergabung dengan hampir 40 negara yang mengadopsi Deklarasi Cancún. Deklarasi ini mengakui bahwa ekonomi digital adalah katalis yang kuat, namun untuk dapat memanfaatkan potensinya, suatu negara perlu mengadopsi pendekatan holistik dan melibatkan seluruh masyarakat untuk merangsang investasi dalam konektivitas broadband dengan kecepatan yang lebih tinggi, mengurangi hambatan dalam penggunaan teknologi digital, mengembangkan penelitian, inovasi dan kesempatan usaha baru, memperkuat kepercayaan, meningkatkan kualitas pekerjaan, serta memenuhi kebutuhan keterampilan.

Masa depan ekonomi digital adalah wilayah di mana OECD dan Indonesia dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, dan

Memanfaatkan teknologi digital

praktik yang baik. Kajian OECD Mengenai Inovasi di Asia Tenggara tahun 2013 menemukan bahwa peningkatan signifikan pada infrastruktur akan diperlukan untuk mewujudkan ambisi pertumbuhan Indonesia – Infrastruktur ICT khususnya terhitung buruk dibanding kebanyakan negara di kawasan ini. Salah satu jalan potensial untuk mencapai hal ini adalah usulan OECD untuk mengembangkan Toolkit Kebijakan Broadband Asia Tenggara (Southeast Asia Broadband Policy Toolkit), yang bertujuan untuk mendorong adopsi dan penggunaan broadband dengan menyediakan analisis kebijakan yang sehat dan rekomendasi yang dirancang secara khusus. Yang terpenting, proyek ini dirancang untuk mendorong pembelajaran secara timbal balik terkait kebijakan yang memanfaatkan broadband untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan sosial dan, terutama, untuk berkontribusi pada integrasi regional. Pada Juni 2016, OECD meluncurkan toolkit kebijakan tersebut untuk Negara-negara Amerika Latin dan Karibia. Melengkapi hal ini, sebagai bagian dari prakarsa besar dengan jangka waktu bertahun-tahun yang melibatkan negara-negara ASEAN, OECD akan bekerja dengan Indonesia untuk menentukan pilihan kebijakan yang dapat memaksimalkan keuntungan dari ekonomi digital dalam rangka mendorong produktivitas UKM.

www.oecd.org/internet

PINDAI UNTUK

MEMBACA LAPORAN

Page 47: AKTIF BERSAMA

OECD mendukung upaya berbagai negara untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dengan cara meningkatkan keamanan bahan kimia, membuat kebijakan pengendalian bahan kimia agar lebih transparan dan efisien, melakukan penghematan sumber daya untuk pemerintah dan industri, serta mencegah penyimpangan yang tidak perlu dalam perdagangan bahan kimia dan produk kimia.

Industri bahan kimia merupakan salah satu sektor industri terbesar di dunia. Banyak negara telah memiliki kerangka kerja peraturan untuk mengelola bahan kimia, berdasarkan pengujian dan penilaian atas dampak kesehatan dan lingkungannya. Karena sebagian besar bahan kimia yang sama diproduksi di lebih dari satu negara (atau diperdagangkan antar negara), pemerintah berbagai negara dapat menghindari pengujian yang sama secara berulang serta berbagi kewajiban untuk penilaian bahan kimia melalui OECD.

Unsur utama yang memungkinkan pemerintah untuk bekerja sama dalam hal penilaian bahan kimia adalah Penerimaan Bersama Data (Mutual Acceptance of Data/MAD) dari OECD Untuk Penilaian Bahan Kimia. MAD merupakan perjanjian multilateral yang memungkinkan hasil pengujian keamanan non-klinis yang dilakukan terhadap bahan kimia dan produk kimia, seperti bahan kimia industri dan pestisida, untuk dibagikan di antara negara-negara yang mengikuti perjanjian tersebut. Sistem MAD mengharuskan pengujian dilakukan sesuai dengan Pedoman Pengujian OECD (OECD Test Guidelines) dan Prinsip OECD tentang Praktik Laboratorium yang Baik (OECD Principles of Good Laboratory Practice/GLP). Dengan menghindari pengujian yang sama secara berulang dan memfasilitasi kerja sama dalam penilaian bahan kimia, sistem MAD menghemat pengeluaran pemerintah dan produsen bahan kimia sebesar sekitar €150 juta setiap tahun serta memfasilitasi perdagangan produk kimia dan menciptakan peluang usaha bagi laboratorium pengujian. MAD terbuka untuk negara non-anggota OECD dan, sampai dengan saat ini, Argentina, Brasil, India, Malaysia, Singapura dan Afrika Selatan telah bergabung dalam MAD dan diperkirakan bahwa Thailand, yang pada saat ini merupakan Negara yang Mengikuti Perjanjian Secara Sementara (Provisional Adherent), juga akan bergabung di masa mendatang.

www.oecd.org/ehs/mad INDUSTRI DAN INOVASI . 45

Meningkatkan keamanan bahan kimia

IND

USTRI D

AN

INO

VASI

OECD juga membantu sejumlah negara untuk memastikan keamanan produk bioteknologi modern, seperti tanaman, pohon, binatang atau mikro organisme yang direkayasa secara genetika. OECD bekerja untuk menyelaraskan pendekatan penilaian keamanan sekaligus memfasilitasi pertukaran informasi yang digunakan dalam penilaian produk-produk kimia ini, sehingga membantu negara-negara peserta untuk meningkatkan efisiensi proses penilaian risiko/keamanan serta menghemat waktu dan sumber daya.

Indonesia belum lama ini mulai berpartisipasi dalam program OECD dan menyatakan ketertarikan yang besar dalam bidang bioteknologi dan keamanan hayati. Indonesia telah membentuk Komisi Keamanan Hayati Nasional pada tahun 2010, yang bertanggung jawab langsung kepada Kantor Kepresidenan. Badan antar-kementerian ini bertanggung jawab untuk mempelajari permintaan untuk mengeluarkan produk yang direkayasa secara genetika ke lingkungan serta isu keamanan pangan dan pakan. Indonesia belum lama ini menyetujui variasi transgenik dari tebu yang dikembangkan melalui proyek riset publik, yang memiliki sifat tahan kekeringan. Besar kemungkinan proyek ini akan diikuti dengan penerapan secara komersial. www.oecd.org/biotrack

Bioteknologi

PINDAI UNTUK

MEMBACA LAPORAN

Page 48: AKTIF BERSAMA

46 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Pariwisata memiliki kontribusi ekonomi dan sosial yang penting bagi negara. Pariwisata domestik dan internasional di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dan stabil dalam beberapa tahun terakhir.

Untuk perekonomian pariwisata yang baru berkembang seperti Indonesia, pariwisata memainkan peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dengan kontribusi sebesar lebih dari 3,9% terhadap PDB dan menyumbangkan sekitar 8,4% dari lapangan kerja secara keseluruhan pada tahun 2012. Selain itu, kedatangan tamu internasional ke Indonesia telah tumbuh secara signifikan, mencapai 8,0 juta orang pada tahun 2012, yang mendatangkan pendapatan devisa sebesar US$ 9,1 miliar – tumbuh 6,6% dari tahun sebelumnya dan meningkat sebesar 19,7% dibandingkan dengan tahun 2010.

Komite Pariwisata OECD merupakan perangkat yang unik untuk kerja sama multilateral, yang bertujuan untuk memperkuat peranan kebijakan publik dan mendukung pertumbuhan ekonomi pariwisata secara berkelanjutan melalui tindakan multidisipliner. Sejak tahun 2008, Indonesia telah memainkan peranan aktif dalam berbagai kegiatan Komite Pariwisata OECD.

Publikasi unggulan Tren dan Kebijakan Pariwisata OECD Tahun 2014 (OECD Tourism Trends and Policies 2014) menganalisis kebijakan dan data statistik pariwisata di 48 negara, termasuk semua Anggota OECD dan perekonomian pariwisata yang baru berkembang seperti Indonesia

www.oecd.org/cfe/tourism

Meningkatkan pariwisata

PINDAI UNTUK

MEMBACA LAPORAN

Page 49: AKTIF BERSAMA

LINGKUNGAN HIDUP DAN

ENERGI LINGKUNGAN HIDUP DAN ENERGI . 47

Page 50: AKTIF BERSAMA

Menuju lingkungan hidup yang lebih bersih dan lebih sehat

Indonesia menghadapi berbagai tantangan lingkungan hidup yang serius terkait dengan polusi udara dan air, pengelolaan limbah, perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan menipisnya sumber daya alam, yang merupakan dampak dari pembangunan ekonomi dan urbanisasi yang pesat. OECD telah bekerja untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut selama bertahun-tahun dan mampu memberikan dukungan bagi Indonesia untuk merancang kebijakan lingkungan hidup yang efisien secara ekonomi dan efektif dalam hal lingkungan hidup.

Program Lingkungan Hidup OECD memberikan dukungan kepada para pembuat kebijakan untuk mengatasi tantangan lingkungan dengan menyediakan analisis atas aspek ekonomi dan pendanaan dari perubahan iklim, pengelolaan air, efisiensi sumber daya dan pelestarian keanekaragaman hayati. Indonesia

telah berperan serta secara aktif dalam berbagai pertemuan Komite Kebijakan Lingkungan Hidup sejak tahun 2008.

OECD berniat memperluas cakupan Database OECD tentang instrumen yang digunakan untuk kebijakan lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam, dan telah mengundang Indonesia untuk memberikan kontribusi dalam hal tersebut.

Pada tahun 2015, OECD menerbitkan sebuah kajian tentang Pemodelan Dampak Distribusi dari Reformasi Subsidi Energi: sebuah ilustrasi bersama Indonesia, untuk meneliti dampak kebijakan lingkungan hidup terhadap kemiskinan dan ketidakmerataan.

Publikasi Konsekuensi Ekonomi dari Polusi Udara Luar Ruangan tahun 2016, yang menyertakan Indonesia dalam analisis global terhadap tren polusi udara luar ruangan dan dampaknya, serta menyediakan kerangka kerja untuk menilai efek polusi udara luar ruangan pada potensi dan output ekonomi. Kerangka kerja ini bertujuan untuk membantu pembuat keputusan untuk menghitung konsekuensi lingkungan hidup dalam hal ekonomi.

www.oecd.org/environment/modelling

48 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

PINDAI UNTUK

MEMBACA LAPORAN

Page 51: AKTIF BERSAMA

Melawan perubahan iklim

Indonesia menghadapi tantangan utama dalam upaya mengurangi peningkatan emisi gas rumah kaca dan meminimalkan dampak perubahan iklim, sekaligus mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil.

Indonesia telah berperan serta secara sangat aktif pada Forum Global tentang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim—dengan menyediakan pembicara, fasilitator bersama dan makalah latar belakang. Karya OECD yang terbaru telah membahas topik yang penting bagi Indonesia, termasuk perancangan Perjanjian Paris 2015, efektivitas pendanaan iklim internasional dan meningkatkan transparansi pendanaan iklim serta upaya mitigasi.

Khususnya, laporan Mitigasi Perubahan Iklim: Kebijakan dan Kemajuan menampilkan tren dan kemajuan terkini terkait kebijakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (greenhouse gas/GHG) di Indonesia serta negara mitra lainnya dan negara-negara anggota OECD. Dilengkapi dengan profil online Indonesia yang dibuat OECD mengenai kebijakan mitigasi perubahan iklim, laporan itu menjelaskan berbagai tren penting dalam hal emisi dan energi di Indonesia. Laporan ini menganalisis tujuan dan sasaran mitigasi Indonesia, beserta kebijakan kunci untuk mengurangi emisi GHG, termasuk dari sektor

energi serta penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan (land use, land-use change and forestry/LULUCF). Laporan ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan meningkatkan pemahaman mengenai situasi di berbagai negara yang berbeda dengan menampilkan tren dan kemajuan hingga saat ini terkait kebijakan mitigasi perubahan iklim, termasuk di Indonesia.

Selain LULUCF, energi berkontribusi paling besar kepada emisi GHG di Indonesia. Pendorong utama tren ini adalah emisi dari pembakaran bahan bakar, didorong oleh pertumbuhan populasi dan ekonomi yang pesat. Karena itu, penerapan pajak energi dan kebijakan lain dalam sektor persediaan energi dapat secara signifikan memengaruhi tren emisi di Indonesia. Laporan Penerapan Pajak Atas Penggunaan Energi menjelaskan secara rinci struktur dan tingkat penerapan pajak atas penggunaan energi di Indonesia dan di negara mitra terpilih lainnya, bersama dengan negara-negara anggota OECD. Selain itu, analisis pemodelan OECD terbaru menyediakan penilaian terhadap konsekuensi makroekonomi, lingkungan hidup, dan distribusi dari reformasi subsidi energi di Indonesia.

http://www.compareyourcountry.org/cop21www.oecd.org/env/cc/ccxg.htm

LINGKUNGAN HIDUP DAN ENERGI . 49

LING

KU

NG

AN

HID

UP D

AN

ENERG

I

Page 52: AKTIF BERSAMA

50 . ACTIVE WITH INDONESIA

Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA), sebuah badan otonom dalam OECD, menyambut Indonesia sebagai Negara Asosiasi.

Indonesia merupakan konsumen energi terbesar di Asia Tenggara, dan juga eksportir energi utama. Dengan proyeksi peningkatan permintaan energi di Indonesia sebesar lebih dari 80% pada 2040, peran dan pengaruh negara ini dalam peta energi global terus berkembang. Terkait kepentingan strategis Indonesia di Asia Tenggara dan komitmennya untuk ikut serta secara aktif dalam transisi energi bersih global, IEA menyambut Indonesia sebagai Negara Asosiasi di Pertemuan Tingkat Menteri IEA pada November 2015. Bersamaan dengan itu, IEA memperbarui Program Kerja Bersama yang ketiga bersama Indonesia untuk tahun 2016-2017, yang mencakup semua aspek sektor energi termasuk minyak, gas, batu bara, energi terbarukan, efisiensi energi, teknologi energi, serta data dan statistik. Hal ini juga termasuk dalam pemindahan pekerja dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ke Divisi Efisiensi Energi IEA untuk setidaknya satu tahun.

Program bilateral IEA bersama Indonesia mencapai hasil berikut pada tahun 2015/16:

1. Pendirian Pusat Energi Bersih BaliPada Februari 2016, IEA turut menyelenggarakan Forum Energi Bersih Bali dengan Kementerian Energi Dan sumber Daya Mineral (ESDM), bersama-sama meluncurkan Pusat Unggulan Energi Bersih dan Efisiensi Energi Indonesia, yang didedikasikan untuk mendorong pengembangan energi bersih lebih jauh bagi pulau-pulau kecil dan terpencil Indonesia melalui kemitraan teknologi dan riset energi pada tingkat nasional, regional, dan internasional. IEA menandatangani Nota Kesepahaman dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk memberikan dukungan kepada Pusat

Unggulan tersebut bagi pengembangan energi terbarukan berupa masukan mengenai integrasi grid serta tentang peluang efisiensi energi.

2. Kerja sama tentang Efisiensi Energi dan Integrasi Energi TerbarukanSelain Pusat Unggulan di Bali, IEA bekerja sama dengan Indonesia dalam topik efisiensi energi dan integrasi energi terbarukan dengan mendukung peningkatan kapasitas pembuat kebijakan di Indonesia melalui keikutsertaan dalam Minggu Pelatihan Efisiensi Energi IEA di bulan Juni, serta dengan melakukan analisis tentang Indonesia dalam Laporan Pasar Terbarukan Jangka Menengah IEA 2016, dengan fokus khusus pada peran grid mini hibrid. Sistem Integrasi Unit Terbarukan dalam Divisi Energi Terbarukan IEA juga menjalankan studi kasus tentang Indonesia dalam publikasi “Generasi Mendatang Tenaga Surya dan Angin - Dari Biaya ke Nilai”, sebagai bagian dari program tentang Integrasi Grid dari Variabel Terbarukan (Grid Integration of Variable Renewables/GIVAR) dan sebagai laporan kepada Clean Energy Ministerial. Divisi Efisiensi Energi IEA juga mendukung Indonesia untuk membangun kapasitas dalam penyusunan statistik efisiensi energi, mengembangkan indikator, melaksanakan evaluasi dampak kebijakan efisiensi energi, menyesuaikan kebijakan yang telah ada dan merancang kebijakan baru untuk membantu Indonesia memenuhi target efisiensi energi 17% pada tahun 2025.

Memperkuat kemitraan global dalam energi bersih dan efisiensi energi

50 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Page 53: AKTIF BERSAMA

LINGKUNGAN HIDUP DAN ENERGI . 51

3. Kajian Kebijakan Energi IndonesiaPada tahun 2015, Direktur Eksekutif IEA meluncurkan Kajian Energi Indonesia ke-2 bersama Menteri Sudirman Said di Jakarta. Sepanjang tahun lalu Indonesia telah melaksanakan hampir 50% dari rekomendasi dalam kajian tersebut. Selain itu, saat ini IEA juga tengah berada dalam proses akhir penelitian bersama dengan pemerintah mengenai Reformasi Subsidi Bahan Bakar Fosil yang akan diluncurkan nantinya pada tahun 2016. IEA juga menerbitkan Makalah Wawasan Mengenai Pengurangan Emisi dari Pembangkit Listrik Bertenaga Bahan Bakar Fosil di Indonesia, Malaysia, dan Vietnam yang memberikan rekomendasi untuk pengembangan energi listrik bersih.

4. Lokakarya dan Pelatihan tentang Data dan Statistik EnergiPada Juni 2016, IEA dan MEMR turut menyelenggarakan lokakarya tingkat senior yang didedikasikan untuk meningkatkan pengumpulan dan pembagian data batu bara di antara badan pemerintahan Indonesia yang relevan, yang didahului dengan pelatihan tingkat kerja untuk para ahli statistik Indonesia. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Indonesia berperan serta secara aktif dalam pelatihan data dan statistik IEA yang diselenggarakan dwitahunan pada Maret dan Oktober, serta dalam pelatihan statistik online baru.

5. Kerja Sama dan Pembangunan Kapasitas Untuk Kebijakan Darurat dan Ketahanan EnergiIndonesia ikut serta dalam Pelatihan Tanggap Darurat (Emergency Response Exercise/ERE) dwitahunan IEA pada Juni 2016, bersama dengan Negara anggota IEA dan Indonesia berencana untuk meningkatkan persediaan minyaknya melalui dana ketahanan energi, dan IEA telah menawarkan dukungannya.

www.iea.org

J Sudirman Said, Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Indonesia dan Maria van Der Hoeven, Direktur Eksekutif IEA pada peluncuran Kajian Mendalam Kebijakan Energi Indonesia, Februari 2015, Jakarta.

Foto: Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Republik Indonesia.

LING

KU

NG

AN

HID

UP D

AN

ENERG

I

Page 54: AKTIF BERSAMA

52 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Keanekaragaman hayati memiliki peranan yang sangat mendasar untuk keberlanjutan kehidupan dan menyediakan layanan ekosistem yang penting, seperti penyaringan air, pemurnian udara, siklus nutrisi, dan regulasi iklim. Berbagai layanan ekosistem ini penting untuk mendukung kesejahteraan manusia dan pertumbuhan ekonomi.

Analisis kebijakan OECD berfokus pada penilaian ekonomi keanekaragaman hayati dan penggunaan instrumen ekonomi serta insentif kebijakan lain untuk mendorong konservasi dan penggunaan keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem yang terkait secara berkelanjutan.

Publikasi Meningkatkan Mekanisme Keuangan untuk Keanekaragaman Hayati (Scaling-up Finance Mechanisms for Biodiversity) tahun 2013 membahas potensi enam instrumen (termasuk reformasi fiskal lingkungan hidup, pembayaran

untuk layanan ekosistem, dan pasar untuk produk berwawasan lingkungan) untuk memobilisasi pendanaan dan bagaimana pendanaan itu dirancang dan dilaksanakan dengan sebaik mungkin supaya dapat mencapai tujuannya dengan lebih efektif. Berbagai contoh dari Indonesia di antaranya reformasi subsidi pestisida dan hutan yang berkelanjutan juga disertakan.

Pekerjaan yang sedang berjalan tentang Kawasan Laut Lindung: Ekonomi, Kebijakan, Pengelolaan membahas nilai-nilai kawasan laut lindung (marine protected areas/MPA) dan bagaimana cara agar kawasan tersebut dapat dikelola dengan lebih efektif. Pekerjaan ini, yang mengacu pada wawasan dari Indonesia, menganalisis berbagai kebijakan yang harus diberlakukan untuk memastikan konservasi dan penggunaan lingkungan laut secara berkelanjutan.

www.oecd.org/env/biodiversity

Konservasi dan penggunaan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan

Page 55: AKTIF BERSAMA

LINGKUNGAN HIDUP DAN ENERGI . 53

LING

KU

NG

AN

HID

UP D

AN

ENERG

I

Page 56: AKTIF BERSAMA

54 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Indonesia mengikuti instrumen hukum OECD berikut ini dan telah menandatangani pernyataan tentang krisis keuangan global dan kredit ekspor tahun 2009:

l Deklarasi tentang Kebijakan yang Lebih Baik untuk Mencapai Sistem Pangan Global yang Tangguh, Berkelanjutan dan Produktif (Better Policies to Achieve a Productive, Sustainable and Resilient Global Food System)

l Deklarasi Tingkat Menteri tentang Ekonomi Digital (Ministerial Declaration on the Digital Economy/Cancun Declaration)

l Deklarasi tentang Kebijakan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi untuk Zaman Digital dan Global (Declaration on Science, Technology, and Innovation Policies for the Global and Digital Age/Daejeon Declaration)

l Deklarasi tentang Pertukaran Informasi secara Otomatis terkait Urusan Perpajakan (Declaration on Automatic Exchange of Information on Tax Matters)

l Erosi Dasar dan Pergeseran Laba (Base Erosion and Profit Shifting/BEPS)

l Konvensi OECD tentang Bantuan Timbal Balik Administratif dalam Urusan Perpajakan (OECD Convention on Mutual Administrative Assistance in Tax Matters)

Lampiran

KEPATUHAN INDONESIA TERHADAP INSTRUMEN HUKUM OECD

OECD telah membuat beberapa instrumen hukum, yang berasal dari pekerjaan substantif yang dilaksanakan dalam berbagai Komite Organisasi tersebut. Instrumen tersebut dibuat berdasarkan analisis secara mendalam dan mencakup berbagai topik, mulai dari anti korupsi sampai dengan lingkungan hidup. Instrumen tersebut dapat berupa perjanjian formal yang diratifikasi oleh negara-negara, seperti Konvensi OECD tentang Melawan Penyuapan Pejabat Publik Asing dalam transaksi bisnis Internasional (OECD Convention on Combating Bribery of Foreign Public Officials in International Business Transactions), dan Kode Liberalisasi Pergerakan Modal dan Operasi Tidak Terlihat Saat ini (Codes of Liberalisation of Capital Movements and of Current Invisible Operations). Instrumen tersebut dapat juga berupa standar atau Rekomendasi, seperti Standar untuk Transparansi dan Pertukaran Informasi untuk Keperluan Pajak (Standards of Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes) dan Rekomendasi tentang Mengatasi Kolusi Tender dalam Pengadaan Publik (Recommendation on Fighting Bid Rigging in Public Procurement). Instrumen tersebut juga dapat berupa Pedoman, contohnya Pedoman untuk Perusahaan Multinasional (Guidelines for Multinational Enterprises).

L John Hutagaol (kiri), Ketua bersama konsultasi regional BEPS, dan Astera Primanto Bhakti (kanan), perwakilan Indonesia dalam pertemuan tersebut, Februari 2014, Seoul, Korea.

Page 57: AKTIF BERSAMA

LA

MPIR

AN

l Standar Internasional untuk Transparansi dan Pertukaran Informasi untuk Keperluan Pajak (International Standards for Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes)

l Deklarasi untuk Masa Depan Ekonomi Melalui Internet (Deklarasi Seoul) (Declaration for the Future of the Internet Economy/Seoul Declaration)

l Deklarasi Paris tentang Efektivitas Bantuan (Paris Declaration on Aid Effectiveness)

l Piagam Bologna tentang Kebijakan UKM (Bologna Charter on SME Policies)

l Perjanjian Otoritas Kompeten Multilateral (Multilateral Competent Authority Agreement)

l Deklarasi Tingkat Menteri Istanbul tentang Membina Pertumbuhan UKM yang Inovatif dan Kompetitif secara Internasional (Istanbul Ministerial Declaration on Fostering the Growth of Innovative and Internationally Competitive SMEs)

KEIKUTSERTAAN DALAM BADAN OECD DAN ORGANISASI

TERKAIT

Associate (Peserta Penuh):l Forum Global tentang Transparansi dan Pertukaran Informasi untuk

Keperluan Pajak (Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes)

l Dewan Pimpinan Pusat Pembangunan (Governing Board of the Development Centre)

l Proyek Kebebasan Berinvestasi, Keamanan Nasional dan Industri Strategis (Komite Investasi) (Freedom of Investment, National Security and Strategic Industries Project/Investment Committee)

l Proyek tentang Erosi Dasar dan Pergeseran Laba (Komite Urusan Fiskal) (Project on Base Erosion and Profit Shifting/Committee on Fiscal Affairs)

l Kemitraan Global untuk Kerja Sama Pembangunan yang Efektif (Global Partnership for Effective Development Co-operation)

l Kajian atas Prinsip Tata Kelola Perusahaan (Komite Tata Kelola Perusahaan) (Review of the Principles of Corporate Governance/Corporate Governance Committee)

Anggota:l Pusat Pembangunan OECD (OECD Development Centre/DEV)

l Komite Penasihat Bisnis dan Industri (Business and Industry Advisory Committee/BIAC)

Peserta:l Program Penilaian Siswa Internasional (Programme for International

Student Assessment/PISA)

l Komite Persaingan (Competition Committee)

KEIKUTSERTAAN DALAM JARINGAN OECD-ASIAl Forum Meja Bundar OECD-Asia tentang Tata Kelola Perusahaan (OECD-

Asian Roundtable on Corporate Governance)

l Seminar Regional OECD-Asia tentang Meningkatkan Transparansi dan Pemantauan Pasar Asuransi (OECD-Asia Regional Seminars on Enhancing Transparency and Monitoring of Insurance Markets)

L Pertemuan para pakar yang ke-6 dalam Prakarsa Strategi Ketenagakerjaan dan Keterampilan di Asia Tenggara, Bangkok, September 2014.

LAMPIRAN . 55

Page 58: AKTIF BERSAMA

56 . AKTIF BERSAMA INDONESIA

Temukan laporan, data dan analisis tentang Indonesia dan berbagai perekonomian terkemuka lain di dunia di OECD iLibrary, basis pengetahuan global – www.oecd-ilibrary.org

Berita dan informasi tentang pekerjaan dan acara OECD yang melibatkan Indonesia dan kawasan tersebut tersedia di http://oecd.org/indonesia/ dan http://oecd.org/fr/indonesie

Lampiran

l Prakarsa Anti-Korupsi ADB/OECD untuk Asia-Pasifik (ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for the Asia-Pacific)

l Jaringan Pejabat Senior Penganggaran untuk Asia (Network of Senior Budget Officials for Asia)

l Forum Meja Bundar OECD/ADBI tentang Migrasi Tenaga Kerja di Asia (OECD/ADBI Roundtable on Labour Migration in Asia)

l Strategi Ketenagakerjaan dan Keterampilan di Asia Tenggara (OECD Employment and Skills Strategies in Southeast Asia/ESSA)

l Forum Meja Bundar Regional Asia Bersama Pusat Pengembangan OECD-AMRO (OECD Development Centre-AMRO Joint Asian Regional Roundtable)

l Prakarsa Kerja Sama APEC-OECD tentang Reformasi Peraturan (APEC-OECD Co-operative Initiative on Regulatory Reform)

l Program Investasi ASEAN-OECD (ASEAN-OECD Investment Programme)

l Jaringan Pejabat Senior Penganggaran untuk Asia-OECD (OECD-Asian Senior Budget Officials network)

l Forum Meja Bundar OECD/ADBI tentang Reformasi Pasar Modal di Asia (OECD/ADBI Roundtable on Capital Market Reform in Asia)

l Pusat Kebijakan Korea-OECD, Program Kompetisi

DIALOG DAN DATA

Trade Union Advisory Committee (TUAC) dan Business and Industry Advisory Committee untuk OECD (BIAC) membawa perspektif mereka ke dalam dialog tentang kebijakan.

TUAC bekerja sama dengan gerakan buruh Indonesia melalui Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) untuk memastikan tersampaikannya suara para pekerja Indonesia dalam OECD. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) merupakan salah satu anggota BIAC. Melalui keterlibatannya, komunitas usaha Indonesia dapat menyumbangkan perspektif dan keahliannya dalam berbagai pembahasan kebijakan oleh BIAC dan OECD tentang berbagai permasalahan secara luas.

Pada tahun 2013, Institut Penelitian SMERU (SMERU Research Institute) dari Indonesia menjadi Mitra Pengetahuan resmi dari Forum OECD. Selain keterlibatan dalam Forum tersebut, kerja sama strategis ini memungkinkan penyelenggaraan acara dan kegiatan umum bersama.

Selain Survei Ekonomi Indonesia (Economic Survey of Indonesia) dan Outlook Ekonomi Asia Tenggara (OECD Southeast Asia Economic Outlook) yang merupakan unggulannya, OECD menerbitkan banyak laporan lainnya tentang permasalahan dan tren yang membentuk perekonomian dan masyarakat negara tersebut. Publikasi OECD, serta publikasi dari Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA), Badan Energi Nuklir (Nuclear Energy Agency/NEA), Forum Transportasi Internasional (International Transport Forum/ITF) dan Pusat Pembangunan OECD (OECD Development Centre), dapat diakses secara online melalui Pustaka OECD (OECD iLibrary).

Page 59: AKTIF BERSAMA

OECD: Jaringan Kebijakan global

Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) adalah organisasi internasional yang membantu pemerintah berbagai negara dalam mengatasi tantangan ekonomi, sosial, serta tata kelola dalam perekonomian global. OECD menyediakan kajian di mana pemerintah dapat melakukan perbandingan terhadap berbagai pengalaman kebijakan, mencari jawaban terhadap masalah bersama, mengidentifikasi praktik yang baik dan melakukan kerjasama

untuk mengoordinasikan kebijakan dalam negeri dan internasional. Anggota OECD terdiri atas negara-negara sebagai berikut: Australia, Austria, Belgia, Kanada, Cili, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Islandia, Irlandia, Israel, Italia, Jepang, Korea, Latvia, Luksemburg, Meksico, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Portugal, Republik Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat.

Brochure design by baselinearts.co.uk

Page 60: AKTIF BERSAMA

Sekretariat Hubungan GlobalOECD, 2 rue André Pascal75775 Paris Cedex 16France www.oecd.org/globalrelations [email protected] www.oecd.org/indonesia Oktober 2016