PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG...

18
RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Tahun Sidang : 2005-2006 Masa Persidangan : IV Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat dengan Dirjen Pajak Sifat Rapat : Terbuka Hari/Tanggal : Rabu, 5 Juli 2006 Waktu : Pukul 14.00 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR-RI Gd. Nusantara II Lantai I Ketua Rapat : H. Andi M. Ghalib, SH, MH Sekretaris : Dra. Damayanti Acara : 1. Kata Pengantar oleh Ketua Rapat; 2. Penjelasan oleh Dirjen Pajak 3. Tanya-jawab 4. Penutup Anggota Hadir : 35 anggota dari 50 anggota PIMPINAN 1. SUPARLAN, SH 2. MUHAMMAD SOFHIAN MILE, SH 3. H. ANDI M. GHALIB MILE, SH 4. SHIDKI WAHAB F- PG F- PDIP 5. DRS. H.M. SYARFI HUTAURUK 6. DJOKO SUBROTO 7. JOSEP A. NAE SOI 8. BUDIARSA SASTRAWINATA 9. MELCHIAS MARKUS MEKENG 10. VICTOR BUNGTILU LAISKODAT, SH 11. DRS. THEO L. SAMBUAGA 12. HJ. ELVA HARTATI, SIP. MM 13. DRS. SUWARNO 14. DRS. CYPRIANUS AOER 15. GANJAR PRANOWO 16. IR. NAZARUDIN KIEMAS 17. ALFRIDEL JINU F- PPP F- PD 18. H. USAMAH MUHAMMAD AL HADAR 19. DR. IR. ATTE SUGANDI, MM 20. H. DJOKO SUWINDI, SH 21. BOY M.W. SAUL F- PAN F- PKB 22. DRS. DEDY DJAMALUDDIN MALIK, M.Si 23. IR. TRISTANTI MITAYANI, MT 24. SUDJUD SIRADJUDDIN, SH., MH 25. H. ALI MUBARAK, AMD, PAR 26. ABDULLAH AZWAR ANAS 27. DR. H. AS HIKAM, MA, APU 28. M. HASYIM KARIM, SH F- PKS F- BPD 29. IR. H. UNTUNG WAHONO, MSI 30. H. AHMAD CHUDORI, ST 31. FAHRI HAMZAH, SE 32. DRS. ALI MOCHTAR NGABALIN, MSI 33. DRS. H. MOH. DARUS AGAP ARSIP DAN DOKUMENTASI

Transcript of PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG...

Page 1: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Tahun Sidang : 2005-2006 Masa Persidangan : IV Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat dengan Dirjen Pajak Sifat Rapat : Terbuka Hari/Tanggal : Rabu, 5 Juli 2006 Waktu : Pukul 14.00 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR-RI Gd. Nusantara II Lantai I Ketua Rapat : H. Andi M. Ghalib, SH, MH Sekretaris : Dra. Damayanti Acara : 1. Kata Pengantar oleh Ketua Rapat; 2. Penjelasan oleh Dirjen Pajak 3. Tanya-jawab 4. Penutup Anggota Hadir : 35 anggota dari 50 anggota PIMPINAN 1. SUPARLAN, SH 2. MUHAMMAD SOFHIAN MILE, SH 3. H. ANDI M. GHALIB MILE, SH 4. SHIDKI WAHAB

F- PG F- PDIP 5. DRS. H.M. SYARFI HUTAURUK 6. DJOKO SUBROTO 7. JOSEP A. NAE SOI 8. BUDIARSA SASTRAWINATA 9. MELCHIAS MARKUS MEKENG 10. VICTOR BUNGTILU LAISKODAT, SH 11. DRS. THEO L. SAMBUAGA

12. HJ. ELVA HARTATI, SIP. MM 13. DRS. SUWARNO 14. DRS. CYPRIANUS AOER 15. GANJAR PRANOWO 16. IR. NAZARUDIN KIEMAS 17. ALFRIDEL JINU

F- PPP F- PD 18. H. USAMAH MUHAMMAD AL HADAR

19. DR. IR. ATTE SUGANDI, MM 20. H. DJOKO SUWINDI, SH 21. BOY M.W. SAUL

F- PAN F- PKB 22. DRS. DEDY DJAMALUDDIN MALIK, M.Si 23. IR. TRISTANTI MITAYANI, MT 24. SUDJUD SIRADJUDDIN, SH., MH

25. H. ALI MUBARAK, AMD, PAR 26. ABDULLAH AZWAR ANAS 27. DR. H. AS HIKAM, MA, APU 28. M. HASYIM KARIM, SH

F- PKS F- BPD 29. IR. H. UNTUNG WAHONO, MSI 30. H. AHMAD CHUDORI, ST 31. FAHRI HAMZAH, SE

32. DRS. ALI MOCHTAR NGABALIN, MSI 33. DRS. H. MOH. DARUS AGAP

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 2: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

2

F- PBR F- PDS 34. H. ADE DAUD ISWANDI NASUTION

35. JEFFREY JOHANES MASSIE

ANGGOTA YANG IJIN 1. MUHAMMAD YASIN KARA, SE 2. MUSFIHIN DAHLAN 3. DRS. H. SULAEMAN EFENDI 4. H. ASEP RUCHIMAT SUDJANA 5. MARZUKI DARUSMAN, SH 6. H. AMRIS HASAN, MA 7. DRS. EKA SANTOSA 8. R.K. SEMBIRING MELIALA 9. DRS. H. SA’ADUN SYIBROMALISI 10. H. CHAIRUL ANWAR LUBIS 11. KH. AMIN BUNYAMIN, LC 12. H. NURUL QOMQR 13. DRS. ABDUL HAKAM NAJA 14. DRS. H. MUFID RAHMAT 15. DR. H. IRWAN PRAYITNO

KETUA RAPAT : H. ANDI M. GHALIB, SH, MH : Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua.

Yang terhormat Dirjen Pajak dan seluruh stafnya. Yang terhormat para Anggota Pansus. Pada hari ini kita akan mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan Dirjen Pajak. Sambil

menunggu rekan-rekan yang lain maka dengan ini Rapat Dengar Pendapat saya buka.

(RAPAT DIBUKA) Saudara Dirjen Pajak, sebetulnya rapat ini kita rencanakan minggu yang lalu tetapi karena satu dan lain hal maka baru kali inilah kita bisa mulai, dan saya kira kehadiran Saudara Dirjen bersama staf sangat kami harapkan, sangat kami nantikan, karena RUU ini kita sudah sempat dan beberapa kali menghadirkan para pakar, para orang-orang yang profesional di bidang ini termasuk juga dengan bank, tapi diketahui bahwa RUU ini terdiri dari 49 Pasal dan 13 Bab didalamnya banyak sekali masalah dimana kita membutuhkan masukan dari Saudara Dirjen sebagai bahan kita untuk membahas RUU ini agar bisa menjadi sebuah Undang-Undang yang bisa menampung semua aspirasi kita secara komprehensif. Seperti kita ketahui bahwa masalah informasi dan transaksi elektronik ini sudah merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar, mendesak, dan diperlukan oleh bangsa dan negara kita, tentunya untuk bisa memacu pembangunan ini lebih cepat lagi. Dan tentu saja dalam hal ini jajaran Dirjen Pajak sangat membutuhkan Undang-Undang ini untuk bisa lebih banyak lagi bisa menambah pendapatan/pemasukan negara melalui RUU ini nanti, karena nanti di dalam Undang-Undang ini akan kita atur semuanya. INTERUPSI

F- BPD (DRS. ALI MOCHTAR NGABALIN, M.Si) : Interupsi Pimpinan, Ali Mochtar A-12. Memungkinkan kalau Pimpinan berkenan atas persetujuan teman-teman, kalaulah memungkinkan kita bisa menyepakati rapat kita dengan Saudara Dirjen Pajak ini sampai pukul berapa, mengingat beberapa teman juga Pansus itu masih ada yang harus kita ikuti. Mohon ijin Pimpinan kalau bisa disepakati, terima kasih. KETUA RAPAT : Baik, terima kasih Saudara Ali. Saya kira Saya sangat setuju sekali karena Saya juga punya banyak acara dan Pansus lain, dan itu aspirasi yang sangat membahagiakan kita semua. Sekarang kita cari waktunya sampai

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 3: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

3

jam berapa kira-kira rekan-rekan semua, jam 4, jadi Pak Dirjen sepakat/setuju jam 4 atau waktunya masih kurang?, cukup?, cukup Pak ya.

Jadi kita sepakat sampai jam 16.00 wib, jadi mohon nanti Bapak-bapak semua yang terhormat Anggota Pansus dan yang terhormat Pak Dirjen bisa menyesuaikan waktunya. Untuk itu, untuk mempercepat waktunya mari kita dengarkan masukan dari Dirjen Pajak, saya persilahkan.

DIRJEN PAJAK : Terima kasih Bapak Ketua. Bapak-bapak Pimpinan, Ibu dan Bapak Anggota Pansus RUU Informasi dan Transaksi Elektronik yang terhormat. Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Pertama-tama perkenankan saya menyampaikan permohonan maaf pada undangan yang

lalu, kalau tidak salah tiga minggu yang lalu, saya karena baru menjadi Dirjen Pajak merasa masih ada orang-orang yang lebih tahu persoalan ini. Sehingga saya waktu itu menugaskan 3 Direktur dari Direktorat Jenderal Pajak, yaitu Direktur PPH, Direktur PPN dan Direktur Informasi Perpajakan, tapi karena terlalu percaya kepada segala sesuatu kepada ahlinya, saya lupa bahwa ini hubungan kelembagaan yang ada tata aturannya. Saya sekali lagi saya mohon maaf, bukan karena tidak merasa ini penting, justru karena merasa sangat penting saya pada waktu itu meminta teman-teman saya yang memang lebih mengetahui persoalan ini, saya betul-betul mohon dimaafkan mengenai hal itu, itu yang pertama Bapak Ketua.

Yang kedua, hari ini saya selaku Dirjen Pajak mengajak serta 2 Direktur dan 1 Kasubdit, karena Direkturnya kebetulan sedang pergi keluar kota, Pak Erwin Silitonga, dia adalah Direktur Penyuluhan Perpajakan, kemudian Pak Reza Nurkarim adalah Direktur Informasi Perpajakan yang mengurusi IT kita Pak Ketua, kemudian ada Ibu Catur Kepala Subdit Pajak Pertambahan Nilai, karena Direkturnya sedang pergi umroh kebetulan, itu barangkali yang kedua.

Yang ketiga, saya mohon ijin untuk menyampaikan/memberikan pandangan dan pendapat atas RUU ini, kami sudah menyiapkan bahannya, mudah-mudahan sudah dibagikan dan kami menjelaskan sekaligus ada penayangan, memang benar bahwa barangkali satu diantara sedikit instansi di Indonesia yang telah menggunakan instrumen elektronik, yang kalau tidak ada Undang-Undang menjadi payung hukumnya sebetulnya keabsahannya tetap menjadi masalah.

Sebagai gambaran Bapak-bapak Pimpinan, Ibu/Bapak yang terhormat, kita bisa mengijinkan dan memang menyediakan fasilitas para pembayar pajak melakukan/menyampaikan SPT-nya berdasarkan elektronik e filing kita menyebutkan. Tetapi karena belum ada dasar hukumnya kita tetap meminta dikirim juga yang hardcopy-nya dan itu kita dimarahi terus oleh para wajib pajak terutama dari negara maju, ini apa-apaan saya bilang, kita sudah diisi secara elektronik diminta lagi yang tertulis, karena belum ada dasar hukumnya Bapak-bapak dan Ibu yang terhormat kita tidak punya pilihan lain, kita terpaksa meminta juga. Itu antara lain yang sangat konkrit dan sudah berjalan, jadi bukan baru rencana Bapak Ketua, itu sudah berjalan dan banyak yang memanfaatkan pengisian secara elektronik itu.

Penjelasan ini akan kami bagi dalam tiga, atau barangkali manfaat dari RUU ini bagi Perpajakan khususnya. Yang pertama adalah, yang menyangkut administrasi perpajakan antara lain yang kami sebutkan tadi. Yang kedua, tentu saja mempermudah dan memperbaiki pelayanan kami kepada wajib pajak, karena sesungguhnya Direktorat Jenderal Pajak sudah sejak beberapa tahun ini memang memasuki wilayah dokumen secara elektronik. Kemudian itu juga tentu saja memberikan kepastian dalam law enforcement. Tanpa Undang-Undang ini Bapak-bapak Pimpinan Ibu yang terhormat, kita terus terang tetap saja tidak punya landasan hukum.

Dalam administrasi perpajakan, Undang-Undang ini nantinya diharapkan dapat menjadi landasan hukum mengenai keabsahan dokumen intern. Jadi dokumen secara internal Direktorat Jenderal Pajak itu sudah sangat mengandalkan data elektronik/dokumen elektronik. Keabsahaan dokumen intern secara hukum sehingga administrasi selain menjadi lebih efesien karena dilakukan secara elektronik, seperti konfirmasi bukti potong PPH, ini urusan uang ini Pak. Kalau landasan hukumnya tidak kuat ini bisa masalah, ini uang, faktur pajak, ini uang Pak, kemudian tentu saja laporan-laporan intern.

Berikutnya pelayanan kepada wajib pajak, kami mencoba sesederhana mungkin, kalau mau contoh sebenarnya kita sudah sangat banyak bergantung kepada IT. Undang-Undang ini nantinya Informasi dan Transaksi Elektronik ini diharapkan dapat dijadikan landasan hukum

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 4: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

4

mengenai keabsahan dokumen dari wajib pajak. Secara hukum sehingga wajib pajak cukup menyampaikan data/informasi secara eletronik seperti NPWP e-Registration, jadi orang mau mendapatkan nomor pokok wajib pajak tidak perlu lagi surat menyurat ke kantor kita, tidak perlu datang lagi ke kantor kita. Ini akan membuat kadang-kadang ini harus saya akui kadang-kadang di daerah ada saja itu orang sudah berbaik hati mau membayar pajak minta NPWP disulit-sulitin lagi sama mereka, ada itu Pak kejadian seperti itu, laporannya ada masuk. Dengan begini nggak perlu ada titik singgung antara wajib pajak dengan petugas pajak.

Yang kedua SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan) dari berapa penerimaan kita kalau mengisi penerimaan dan kewajiban pajak, ini juga sudah tersedia Pak di kita, tidak perlu harus datang ke kantor pajak, tidak perlu mengirim dengan pos, pakai elektronik saja. Ada Pak, formatnya di komputer, itu bisa diakses oleh siapa saja, bukan angan-angan itu sudah ada. Hanya saja seperti yang saya ceritakan tadi setelah dia isi, kita minta lagi yang tertulis, daftar lagi kita bilang. Karena apa, tidak ada dasar hukumnya bahwa itu sah secara hukum. Kalau nanti terjadi dispute kita tidak tahu apakah itu bisa menjadi bukti di pengadilan tetapi dengan adanya Undang-Undang ini akan jelas dasar hukumnya, ya Pak ya.

Kemudian pembukuan secara elektronik, laporan keuangan itu merupakan back up dari pengisian SPT tadi. Pembukuan itu juga itu sudah bisa di perpajakan mereka menyampaikannya secara elektronik, inipun tentu saja memerlukan landasan hukum. Dokumen pendukung lain untuk pembukuan wajib pajak kemudian permohonan keberatan kalau mereka tidak setuju misalnya bahwa mereka kurang membayar pajak. Jadi praktis sebenarnya semua proses pembayaran pajak itu dimulai dari meminta/memperoleh NPWP, menyampaikan SPT, semua dukungannya baik laporan keuangan maupun dokumen-dokumen permohonan keberatan itu di Direktorat Jenderal Pajak sampai sekarang sudah bisa dilaksanakan secara elektronik, landasan hukumnya yang tidak ada.

Didalam RUU, amandemen Undang-Undang Pajak yang baru, yang Insya Allah dalam beberapa minggu lagi akan dibahas di Pansus DPR, itu sejumlah pasal sudah memuat beberapa terminologi, beberapa pengertian mengenai transaksi elektronik ini, tetapi tetap kita menunggu Undang-Undang ini harus ada. Kalau Undang-Undang ini tidak ada apa yang kita tulis didalam RUU kita tetap tidak punya landasan hukum, untuk law enforcement Undang-Undang ini nantinya diharapkan dapat dijadikan landasan hukum mengenai keabsahan dokumen dari pihak ekstern secara hukum seperti PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang), PIB (Pemberitahuan Impor Barang), serta informasi data dan dokumen ekspor impor dari Direktorat Jenderal Bea Cukai.

Sekarang ini kita agak repot kalau Bapak mengikuti kasus restitusi pajak dalam hubungannya dengan ekspor barang, ini ada kaitannya dengan palsu memalsu dokumen disini. Insya Allah nanti kalau selain landasan hukumnya kemudian sistem di bea cukai juga sudah dibuat sedemekian rupa dan tentu saja diprotek dengan baik, kita tentu saja akan lebih aman dan lebih cepat. Kemudian informasi data penerimaan pajak dari bank, penerimaan pajak kita itu yang totalnya Insya Allah tahun depan kita berharap Direktorat Jenderal Pajak saja sudah bisa mengumpulkan 400 triliun itu dari bank semua, orang bayar ke bank, bank transfer ke Departemen Keuangan.

Informasi ini kita mempunyai sistem MP three namanya, ini kita tidak pernah menganggap ini sudah absah tapi ada sistemnya ini, setiap hari Bapak kalau mau lihat setiap hari berapa pajak yang masuk PPH, semua jenis ada, di Direktorat Jenderal Pajak, di ruangan Menteri Keuangan, di ruangan saya, di ruangan Presiden, ada itu layar besar kemudian terlihat setiap yang masuk, setiap detik ada Pak, tapi kita tetap tidak menganggap itu sebagai data yang sudah sah, kita tetap menunggu dari Dirjen Perbendaharaan bahwa sudah masuk belum uangnya, karena secara hukum landasan ini tidak cukup untuk mengatakan ini ada keabsahannya.

Beberapa pasal barangkali yang dapat kami sampaikan di dalam RUU ini, Pasal 11 ayat (1) bunyinya adalah “tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan. Aturan mengenai tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah, bermanfaat untuk penyempurnaan administrasi, pelayanan dan law enforcement”. Ini penjelasan lebih persis saja bahwa tandatangan ini memang perlu landasan hukumnya, tanda tangan elektronik itu laku tidak secara hukum. Undang-Undang inilah yang menyatakan laku/sah secara hukum. Sekarang ini biarpun sudah ditandatangani dokumen-dokumen kita, SPT kita secara elektronik, kita minta lagi, teken lagi secara hardcopy.

Kemudian Pasal 3 ayat (1)W, “penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara biasa atau dengan tanda tangan stempel atau tanda tangan elektronik

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 5: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

5

atau digital”. Kita tidak pernah merumuskan ini karena tidak layak Undang-Undang Pajak memberikan legalitas terhadap hal ini, kita hanya menyebut boleh diteken secara elektronik tetapi dimana dasar hukumnya bahwa itu sah, ya harus di Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik ini, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama, yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Di dalam Keputusan Dirjen Pajak kita juga menyebu-nyebut bukti elektronik ini, “wajib pajak wajib menyampaikan induk surat pemberitahuan yang memuat tanda tangan basah dan surat setoran pajak. Jadi harus ada tandatangan basahnya dulu dan surat setoran pajak serta bukti penerimaan secara elektronik ke kantor pelayanan pajak tempat wajib pajak terdaftar, melalui kantor pos secara tercatat atau disampaikan langsung paling lambat 14 hari sejak tanggal penyampaian surat pemberitahuan secara elektronik ”. Jadi walaupun ada pemberitahuan secara elektronik tetap ada yang lain Pak, nanti kalau Undang-Undang ini sudah berlaku kita akan merubah ini, cukup elektronik itu, selesai.

Di Undang-Undang KUP kita juga, ini ketentuan umum perpajakan Pak KUP ini (Ketentuan Umum Perpajakan) Pasal 28 ayat (2) “buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atas cara program aplikasi on line wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia, yaitu tempat kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang pribadi atau tempat kedudukan wajib pajak”. Jadi data secara elektronik inipun tentu saja perlu dasar hukum kalau ini yang dia simpan selama 10 tahun, kalau tidak dia tetap harus menyimpannya secara hardcopy yang barangkali satu lemari sendiri.

Di dalam RUU Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 1 angka 2 disebutkan “komputer adalah alat pemproses data elektronik, magnetik, optikal atau sistem yang melakukan fungsi logika, aritmatika dan penyimpanan”. Dalam Pasal 2 ayat (5) RUU PPH (Pajak Perseroan) terdapat istilah komputer dimana definisinya harus ada Undang-Undang yang mendasarinya. Kita tidak bisa Pak, masa Undang-Undang Pajak mengatur mengenai definisi komputer, itu aneh sekali, kita memang menunggu ini harus ada baru kita berjalan, pasal ini menjadi penting buat kita.

Di dalam RUU Informasi dan Transaksi Elektronik ini juga disebutkan Pasal 1 angka 11 “agen elektronik adalah perangkat dari suatu sistem elektronik yang dibuat untuk melakukan suatu tindakan terhadap suatu informasi elektronik tertentu secara otomatis yang diselenggarakan oleh seseorang”. Nah, memang ada yang mengatakan seseorang itu bisa saja berarti badan tapi kami tetap mengusulkan Pak ndak tahu apa ini redundant atau memang perlu bahwa tetap atau badan kalau dianggap. Kecuali kalau dianggap seseorang itu sudah pasti juga bisa juga berarti badan, karena apa, mengingat bahwa subyek pajak PPH itu tidak hanya orang/pribadi tetapi juga badan. Agen elektronik itu bisa macam-macam. Jadi kami mengusulkan ini ditambahi kata “atau”, atau “badan”.

Di dalam RUU PPH kita yang kami jelaskan tadi Pasal 2 ayat (5), “bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia”. Jadi perusahaannya di luar dan kegiatannya di sini, yang dapat berupa komputer atau agen elektronik, ini sudah kita muat Pak di RUU kita, atau peralatan otomatis yang dimiliki atau disewa oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan aktifitas usaha melalui website. Istilah-istilah ini semua komputer, agen elektronik yang dipakai, yang kita muat di RUU kita itu harus mengacu ke sebuah Undang-Undang yang mengatur tentang informasi teknologi yaitu RUU Informasi dan Transaksi Elektronik, kalau tidak kita tidak akan bisa memajaki ini. Dia orangnya, perusahaannya di Amerika Serikat dia kemudian menjalankan kegiatan di sini, kita tidak bisa apa-apa Pak kalau tidak ada landasan hukumnya.

Di dalam RUU PPH juga penjelasan Pasal 2 ayat (5) nya suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha, yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin-mesin, peralatan, gudang dan komputer atau agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki atau disewa oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan aktivitas usaha melalui website. Penyelenggara transaksi elektronik adalah badan atau orang pribadi yang menyelenggarakan transaksi elektronik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang, kami menyebutnya begini Pak, ternyata sedikit berbeda nama Undang-Undang nya sekarang. Kami menyebutnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Teknologi Informasi dan Undang-Undang Transaksi Elektronik. Nanti ini pasti kita ubah Pak kalau ini sudah pasti

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 6: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

6

namanya Undang-Undang Informasi danTransaksi Elektronik, kita berjaga-jaga saja pakai “dan” begini karena persiapannya tidak terlalu jauh berbeda tadinya RUU kita itu dengan RUU ini. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer atau media elektronik lainnya.

Itu Bapak Ketua, Bapak-bapak Pimpinan, Ibu dan Bapak yang terhormat, substansi-substansi yang kami anggap perlu disampaikan dan memang kami menunggu RUU ini Pak, tanpa RUU ini banyak sekali yang harus kami ulang pakai hardcopy. Tetapi dengan RUU ini banyak sekali kemudahan bagi pembayar pajak maupun bagi Direktorat Jenderal Pajak sendiri dan landasan hukumnya kita tunggu-tunggu.

Terima kasih banyak, Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT : Terima kasih kepada yang terhormat Dirjen Pajak yang telah memaparkan banyak sekali

masukan-masukan baru untuk kita semua didalam membahas RUU ini. Sebelum saya lanjutkan maka barangkali ada bagusnya saya selaku pribadi dan juga mungkin atas nama rekan-rekan Pansus menyampaikan selamat kepada Bapak Darmin Nasution yang telah menjabat baru saja sebagai Dirjen Pajak. Dan juga perlu diketahui bahwa seingat saya, saya mengenal beliau ini sejak tahun 1998 dan seringkali beliau muncul memberikan berbagai macam paparan tentang masalah keuangan ini.

Jadi sebetulnya secara garis jabatan, beliau ini sudah matang betul di dalam masalah-masalah keuangan. Sekarang tinggal garis tangan untuk menuju satu langkah lagi pada puncak karirnya di bidang keuangan, kita doakan kepada beliau. Jadi Saya kira kalau secara karier beliau ini luar biasa, dari tahun 1998 saya lihat beliau menguasai betul.

Terima kasih kepada Pak Dirjen dan saya kira beliau sudah memberikan masukan yang sangat berharga terutama di dalam masalah beliau tadi mengatakan bahwa sebagai landasan hukum maka Undang-Undang ini secara hukum dapat digunakan sebagai data/info secara elektronik untuk bisa menjadi alat bukti pembayaran pajak dan sebagainya. Termasuk juga di bidang NPWP, SPT, pembukuan elektronik, dokumen pendukung dan juga permohonan keberatan sehingga para wajib pajak tidak perlu lagi datang bertemu dengan para petugas pajak yang selama ini barangkali Pak Dirjen sudah banyak tahu bahwa kontak-kontak seperti itu bisa memberi peluang banyak hal yang bisa terjadi masalah-masalah baru. Saya kira dengan cara beginilah maka kita menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan demikian maka Undang-Undang ini sangat bermanfaat untuk memberikan support kepada Bapak selaku Dirjen di dalam memberikan kontribusi/pemasukan terhadap anggaran atau APBN kita.

Baiklah untuk menyingkat waktu saya kira mari kita mulai dengan barangkali tanggapan atau pendapat dari rekan-rekan Anggota Pansus yang terhormat, kita mulai Pak.

F- BPD (RS. ALI MOCHTAR NGABALIN, M.Si) : Saya Ali Mochtar. KETUA RAPAT : Rupanya sudah ada yang daftar Pak. Jadi yang mendaftar duluan itulah yang menjadi

prioritas pertama, Bapak termasuk pendaftar yang ketiga. Jadi mohon bersabar. Kita mulai dulu dari sebelah kanan yaitu Ibu Elva Hartati sebagai pendaftar pertama. Silahkan.

F- PDIP (Hj. ELVA HARTATI, SIP, MM) : Terima kasih Pimpinan. Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yang terhormat rekan-rekan Anggota Pansus. Yang terhormat Bapak Dirjen beserta jajarannya. Saya berterima kasih sekali mendapatkan masukan-masukan dari Bapak, kami juga

memerlukan masukan-masukan tertulis juga Pak. Yang pertama, saya akan menanyakan yaitu sistem perpajakan di Indonesia ini menganut dua sumber yaitu asas sumber dan asas domisili. Seandainya orang itu domisilinya di dua tempat, bagaimana cara WP ini membayar untuk wajib pajaknya itu karena misalnya dia bertempat di tempat yang satu dia membayar sedangkan di tempat yang satu lagi dia juga membayar. Juga tentang BUT (Bentuk Usaha Tetap) merupakan

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 7: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

7

wajib pajak luar negeri yang memperoleh penghasilan dari Indonesia dari usaha di Indonesia, itu juga bagaimana Pak.

Terus yang kedua, penghasilan yang diperoleh oleh para pihak dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha atau si pengusaha selama proses pembuatan sistem elektronik itu sendiri, itu juga bagaimana cara membayar pajak.

Yang ketiga, saya juga akan menanyakan terjadi di DPR ini sendiri tentang pembayaran wajib pajak melalui SPT itu. Mungkin sebelum beliau ini menjadi Anggota DPR RI, beliau ini mungkin ada penghasilan yang lain setelah itu mereka setiap tahun dia menyetor ke pihak perpajakan. Sedangkan sekarang beliau menjabat Anggota DPR RI juga dipotong pajaknya melalui Kesekjenan, sedangkan beliau juga pribadi sudah membayar. Sehingga rancu dengan begini Pak, beliau ini ditegor surat bahwasanya beliau tidak menyetor pajak, katanya begitu. Jadi mohon juga masukan dari Bapak mengenai dua penghasilan ini yang disetor oleh Kesekjenan dan disetor oleh pribadi, yang mana yang bisa kita pakai.

Terima kasih, Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT : Terima kasih Ibu Elva. Selanjutnya kita lanjtukan dengan dari sebelah kiri yaitu yang terhormat Saudara Ade

Daud Nasution. F- PBR (H. ADE DAUD ISWANDI NASUTION) : Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat siang, Pimpinan, kawan-kawan Anggota Pansus ITE, tamu kita Bapak Darmin

Nasution dan staf. Saya cuma mau nanya begini saja Pak, sekarang kan kita ini dalam rangka Undang-

Undang cyber atau Undang-undang IT ini, kita mau nanya saran bagaimana pengamanan karena begini, saya dengar banyak terjadi kecurangan-kecurangan di Dirjen Pajak terutama mengenai restitusi, pajak pengembalian, dan ini adalah semua adalah importir-importir tekstil yang kebetulan (maaf saja) keturunan India, kerjanya itu saja. Jadi bagaimana coba pengamanannya kedepan, nanti tolong Bapak ceritakan bagaimana supaya Undang-Undang ini bisa tidak memberikan gerap begini, karena restitusi pajak yang seperti begini pajak impor atau ekspor saya tidak tahu, ini sudah berlangsung itu begitu lama, dan saya tahu banyak memang anak buah Bapak, oknum Bapak buronan kalau kerja begini. Dan India-indianya lari, saya tahu benar, 2 bulan lalu pada lari semua, tahu-tahu Bapak cek di staf Dirjen Pajak itu saja Pak, terima kasih. Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT : Terima kasih yang terhormat Saudara Ade Daud Nasution. Selanjutnya dari sebelah kanan yang terhormat Saudara Usama Muhammad Al-Khaidar,

persilahkan. Tidak ada, baiklah kita lanjutkan dengan berikutnya yaitu yang terhormat Saudara Ali Mochtar.

F- BPD (DRS. ALI MOCHTAR NGABALIN, M.Si) : Terima kasih. Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Bapak Dirjen dan seluruh staf yang saya hormati. Ada dua hal yang harus menjadi pertimbangan ketika kita bicara tentang cyber, IT karena

ada cyber crime, karena itu mungkin kita paham benar bahwa semakin meningkat teknologi dalam pemanfaatan bagi manusia termasuk salah satu yang nanti akan dimanfaatkan itu adalah untuk Direktorat Jenderal Pajak. Saya mungkin selain tadi seperti yang disampaikan oleh penanya pertama bahwa ada alasan-alasan yang paling mendasar mungkin bisa dari sisi yuridis formal yang bisa memberikan masukan kepada Pansus, karena kita lagi-lagi ingin mengharapkan benar bahwa pada saat Pansus ini nanti setelah ditetapkan tidak ada orang yang merasa bahwa Rancangan Undang-Undang atau Undang-Undang ini akan merugikan satu pihak dan menguntungkan pihak yang lain termasuk dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pajak.

Kalau bisa saya saran ini mengenai apa yang disebut dengan certification authority, ada yang kita kenal juga dengan tandatangan apa itu (signature electronic). Ini menjadi penting karena

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 8: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

8

dengan diberlakukannya Undang-Undang ini maka seluruh transaksi kalau yang dipakai oleh Departemen Direktorat Jenderal Perpajakan maka seluruh transaksi itu akan dilakukan melalui elektronik. Itulah yang mungkin saya ingin sampaikan bahwa kalau memungkinkan dan Bapak berkenan bersama dengan Bapak-bapak para staf yang lain, kepada Pansus kemungkinan-kemungkinan atas pertimbanagn pengaturan dalam hukum pidana, tentu saya kira ada itu di kantor Bapak, karena mereka pasti paham yang terkait dengan masalah perpajakan dan masalah pengaturan terhadap hukum-hukum perdata dalam hubungannya dengan perpajakan ketika Undang-Undang ini dilakukan, transaksi elektronik ini.

Pertimbangan itu sebetulnya yang saya ingin sampaikan, kemudian ada tidak kira-kira perkiraan-perkiraan lain selain dari yang tadi Bapak presentasikan terhadap begitu canggihnya eletronik ini kemudian ada spekulasi terkait dengan certification authority tadi, khusus dalam transaksi di Direktorat Perpajakan, manakala kalau Undang-Undang ini diberlakukan. Sehingga sejak awal, sejak dini Pansus juga sebelum kita pleno, sebelum kita memberikan pandangan dari masing-masing Fraksi terhadap rancangan ini, kita bisa melengkapi supaya kita tidak boleh lagi mengulangi cara-cara kerja lama yang di sana-sini terjadi simpang siur, bertabrakan dengan hukum dan perundangan yang lain. Saya kira itu yang ingin Saya sampaikan, Terima kasih,

Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT : Terima kasih, selanjutnya di sebelah kiri saya persilahkan kepada yang terhormat Saudara

Jeffrey Massie. F- PDS (JEFFREY JOHANNES MASSIE) : Terima kasih Ketua. Pak Dirjen Pajak yang terhormat. Berdasarkan atas apa yang tadi Bapak sampaikan, saya pikir kita semua sepakat bahwa

nantinya transaksi elektronik akan jauh lebih mempermudah sistem taxion, karena semua akan terdata secara lebih akurat, mekanisme pembayarannyapun saya yakin juga akan jauh lebih rapi. Dengan kata lain efesiensi, efektifitas dari transaksi elektronik ataupun taxion secara elektronik, e-Registring dan e-filing. Itu Saya pikir akan sangat-sangat membantu, khususnya di negara sebesar ini dengan penduduk yang sedemikian banyak.

Cuma mungkin ada satu hal Pak, kembali lagi ini ke masalah infrastruktur keterbatasan di beberapa daerah yang katakanlah masih least developed atau yang remote seperti di beberapa daerah di Indonesia Timur mungkin masih belum terlalu ya kembali lagi ke masalah infrastruktur tentunya masih belum terlalu siap dibandingkan dengan-daerah di Indonesia bagian Barat. Saya yakin ini akan menjadi suatu kendala yang nantinya bakal menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar apalagi alat-alat seperti itu tentunya mungkin masih sangat-sangat unfamiliar bagi daerah yang remote. Apalagi dengan adanya sekarang masalah-masalah seperti bencana-bencana alam yang datang sewaktu-waktu tanpa bisa dideteksi, ini juga akan lebih semakin mempersulit secara infrastruktur, pengaplikasian dari e-taxion ini kalau boleh saya katakan. Mungkin ini hanya semacam konsern saja bukan semacam pertanyaan, sebaiknya kita jadikan bahan konteplasi bersama Pak, cuma itu saja tanggapan komentar saya Ketua, terima kasih

KETUA RAPAT : Terima kasih, selanjutnya kita kembali ke sebelah kanan yang terhormat Saudara

Usamah Hisyam AL-Hadar, kami persilahkan. F- PPP (H. USAMAH MUHAMMAD AL-HADAR) : Terima kasih Pimpinan. Cuma namanya salah Pak, Usamah Muhammad bukan Usamah Hisyam. F- BPD (DRS. ALI MOCHTAR NGABALIN, M.Si) : Sama-samalah P3, Usamah Hisyam kan sudah masuk Demokrat. F- PPP (H. USAMAH MUHAMMAD AL-HADAR) : Terima kasih Pimpinan. Yang terhormat Anggota Pansus, Dirjen Pajak dan staf yang saya hormati.

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 9: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

9

Saya sudah beberapa kali bertanya tetapi belum ada jawaban yang bisa pasti berkaitan dengan pajak ini. Kalau kita lihat misalkan saya sendiri punya tabungan Pak, tabungan ini selalu ada potongan bunga pajak, termasuk transaksi-transaksi kalau kita mendapat gaji dipotong pajak. Padahal kita sebagai warga negara ini harus punya NPWP secara pribadi, tetapi pajak itu tidak masuk ke NPWP, kepada saya sendiri pribadi, padahal saya nabung tapi uang saya dipotong oleh Bank. Ini uangnya masuk ke rekening siapa, apakah rekening pajaknya Bank, dan sejauh mana pihak pajak ini bisa mengontrol dana yang dimiliki oleh nasabah ini, kemudian pajaknya berapa, inikan menggunakan alat elektronik semua, data itukan bisa dibuat oleh petugas pajak, tidak mustahil akan dibuat yang tidak benar secara umum apa dia bisa mengontrol dalam hal ini, yang pertama.

Yang kedua, kaitannya dengan SMS Pak inikan marak terus sekarang ini di TV-TV inikan, tidak tahu harga SMS itu semestinya 200, dinaikkan harga premium 2000 ada yang 2500, dan jumlahnya cukup besar itu Pak, jumlahnya sesuai nggak yang dilaporkan dengan pihak pajak, saya mohon penjelasan dua hal ini Pak terima kasih.

F- PBR (H. ADE DAUD ISWANDI NASUTION) : Pimpinan, saya boleh nggak nambahin soal SMS tadi saya lupa, mumpung ada Dirjen

Pajak. KETUA RAPAT : Silahkan-silahkan. F- PBR (H. ADE DAUD ISWANDI NASUTION) : Begini Pak Darmin, saya SMS itu berapa kali saya bicara karena begini, sekarang ini kita

beli kartu prabayar, misalnya lamsam kita bayar seratus ribu, terus itu kan akan menjadi SMS, akan menjadi segala macam. Malahan di Filipina, smart card itu yang dipunyai Ayala itu sudah kaya banking, jadi kartu smart card yang prabayar itu bisa gambil uang di kampung. Jadi dalam hal ini bisa tidak sekarang Dirjen Pajak ini kita kasih jalan keluar, Bapak kan pusing-pusing Anggaran Pendidikan tidak sampai sampai 20%. Sekarang ini kantor pos bangkrut gara-gara SMS, karena nggak ada lagi yang bayar perangko, tidak ada lagi yang pakai materai.

Jadi dalam hal ini mungkin kita kasih info supaya mungkin Bapak bisa berinovasi bahwa di Filipinan sekarang sedang disurvey 1 miliar berita satu hari dengan 50 juta ponsel, itu 1 miliar itu kalau sekarang Bapak tarik 25 perak saja, TV sekarang sudah bisa bayar 2000 sampai 2500. Kalau 25 miilar satu hari satu tahun berapa itu Pak. Jadi dalam hal ini saya pikir itu mungkin hal-hal yang dalam ke depan mesti dipikirkan dan jangan lupa juga Pak bahwa kartu prabayar SMS ini sekarang menjadi alat bayar, nah pengamanan pajaknya dari situ bagaimana itu, terima kasih.

F- BPD (DRS. ALI MOCHTAR NGABALIN, M.Si) : Pimpinan, saya mau kasih pandangan sedikit kalau tidak ada penanya. Saya mau menyampaikan begini Pimpinan, kehadiran Saudara Direktur Jenderal Pajak

pada hari ini adalah paling tidak memberikan masukan kepada kita terkait dengan pembahasan Rancangan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, karena itu kalau memungkinkan saya boleh mengusulkan melalui Pimpinan agar hal-hal atau masalah atau pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan fungsi dan kewenangan beliau sebagai Dirjen Pajak itu nanti di forum yang lain, karena kita butuh waktu yang pas dan tepat untuk beliau bisa memberikan masukan berkaitan dengan hukum, dengan masalah informasi dan transaksi elektronik, bukan masalah pajak kita bicarakan di sini, minta maaf Pimpinan.

KETUA RAPAT : Terima kasih yang terhormat Saudara Ali Mochtar. Beliau ini sangat cermat di dalam melihat, biasanya tidak begitu. Kali ini cermat, terima

kasih Saudara Ali Muchtar Ngabalin, baiklah kita lanjutkan kepada yang terhormat Dr. Ir. Atte Sugandhi, MM., silahkan.

F- PD (DR. IR. ATTE SUGANDHI, MM) : Baik, terima kasih Pimpinan. Teman-teman dari Pansus ITE dan Dirjen Pajak yang Saya hormati.

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 10: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

10

Pansus ITE yang saya hormati dan saya banggakan. Ada tiga hal yang ingin kami berikan masukan untuk bisa diserap, yaitu yang sistem

pemungutan pajak dengan sistem yang on line, mengenai system information dari perpajakan, tax information system sama single identification number (SIN). Yang pertama kalau kita lihat bahwa sistem untuk pemungutan pajak itu ada 3 (tiga) hal, yaitu system official asessment, yang satu pungutan pajak yang diberikan wewenang kepada Pemerintah untuk membayar pajak. Yang kedua, system self asessment, pungutan yang diberikan wewenang kepercayaan kepada wajib pajak. Kemudian system with holding, sistem pungutan pajak yang diberi wewenang kepada pihak ketiga untuk mengambil pajak, memotong besarnya pajak.

Di sini ada beberapa pasal dari Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan PPMD Tahun 2000 yang dikatakan bahwa saat berhutang pajak atas transaksi jual beli via internet tunduk pada ketentuan ini. Di sini berbeda dengan PPH, PPN lebih bersifat tax listed sehingga untuk itu diperlukan identifikasi akurat tentang pengertian objek PPN. Berkenaan dengan PPN dapat diklasifikasikan rumusan dari office of tax policy. Yakni objek yang terkena PPN yang diberlakukan oleh pedagang elektronik, jadi banyak sekali sebagai contoh kalau Bapak kebetulan ahli dalam bidang saham yang transaksi saham on line, transaksi saham on line di sini apakah sudah ada ketentuan-ketentuan yang mengatur di sini, karena saya lihat belum sama sekali, padahal berapa transaksi dan berapa triliun setiap hari yang beredar.

Kemudian disamping itu ada juga penjualan barang eceran maupun yang besar, dimana di daerah pabean dilakukan secara on line juga atau seperti melalui e-mail, internet untuk langsung dikirim dengan memakai credit card. Kemudian perangkat lunak software, bahkan ada yang untuk economic undercover, yang sebagai contoh untuk perjudian, perjudian itu di internet ada banyak, dia untuk langganan dengan memakai kartu kredit itu bisa dilakukan. Bahkan untuk langganan Playboy dalam internet sudah bisa dilakukan di Indonesia dan itu tidak tertata dengan baik. Akhirnya devisa kita diserap tanpa melalui untuk yang dolar kita.

Kemudian banyak lagi yang lainnya seperti yang untuk jasa profesi, jasa informasi on line, kemudian pinjaman perbankan luar negeri yang melalui on line juga itu dengan beberapa yang disebutkan untuk meminjam pinjaman tanpa melalui sistem perpajakan. Pertanyaannya sampai sejauh mana Dirjen Pajak bisa mengikuti untuk masalah-masalah yang kalau saya sebut economic undercover yang jumlahnya mungkin cukup banyak, sedangkan kita membutuhkan untuk pendanaan yang cukup besar untuk bisa menambah RAPBN kedepan itu yang pertama.

Kemudian yang kedua, tadi dikatakan oleh Pak Darmin mengenai sistem informasi pajak yang sedemikian rupa, yang malahan di Kantor Kepresidenan itu sudah ada. Alangkah baiknya karena sistem itu terbuka, ditempat kamipun di DPR kalau bisa ditempatkan sistem itu, itu akan sangat baik sekali. Sehingga kami bukan saja Komisi XI atau komisi yang berhubungan dengan ekonomi tetapi yang lainnya pun bisa mengetahui dengan jelas.

Yang terakhir mengenai single identity number, mohon penjelasan. Terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih. Baiklah kita lanjutkan dengan yang terhormat Saudara Nazaruddin Kiemas. F- PDIP (IR. NAZARUDDIN KIEMAS) : Terima kasih Pimpinan Pansus dan teman-teman dari Pansus ITE. Selamat sore Pak Dirjen Pajak beserta jajarannya. Tentu dengan maksud disusunnya Undang-Undang ini secara elektronik tentu membuat

suatu sistem dimana memudahkan para wajib pajak, sehingga tadi datanya menjadi paper less, kontak manusia berkurang. Tentunya dengan adanya perubahan ini juga timbul perubahan sikap atau kerja dari aparat Dirjen Pajak sehingga mengurangi pekerjaan petugas lapangan. Apalagi RUU Pajak kemarin baru dilontarkan, petugas lapangan Bapak sebelum Pak Darmin menjadi Dirjen sudah keliling, sudah mengancam-ngancam di Kantor saya Pak.

Jadi dengan adanya sistem transaksi elektronik, tentunya akan mengurangi petugas lapangan, akibatnya juga akan terjadi juga penipuan pajak karena tidak langsung memeriksa. Jadi ada sisi negatif dan positifnya. Sejauh mana sistem ini bisa berjalan dengan baik, tetapi yang jelas Pak Dirjen tolong dalam sistem IT ini, Dirjen Pajak juga membuat database, itu surat edaran pajak dari tahun jaman Belanda sampai dengan hari ini tolonglah disusun Pak Dirjen, yang mana yang

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 11: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

11

tidak berlaku lagi, yang mana yang berlaku itu petugas lapangan bisa ambil yang tahun 1950an, kita kan awam pajak.

Jadi database perpajakan itu juga bisa diakses dari wajib pajak, apa benar saya kena pajaknya sekian. Jadi edaran Dirjen Pajak ini Pak Darmin mungkin tiap seminggu sekali ada, coba hitung ratusan surat edaran pajak. Yang mana yang belum dicabut dan mana yang sudah dicabut itu tidak jelas. Kita wajib pajak ini tidak jelas. Jadi kalau database itu kalau sudah begini, berarti transparansi sudah berjalan. Jadi Dirjen Pajak juga harus memberikan akses kepada wajib pajak dalam sistem ini untuk masuk mengetahui apa kewajiban dia, berdasarkan aturan yang mana, Keputusan Departemen Keuangan yang mana.

Kemudian sekarang pembukuan, sistem perusahaan pembukuan itukan ada dua sistem, yang mana yang digunakan oleh Dirjen Pajak kalau dalam sistem transaksi elektronik. Kalau petugas lapangan kan bisa memakai sistem ini tetapi dalam elektronik sudah tidak bisa ketemu lagi, ini juga tolong dipikirkan. Jangan nanti kalau dia melanggar Undang-Undang padahal dia pakai sistem kontinental, yang sistem Amerika dianggapnya pelanggaran pajak, jadi harus kita pikirkan Pak, saya rasa itu saja, terima kasih.

KETUA RAPAT : Terima kasih. Selanjutnya kepada yang terhormat Ali Mubarak, saya persilahkan Pak. F- PKB (H. ALI MUBARAK, AMD, PAR) : Terima kasih Pimpinan. Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saya melihat Pak, mengenai masalah dari Rancangan Undang-Undang ITE ini, kalau kita

lihat ini adalah betul-betul sangat bermanfaat apabila dilaksanakan dengan segera. Apalagi kalau kita lihat sekarang kita menuju ke masa globalisasi perdagangan, sehingga kita nanti jangan disebut negara yang tertinggal. Yang ingin saya tanyakan di sini, didalam sistem yang akan kita jalankan seperti di Brazil yang sudah dijalankan. Mereka boleh dikatakan menjalankan dengan sistem yang disebut dengan open source sehingga dalam waktu pengiriman dan sebagainya kadang-kadang publik dapat mengetahui. Disini kadang-kadang sering ada satu perlindungan yang harus dipikirkan, perlindungan terhadap customer dari pajak tersebut atau NPWP tersebut. Kira-kira bagaimana perlindungannya kalai terjadi open source ini. Ini yang kita takutkan apakah nanti akan menjadi suatu rahasia mereka bisa terbongkar. Apakah sistem yang dijalankan, apakah profit yang didapat dan sebagainya, ini bagaimana sistem koordinasi sistem open source ini, tetapi di Brazil ini sudah dijalankan Pak dengan system open source itu tadi.

Yang kedua Pak, mengenai masalah ini, memang betul perangkat hukum ini sangat menentukan. Tanpa ada tindakan hukum yang tegas semuanya akan berjalan menjadi sebuah permainan yang tidak ada tindakan untuk selanjutnya. Jadi sanksi hukum memang sangat menentukan di sini, kalau tidak ada sanksi hukum memang agak sedikit susah di sini karena di sini dalam betul transaksi elektronik itu ada beragam. Seperti transfer dana, kemudian pembayaran secara elektronik, digital money, transaksi ID juga termasuk didalamnya, termasuk pelaporan secara elektronik, juga identitas digital dalam smart card, termasuk e-mail termasuk transaksi saham on line, custodian elektronik, pengisian formulir pajak secara on line beserta penandatanganan secara elektronik. Ini di sini yang perlu dipikirkan mengenai koridor mengenai pembatasan dan ketegasan dalam penentuan hukum.

Kemudian kemarin ada kejadian mengenai masalah PIB maupun PEB, ada kejadian ada teman-teman yang mengeluh kepada kita mengenai di dalam pengisian yang sekarang dicanangkan dengan sistem elektronik, mereka tidak mencukupi spicesnya, jadi spices waktu dimasukkan kesana kadang-kadang ada barang yang diekspor itu terlalu banyak. Kadang-kadang mereka tidak mencukupi sehingga mereka menghadapi kesulitan. Hal itu perlu dipikirkan Pak, bagaimana cara mengatasinya.

Kemudian yang lainnya mengenai masalah pengiriman uang. Kalau bicara mengenai masalah pengiriman uang, kita sekarang mengeluarkan cek/uang satu juta saja diajukan materai 6000 rupiah. Padahal transaksi dengan elektronik yang berjalan dengan miliaran bagaimana pengaturannya, ada tax nya atau tidak. Ini adalah merupakan satu income yang baik untuk pajak apabila hal ini diterapkan, kalau memang bisa diterapkan cuma pengawasannya dan sebagainya

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 12: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

12

itu nah ini yang perlu dilihat, karena bagaimanapun juga kita berbicara pada masalah globalisasi. Kira-kira apakah akan diterapkan atau tidak dengan sistem tax yang dijalankan melalui elektronik.

Juga mengenai masalah restitusi pajak, kalau kita berbicara mengenai masalah restitusi pajak yang sudah dijalankan dengan sistem yang elektronik ini, kadang-kadang menjadi dilema, karena keamanan di negeri kita kadang-kadang bisa dipermainkan apalagi dalam penandatanganan, pengiriman barang yang belum ada riil dan sebagainya termasuk ini mohon maaf saya agak melenceng sedikit, saya kemarin ke Kalimantan itu ada pertambangan-pertambangan itu mereka mengeluh mengenai masalah yang disebut dengan royalti yang perlu diterima kembali oleh mereka. Waktu saya tanyakan kepada mereka kenapa Saudara tidak terima, alasan dari eksportir batubara dikarenakan restitusi pajak mereka belum diterima.

Hal ini menjadi salah satu yang dilema, yang saya tidak mengerti apakah memang penentuan pajak, mohon maaf sekali lagi saya agak melenceng kepada masalah pajak. Mengenai masalah perlindungan dan pengawasan terhadap tax yang dikenakan terhadap barang-barang yang hanya digali di sana kemudian diekspor. Kenapa mereka harus dikenakan pajak ekspor, apakah dikenakan dengan satu sistem pajak ekspor saja, apakah dilibatkan dengan pajak yang lain sehingga jangan terjadi double pajak, padahal kalau dikenakan pajak ekspor nanti ada pengembalian kedalam total restitusi pajak tadi. Di sini perlu dipikirkan secara masak supaya jangan ada alasan seperti ini mereka tidak mau mengerti alasannya “loh restitusi saya juga belum dibayar”. Ini salah satu yang sama, makanya saya mohon maaf tadi Pak, mengenai kawan-kawan sebelumnya mohon maaf karena saya sudah tanya mengenai ini kebetulan saya bisa berbicara dengan Bapak Dirjen Pajak.

Saya kira terima kasih banyak, Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. F- PD (BOY M. W. SAUL) : Interupsi Pimpinan. Ada sedikit saya bisa sambung supaya sekaligus, tadi telah disebut-sebutkan mengenai

restitusi pajak. Jadi begini apakah terpikir oleh Saudara Dirjen bahwa restitusi ini bagaimana kira-kira kedudukannya didalam Undang-Undang transaksi elektronik. Sebab kita tahu bahwa restitusi artinya pengembalian dari pajak-pajak yang telah masuk yang mereka telah laksanakan, kemudian apalagi yang berhubungan dengan ekspor. Sekarang bagaimanakah sudah dipikirkan oleh Saudara Dirjen bagaimana restitusi ini dalam sistem nanti yang akan masuk dalam transaksi elektronik, itu kira-kira tambahan saya, terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT : Baik, selanjutnya kita lanjutkan dengan pertanyaan terakhir dari 9 penanya, yaitu yang

terhormat Saudara Melchias Marcus saya persilahkan. F- PG (MELCHIAS MARCUS MEKENG) : Terima kasih Pimpinan dan rekan-rekan Pansus yang saya hormati. Pak Dirjen beserta jajarannya yang saya hormati. Pak Dirjen, transaksi elektronik ini memang salah satu tujuannya adalah untuk

mempercepat satu proses transaksi dan juga menambah proses, menambah kegiatan ekonomi. Jadi mempermudah dan mempercepat tetapi yang saya ingin tanyakan adalah transaksi yang tidak melalui elektronik saja, kita semua tahu begitu mudah orang bisa mengelabuhi dalam tanda kutip kantor pajak untuk menghindar dari pajak. Dan Bapak di sini sebagai Dirjen Pajak salah satu tujuannya adalah untuk mencari pemasukan sebanyak mungkin untuk pajak dan disetorkan untuk APBN. Yang saya khawatirkan, kalau Undang-Undang ini dibuat tetapi banyak celah yang bisa dilihat oleh “orang yang bisa” mengelabui pajak. Nah ini kira-kira apa yang Bapak bisa sampaikan celah-celah mana yang orang akan masuk, karena kalau sekarang Undang-Undang nya belum ada kalau satu orang melakukan pelanggaran mungkin bisa dijerat dengan segala macam Undang-Undang.

Tetapi kalau Undang-Undang nya sudah ada, tetapi tidak komprehensif mungkin dia akan berlindung di Undang-Undang yang kita buat itu. Nah ini bagaimana kira-kira pendapat dari pajak jangan sampai transaksi dibuat melalui elektronik memang cepat, jumlahnya besar tetapi kita dalam hal ini Bapak sebagai Dirjen Pajak tidak mendapatkan tambahan penghasilan dari pajak itu.

Nah ini, mungkin kita harus pikirkan Pak, karena dari makalah yang Bapak sampaikan di sini kelihatan Bapak tidak khawatir bahwa transaksi ini bisa menjadi satu wahana bagi mereka

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 13: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

13

yang mau melakukan transaksi tanpa membayar pajak, karena kalau dia melalui perbankan yang konvensional mungkin mudah bagi Bapak untuk melacaknya, tetapi kalau dia tidak melalui sistem yang tidak bisa dilacak inikan susah Pak. Jadi mungkin Bapak bisa memberikan masukan apa yang bisa menjadi sarana untuk jangan sampai orang berlindung terhada Undang-Undang ini untuk lari dari kewajiban pajaknya.

Itu saja Pimpinan, terima kasih. KETUA RAPAT : Terima kasih yang terhormat Dirjen Pajak, demikian ada ada 9 penanya, tentu saja beliau-

beliau ini mengharapkan tambahan masukan dari Pak Dirjen agar supaya nanti RUU ini menjadi Undang-Undang bisa lebih lengkap, sempurna dan komprehensif. Terutama menyangkut masalah positif dan negatifnya dari sistem pemungutan pajak yang tadi Bapak jelaskan, yang ditanggapi oleh para Anggota Dewan yang terhormat bisa menimbulkan masalah baru yang tentunya juga menjadi persoalan bagi Bapak untuk mengawasi para wajib pajak, yang kita tahu mereka selalu menghindar untuk membayar pajak secara elektronik juga, tetapi sangat sukar dikontrol, terima kasih, silahkan.

DIRJEN PAJAK : Terima kasih Pak Ketua, Bapak Pimpinan yang terhormat. Ada beberapa pertanyaan yang saya mau tidak mau akan minta bantuan rekan saya yang

memang menggeluti IT, kalau saya mencoba menjawabnya nanti salah Pak. Lebih baik saya mengaku lebih dulu. Ada beberapa yang memang saya kira bisa saya jelaskan lebih jauh, memang ada juga beberapa pertanyaan ini yang lebih menyangkut pajak sendiri dari IT (technology information) dan transaksi elektronik. Mengenai certification authority kemungkinan memang usulan dari Pak Ali Mochtar tadi, saya akan titip Pak Reza nanti yang akan menjelaskan nanti. Karena itu sudah masuk wilayah, walaupun setahu saya walaupun orang baru di Direktorat Jenderal Pajak, sebetulnya kita kalau soal perlindungan terhadap data kita itu persoalan IT teknis itu program IT tehnis dan sebagainya, itu tanpa Undang-Undang itu juga kita bisa melindungi itu.

Jadi di Direktorat Jenderal Pajak ada satu ruangan besar dimana ada anak-anak muda kerja 24 jam selain dengan sistem yang secara program/teknis berlapis-lapis untuk melindungi. Karena sebetulnya SPT yang kita isi itu rahasia, biarpun yang meminta Kapolri saya tidak akan berikan sebelum dia tulis si A sudah menjadi tersangka dalam kasus ini-ini, kita minta salinan SPT nya, orang yang akan menerimanya adalah Komisaris Besar Polisi ini, harus jelas, baru boleh dan itu juga nanti akan diberikan melalui Menteri Keuangan. Jadi SPT kita itu adalah rahasia, tidak boleh dibuka oleh orang lain, kalau BPK datang memeriksa kita, dia tidak boleh periksa SPT, kalau mau periksa, periksa kita pegawai pajak , jangan periksa rahasia orang, di sini ada rahasia. Kecuali yang bersangkutan jadi tersangka, baru bisa kita buka SPT nya.

Jadi dari awal kita harus merancang ini bisa dilindungi, nanti lebih teknisnya akan coba dijelaskan. Memang orang-orang IT kadang-kadang seperti seniman saya lihat, kerja 24 jam kadang-kadang, asyik itu kalau saya lihat, anak-anak muda biasanya anak-anak muda itu, kalau sudah tua seperti saya tidak mungkin kerja di situ.

F- BPD (DRS. ALI MOCHTAR NGABALIN, M.Si) : Sama di Parlemen Pak Dirjen, anak-anak muda di Parlemen juga begitu Pak. DIRJEN PAJAK : Ya, karena mereka juga selain sistem juga harus berjaga-jaga kalau gempuran hecker

mau masuk, itu harus cepat bereaksi. Jadi memang masuk ke jaman IT ini ternyata banyak sekali persyaratan yang diperlukan untuk perlindungan hardware, sistem itu sendiri, aturannya banyak sekali Pak yang harus begini, harus begitu, selain kantor ini kita harus punya back up kantor lain, ada lagi back up yang disimpan berupa data, itu berlapis-lapis Pak. Karena kalau sampai kenapa-kenapa ini jangan sampai collapse seluruh sistem kita, kalau sampai collapse perpajakan kita maka itu urusan besar, itu bencana nasional, lebih parah dari gempa bumi saya kira, kalau itu hilang. Itu sebabnya kita berlapis-lapis itu Pak, saya tidak boleh bilang dimana itu ada back upnya. Ada Pak, kita punya itu. Sehingga kita save kalaupun ini di bom orang, kita punya tempat lain yang jalan gitu Pak.

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 14: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

14

Barangkali nanti bisa ditambahkan juga mengenai pengamanan-pengamanan walaupun ada beberapa hal, kita sudah siapkan di RUU yang baru untuk menangkap/mengcover beberapa kegiatan tetapi beberapa kita belum, misalnya perjudian melalui internet. Kita belum tahu bagaimana meng-handle ini, tetapi kalau PPN nya misalnya SMS, gampang itu Pak, itu kita kenakan di kartunya, setiap kartu itu harga yang dibayar itu ada PPN nya, tidak perduli kita dibikin tarif berapa yang penting keluar dipakai sekian, uang masuk. Sedangkan badannya itu sendiri ada PPH nya. Agen pelaksana itu, ada PPH-nya, bagimana kita tahu dia bohong atau tidak, PPN dan PPH itu bisa nyambung Pak. Kalau transaksi di PPN nya ketangkap sekian banyak dia jangan ngaku bahwa dia transaksinya hanya seperempatnya. Kita bisa tahu itu bahwa you lakunya sekian banyak, jangan you mengaku omsetnya hanya seperempatnya.

Jadi saya harus mengakui beberapa kita belum bisa, tetapi beberapa yang kita lihat sehari-hari ini kita bisa menyaringnya. Di dalam RUU itu memang dengan Undang-Undang yang ada, memang beberapa kita belum bisa jaring, itu sebabnya kita perlu segera mengamandemen Undang-Undang kita juga supaya bisa menjaring hal-hal yang sekarang muncul, itu kita sudah siapkan juga, tetapi karena memang perlu waktu berlakunya Undang-Undang itu, ada beberapa yang sekarang lolos saja Pak. Kita hanya melihat-lihat saja semua itu berjalan.

Kemudian misalnya mengenai tabungan tadi ya, kan dipotong pajak bunga tabungan, kita punya aturan bahwa tabungan itu sampai 7 juta tidak dipajakin bunganya. Lebih dari itu dipajakin, kita punya data setiap bank, depositonya sebulan berapa, tetapi kalau perorang kita tidak bisa dapat karena itu rahasia. Ada Undang-Undang nya sendiri yang melindungi itu, Undang-Undang Perbankan mengatakan bahwa data nasabah penabung perorangan adalah rahasia yang dijamin oleh Undang-Undang. Caranya bagaimana, jangan diminta perorang, bikin pengelompokkannya. Kalau dikelompokkan kan boleh Pak, semua deposito kelompokkan sendiri, semua ini kelompokkan sendiri. Kita tahu ini bunganya berapa, kita tahu dia setornya berapa. Jadi tidak mudah buat dia membohongi kita mengenai, sudah dia pungut bunga tabungan orang, pajaknya juga dia potong, kemudian dia tidak bayar. Tidak mudah itu Pak, itu bisa kita tahu informasinya.

Jadi yang sebenarnya susah, kalau yang institusional, perbankan, sistem kita lebih mudah menembusnya, yang sebenarnya susah itu malah yang manual ini. Kita tidak punya ini untuk mengeceknya, dia ngakunya ada perusahaan sekarang yang tidak perlu saya sebutkan, berteriak-teriak “saya kalah karena saya tahu dia tidak benar ” dia bilang, “pasar saya tahun lalu direbut 20% oleh dia”. Harus ada yang teriak Pak, baru kita lihat, oh ya dia omsetnya kok mengaku hanya segini, padahal saingannya dia mengaku 40 kali lipat dari dia, ah bohong ini orang. Tetapi kalau tidak ada yang teriak Pak, itu susah dapatnya yang manual itu.

Jadi kita lebih percaya dengan sistem elektronik ini kita bisa mendeteksi orang, memang perlindungan terhadap sistem kita menjadi sangat penting. Bagaimana misalnya Pak Usama tadi selain mengenai tabungan juga mengenai SMS sudah saya jawab tadi, bahwa itu tidak sulit bagi kita untuk mendeteksi seperti apa.

Tadi banyak pertanyaan mengenai restitusi pajak. Sebenarnya ini tidak langsung ada juga hubungannya dengan ….

F- PPP (H. USAMAH MUHAMMAD AL-HADAR) : Interupsi Pimpinan. Pak Dirjen yang saya tanyakan Pak, tabungan itu atas nama saya kemudian dikenakan

pajak oleh Bank, padahal kita ini kan juga wajib pajak, itukan tidak masuk ke wajib pajak kita, masuknya ke Bank. Kita sendiri ini ingin mengontrol berapa pajak yang dipotong, kita kan tidak dapat data. Apakah kita juga dikenakan wajib pajak oleh Dirjen Pajak padahal kita sudah dibayar ke Bank, misalkan SMS juga sudah bayar, mungkin yang lain-lain juga. Bagaimana kewajiban kita ini, karena kita dapat resinya kita tidak tahu berapa jumlah mohon itu Pak, terima kasih.

DIRJEN PAJAK : Sebenarnya Bapak boleh minta itu, mana dia pajak yang dibayarkan dari bunga tabungan

saya. Sebetulnya kita itu idealnya Bapak mengisi juga di SPT nya nanti, itu kita sebut dengan PPH final. Jadi berapapun pendapatan Bapak dari bunga tabungan tidak mempengaruhi lagi pajak Bapak secara keseluruhan karena dia final di situ. Jadi begini Pak, tadi ada pertanyaan juga dari Ibu juga, kalau saya misalnya sebagai Dirjen Pajak, gaji saya 5 juta rupiah, dari Pegawai Negeri saya itu 2 juta, saya Komisaris lagi, katakanlah gajinya 20 juta. Di sini saya dipotong 15%, di sana saya dipotong 15%, di dalam sistem pajak ini harus digabung tiga-tiganya, tiga-tiganya digabung

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 15: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

15

dikeluarkan pendapatan yang tidak perlu dipajaki, namanya pendapatan tidak kena pajak (PTKP), keluarkan itu lihat ada berapa ini. Pak pasti kalau saya tadi seperti saya ada 20 di sini, ada 5 di sini pajak saya pasti naik, sebagian dari pendapatan saya 30% Pak pajaknya bukan 15.

Jadi bagaimana saya harus tulis di SPT itu pajak yang sudah dipotong sekian, pajak terhutang saya sekian, kurangnya sekian, saya bayar Pak. Jadi kalau tadi dipotong oleh Sekjen ada, kemudian ada juga yang diisi di SPT, dua-duanya ini harus digabungkan dulu di SPT, dan begitu digabung itu bukan 15, sebagian 15 karena pajak PPH itu begini, sampai dengan 25 juta pajaknya 5%, 25 sampai 50 juta pajaknya 10%, 50 sampai 100 juta dikenakan 15%, 100 sampai 200 juta dikenakan 25%, lebih dari itu 35%. Bagaimana pajak itu dibayar, kalau saya pendapatan saya katakanlah 35 juta maka sampai dengan pendapatan yang 25 juta itu 5%. Kemudian 25 juta 1 rupiah sampai dengan 35 dikenakan 10%, kalau pendapatan saya 200 juta begitu seterusnya nanti, jadi ada yang kenanya 5%, ada yang kenanya 10%, ada yang kenanya 25%, ada yang kenanya 35%.

Jadi Ibu Eva, kalau ada gaji dari Sekretariat Jenderal DPR, ada gaji katakanlah jadi Direktur atau Komisaris sebuah Perusahaan, ini harus digabung sebenarnya Bu di SPT itu, begitu digabung, dihitung pajak saya ini harusnya berapa, dengan tadi progresif itu, yang sudah dipotong berapa, pasti harus nombok, itu pasti, tidak bisa tidak nombok. Begitu digabung nombok dia, karena apa, dua ini PTKP nya tadinya sudah dipotong keduanya, begitu digabung PTKP nya jadi satu PTKP-nya, itu saja sudah berubah, belum lagi breketnya. Jadi di kalangan pejabat-pejabat negara petinggi negara itu banyak sekali yang salah kaprah mengenai pajak ini, saya sudah bayar pajak, ya, yang anda bayar hanya gaji pegawai negerinya. Ya gabung dulu, seperti itulah pajak itu.

Mengenai restitusi itu ada lebih dari satu macam itu Pak, yang paling ramai belakangan ini yang sampai ada petugas kita juga ditangkap, itu adalah yang berkaitan dengan ekspor. Ini terkait dengan pajak yang namanya PPN (Pajak Pertambahan Nilai), ini memang pajak yang agak rumit konsepsinya, pajak ini sebenarnya terhadap value added PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Sehingga kalau ada barang/produk harganya 100, PPN nya 10% maka harus dilihat dulu bahan-bahannya berapa ini harganya. Kalau harga albumnya 100, pajak pengeluarannya 10%, dulu bahan-bahannya ini 60, pajak masukannya 10% dari 60. Jadi pajak yang benar-benar kena ini berapa, 10 dikurangi 6 yaitu 4. Makanya kemudian faktur perekonomian kita terus terang saja, kita tidak bisa mengontrol dengan baik orang memalsukan faktur. Kalau ditanyakan mengapa pakai PPN, pilihannya yang lain adalah pajak penjualan yang kemudian lebih jelek lagi akibatnya kedalam perekonomian. Pajak ini sophisticated sekali terhadap sistem pencatatan/pengawasan yang bisa kita lakukan.

Kemudian kalau mengekspor tidak bayar, kalau tidak bayar bagaimana, di sini muncul restitusi yang besar. Tadinya saya bahan/barang yang diekspor ini sudah dibayar pajaknya sekian, sekarang saya minta dibayar kembali walaupun bukan dia yang bayar tetapi di dalam perjalanan ini, dari benang menjadi kain, dari kain menjadi baju. Yang diekspor itukan baju, ini sudah dikena beberapa kali ini. Dia bayar dalam harga yang dia beli, tetapi karena mengekspor itu bebas PPN nya, saya minta dibayar kembali PPN saya yang dulu sudah dibayar oleh orang-orang tetapi ada di harga barang yang saya bayar ini.

Nah, kita ini agak kesulitan dalam hal pajak karena sebagaimana Bapak dan Ibu yang terhormat lihat di surat kabar, tiba-tiba rekan-rekan saya dari Bea Cukai mengatakan PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) itu bukan bukti bahwa barangnya sudah keluar ke ekspor, dia bilang, anak buah saya yang ditangkap itu bisa dibuktikan oleh polisi, sudah dibayar restitusinya barangnnya tidak keluar. Tetapi saya berusaha untuk tidak polemik dengan mengenai ini sesama Departemen Keuangan, jadi kita cari jalan keluarnya saja lebih baik. Kita sedang mencari aturannya tidak mengandalkan PEB lagi, ini agak repot tapi mudah-mudahan ini nanti selesai. Kita mencari jalan keluar yang tidak 100% aman, tetapi kalau tidak kita lakukan ekspor ini macet Pak.

F- PKB (H. ALI MUBARAK, AMD, PAR) : Tadi Bapak membuat ilustrasi mengenai masalah tekstil yang melalui proses kena pajak

dan tidak kena pajak, yang saya tanyakan disini masalah pertambangan, bagaimana itu, tetap kena ekspor juga.

DIRJEN PAJAK : Akan sampai kesitu transaksi saham on line begitu ya, ini terus terang kita ini masih

menjajaki untuk link dengan sistem informasinya KSEI (Kastudien Sentral Efek Indonesia),

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 16: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

16

disanalah semua tercatat transaksi dan perpindahan kepemilikan itu. Sekarang kita masih agak sulit mendeteksi ini, mudah-mudahan begitu dia link, selesai dia Pak, jadi mohon maaf memang belum semua itu beres, apalagi yang mengandalkan harus link databasenya, ini kalau dia tidak mau link, ya susah kita, tetapi kita sudah duduk dengan KSEI mereka mau link. Dengan bank kita link tetapi dia tidak mau membuka data mengenai nasabah karena dia itu rahasia, karena rahasia kita tidak boleh akses tetapi jumlahnya bukan rahasia.

Kemudian, tadi Pak Nazaruddin Kiemas menanyakan mengenai aturan database mengenai surat edaran, aturan yang berlaku dan mana yang tidak jelas mana lagi yang berlaku. Jadi tahun ini kita akan selesai dengan call center, nanti kita akan selesaikan tetapi nampaknya akhir tahun baru kita bisa selesai ya Pak ya.

Kemudian, Pak Ali Mubarak, perlindungan terhadap rahasia, tadi saya sudah jelaskan tetapi nanti akan ditambahkan oleh rekan saya. PEB tadi Pak Ali Mubarak, sebenarnya itu teman-teman saya di Bea Cukai, tapi akan kami sampaikan karena spacenya tidak cukup, kemudian pengiriman uang, apa ada tax nya pajaknya itu. Kalau itu terkait dengan transaksi barang, sebenarnya yang kita inginkan itu adalah barangnya, di barangnya ini kita kenakan PPN-nya, bukan di perpindahan transfer uangnya. Tetapi kalau itu bukan transaksi barang memang kita tidak mungkin tahu, itu wilayah yang gelap itu buat kita, itu masuk nanti kita sentuh juga pasti kena rahasia bank, saya harus mengaku kan Pak. F- PKB (H. ALI MUBARAK, AMD, PAR) : Begini Pimpinan, yang saya takutkan itu dengan adanya fly over capital tadi Pak, bisa saja dalam keadaan tertentu uang langsung weeed dengan elektronik, dari segi pengawasannya ini baiknya bagaimana. DIRJEN PAJAK : Tidak bisa itu Pak. Jadi kita punya Undang-Undang Lalu Lintas devisa, kita punya beberapa Undang-Undang, Bank Indonesia-lah yang bertanggung jawab mengikuti itu, begitu kita sentuh kena rahasia banknya. Itu nanti banyak yang marah kalau kita tahu tabungan seseorang beberapa, tetapi Bank Indonesia, itu ada yang mengikuti itu. Tadi mengenai batubara, ini dispute Pak mengenai batubara, ini perbedaan pendapat mengenai aturan pajak mengatakan dia barang kena pajak sehingga PPN nya diperhitungkan dikontrak mereka. Ada yang membuat tidak semua, tetapi beberapa diantaranya mengatakan tidak bisa ditafsirkan, kita dulu kontraknya begini-begini. Nah, tarik menarik mengenai penafsiran ini yang terjadi. Banyak yang bilang tidak bisa, Undang-Undang aturan kita bilang begini dan ini Undang-Undang Pak, orang Pajak ya tidak mau mundur, dia juga tidak mau mundur, jadi dia tahan royaltinya. Siapa yang rugi, kalau dari segi uang tidak ada yang rugi Pak, yang dia tahan itu sama banyaknya dengan yang kita ambil, dan tidak mau kembalikan. Tapi ini memang harus diselesaikan itu saya setuju Pak, tidak boleh kemudian walaupun mentang-mentang uangnya ternyata sama yang dia tahan dengan yang tidak mau kita kembalikan sama, tidak ada yang rugi dari segi uang, tetapi dari segi aturan ini tidak betul Pak. Ini kita sedang mencari ini bagaimana apa namanya aturan kita, mudah-mudahan di amandemen nanti selesai, begitu kita amandemen itu selesai. Kita kemudian punya jalan keluar menyelesaikannya, dari segi uangnya tidak ada yang rugi. Jadi ini penyelesaian legal sebenarnya Pak, yang rugi mungkin Departemen Energi, dia akan bilang “Saya seharusnya punya PNBP sekian, tidak ada uangnya”, itu saja Pak.

F- PKB (H. ALI MUBARAK, AMD, PAR) : Pimpinan, jadi keluhan mereka terutama dari Pemda, Pemda itu yang sebenarnya harus menerima restitusi dari royalty, mereka tidak menerima padahal itu merupakan income bagi Pemda. Daerahnya rusak, hancur tetapi duitnya tidak terima, apa tidak bisa diterapkan dengan satu system Pak ini mohon maaf. Pemeintah dengan alasan karena dikenakan pajak ekspor yang nantinya akan diberikan restitusi. Apakah untuk minyak, batubara dan sebagainya masih diperlukan, ditentukan saja satu pajak, tax nya adalah sekian, jangan pakai restitusi karena akan terjadi hal yang dilematis.

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 17: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

17

KETUA RAPAT : Saudara Dirjen, sesuai dengan usul dari yang terhormat Saudara Ali muchtar tinggal 5 menit. DIRJEN PAJAK : Saya mohon maaf nanti selesainya saja saya jelaskan Pak. Mengenai restitusi, bagaimana kedudukannya di dalam Undang-Undang Eletronik, kita tidak melihat, masalahnya dia akan mempercepat dan bagaimana dokumen pendukung itu masuk ke sistem elektronik nanti, saya akan minta bantuan teman saya nanti yang menjelaskan. Tetapi itu akan mempercepat dan mengurangi kontak antar manusia yang mestinya macam-macamnya makin sedikit Pak. Bapak dan Ibu yang terhormat, Mengenai single identification number, ini memang Direktorat Jenderal Pajak, kita punya kemampuan membuat itu, tetapi pasti kita tidak punya kemampuan untuk meng-up date itu. Karena itu memerlukan perangkat peraturan perundang-undangan dan kelembagaan, orang lahir itu harus ada nomornya, lah orang pajak mana bisa Pak. Tetapi kalau sekedar membuat nomor itu masuk di dalam sistem itu kita bisa Pak, dan mungkin kita paling bisa melakukan itu di Indonesia ini sekarang. Tetapi siapa yang meng-up date ini terus menerus, pasti bukan Direktorat Jenderal Pajak Pak. Orang pindah, orang lahir, orang meninggal bagaimana orang pajak tahu duluan, tidak bisa, kita tidak mungkin tahu duluan. Itu gambarannya, tetapi siapa yang paling bisa membuat itu sekarang. Ya kita, kita berani mengatakan itu Pak. Saya kira demikian, saya minta tolong sedikit tidak banyak-banyak.

F- PDIP (IR. NAZARUDDIN KIEMAS) : Sebentar Pimpinan, saya hanya mengingatkan Pak Dirjen bahwa RUU ITE ini mengandung unsur pidana dan perdata, hanya itu saja Pak. KETUA RAPAT : Saya kira ada waktu sebelum jam 4, silahkan Pak. STAF DIRJEN PAJAK : Yang terhormat Bapak Pimpinan dan para Anggota Pansus RUU ITE. Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saya menjelaskan sedikit mengenai restitusi tadi. Jadi restitusi itu terutama yang paling banyak dilakukan oleh wajib pajak setiap masa itu adalah restitusi PPN, mereka setiap bulan melakukan restitusi. Dan SPT yang mereka sampaikan lampirannya itu banyak sekali Pak, sesuai dengan skala perusahaan, karena mereka banyak membeli dan banyak menjual, yang masing-masing transaksi ada fakturnya.

Ini semua daftarnya diserahkan kepada kita, jadi kalau semakin besar perusahaan makin banyak daftarnya. Kalau itu disampaikan manual Pak, maksudnya hardcopy, ini harus kita rekam dulu sebelum retitusi ini bisa kita proses Pak, supaya bisa kita kontrol bagaimana mekanisme PKPM itu berjalan bahwa faktur pajak itu tidak fiktif. Tetapi kalau berlaku Undang-Undang ini sehingga kita e-filing itu tadi berjalan sah secara hukum, mereka yang akan merekam dari sistem mereka kita bisa memproses itu cepat sekali Pak, karena kita sudah tidak perlu merekam lagi, begitu SPT masuk kita bisa langsung proses dan datanya sudah tersedia secara elektronik. Oleh karena itu RUU ini memang perlu.

Mengenai perlindungan kerahasiaan, walaupun data ini secara elektronik tidak semua orang bisa mengakses.

……………. Orang pajak juga tidak bisa. STAF DIRJEN PAJAK : Tidak Pak, jadi orang pajak sendiri juga kita punya, kalau beliau mungkin satu-satunya

orang pajak yang bisa mengakses semua data elektronik yang lain. Tetapi kalau Kakanwil hanya di daerah beliau saja, Kepala Kantor Pajak ya sesuai dengan wilayah beliau saja.

ARSIP D

AN DOKUMENTASI

Page 18: PANITIA KHUSUS DPR-RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170213-110236-4204.pdf · 1. suparlan, sh . 2. muhammad sofhian mile, sh 3. h. andi m. ghalib

18

F- BPD (DRS. ALI MOCHTAR NGABALIN, M.Si) : Pimpinan, interupsi sedikit mengenai penjelasan ini. Pimpinan, sebetulnya memang tadi kita mengkonsentrasikan pembahasan ini benar kepada Informasi dan Transaksi Elektronik, maka kita bisa menemukan penjelasan-penjelasan seperti yang tadi dijelaskan oleh Saudara Direktur. Umpamanya begini, di Sistem Penerbangan itu ada yang disebut dengan Convergency, apa yang disebut dengan instrument landing system. Di perpajakan itu ketika Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ini kita berlakukan maka saya ingin katakan bahwa ITE bukan satu-satunya adalah regulasi yang mengatur tentang masalah ini. Sebab ada Rancangan Undang-Undang yang memang harus kita persiapkan, umpama itu Rancangan Undang-Undang cyber crime. Itu yang tadi saya katakan, kita punya banyak waktu sebetulnya 2 jam tetapi kita terlalu banyak mengajukan pertanyaan kepada Bapak Dirjen ini menyangkut dengan masalah pajak. Jadi umpama seperti begini, ketika Undang-Undang ini kita berlakukan, ketika Undang-Undang ini kita sahkan, kan ada keterlibatan Pemerintah, itu sebabnya diundang Pak Dirjen, kemudian Pansus, Parlemen dalam hal ini. Maka menurut saya pada penetapan Undang-Undang ini kita tidak mau lagi mengulangi lagi masa-masa lalu yang nanti ada orang yang complain terhadap Undang-Undang. Itu makanya saya pikir memang harus lebih banyak kita arahkan ini pada seperti apa sih pengaturan dalam hukum pidana, hukum perdata terkait dengan seperti saya katakan tadi mengenai certification to authority for the cyber crime, kemudian masalah convergency, telematika dan lainnya yang memang menurut saya harus secara fokus memilikii kompetensi itu bisa kita mendapatkan masukan yang banyak dari Bapak Dirjen. Jadi saya pikir mudah-mudahan masih bisa diagendakan, karena kita butuh banyak hal-hal yang harus memang dijelaskan. Sebab menurut saya salah satu instansi yang amat berkepentingan dengan Rancangan Undang-Undang ini adalah Direktur Jenderal Perpajakan. Waktu kita sudah lewat dari kesepakatan kita, mohon maaf.

Terima kasih Pak Dirjen. Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT : Baik, terima kasih.

Mudah-mudahan harapan, saran dan juga pertanyaan-pertanyaan dari yang terhormat Anggota Pansus bisa menggugah kita untuk menjadi wajib pajak yang lebih sadar lagi. Amin.

Saya kira demikian pertemuan kita pada hari ini dan saya kira masukan yang sangat berguna, bermanfaat dan banyak hal-hal baru yang kita terima dari yang terhormat Saudara mantan Dirjen Anggaran, mantan Ketua Bapepam dan sekarang menjadi Dirjen Pajak. Mudah-mudahan masukan itu terutama masukan-masukan yang kita tahu semua bahwa transaksii elektronik ini, dimana para subyek hukum tidak saling ketemu tetapi perbuatan yang dilakukannya itu akan menjadi sebuah bukti otentik dalam perbuatan hukum. Saya kira ini yang perlu kita kaji lebih dalam lagi bagaimana menyikapi ini sehingga nanti dalam Undang-Undang ini bisa tercover semuanya dengan baik terhadap mereka yang wajib mentaati Undang-Undang ini terutama dalam masalah wajib pajak tadi.

Terima kasih atas perhatiannya, semoga ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan kepada yang terhormat Anggota Pansus terima kasih banyak atas kehadirannya, dan khususnya kepada Bapak Dirjen dan seluruh stafnya saya sampaikan terima kasih. Semoga Bapak tetap sehat wal’afiat dalam menatap hari depan dengan pajak yang lebih baik lagi untuk bangsa dan negara kita.

Terima kasih. Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 16.03 WIB)

Jakarta, 5 Juli 2006 a.n. Ketua Sekretaris, Dra. Damayanti

ARSIP D

AN DOKUMENTASI