PANEN dan PENGELOLAAN PASCAPANEN JAGUNG JAGUNG.pdf · terhadap mutu Kesimpulan I. Panen 1....
Transcript of PANEN dan PENGELOLAAN PASCAPANEN JAGUNG JAGUNG.pdf · terhadap mutu Kesimpulan I. Panen 1....
1
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG
BAGI PENYULUH PERTANIAN
PANEN dan PENGELOLAAN
PASCAPANEN JAGUNG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
PUSAT PELATIHAN PERTANIAN
2015
2
Sesi : PANEN DAN PENGELOLAAN PASCA PANEN JAGUNG Tujuan Berlatih :
Setelah selesai berlatih Peserta dapat :
1, Menjelaskan ciri – ciri tanaman jaagung siap di panen
2. Meaksanakan panen
3. Menjelaskan tahapan pasca panen
4. Melaksanakan psca panen
Waktu : 4 jam pelajaran @ 45 menit ( teori 1 JP, Praktek 3 JP)
Mutu dan produksi jagung sangat dipengaruhi oleh penanganan panen dan pasca panen.
Penanganan panen dan pasca panen yang tidak tepat atau tidak memenuhi syarat
mengakibatkan mutu yang rendah dan kehilangan hasil, sehingga produksi berkurang. Panen
adalah suatu proses akhir dari tindakan manusia dalam hal budidaya tanaman, tanaman
jagung khususnya dimana pertumbuhan tanaman biasanya akan terjadi perubahan secara
fisiologis (contoh rasa, kandungan bahan kimia) dan morphologis (contoh warna, ukuran,
bentuk).. Penanganan Pasca panen adalah tahapan/rangkaian kegiatan yang
dilakukan pada saat dan setelah panen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh
konsumen dan atau diolalh lebih lanjut oleh industri
KEGIATAN 1
Sasaran kegiatan ini adalah melaksanakan praktek panen (menentukan waktu panen dan cara
panen) dan pascapanen (tahapan pascapanen meliputi penjemuran brangkasan, perontokan,
pembersihan dan sortasi, prnjermuran biji, pengepakan, penyimpanan).
Kegiatan ini berkaitan dengan produksi dan mutu hasil.
Sebelum melaksanakan kegiatan terlebih dahulu dibentuk kelompok, sejumlah 3 (tiga) kelompok
dengan anggota 10 orang dan setiap kelompok memilih ketua kelompok..
3
Langkah 1
1. Ambil lokasi sesuai nomer kelompok.
2. Amati lahan pertanaman jagung 3. Catat ciri-ciri tanaman jagung siap
panen 3.1 Kelobot (90-95%) sudah
menguning 3.2 Batang jagung sudah kering,
warna kuning agak coklat ( untuk beberapa varietas).
3.3 Buah kering ketika di tekan keras tidak membekas
4. Dskusikan hasil pengamat an ciri-ciri tanaman jagung siap dipanen
Gambar 1 : Ciri- ciri tanaman jagung
siap panen
Langkah 2 1. Tentukan 10 - 20 tanaman jagung /kelompok
2. Catat jenis dan kondisi alat panen yang digunakan (arit, alas plastik)
3. Tentukan 5 tanaman jagung /orang
4. Potong bagian atas 20 Cm diatas tongkol
Gambar 2. Cara panen
5.
Langkah 3 1. Buka kelobot sehingga tongkol terjemur tanpa kelobot
2. Jemur beberapa hari selanjutnya dilakukan pemanenan
3. Masukan kedalam karung lakukan penjemuran
4
Gambar 3. Pasca panen Tahap 1 Penjemuran
Langkah 4 1. Jagung yang sudah di jemur segera lakukan pemipilan
2. Jagung yang sudah di pipil baik dengan alsin maupun manual di jemur kembali
3. Setelah memenuhi kekeringan tertentu masukan ke dalam karung
4. Catat biji yang tercecer
Gambar 4. Pasca panen Tahap 2 Pemipilan
Langkah 5 1. Bersihkan biji kagung dari kotoran
2. Pilih (sortasi) Keseragaman biji (ukuran, warna, biji pecah)
3. Catat semua kegiatan pembersihan dan sortasi serta biji yang tercecer
Gambar 5.dan 6 Pascapanen Tahap 3 Pembersihan dan sortasi
Langkah 6 1. Pasang alas jemur biji jagung 2. Jemur biji jagung 3. Catat : alas jemuran, sinar
matahari, tinggi lapisan biji Penjemuran untuk konsumsi sampai kadar air (KA) 12 -13 %
Sedangkan untuk benih KA 9 %
Gambar 7
5
Pascapanen Tahap 4 Pembersihan dan sortasi
Langkah 7 1. Kemas dengan cara masukkan biji jagung pada tempat yang telah ditentukan (karung goni, plastik dll)
2. Catat pada karung Nama pemilik, varietas, tanggal panen pada karung
Gambar 8 Pascapanen Tahap 5 Pengemasan
Langkah 8 1. Siapkan tempat penyimpanan dengan memberi alas dari kayu
2. Simpan karung dengan cara disusun diatas alas yang telahdisiapkan
Gambar 8 Pascapanen Tahap 6 Penyimpanan
Langkah 8 Diskusikan hasil praktek dan pascapanen pengaruh nya terhadap mutu dan produksi dan di catat di tabel 1 dan sampaikan ke kelompok
Kegiatan 2
Sasaran kegiatan ini adalah peserta merefleksikan seluruh kegiatan praktek sehingga
seluruh peserta memahami bahwa tujuan berlatih telah tercapai dengan langkah
sebagai berikut
Refleksi kegiatan praktek
Diskusikan hasil praktek panen dan pasca panen pengaruhnya terhadap mutu dan
produksi
6
Presentasikan hasil diskusi kelompok dalam kelompok besar
Simpulkan hasil praktek panen dan pasca panen pengaruhnya terhadap produksi dan
mutu
Tabel 1. Pengaruh panen dan pasca panen jagung terhadap mutu dan produksi
No Kegiatan Pengaruh terhadap produksi
Pengaruh terhadap mutu
Kesimpulan
I. Panen
1. Penentuan waktu panen
2. Melaksanakan panen
II Pascapanen
1. Penjemuran tongkol
2. Perontokan
3. Pembersihan dan Sortasi
4. Pengeringan
5. Pengemasan
6. Penyimpanan
Kesimpulan panen dan pasca panen
KEGIATAN 3
Rencana Aksi
Sasaran kegiatan ini adalah setiap individu menyusun rencana aksi perbaikan panen dan
pascapanen di wilayah masing-masing
7
Langkah ke 1 Seluruh peserta mendengarkan penjelasan tambahan dari fasilitator
tentang panen dan psca panen (15 menit)
Langkah ke 2 Setiap peserta menyusun rencana aksi perbaikan panen dan pasca
panen di wilayah masing-masing, seperti tada tabel 3 (15 menit)
Tabel 2
Rencana aksi perbaikan panen dan pasca panen jagung di wilayah masing-masing
No Kegiatan yang akan
diperbaiki
Waktu Tempat Pelaksana Keterangan
I Panen :
1. Penentuan saat
panen
2. Panen
II Pascapanen
1. Penjemuran
tongkol
2 Penjemuran biji
3.
4
6
.........................: 2015
Penyusun
...........................................................................
PENDAHULUAN
Pasca panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas
produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca panen dapat mengakibatkan
kerugian yang sangat besar bahkan produk kehilangan nilai ekonomi. Karena itu
8
penanganan pasca panen secara benar perlu mendapat prioritas dalam proses
produksi usahatani
Menurut para ahli dalam proses produksi jagung, energi yang dibutuhkan untuk
kegiatan produksi sekitar 32% dari total energi yang dibutuhkan sedangkan untuk
penanganan panen dan pasca panen mencapai 72%. Hal ini menunjukan bahwa
penanganan panen dan pasca panen secara benar membutuhkan curahan kerja yang
cukup besar, sebagai gambaran energi yang dibutuhkan dalam proses produksi jagung
sebagai berikut:
- Pembajakan 16%
- Pemeliharaan dan penanaman 12%
- Pemanenan 6%
- Pengeringan 60%
- Transportasi 6%
KEGIATAN PASCA PANEN JAGUNG
Pasca panen adalah tahapan kegiatan sejak pemungutan hasil di lapangan sampai
siap untuk dipasarkan, sedangkan penanganan pasca panen merupakan tindakan yang
disiapkan atau dilakukan pada hasil pertanian agar hasil pertanian siap dan aman untuk
dikonsumsi atau diolah lebih lanjut oleh industri.
PENGARUH KEGIATAN PASCA PANEN TERHADAP MUTU JAGUNG
Kerusakan jagung akibat penanganan pasca panen yang salah dapat terjadi pada
setiap tahapan kegiatan karena Jagung membutuhkan penanganan yang cepat
setelah panen. Beberapa kegiatan pasca panen yang berpengaruh terhadap mutu
jagung sbb.
Tabel 1. Kegiatan Pasca Panen yang Berpengaruh Terhadap Kerusakan Jagung
Kegiatan Kadar air Butir Rusak Butir warna lain
Kotoran
Pemanenan V V V V
Pengangkutan - - - V
Pengeringan V V V V
9
Pemipilan V V - V
Penundaan V V V -
Penyimpanan V V V V
Keterangan: V = berpengaruh - = tidak berpengaruh BENTUK KERUSAKAN BIJI JAGUNG
a. Rusak Fisik Berupa kerusakan endosferm, terutama disebabkan sering terjadinya perubahan kadar air, perubahan kadar air disebabkan oleh cuaca seperti panas, hujan, pergantian siang dan malam. Butir retak dalam proses selanjutnya dapat menjadi butir pecah, juga dapat disebabkan oleh proses pemipilan dengan menggunakan alat pemukul atau mesin perontok yang kurang sempurna.
b. Rusak Bilogis Disebabkan oleh kegiatan selama penyimpanan seperti hama, jamur, dan mikroba. Padaserangan hama sebagian endosferm dimakan dan sisanya berupa butir berbetuk biji cacat. Biji cacat mudah mengalami oksidasi asam lemak, menghasilkan asam lemak bebas dan memberikan bau tidak enak. Hama tikus merupakan sumber kontaminasi jagung yang berupa bulu dan kotoran sehingga mutu jagung menjadi rendah
c. Rusak Kimia
Disebabkan adanya dekomposisi kimia selama penyimpanan, seperti penurunan kadar karbohidrat, protein, dan lemak karena metabolisme baik oleh serangga dan mikroba maupun oleh biji-bijian yang disimpan. Rusak kimia tidak dapat diamati secara visual.
PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN JAGUNG
WAKTU PANEN
Umur panen jagung tergantung dari masing-masing varitas yang ditanam, tetapi biasanya 2 bulan setelah 50% keluar rambut. Umur panen pada beberapa varietas jagung sbb
Tabel 2. Umur Panen Potensi Hasil Dan Rata-Rata Hasil Berbagai Varietas Jagung
Varietas Umur Potensi Hasil (Ton/ha)
Rata- rata Hasil (Ton/ha)
10
C5 95-105 - 8,0
C6 98-105 - 10-10,3
C7 95-105 10-12,4 8,1
Pioneer 10 93-117 10-11 7,66
Pioneer 11 96-124 10-12 7,66
Pioneer 12 92-120 10-12 8,105
Pioneer 13 90-115 10-11 8,027
Pioneer 14 89-112 10-11 7,578
CPI -1 97 - 6,2
CPI- 2 97 8-9 6,2
IPB 4 100-105 - 6,6
Semar 1 95-100 8-9 5,3-6,4
Semar 2 91 - 5,0-6,1
Semar 3 94 8-9 5,3
Secara visual, jagung sudah siap dipanen bila :
· Batang, daun dan kelobot berubah menjadi kuning atau telah mengering
· Klobot kering berwarna kuning dan bila dikupas biji mengkilap.
· Bila biji ditekan dengan kuku tidak berbekas.
· Terdapat bintik hitam pada bagian biji yang melekat pada tongkol
CARA PANEN
- Panen dilakukan pada kadar air 17-18%
- Sebelum dipanen dapat dilakukan pemangkasan batang bagian atas untuk
menurunkan kadar air tongkol disertai dengan pengupasan klobot sebagian atau
seluruhnya
- Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan memutar tongkol berikut
kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada
lahan yang luas dan rata pemanenan sangat cocok bila menggunakan alat mesin
\
PERLAKUAN HASIL
11
Pemisahan Tongkol
Pemisahan tongkol dilakukan untuk memisahkan tongkol yang baik dan kurang baik.
Dengan tujuan
- Menghindari Penularan Hama Penyakit
- Menjaga Kualitas Jagung Pipilan Yang Dihasilkan
- Memudahkan penanganan selanjutnya
Pengupasan
Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan
selesai. Pengupasan dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat
diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau
mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau
memperingan pengangkutan selama proses pengeringan.
Pengeringan
Pengeringan merupakan kegiatan kritis selama urutan pemanenan pengeringan yang
kurang baik mengakibatkan turunnya mutu jagung
Tujuan pengeringan
- Menurunkan kadar air biji sehingga aktivitas biologis terhenti dan mikroorganisme
serta serangga tidak bisa hidup di dalamnya
- Meningkatkan daya simpan biji jagung
- Pengangkutan lebih ringan, sehingga biaya pengangkutan dapat dikurangi
- Khusus untuk jagung yang akan digunakan sebagai benih, pengeringan dapat
meningkatkan Viabilitas benih (tingkat pertumbuhan benih)
- Meningkatkan nilai ekonomi jagung
- Menghindari kontaminasi biji jagung dari cendawan Aspergilus flavus yang dapat
meningkatkan aflatoxin ambang batas Aspergilus flavus menurut FAO 30 (pbb)
Cara pengeringan
1. Pengeringan alami
Pengeringan dapat dilakukan dengan bentuk tongkol berkelobot, tanpa
kelobot, dan pipilan.
12
Untuk menurunkan kadar air dari 38% menjadi 12-14% pada ketiga
bentuk jagung tersebut dibutuhkan waktu masing-masing 91 jam, 87
jam dan 57 jam
Menggunakan alas atau lantai atau digantung
Kadar Air berkisar 9-12%
2. Pengeringan melalui Pengasapan
- Dilakukan dengan cara memberikan asap
- Jarak jagung dengan tongkol dari sumber asap 80 cm
- Lama pengasapan 7 hari
- Penurunan kadar air dari 29% menjadi 14%
3. Pengeringan dengan mesin
- Menggunakan mesin pengering
- Panas pengeringan 38-430 C
- Kadar air 12-13%
Keuntungan Penggunaan Mesin Pengering
1. Mengemat tenaga manusia terutama musim penghuja
2. Dapat digunakan setiap saat
3. Dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai kadar air yang diinginkan
4. Pengeringan dapat dilakukan sekaligus atau bertahap
Pengeringan awal
Tujuan
- Menurunkan Kadar air dari kering panen menjadi 18-20%
- Memudahkan pemipilan
- Mempercepat pemipilan
- Mengurangi butir rusak, terkelupas kulit terluka dan cacat akibat pemipilan
Pengeringan akhir
13
- tujuan menurunkan kadar air dari 18-20% menjadi 12-14%
- dilakukan terhadap jagung yang sudah dipipil
Pemipilan
- Tujuan Memisahkan biji dari tongkol
- Dilakukan jika Tongkol kering dan
Setelah dijemur sampai kering ( Kadar air bji 18%-20%). jagung dipipill Pemipilan
dapat menggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup
besar. Pada dasarnya “memipil” jagung hampir sama dengan proses perontokan
gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. jagung melekat pada
tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.
Tradisional
- Kerusakan rendah
- Dapat memilih yang rusak
- Kapasitas rendah
Mekanis
- Kerusakan biji relatif lebih besar
- Kapasitas produksi relatif tinggi
- Kehilangan hasil relatif lebih besar
PENYORTIRAN DAN PENGGOLONGAN
Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari
kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehingga tidak menurunkan kualitas
jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil,
biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan.
Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur
dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki
peredaran udara. Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih
terutama untuk penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan
keseragaman bentuk dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting
untuk menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara
membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan
14
dengan cara ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan
hasil yang baik.
PENGEMASAN
Tujuan
- Memudahkan penanganan (pemindahan dan penyimpanan)
- Perlindungan dari cuaca diharapkan pengemasan dapat melindungi biji
jagung dari cuaca luar yang merugikan misalnya kelembaban udara yang
tinggi, bocoran hujan.
- Perlindungan dari gangguan hama selama penyimpanan
- Perlindungan dari gangguan cendawan
Bahan kemasan yang dapat digunakan
- Kantung plastik
- Kertas
- Karung atau wadah yang kaku
Persyaratan Bahan
- Mudah didutup
- Relatif murah
- Dapat digunakan berulang ulang
- Dapat menghemat ruangan
PENYIMPANAN
Tempat Penyimpanan
- Letak gudang strategis, arah bangunan membujur dari barat ke timur sehingga
luas dinding yang tertimpa sinar dapat dikurangi dan gudang tetap dalam
kondisi dingin.
15
- Guna menghindari serangan hama, gudang dibersihkan.
- Kontruksi gudang perlu diperhatikan dari kemungkinan kebocoran, sirkulasi
udara yang cukup dan keamanan.
- Ventilasi gudang harus cukup sehingga suhu dalam tetap stabil dan merata.
- Tempat penyimpanan berlantai dilengkapi lantai palsu dengan tinggi minimal 15
cm, sehingga jagung tidak kontak langsung dengan lantai.
- Hindari celah pada dinding yang dapat dijadikan persembunyian hama.
- Sekeliling gudang bersih dari semak agar tidak dimanfaatkan tikus untuk
memanjat, dan gudang tidak lembab.
Penyimpanan untuk benih :
Untuk bentuk tongkol berkelobot, gantungkanlah di para-para dengan pengasapan
tiap hari.
ntuk bentuk pipilan, setelah dicampur dengan abu kering, bungkus rapat-rapat
dengan plastik kedap udara, kemudian simpanlah dalam wadah dan ditutup. Wadah
dapat berupa semacam silo kayu atau drum. Jika kadar air biji 10%, maka campuran
abu tidak diperlikan.
Penyimpanan untuk konsumsi :
Untuk bentuk pipilan dengan kadar air 12%, bungkus secara rapat dengan plastik
kedap udara atau kaleng. Atau bungkus dengan plastik yang dilapisi karung dan
disimpan dalam tempat bersih dan kering.
HAMA JAGUNG PASCA PANEN
a. Kumbang Sitophilus (bubuk gabah).
Imago dari kumbang ini dapat hidup rata-rata 4 atau 5 bulan, dan selama itu
induk dapat meletakkan telur 300-400 butir. Telur diletakkan satu persatu dalam
bulir jagung yang telah digerek dan seluruh perkembangan larva dan pupa terjadi
16
dalam bulir jagung tersebut. Perkembangan telur, larva dan pupa membutuhkan
waktu 26 hari.
b. Kumbang Rhyzopertha (bubuk gabah).
Imago dari kumbang ini dapat mnyerang bulir jagung yang masih utuh.
Perkembangan larva dan pupa terjadi dalam bulir jagung.
c. Ulat Sitotraga (ngengat gabah)
Ulat ini sudah dapat menyerang jagung di lapang yang kemudian akan
berkembang biak di gudang. Larva muda menggerek bulir dan hidup dalam bulir
tersebut.
d. Ulat Corcyra (ngengat beras kelabu).
Imago dari ulat ini dapat hidup 1 - 2 minggu dengan produksi telur sekitar 400
butir. Larvanya berukuran panjang sampai dengan 17 mm. Pupa berwarna coklat
dan terbungkus dalam kokon.
PENGENDALIAN HAMA JAGUNG PASCA PANEN
- Usahakan agar jagung yang akan disimpan bebas dari hama dan penyakit.
- Kadar air jagung yang akan disimpan maksimal 12%.
- Usahakan tempat penyimpanan jagung kedap udara.
- Apabila dipandang perlu lakukanlah cara pengendalian dengan menggunakan
insektisida, yaitu untuk :
v Penyemprotan bangunan dan karung tempat penyimpanan.
v Pencampuran dengan insektisida.
v Fumigasi
- Insektisida yang dapat untuk menekan hama jagung pasca panen tertera pada
tabel 2
Tabel 2 Insektisida untuk menekan hama jagung pasca panen.
Bahan aktif Formulasi Dosis
Pirimofis metil a
Metakrifos a
Tetraklorvinfos a
Metil bromida +
Silosan 25 EC
Damfin 950 EC
Gardono 24 EC
Brom-0-Gas
0,5 gr b.a./m2
1 gr b.a./m2
1 - 2 gr b.a./m2
16 - 32 gr/m3
17
Klopikrin b
Alluminium fosfida b
Dowfum MC-2
Haltox
Metabrom 980
Methylbrom
Detia Gas EX-B
Gustixin
Phostoxin tablet
16 - 32 gr/m3
16 - 32 gr/m3
16 - 32 gr/m3
16 - 32 gr/m3
3 - 6 gr/m3
3 - 6 gr/m3
3 - 5 tablet /ton
a Sasarannya bangunan dan karung
b Sasarannya karung saja
KLASIFIKASI DAN STANDAR MUTU
Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan menjadi jagung kuning jagung putih
dan jagung campuran
- Jagung kuning adalah jagung yang sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna
kuning
- Jagung putih adalah jagung yang sekurang- kurangnya 90% bijinya berwarna
putih)
- Jagung campuran yang tidak memenuhi syarat-syarat jagung putih dan jagung
kuning.
a) Syarat Umum
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.
3. Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
4. Memiliki suhu normal.
18
b) Syarat Khusus
No Komponen Persyaratan Mutu (% Maks)
I II III IV
1 Kadar air (%) Maks 14 14 15 17
2 Butir Rusak 2 4 6 8
3 Warna lain 1 3 7 10
4 Butir Pecah 1 2 3 3
5 Kotoran 1 1 2 2
Untuk mendapatkan standar mutu yang disyaratkan maka dilakukan beberapa
pengujian diantaranya:
a. Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik
kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera pengelihatan dan
penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.
b. Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan
dengan cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel. Persentase
butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat
masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contoh analisa x 100 %
c. Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisture tester electronic atau “Air
Oven Methode” (ISO/r939-1969E atau OACE 930.15). Penentuan kadar aflatoxin
adalah racun hasil metabolisme cendawan Aspergilus flavus, Aflatoxin disini adalah
jumlah semua jenis aflatoxin yang terkandung dalam biji-biji kacang tanah.
Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung
maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil
contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga
merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini
dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini
disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.
PENGENDALIAN AFLATOXIN
19
Aflatoksin menjadi istilah yang akrab dan selalu terdengar apabila kita berada di
Iingkungan pemasaran jagung Aflatoxin menjadi salah satu penyebab utama
mengapa jagung tidak dapat dipasarkan Aflatoxin ditemukan sekitar tahun 1960 di
Inggris dimana lebih dari seratus ribu ekor ayam kalkun mati disebabkan oleh
penyakit misterius Pada tahun 1961, Lancaster dkk menemukan penyebab kematian
tersebut, yang ternyata disebabkan oleh keracunan mikroorganisme Asperglillus
flavus yang mencemari bungkil kacang tanah impor yang merupakan bahan baku
pakan ternak tersebut. Tahun 1962, Nesbitt dkk dapat mengisolasi dan memurnikan
racun Aspergillus flavus dan racun tersebul diberi nama aflatoxin yang merupakan
hasil metrabolisme sekunder dari jamur tersebut.
Penemuan - penemuan selanjutnya menyatakan bahwa Aspergillus flavus ditemukan
juga pada hasil komoditas pertanian lainnya seperti kacang-kacangan, jagung, padi
dan berbagai produk lain bahkan pada jamu. Aflatoxin perlu dihindari karena
akumulasi zat di atas ambang batas normal akan rnenyebabkan toksigenik
(keracunan), mutagenik (mutasi gen), teratogenik (penghambatan pada pertumbuhan
janin) dan karsinogenik (kanker pada jaringan tubuh).
Sebuah studi kasus dilakukan oleh Winamo (1988) pada pengeringan jagung rakyat
di Indonesia. Jagung beserta klobot yang baru dipanen pada kadar air kering panen
ternyata telah mengandung aflatoxin sebesar 3 ppb (sangat rendah). Penelian lanjut
dilakukan pada jagung tersebut setelah disimpan selama l - 14 hari secara sederhana
di lumbung desa/petani. Hasil dan penelitian tersebut menyatakan bahwa aflatoxin
berkembang hingga 21 ppb. Apabila penyimpanan dilakukan sampai dengan 2 bulan,
maka aflatoxin berkembang sampai dengan 73 ppb Pengupasan klobot pada jagung
yang telah disimpan selama 2 bulan menghasilkan jagung dengan aflatoxin 63 ppb.
Pada jagung yang telah dikupas tersebut selanjutnya diperlakukan pengeringan
secara mekanis dan konvensional. Pengeringan secara mekanis menghasilkan
jagung pipil kering dengan aflatoxin sebesar 110 ppb. Hal yang lebih parah terjadi
pada pengeringan yang dilakukan secara konvesional dimana hasil pengeringan
tersebut menghasilkan jagung dengan kadar aflatoxin 187 ppb.
Dari metode pengeringan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan aflatoxin
tidak dapat dikendalikan oleh metode pengeringan mekanis apabila jagung tersebut
pada awalnya telah mengandung aflatoxin dalam kadar yang cukup tinggi,
20
Perkembangan aflatoxin lebih ditentukan oleh rentang waktu yang digunakan untuk
pengeringan dimana semakin lambat proses pengeringan akan semakin tinggi
kandungan aflatoxin.
Setelah dipelajari lebih lanjut maka cara yang baik untuk menghasilkan Jagung pipilan
kering yang baik adalah dengan mempersingkat waktu pengolahan pasca panen
jagung tersebut. Berikut ini dua metode pengeringan yang berhasil menekan
perkembangan aflatoxin sampai ketingkat yang sangat rendah.
1. Pengeringan Bertahap.
Pengeringan ini dilakukan melalui dua tahap. Pengeringan tahap pertama dilakukan
dalam bentuk tongkol sehingga kadar air turun rnenjadi 18%. Selanjutnya Jagung
tersebut dipipil/dirontok. Pengeringan tahap kedua dilakukan dalam bentuk biji hasil
pipilan sehingga kadar air menjadi 14%. Pengeringan bertahap yang rnenghasilkan
jagung dengan kadar air 14% dalam waktu tiga hari hanya menaikkan kadar aflatoxin
menjadi 30 ppb.
II. PENUTUP
21
Dalam melakukan panen jagung, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah waktu dan cara panen
yang dapat menekan kehilangan hasil di kebun maupun selama pengangkutan. Perlu juga
diperhatikan penanganan pascapanen dengan menerapkan teknologi yang lebih efisien dan
lebih menjamin mutu hasil dan menekan kehilangan hasil. Dengan demikian, panen dan
penanganan pascapanen yang baik diharapkan dapat memberikan andil dalam peningkatan
produksi dan mutu jagung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2007. Panduan Umum PTT jagung Kementerian Pertanian, Badan Litbang Pertanian,
Balai Penelitian Tanaman Kacang – kacangan dan umbi – umbian
22
Anonimous, 2008. Penelitian Padi dan Palawija. Teknologi untuk Petani. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Anonimous, 2008. Panduan SL – PTT Departemen Pertanian
Bambang Cahyono. 2007. Jagung, Tehnik Budidaya dan Analisis Usahatani. Semarang: CV Aneka
Ilmu.
23
SELAMAT MENIKMATI VIDIO
PANEN DAN PENGELOLAAN PASCA
PANEN JAGUNG