Panduan Proses Produksi Dan Penentuan Titik Kritis Produk Madu

download Panduan Proses Produksi Dan Penentuan Titik Kritis Produk Madu

of 6

description

Panduan Proses Produksi Dan Penentuan Titik Kritis Produk Madu

Transcript of Panduan Proses Produksi Dan Penentuan Titik Kritis Produk Madu

  • Panduan Proses Produksi dan Penentuan Titik Kritis Produk Madu

    Madu, menurut Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Obat dan Makanan, merupakan

    cairan manis yang dihasilkan oleh lebah madu berasal dari berbagai sumber nektar. Aktifitas

    enzim diastase tidak kurang dari 3 DN. Madu memiliki karakteristik dasar berupa kadar

    hidroksimetil furfuralnya tidak lebih dari 40 mg/kg

    1. Diagram alir proses produksi madu

    Gambar1. Proses pengolahan madu dalam kemasan

    Penerimaanbahanbaku

    Madumentah Penyimpanan material

    kemasan

    Penyimpanan

    Penyaringan

    Pengeluaran air

    (penjernihan)

    Pencairan

    Pasteurisasi

    Pendinginan

    Pengisian

    Penutupan

    Pemberiankode

    Pelabelan

    Pengemassan

    Penyimpanan

    Distribusi

    Pemeriksaantoples

    Sterilisasitoples

    Pemeriksaantutup

    Sterilisasitutup

  • Madu adalah produk agrikultur yang unik dan tidak membutuhkan proses yang rumit

    untuk mengolahnya. Vica et al. (2009) mendeskripsikan proses pengolahan madu

    kemasan, mulai dari madu mentah hingga siap didistribusikan. Diagram alir pengolahan

    madu tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

    Pengolahan madu kemasan diawali dengan penyaringan madu yang telah diterima.

    Penyaringan dilakukan untuk memisahkan kotoran, sisa-sisa anakan, pecahan malam,

    polen dan lainnya (Effendy 2006).Xu et al. (2012) menyebutkan bahwa di beberapa

    tempat, proses penyaringan ini dilakukan setelah madu mengalami pre-heating. Proses

    pre-heating ini akan mencairkan kristal madu sehingga lebih mudah untuk disaring.

    Tahapan selanjutnya adalah pengeluaran air dari madu (pemekatan). Penggunaan

    pemekat vakum pada suhu 55C dan tekanan 0.085 MPA selama 45 menit dapat

    mengurangi mikroorganisme yang berperan dalam kerusakan madu. Proses ini juga

    mengurangi kadar air pada madu dan mencegah fermentasi pada madu, serta melelehkan

    kristal madu yang tak kasat mata sehingga madu dapat tetap cair meskipun disimpan

    bselama berbulan-bulan (Xu et al. 2012).

    Madu yang telah melewati tahap pemekatan sekaligus pelelehan ini kemudian

    dipasteurisasi. Maun (1999) menyatakan bahwa madu memiliki pH sebesar 3.1-4.2.

    Dengan pH dibawah 4.6, maka madu tergolong pangan berasam tinggi. Pasteurisasi dapat

    digunakan untuk memperpanjang masa simpan madu dengan cara menginaktivasi

    mikroorganisme perusak yang mungkin terdapat pada madu. Proses pasteurisasi biasanya

    dilakukan pada suhu rendah selama selang waktu tertentu (Fellows 2000). Xu et al.

    menyatakan bahwa pasteurisasi madu biasanya dilakukan pada suhu 80C selama 15

    menit. Pemanasan yang berlebihan pada madu akan berakibat pada inaktifnya enzim

    diastase pada madu serta naiknya kadar hidroksi metil furufural, suatu senyawa hasil

    degradasi gula oleh asam yang dipercepat oleh pemanasan. Efek pemanasan yang

    berlebihan meliputi perubahan pada penampilan madu, perubahan pada raa dan aroma,

    serta membuat warna madu lebih gelap (Formato et al. 2011).

    Setelah didinginkan, madu kemudaian diisikan ke dalam kemasan yang sudah disterilkan

    sebelumnya. Xu et al. (2012) mengatakan bahwa pengisian madu ke dalam kemasan

    dapat pula dilakukan sebelum proses pasteurisasi sehingga kemasan pun ikut

    terpasteurisasi. Keasan yang sudah berisi kemudian ditutup, diberi kode prodduksi dan

    dilabeli. Kemasan yang sudah ter-packing kemudian disimpan dan siap untuk

    didistribusikan.

    2. Bahan baku dan cemaran

    2.1.Bahan baku

    Madu berasal dari madu mentah yang disaring dari sarang lebah Apis mellifera.

    Lebah mengumpulkan nektar dari bunga dan mengubah nektar tersebut menjadi

    substansi lain dengan mensekresikan substansi tertentu dari tubuh mereka. Meskipun

    komposisi madu sangat tergantung pada tanaman asalnya, secara umum madu

    memiliki komposisi sebagai berikut: karbohidrat (73-83%), air (14.5-18.5%), asam

    organik (0.6%), protein (0.3%), serta mineral (0.1%). Madu bukan merupakan sumber

    yang baik bagi vitamin, lipid, maupun komponen aroma (Formato et al. 2011).

  • Gula yang diproduksi oleh tanaman dalam bentuk nektar tidak dapat disebut madu,

    kecuali apabila gula tersebut telah diolah oleh lebah. Madu lain yang dibuat tanpa

    pertolongan lebah atau oleh gula selain nektar dianggap madu palsu. Salah satu cara

    pembuatan madu palsu meliputi mencampur glukosa dan fruktosa (1:1), gula pasir,

    buah, flavor dan pewarna. Cara lainnya adalah dengan mencamputr 29.4 % gula pasir,

    40.8% gula invert (glukosa dan fruktosa), 0.1% garam mineral dan 29.7% air. Madu

    palsu juga dapat dibuat dari berbagai macam buah-buahan seperti pumpkin honey

    (sari buah labu) atau date honey (sari buah kurma). Ada juga yang mencampurkan

    sedikit madu asli pada madu tiruan (Maun 1999).

    2.2.Mendeteksi madu palsu dan batas maksimum cemaran

    Mendeteksi madu palsu dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah

    dengan melihat keaktifan enzim diastase. Jika keaktifan enzim mencapai 0, berarti

    proses pemanasan yang dilakkuka pada madu berlebihan atau mungkin pula madu

    tersebut adalah madu palsu atau tiruan. Bila kadar HMF>40 mg/kg madu, maka

    terdapat kemungkinan bahwa madu terseut dipalsukan menggunakan gula invert.

    Madu asli akan memiliki sifat optis aktif ke kiri (lebih banyak fruktosa daripada

    glukosa). Bila madu dipalsukan dengan gula invert atau gula pasir, maka sifat optis

    madu akan memutar ke kanan. Pemeriksaan keaslian madu juga dapat dilakukan

    dengan memeriksa kadar abu dan rasio Kalium:Natrium. Pada madu murni, rasio

    K:Na adalah sebesar 4. Namun pada madu palsu, rasionya antara 0.05-0.1 (Maun

    1999).

    Batas maksimum cemaran yang terkandung pada madu disebutkan dalam Peraturan

    Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.06.1.52.4011. Batas tersebut

    dijabarkan pada Tabel 1.

    Tabel1. Batas maksimum cemaran pada madu

    Cemaran Jenis Cemaran Batas Maksimum

    Mikroba ALT

  • berusia di bawah satu tahun. Meskipun botulism pada bayi merupakan kasus serius,

    namun kasus kematian sangat rendah, dan persentase madu yang terkontaminasi spora

    Clostridium juga sangat rendah. Oleh karena itu perlu diteankan bahwa konsumsi

    madu bagi anak berusia di bahwah satu tahun tidak disarankan (Formato et al. 2011).

    Bahaya fisik pada madu mentah dapat dihilangkan dengan proses penyaringan selama

    pengolahan madu. Sementara itu bahaya kimia yang terdapat dalam madu sayangnya

    tidak dapat dihindari. Bahaya kimia yang disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan

    kimia pertanian ini hanya dapat dihindari dengan penggunaan bahan-bahan kimi

    pertanian (seperti pestisida, antibiotik dan lain-lain) sesuai dengan peraturan yang

    berlaku. Kandungan cemaran kimia pada madu harus selalu dievaluasi (Formato et

    al.).

    Tabel2. Identifikasi bahaya pada madu sebelum proses

    Jenis

    bahaya Bahaya Spesifikasi bahaya Karakterisasi bahaya

    Biologis

    Spora Clostridium Botulism pada bayi Gejala neurologis, koma, kematian

    Kemungkinan

    hadirnya tanaman

    Ericaceae yang

    mengandung

    grayanotoxin

    Intoksikasi

    grayanatoksin

    Pusing, lemah, mual, muntah, tidak

    teraturnya detak jantum tapi jarang

    berakibat fatal

    Kemungkinan

    hadirnya tanaman

    yang mengandung

    pyrolizidine alkaloid

    Intoksikasi

    Pyrrolizidine

    alkaloid

    hepatotoksik, karsinogenik, teratogenik

    dan terkadang pneumotoksik

    Fisik

    Adanya material

    asing (gelas, logam,

    dan lainnya)

    Adanya material

    asing (gelas, logam,

    dan lainnya)

    Luka-luka di mulut dan saluran

    pencernaan

    Kimia

    Terdapat senyawa

    antimikroba

    Pengembangan

    kemampuan

    resistansi terhadap

    antimikroba

    Mengurangi efektivitas terapi

    antimikroba

    Insektisida acarisida

    Komponen

    Organoklorin,

    organofosfat, dan

    pyrethroid

    Karsinogenik, menghambat kesehatan

    reproduksi, merusak transmisi saraf,

    keracunan pada ginjal dan hati

    Kontaminan lainnya

    dari lingkungan

    Polychlorobiphenyl

    dan logam berat

    Bercak pada kulit dan mata, kerusakan

    hati, berkurangnya respon imun.

    Akumulasi timbal berakibat pada

    gangguan mental, neurologis dan

    metabolis

    Tabel3. Identifikasi bahaya pada proses pengolahan madu

    Tahapan Jenis

    bahaya Bahaya CCP/CP

    Penerimaan

    madu mentah Kimia

    Residu antibiotik, fenol dan

    pestisida, residu kimia dari CCP

  • wadah yang tidak aman

    Biologi Spora Clostridium botulinum CCP

    Penyimpanan - - CP

    Penyaringan - - CP

    Pemekatan - - CP

    Pencairan - - CP

    Pasteurisasi - - CP

    Pendinginan - - CP

    Pengisian - - CP

    Penutupan - - CP

    Pemberian

    kode - - CP

    Pelabelan - - CP

    Pengemasan - - CP

    Penyimpanan - - CP

    Distribusi - - CP

    Pemeriksaan

    wadah - - CP

    Sterilisasi

    wadah Fisik Pecahan gelas CCP

    Pemeriksaan

    tutup wadah - - CP

    Sterilisasi tutup - - CP

    3.2.Penetapan critical limit, tindakan korektif, monitoring dan verifikasi.

    CCP Critical

    limit Monitoring

    Tindakan

    korektif Verifikasi Dokumentasi

    Madu

    mentah

    Terdapatnya

    kandungan

    obat/ bahan

    kimia

    pertanian

    pada kotak

    indukan

    lebah

    Verifikasi

    dokumen-

    dokumen

    meliputi

    penggunaan

    bahan-bahan

    untuk

    perawatan

    kotak sarang

    lebah, adakah

    peralatan yang

    tertinggal pada

    sarang?

    Pemindahan

    semua

    peralatan

    perawatan

    yang

    tertinggal

    Pengambilan

    sampel dari

    tiap kandang

    untuk

    menganalisis

    kandungan

    cemaran

    bahan kimia

    Laporan seluruh kegiatan

    monitoring, dan semua

    informasi lainnya yang

    relevan dengan tindakan

    korektif

    Tidak

    adanya

    perawatan

    pada kotak

    indukan

    Penundaan

    penyaringan

    madu hingga

    semua

    perlakuan

    perawatan

  • terhadap

    sarang lebah

    selesai

    Penerimaan

    madu

    mentah

    Terdapat

    residu

    bahan-

    bahan kimia

    yang

    digunakan

    dalam

    pertanian

    maupun

    dalam

    peternakan

    lebah

    Verifikasi

    dokumen-

    dokumen

    meliputi

    penggunaan

    bahan-bahan

    untuk

    perawatan

    kotak sarang

    lebah,

    Reject madu

    mentah

    Pengambilan

    sampel

    untuk

    analisis

    kandungan

    cemaran

    kimia

    Laporan seluruh kegiatan

    monitoring, dan semua

    informasi lainnya yang

    relevan dengan tindakan

    korektif

    Sterilisasi

    Kemasan

    Terdapatnya

    cemaran

    fisik

    (contoh:

    pecahan

    kaca)

    Pengamatan

    fisik

    Reject

    kemasan dan

    sterilisasi

    ulang

    Pengambilan

    sampel

    untuk

    analisis

    adanya

    cemaran

    fisik

    Laporan seluruh kegiatan

    monitoring, dan semua

    informasi lainnya yang

    relevan dengan tindakan

    korektif

    Daftar Pustaka

    Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2006. Kategori Pangan. Surat Keputusan K.A. Badan

    POM RI No.: HK.00.05.52.4040.

    Effendy H. 2006. Optimalisasi Produksi Madu Kemasan pada PT. Madu Pramuka Cibubur

    Jakarta Timur. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Formato G, Zilli R, Condoleo R, Marozzi S, Davis I, Smuldens FJM. Review artikel: risk

    management in primary apicultural production. Part 2: a Hazard Analytsis Critical Control

    Point approach to assuring the safety of unprocessed honey. Veterinary Quarterly. Pp: 1-

    12

    Maun Sukmariah. 1999. Pemalsuan madu dengan sakarosa. J. Kedokter. Trisakti. 18(1):9-19.

    Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2009. Penetapan

    Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. No.

    HK.00.06.1.52.4011.

    Vica M, Glevitzky M, Dumitral GA, Popa M, Varvara S. 2009. Microbiological role in

    hazard analysis of natural honey processing. Journal of Agroalimentay Processes and

    Technologies. 15(3):353-360.

    Xu R, Cheng N, Huang W, Gao H, Deng J, Cao W. 2012. Effects of the processing steps on

    parathion levels during honey production and parathion removal by macroporous

    adsorption resin. Food Control. 23:234-237.