Panduan praktikum Ethologi

download Panduan praktikum Ethologi

of 12

Transcript of Panduan praktikum Ethologi

PANDUAN PRAKTIKUM ETHOLOGI

Dian Rachmawati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2011

I. SCHOOLING PADA IKAN

A. Teori Dasar Ikan berenang secara berkelompok, hal ini jelas merupakan suatu bentuk organisasi sosial. Biasanya individu dalam suatu kelompok ikan terdiri atas satu spesies, memiliki ukuran yang hampir sama, tidak memiliki pemimpin, serta semua individu melakukan aktivitas sama dalam waktu yang sama pula. Pitcher dalam Bone, dkk. (1995) menjelaskan bahwa perilaku sosial ikan terdiri atas perilaku school dan shoal. Istilah school untuk mendeskripsikan kelompok ikan yang berenang bersama-sama dengan kecepatan sama, berorientasi pararel, dan memiliki jarak terdekat antar ikan (NND= Nearest-Neighbor Distance) yang konstan. Dalam hal ini, terbentuknya school tersebut karena adanya respon sosial yang positif antara individu yang satu dengan yang lain, bukan karena sama-sama merespon suatu faktor lingkungan. Jadi kelompok ikan yang terbentuk ketika beberapa ekor ikan mendekati suatu stimulus eksternal (misalnya makanan) bukanlah suatu school, karena kelompok ini akan bubar begitu stimulusnya hilang (Price, 1975). Adapun perilaku shoal merupakan kelompok sosial ikan yang melakukan orientasi secara acak dan memiliki variasi jarak terdekat antar ikan. Pada kegiatan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat mengumpulkan buktibukti yang mampu menjelaskan bahwa dalam school ikan terdapat keseragaman dalam spesies, ukuran, dan tingkat aktifitas.

B. Alat dan Bahan Bahan yang dibutuhkan adalah 4 spesies ikan yang masing-masing terdiri atas 10 ekor ikan dan makanan ikan. Alat yang dibutuhkan adalah akuarium volume 15 liter, beaker glass volume 2 liter sebagai tempat ikan dalam akuarium, beaker glass volume 1 liter, jaring ikan, stop watch, ember plastik, dan spidol white board.

C. Cara Kerja 1. Pengamatan Masukkan 4 spesies ikan yang telah tersedia ke dalam akuarium. Amati tingkah lakunya dan jawablah pertanyaan berikut ini: a. Apakah ikan berenang dalam kelompok yang terdiri dari spesies yang sama? Apakah ada tingkah laku agresif dalam satu school? b. Ketika school ikan bergerak, apakah ada ikan yang memisahkan diri dari kelompoknya lebih dari 2 menit? c. Bagaimana pengaruh pemberian makanan dan ketukan pada dinding akuarium terhadap tingkah laku kelompok ikan?

2. Afinitas Spesies a. Dari pengamatan pendahuluan, pilihlah 2 spesies ikan yang memiliki ukuran, corak, warna, dan tingkat aktivitas yang relatif sama. b. Buat garis vertikal pada dinding luar akuarium sehingga menjadi 3 bagian (lihat Gambar 1). c. Masukkan ikan ke dalam beaker glass, setiap beaker glass diisi dengan 9 ekor ikan dari satu spesies. d. Letakkan kedua beaker glass pada ujung-ujung akuarium. e. Dengan menggunakan beaker glass yang terbalik, masukkan ikan coba yang spesiesnya sama dengan kelompok ikan pada salah satu beaker glass ke bagian tengah akuarium. Biarkan ikan coba berada dalam beaker glass yang terbalik di bagian tengah akuarium sampai 2 menit baru kemudian beaker glass diangkat pelan-pelan, sehingga ikan terbebas. f. Selama 15 menit, amati dan catat data tingkah laku ikan coba (tes 1) g. Ambilah ikan coba dari akuarium, kemudian pertukarkan letak kedua glass jar h. Dengan cara yang sama dengan langkah e masukkan kembali ikan coba ke bagian tengah akuarium. Amati dan catat tingkah laku ikan coba (tes 2) i. Gantilah ikan coba dengan ikan lain dari spesies kedua, dan ulangi langkah e sampai h (tes 3 dan 4).

j. Cantumkan hasil pengamatan pada Tabel 1. Tabel 1. Tabel pengamatan perilaku berkelompok ikan Ikan tes Conspesific Tes 1 Tes 2 Rata-rata Tes 3 Tes 4 Rata-rata Jumlah menit di daerah Tanpa ikan Spesific

Keterangan: y y Conspesific: daerah tempat ikan yang spesiesnya sama dengan spesies ikan coba Heterospecific: daerah tempat ikan yang spesiesnya berbeda dengan ikan coba

Selama pengamatan afinitas spesies ikan, perhatikan: Apakah terjadi hubungan antara ikan coba dengan ikan di dalam beaker glass? Apakah gerakan ikan coba mengikuti gerakan kelompok ikan di dalam beaker glass? Pernahkah ikan coba menjauhi daerah conspesific lebih dari 3 menit? Apakah aktivitas yang tiba-tiba dari ikan-ikan di dalam beaker glass merangsang ikan coba untuk mendekati glass jar tersebut?

3. Pengaruh besar kelompok terhadap afinitas intraspesies a. Dari percobaan 2, pilihlah spesies ikan yang kecenderungan schoolingnya paling kuat. b. Isilah 2 beaker glass dengan ikan dari spesies yang sama. Beaker glass pertama diisi dengan 2 ekor ikan, sedangkan glass jar kedua diisi dengan 6 ekor ikan. c. Dengan beaker glass terbalik masukkan seekor ikan coba dari spesies yang sama ke bagian tengah akuarium.

d. Selama 15 menit, amati dan catatlah data dengan menggunakan tabel seperti pada percobaan 2 (tes 1). e. Ambil ikan coba. Pertukarkan letak glass jar, kemudian masukkan kembali ikan coba tersebut (tes 2). f. Buatlah jumlah ikan yang sama pada kedua glass jar dan ulangi langkah d dan e (tes 3 dan tes 4).

D. Bahan Diskusi 1. Apakah ikan coba menghabiskan banyak waktu di daerah conspesific atau heterospesific? Jelaskan! 2. Apakah ikan coba menghabiskan banyak waktu di school ikan yang besar atau kecil? Jelaskan! 3. Apakah yang mempengaruhi schooling pada ikan? 4. Mengapa ikan coba harus diadaptasikan selama 2 menit sebelum diamati?

Gambar 1. Model simulasi schooling ikan

II. PERILAKU AGONISTIK DAN ORGANISASI SOSIAL PADA JANGKRIK A. Teori Dasar Semua tingkah laku yang mengarah kepada terjadinya perkelahian pada hewanhewan satu spesies disebut tingkah laku agonistik (Price, 1975). Aspek-aspek yang ada dalam tingkah laku agonistik antara lain ancaman, pengejaran, dan pertarungan fisik. Pada dasarnya tingkah laku agonistik tersebut merupakan kompetisi untuk beberapa sumber, yaitu makanan, air, pasangan, dan tempat tinggal untuk tempat bersarang, pelindungan selama musim dingin atau terhadap predator (Drickamer dan Vessey, 1982). Jangkrik merupakan hewan yang sangat tepat untuk digunakan dalam mempelajari tingkah laku agresif. Hal ini dikarenakan hewan ini bergerak aktif, memiliki variasi tingkah laku yang luas dan mudah diperoleh. Dua bentuk organisasi sosial pada jangkrik yaitu hirarkhi dominansi dan teritorialitas, terjadi setelah adanya tingkah laku agonistik. Dominansi satu jangkrik atas jangkrik yang lain terjadi setelah hewan-hewan tersebut mempertunjukkan suatu tingkah laku agonistik, meskipun tidak selalu melalui perkelahian. Demikian juga dengan pembentukan dan pertahanan teritorial, jangkrik harus melakukan tingkah laku agonistik terlebih dahulu terhadap jangkrik lain. Hirarkhi dominansi terjadi bila satu anggota populasi menguasai anggota yang lain secara tetap. Sifat hirarkhi mungkin linier, yaitu A mengalahkan B, B mengalahkan C, C mengalahkan D, dan seterusnya. Tetapi mungkin juga terjadi hirarkhi yang lebih kompleks: A mengalahkan B, B mengalahkan C, C mengalahkan D, tetapi D mengalahkan B, dan C mengalahkan A. Teritorial merupakan daerah yang dikuasai oleh hewan tertentu dan dipertahankan secara agresif. Pada jangkrik, teritorial ini biasanya areal di sekitar lubang atau tempat persembunyiannya. Umumnya hewan yang berada pada daerah teritorialnya bersifat dominan terhadap hewan pendatang.

Pada kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan tingkah laku agonistik dan organisasi sosial pada jangkrik, serta dapat mendeskripsikan pola tingkah laku tersebut. B. Bahan dan Alat Hewan yang digunakan dalam praktikum ini terdiri atas jangkrik jantan yang sehat dan berukuran sama, serta seekor jangkrik betina. Alat yang dibutuhkan meliputi terarium beserta perlengkapannya, kotak korek api atau kotak kecil lain serta cat penanda jangkrik. C. Cara Kerja 1. Agresi dan Hirarkhi dominansi a. Masukkan 5 ekor jangkrik jantan yang telah diberi tanda toraknya ke dalam terarium. Setiap jangkrik harus sudah mengalami isolasi sekurang-kurangnya selama 24 jam. b. Amati apa yang terjadi ketika dua ekor jangkrik berdekatan/saling berhadapan. c. Buatlah etogram tingkah laku agonistik yang tampak pada waktu pengamatan. Buatlah etogram secara kronologis mulai pada waktu jangkrik berdekatan/berhadapan sampai kalau mungkin terjadi perkelahian. d. Catat perubahan pola tingkah laku dan keras lemahnya suara. Perhatikan juga apakah respon jangkrik jantan tergantung pada mendekatnya jangkrik jantan yang lain. e. Tentukan ada tidaknya hirarkhi dominansi dengan membuat tabel seperti berikut ini. Jika ada hirarkhi tentukan waktu yang diperlukan untuk mencapai kestabilan. f. Masukkan seekor jangkrik betina ke dalam terarium tersebut. Amati dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai hirarki dominansi yang stabil? Bandingkan dengan ketika tanpa jangkrik betina? g. Catat hasil pengamatan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tabel hierarki dominansi pada jangkrik Jangkrik A B C D E A B C D E

2. Teritorialitas a. Siapkan 1 terarium yang sudah dilengkapi dengan sebuh kotak korek api yang terbuka salah satu ujungnya, letakkan pada salah satu sudut terarium. b. Masukkan ke dalam setiap terarium seekor jangkrik jantan. Biarkan selama sekurang-kurangnya satu hari. c. Masukkan 2 jangkrik jantan (bukan dari perlakuan 1) ke dalam terarium. Amati apa yang terjadi. Perhatikan: 1 ) Apakah terlihat adanya tingkah laku teritorial pada jangkrik pertama (resident male)? Bagaimana bentuknya? 2 ) Apakah jangkrik pendatang berusaha merebut teritorial resident male? Setelah selesai pengamatan keluarkan 2 ekor jangkrik jantan pendatang tersebut. d. Lakukan pengujian dengan menggunakan 5 jangkrik jantan yang sudah diketahui jenjangnya dalam hirarkhi dominansi. Dapatkah resident male mempertahankan rumahnya/teritorialnya dari jangkrik yang dominan terhadapnya. Setelah selesai pengamatan keluarkan 5 jangkrik jantan tersebut. e. Tambahkan 1 kotak korek api pada sudut yang berlawanan letaknya dengan perlakuan d. Masukkan 3 ekor jangkrik jantan yang jenjangnya dalam hirarki dominansinya sudah diketahui. Kemudian jawablah pertanyaan berikut ini. 1) Jangkrik mana yang berhasil mempertahankan teritorialnya? 2) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai kestabilan territorial?

3) Ambilah jangkrik yang tidak memperoleh rumah. Apakah perebutan teritoial terjadi diantara dua jangkrik yang memiliki rumah? f. Masukkan seekor jangkrik betina. Amati apa yang terjadi?

Gambar 2. Rangkaian percobaan daerah teritorialitas jangkrik

II. PERILAKU BELAJAR HAMSTER

A. Teori Hamster termasuk bangsa hewan pengerat. Aslinya hamster berasal dari Timur Tengah dan Eropa bagian tenggara. Sejak tahun 1930-an, hamster sudah dipelihara. Namun, pada waktu itu hanya sebagai hewan percobaan dalam lembaga-lembaga penelitian dan laboratorium. Akibatnya hamster hanya dikenal sebagai hewan yang hidup berkelompok, sedangkan aspek-aspek individual serta komponen makanan, penyakit, kelainan-kelainan, cara perawatan, dan gejala-gejala penyakitnya masih sedikit diketahui. Hamster gemar bermain sehingga apa pun yang dijumpainya di dalam kandang dapat saja dijadikan mainan. Tingkah laku bermain itulah yang membuatnya sangat disukai. Tak heran kalau kandang hamster sering diletakkan mainan seperti roda putar. Mainan ini dapat berputar jika diinjak-injak hamster. Selain itu, hamster sangat senang bermain naik turun tangga sehingga dalam kandangnya sangat baik diberi tangga buatan yang memisahkan kandang lantai bawah dengan lantai atas. Hamster biasanya bersifat diam dan nokturnal walaupun juga dapat dikatakan krepuskular dan mereka kadang-kadang aktif pada awal pagi hari atau akhir sore. Mereka adalah penggali yang baik, membuat lubang dengan pintu masuk satu atau lebih dan dengan galeri yang terhubung dengan kamar mereka untuk sarang, gudang makanan dan aktivitas lainnya. Tidak ada hamster yang berhibernasi selama musim dingin, tetapi beberapa pengalaman periode torpor terjadi selama beberapa hari sampai beberapa bulan.

B. Alat dan Bahan Hewan yang digunakan dalam praktikum ini adalah dua ekor hamster yang telah diaklimatisasi dalam kandang yang dilengkapi roda putar dan bola bermain, dan dilaparkan selama 24 jam, serta makanan hamster. Alat yang dibutuhkan adalah jalan labirin hamster.

C. Cara Kerja 1. Perilaku alami hamster Sebelum memulai praktikum, amati perilaku kedua ekor hamster secara alami. Hal ini dapat diketahui dari cara hamster menggunakan sumber daya ruang (sarang) beserta fasilitas yang berada di dalamnya, pergerakan dan aktivitas hamster lainnya di dalam sarang. Tulislah hasil pengamatan dalam tabel pengamatan. 2. Perilaku belajar dan mencari jalan keluar a. Siapkan labirin hamster dan letakkan hamster pada salah satu ujungnya (ujung start). Contoh labirin dapat terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Model labirin hamster b. Biarkan hamster berjalan di dalam labirin tersebut c. Amati pergerakan hamster di dalam labirin, apakah hamster tersesat atau dapat menemukan jalan keluar? d. Ambil hamster tadi, kemudian letakkan kembali hamster tersebut di titik start. Amati pergerakan hamster tersebut. Apakah terdapat perbedaan dengan pengamatan pertama? e. Buat penghalang di salah satu jalur labirin sehingga jalan keluar menjadi berbeda. Ulangi langkah a-c, amati pergerakan hamster!

f. Ambil kembali penghalang pada labirin, letakkan makanan hamster di titik finish. Ulangi percobaan a-c, amati apakah hamster berhasil menemukan makanannya secara langsung? Jelaskan! g. Perilaku apa yang muncul pada hewan uji pada percobaan di atas? Jelaskan