Panduan Praktik Klinis DHF Anak

6
DEMAM BERDARAH DENGUE 1. GEJALA KLINIS Gejala klinis berikut harus ada, yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan, yang ditandai dengan : 1.) Uji bendung (Rumple Leed) positif 2.) Ptekie, ekimosis, purpura 3.) Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi 4.) Hematemesis dan atau melena c. Pembesaran hati (hepatomegali) d. Syok Ditandai dengan nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi (≤20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, capillary refill rate (CFR) memanjang (> 2 detik) dan pasien tampak gelisah 2. LABORATORIUM a. Trombositopenia (<100.000/µl atau kurang) b. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan manifestasi sebagai berikut : 1.) Peningkatan hematokrit ≥20% dari nilai standar 2.) Penurunan hematokrit ≥20% setelah mendapat terapi cairan 3.) Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia

description

panduan praktik klinis

Transcript of Panduan Praktik Klinis DHF Anak

Page 1: Panduan Praktik Klinis DHF Anak

DEMAM BERDARAH DENGUE

1. GEJALA KLINIS

Gejala klinis berikut harus ada, yaitu :

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama

2-7 hari

b. Terdapat manifestasi perdarahan, yang ditandai dengan :

1.) Uji bendung (Rumple Leed) positif

2.) Ptekie, ekimosis, purpura

3.) Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi

4.) Hematemesis dan atau melena

c. Pembesaran hati (hepatomegali)

d. Syok

Ditandai dengan nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi

(≤20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, capillary refill

rate (CFR) memanjang (> 2 detik) dan pasien tampak gelisah

2. LABORATORIUM

a. Trombositopenia (<100.000/µl atau kurang)

b. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan

manifestasi sebagai berikut :

1.) Peningkatan hematokrit ≥20% dari nilai standar

2.) Penurunan hematokrit ≥20% setelah mendapat terapi cairan

3.) Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia

TERDIAGNOSIS BILA : 2 dari gejala klinis pertama ditambah satu dari kriteria

laboratorium (atau hanya peningkatan hematokrit)

3. DERAJAT

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan menjadi 4 derajat (setiap derajat sudah ditemukan

trombositopenia & hemokonsentrasi)

a. Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi

perdarahan adalah uji bendung positif

Page 2: Panduan Praktik Klinis DHF Anak

b. Derajat II : derajat I + perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain

c. Derajat III : kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun

(≤20mmHg) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, anak

terlihat gelisah

d. Derajat IV : syok berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak terukur

4. TATALAKSANA

a. Tatalaksana DBD tanpa syok

Anak dirawat di rumah sakit

Berikan banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu utk

mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare

Berikan parasetamol jika demam, JANGAN berikan asetosal atau ibuprofen karena

dapat merangsang perdarahan

Berikan infus sesuai tatalaksana dehidrasi sedang :

1.) Berikan hanya larutan isotonik : Ringer laktat / asetat

2.) Kebutuhan cairan parenteral :

a.) BB < 15kg : 7 ml/kgBB/jam

b.) BB 15 - 40kg : 5 ml/kgBB/jam

c.) BB > 40kg : 3 ml/kgBB/jam

3.) Pantau tanda vital dan diuresis tiap jam, pantau hasil laboratorium (Hemoglobin,

Hematokrit, leukosit, trombosit) tiap 6 jam

4.) Bila terdapat penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan cairan bertahap

sampai stabil. Cairan intravena hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak

kebocoran kapiler spontan setelah pemberian cairan

5.) Bila terdapat perburukan klinis, beri tatalaksana syok terkompensasi

b. Tatalaksana DBD dengan syok

Perlakukan sebagai gawat darurat

1.) Oksigenasi 2-4 lpm secara nasal

2.) Beri larutan intravena 20ml/kgBB secepatnya dengan larutan kristaloid

Page 3: Panduan Praktik Klinis DHF Anak

3.) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20ml/kgBB

secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid

10-20ml/kgBB/jam maksimal 30ml/kgBB/24 jam

4.) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun

pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi ; berikan transfusi darah /

komponen

5.) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi membaik, tekanan

nadi melebar), jumlah cairan dikurangi menjadi 10ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam

dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan

laboratorium

6.) Dalam banyak kasus cairan intravena dapat dihentikan dalam 36-48 jam. HATI-

HATI kebanyakan kasus kematian terjadi akibat kelebihan cairan daripada

pemberian cairan yang terlalu sedikit

5. Penanganan kelebihan cairan

Tanda awal :

a. Nafas cepat

b. Tarikan dinding dada ke dalam

c. Efusi pleura luas

d. Asites

e. Edema periorbital atau jaringan lunak

Tanda lanjut :

f. Edema paru

g. Sianosis

h. Syok reversibel

Tatalaksana bergantung pada kondisi klinis pasien masih syok atau tidak :

a. Anak masih syok dan menunjukkan tanda kelebihan cairan berat, sulit ditangani.

Rujuk segera

Page 4: Panduan Praktik Klinis DHF Anak

b. Syok pulih namun anak masih sulit bernafas atau bernafas cepat dan efusi luas,

berikan obat minum atau furosemid intravena 1mg/kgBB/dosis 1x atau 2x sehari

selama 24 jam terapi oksigen

c. Syok pulih anak stabil, hentikan pemberian cairan intravena dan jaga anak tetap

istirahat di tempat tidur 24-48 jam.

6. Pemantauan

a. Anak dengan syok

Periksa tanda vital setiap jam (terutama tekanan nadi), hingga stabil. Periksa nilai

hematokrit setiap 6 jam, dokter mengevaluasi setiap 6 jam

b. Anak tanpa syok

Periksa tanda vital (suhu, nadi dan tekanan darah) minimal 4 kali sehari dan nilai

hematokrit minimal sekali sehari.

Catat dengan lengkap cairan masuk dan keluar.

BibliographyWHO, 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: World Health Organization.