PANDUAN PRAKTEK

65
Praktikum I PEMERIKSAAN AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG DAN INTERPRETASI EKG Tujuan Praktikum : Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat : 1. Melakukan pemeriksaan aktifitas listrik jantung dengan menggunakan alat EKG 2. Menginterpretasi aktifitas jantung pada gambaran EKG 3. Membuat kesimpulan mengenai gambaran EKG Alat yang digunakan : 1. Tempat tidur 2. Mesin & Kertas EKG Aktivitas Listrik Jantung Jantung merupakan sebuah organ yang mampu menghasilkan muatan listrik.Tubuh merupakan sebuah konduktor yang baik,dengan demikian impuls yang dihasilkan jantung dapat menjalar keseluruh tubuh sehingga potensial aksi yang dipancarkan oleh jantungdapat diukur dengan Galvanometer melalui elektroda-elektroda yang diletakan pada berbagai tempat. Grafik yang tercatat melalui rekaman ini disebut elektrocardiogram (EKG). Aktivitas listrik jantung dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya aktivitas sistim saraf otonom, keadaan anatomi struktur jantung , keadaan otot jantung, kondisi sistem konduksi jantung, penggunaan obat tertentu, dan konsentrasi elektrolit dalam serum, oleh karena itu kesimpulan hasil EKG harus disertai dengan hasil pemeriksaan fisik, anamnesa dan keadaan klinis klien. Jantung dapat berkontraksi secara teratur karena mendapat impuls secara teratur dari pace maker alamiah (SA 1

description

Panduan

Transcript of PANDUAN PRAKTEK

Page 1: PANDUAN PRAKTEK

Praktikum I

PEMERIKSAAN AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG DAN INTERPRETASI EKG

Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat :

1. Melakukan pemeriksaan aktifitas listrik jantung dengan menggunakan alat EKG

2. Menginterpretasi aktifitas jantung pada gambaran EKG

3. Membuat kesimpulan mengenai gambaran EKG

Alat yang digunakan :

1. Tempat tidur

2. Mesin & Kertas EKG

Aktivitas Listrik Jantung

Jantung merupakan sebuah organ yang mampu menghasilkan muatan listrik.Tubuh

merupakan sebuah konduktor yang baik,dengan demikian impuls yang dihasilkan jantung

dapat menjalar keseluruh tubuh sehingga potensial aksi yang dipancarkan oleh jantungdapat

diukur dengan Galvanometer melalui elektroda-elektroda yang diletakan pada berbagai

tempat. Grafik yang tercatat melalui rekaman ini disebut elektrocardiogram (EKG).

Aktivitas listrik jantung dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya aktivitas sistim saraf

otonom, keadaan anatomi struktur jantung , keadaan otot jantung, kondisi sistem konduksi

jantung, penggunaan obat tertentu, dan konsentrasi elektrolit dalam serum, oleh karena itu

kesimpulan hasil EKG harus disertai dengan hasil pemeriksaan fisik, anamnesa dan keadaan

klinis klien.

Jantung dapat berkontraksi secara teratur karena mendapat impuls secara teratur dari pace

maker alamiah (SA Node) yang akan dilanjutkan ke sistem konduksi lainnya yaitu AV Node,

Bundlle of His, dan Purkinye Fibers.

Terbukanya saluran ion Na dan Ca pada membran sel otot jantung menyebabkan ion ini

dengan mudah masuk kedalam sel otot jantung dan dengan segera menimbulkan perubahan

potensial membran dimana intrasel menjadi lebih elektro positif dan menimbulkan proses

depolarisasi, keadaan ini dinamakan potensial aksi. Setelah fase depolarisasi berlalu, membran

sel akan mengalami repolarisasi, yaitu keadaan dimana ion-ion kembali keposisi semula dan

intrasel kembali menjadi lebih elektro negatif. Pada fase depolarisasi terdapat masa refrakter

dan pada masa ini otot jantung tidak dapat dirangsang. Rangsangan baru dapat diterima jika

sel sudah mengalami proses repolarisasi sempurna.

Masa refrakter sangat penting bagi fungsi jantung untuk mempertahankan irama jantung

secara regular dan memberi waktu yang cukup bagi jantung untuk berkontraksi dan

1

Page 2: PANDUAN PRAKTEK

berelaksasi, sehingga fungsi hemodinamik jantung dapat dipertahankan dengan baik dan

efektif.

Adanya rangsang pada saat proses repolarisasi belum sempurna memungkinkan

terjadinya salah satu dari empat hal dibawah ini :

1) Rangsang tiba pada permulaan fase repolarisasi. Jantung sama sekali tidak

dapat dirangsang, masa ini disebut masa refrakter absolut. Hubungan dengan EKG pada

fase ini terletak pada diantara permulaan kompleks QRS sampai kira-kira puncak

gelombang T

2) Rangsang tiba sesudah masa refrakter absolut. Pada masa ini rangsang yang

sangat kuat akan mendapat respon elektris, tetapi potensial aksi yang dihasilkan tidak

normal Periode ini dinamakan masa refrakter relatif. Dalam hubungannya dengan EKG

periode ini terletak pada sisi menurunnya gelombang T.

3) Rangsang tiba pada bagian awal masa refrakter relatif. Pada fase ini rangsang

yang sangat kuat dapat membangkitkan respons elektris yang menimbulkan sebuah

potensial aksi. Masa ini disebut masa refrakter efektif

4) Rangsang tiba sesudah masa refrakter relatif. Pada fase ini rangsang yang

lemahpun dapat membangkitkan respons elektris yang menimbulkan sebuah potensial

aksi. Masa ini disebut masa supernormal exitability. Hubungan dengan EKG, periode ini

terdapat pada akhir dari gelombang T.

Kertas EKG

Kertas EKG merupakan kertas grafik yang dibagi dengan garis tipis ( 1 mm x 1 mm) dan

garis sedikit tebal (5 mm x 5 mm). Aksis horizontal menggambarkan waktu, dan kecepatan

mencatat mesin EKG adalah 25 mm/detik. Dengan demikian 1 mm horizontal sama dengan

0.2 detik. Aksis vertikal menggambarkan amplitudo (voltage). Standar baku amplitudo untuk

voltage adalah 1 atau 10 kotak berukuran 0.1 mm (1 cm) sama dengan 1 mVolt. Stardarisasi

ini harus konsisten agar dengan melihat amplitudo dapat dilihat adanya perubahan amplitudo

dalam gambaran EKG yang menunjukkan perubahan konduksi jantung. Apabila gambaran

EKG yang terekam terlalu kecil, standarisasi amplitudo dapat dirubah menjadi 2 mVolt atau

sebaliknya jika amplitudonya terlalu tinggi, voltagenya dirubah menjadi 0.5 mVolt.

Elektroda

Elektroda berdasarkan polaritasnya dibagi menjadi elektroda positif (anoda) dan elektroda

negatif (katoda) dan netral (ground).

Elektroda dibuat dari bahan yang dapat menjamin resistensi yang rendah antara kulit dan

permukaan elektroda. Dan untuk memperoleh gambaran EKG yang jelas pada setiap

pemasangan elektroda harus dibubuhi jelly atau krim yang berfungsi untuk meminimalkan

resistensi.

2

Page 3: PANDUAN PRAKTEK

EKG dapat direkam antara 2 kutub ( positif dan negatif) yang dipasang dipermukaan

tubuh dengan sebuah elektroda netral sebagai kontak ketiga dan diletakkan di tungkai yang

bertujuan untuk menyalurkan arus listrik yang berlebihan ketanah. EKG standar dibuat

sebanyak 12 sadapan pada tempat yang mampu memberikan gambaran aktivitas listrik

jantung.

Teknik Perekaman

1) Persiapan orang yang akan di EKG

Orang yang akan di EKG harus berada dalam keadaan relaks, tenang, dan berbaring

terlentang, serta tidak dalam keadaan terlalu kenyang atau terlalu lapar.

Badan yang berminyak atau kotor, terutama pada area tempat pemasangan elektroda

harus dibersihkan terlebih dahulu.

2) Ruang untuk pemeriksaan EKG harus sejuk, tenang dan nyaman. Tidak berdekatan

dengan alat X-Ray, mesin bermotor, atau mesin bertegangan tinggi. Selama perekaman

benda-benda elektronik ( AC, TV, Heater. radio) sebaiknya dimatikan. Tempat tidur

sebaiknya terbuat dari kayu atau bahan non-konduktor, dan tidak bersentuhan dengan

dinding yang mengandung kabel listrik.

3) Alat EKG diletakkan ditempatnya/diatas meja dan kabel mesin EKG tidak boleh

melewati badan pasien atau dibawah tempat tidur pasien untuk mencegah timbulnya AC

interferensi.

4) Prosedur perekaman

Pertama aturlah standarisasi 1 mVolt untuk semua sandapan.

Periksalah semua elektroda apakah sudah terpasang tepat pada tempat yang seharusnya

dengan sebelumnya sudah memberikan jelly secara merata.

5) Sandapan EKG

Elektroda yang dipasang pada tempat tertentu pada tubuh merupakan 1 sandapan. Garis

hipotetis yang menghubungkan 2 elektroda disebut poros sandapan. Terdapat 3 macam

sandapan :

a) sandapan bipolar (sandapan standar)

b) sandapan unipolar ekstremitas

c) sandapan unipolar precordial

a. Sandapan Bipolar (Standard Lead / I, II,

III )

Sandapan bipolar mengukur perbedaan potensial antara 2 elektroda pada permukaan

tubuh. Sandapan bipolar disebut sandapan standard dan ditandai dengan I, II, dan III.

Sandapan I : elektroda positif dihubungkan dengan lengan kiri (LA) dan elektroda negatif

dihubungkan dengan lengan kanan (RA)

3

Page 4: PANDUAN PRAKTEK

Sandapan II : Elektroda positif dihubungkan dengan kaki kiri (LL), dan elektroda negatif

dengan lengan kanan (RA).

Sandapan III : Elektroda positif dengan kaki kiri (LL) dan elektroda negatif dengan

tangan kiri (LA).

Gambaran EKG pada sandapan ini menunjukkan :

Sandapan I : Keadaan jantung kiri lateral

Sandapan II Berjalan parallel dengan arah vector yang normal

Sandapan III : Keadaan jantung kanan dan bawah

Oleh karena pertama kali digunakan oleh Einthoven untuk mengetahui perbedaan

potensial listrik pada bidang frontal, ketiga sandapan ini dikenal dengan segitiga Einthoven.

b. Sandapan unipolar limb lead (aVR, aVL,

aVF)

Sandapan ini hanya mengukur potensial listrik pada satu titik, sehingga disebut sandapan

unipolar. Sandapan ini pertama kali digunakan oleh Wilson. Selanjutnya Goldberger

memperbaharui teknik perekaman dengan sandapan ekstremitas yang diperbesar. (a VR, a VL,

a VF).

Sandapan a VR = sandapan unipolar lengan kanan yang diperkuat.

Sandapan a VL = sandapan unipolar lengan kiri yang diperkuat.

Sandapan a VF = sandapan unipolar tungkai kiri yang diperkuat.

Gambaran EKG pada sandapan ini menunjukan

a VR : keadaan jantung kanan

a VL : keadaan jantung kiri dan lateral

a VF : keadaan jantung bawah

c. Sandapan uniporal prekordial

Sandapan unipolar dada ditandai dengan huruf V

Penempatan elektroda sebagai berikut:

V1 : ruang iga keempat pada garis sternal kanan

V2 : ruang iga keempat pada garis sternal kiri

V3 : terletak diantara V2 dan V4

V4 : ruang iga kelima pada garis mid clavicularis kiri

V5 : garis aksila depan

V6 : garis aksila tengah

V7 : garis aksila belakang

V8 : garis scapula belakang

V9 : batas kiri columna vertebralis

V3R: lokasinya sama dengan V3 teapi di sebelah kanan

V4R: sampai V9R sama dengan sandapan-sandapan di atas hanya letaknya di dada

sebelah kanan

4

Page 5: PANDUAN PRAKTEK

Gambaran EKG pada sandapan ini menunjukan:

V1 : keadaan jantung anterior atas kanan dan anteroposterior

V1, V2, V3 : keadaan jantung anteroseptal

V4 : keadaan jantung antero apical

V5-V6 : keadaan jantung anterolateral atau jantung kiri lateral.

Dari sandapan-sandapan di atas dapat menunjukan keadaan jantung sebagai berikut:

- keadaan jntung anteroseptal pada sandapan : V1, V2, V3

- keadaan jantung apical : I, II, III

- keadaan jantung superior : I, a VL

- keadaan jantung anterior : II, III, a VR

- keadaan jantung anterolateral : I, a VL, V5, danV6.

Elektrokardiogram yang normal

EKG adalah suatu rekaman yang ditimbulkan oleh perubahan aktivitas listrik jantung

yang ditandai dengan gelombang P, Q, R, S, T dan U.

Gelombang P

Gelombang P merupakan depolarisasi atrium dan merupakan perjalan impuls dan impuls

SA. Gelombang P yang normal waktu <0,08 detik dan amplitudo < 3 mm (2,5mm) dan di aVR

selalu negatif.

Gelombang Q

Menggambarkan awal dari depolarisasi ventrikel. Gelombang Q pada sadapan aVR adalah

normal.

Gelombang Q menggambarkan keadaan pathologis (nekrosis jaringan miokard) jika dijumpai

karakteristik sebagai berikut :

Lebar (waktu) lebih dari 0.04 detik (1mm)

Dalamnya lebih dari 25% amplitudo gelombang R

Gelombang R

Merupakan defleksi positif pertama dari kompleks QRS, yang menggambarkan fase

depolarisasi ventrikel.

Gelombang S

Merupakan defleksi negatif sesudah gelombang R, yang juga menggambarkan

depolarisasi ventrikel

Gelombang T

Gelombang T ditimbulkan oleh proses repolarisasi ventrikel. Waktu gelombang T

biasanya 0,10-0,25 detik. Gelombang T positif I dan II; mendatar bifasis atau negatif di aVL

dan aVF; negatif di V1 dan positif do V2 sampai V6.

5

Page 6: PANDUAN PRAKTEK

Gelombang U

Gelombang U adalah defleksi positif yang kecil sesudah gelombang T, disebut juga

after potensial. Gelombang U yang negatif selalu berarti abnormal.Bila amplitudo gelombang

U > dari gelombang T menggambarkan hipokalemia

P-R interval

P-R interval menunjukan waktu antara depolarisasi atrium sampai dengan permulaan

depolarisasi ventrikel. P-R interval diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan

QRS kompleks. P-R interval waktu 0,12-0,20 detik.

P-R Segmen

P-R segmen merupakan perlambatan transmisi impuls di simpul AV P-R segmen diukur

dari akhir gelombang sampai permulaan QRS kompleks.

QRS kompleks

QRS kompleks menunjukan depolarisasi ventrikel jantung. Nilai normal < 0.12.

Interval QRS > 0.12 dijumpai pada Bundle Branch Block (BBB) atau hiperkalemia

S-T segmen

ST segmen adalah interval antara akhir QRS kompleks dengan permulaan gelombang

T. ST segmen biasanya anisoelektrik dan waktunya antara 0,05-0,15 detik.

S-T interval

ST interval diukur dari QRS sampai akhir gelombang T.

Q-T interval

QT interval menunjukan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi dan repolarisasi

ventrikel. QT interval diukur mulai dari permulaan QRS kompleks sampai akhir gelombang T.

Waktu QT interval 0,35-0,44 detik. QT interval tergantung frekuensi jantung.

1

2

3

6

Rate of Impulse Formation

(Impulses Per Minute )

1. S-A Node = 60 – 40

2. A – V Junction = 40 – 60

3. Ventricle = 20 - 40

Page 7: PANDUAN PRAKTEK

LKA LKIV1 V2

V3

V4 V5

V6

Precordial – leads(Chest – leads )

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

aVF(+)(+)(+)

(+)

aVL(+)(+)aVR

I

IIIII

Heart Rate

0.04”

0.2”

1 mm 5 mm

1 mm

5 mm

P

Q

R

S

T

U

1

2

3

4

5

6

7

8

9a

b

c

7

Untuk kecepatan kertas EKG = 25 mm / 1 detikBila antara QRS complex dgn. QRS berikutnya satu kotak besar berarti Heart Rate-nya = 300 / menit

Gabungan bidang proyeksi Vektor (Impuls) dari Einthoven & (Bipolar)Goldberger (monopolar) “Bidang Frontal”

- leads = I , II , III = Bipolar

- leads = aVR , aVL , aVF = Monopolar (Limb – leads).

Page 8: PANDUAN PRAKTEK

Tata Kerja Praktikum

Pemeriksaan EKG

1. Persiapan Alat-alat

a. Mesin EKG yang sudah disiapkan dengan 3 kabel, yaitu :

1) Satu kabel untuk listrik (power)

2) Satu kabel untuk bumi (ground)

3) Satu kabel untuk pasien (patient cable)

b. Plat elektroda, yaitu :

1) Elektroda ekstremitas dikaitkan dengan ban pengikat

2) Elektroda dada dengan ban pengisap

c. Jeli elektroda

d. Kertas EKG

e. Kertas tissue

f. Kapas alkohol/ alkohol 70%

g. Pisau cukur (bila perlu)

2. Cara Menempatkan Elektroda

a. Elektroda extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri.

b. Elektroda extremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki kanan dan kiri bagian

dalam.

c. Posisi pada pergelangan tidak mutlak, bila diperlukan dapat dipasang sampai ke

bahu kiri/kanan, pangkal paha kiri/kanan. Kemudian kabel dihubungkan :

1) Merah (RA) : lengan kanan

2) Kuning (LA) : lengan kiri

3) Hijau (LL) : tungkai kiri

4) Hitam (RL) : tungkai kanan (sebagai ground)

d. Elektroda harus selalu terpasang pada :

1) V1 : Ruang sela iga IV disebalah pinggir kanan sternum

2) V2 : ruang sela iga IV disebelah pinggir kiri strenum

3) V3 : ditengah antara V2 dan V4

4) V4 : ruang sela iga ke V pada garis miklavikula kiri

5) V5 : garis aksilaris anterior kiri setinggi V5

6) V6 : garis midaksilaris kiri setinggi V5

e. Hidupkan mesin EKG (power on), biarkan sebentar untuk pemanasan

f. Periksa kembali standarisasi dari EKG, yaitu :

1) Kalibrasi 1 mV

2) Kecepatan 25 mm/detik

8

Page 9: PANDUAN PRAKTEK

3) Setelah itu dilakukan kalibrasi dengan menekan tombol RUN/ START, dan

setelah kertas bergerak tombol kalibrasi ditekan 3 kali berturut-turut, dan

periksa apakah tinggi hasil kaliberasi 10 mm (1 mV)

g. Dengan memindahkan LEAD Selector, buat pencatatan EKG secara berturut-turut :

LEAD I, II, III, 2VR, 2VL, 2VF, V1-V6

h. Selesai pencatatan pindahkan lagi ke LEAD Selector Kalibrasi dan lakukan

kalibrasi sebanyak 3 kali

i. Matikan mesin EKG

j. Rapikan pasien dan alat-alat

k. Catat hasilnya di pinggir kiri atas kertas EKG :

1) Nama pasien

2) Umur

3) Tanggal dan jam perekaman

4) Yang membuat perekaman pada kiri bawah

Di bawah tiap LEAD, diberi tanda LEAD berapa

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Sebelum bekerja periksa dahulu voltase mesin EKG.

2. Alat selalu dalam posisi STOP bila tidak digunakan.

3. Rekaman dilakukan masing-masing LEAD 3-4 kompleks.

4. Kalibrasi dapat dipakai ½ mV bila gambar terlalu besar, atau 2 mV bila gambar terlalu

kecil.

5. Hindari gangguan listrik dan mekanik seperti : jam tangan, tremor, bergerak, atau

batuk.

Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien

Hitunglah frekuensi denyut jantung dengan perhitungan sbb.:

___300___ atau __1500____

kotak besar kotak kecil

9

Page 10: PANDUAN PRAKTEK

Laporan Praktikum I

Nama : …………………………….

NPM : …………………………….

Tanggal Praktikum : …………………………….

Partner : 1…………………………………………..

2. ………………………………………….

3. ………………………………………….

4. …………………………………………..

I. Tujuan

Praktikum : ..................................................................................................................

......................................................................................................................................

......................................................................................................................................

....................................................................................

II. Evaluasi

EKG

1. HR : x/m

2. gel P :

Posisi ......................................................................................................

Waktu ..........................................................................................................

Amplitudo .......................................................................................................

3. P-R interval : ........................................................................................................

4. QRS complex : ...................................................................................................

5. ST segment : ........................................................................................................

.....................................................................................................

6. Gel.T : Posisi ................................................................................................

Amplitudo : .........................................................................................................

Kesimpulan :

………………………………………………………….................................

..............................................................................................................

...............................................................................................................

..............................................................................................................

10

Page 11: PANDUAN PRAKTEK

Hasil Rekaman EKG

Nama : Tgl ....................... TD .............................

I II

III AVR

AVL AVF

V1 V2

V3 V4

V5 V6

11

Page 12: PANDUAN PRAKTEK

Praktikum II

DENYUT JANTUNG (ICTUS CORDIS), BUNYI JANTUNG, &

PENGARUH PERUBAHAN POSISI DAN AKTIVITAS TERHADAP

TEKANAN DARAH DAN DENYUT JANTUNG

Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat :

1. Melakukan pemeriksaan denyut jantung

2. mengidentifikasi bunyi jantung menggunakan stetoskop

3. dan menjelaskan pengaruh aktivitas terhadap denyut jantung dan

tekanan darah.

Alat yang diperlukan

1. Sphygmomanometer

2. Stetoskop

3. Bangku kayu

Mekanisme kerja Jantung

Mekanisme kontraksi jantung terjadi karena adanya proses stimulus-respons yang timbul

karena adanya sistem penghantar khusus jantung yang dibentuk oleh otot-otot jantung. Dengan

demikian otot jantung berbeda dengan otot lainnya karena selain berfungsi untuk kontraksi

tetapi juga berfungsi sebagai sistem konduksi ( penghantar khusus). Sistem penghantar khusus

ini mempunyai sifat-sifat sbb.:

a. Otomatisasi : yaitu kemampuan untuk menghasilkan impuls secara spontan

b. Ritmisitas : yaitu kemampuan membentuk impuls secara teratur

c. Daya konduksi : yaitu kemampuan untuk menyalurkan impuls

d. Daya rangsang : yaitu kemampuan untuk menanggapi stimulus.

Sistem penghantar khusus jantung terdiri dari :

a. Sinoatrial (SA) Node yang berperan sebagai pacu jantung (pace maker), terletak

pada dinding atrium kanan dekat muara Vena Cava Superior

b. Atrioventrikular (AV) Node, terletak dibagian bawah septum atrium dekat muara

Sinus Koronarius

c. Bundle of His (Berkas His), sebagai lanjutan dari AV Node dan merupakan

penghubung fungsional antara otot atrium dengan otot ventrikel. Dibagian atas

septum venetrikel, berkas His bercabang 2 (dua) menjadi cabang kanan (Right

Bundle Branch) yang menuju ventrikel kanan, dan cabang kiri (Left Bundle branch0

yang menuju ventrikel kiri. Cabang kiri ini pendek dan bercabang lagi menjadi

fasikulus anterior yang menuju dinding ventrikel kiri bagian depan atas, dan

12

Page 13: PANDUAN PRAKTEK

fasikulus posterior menuju dinding ventrikel kiri bagian belakang bawah.Ujung-

ujung berkas susunan penghantar khusus di ventrikel terdiri dari serat-serta Purkinje

yang berada di sel-sel miokardium.

Kecepatan pembentukan impuls, konduksi, dan kekuatan kontraksi diatur oleh sistem

saraf autonom yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis melalui

N.Vagus.Dalam mengendalikan aktivitas jantung saraf simpatis dan parasimpatis mempunyai

pengaruh yang berlawanan. Saraf simpatis meningkatkan kecepatan pembentukan impuls,

kecepatan konduksi, dan kekuatan kontraksi, sedangkan saraf parasimpatis dalam hal ini

N.Vagus, sebaliknya yaitu menurunkan kecepatan pembentukan impuls, kecepatan konduksi

dan kekuatan kontraksi.

Sistem saraf autonom ini, juga dipengaruhi oleh perubahan tekanan dimana reseptor

tekanan (baroreceptor/pressoreceptor) terletak pada lengkung aorta dan sinus karotikus, serta

perubahan kimia darah yaitu perubahan oksigen, karbondioksida, elektrolit, pH, dan obat-obat

tertentu.

Adaptasi terhadap kebutuhan oksigen dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Jika

kebutuhan tubuh akan oksigen meningkat, misalnya saat melakukan latihan atau olah raga,

kegemukan, stress emosi, penyakit metabolisme,perdarahan, anemia, dan penggunaan obat-

obat tertentu, curah jantung (cardiac output) meningkat. Apabila kebutuhan oksigen ini

berkurang, misalnya saat istirahat, hipervolemia, meningkatnya viskositas darah, curah

jantung ini akan menurun.

Hubungan timbal balik antara mekanisme pemompaan dan kebutuhan oksigen menjamin

dinamika ekuilibrium dalam pemenuhan kebutuhan oksigen. Darah yang dipompakan ke

dalam aorta pada waktu systole dapat didengarkan berupa denyut nadi (heart rate) dan darah

ini menimbulkan tekanan yang bergelombang sepanjang arteri dan dapat diraba sebagai

denyut nadi.

Pengaturan Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jntung yang berkontraksi saat

memompa darah sehingga darah terus mengalir didalam pembuluh darah. Tekanan ini

diperlukan supaya darah tetap mengalir serta dapat melawan gravitasi dan hambatan dalam

dinding arteri. Tanpa tekanan darah yang terus menerus darah tak akan dapat mengalir ke otak

dan keseluruh jaringan tubuh.

Tekanan darah tergantung dari kemampuan jantung sebagai pompa dan hambatan dalam

pembuluh darah arteri. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung dalam 1 menit disebut curah

jantung (cardiac output). Cardiac output tergantung dari kecepatan jantung berdenyut (heart

rate) dan jumlah darah yang dipompakan dalam setiap denyutan atau pompaan yang disebut

isi sekuncup (stroke volume).Dalam keadaan normal isi sekuncup ini berjumlah sekitar 70 ml

dengan frekuensi denyut jantung 72 x/menit, sehingga curah jantung diperkirakan sekitar 5

liter. Jumlah ini tidak menetap tetapi dipengaruhi oleh aktivitas seseorang.

13

Page 14: PANDUAN PRAKTEK

Sepanjang 24 jam tekanan darah selalu berubah-ubah berkisar antara 20 – 30 mmHg,

angka ini tergantung dari kegiatan dan tuntutan kebutuhan tubuh. Tekanan darah paling rendah

adalah apabila sedang istirahat atau pada saat tidur. Saat berdiri dan bergerak tubuh akan

mengadakan pengaturan sehingga tekanan darah menjadi stabil. Curah jantung meningkat

pada pada waktu melakukan kerja otot, stress, peningkatan suhu lingkungan, kehamilan,

setelah makan, dan aktivitas lainnya.

Didalam pembuluh darah, darah tidak mengalir secara kontinyu dan merata seperti air di

dalam pipa karet atau plastik, akan tetapi berupa semburan atau dorongan sesuai dengan

denyutan jantung sehingga pembuluh darah berdenyut. Tekanan pada pembuluh darah akibat

dorongan tersebut disebut tekanan sistolik, yaitu berupa tekanan maksimal yang menekan

pembuluh darah arteri. Selanjutnya tekanan pada pembuluh darah arteri akan menurun yaitu

selama jantung relaksasiatau diantara pompaan atau denyutan jantung, tekanan ini dinamakan

tekanan diastolic.

Pengukuran Tekanan Darah

a. Cara occilometrik

Prinsip pengukuran ini didasarkan pada pencatatan oscilasi yang tercatat pada tambur.

Tekanan sistolik dibaca saat mulai terjadinya oscilasi sedangkan tekanan diastolik

dibaca saat oscilasi maksimum. Pengukuran ini jarang dilakukan

b. Cara palpatorik

Alat yang digunakan sphygmomanometer. Pada saat tekanan / kompresi yang tinggi

pada n.brakhialis / radialis tidak dapat diraba, pada saat penekanan diturunkan nadi

dapat teraba dan ini disebut tekanan sistolik, sedangkan tekanan diastolik dengan cara

ini tak dapat diukur.

c. Cara auskultatorik ( Korotkoff)

Alat yang digunakan terdiri dari sphygmomanometer yang dilengkapi dengan manset,

manometer airraksa, pompa karet, katup pengatur dan stetoskop.Jika pompa karet

dipompa berkali-kali, rongga udara akan mrngembang, dan akan mendorong airraksa

sebagai penunjuk tekanan akan menunjukkan tekanan yang semakin meningkat. Jika

penutup katup pengatur dibuka, tekanan udara dalam rongga manset lengan akan

berkurang dan air raksa sebagai penunjuk tekanan juga akan menurun. Dengan

meletakkan stetoskop diatas arteri lengan (dibawah pemasangan manset).

Phase I : bunyi pembuluh darah yang menyerupai bunyi jantung pertama

Phase II : seperti bunyi phase I tetapi disertai oleh semacam bising

Phase III : bising hilang lagi, kembali seperti phase I

Phase IV : bunyi pembuluh sekonyong-konyong menjadi perlahan

Phase V : bunyi pembuluh hilang

Phase I = tekanan sistolik

Phase V = tekanan diastolik

14

Page 15: PANDUAN PRAKTEK

Yang dianjurkan sebagai suasana baku pada pengukuran tekanan darah :

1. Suhu ruangan harus nyaman bagi penderita, tidak terlalu dingin atau panas, dan dicatat

2. Lingkungan tidak gaduh (tenang)

3. Penderita harus dalam keadaan istirahat, yang dimaksudkan ialah sebelum pelaksanaan

pengukuran tekanan darah penderita tidak boleh melakukan kegiatan fisik, makan

merokok atau kedinginan sekurang-kurangnya dalam waktu 30 menit sebelum

pelaksanaan (atau berbaring selama 10-15 menit).

Pelaksanaan Pengukuran Tekanan Darah

1. Setelah penderita cukup istirahat dan dalam posisi sikap yang nyaman, pengukuran

dilakukan pada arteri brachialis lengan kanan dengan memperhatikan beberapa hal :

a. Bila pada sikap duduk maka lengan kanan yang dipasang manset harus dalam

keadaan nyaman dan membentuk sudut 450 dengan dada, dengan pinggiran bawah

dari manset yang melingkari lengan 2-3 cm dari fossa cubiti terletak setinggi

jantung (setinggi ruang sela iga ke-4) dan bila berbaring lengan penderita juga

harus diletakkan sejajar/setinggi jantung 450 dari dada dalam posisi supinasi (sikap

penderita harus dicatat)

b. Lengan atas tidak terlilit lengan baju (lengan baju tidak sempit)

c. Pemasangan manset pada lengan harus tepat sehingga terjadi bendungan vena

lengan bawah.

2. Manset dipompa dengan cepat sambil meraba denyut arteri radialis sampai denyut

arteri tidak terabalagi. Kemudian tekanan di naikkan lagi 30 mmHg

3. Tekanan dalam manset diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg

perdetik. Penurunan tekanan manset harus dilakukan dengan halus, tidak tersendat-

sendat sampai permukaan air raksa kembali ke garis 0 (nol)

4. Selama menurunkan tekanan dalam manset, stetoskop diletakkan pada arteri brachialis

pada fosa cubiti. Corong stetoskop tidak boleh bocor tepat rata diatas kulit dan tidak

boleh di tekan terlalu kuat pada arteri brachialis

5. Maka pengamat/ pengukur pada posisi sebidang horizontal dengan permukaan

miniskus air raksa

6. Tekanan sistolik ditetapkan sesuai dengan fase korotkoff (bunyi pertama yang

terdengar keras seperti bunyi pertama dari jantung). Dan tekanan diastolik ditetapkan

sesuai dengan fase korotkoff

7. Pengukuran tekanan darah dilakukan 3 kali berturut-turut selama waktu 2-3 menit

15

Page 16: PANDUAN PRAKTEK

Tata Kerja Praktikum

IIA. Denyut Jantung Denyut Jantung (Ictus Cordis)

1. Mintalah orang percobaan melepas bajunya dan perhatikan apa yang tampak pada

ruang intercostal V sedikit medial dari garis medioclavicularis. Untuk lebih jelasnya

suruh orang percobaan sedikit membungkuk badannya.

2. Lihat dan raba dan hitung denyut jantungnya.

3. Catat apa yang akan terjadi bila orang percobaan melakukan ekspirasi atau inspirasi

yang dalam.

IIB. Bunyi Jantung

Dengarkan bunyi jantung pada tempat-tempat berikut ini :

1. Apex

2. Sela iga II sebelah kanan dari sternum

3. Sela iga II sebelah kiri dari sternum

4. Sela iga IV sebelah kanan sternum

5. Sela iga IV sebelah kiri sternum

IIC. Pengaruh Perubahan Posisi Dan Aktivitas Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut

Jantung

1. Mintalah orang percobaan untuk relax

2. Hitunglah denyut nadi orang percobaan

3. Pasang manset pada lengan atas

4. Pompa karet berkali-kali sampai airraksa pada manometer naik mencapai 20 – 40

mmHg diatas rata-rata tekanan darah normal sambil meletakkan stetoskop diatas arteri

dibawah pemasangan manset

5. Buka klep pengatur perlahan-lahan

6. Dengarkan dengan seksama suara yang terdengar melalui stetoskop

7. Tentukan sistolik dan diastolik

8. Lakukan pemeriksaan tekanan darah pada posisi tidur, duduk, dan berdiri

9. Mintalah orang percobaan untuk naik-turun tangga dengan kecepatan 60 x / menit

selama 3 menit tanpa istirahat.

10. Periksa kembali denyut nadi dan tekanan darah orang percobaan segera setelah 1’, 2’,

dan 3’ melakukan aktivitas.

16

Page 17: PANDUAN PRAKTEK

Laporan Praktikum II

Nama : ……………………………

NPM : ……………………………

Tanggal Praktikum : ……………………………

Partner : 1…………………………………………

2. …………………………………………

3. …………………………………………

4. …………………………………………

d. Tujuan Praktikum : .....................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

II. Hasil Praktikum

Denyut Jantung (Ictus Cordis) & Bunyi Jantung

Hasil auskultasi :

………………………………………………………………………………………..

.

………………………………………………………………………………………..

.

………………………………………………………………………………………..

.

Hasil pencatatan :

1. Waktu antara sistol ke diastol berikutnya : ………… detik

2. Waktu antara sistol ke sistol berikutnya : ………… detik

3. Waktu antara diastol ke diastol berikutnya : ………… detik

4. Waktu antara dua sistol : ………… detik

5. Waktu antara dua nadi arteri : ………… detik

6. Denyut jantung rata-rata berdasar hasil di atas : ………… /menit

Pengaruh Perubahan Posisi Dan Aktivitas Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut

Jantung

Denyut Nadi saat istirahat ................................................................

Tekanan darah pada posisi tiduran ....................................................

Tekanan darah pada posisi duduk ...................................................

Tekanan darah pada posisi berdiri ....................................................

Denyut nadi setelah aktivitas 1’ ...................2’.........................3’....................

Tekanan darah setelah aktivitas .1’....................2’.........................3’....................

17

Page 18: PANDUAN PRAKTEK

Kesimpulan : ...................................................................................................

..........................................................................................................................

...........................................................................................................................

..........................................................................................................................

..........................................................................................................................

Praktikum III

PENGARUH CAIRAN HIPOTONIS, ISOTONIS, DAN HIPERTONIS

TERHADAP JARINGAN TUBUH

Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan yang terjadi

pada sel akibat adanya cairan hipotonis, isotonis, dan cairan hipertonis yang berada

dilingkungan sel.

Alat yang diperlukan

1. Tabung reaksi 3 (tiga) buah

2. Berbagai cairan dengan kekuatan yang berbeda terdiri dari :

Cairan hipotonis : Nacl 0.45%

Cairan isotonis : NaCl 0.9%

Caairan hipertonis NaCl 3%

3. Spuit disposible 5 ml

4. Kapas alcohol

5. Basin Kidney

Pergerakan Cairan Tubuh

Cairan tubuh walaupun didistribusikan pada kompartemen tertentu, pada kenyataannya

tidaklah terikat pada satu kompartemen saja. Cairan akan bergerak dan terjadi pertukaran

antara cairan intrasel, cairan interstisial, dan cairan intravaskuler secara menetap.

Cairan intrasel dipisahkan oleh membran sel dari cairan interstisial, dan cairan

intravaskular dipisahkan oleh dinding kapler dari cairan interstitial. Perbedaan struktur

pemisah ini memungkinkan perbedaan dalam cara perpindahan cairan diantara kompartemen

ini.

Pergerakan Cairan Antara Interstitial dengan Intravaskuler

Untuk mempertahankan kehidupan sel yang sehat, harus terjadi perpindahan cairan

diantara intravaskuler (plasma = bagian dari darah) dengan interstitial secara menetap. Darah

berperan dalam pengangkutan zat ke dan dari sel. Zat-zat yang akan di kirim ke sel harus

melewati interstisial, begitu juga sisa metabolisme dari sel yang akan dikirim ke organ

pembuangan melewati cairan interstitial akan dipindahkan ke plasma. Tanpa adanya

18

Page 19: PANDUAN PRAKTEK

mekanisme yang bertanggung jawab dalam pertukaran ini, zat-zat tersebut akan bertumpuk di

interstitial dan akan membahayakan bagi kehidupan sel.

Perpindahan cairan antara interstisial dengan intravaskuler dipengaruhi oleh :

Permiabilitas dinding kapiler ; yaitu kemampuan dinding kapiler untuk dilewati oleh suatu

zat. Dalam keadaan normal dinding kapiler adalah semipermiabel, artinya tidak semua zat

bisa melewatinya. Zat yang melewatinya dengan mudah adalah O2, H2O, CO2, glukosa,

elektrolit, urea, sedangkan molekul-molekul besar seperti protein tak dapat melewatinya.

Molekul-molekul akan berpindah dari konsentrasi yang tinggi menuju konsentrasi yang

rendah. Proses perpindahan seperti ini disebut difusi.

Permiabilitas ini dapat berubah menjadi lebih permiabel atau kurang permiabel.

Peningkatan permiabilitas dapat terjadi oleh adanya zat-zat yang keluar dari area cedera

atau oleh karena reaksi alergi, seperti histamin, kinin, serotonin, dan prostaglandin. Keadaan

ini memungkinkan molekul protein dapat melewati dinding kapiler dan menyebabkan

edema. Sedangkan penurunan permiabilitas kapiler dapat terjadi karena adanya zat kimia

seperti antihistamin, steroid dan salisilat.

Tekanan darah kapiler ; yaitu dorongan atau desakan yang berasal dari darah pada dinding

kapiler yang mendesak air keluar dari pembuluh darah dan cenderung mendorong molekul-

molekul keluar dari pembuluh kapiler. Proses perpindahan seperti ini dikenal dengan

filtrasi.

Tekanan darah kapiler ini dipengaruhi oleh banyaknya darah yang ada dalam kapiler.

Jumlah darah yang ada dalam kapiler tergantung dari besarnya curah jantung dan diameter

pembuluh darah yang memperdarahi kapiler tersebut. Oleh karena itu tekanan darah

disepanjang kapiler tidak sama, makin ke bagian distal makin kecil. Tekanan darah kapiler

proksimal adalah 35 mmHg sedangkan tekanan kapiler bagian distal adalah 15 mmHg.

Tekanan osmotik koloid ; tarikan pada air yang berasal dari protein yang berada pada

pembuluh darah, cenderung menarik air yang berada di interstisial untuk masuk ke dalam

pembuluh darah kapiler, jadi berlawanan dengan tekanan darah kapiler, proses perpindahan

seperti ini dikenal dengan proses osmosa Dalam keadaan normal yaitu konsentrasi plasma

protein terutama plasma albumin > 3.5 gr%, besarnya tekanan osmotik koloid ini adalah 25

mmHg, dan penurunan konsentrasi plasma protein menyebabkan tekanan osmotik koloid

menurun pula.

Adanya ketiga hal tersebut menyebabkan pergerakan cairan antara interstisial dan cairan

intravaskuler. Pada bagian prolsimal karena tekanan darah kapiler lebih besar dari tekanan

osmotik koloid maka cairan dan beberapa zat yang dapat melewati dinding kapiler keluar dari

kapiler menuju interstisial.Cairan ini yang akan memberikan makanan dan oksigen bagi

kehidupan sel. Dengan keluarnya cairan maka tekanan darah kapiler makin ke ujung kapiler

makin kecil, sementara tekanan osmotik koloid tidak berubah, sehingga pada ujung kapiler

(distal kapiler) tekanan osmotik koloid lebih besar dari tekanan darah kapiler. Hal ini

19

Page 20: PANDUAN PRAKTEK

menyebabkan cairan beserta molekul-molekul yang berada di interstisial ( sisa metabolisme :

CO2, urea) bergerak masuk ke intravaskular. Untuk menghindari penumpukan cairan di

interstisial tidak semua cairan interstisial masuk ke kapiler melalui cara ini, sebagian akan

masuk ke pembuluh darah vena yang besar melalui kapiler limfe. Adanya perubahan dari

ketiga hal diatas dapat menyebabkan penumpukan cairan di interstitial yang dikenal dengan

edema.s

Pergerakan Cairan Antara Intrsel dengan Interstisial

Dalam upaya mempertahankan homeostasis, cairan intrasel harus mendapatkan

kebutuhannya dan mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme yang bukan saja tidak berguna bagi

sel tetapi juga membahayakan kehidupan sel. Oleh karena itu CIS melakukan pertukaran

cairan dengan interstisial untuk mendapatkan O2, nutrient, dan mengeluarkan sisa

metabolisme.

Membran sel yang memisahkan CIS dengan cairan interstisial terbentuk dari 2 lapisan

lemak. Struktur ini menyebabkan tidak semua zat bisa melewatinya dengan mudah. Terdapat 3

mekanisme perpindahan zat saat melintasi membran sel yaitu:

1) Difusi sederhana (simple diffusion) :

zat-zat yang larut dalam lemak saja yang dapat keluar masuk dengan mudah seperti O2,

CO2, urea, alkohol, Cl dan molekul kecil bermuatan negatif lainnya.

2) Difusi difasilitasi (facilitated diffusion) : beberapa zat tak dapat menembus membran

tanpa bantuan zat lain. Sebagai contoh : glukosa pindah dari interstitial ke intrasel melalui

ikatan dengan carrier phosphat pada membrane sel, setelah glukosa dilepaskan ke

intrasel, carrier phosphat kembali ke membrane dan mengambil glukosa lainnya dan

seterusnya.

3) Transport Aktif

Beberapa zat dapat bergerak antara interstisial dan intrasel melewati membrane sel

dengan melawan gradient konsentrasi melalui mekanisme pompa aktif misalnya pompa

untuk mengatur natrium dan kalium di interstisial dan di ekstrasel.

Dalam keadaan normal natrium banyak dijumpai dalam cairan ekstrasel, sedangkan

kalium paling banyak berada di intrasel. Jika kalium keluar ke ekstrasel dan natrium

masuk ke intrasel pompa Na – K akan menariknya kembali ke kompartemen semula.

Mekanisme ini membantu distribusi komponen cairan dalam keadaan normal dan

membantu dalam mempertahankan homeostasis.

4) Osmosis :

Osmosis adalah pergerakan cairan melewati membran semipermiabel dari konsentrasi

yang rendah menuju konsentrasi tinggi.

20

Page 21: PANDUAN PRAKTEK

Tata Kerja Praktikum

1. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 2 ml NaCl 0.45%,

NaCl 0.9% dan NaCl 3%

2. Mintalah salah satu mahasiswa untuk secara sukarela diambil darah vena sejumlah 3

ml

3. Masukkan darah volunteer kedalam tabung reaksi yang sudah berisi cairan tadi

4. Kocok campuran tadi secara perlahan-lahan

5. Perhatikan perubahan apa yang terjadi pada ketiga tabung reaksi tersebut ?

6. Jelaskan mengapa dan bagaimana terjadinya perubahan tersebut !

21

Page 22: PANDUAN PRAKTEK

Laporan Praktikum III

Nama : …………………………….

NPM : …………………………….

Tanggal Praktikum : …………………………….

Partner 1………………………………… 2. ………………………………

3. ……………………………… .4. ……………………………………

Tujuan Praktikum : .............................................................................................................

............................................................................................................................................. ..........

...................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

Campuran darah dengan cairan NaCl 0.45% menghasilkan : …………………................

............................................................................................................................................. ..........

...................................................................................................................................

Kesimpulan : ......................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

Campuran darah dengan cairan NaCl 0.9% menghasilkan : ………………….................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

Kesimpulan : .......................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

Campuran darah dengan cairan NaCl 3% menghasilkan …………………....................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

Kesimpulan ………………………………………………………………….

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

22

Page 23: PANDUAN PRAKTEK

Praktikum IV

PENGARUH KELEBIHAN CAIRAN HIPOTONIS, ISOTONIS, DAN HIPERTONIS

TERHADAP PEMBENTUKAN URINE

Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan jumlah urine

dalam waktu tertentu sebagai dampak dari penambahan cairan hipotonis, isotonis, dan

hipertonis.

Alat yang diperlukan

1. Gelas ukuran

2. Cairan untuk diminum :

Aqua 1 liter

NaCl 0. 9% 1 liter

Dextrose 10% 1 liter

3. Kertas dan ballpoint untuk mencatat

Mekanisme Pengaturan Cairan dan Elektrolit

Perubahan volume cairan dan konsentrasi elektrolit didalamnya dapat menimbulkan

masalah kesehatan yang serius, oleh karena itu tubuh mempunyai mekanisme homeostatis

yang akan mempertahankan keadaan cairan dan lektrolit dalam batas-batas normal. Organ

yang terlibat dalam pengaturan cairan dan elektrolit adalah ginjal, paru-paru, jantung,

pembuluh darah, kelenjar adrenal, kelenjar parathyroid, dan kelejar hipofise.

Ginjal :

Ginjal merupakan organ vital dalam pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Pengaturan ini dilakukan bersama-sama dengan hormon aldosteron dan ADH dengan cara sbb.

:

Mengatur volume cairan ekstrasel (CES) dan osmolalitas cairan melalui retensi dan

ekskresi cairan dan elektrolit secara selektif.

Saat CES mengalami peningkatan dan osmolalitas plasma menurun (berhubungan dengan

penurunan kadar Na), maka ginjal akan mengatur konsentrasi urine menjadi lebih encer

dengan mengurangi absorpsi air di tubulus. Hal ini terjadi karena penurunan osmolalitas

plasma akan merepresi hipofise posterior untuk tidak mensekresikan ADH yang

mengakibatkan penurunan absorpsi air di tubulus ginjal.

Begitu pula saat cairan tubuh menurun. Penurunan volume cairan menyebabkan perfusi

ginjal menurun yang merangsang mekanisme renin-angiotensin yang akan menstimulasi

sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Peningkatan aldosteron akan menimbulkan

perasaan haus sehingga intake cairan meningkat, dan meningkatkan absorpsi natrium dan

air di ginjal.

23

Page 24: PANDUAN PRAKTEK

Peningkatan Na plasma yang menyebabkan peningkatan osmolalitas CES menyebabkan

perangsangan hipofise posterior untuk meningkatkan sekresi ADH. ADH akan merubah

permiabilitas tubulus dan duktus contortus terhadap air sehingga absorpsi air meningkat.

Mengatur konsentrasi elektrolit di CES melalui retensi dan ekskresi elektrolit secara

selektif. Pada ginjal terjadi absorpsi elektrolit terutama natrium, chlorida dan bikarbonat,

serta ekskresi kalium dan hidrogen. Banyaknya elektrolit yang diabsorpsi atau diekskresi

tergantung konsentrasi elektrolit tersebut di CES.

Mengatur pH CES melalui ekskresi hidrogen dan absorpsi bikarbonat.

Saat pH CES menurun tubulus ginjal akan mengekskresikan hidrogen ke lumen tubulus.

Pada lumen tubulus sebagian hidrogen berikatan dengan HCO3 dan membentuk H2CO3,

kemudian terurai menjadi CO2 dan H2O.

CO2 dan H2O berdifusi ke dalam sel epitel tubulus dan kembanli membentuk H2CO3

yang kemudian terurai menjadi H dan HCO3 . Hakan disekresikan ke lumen tubulus dan

HCO3 akan masuk ke kapiler.

Sebaliknya saat pH CES meningkat tubulus akan meretensi hidrogen sehingga tidak

terjadi absorpsi bikarbonat. Dengan demikian pH akan kembali menuju normal.

Jantung dan Pembuluh Darah :

Jantung berfungsi memompakan darah untuk bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui

pembuluh darah, dan sekitar 20% dari curah jantung bersirkulasi ke ginjal untuk membentuk

urine.

Saat volume plasma meningkat, curah jantung juga akan meningkat, dan perfusi ginjal

akan meningkat pula. Keadaan ini akan menyebabkan pembentukan urine lebih banyak

dari biasanya.

Sebaliknya saat volume plasma menurun, tekanan darah turun, dan akan merangsang

baroreseptor di sinus karotikus dan reseptor regang di atrium menyebabkan perangsangan

aktivitas simpatis yang menyebabkan vasokontriksi arteriole afferent sehingga filtrasi di

glomerulus menurun. Keadaan ini akan merangsang pengeluaran enzim renin kedalam

darah dan merubah angiotensinogen yang dibentuk di hati menjadi angiotensin I.

Angiotensin I dirubah di paru menjadi angiotensin II. Angiotensin II mempunyai 2 (dua)

efek yaitu : 1) menimbulkan vasokonstriksi sehingga tahanan perifir meningkat yang

akhirnya meningkatkan tekanan darah, dan 2) merangsang korteks adrenal untuk

mensekresikan aldosteron. Aldosteron meningkatkan absorpsi natrium dan air, volume

plasma meningkat, dan produksi urine menjadi turun.

Paru-paru :

Paru-paru juga termasuk organ vital dalam mempertahankan homeostasis. Melalui

ventilasi alveolar diperkirakan 13.000 mEq ion hidrogen terbuang ( di ginjal hanya sekitar 40

– 80 mEq). Paru-paru dibawah kendali Medulla akan segera mengatasi asidosis/alkalosis

24

Page 25: PANDUAN PRAKTEK

metabolik. Saat asidosis metabolik ventilasi paru akan meningkat (hiperventilasi) untuk

mengeluarkan CO2 sehingga mengurangi kelebihan asam. Sebaliknya saat alkalosis ventilasi

paru akan menurun (hipoventilasi) untuk meretensi CO2 yang akan meningkatkan keasaman

cairan tubuh.

Oleh karena itu gangguan ventilasi paru dapat menimbulkan gangguan keseimbangan

asam-basa. Selain itu paru-paru juga membuang sekitar 300 ml uap air melalui ekspirasi

(insensible water loss).

Kelenjar Hipofise :

Kelenjar hipofise posterior menyimpan dan mensekresikan ADH yang diproduksi oleh

hipothalamus. Sekresi ADH akan dirangsang oleh peningkatan osmolalitas CES dan tertahan

oleh penurunan osmolalitas CES. Peranan ADH adalah meningkatkan permiabilitas tubulus

distal bagian akhir, tubulus kolektivus, dan ductus kolektivus terhadap air, karena tanpa

adanya ADH area ini impermiabel terhadap air. Dengan demikian adanya ADH akan

meningkatkan absorpsi air di ginjal.

Kelenjar Adrenal :

Hormon utama dari kelenjar adrenal yang mempengaruhi keseimbangan cairan adalah

aldosteron yang disekresi oleh bagian korteks. Hormon ini terutama berperan dalam

meningkatkan absorpsi natrium, dan ekskresi hidrogen dan kalium di tubulus distal ginjal.

Sekresi aldosterone dirangsang oleh Angiotensin II yang dihasilkan dalam mekanisme renin-

angiotensin, penurunan konsentrasi natrium plasma dan peningkatan kalium plasma.

Kelenjar Parathyroid :

Kelenjar paratiroid mensekresikan hormon paratiroid. Sekresi hormon ini terangsang oleh

penurunan konsentrasi calsium dalam plasma dengan target organ tulang, saluran cerna, dan

ginjal.. Hormon ini mempengaruhi pelepasan calsium dan phosphor dari tulang, meningkatkan

absorpsi calsium, phosphor di saluran pencernaan dan di tubulus ginjal, serta meningkatkan

ekskresi phosphor di ginjal.Aktivitas hormon paratiroid akan meningkat oleh pengaruh

vitamin D, yang akan meningkatkan absorpsi calsium di saluran cerna dan di ginjal.serta

memudahkan pemecahan osteoclast pada tulang

Kelenjar Tiroid :

Kelenjar tiroid mensekresikan hormon calsitonin yang mempunyai peranan dalam

penyimpanan calsium pada tulang. Sekresi calsitonin dirangsang oleh peningkatan calsium

dalam plasma.

25

Page 26: PANDUAN PRAKTEK

Tata Kerja Praktikum

1. Mintalah 3 orang mahasiswa untuk menjadi orang percobaan

2. Berikan kesempatan kepada ketiga orang percobaan untuk mengosongkan kandung

kemihnya

3. Orang percobaan I diminta untuk minum Aqua 1000 ml, orang percobaan II minum

NaCl 0.9%, dan orang percobaan III minum Dextrose 10%

4. Tunggulah ½ jam., 1 jam, dan 2 jam kemudian untuk mengosongkan kembali kandung

kemihnya

5. Catatlah jumlah masing-masing urine yang di keluarkan oleh ketiga orang percobaan

6. Adakah perbedaan jumlah dan berat jenis urine pada ketiga orang percobaan tersebut ?

mengapa demikian, jelaskan mekanismenya !

26

Page 27: PANDUAN PRAKTEK

Laporan Praktikum IV

Nama : …………………………….

NPM : …………………………….

Tanggal Praktikum : …………………………….

Partner : 1……………………………… 2. ………………………………

3. …………………………… 4. …………………………………

Tujuan Praktikum : .....................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

Cara melakukan :

Orang Percobaan I minum Aqua 1 liter menghasilkan :

1/2 jam kemudian : …………… ml dg BJ :……………………………………

1 jam kemudian : ………………ml dg BJ :………………………………………

2 jam kemudian : ………………ml dg BJ :……………………………………….

Orang Percobaan II minum NaCl 0.9 % 1 liter menghasilkan :

½ jam kemudian : ………………ml dg BJ :…………………………………

1 jam kemudian : ……………… ml dg BJ :………………………………………

2 jam kemudian : ……………… ml dg BJ :……………………………………….

Orang Percobaan III minum Dextrosa 10% 1 liter menghasilkan :

½ jam kemudian : ……………… ml dg BJ :…………………………………

1 jam kemudian : ……………… ml dg BJ :………………………………………

2 jam kemudian : ……………… ml dg BJ :………………………………………

Kesimpulan

............................................................................................................................................. ..........

...................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

............................................................................................................................................

27

Page 28: PANDUAN PRAKTEK

Praktikum V

PENGARUH BERBAGAI PENUTUP TERHADAP PENGUAPAN

Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat mendemonstrasikan pengaruh lemak

terhadap kehilangan panas

Alat yang diperlukan

a. Thermometer air

b. Gelas dengan ukuran 200 ml 3 buah

c. Minyak goreng 100 ml

b. Kain wool untuk penutup gelas

c. Kain tipis dari katun penutup gelas

d. Panci berisi air dan kompor untuk memasak air

Suhu Tubuh Normal

Tidak ada tingkat suhu yang dianggap normal, karena pengukuran pada banyak orang

normal suhu memperlihatkan rentang suhu normal, yaitu mulai dari 36ºC (97ºF) samapai lebih

dari 37,5ºC (99ºF). Bila diukur per rektal nilainya kira-kira 0,6ºC (1ºF) lebih tinggi dari suhu

oral (Guyton&Hall,. 1997). Tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa suhu tubuh normal

berkisar antara 36,5-37,5ºC (Scheifele, 1989 yang dikutip oleh iskandar, 2002).

Suhu tubuh sedikit bervariasi pada kerja fisik dan pada lingkungan yang ekstrim, karena

pada pengaturan suhu tidak 100% tepat. Bila bentuk panas yang berlebihan karena kerja fisik

yang berat maka suhu rektal akan meningkat sampai setinggi 34-40ºC. Sebaiknya ketika tubuh

terpapar dengan suhu yang dingin maka suhu rektal dapat turun dibawah 35,6ºC.

Mekanisme Keseimbangan Suhu Tubuh

Menurut Kozier (1991) menyatakan bahwa suhu tubuh merupakan keseimbangan

antara produksi panas yang dihasilkan oleh tubuh dengan kehilangan panas dalam tubuh.

Mekanisme keseimbangan suhu ini sangat berperan penting dalam pengaturan suhu tubuh.

Mekanisme Produksi Panas

Produksi panas adalah produk tambahan metabolisme yang utama. Faktir-faktor yang

berperan penting dalam metabolisme tubuh. Diantaranya yaitu: (1) laju metabolisme basal dari

semua sel tubuh; (2) laju cadangan metabolisme yang disebabkan karena konstruksi otot yang

disebabkan oleh menggigil; (3) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh

trioksin (dan oleh sebagian kecil hormon pertimbuhan dan testosteron) terhadap sel; (4)

metabolisme tambahan yang disebabkan efekepnefrin dan norepinefrin; (5)metabolisme

tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktifitas kimiawi dalam sel.

28

Page 29: PANDUAN PRAKTEK

Mekanisme Kehilangan Panas

Sebagian besar produksi panas dala mtubuh dihasilkan pada organ dalam terutama hati,

otak, jantung, dan otot rangka terutama selama kerja. Kemudian panas ini dari jaringan dalam

tubuh ke kulit melalui sistem penghubung arteriovenosus (arteriovenous shunt). Penghubung

dapat terbuka untuk menghantarkan panas dari kulit ke lingkungan sekitarnya atau tertutup

untuk menhambat panas keluar dari tubuh. Membuka atau mentupnya arteriovenosus ini diatur

oleh sistem saraf simpatis yang berespon terhadap perubahan lingkungan. Berbagai cara panas

hilang dari kulit ke lingkungan yaitu:

(1) Radiasi

Radiasi adalah perpindahan panas dari area permukaan benda yang satu denga permukaan

yang lain tanpa adanya kontak langsung antara dua buah benda (Kozier, 1991). Orang

yang telanjang pada suhu kamar normal kehilangan panas kira kira 60% dari kehilangan

panas total (sekitar 15%) melalui radiasi (Guyton, 1997). Kehilangan panas melalui radiasi

berarti kehilangan dalam bentuk gelombang panas ira merah, suatu jenis gelombang

elektromagnetik.

(2) Konduksi

Konduksia dalah perpindahan panas dari suatu molekul ke molekul lain yang disertai

kontak langsung antara dua buah benda (Taylor, 1997). Darah membawa atau

mengkondiksikan panas dari inti tubuh ke permukaan kulit. Normalnya, hanya sedikit

jumlah panas yang dilepaskan melalui proses konduksi ke permukaan kulit. Selimut

pendingin atau kasur pendingin dapat digunakan untuk menurunkan demam melalui

konduksi panas dari kulit ke kasur/selimut pendingin. Perindahan panas juga dapat terjadi

melalui pemaparan dengan air. Air memiliki panas khusus beberapa ribu kali lebih besra

daripada udara, sehingga setiap unitbagian air yang berdekatan ke kulit dapat

mengabsorbsi jumlah kuantitas panas yang lebih besar dari pada udara. Juga konduktifitas

air terhadap panas berbeda dengan konduktifitas udara. Oleh karena itu, kecepatan

kehilangan panas ke air pada suhu yang cukup rendah jauh lebih besar dari pada

kecepatan kehilangan panas ke udara pada suhu yang sama.

(3) Konveksi

Konveksi adal perpindahan panas melalui pergerakan idara diantara dua area yang berbeda

kepadatannya (Taylor, 1997). Ada dua macam konveksi yaitu konveksi alamiah dan

konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah kehilangan panas akibat suhu udara sekitar lebih

dingin dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan konveksi paksa terjadi dari pendingin

ruangan seperti AC dan kipas angin.

(4) Evaporasi

Kehilangan panas melalui penguapan yang terjadi terus menerus dari traktus respiratorius,

mukosa mulut dan dari kulit (Kozier, 1991). Evaporasi dapat terjadi melalui kulit dan

paru-paru (insensible waterloss). Evaporasi air yang tidak kelihatan ini tidak dapat

29

Page 30: PANDUAN PRAKTEK

dikendalikan untuk tujuan pengaturan suhu karena evaporasi tersebut dihasilkan dari difusi

molekul air terus menerus melalui kulit dan permukaan sistem pernafasan. Akan tetapi

kehilangan panas melalui evaporasi keringat dapat diatur dengan pengaturan kecepatan

berkeringat. Berkeringat terjadi melalui kelenjar keringat yang diatur oleh sistim saraf

simpatis

Pengaturan Suhu Tubuh

Konsep Set-Point Dalam pengaturan Suhu Tubuh

Pada tingkat yang hampir tepat 37,1ºC terjadi perubahan drastis pada kecepatan

kehilangan panasdan kecepatan pembentukan panas. Pada suhu diatas tingkat ini, kecepatan

kehilangan panas lebih besar dari pada kecepatan pembentukan panassehingga suhu tubuh

turun dan mencapai kembali tingkat 37,1ºC. Sebaliknya pada suhu dibawah tingkat ini,

kecepatan pembentukan panaslebih besar dari pada kecepatan kehilangan suhu panas sehingga

suhu tubuh meningkat dan kembali mencapai suhu 37,1ºC. Tingkat temperatur kritis ini

disebut set-pointdari mekanisme pengaturan suhu tubuh, yaitu semua mekanisme pengaturan

temperatur yang terus menerus berupaya untuk mengembalikan suhu tubuh ke tingkat set-

point (Guyton&Hall, 1997)

Mekanisme pengaturan Suhu Tubuh

Sistem yang mengatur suhu tubuh terdiri dari tiga bagian, yaitu: deteksi suhu kulit dan

suhu inti tubuh, penggabungan di hippotalamus, dan sistem efektor yang mengatur produksi

panas dan kehilangan panas.

Sistem deteksi suhu tubuh terdiri dari dua bagian yaitu deteksi suhu tubuh di kulit dan

deteksi suhu tubuh di jaringan dalam (inti tubuh). Kulit memiliki reseptor dingin dan pana.

Reseptor dingin jauh lebih banyak dari pada reseptor panas, tepatnya terdapat sepuluh kali

lebih banyak di seluruh kulit. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian perifer terutama

menyangkut deteksi suhu sejuk dan dingin dari pada suhu hangat (Guyton&Hall, 1997).

Reseptor suhu tubuh bagian dalam ditemukan pada baian tertentu dalam tubuh. Terutama

di medulla spinalis, di organ dalam abdomen, atau disekitar vena-vena besar. Reseptor dalam

ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut lebih banyak terpapar

dengan suhu inti dari peda suhu permukaan tubuh, reseptor inti tubuh lebih banyak mendeteksi

dingin dari pada hangat. Hal ini dimungkinkan karena reseptor kulit dan reseptor bagian dalam

tubuh berperan mencegah hipotermi, yaitu mencegah suhu tubuh yang rendah.

Integrator hipotalamus merupakan pust yang mengatur suhu inti tubuh, terletak di area pre-

optik dari hipotalamus bagian anterior (Kozier, 1991). Pusat ini berfungsi untuk meng

integrasikan antara input yang bearasal dari berbagai macam reseptor suhu yang terletak di

tubuh dengan output yangmerespon terjadinya merespon terjadinya peningkatan pembentukan

panas tubuh atau peningkatan kehilangan panas tubuh (Porth, 1990). Area-pre-optik ini

mengundang sejumlah neuron-neuron yang sensitif terhadap panas kira-kira sepertiga dari

30

Page 31: PANDUAN PRAKTEK

jumlah neuron yang sensitif terhadap dingin. Neuron-neuron ini berfungsi mjengantarkan

sinyal dan reseptor suhu kulit dan meresponnya kembali melalui mekanisme umpan balik.

Ketika sistem sensoris dalam hipotalamus mendeteksi panas (set-point berada di atas

tingkat temperatur kritis)maka sistem efektor segera mengirim singyal untuk menurunkan set-

point dengan cara menghambat produksi panas tubuh dan meningkatkan pelepasan panas

tubuh ke lingkungan. Akibatnya suhu tubuh menurun dan mencapai tingkat temperatur kritis

(Guyton&Hall, 1997). Respon fisiologis yang timbul dari stimulus suhu panas adalah berupa

vasodilatasi pembuluh darah di seluruh tubuh, berkeringat, dan penghambatan termogenesisi

kimia seperti hormon epinefrin dan tiroksi oleh sistim saraf pusat (Kozier, 1991).

Ketika sistem sensoris dalam hipotalamus mendeteksi dingin (set-point berada di bawah

tingkat temperatur kritis)maka sistem efektor segera mengirim sinyal untuk menaikanproduksi

panas tubuh dan menghambat pelepasan pelepasan panas tubuh ke lingkungan. Akibatnya

suhu tubuh meningkat dan mencapai kembali tingkat temperatur kritis (Guyton&Hall, 1997).

Respon fisiologis yang timbul dari adanya stimulus suhu dingin adalah terjadinya

vasokontriksi pembuluh darah perifer sehingga kulit telihat pucat, piloereksi (rambut berdiri

pada akarnya), menggigil, pelepasan epinefrin dan norepinefrin, pelepasan trioksin oleh

hormon tiroid yang dapat meningkatkan metabolisme tubuh (Kozier, 1991).

Selain mekanisme bawah sadar untuk pengaturan suhu tubuh, tubuh memiliki mekanisme

pengaturan temperatur lain berupa perilaku pengaturan suhu tubuh. Perilaku ini meliputi

emilihan jenis pakaian, pengaturan suhu lingkungan dengan menggunakan mesin penghangat

atau AC, minim minuman hangat disaat tubuh kedinginan, posisi tubuh “meringkuk” yang

bertujuan untuk menghambat pelepasan panas disaat udara dingin dan sebagainya (Porth,

1990).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

(1) Usia

baik usia yang lebih muda maupun yang lebih tua, sangat sensitif terhadap perubahan suhu

lungkungan. Bayi dan anak-anak lebih cepat berespon terhadap perubahan suhu udara baik

panas maupun dingin. Menurut Donna (1993) menyatakan bahwa pengaturan suhu tubuh

pada usia toodler sudah mulai stabil dibandingkan dengan infant. Orang berusia lanjut

(diatas 75 tahun) lebih mudah terjadi hipotermi dikarenakan faktor penuaan sehingga

kontrol pengaturan suhu tubuh kurang optimal (Taylor, 1997)

(2) Variasi diurnal

Suhu tubuh secara normal mengalami perubahan setiap hari bervariasi sebesar 2ºC diantara

pagi hari dan siang hari. Suhu tubuh berada pada tingkat paling tinggi diantara pukul 20.00

dan 24.00 WIB dan berada pada tingkat paling rendah diantara pukul 04.00 dan 06.00

(Kozier, 1991).

(3) Exercise

31

Page 32: PANDUAN PRAKTEK

Kerja yang berlebihan dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 38,3-40ºC diukur secara

rektal (Kozier, 1991).

(4) Hormon

Wanita memiliki pengaturan suhu tubuh yang berfluktuatif dibandingkan laki-laki. Hal ini

terjadi karena adanya perubahan hormonal pada waita terutama peningkatan progesteron

pada saat ovulasi. Perubahan hormon meningkatkan suhu tubuh sebesar 0,5-1ºC (Taylor,

1997).

(5) Stress

Tubuh berespon baik terhadap stress fisik dan stress emosional. Adanya stress

menyebabkan rangsangan terhadap epinefrin dan norepinefrin sehingga kecepatan

metabolisme akan meningkat yang pada akhirnya juga akan meningkatkan suhu tubuh

(Kozier, 1991).

(6) Suhu Lingkungan

Suhu tubuh yang ekstrim dapat berpengaruh terhadap sistem pengaturan suhu tubuh

seseorang. Pada dasarnya, ketika tubuh terpapar udara dingin yang ekstrim tanpa baju

pelindung yang adekuat maka terjadi kehilangan panas yang dapat meningkatakan

hipotermi, jika tubuh terpapar pada udara panas yang ekstrim maka akan terjadi hipertermi

(Taylor, 1997).

(7) Cairan

Salah satu fungsi cairan dalam pengaturan sirkulasi darah adalah menghantarkan panas

yang merupakan hasil metabolisme tubuh. Yang dimaksud cairan disini adalah darah.

Aliran darah kekulit menentukan kehilangan panas dari tubuh dan dengan cara ini

mengatur suhu tubuh. Kehilangan sejumlah besar cairan dari traktus gastrointestinal, kulit,

atau ginjal yang berlangsung secara abnromal dan dehidrasi dapat menyebabkan

menurunnya volume cairan intravaskuler. Berkurangnya cairan intravaskuler akan

menyebabkan menurunnya volume darah. Penurunan volume darah akan menggangu

proses transportasi dari tubuh ke lingkungan. Akibatnya temperatur tubuh akan meningkat

(Guyton&Hall, 1997).

Tata Kerja Praktikum

1. Panaskan 500 ml air hingga mendidih

2. Masukkan kedalam ketiga 3 gelas masing-masing sampai berisi 2/3 bagian

3. Gelas I ditutup dengan kain tipis dari katun

Gelas II ditutup dengan kain wool

Pada Gelas III ditambahkan minyak goreng 50 ml

4. Ukur suhu masing-masing gelas setiap 15 menit selama 2 jam dan catatlah hasilnya.

32

Page 33: PANDUAN PRAKTEK

Laporan Praktikum V

Nama : …………………………….

NPM : …………………………….

Tanggal Praktikum : …………………………….

Partner : 1……………………………… 2. ………………………………

3. …………………………… 4. …………………………………

Tujuan Praktikum : .....................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

Hasil Praktikum :

Gelas I menghasilkan :

¼ jam I : ………………………………

¼ jam II : ………………………………

¼ jam III : ……………………………

¼ jam IV : .............................................

Gelas II menghasilkan :

¼ jam I : ………………………………

¼ jam II : ………………………………

¼ jam III : ……………………………

¼ jam IV : .............................................

Gelas III menghasilkan :

¼ jam I : ………………………………

¼ jam II : ………………………………

¼ jam III : ……………………………

¼ jam IV : .............................................

Kesimpulan ......................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

33

Page 34: PANDUAN PRAKTEK

Praktikum VI

PERNAFASAN DAN SUHU TUBUH

Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat

1. Menjelaskan mekanisme pengaturan pernafasan.

2. Menjelaskan perubahan suhu tubuh sebagai dampak dari perbedaan cara pengukuran.

Alat yang diperlukan

1. Stopwatch

2. Kantong kertas

3. Thermometer oral

4. Thermometer aksila

5. Air es

Tata Cara Praktikum

VIA. Pernafasan Pada Manusia

Pernafasan Kuat dan Apnoe

1. Catat pernafasan normal selama 5 detik. Sekarang catat pernafasan kuat, cepat, dan

dalam selama 2-3 menit. Kemudian bernafas biasa dan lupakan pernafasan tadi (jangan

mengatur pernafasan dengan sengaja). Catat masa pemulihan ini sebaik-baiknya. Apa yang

Saudara lihat? Adakah masa apnoe, hitung waktunya!

2. Ulangi percobaan di atas, tetapi gunakan kantong kertas untuk pernafasan kuat.

VIB. Titik Penghentian

1. Catat lama penghentian (berhentilah bernafas) setelah hal-hal berikut. Istirahat selama 5

menit setelah tiap mengerjakan ini.

a. Ekspirasi biasa.

b. Ekspirasi tunggal kuat.

c. Inspirasi tunggal kuat.

d. Inspirasi kuat setelah pernafasan kuat 1 menit.

e. Inspirasi tunggal kuat dari sebuah kantong oksigen.

f. Inspirasi tunggal kuat sesudah pernafasan selama 3 menit dengan 3 kali pernafasan

yang terakhir dari sebuah kantong oksigen.

g. Inspirasi tunggal kuat segera sesudah latihan (lari ditempat selama 3 menit).

Ulangi penahanan nafas ini (no.7) tiap 40 detik kemudian, sampai nafas hampir normal

34

Page 35: PANDUAN PRAKTEK

VIC. SUHU TUBUH DAN TATA PANAS

A. Suhu pada Ketiak

Orang percobaan berbaring dengan tubuh bagian atas terbuka (tidak memakai baju) dan

bernafas melalui hidung (mulut sudah tertutup). Pasang termometer klinik ke dalam ketiak

(ketiak harus kering dari keringat). Biarkan termometer selama 10 menit dan bacalah

hasilnya.

B. Suhu Mulut

Turunkan termometer, bersihkan termometer dengan air dan alkohol. Pasang termometer

di bawah lidah orang percobaan yang sama. Biarkan selama 10 menit dan bacalah

hasilnya. Bandingkan dengan (A).

C. Pengaruh Penguapan

Orang percobaan yang sama sambil berbaring bernafas dengan tenang melalui mulut

selama 2 menit. Pasang termometer di dalam mulut. Baca hasilnya pada 5 menit pertama

dan pada 5 menit kedua (tidak perlu diturunkan dahulu setelah 5 menit pertama).

D. Pengaruh Luar terhadap Temperatur Mulut

Orang percobaan berkumur-kumur dengan air es selama satu menit. Kemudian ukur suhu

mulutnya. Baca suhu pada 5 menit pertama dan pada 5 menit kedua (suhu termometer

tidak perlu diturunkan dahulu).

Lakukan percobaan A, B, C, dan D pada orang percobaan yang lain. Catat nama, jenis

kelamin, umur, dan suhu ruangan.

35

Page 36: PANDUAN PRAKTEK

TES TOLERANSI GLUKOSA

Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan kadar glukosa

darah sebagai dampak dari asupan karbohidrat sederhana.

Alat yang diperlukan

1. Gelas ukuran

2. Cairan untuk diminum :

Air gula (75 gram gula dilarutkan dalam 300 ml air minum

3. Alat pemeriksaan kadar gula darah

4. Kertas dan ballpoint untuk mencatat

Tubuh menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi untuk aktifitas sel.

Karbohidrat dapat ditemukan dalam makanan yang mengandung pati seperti roti, nasi, kentang

dan lain-lain. Karbohidrat terdiri dari:

1. Karbohidrat sederhana yang terdiri dari 6 karbon monosakarida, dan yang termasuk ke

dalam monosakarida adalah glukosa, galaktosa dan fruktos8.

2. Disakarida, seperti laktosa dan sukrose

3. Polisakarida atau karbohidrat kompleks seperti patL

Pada umumnya jenis karbohidrat yang paling banyak dalam diet seharihari adalah

disakarida dan polisakarida, yang pada akhirnya dihidrolisis oleh enzim seperti sakaridase

dalam usus halus menjadi gula sederhana yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa kemudian

diabsorbsi dalam viii-viii usus halus masuk ke dalam darah dan ditransportasikan melalui vena

porta ke dalam hati.

Glukosa sederhana yang sampai di hati dengan bebas masuk ke dalam sel-sel hati dan

secara enzimatis galaktosa dan fruktosa dirubah menjadi glukosa.

Kadar guia dalam darah harus terus dipertahankan dalam jumlah yang normal di dalam

darah. Pada masa pasca absortif, glukosa dalam intestine dapat menjadi sumber utama

konsentrasi gula di dalam darah, akan tetapi waktu setelah absorbsi kadar gula darah akan

diseimbangkan oleh glukosa dari hati yang merupakan pool untuk glukosa di dalam darah.

Setelah makan makanan yang tinggi karbohidrat, gula darah akan tinggi,

mengakibatkan uptake glukosa oleh hati menjadi meningkat, dan proses pembentukan

glikogen hati akan meningkat melalui suatu proses yang disebut glikogenesis.

Jaringan pengguna gluokosa terbesar adalah otot dan otak. Pada otot yang sedang aktif

36

Page 37: PANDUAN PRAKTEK

dimana kebutuhan akan energi sangat tinggi, glukosa akan diambil secara cepat dari glukosa

dan dirubah menjadi glukosa 6 fosfat, dan kemudian dengan bantuan enzim-enzim glikolisis

dirubah menjadi piruvat yang pada akhirnya masuk ke sistem respirasi sel atau siklus kreb

untuk menghasilkan energi (pada keadaan cukup oksigen). Tapi sebaliknya apabila otot atau

tubuh secara keseluruhan sedang tidak aktif atau sedang istrirahat, glukosa yang dalam hati

akan dirubah menjadi glukosa 6 fosfat, dan dirubah menjadi glikogen hati sebagai cadangan

glukosa.

Untuk dapat masuk ke dalam sel otot, glukosa perlu bantuan insulin yang merupakan

pembawa pesan pertama, yang akan berikatan dengan reseptor insulin dalam membran sel.

Apabila ikatan hormon dan insulin terbentuk maka glukosa melalui gerbang protein G dapat

menembus membran sel untuk dipakai selanjutnya.

Sering sekali, karena adanya kegemukan, kurang aktifitas dan konsumsi gula sederhana

yang terlalu banyak dalam jangka waktu yang lama, menyebabkan reseptor insulin sel otot

sebagai pemakai terbesar glukosa menjadi kurang atau bahkan tidak sensitif terhadap insulin,

menyebabkan glukosa yang ada dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dan bertumpuk

dalam darah, hal ini disebut hiperglikemia. Kandisi menurunnya sensitifitas reseptor insulin

sering menyertai penyakit Diabetes Melitus tipe II.

Penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang sulit penangananya karena

berkaitan dengan kekacauan endakrin tubuh, oleh sebab itu deteksi dini diabetes lebih penting

dari pada mengobati. Salah satu prekondisi yang mendahului adalah adanya intoleransi

glukosa, yang senng menyertai orang yang kegemukan atau dengan riwayat ke!uarga dengan

diabetes mellitus tipe 2. Pemeriksaan untuk melihat toleransi glukosa adalah tes oral toleransi

glukosa. Pemeriksaan ini dapat bermanfaat untuk deteksi dini Diabetes mellitus tipe 2.

Tata Kerja Praktikum:

1. Diet 3 hari cukup karbohidrat

2. Puasa 12-14 jam kemudian diperiksa gula darah puasanya

3. Minum air gula (75 gram gula 9ilarutkan dalam 300 ml air minum) selama 5 menit

Gula darah diperiksa kembali setelah 30 menit, 1 jam dan setelah 2 jam)

Hasil akan menunjukan ada gangguan toleransi atau ada gangguan uptake glukosa apabila

hasil pemeriksaan : Puasa > 120 mg/dL dan 2 jam setelah makan < 140 mg/dL

37

Page 38: PANDUAN PRAKTEK

Praktikum VI

PENGARUH AKTIVITAS PADA KADAR GLUKOSA DARAH

Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan kadar glukosa

darah sebagai dampak dari aktivitas fisik.

Alat yang diperlukan

1. stopwatch

2. Alat pemeriksaan kadar gula darah

3. Kertas dan ballpoint untuk mencatat

Tata Kerja Praktikum:

1. Mintalah orang percobaan untuk relax, periksa glukosa darah sewaktu

2. Mintalah orang percobaan untuk naik-turun tangga dengan kecepatan 60 x / menit

selama 12 menit tanpa istirahat.

3. Periksa glukosa darah segera setelah aktivitas, menit ke-30, menit ke-60, dan menit

ke-120 setelah melakukan aktivitas.

38

Page 39: PANDUAN PRAKTEK

PERNAFASAN DAN SUHU TUBUH

I. PERNAFASAN PADA MANUSIA

Pernafasan Kuat dan Apnoe

Catat pernafasan normal selama 5 detik. Sekarang catat pernafasan kuat, cepat, dan dalam

selama 2-3 menit. Kemudian bernafas biasa dan lupakan pernafasan tadi (jangan

mengatur pernafasan dengan sengaja). Catat masa pemulihan ini sebaik-baiknya. Apa

yang Saudara lihat? Adakah masa apnoe, hitung waktunya!

Ulangi percobaan di atas, tetapi gunakan kantong kertas untuk pernafasan kuat.

Titik Penghentian

Catat lama penghentian (berhentilah bernafas) setelah hal-hal berikut. Istirahat selama 5

menit setelah tiap mengerjakan ini.

Ekspirasi biasa.

Ekspirasi tunggal kuat.

Inspirasi tunggal kuat.

Inspirasi kuat setelah pernafasan kuat 1 menit.

Inspirasi tunggal kuat dari sebuah kantong oksigen.

Inspirasi tunggal kuat sesudah pernafasan selama 3 menit dengan 3 kali pernafasan yang

terakhir dari sebuah kantong oksigen.

Inspirasi tunggal kuat segera sesudah latihan (lari ditempat selama 3 menit).

Ulangi penahanan nafas ini (no.7) tiap 40 detik kemudian, sampai nafas hampir normal

39

Page 40: PANDUAN PRAKTEK

II. PERNAFASAN BUATAN

A. Cara Nielsen (cara angkat tangan – tekan punggung)

Berlututlah Saudara pada salah satu kaki atau kedua-duanya di dekat orang percobaan

yang telungkup dengan kepala dipalingkan ke samping di atas pungggung tangannya.

Pegang lengan atas orang percobaan pada kedua sikunya (tangan saudara dalam keadaan

lurus). Tarik ke belakang dengan berat badan saudara (terasa ada perlawanan kuat).

Kemudian kembali dan tekan punggung orang percobaan, di bawah tulang belikat (lengan

saudara tetap lurus) dengan arah vertikal ke bawah (hanya dengan berat badan saudara).

Ulangi hal-hal di atas sebanyak 15 kali/menit.

B. Cara Silvester (cara angkat tangan – tekan dada)

Baringkan orang percobaan terlentang dengan bantal (buntalan pakaian) di bawah

pertengahan punggung. Berlututlah Saudara di dekat kepala orang percobaan dan pegang

kedua pergelangan tangannya. Angkat kedua lengannya ke atas kepala sehingga terletak

sejajar dengan badan. Pekerjaan ini lakukan dengan waktu 2 detik saja. Turunkan kembali

lengannya melalui cara yang sama dan letakkan di atas dada.

Sambil memegang kedua lengan ayunkan tubuh Saudara ke muka dan lakukan tekanan ke

dadanya sehingga terasa tekanan menetang yang kuat. Lakukan hal ini dalam waktu 2

detik. Dengan demikian pekerjaan di atas akan memakan waktu 4 detik seluruhnya dan

nafas buatan berlangsung 15 kali/menit.

C. Cara Schaefer (cara tekan punggung)

Telungkupkanlah orang percobaan dengan salah satu lengannya lurus di atas kepala dan

yang sebelah lagi bengkok pada sikunya. Kepala menghadap ke samping di atas lengan

bawah. Sekarang Saudara berlutut di atas pinggul orang percobaan sehingga pinggulnya

tepat di bawah kedua paha Saudara (lutut Saudara berada di samping crista iliaca orang

percobaan). Letakkan kedua tangan Saudara di punggung orang percobaan sehingga

kelingking Saudara pada costa terbawah. Ayunkan berat badan Saudara ke depan dengan

kedua lengan tetap lurus (tidak bengkok). Lakukan hal ini dalam 2 detik. Kemudian tarik

badan Saudara ke belakang kembali selama 2 detik. Ulangi hal-hal di atas dengan

kecepatan 15 kali/menit.

III.SUHU TUBUH DAN TATA PANAS

E. Suhu pada Ketiak

Orang percobaan berbaring dengan tubuh bagian atas terbuka (tidak memakai baju) dan

bernafas melalui hidung (mulut sudah tertutup). Pasang termometer klinik ke dalam ketiak

(ketiak harus kering dari keringat). Biarkan termometer selama 10 menit dan bacalah

hasilnya.

40

Page 41: PANDUAN PRAKTEK

F. Suhu Mulut

Turunkan termometer, bersihkan termometer dengan air dan alkohol. Pasang termometer

di bawah lidah orang percobaan yang sama. Biarkan selama 10 menit dan bacalah

hasilnya. Bandingkan dengan (A).

G. Pengaruh Penguapan

Orang percobaan yang sama sambil berbaring bernafas dengan tenang melalui mulut

selama 2 menit. Pasang termometer di dalam mulut. Baca hasilnya pada 5 menit pertama

dan pada 5 menit kedua (tidak perlu diturunkan dahulu setelah 5 menit pertama).

H. Pengaruh Luar terhadap Temperatur Mulut

Orang percobaan berkumur-kumur dengan air es selama satu menit. Kemudian ukur suhu

mulutnya. Baca suhu pada 5 menit pertama dan pada 5 menit kedua (suhu termometer

tidak perlu diturunkan dahulu).

Lakukan percobaan A, B, C, dan D pada orang percobaan yang lain. Catat nama, jenis

kelamin, umur, dan suhu ruangan.

41