Panduan penggunaan

11
PANDUAN PENGGUNAAN MODEL SUPERVISI BERBASIS KOMPETENSI GURU BAGI GURU MATEMATIKA SMA A. Pendahuluan Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru., sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru. Rendahnya hasil prestasi belajar peserta didik merupakan cerminan bahwa sebenarnya guru dalam melaksanakan tugasnya menemukan banyak kendala dan permasalahan. Permasalahan yang dihadapi guru saat ini adalah masalah kompetensi, Pada dasarnya guru memiliki potensi diri dalam meningkatkan dirinya. Dalam hal ini peranan manajemen pendidikan memiliki peranan untuk membantu peningkatan setiap individu di dalamnya. Peningkatan tersebut dengan melaksanakan fungsi – fungsi manajemen, Teryy (1997:16) menyebutkan adanya 4 fungsi manajemen yang harus dilaksanakan yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Planning mengacu bagaimana progam peningkatan direncanakan, Organizing merujuk bagaimana rencana tersebut harus dilaksanakan, dan perlu unsur – unsur dalam peningkatan sumber daya tersebut digerakkan (actuating) untuk mencapai tujuan, dan semua kegiatan tersebut harus dikendalikan dalam fungsi Controlling. Berdasarkan fungsi controlling maka kegiatan supervisi perlu dilaksanakan untuk diadakan tindakan dan penyempuranan rencana (Hasibuan 2003:22). 1

Transcript of Panduan penggunaan

Page 1: Panduan penggunaan

PANDUAN PENGGUNAAN

MODEL SUPERVISI BERBASIS KOMPETENSI GURU

BAGI GURU MATEMATIKA SMA

A. Pendahuluan

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru.,

sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru.

Rendahnya hasil prestasi belajar peserta didik merupakan cerminan bahwa sebenarnya

guru dalam melaksanakan tugasnya menemukan banyak kendala dan permasalahan.

Permasalahan yang dihadapi guru saat ini adalah masalah kompetensi,

Pada dasarnya guru memiliki potensi diri dalam meningkatkan dirinya. Dalam

hal ini peranan manajemen pendidikan memiliki peranan untuk membantu

peningkatan setiap individu di dalamnya. Peningkatan tersebut dengan melaksanakan

fungsi – fungsi manajemen, Teryy (1997:16) menyebutkan adanya 4 fungsi

manajemen yang harus dilaksanakan yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan

Controlling.

Planning mengacu bagaimana progam peningkatan direncanakan, Organizing

merujuk bagaimana rencana tersebut harus dilaksanakan, dan perlu unsur – unsur

dalam peningkatan sumber daya tersebut digerakkan (actuating) untuk mencapai

tujuan, dan semua kegiatan tersebut harus dikendalikan dalam fungsi Controlling.

Berdasarkan fungsi controlling maka kegiatan supervisi perlu dilaksanakan untuk

diadakan tindakan dan penyempuranan rencana (Hasibuan 2003:22).

1

Page 2: Panduan penggunaan

Supervisi merupakan proses membantu guru guna memperbaiki dan

meningkatkan pembelajaran dan kurikulum (Oliva 1984), sehingga terkandung makna

bahwa supervisor harus membantu guru, secara individual atau kelompok, untuk

memperbaiki pengajaran dan kurikulum. Oliva masih menambahkan satu bidang

supervisor, yaitu aspek pengembangan guru. Sedangkan Neagly dan Evans (1980)

lebih menekankan aspek bantuan itu pada pengajaran guru dan pembelajaran murid,

di samping perbaikan kurikulum.

Sahertian (2000) menyatakan bahwa tujuan supervisi adalah memberikan layanan

dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk

meningkatkan kualitas belajar siswa. Supervisi tidak hanya memperbaiki kemampuan

mengajar tetapi juga mengembangkan potensi kualitas guru. Sahertian (2000) juga

menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di

lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat

otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang

menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek

yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data,

fakta yang objektif.

Supervisi suatu tindakan pengawasan yang harus dilaksanakan di sekolah

untuk dapat dipergunakan oleh guru untuk memperbaiki diri dan menyempurnakan

rencana bila guru menemukan kesalahan di lapangan. Di sisi lain fungsi supervisi

menjadi suatu standar bagi guru untuk mengukur kinerjanya guna meningkatkan

kompetensinya.

Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan

dalam penyelenggaraan pendidikan. Umumnya kepala sekolah dipandang sebagai

supervisor di sekolahnya, karena ialah yang bertanggung jawab untuk

2

Page 3: Panduan penggunaan

mengkoordinasikan semua program pengajaran (Lovell dan Eiles 1983). Karena itu,

para guru berharap agar kepala sekolah menggunakan sebagian besar waktunya untuk

perbaikan dan peningkatan pengajaran. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 39 dan 40 terdapat istilah

pengawas satuan pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan pada pendidikan

formal dan penilik satuan pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan pada

pendidikan non formal. Pada pasal 55 ditegaskan pengawasan satuan pendidikan

meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil

pengawasan. Dengan digantinya istilah supervisor menjadi pengawas atau penilik

berdampak terjadinya pergeseran makna dan pelaksanaan supervisi.

Berdasarkan uraian di atas, dalam pelaksanaan supervisi di Indonesia,

pengawas, penilik dan kepala satuan pendidikan (kepala sekolah) berperan sebagai

supervisor. Dalam era otonomi daerah, pengadaan pengawas, penilik dan kepala

sekolah menjadi wewenang kepala daerah. Ini artinya bisa terjadi pemilihan yang bias

karena orang terpilih yang mendapat persetujuan dari kepala daerah belum tentu

orang yang kompeten. Di sisi lain, orang yang biasanya diangkat menjadi pengawas,

penilik atau kepala sekolah adalah guru yang sudah senior, berpengalaman dan

dipandang mampu menduduki posisi tersebut. Padahal guru senior tidak memiliki

bekal yang cukup untuk menjadi supervisor mengingat kompetensi yang dimiliki

seorang guru berbeda dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang supervisor. Hal

ini menyebabkan pelaksanaan supervisi tidak sesuai dengan harapan karena

persyaratan kompetensi, pola rekrutmen dan seleksi, serta evaluasi dan promosi

terhadap jabatan supervisor belum mencerminkan perhatian yang besar terhadap

pentingnya implementasi supervisi pada akar pendidikan yaitu interaksi belajar

mengajar di kelas.

3

Page 4: Panduan penggunaan

Di sisi lain, terjadi mismatch karena latar belakang pendidikan supervisor

tidak tepat dengan mata pelajaran yang diajarkan guru yang disupervisi. Missmatch

ini jelas mengurangi keilmiahan supervisi dan menimbulkan permasalahan baru

dalam pelaksanaan supervisi.

Berdasarkan pemikiran dan fakta-fakta tersebut dibutuhkan suatu model

pengembangan supervisi yang tepat dengan mempertimbangkan berbagai

permasalahan di atas. Harapannya dengan pengembangan model supervisi yang tepat

sasaran dapat memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran sehingga hasil

akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

B. Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru Bagi Guru Matematika SMA

Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika diawali

dengan pembuatan program supervisi . Program supervisi menggunakan model ini

dibuat berdasarkan analisa kebutuhan. Guru dan supervisor mengadakan pertemuan

awal untuk membahas supervisi yang akan dilakukan sehingga supervisor memahami

bantuan seperti apa yang dibutuhkan guru.

Setelah program supervsi dibuat, supervisor melakukan kunjungan kelas.

Supervisor mengamati proses pembelajaran di dalam kelas. Supervisor sekaligus

dapat meminta masukan dari siswa.Masukan siswa kepada supervisor merupakan

umpan balik terutama pada penilaian kompetensi guru secara keseluruhan bukan saat

dilakukan supervisi saja. Guru senior pada mata pelajaran yang sama membantu

pelaksanaan supervisi untuk mengatasi permasalahan yang timbul karena adanya

mismatch karena latar belakang pendidikan supervisor tidak tepat dengan mata

pelajaran yang diajarkan guru yang disupervisi.

4

Page 5: Panduan penggunaan

Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika dapat

digambarkan dalam bagan berikut.

5

Page 6: Panduan penggunaan

6

Peningkatan Kompetensi Guru Matematika

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika

KEGIATAN :

Pertemuan pribadi awalKunjungan KelasPertemuan pribadiRapat guruKunjungan antar kelas

SUPERVISOR :

• Pengawas• Kepala Sekolah

Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika

SUPERVISI

Guru Matematika

PROGRAM SUPERVISI

Analisa Kebutuhan

Siswa

Sasaran :

Meningkatkan kompetensi guru matematika Menilai proses dan hasil pembelajaran MatematikaMemberikan umpan balik kepada guruMemberikan umpan balik kepada siswa

MGMP MATEMATIKA

SMA

Guru Senior

Page 7: Panduan penggunaan

Bagan 1. Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru bagi Guru Matematika SMA

7

Peningkatan Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika

Umpan Balik

Page 8: Panduan penggunaan

C. Tujuan Model

Tujuan dikembangkannya model ini adalah :

1. Sebagai model supervisi untuk meningkatkan kompetensi guru matematika.

2. Sebagai acuan dalam melaksanakan pembinaan peningkatkan profesionalisme guru

matematika.

3. Sebagai dasar untuk menyusun kebijakan dalam pembuatan program supervisi

D. Spesifikasi Model

Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru Bagi Guru Matematika memiliki pesifikasi

kegiatan umum yang terdiri dari :

1. Analisa kebutuhan

2. Penyusunan program supervisi

3. Implementasi supervisi

E. Komponen Model

Berdasarkan spesifikasi model di atas, maka komponen Model Supervisi Berbasis

Kompetensi Guru Bagi Guru Matematika terdiri dari

F. Personal dan Institusi yang Terlibat

1. Guru matematika

8

Page 9: Panduan penggunaan

2. Supervisor

3. Dinas Pendidikan

4. MGMP Matematika

G. Operasionalisasi Model

H. Asumsi dan Keterbatasan Model

I. Efektivitas Model

Setelah dilaksanakan supervisi menggunakan model ini, maka guru akan meningkat

kompetensinya dan menjadi guru matematika yang profesional. Guru matematika yang

profesional saling berinteraksi dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Matematika. MGMP merupakan wadah kegiatan guru untuk sharing hal-hal yang

berkaitan dengan pembelajaran matematika. Setiap guru memiliki kelebihan dan

keunikan. Dengan berinteraksi, berkomunikasi dan berdiskusi di dalam MGMP maka

para guru akan mendapatkan hal-hal baru yang dapat dipakai memecahkan permasalahan

yang dihadapi dalam pembelajaran matematika.

9

Page 10: Panduan penggunaan

Meningkatnya kompetensi guru matematika akan meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika. Ini artinya terjadi pula peningkatan kualitas proses belajar mengajar di dalam

kelas dan hasil pembelajaran matematika.

Hasil pembelajaran merupakan umpan balik bagi guru sehingga guru dapat membuat

perbaikan dari prencanaan dan menyusun analisa kebutuhan. Berdasarkan analisa

kebutuhan tersebut, guru dapat kembali merencanakan supervisi bersama dengan

supervisor. Hal ini akan berlangsung secara berkelanjutan sehingga hasilnya secara

langsung meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia

J. Hambatan dan Pendukung Pelaksanaan Model

Hambatan dalam pelaksanaan model yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut .

1. Rendahnya motivasi guru terutama guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan

guru yang sudah mendekati pensiun untuk meminta supervise kepada,kepala selolah

ataupun supervi=siro

2. Kejujuran guru dalam melakukan evaluasi diri saat guru mengisi instrument untuk

membuat analisa kebutuhan

3. Pelaksanaan tidak berjalan lancar karena terbatasnya supervisor dan kesibukan

supervisor

Pendukung terlaksananya model :

1.

K. Penutup

10

Page 11: Panduan penggunaan

Model Supervisi Berbasis Kompetensi Guru ini berdasarkan penelitian dan hasil

studi yang telah divalidasi oleh pakar dan paraktisi. Mengingat urgensinya model ini

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, maka setelah dilakukan uji coba model ini

dapat disebarluaskan penggunaannya.

11