Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

126
Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1 BAB 11 PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD : PEMERIKSAAN INTERIM DAN PEMERIKSAAN PENDAHULUAN Sesuai dengan SPKN, pemeriksaan harus direncanakan dengan sebaik- baiknya. Perencanaan pemeriksaan atas LKPD suatu Perwakilan sebaiknya telah dimulai setidaknya pada akhir Triwulan III tahun sebelumnya. Sebagai contoh: Untuk Pemeriksaan LKPD TA 2010, pada akhir bulan September 2010, Kepala Perwakilan akan menentukan apakah pemeriksaan atas LKPD TA 2010 diawali dengan pemeriksaan interim atau tidak. Hal ini tentu saja dilakukan dengan memperhatikan RKP TA 2010. Pemeriksaan interim adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum berakhirnya tanggal Neraca (31 Desember) dan umumnya dilaksanakan pada bulan Oktober sd Desember. Apabila pemeriksaan interim tidak dilakukan dianjurkan Perwakilan menggunakan tahapan Pemeriksaan Pendahuluan dilanjutkan dengan Pemeriksaan Rinci. Pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum pemerintah daerah menyampaikan LKPD kepada BPK dan umumnya dilaksanakan pada bulan Januari sd April. Bila kondisi tidak memungkinkan untuk melaksanakan Pemeriksaan Pendahuluan, maka perwakilan dapat langsung melakukan Pemeriksaan Rinci. 11.1 Pemeriksaan Interim 11.1.1 Gambaran Umum Pemeriksaan keuangan interim LKPD (selanjutnya disebut dengan pemeriksaan interim) lazim dilakukan dalam pemeriksaan keuangan. BPK melaksanakan pemeriksaan interim atas LKPD mengacu pada best practice dengan pertimbangan untuk mempercepat penyelesaian pemeriksaan atas laporan keuangan sesuai dengan batas waktu pemeriksaan atas LKPD yang telah ditetapkan undang-undang. Kebijakan perlu tidaknya dilaksanakan pemeriksaan interim pada LKPD sepenuhnya ditetapkan oleh masing-masing Perwakilan BPK dengan mempertimbangkan 1) besaran anggaran, 2) kekuatan personil auditor pada Perwakilan yang bersangkutan, 3) hasil pemeriksaan sebelumnya dan 4) pertimbangan obyektif lainnya. Dengan demikian panduan pemeriksaan keuangan interim atas LKPD ini pun diperuntukkan bagi Perwakilan BPK yang dalam kebijakannya dapat melakukan pemeriksaan interim terlebih dahulu sebelum pemeriksaan rinci atas LKPD.

description

Bab 11 - 13

Transcript of Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Page 1: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

BAB 11 PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD :

PEMERIKSAAN INTERIM DAN PEMERIKSAAN PENDAHULUAN Sesuai dengan SPKN, pemeriksaan harus direncanakan dengan sebaik-

baiknya. Perencanaan pemeriksaan atas LKPD suatu Perwakilan sebaiknya telah dimulai setidaknya pada akhir Triwulan III tahun sebelumnya. Sebagai contoh: Untuk Pemeriksaan LKPD TA 2010, pada akhir bulan September 2010, Kepala Perwakilan akan menentukan apakah pemeriksaan atas LKPD TA 2010 diawali dengan pemeriksaan interim atau tidak. Hal ini tentu saja dilakukan dengan memperhatikan RKP TA 2010.

Pemeriksaan interim adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum berakhirnya tanggal Neraca (31 Desember) dan umumnya dilaksanakan pada bulan Oktober sd Desember.

Apabila pemeriksaan interim tidak dilakukan dianjurkan Perwakilan menggunakan tahapan Pemeriksaan Pendahuluan dilanjutkan dengan Pemeriksaan Rinci.

Pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum pemerintah daerah menyampaikan LKPD kepada BPK dan umumnya dilaksanakan pada bulan Januari sd April.

Bila kondisi tidak memungkinkan untuk melaksanakan Pemeriksaan Pendahuluan, maka perwakilan dapat langsung melakukan Pemeriksaan Rinci.

11.1 Pemeriksaan Interim

11.1.1 Gambaran Umum Pemeriksaan keuangan interim LKPD (selanjutnya disebut dengan

pemeriksaan interim) lazim dilakukan dalam pemeriksaan keuangan. BPK melaksanakan pemeriksaan interim atas LKPD mengacu pada best practice dengan pertimbangan untuk mempercepat penyelesaian pemeriksaan atas laporan keuangan sesuai dengan batas waktu pemeriksaan atas LKPD yang telah ditetapkan undang-undang. Kebijakan perlu tidaknya dilaksanakan pemeriksaan interim pada LKPD sepenuhnya ditetapkan oleh masing-masing Perwakilan BPK dengan mempertimbangkan 1) besaran anggaran, 2) kekuatan personil auditor pada Perwakilan yang bersangkutan, 3) hasil pemeriksaan sebelumnya dan 4) pertimbangan obyektif lainnya. Dengan demikian panduan pemeriksaan keuangan interim atas LKPD ini pun diperuntukkan bagi Perwakilan BPK yang dalam kebijakannya dapat melakukan pemeriksaan interim terlebih dahulu sebelum pemeriksaan rinci atas LKPD.

Page 2: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

Siegel dan Shim (2000: 519) melihat pemeriksaan interim dari dua pendekatan, yaitu:

1) Pemeriksaan keuangan terhadap laporan keuangan interim (audit of an interim period), misalnya Laporan Keuangan Triwulanan atau Laporan Keuangan Semesteran.

2) Pemeriksaan keuangan terhadap laporan keuangan tahunan yang dilakukan selama periode akuntansi masih berjalan. Pemeriksaan yang dilakukan dapat meliputi konfirmasi, cek fisik persediaan, atau kegiatan pemeriksaan lainnya yang nantinya akan digabungkan dengan tahap akhir pemeriksaan keuangan secara menyeluruh terhadap laporan keuangan tahunan yang diperiksa.

Berdasarkan kedua pendekatan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa waktu pelaksanaan pemeriksaan interim atas LKPD efektif dilaksanakan pada tahun berjalan sebelum tanggal laporan keuangan (31 Desember 200X) yaitu pada Semester II (atau Triwulan IV) yang mencakup data transaksi-transaksi selama periode tahun tersebut sampai dengan pemeriksaan interim berlangsung.

Pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan interim di BPK, antara lain bertujuan untuk:

1) Pemberian kesimpulan hasil reviu atas sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

2) Pengujian kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan atas transaksi-transaksi selama periode yang berlangsung sampai dengan saat pemeriksaan interim.

3) Perolehan data dan informasi untuk pengembangan perencanaan pemeriksaan terinci LKPD, antara lain meliputi, tapi tidak terbatas pada, pemantauan atas tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya dan penilaian risiko (risk assesment).

Lingkup pemeriksaan interim meliputi:

1) Sistem pengendalian intern;

2) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;

3) Transaksi atau realisasi anggaran semester I dan/atau sampai dengan periode pemeriksaan interim berlangsung;

4) Pemantauan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan sebelumnya; dan

5) Informasi lain yang terkait dengan laporan keuangan.

Page 3: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

11.1.2 Tahapan Pemeriksaan Interim

Tahapan Pemeriksaan Interim terdiri dari tiga bagian utama yaitu persiapan, pelaksanaan dan pelaporan yang secara rinci terdiri dari kegiatan sebagai berikut:

PERSIAPAN

• Evaluas i hasilpemeriksaansebelumnya

• Peroleh LaporanKeuangan Interim

• Penentuan obyekdan lingkuppemeriksaan

• Penentuan tujuandan penyusunanlangkahpemeriksaan

PELAKSANAAN

• Pemutakhirandata umumentitas dan data terkait SPI entitas

• Pengujian atas TLH P sebelumnya

• Penerapanprosedurpengujianpengendalian

• Penerapanprosedurpengujiansubstantif

• Penerapanprosedurpengujiankepatuhanterhadapperaturanperundang-undangan

• Dokumentas ipemeriksaan

PELAPORAN

• Pengambilankes impulan

• Penetapanmaterialitas , risikodan sampling

• PenyusunanLaporan H as ilPemeriksaanInterim

• Penyusunanprogram pemeriksaansubstantif/ terinci

11.1.2.1 Tahap Persiapan

11.1.2.1.1 Evaluasi atas hasil pemeriksaan sebelumnya

Pada tahapan persiapan ini, pertama-tama dilakukan evaluasi hasil pemeriksaan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengevaluasi hasil pemeriksaan sebelumnya adalah sebagai berikut:

1) Lakukan inventarisasi semua pemeriksaan yang pernah dilakukan sebelumnya, baik itu pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, maupun PDTT. Khusus untuk pemeriksaan keuangan yang dilakukan pada tahun sebelumnya, perhatikan opini yang diberikan sebagai dasar pertimbangan untuk analisis risiko dan penentuan materialitas pemeriksaan yang akan dilakukan sekarang.

2) Buat daftar yang menggambarkan semua permasalahan yang pernah ditemukan maupun permasalahan yang pernah ada terkait dengan objek pemeriksaan (khususnya temuan yang berkaitan dengan pengendalian intern dan kepatuhan), termasuk posisi tindak lanjut setiap temuan/permasalahan tersebut sampai dengan tanggal terakhir semester. Bentuk daftar pemantauan tindak lanjut dapat dilihat di Lampiran 11.1

Page 4: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

3) Lakukan analisis sebab dan dampaknya bagi kewajaran penyajian laporan keuangan. Fokuskan pada permasalahan yang berulang.

4) Identifikasikan hubungan setiap permasalahan yang masih berstatus “belum ditindaklanjuti sesuai rekomendasi/tidak ditindaklanjuti” dengan objek pemeriksaan;

5) Pastikan juga apakah permasalahan yang telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi berpotensi terjadi atau akan terjadi dan terkait dengan objek pemeriksaan

6) Tentukan fokus pemeriksaan interim dengan mempertimbangkan permasalahan yang memiliki probabilitas terjadi dan terkait dengan objek pemeriksaan dan permasalahan yang terus berulang.

11.1.2.1.2 Dapatkan Laporan Keuangan Interim

Langkah selanjutnya adalah meminta LKPD yang telah disusun oleh entitas yang bersangkutan sesuai dengan periode yang telah ditentukan/disepakati sebelumnya (Semesteran atau Triwulanan atau LKPD per 31 Oktober).

11.1.2.1.3 Penentuan objek dan lingkup pemeriksaan interim

Penentuan objek dan lingkup pemeriksaan interim mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

1) Lakukan analisis mendalam terhadap fokus-fokus pemeriksaan interim (hasil pertimbangan pemeriksaan sebelumnya). Analisis meliputi hubungan setiap fokus permasalahan dan kriteria/ketentuan yang mengatur hal-hal terkait fokus pemeriksaan tersebut. Analisis tersebut sedapat mungkin mengidentifikasi hingga jenis transaksi, sistem transaksi, frekuensi terjadinya, dan kesamaan pola transaksi.

2) Lakukan pemetaan (mapping) terhadap signifikansi setiap fokus pemeriksaan interim.

3) Dengan pertimbangan waktu dan sumber daya yang ada, pilih objek dan cakupan yang paling material dan signifikan yang meliputi akun tertentu, mata anggaran tertentu, satuan kerja tertentu, dan periode transaksi tertentu (sampai dengan periode pemeriksaan interim).

Page 5: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

11.1.2.1.4 Penentuan tujuan pemeriksaan

Berdasarkan objek dan lingkup pemeriksaan, tentukan tujuan pemeriksaan interim. Berdasarkan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan, susunlah program pemeriksaan yang berisi langkah-langkah pemeriksaan, susunan Tim Pemeriksaan, periode yang akan diperiksa, waktu pemeriksaan, dan jangka waktu pemeriksaan. Selain itu, pastikan waktu pemeriksaan yang tepat.

11.1.2.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap-tahap kegiatan dalam pelaksanaan pemeriksaan interim mengacu pada tujuan pemeriksaan interim yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, khusus untuk kegiatan penerapan prosedur pengujian pengendalian (control test) dan penentuan sampling, kegiatan penerapan prosedur pengujian substantif (substantive test), dan kegiatan prosedur pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan di bawah ini tidak harus dilaksanakan seluruhnya, namun sepenuhnya tergantung pada tujuan pemeriksaan yang ditetapkan. Apabila tujuan pemeriksaan yang disebutkan dalam paragraph diatas akan dilaksanakan seluruhnya, maka tahap pelaksanaan pemeriksaan interim meliputi kegiatan sebagai berikut:

11.1.2.2.1 Pemutakhiran data umum entitas dan data terkait SPI

Langkah pertama dalam tahapan pelaksanaan adalah pemutakhiran data umum entitas dan data terkait SPI yang menjadi cakupan pemeriksaan. Pastikan pemeriksa telah memiliki pemahaman atas data umum organisasi dan sistem pengelolaan transaksi dari hasil pemeriksaan tahun sebelumnya. Jika tidak terdapat perubahan, pemeriksa dapat menggunakan data dari pemeriksaan sebelumnya. Jika terdapat perubahan data umum organisasi dan SPI, lakukan analisis atas perubahan tersebut. Perubahan SPI umumnya terkait dengan temuan BPK atas kelemahan SPI dari hasil pemeriksaan sebelumnya, serta status tindak lanjutnya. Dokumentasikan data mutakhir dalam format yang mudah dipahami.

11.1.2.2.2 Pengujian atas tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya

Pemeriksa harus memastikan bahwa entitas yang diperiksa telah menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan sebelumnya. Terhadap rekomendasi yang belum ditindaklanjuti, lakukan diskusi tentang kendala dan akibatnya bagi entitas yang diperiksa. Pemeriksa dapat meminta Pemda untuk segera menindaklanjuti permasalahan agar tidak mempengaruhi penyajian LKPD dan mengakibatkan kualifikasi dalam opini.

11.1.2.2.3 Penerapan prosedur pengujian pengendalian (Control Test) dan penentuan sampling, yang meliputi langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.

Page 6: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

1) Lakukan evaluasi atas desain SPI. Jika tidak terdapat pemutakhiran desain SPI objek yang menjadi cakupan pemeriksaan, pemeriksa dapat memanfaatkan hasil evaluasi desain SPI tahun sebelumnya. Jika terdapat pemutakhiran desain SPI, lakukan analisis dan identifikasikan kelemahan desain SPI tersebut dan dampaknya.

2) Lakukan pengujian atas implementasi SPI, dan identifikasi kelemahan implementasi SPI dan dampaknya.

3) Buat daftar kelemahan desain dan implementasi SPI serta dampaknya.

4) Uji tingkat signifikasi setiap kelemahan desain dan penerapan SPI serta uji tingkat keterjadiannya dan kemungkinan keterjadiannya. Semakin tinggi tingkat keterjadiannya dan kemungkinan keterjadiannya, semakin diprioritaskan menjadi objek yang akan diuji lebih lanjut dalam pemeriksaan subtantif/terinci.

11.1.2.2.4 Penerapan prosedur pengujian substantif atas transaksi (substantive test).

Lakukan pengujian substantif atas transaksi terhadap akun/transaksi/mata anggaran yang telah ditetapkan dalam objek dan lingkup pemeriksaan dengan mengacu pada sampling yang telah ditentukan. Jenis pengujian yang dilakukan mempertimbangkan hasil pengujian atas risiko pengendalian dan jenis asersi yang terkait dengan risiko yang ditemukan.

11.1.2.2.5 Penerapan prosedur pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

Selain pengujian susbtantif, tim juga menerapkan prosedur pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dengan mempertimbangkan fokus pemeriksaan yang telah dipertimbangkan sebelumnya, transaksi yang terjadi pada akhir tahun anggaran, dan Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP).

11.1.2.2.6 Penyusunan temuan pemeriksaan.

Pemeriksa menyusun temuan pemeriksaan atas permasalahan-permasalahan terkait kelemahan pengendalian intern dan dan ketidakpatuhan. Temuan dimaksud disampaikan kepada entitas yang diperiksa untuk mendapat tanggapan dan agar pimpinan entitas yang diperiksa dapat segera melakukan tindakan pengamanan/perbaikan.

11.1.2.2.7 Pendokumentasian semua langkah yang dilakukan.

Page 7: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7

11.1.2.3 Tahap Pelaporan

11.1.2.3.1 Pengambilan kesimpulan interim

Berdasarkan langkah-langkah dalam tahap pelaksanaan, lakukan pengambilan kesimpulan hasil pemeriksaan interim, dengan mengacu pada tujuan pemeriksaan yang ditetapkan diatas.

11.1.2.3.2 Penentuan tingkat materialitas, risiko dan sampel pemeriksaan

Berdasarkan simpulan pemeriksaan interim, pemeriksa menentukan tingkat materialitas, risiko dan sampel pemeriksaan untuk digunakan pada saat pemeriksaan substantif tahap terinci. Prosedur penentuan sampel pemeriksaan mengacu pada Bab V tentang Uji Petik Pemeriksaan (Audit Sampling) dengan memperhitungkan pengujian substantif yang sudah dilakukan saat pemeriksaan interim.

11.1.2.3.3 Penyusunan laporan hasil pemeriksaan interim

Selanjutnya Tim Pemeriksa menyusun Laporan Pemeriksaan Interim yang terdiri dari tiga bagian yaitu:

1) Ringkasan eksekutif yang berisi transaksi/akun yang memiliki risiko tinggi dan kelemahan SPI serta ketidakpatuhan yang signifikan, serta tingkat materialitas yang ditetapkan berdasar hasil pengujian atas pegendalian.

2) Gambaran umum pemeriksaan yang terdiri dari dasar hukum, tujuan, lingkup, metodologi pemeriksaan, dan waktu pemeriksaan

3) Hasil Pemeriksaan yang berisi temuan-temuan kelemahan SPI dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, penilaian risiko atas akun-akun signifikan (sebagaimana diatur dalam Panduan Pemeriksaan atas LKPD Bab 3. Pemahaman dan Penilaian Risiko), serta penetapan tingkat materialitas dan sampel.

Contoh laporan pemeriksaan interim dapat dilihat pada Lampiran 11.2.

11.1.2.3.4 Penyusunan Program Pemeriksaan Terinci / Substantif

Langkah-langkah penyusunan Program Pemeriksaan Terinci / Substantif dijelaskan pada sub bab 11.3.

Page 8: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8

11.2 Pemeriksaan Pendahuluan 11.2.1 Gambaran Umum

Pemeriksaan Pendahuluan atas LKPD merupakan pelaksanaan dari tahap perencanaan yang dapat menjadi dasar penyusunan program pemeriksaan terinci atas LKPD.

Dalam mempertimbangkan strategi pemeriksaan yang ada yaitu singkatnya waktu Pemeriksaan LKPD sesuai ketentuan perundang-undangan (2 bulan sejak LKPD diterima dari Pemda), maka tujuan dan lingkup Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Interim dapat saja sama. Akan tetapi apabila melihat sekuen pemeriksaan di mana Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Rinci waktunya berdekatan dibandingkan waktu antara Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Rinci, maka Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Interim dapat berbeda tujuan dan lingkupnya. Salah satu perbedaan antara Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Interim adalah di dalam Pemeriksaan Interim, pemeriksa melakukan pengujian substantif untuk “menyicil pekerjaan”. Sementara itu dalam Pemeriksaan Pendahuluan, pengujian substantif umumnya tidak dilakukan. Dalam praktik di BPK, Perwakilan yang tidak melakukan Pemeriksaan Interim, umumnya melakukan PDTT Belanja di Triwulan IV yang hasilnya dapat digunakan dalam Pemeriksaan LKPD. Inilah salah satu alasan praktis mengapa Pemeriksaan Pendahuluan tidak dianjurkan lagi untuk melakukan pengujian substantif. Analisis persamaan dan perbedaan antara Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Interim tidak dimaksudkan untuk mendefinisikan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dan hanya digunakan untuk kepentingan praktik pemeriksaan di BPK khususnya di Perwakilan.

Untuk efektifitas pelaksanaannya, pemeriksaan pendahuluan juga didasarkan dengan Program Pemeriksaan (P2) Pendahuluan atas LKPD yang formatnya menggunakan format umum P2 Pemeriksaan atas LKPD. Hal yang membedakan dengan pemeriksaan terinci adalah dalam Tujuan Pemeriksaan dan Lingkup Pemeriksaan.

Tujuan Pemeriksaan Pendahuluan atas LKPD umumnya diarahkan untuk:

1) Menilai efektivitas sistem pengendalian intern (SPI);

2) Menilai kepatuhan atas peraturan perundang-undangan;

3) Memantau tindak lanjut atas hasil pemeriksaan tahun-tahun sebelumnya.

Page 9: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9

Walaupun demikian, tujuan pemeriksaan pendahuluan merupakan bagian dari Tujuan Pemeriksaan LKPD secara keseluruhan yaitu pemberian opini atas kewajaran LKPD tersebut berdasarkan:

1) Kesesuaian LKPD terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);

2) Kecukupan pengungkapan sesuai dengan pengungkapan yang diatur dalam SAP;

3) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; dan

4) Efektivitas sistem pengendalian intern.

11.2.2 Tahapan pemeriksaan Pendahuluan

Berdasarkan kegiatan pada tahap perencanaan, pemeriksaan pendahuluan atas LKPD meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

11.2.2.1 Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan

Pemahaman atas tujuan pemeriksaan secara keseluruhan dan harapan penugasan perlu diperoleh untuk mengetahui fokus atau sasaran yang harus diperhatikan pemeriksa dan untuk menghindari harapan-harapan yang tidak dapat dipenuhi oleh pemeriksa.

Harapan penugasan di tingkat Perwakilan ditetapkan oleh Kepala Perwakilan setelah mempertimbangkan hasil Raker, Rakornis, Arahan Badan yang terkait dengan pemeriksaan serta arahan Tortama terkait.

Pemahaman tersebut dilakukan dengan melakukan komunikasi dengan pemberi tugas o leh pemeriksa dengan memperhatikan input-input sebagai berikut:

1) Laporan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya;

2) Laporan hasil pemantauan tindak lanjut;

3) Survei pendahuluan atas entitas atau objek yang baru pertama kali diperiksa;

4) Database entitas;

5) Hasil komunikasi dengan pemeriksa sebelumnya

Page 10: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10

Langkah-langkah pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan meliputi :

1) Pembahasan dan pengkomunikasian dengan pemberi tugas;

Pemeriksa bersama-sama dengan pemberi tugas membangun pemahaman yang jelas mengenai hal-hal penting yang dapat dijadikan dasar dalam mendefinisikan, memprioritaskan dan mengukur kinerja pemeriksa dalam pelaksanaan penugasan.

2) Pengajuan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan;

Langkah ini dilakukan oleh pemeriksa dengan membuat penilaian (pengkajian awal) atas entitas dan memutakhirkan pengetahuan mengenai lingkup kerja entitas. Pemeriksa juga mempertimbangkan hasil pemeriksaan tahun lalu, catatan pertemuan-pertemuan sebelumnya, dan diskusi- diskusi dengan entitas. Pertimbangan awal mengenai informasi tersebut memungkinkan pemeriksa untuk mempersiapkan pembicaraan dengan pemberi tugas dan menentukan area yang ingin ditelaah lebih dalam. Penilaian awal ini juga dapat digunakan untuk mempertimbangkan pemeriksa yang akan berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.

3) Penetapan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan.

Tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang telah dirumuskan didokumentasikan secara tertulis dan ditandatangani oleh Ketua Tim, Pengendali Teknis, Penanggung Jawab, dan Pemberi Tugas. Format harapan penugasan terlampir dalam Suplemen.

11.2.2.2 Pemahaman atas Entitas

Pemahaman atas entitas perlu diperoleh untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan signifikan atau area-area kritis yang memerlukan perhatian yang mendalam.

11.2.2.3 Pertimbangan atas Tindak Lanjut LHP Sebelumnya Terhadap

Pemeriksaan LKPD Tahun Berjalan

Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksa harus meneliti pengaruh hasil pemeriksaan sebelumnya dan tindak lanjutnya terhadap LKPD yang diperiksa,

Page 11: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11

terutama terkait kemungkinan temuan-temuan pemeriksaan yang berulang dan keyakinan pemeriksa atas saldo awal akun atau perkiraan pada neraca yang diperiksa.

Terhadap LKPD yang tahun sebelumnya mendapatkan opini WDP dan TMP, tahapan ini merupakan tahapan yang penting untuk memperkirakan adanya permasalahan yang kembali dapat menjadi pengecualian dalam tahun anggaran yang diperiksa. Atas rekomendasi yang belum ditindaklanjuti khususnya yang terkait dengan pengecualian tahun sebelumnya, lakukan diskusi tentang kendala dan akibatnya bagi entitas yang diperiksa. Pemeriksa dapat menyarankan Pemda untuk segera mengambil langkah-langkah agar permasalahan tersebut tidak menjadi pengecualian kembali dalam tahun anggaran yang diperiksa.

Sebagai contoh: Dalam opini LKPD TA 2009, salah satu pengecualian terkait belum dilakukannya stock opname atas persediaan di beberapa SKPD yang dampaknya material. Saat pemeriksaan pendahuluan atas LKPD TA 2010, ternyata rekomendasi tersebut masih belum ditindaklanjuti dan permasalahan masih terjadi. Terkait hal ini, Pemeriksa harus segera meminta Pemda melakukan stock opname terhadap persediaan dan menarik mundur hingga per 31 Desember 2010.

11.2.2.4 Pemahaman Sistem Pengendalian Intern

Pemahaman sistem pengendalian intern meliputi pemahaman atas komponen-komponen sistem pengendalian intern. Pemahaman sistem pengendalian intern dilakukan terhadap pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dan atau kebijakan tertulis kepala daerah.

Pemahaman atas sistem pengendalian intern tersebut membantu pemeriksa untuk (1) mengidentifikasi jenis potensi kesalahan, (2) mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material, (3) mendesain pengujian sistem pengendalian intern, dan (4) mendesain prosedur pengujian substantif.

11.2.2.5 Penetapan Tingkat Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir.

Dalam pemeriksaan laporan keuangan, pemeriksa perlu menetapkan:

1) ‘Planning Materiality’ (materialitas awal), yaitu materialitas untuk tingkat keseluruhan laporan keuangan;

2) ‘Tolerable Error/TE’ (tingkat kesalahan yang tertoleransi), yaitu materialitas terkait kelas-kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.

Page 12: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

Materialitas pada tingkat keseluruhan laporan keuangan merupakan salah saji agregat minimum dalam laporan keuangan yang dianggap dapat menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak dapat disajikan dengan wajar. Penerapan tingkat materialitas pemeriksaan adalah konservatif atau rendah, dengan mempertimbangkan bahwa pengguna laporan dhi. DPRD akan memperhatikan aspek legalitas dan ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku dalam proses pertanggungjawaban keuangan.

Tingkat materialitas dalam pemeriksaan ini ditetapkan sebesar 0,5 - 5 % (tergantung pada opini atas LKPD tahun sebelumnya, perkembangan terakhir SPI, tingkat penyelesaian tindak lanjut dan lain-lain).

Materialitas pada tingkat akun (TE) merupakan salah saji minimum pada saldo akun yang dapat menyebabkan akun tersebut dianggap mengandung salah saji material. Penetapan nilai TE secara teori dapat dilakukan 1) secara proporsional yaitu mengalokasikan PM ke masing-masing akun berdasarkan proporsi nilai akun; dan 2) penetapan % langsung dari PM.

Dalam panduan pemeriksaan LKPD diambil kebijakan penerapan TE sebesar 50% PM. Hal ini akan mempermudah dalam Penilaian Risiko untuk pendekatan Pemeriksaan Berbasis Risiko.

Untuk pemeriksaan LKPD, besarnya persentase tingkat materialitas yang digunakan untuk menentukan PM antara lain berdasarkan opini atas laporan keuangan tahun sebelumnya yaitu sebagai berikut, yaitu:

Opini LKPD Tahun Sebelumnya Tingkat Materialitas (%) dari

Total Belanja di LRA unaudited

Wajar Tanpa Pengecualian 3 s.d 5

Wajar Dengan Pengecualian 1 s.d 3

Tidak Wajar / Tidak Memberikan Pendapat

0,5 s.d 1

Standar materialitas di atas tidak berlaku atas penyimpangan yang mengandung unsur kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) dan pelanggaran hukum.

Penetapan PM dan TE dengan rumusan sebagai berikut.

1) Menentukan nilai PM

PM=tingkat materialitas x dasar penetapan materialitas

Page 13: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13

2) Menentukan nilai TE

TE = 50% x PM

Revisi atas perhitungan PM dan TE dilakukan setelah adanya reviu oleh Pengendali Teknis dan disetujui oleh Penanggung Jawab.

11.2.2.6 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Pemahaman dan penilaian risiko dilakukan berdasarkan hasil pemahaman atas entitas dan sistem pengendalian intern. Hasil pemahaman dan pengujian tersebut akan menentukan tingkat keandalan asersi manajemen dan ketentuan yang berlaku.

Penetapan risiko pemeriksaan (audit risk) simultan dengan tingkat keandalan pengendalian (risiko pengendalian) serta tingkat bawaan (inherent risk) entitas yang akan diperiksa dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan risiko deteksi (detection risk) yang diharapkan dan jumlah pengujian yang akan dilakukan serta menentukan fokus pemeriksaan.

11.2.2.7 Penentuan Metode Uji Petik

Pemeriksaan dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji-petik atas unit-unit dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan pemeriksaan akan diperoleh berdasarkan hasil uji-petik yang dijadikan dasar untuk menggambarkan kondisi dari populasinya. Dalam pemeriksaan ini, pemeriksa menggunakan metode statistik atau metode non statistik dengan memperhatikan kecukupan jumlah sampel yang dipilih baik dari segi nilai rupiah atau jenis transaksinya.

Metode uji petik tersebut dapat dilakukan dengan sebagai berikut.

1) Metode statistik

2) Metode non statistik dengan panduan sebagai berikut:

(1) Akurasi perhitungan sampai dengan 100% apabila bisa menggunakan excel atau ACL.

(2) Dasar penetapan sampel:

(1)) Nilai tertinggi difokuskan pada transaksi yang nilainya relatif tinggi

(2)) Saat transaksi difokuskan pada transaksi yang resikonya tinggi yaitu pada bulan Nopember – Desember. Atau volume transaksi

Page 14: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14

penerimaan dan pengeluaran yang frekuensinya besar dan atau tidak biasa.

(3)) Sampel atas SKPD difokuskan pada SKPD yang mempunyai anggaran yang relatif besar. Misalnya DPPKAD, Sekretariat Daerah, DPRD/Sekretariat DPRD, Dinas Pekerjaan Umum, RSUD, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan.

(3) Besarnya ukuran/jumlah sampel:

(1)) Diarahkan melebihi 50% dari nilai masing-masing akun. (2)) Apabila resiko entitas berdasarkan residual risk sedang/rendah,

sampel sebesar 30% - 50% dari nilai realisasi belanja. 11.2.2.8 Pelaksanaan Prosedur Analitis

Pelaksanaan prosedur analitis awal dilaksanakan dengan melihat hubungan antar data keuangan dan atau antara data keuangan dan data non keuangan. Pengujian analitis dalam pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan dengan (1) Analisis Data, (2) Teknik Prediktif, (3) Analisis Rasio dan Tren. Hasil dari prosedur analitis awal dapat digunakan antara lain untuk menentukan sampel/uji petik yang akan diambil.

11.2.2.9 Penyusunan Program Kerja Perorangan (PKP)

Ketua Tim melakukan pembagian tugas berdasarkan P2. Berdasarkan pembagian tugas tersebut para Anggota Tim Pemeriksa menyusun Konsep Program Kerja Perorangan (PKP) sebagai penjabaran dari P2 Pendahuluan.

11.2.2.10 Temuan Pemeriksaan Pendahuluan

Dalam pemeriksaan pendahuluan tidak ada penyusunan LHP, semua permasalahan yang ditemukan akan menjadi bagian dari LHP Pemeriksaan Rinci. Bila dibutuhkan, atas temuan pemeriksaan pendahuluan tersebut, Tim Pemeriksa dapat meminta klarifikasi atau penjelasan dari entitas dengan menyampaikannya kepada Kepala Biro/Dinas/Bagian Keuangan. Jika temuan pemeriksaan pendahuluan tersebut sudah ditindaklanjuti sebelum pemeriksaan rinci berakhir maka dilihat materialitasnya untuk diungkapkan atau tidak dalam LHP Pemeriksaan Rinci.

Setelah pemeriksaan pendahuluan berakhir, Tim Pemeriksa melakukan diskusi dengan Pengendali Teknis dan Penanggung Jawab mengenai fokus pemeriksaan dan strategi pemeriksaan rinci.

Page 15: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15

11.2.2.11 Penyusunan Program Pemeriksaan Terinci / Substantif

Langkah-langkah penyusunan Program Pemeriksaan Terinci / Substantif dijelaskan pada sub bab 11.3

11.3 Penyusunan Program Pemeriksaan Rinci

Setelah hasil pemeriksaan interim/pemeriksaan pendahuluan diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan perancangan dan penyusunan langkah-langkah pemeriksaan dalam suatu program pemeriksaan untuk pengujian substantif/rinci. Penyusunan langkah-langkah pemeriksaan berdasarkan strategi pemeriksaan yang telah ditetapkan dalam tabel penilaian risiko sebagaimana dilaporkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Interim/Pemeriksaan Pendahuluan.

Permasalahan yang ditemukan dan dilaporkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Interim dipantau penyelesaiannya oleh Tim Pemeriksa. Hasil pemantauan tersebut dituangkan dalam program pemeriksaan khususnya dalam bagian Hasil Pemahaman Entitas dan Pemahaman SPI Entitas.

Selain itu, perkembangan atas penyelesaian permasalahan tersebut juga menjadi dasar untuk memutakhirkan strategi pemeriksaan sebagaimana dicantumkan dalam tabel penilaian risiko. Apabila masalah yang ditemukan belum selesai ditindaklanjuti oleh entitas sampai dengan akhir pemeriksaan terinci, maka Tim Pemeriksa harus mengungkapkan masalah tersebut dalam LHP atas SPI/Kepatuhan dan menguji dampaknya terhadap penyajian LKPD yang akan diberikan opini.

Page 16: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB 12 PEMERIKSAAN ATAS BLUD

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan pertanggungjawaban operasional kegiatan Pemda, yang menyajikan akumulasi transaksi-transaksi kas dan non kas selama satu tahun. Selain itu laporan keuangan juga menyajikan hak dan kewajiban suatau Pemerintah Daerah serta ekuitas dana pada suatu periode tertentu. Laporan Keuangan Pemda merupakan konsolidasian dari satuan kerja – satuan kerja dibawahnya yang melakukan kegiatan operasional dari sebagian tugas dan fungsi Pemda. Disamping SKPD yang umum terdapat juga SKPD atau Unit Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas yang dikenal dengan Badan Layanan Umum (Daerah). Pola Pengelolaan Keuangan BLUD sesuai dengan PP nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Permendagri nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah mempunyai kekhususan. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD yang selanjutnya disingkat PPK-BLUD adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sepagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Dengan adanyan PPK-BLUD yang memiliki pola pengelolaan keuangan berbeda dengan pola pengelolaan keuangan pada umumnya, mengharuskan pemeriksa untuk melakukan langkah-langkah pemeriksaan yang sedikit berbeda.

Atas kondisi-kondisi tersebut di atas dan untuk mendukung kegiatan pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah, buku pedoman ini memasukkan juga prosedur-prosedur pemeriksaan tertentu terhadap LKPD yang memiliki badan layanan umum (BLU).

Pola BLUD tersedia untuk diterapkan oleh setiap SKPD yang secara fungsional menyelenggarakan kegiatan yang bersifat operasional. SKPD dimaksud dapat berasal dari dan berkedudukan pada berbagai jenjang eselon atau non eselon. Sehubungan dengan itu, organisasi dan struktur SKPD yang berkehendak

12.1 Gambaran Umum

Page 17: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

menerapkan PPK-BLUD kemungkinan memerlukan penyesuaian dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Perundangan. BLUD berperan sebagai agen dari Pemda induknya. Kedua belah pihak menandatangani kontrak kinerja (a contractual performance agreement), di mana Kepala Daerah induk bertanggung jawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan, dan BLUD bertanggung jawab untuk menyajikan layanan yang diminta.

Dengan sifat-sifat tersebut, BLUD tetap menjadi satker pemerintah daerah yang tidak dipisahkan. Dan karenanya, seluruh perdapatan yang diperolehnya dari non APBD dilaporkan dan dikonsolidasikan dalam pertanggungjawaban APBD.

Dalam hal pengelolaan keuangannya Badan Layanan Umum Daerah memiliki pola pengelolaan yang berbeda dengan SKPD pada umumnya. Hal yang berbeda ini terutama mengenai Akuntansi dan Pelaporan pertanggungjawabannya. Sistem Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi tersebut, BLU dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan, dan untuk saat ini Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan No.76/PMK.05/2008.

Namun sebagai kekayaan daerah yang tidak dipisahkan maka Badan Layanan Umum Daerah juga diharuskan untuk untuk melaksanakan Sistem Akuntansi yang berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sebagaimana yang dilaksanakan oleh SKPD lainnya dalam pemerintah daerah induknya. Hal ini perlu dilaksanakan agar Laporan Keuangan BLUD dapat dikonsolidasikan ke laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Pedoman pemeriksaan keuangan pemerintah daerah yang memiliki BLUD hanya membahas langkah-langkah pemeriksaan tambahan dalam rangka menyakini LKPD yang memiliki BLUD, dikarenakan adanya konsolidasi laporan keuangan BLUD dalam LKPD.

12.2 Lingkup Bahasan

Page 18: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Tujuan pemeriksaan satuan kerja BLUD pada LKPD adalah untuk menyakinkan bahwa LKPD tidak mengandung salah saji yang material pada akun-akun BLUD.

BLUD beroperasi sebagai perangkat kerja pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum secara lebih efektif dan efisien sejalan dengan praktek bisnis yang sehat, yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh kepala daerah. BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah yang dibentuk untuk membantu pencapaian tujuan pemerintah daerah, dengan status hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah. Kepala daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikan kepada BLUD terutama pada aspek manfaat yang dihasilkan.

Pejabat pengelola BLUD bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan oleh kepala daerah. Dalam pelaksanaan kegiatan, BLUD harus mengutamakan efektivitas dan efisiensi serta kualitas pelayanan umum kepada masyarakat tanpa mengutamakan pencarian keuntungan. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLUD disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja pemerintah daerah. Dalam menyelenggarakan dan meningkatkan layanan kepada masyarakat, BLUD diberikan fleksibilltas dalam pengelolaan keuangannya.

PPK-BLUD bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Penerapan PPK-BLUD pada SKPD atau Unit Kerja, harus memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan admlnistratif. Persyaratan substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 terpenuhi apabila tugas dan fungsi SKPD atau Unit Kerja bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan semi barang/jasa publik (quasipublic goods).

12.3 Tujuan Pemeriksaan Satuan Kerja BLUD pada LKPD

12.4 Pengelolan dan Pelaporan Keuangan BLUD

Page 19: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Sebagaimana layaknya unit organisasi Pemerintah Daerah, maka tahapan pengelolaan keuangan BLUD terdiri dari tahap penganggaran, tahap pelaksanaan tata usaha keuangan dan akuntansi, dan kemudian tahapan penyusunan pertanggungjawaban dan laporan keuangan.

12.4.1 Tahap Penganggaran

Penganggaran BLUD dimulai dari tahap penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA). RBA adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran suatu BLU. RBA disusun berdasarkan berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan, kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, APBD, APBN dan sumber-sumber pendapatan BLUD lainnya. RBA merupakan penjabaran lebih lanjut dari program dan kegiatan BLUD dengan berpedoman pada pengelolaan keuangan BLUD dan memuat:

1) kinerja tahun berjalan;

2) asumsi makro dan mikro;

3) target kinerja;

4) analisis dan perkiraan biaya satuan;

5) perkiraan harga;

6) anggaran pendapatan dan biaya;

7) besaran persentase ambang batas;

8) prognosa laporan keuangan;

9) perkiraan maju (forward estimate);

10) rencana pengeluaran investasi/modal; dan

11) ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan RKA-SKPD/APBD.

Untuk BLUD-SKPD, RBA disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, sedangkan untuk BLUD-Unit Kerja, RBA disusun dan dikonsolidasikan dengan RKA-SKPD. RBA sebagaimana dimaksud dimuka dipersamakan sebagai RKASKPD/RKA-Unit Kerja. Selanjutnya RBA BLUD-SKPD disampaikan kepada PPKD dan RBA BLUD-Unit Kerja

Page 20: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

disampaikan kepada Kepala SKPD untuk dibahas sebagai bagian dari RKA-SKPD yang pada akhirnya disampaikan kepada PPKD. RBA tersebut atau RKA-SKPD beserta RBA oleh PPKD disampaikan kepada TAPD untuk dilakukan penelaahan. RBA yang telah dilakukan penelaahan oleh TAPD disampaikan kepada PPKD untuk dituangkan dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.

Setelah Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dltetapkan menjadi Peraturan Daerah, pemimpin BLUD melakukan penyesuaian terhadap RBA untuk ditetapkan menjadi RBA definitif. RBA definitif dipakai sebagai dasar penyusunan DPA-BLUD untuk diajukan kepada PPKD.

12.4.2 Tahap Pelaksanaan Anggaran

DPA-BLUD mencakup antara lain:

1) pendapatan dan biaya;

2) proyeksi arus kas;

3) jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan.

PPKD mengesahkan DPA-BLUD sebagai dasar pelaksanaan anggaran. Dalam hal DPA-BLUD belum disahkan oleh PPKD, BLUD dapat melakukan pengeluaran uang setinggi-tingginya sebesar angka DPA-BLUD tahun sebelumnya. DPA-BLUD yang telah disahkan oleh PPKD menjadi dasar penarikan dana yang bersumber dari APBD. Penarikan dana tersebut digunakan untuk belanja pegawai, belanja modal, barang dan/atau jasa. DPA-BLUD menjadi lampiran perjanjian kinerja yang ditandatangani oleh kepala daerah dengan pemimpin BLUD. Perjanjian kinerja merupakan manifestasi hubungan kerja antara kepala daerah dan pemimpin BLUD, yang dituangkan dalam perjanjian kinerja (contractual performance agreement).

Dalam perjanjian kinerja, kepala daerah menugaskan pemimpin BLUD untuk menyeienggarakan kegiatan pelayanan umum dan berhak mengelola dana sesuai yang tercantum dalam DPA-BLUD. Perjanjian kinerja antara lain memuat:

1) kesanggupan untuk meningkatkan:

2) kinerja pelayanan bagi masyarakat;

3) kinerja keuangan;

4) manfaat bagi masyarakat.

Page 21: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Pelaksanaan Anggaran BLUD berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah.

12.4.3 Tahap Akuntansi dan Konsolidasi Pelaporan Keuangan

BLUD sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Permendagri nomor 61 tahun 2007 berkewajiban menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat. Akuntansi dan laporan keuangan BLUD diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Penyelenggaraan akuntansi dan laporan keuangan menggunakan basis akrual baik dalamm pengakuan pendapatan, biaya, aset, kewajiban dan ekuitas dana. BLUD mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan berpedoman pada standar akuntansi yang berlaku untuk BLUD yang bersangkutan dan ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan daerah.

Dalam rangka penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan keuangan berbasis akrual tersebut, pemimpin BLUD menyusun kebijakan akuntansi yang berpedoman pada standar akuntansi sesuai jenis layanannya. Kebijakan akuntansi dimaksud digunakan sebagai dasar dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan dan biaya.

Laporan keuangan BLUD terdiri dari :

1) neraca yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu;

2) laporan operasional yang berisi informasi jumlah pendapatan dan biaya BLUD selama satu periode;

3) laporan arus kas yang menyajikan informasi kas berkaitan dengan aktivitas operasional, investasi, dan aktivitas pendanaan dan/atau pembiayaan yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas selama periode tertentu;

4) catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan BLUD disertai dengan laporan kinerja yang berisikan informasi pencapaian hasil/keluaran BLUD. Penyusunan laporan keuangan BLUD untuk kepentingan konsolidasi dilakukan berdasarkan standar akuntansi pemerintah. Konsolidasi laporan keuangan dapat dilakukan jika digunakan prinsip-

Page 22: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

prinsip akuntansi yang sama. BLUD menggunakan SAK sedangkan laporan keuangan pemerintah daerah menggunakan SAP, karena itu BLUD mengembangkan sub sistem akuntansi yang mampu menghasilkan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Komponen Laporan Keuangan BLUD yang dikonsolidasikan ke dalam LKPD meliputi Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional dan Neraca. Sistem akuntansi BLUD memproses semua pendapatan dan belanja BLUD, baik yang bersumber dari pendapatan usaha dari jasa layanan, hibah, pendapatan APBD, dan pendapatan usaha lainnya. Sehingga laporan keuangan yang dihasilkan sistem akuntansi tersebut mencakup seluruh transaksi keuangan pada BLUD.

Dalam hal sistem akuntansi keuangan BLUD belum dapat menghasilkan laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi dengan LKPD, BLUD perlu melakukan konversi laporan keuangan BLUD berdasarkan SAK ke dalam laporan keuangan berdasarkan SAP. Proses konversinya mencakup pengertian, klasifikasi, pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan atas akun-akun neraca dan laporan aktivitas/operasi.

Pada umumnya, pengertian akun-akun menurut SAK tidak jauh berbeda dengan SAP. Apabila ada pengertian yang berbeda, maka untuk tujuan konsolidasi pengertian akun menurut SAP, yaitu berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005.

SAK menggunakan basis akrual dalam pengakuan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan biaya. Pendapatan diakui pada saat diterima atau hak untuk menagih timbul sehubungan dengan adanya barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat. Biaya diakui jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiabn telah terjadi dan dapat diukur dengan handal. Ini berarti pengakuan biaya terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aset misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan aset tetap.

SAP menggunakan basis akrual dalam pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas serta basis kas dalam pengakuan pendapatan dan belanja. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada rekening Bendahara Umum Daerah. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening BUD dan dipertanggungjawabkan.

Pendapatan (tidak termasuk pendapatan yang ditransfer dari APBD) dan belanja BLUD diakui jika pendapatan dan belanja tersebut dilaporkan dengan mekanisme SPM dan SP2D Pengesahan atas pendapatan dan belanja tersebut. Belanja yang didanai dari pendapatan BLUD diakui sebagai belanja oleh Bendahara Umum Daerah jika belanja tersebut telah dilaporkan dengan mekanisme SPM dan SP2D Pengesahan.

Page 23: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Untuk kepentingan konsolidasi dengan LKPD, perlu dilakukan penyesuaian atas akun pendapatan dan belanja yang berbasis akrual menjadi akun pendapatan dan belanja berbasis kas.

Formula penyesuaian pendapatan dan belanja berbasis akrual menjadi berbasis kas adalah sebagai berikut.

1) Pendapatan Berbasis kas = Pendapatan + pendapatan diterima di muka – pendapatan yang harus diterima.

2) Belanja berbasis Kas = Biaya BLUD - Biaya yang dibayar tidak tunai termasuk penyusutan + utang biaya yang dibayar + biaya dibayar di muka.

Konversi data realisasi belanja operasional BLUD:

1) yang akan di konversi adalah belanja operasi BLUD yang dibayar secara kas;

2) belanja yang sumber dananya berasal dari APBD tidak dilakukan konversi;

3) belanja operasi yang di akui secara akrual tidak dikonversi;

4) belanja operasi dikonversi kedalam perkiraan khusus belanja operasi (dalam jenis belanja barang dan jasa).

Konversi data realisasi pendapatan operasional BLUD :

1) yang akan di konversi adalah pendapatan operasi BLUD yang dibayar secara kas;

2) pendapatan yang berasal dari APBD tidak dibukukan;

3) pendapatan operasi yang di akui secara akrual tidak dikonversi;

4) pendapatan operasi dikonversi kedalam perkiraan khusus pendapatan operasi.

Pengungkapan laporan keuangan sesuai dengan SAP harus mengikuti persyaratan sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005. Konsolidasi LK BLUD ke dalam LKPD dilakukan secara berkala setiap semester dan tahunan. Laporan keuangan yang dikonsolidasikan terdiri dari neraca, laporan realisasi anggaran.

12.4.4 Dasar Hukum dan Dokumen Sumber BLU

Dasar Hukum Pengelolaan BLU:

Page 24: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

1) UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

2) UU 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

3) PP 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum.

4) PP 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

5) Permendagri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah.

6) Peraturan Daerah terkait yang mengatur tentang penetapan SKPD atau unit organisasi dalam SKPD menerapkan PPK-BLUD serta pedoman pengelolaan keuangan BLUD terkait.

12.5.1 Langkah Tambahan Pemahaman Pengendalian Intern Satuan Kerja Badan Layanan Umum

Pemahaman pengendalian intern atas Satker BLUD sebagai entitas akuntansi merupakan bagian dari pemahanan pengendalian intern pemerintah daerah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Oleh karena itu pemahaman atas pengendalian intern Satker BLUD mutlak dibutuhkan, dalam rangka menentukan efektifitas pengendalian intern yang ada secara keseluruhan. Pengendalian intern utama yang harus dipahami oleh pemeriksa sehubungan dengan proses penyusunan laporan keuangan BLUD berdasarkan SAP adalah proses konversi Laporan keuangan BLUD yang disusun berdasarkan SAK kmenjadi laporan keuangan BLUD berdasarkan SAP dan berikutnya proses konsolidasinya ke dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Langkah-langkah tambahan pemahaman pengendalian intern proses tersebut adalah sebagai berikut.

No Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan

1. Organisasi

a. Apakah jajaran pimpinan entitas BLUD telah memahami sepenuhnya tanggung jawab pengendalian yang mereka miliki terkait proses konversi LK BLUD ?

12.5 Prosedur Pemeriksaan Tambahan Atas Satuan Kerja Badan Layanan Umum Daerah Sebagai Entitas Akuntansi

Page 25: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

No Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan

b. Bagaimana kelengkapan struktur organisasi yang dimiliki entitas BLUD dan kemampuannya dalam meyediakan arus informasi yang diperlukan untuk mengelola kegiatan operasional BLUD dan penyusunan LK BLUD ?

c. Apakah jajaran pimpinan entitas memiliki pengetahuan, pengalaman dan pelatihan dalam rangka proses konversi laporan keuangan BLUD ?

d. Apakah terdapat jumlah personil yang memadai baik dari segi jumlah maupun kemampuan sehubungan proses konversi Laporan keuangan BLUD ?

2. Kebijaksanaan

a. Apakah manajemen memandang penting fungsi pengolahan data, fungsi akuntansi, keandalan laporan keuangan dan perlindungan terhadap kekayaan entitas?

b. Apakah fungsi akuntansi dipandang hanya sebagai unit pencatat atau sebagai alat untuk menguji pengendalian atas berbagai aktivitas entitas?

3. Personalia

a. Apakah setiap personil Satker BLUD menyadari tanggung jawab dan ekspektasi terhadap mereka sehubungan dengan PPK-BLUD ?

b. Apakah personil baru Satker BLUD diberikan pengertian tentang tanggung jawab dan ekspektasi terhadap mereka sehubungan dengan PPK-BLUD ?

4. Prosedur

a. Mereviu pencatatan atas transaksi, dengan menguji apakah: 1) Apakah setiap transaksi BLUD telah diklasifikasi dan

dicatat secara memadai guna mendukung pengendalian operasi dan pengambilan keputusan,

2) Apakah pengklasifikasian dan pencatatan tersebut telah meliputi seluruh siklus mulai dari otorisasi, inisiasi, pemrosesan sampai dengan klasifikasi final dalam pencatatan secara keseluruhan.

Page 26: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

No Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan

5. Pembukuan dan Pencatatan

Apakah setiap transaksi telah diklasifikasi dan dicatat secara memadai guna mendukung proses konversi LK BLUD ?

6. Pengawasan

a. Apakah internal auditor BLUD memiliki pengetahuan PPK-BLU yang memadai?

b. Apakah internal auditor BLUD dilibatkan dalam proses pelaksanaan Konversi Laporan Keuangan BLU?

12.5.2 Langkah-langkah Pemeriksaan Proses Konversi LK BLUD berdasarkan

SAK ke LK BLUD berdasarkan SAP 1) Dapatkan Laporan Keuangan BLUD berdasarkan SAK serta standar

penyusunan Laporan Keuangan BLUD tersebut dan dapatkan laporan keuangan berdasarkan SAP pada Satker BLUD.

2) Dapatkan kertas kerja Konversi Akun BLUD ke Akun SAI sebagaimana yang dianut LKPD.

3) Uji proses konversi dengan menguji akun-akun BLUD yang telah di konversi ke Akun SAI sesuai dengan ketentuan yang ada. dan telusuri pemindahan angka-angka akun BLUD berdasarkan SAK ke Akun BLUD berdasarkan SAP tersebut.

Page 27: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

Tabel 12.1

Ikhtisar Pengujian Tambahan untuk Pengendalian dan Pengujian Subtantif atas Saldo/Transaksi Satker BLUD

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern

Resiko Terhadap Penyajian Laporan

Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo

dan Pengujian Subtantif atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

1 Kas di BLUD Mengetahui dan meyakinkan saldo kas BLUD yang tercantum pada neraca Satker BLUD berdasarkan SAP telah disajikan sesuai dengan standar yang ada (Penyajian dan Pengungkapan).

Terdapat Kebijakan akuntansi, sistem dan prosedur penyusunan konversi laporan keuangan BLUD dari SAK ke SAP.

Reviu kebijakan akuntansi terkait, juga ketentuan lain dengan penyajian dan pengungkapan saldo kas, apakah telah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Reviu pelaksanaan penyusunan konversi laporan keuangan BLUD dan verifikasi internal untuk memastikan bahwa pengungkapan atas penyajian saldo kas telah sesuai dengan SAP.

a. Salah saji (overstated dan understated) (Mutasi saldo kas menurut laporan keuangan BLUD didasarkan SAP didasarkan atas penerbitan SPM dan SP2D Pengesahan).

b. Saldo Kas yang disajikan tidak sesuai dengan SAP (PP24 Tahun 2005) dan Peraturan Lainnya.

Uji subtantif :

Rekonsiliasi antara saldo menurut rekening koran dengan saldo dana lancar menurut SPM dan SP2D pengesahan.

Lakukan pemeriksaan batas waktu untuk transaksi yang termuat dalam SPM dan SP2D Pengesahan pada triwulan ke-4.

2 Piutang BLUD

Mengetahui dan meyakinkan saldo

Terdapat Kebijakan akuntansi, sistem dan

Reviu kebijakan akuntansi terkait, juga ketentuan lain

Nilai Piutang yang disajikan lebih rendah dari

Uji subtantif Saldo: Teliti daftar penerimaan kas dan

Page 28: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern

Resiko Terhadap Penyajian Laporan

Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo

dan Pengujian Subtantif atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

Piutang BLUD yang tercantum pada neraca Satker BLUD berdasarkan SAP telah disajikan sesuai dengan standar yang ada (Penyajian dan Pengungkapan).

prosedur penyusunan konversi laporan keuangan BLUD dari SAK ke SAP.

dengan penyajian dan pengungkapan saldo Piutang, apakah telah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Reviu pelaksanaan penyusunan konversi laporan keuangan BLUD dan verifikasi internal untuk memastikan bahwa pengungkapan atas penyajian saldo kas telah sesuai dengan SAP.

seharusnya (Penyajian Piutang menurut SAK memperhitungkan penyisihan sedangkan SAP berdasarkan nilai tagihan/surat penagihan).

cermati seluruh pembayaran yang terkait dengan pembayaran piutang telah diperhitungkan sebagai pengurang saldo piutang, penerimaan pembayaran yang mengurangi saldo piutang adalah yang telah diajukan SPM dan SP2D Pengesahan.

3 Persediaan BLUD

Persediaan telah diklasifikasikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (Klasifikasi).

Terdapat prosedur pemeriksaan fisik persediaan secara reguler dan telah direkonsiliasi dengan catatan persediaan.

a. Teliti apakah persediaan yang diperoleh dicatat dengan menggunakan identifikasi yang memadai.

b. Teliti apakah terdapat prosedur untuk persediaan yang rusak, kedaluarsa dan hilang dan dapatkan dokumen pencatatan atas kondisi

Persediaan yang disajikan dalam Laporan keuangan BLUD berdasarkan SAK tidak memisahkan antara persediaan yang rusak atau persediaan yang tidak diperlukan lagi dalam operasioanl kegiatan, akan tetapi mendasari pada net realize value dari persediaan. Sedangkan

Dalam pemeriksaan fisik atas persediaan akhir, inventarisir jumlah persediaan yang rusak, kadaluarsa dan hilang. Bandingkan dengan catatan persediaan yang ada.

Page 29: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern

Resiko Terhadap Penyajian Laporan

Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo

dan Pengujian Subtantif atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

persediaan tersebut.

Persediaan yang disajikan dalam laporan Keuangan BLUD berdasarkan SAP. memisahkan klasifikasi persediaan yang masih digunakan dengan persediaan yang tidak bisa digunakan.

Mengetahui dan meyakinkan bahwa saldo persediaan sudah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (Penyajian dan Pengungkapan)

Terdapat prosedur pencatatan dan pengikhtisaran atas penyajian persediaan pada saat penyusunan konversi laporan keuangan BLUD sehingga Memo Penyesuaian (MP) yang disusun sesuai dengan standar Akuntansi Pemerintahan

Reviu kebijakan akuntansi terkait dengan penyajian saldo persediaan dan telaah kesesuaiannya dengan standar akuntansi pemerintahan. Reviu pelaksanaan penyusunan konversi laporan keuangan BLUD dan verifikasi internal untuk memastikan bahwa pengungkapan atas penyajian saldo persediaan telah memadai

Salah saji (understated, dikarenakan dokumen sumber mutasi tambah dan kurang persediaan menurut SAK berbeda dengan menurut SAP, menurut SAP mutasi persediaan didasarkan atas penerbitan SPM dan SP2D Pengesahan.)

Uji Subtantif terhadap Saldo:

a. Reviu apakah terdapat jumlah mutasi tambah dan kurang. Jika ada telusuri lebih lanjut., minta bukti pendukung penerimaan dan pengeluaran persediaan serta telusuri data penambahan dan pengurangan berdasarkan penerbitan SPM dan SP2D

Page 30: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern

Resiko Terhadap Penyajian Laporan

Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo

dan Pengujian Subtantif atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

Pengesahan.

b. Dapatkan data semua persediaan pada satker, lakukan secara berjenjang.

c. Lakukan pengujian tambah kurang atas perhitungan saldo dan cek ke buku Pendukung

d. Lakukan pemeriksaan batas waktu untuk transaksi yang termuat dalam SPM dan SP2D Pengesahan pada triwulan ke 4, apakah terdapat transaksi penambahan persediaan yang berasal tidak pada tahun yang berkenan.

4 Aset Tetap Aset tetap telah Penggunaan bagan a. Teliti apakah aset tetap Aset tetap (kecuali tanah) Dalam pemeriksaan fisik

Page 31: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 16

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern

Resiko Terhadap Penyajian Laporan

Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo

dan Pengujian Subtantif atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

BLUD (Kecuali Tanah)

diklasifikasikan dengan pantas (Klasifikasi).

akun yang memadai, serta telah melalui reviu dan verifikasi intern pada saat konversi laporan keuangan BLUD sehingga Memo Penyesuaian (MP) yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

yang diperoleh dicatat dengan menggunakan identifikasi yang memadai.

b. Teliti apakah terdapat prosedur untuk aset tetap yang rusak, kedaluarsa dan hilang dan dapatkan dokumen pencatatan atas kondisi aset tetap tersebut.

c. Teliti apakah pembuatan Memo Penyesuaian telah memperhatikan hasil klasifikasi aset tetap berdasarkan SAP.

yang disajikan dalam Laporan keuangan BLUD berdasarkan SAK tidak memisahkan antara aset tetap yang rusak atau aset tetap yang masih dimanfaatkan dalam operasional kegiatan. Sedangkan Aset tetap yang disajikan dalam laporan Keuangan BLUD berdasarkan SAP memisahkan klasifikasi aset tetap yang masih digunakan dengan aset tetap yang tidak bisa digunakan.

atas Aset tetap (kecuali tanah), inventarisir jumlah Aset tetap yang tidak dimanfaatkan dan aset tetap yang masih dimanfaatkan dalam kegiatan operasional dan/atau hilang, bandingkan dengan catatan aset tetap (kecuali tanah) yang ada.

Mengetahui dan meyakinkan bahwa saldo aset tetap (Kecuali tanah) sudah sesuai dengan standar akuntansi

Terdapat prosedur pencatatan dan pengikhtisaran atas penyajian Aset tetap pada saat penyusunan konversi laporan

Reviu kebijakan akuntansi terkait dengan penyajian saldo Aset tetap (kecuali tanah) dan telaah kesesuaiannya dengan standar akuntansi

Salah saji (understated, dikarenakan saldo Aset tetap (kecuali Tanah) dalam laporan keuangan BLUD berdasarkan SAK disajikan setealh dikurangi

Uji Subtantif terhadap Saldo:

Teliti apakah saldo aset tetap (kecuali tanah) yang disajikan dalam laporan keuangan BLUD

Page 32: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 17

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern

Resiko Terhadap Penyajian Laporan

Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo

dan Pengujian Subtantif atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

pemerintahan (Penyajian dan pengungkapan).

keuangan BLUD, sehingga Memo Penyesuaian (MP) yang disusun sesuai dengan standar Akuntansi Pemerintahan.

pemerintahan. Reviu pelaksanaan penyusunan konversi laporan keuangan BLUD dan verifikasi internal untuk memastikan bahwa pengungkapan atas penyajian saldo Aset tetap (kecuali tanah) telah memadai.

dengan nilai penyusutan, sedangkan saldo aset tetap (kecuali tanah) disajikan tanpa dikurangi dengan penyusutan.

berdasarkan SAP tanpa dikurangi penyusutan atas aset tetap tersebut.

5 Pendapatan Badan Layanan Umum

Pendapatan yang disajikan sudah sesuai dengan periode berkenan.

Terdapat prosedur pencatatan dan pengendalian atas realisasi pendapatan pada saat konversi laporan keuangan BLUD.

Teliti apakah terdapat verifikasi intern terhadap transaksi pendapatan BLUD pada saat pengajuan SPM dan SP2D Pengesahan.

Pendapatan yang disajikan overstated (Dalam mengajukan SPM dan SP2D Pengesahan, Satker BLUD diberikan waktu paling lambat 10 hari setelah triwulan berakhir).

Lakukan pengujian pisah batas atas transaksi penerimaan yang diajukan dalam SPM dan SP2D pengesahan pada triwulan ke-4 dengan bukti-bukti pendukungnya.

Seluruh Pendapatan BLUD berdasarkan SAP telah disajikan.

Terdapat prosedur pencatatan dan pengendalian atas realisasi pendapatan pada saat konversi laporan keuangan BLUD dan penyusunan SPM

Teliti apakah terdapat verifikasi intern terhadap transaksi pendapatan BLUD pada saat pengajuan SPM dan SP2D Pengesahan.

Pendapatan yang disajikan undersatated, karena terdapat pendapatan yang belum dimasukkan dalam SPM dan SP2D Pengesahan.

Lakukan pengujian atas SPM dan SP2D Pengesahan berserta dokumen-dokumen pendukungnya telusuri ke buku-buku catatan yang ada.

Page 33: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 18

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern

Resiko Terhadap Penyajian Laporan

Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo

dan Pengujian Subtantif atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

dan SP2D Pengesahan.

Pendapatan yang disajikan tidak sesuai dengan klasifikasinya (dalam BLUD penerimaan BLUD dibedakan antara penerimaan operasional dan non operasional, khusus untuk BLUD bertahap terdapat kewajiban untuk menyetorkan sebagian penerimaannya sebagai pendapatan PNBP).

Penggunaan bagan akun yang memadai, serta telah melalui reviu dan verifikasi intern pada saat konversi laporan keuangan BLUD.

Teliti apakah terdapat verifikasi intern terhadap proses pengikhtisaran serta klasifikasi atas transaksi pendapatan BLUD pada saat pengajuan penyusunan Konversi laporan Keuangan BLUD.

Klasifikasi pendapatan yanga disajikan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada (Penerimaan BLUD dari operasional layanan, diklasifikasikan sebagai pendapatan layanan).

Telusuri klasifikasi Pendapatan BLUD berdasarkan SAP ke dokumen sumber penerimaan BLUD berdasarkan SAP (SPM dan SP2D Pengesahan) berikut bukti-bukti pendukungnya.

6 Belanja Badan Layanan Umum

Belanja BLUD yang disajikan sudah sesuai dengan periode berkenan.

Terdapat prosedur pencatatan dan pengendalian atas realisasi Belanja pada saat konversi laporan keuangan BLUD dan

Teliti apakah terdapat verifikasi intern terhadap transaksi Belanja BLUD pada saat pengajuan SPM dan SP2D Pengesahan.

Belanja yang disajikan overstated (Dalam mengajukan SPM dan SP2D Pengesahan, Satker BLUD diberikan waktu paling lambat 10 hari

Lakukan pengujian pisah batas atas transaksi penerimaan yang diajukan dalam SPM dan SP2D pengesahan pada triwulan ke 4 beserta bukti-

Page 34: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 19

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern

Resiko Terhadap Penyajian Laporan

Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo

dan Pengujian Subtantif atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

penyusunan SPM dan SP2D Pengesahan.

setelah triwulan berakhir). bukti pendukungnya.

Seluruh Belanja BLUD berdasarkan SAP telah disajikan

Terdapat prosedur pencatatan dan pengendalian atas realisasi Belanja pada saat konversi laporan keuangan BLUD dan penyusunan SPM dan SP2D Pengesahan.

Teliti apakah terdapat verifikasi intern terhadap transaksi belanja BLUD pada saat pengajuan SPM dan SP2D Pengesahan.

Belanja yang disajikan undersatated, karena terdapat belanja yang belum dimasukkan dalam SPM dan SP2D Pengesahan.

Lakukan pengujian atas SPM dan SP2D Pengesahan berserta dokumen-dokumen pendukungnya telusuri ke buku-buku catatan yang ada.

Page 35: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

BAB 13 FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ)

Dalam Bab-bab sebelumnya telah diungkapkan secara teknis mengenai pemeriksaan LKPD dan sebagai pelengkap buku Panduan Pemeriksaan LKPD, dipandang perlu untuk melengkapi dengan berbagai permasalahan yang sering dijumpai dalam pemeriksaan LKPD beserta solusinya. Permasalahan tersebut sebagai berikut:

AKUN-AKUN NERACA

Aset lancar

1. Potongan yang dipungut bendaharawan daerah yang belum disetor.

2. Potongan PFK masih tersimpan di Bendahara Umum Daerah.

3. Kasus kas tekor.

4. Bagaimana pengakuan piutang dalam pemeriksaan LKPD ?

5. Peraturan Gubernur tentang alokasi bagi hasil pajak terbit pada awal tahun 20xx + 1.

6. Pengakuan piutang pajak bila SKPD belum terbit.

7. SKRD tidak diterbitkan, sehingga piutang retribusi di neraca tidak dicatat.

8. Metode Pencatatan Penyertaan Modal Pemda yang lebih dari 20%.

9. Penyertaan Modal belum disertai dengan bukti kepemilikan.

10. Waktu paling lambat Perda penyertaan modal.

11. Penggunaan metode penilaian investasi apakah sudah harus sesuai SAP?

12. Apakah kalau APBD defisit pemda diperkenankan melakukan penyertaan modal?

13. Bentuk-bentuk setoran modal.

14. Permasalahan material yang terdapat pada Aset Tetap yang diperoleh sampai dengan tanggal Neraca Awal.

Page 36: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

15. Aset tanah tanpa bukti kepemilikan namun dikuasai oleh Pemda dan aset tanh diakui milik Pemda tetapi dikuasai oleh pihak lain.

16. Penyajian dalam Neraca dan pengaruhnya terhadap pemberian opini atas Aset yang mempunyai nilai Rp1,00.

17. Pengakuan aset atas pertanggungjawaban biaya pendidikan apakah diakui sebagai aset tetap definitif baik dianggarkan dari belanja modal maupun belanja hibah.

18. Pengakuan aset yang dihibahkan yang anggarannya berasal dari belanja modal tetapi belum dihapuskan.

19. prosedur pemeriksaan dan perlakuan akuntansi atas pembentukan Dana Cadangan oleh Pemerintah Daerah.

Aset lancar

20. Kerugian daerah belum didukung dokumen SKTJM dan SK Pembebanan.

AKUN-AKUN LRA

Pendapatan

21. Penyajian dalam Laporan Keuangan atas setoran bagian laba BUMD yang terlambat.

22. Insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah dibagikan kepada pihak-pihak di luar instansi pelaksana seperti lembaga perwakilan/instansi vertikal/muspida?

23. Insentif bagian PLN dibagikan kembali kepada pejabat dan pegawai instansi pemungut.

24. Apakah para Asisten Sekda, Inspektorat, dan Bagian Hukum berhak untuk mendapatkan insentif ?

25. Apakah penerima insentif pajak dan retribusi daerah termasuk seluruh bidang di SKPD Keuangan Daerah atau hanya yang membidangi Pajak dan Retribusi saja.

Page 37: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

26. Besaran insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah melebihi ketentuan yang berlaku.

27. Penganggaran dan pertanggungjawaban insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah.

28. Anggaran belanja daya dan jasa tidak cukup tersedia dalam DPA, Pemda mengkompensasi penerimaan PPJU dengan kekurangan belanja daya dan jasa tersebut.

29. Anggaran belanja daya dan jasa tidak cukup tersedia dalam DPA, Pemda mengkompensasi penerimaan PBBKB dengan kekurangan belanja daya dan jasa tersebut.

30. Sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesmas yang sampai akhir tahun masih tersimpan di rekening dana jamkesmas diakui sebagai pendapatan RSUD.

31. Sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesda dari Provinsi ke RS-RS Kabupaten yang sampai akhir tahun masih tersimpan di rekening dana jamkesda diakui sebagai pendapatan RSUD.

32. Beberapa masalah terkait penggunaan langsung penerimaan klaim askes/jamkesmas.

33. Saat pendapatan dari program Jamkesmas diakui oleh RSUD.

34. Jasa giro dari dana jamkesmas yang ada di rekening transitoris diakui sebagai pendapatan RSUD.

35. Klaim yang sudah diajukan RSUD tapi belum disahkan verifikator independen diakui sebagai piutang.

36. Sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesmas yang sampai akhir tahun masih tersimpan di rekening giro POS diakui sebagai pendapatan Puskesmas.

37. Saat pendapatan dari program Jamkesmas diakui oleh Puskesmas.

38. Perlakuan akuntansi atas perbedaan aturan penggunaan langsung penerimaan Puskesmas antara Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas Tahun 2010 dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 (asas bruto).

Page 38: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

Belanja

39. Pencairan uang tanpa SP2D dan hanya berdasar SPM.

40. Penyajian di LK atas SP2D yang telah diterbitkan, tetapi kas belum keluar dari rekening Pemda di Bank Persepsi.

41. Langkah pemeriksa bila ditemukan kegiatan yang tidak tersedia anggaran.

42. Sampai seberapa dalam pemeriksaan harus dilakukan, khususnya untuk mendeteksi terjadinya Ketidakpatuhan atau Fraud atas pemeriksaan belanja?

43. Proyek fisik belum selesai (prestasi proyek 80%) pada 31 Desember, tetapi uang sudah dicairkan (dipertanggungjawabkan 100%) dengan dokumen pembayaran fiktif dengan kondisi fisik sampai dengan pemeriksaan berakhir tetap belum selesai dan telah selesai.

44. Apakah SE Bappenas juga mengikat bagi pemerintah daerah jika pemerintah daerah telah menetapkan standar biaya untuk biaya langsung personil dan non personil.

45. Kompensasi masa pemeliharaan dengan penahanan pembayaraan (biasanya 5%).

46. Pembayaran pekerjaan yang melebihi prestasi.

47. Bukti pertanggungjawaban belanja modal pengadaan tanah tidak dilengkapi dengan pemungutan dan penyetoran PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah.

48. Pertanggungjawaban biaya langsung personil dan non personil, apakah perlu dilengkapi dengan bukti pembayaran kepada tenaga ahli dan atau pendukung maupun biaya lainnya?

49. Pemberian belanja Bantuan Keuangan kepada instansi vertikal dan/atau Hibah uang ke instansi vertikal.

50. Perlakuan Belanja perjalanan dinas.

51. Hibah dalam bentuk barang dianggarkan dalam dan direalisasikan belanja modal.

52. Hibah dalam bentuk barang dianggarkan dalam dan direalisasikan dari belanja barang.

Page 39: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

53. Kesalahan pembebanan atau fakta tidak sesuai dengan realisasi anggaran yang tersaji dalam LK.

54. Bentuk pertanggungjawaban Belanja Penunjang Operasional (BPO) Pimpinan DPRD.

55. Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD melebihi ketentuan yang telah ditetapkan.

56. Persamaan perlakuan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD dengan Belanja Penunjang Operasional Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah terutama terkait dengan bukti pertanggungjawabannya.

57. BPO DPRD digunakan tidak sesuai dengan ketentuan.

58. Bantuan keuangan kepada Muspida diperbolehkan.

59. Definisi pemberian bantuan sosial tidak diberikan secara terus menerus.

60. Bentuk pertanggungjawaban bantuan sosial dan belanja hibah, apakah sampai dengan laporan pertanggungjawaban. Jika tidak terdapat laporan pertanggungjawaban apakah mempengaruhi opini?

61. Pemberian hibah kepada klub sepakbola yang mengikuti liga profesional?

62. Dasar penyusunan LAK : SP2D atau SPJ ?

63. Transaksi yang tidak akan tersaji dalam LAK.

64. SiLPA Tahun Lalu disajikan seluruhnya atau sebagian sebagai penerimaan pembiayaan dalam LRA tahun berjalan?

65. Akhir masa penyampaian SPJ.

66. Permasalahan seputar pertanggungjawaban SPJ.

67. Perlakuan akuntansi apabila Pemda menerima hibah dalam bentuk non kas?

Page 40: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

AKUN-AKUN NERACA

Aset lancar

1. Q : Bagaimana perlakuan akuntansinya, apabila dalam pemeriksaan ditemukan potongan yang dipungut Bendahara Daerah (Bukan BUD) yang belum disetor sampai dengan tanggal 31 Desember ?

A : Potongan yang dipungut oleh Bendahara pengeluaran (Bukan BUD) biasanya berupa potongan pajak (PPh & PPN). Potongan tersebut timbul dari pengeluaran/belanja yang dilakukan oleh Bendahara pengeluaran. Potongan tersebut bersifat non anggaran, karena jumlahnya telah menjadi bagian dari nilai belanja yang telah dipertanggungjawabkan dan bukan menjadi hak Pemda, tetapi hanya bersifat titipan uang untuk diserahkan kepada ke pihak ketiga. Oleh karenanya potongan tersebut tidak dapat dicatat sebagai penerimaan dalam LRA. Potongan itu juga tidak dilaporkan dalam LAK sebagai aktivitas non anggaran, karena LAK hanya melaporkan transaksi atau mutasi debet/kredit yang terjadi di Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) yang dibuat oleh BUD sebagai fungsi perbendaharaan (PSAP No.3 paragraf 12 dan 13). Potongan yang masih dipegang oleh Bendahara Pengeluaran harus disajikan pada akun ‘Kas di Bendahara Pengeluaran’ pada sisi Aktiva Neraca dan Utang PFK pada sisi Pasiva Neraca serta diungkapkan dalam CaLK untuk memberikan informasi kepada pengguna LK bahwa saldo dalam “Kas di Bendahara Pengeluaran” masih terdapat kewajiban kepada pihak ketiga.

Kesimpulan:

1) Tidak dicatat sebagai penerimaan di LRA dan LAK;

2) Disajikan pada akun ‘Kas di Bendahara Pengeluaran” pada sisi aktiva (Neraca) dan Utang PFK di sisi Pasiva; serta

3) Diungkapkan dalam CaLK.

2. Q : Bagaimana pula bila potongan tersebut adalah PFK dan masih tersimpan di BUD?

A : Potongan yang dipungut oleh BUD dapat berupa potongan pajak (PPh & PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum. Potongan tersebut timbul dari pengeluaran/belanja langsung (SP2D-LS) yang dilakukan oleh BUD. Potongan tersebut bersifat non anggaran, karena jumlahnya telah menjadi bagian dari nilai belanja yang telah dipertanggungjawabkan dan bukan

Page 41: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7

menjadi hak Pemda, tetapi hanya bersifat titipan uang di kas daerah untuk diserahkan kepada ke pihak ketiga. Oleh karenanya potongan tersebut tidak dapat dicatat sebagai penerimaan dalam LRA. Namun, potongan tersebut harus dilaporkan dalam LAK sebagai aktivitas non anggaran, karena merupakan bagian dari mutasi debet/kredit yang terjadi di Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) yang dibuat oleh BUD sebagai fungsi perbendaharaan (PSAP No.3 paragraf 12 dan 13).

Potongan yang dipungut BUD tetapi belum diserahkan kepada pihak ketiga dilaporkan di Neraca pada akun “Kas di Kasda” pada sisi aktiva, dan “utang PFK” pada sisi pasiva karena masih berada di Kas Daerah. Hal ini sesuai dengan PSAP No.09 Kewajiban Paragraf 40 menyatakan bahwa ‘Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK yang belum disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan’. Disamping itu juga harus diungkapkan dalam CaLK untuk memberikan informasi kepada pengguna LK bahwa saldo dalam “Kas di Kasda” masih terdapat kewajiban kepada pihak ketiga.

Kesimpulan:

1) Disajikan pada akun ‘Utang PFK’ pada sisi pasiva(Neraca);

2) Tersaji sebagai Kas di LAK;

3) Tidak tersaji di LRA; dan

4) Diungkapkan dalam CaLK.

3. Q : Kasus kas tekor, belum ada SKTJM atau SK Pembebanan Sementara. Bagaimana pengaruhnya pada opini dan bagaimana perlakuan akuntansinya?

A :Dalam hal terjadi kas tekor yang dicatat oleh Pemda sebagai kas maka diungkapkan dalam temuan kepatuhan, dan diungkapkan dalam CaLK mengenai kondisi permasalahan kas tekor tersebut. Walaupun sudah diungkapkan jika nilainya material maka dapat mempengaruhi opini.

Jika Pemda telah mencatat sebagai piutang dan nilainya material maka dapat mempengaruhi opini dengan pengecualian pada akun piutang.

Kesimpulan: cukup jelas

Page 42: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8

4. Q : Bagaimana pengakuan Piutang (berdasarkan pungutan pendapatan daerah, perikatan, TP/TGR) dalam pemeriksaan LKPD?

A : 1) Pengakuan Piutang berdasarkan pungutan pendapatan daerah dilakukan setelah terbit Surat Ketetapan dan/atau surat penagihan.

2) Pengakuan piutang berdasarkan perikatan dilakukan atas dasar naskah perjanjian, nilainya dapat diukur, telah diterbitkan surat penagihan.

3) Khusus untuk Tuntutan Ganti Rugi (TGR) dan Tuntutan Perbendaharaan (TP), piutang diakui jika sudah ada Surat Ketetapan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM). Tagihan Piutang TGR atau TP disajikan dalam kelompok Aset Lainnya untuk tagihan yang akan diterima lebih dari 12 bulan, sedangkan atas tagihan yang akan diterima dalam waktu 12 bulan mendatang disajikan dalam akun Piutang.

4) Jika tagihan masih dalam proses pengadilan, selama proses peradilan berlangsung, cukup diungkapkan dalam CaLK. Setelah ada keputusan pengadilan maka tagihan dapat diakui sebagai Piutang sebesar nilai yang ditetapkan oleh pengadilan.

5) Dalam hal terdapat barang/uang yang disita daerah sebagai jaminan maka hal ini wajib diungkapkan dalam CaLK.

Kesimpulan: cukup jelas

5. Q : Pemerintah provinsi menetapkan alokasi bagi hasil pajak (PBBKB, PKB & BBKB, Pajak PABT-AP) untuk periode tiga bulanan (triwulan) dengan Ketetapan dari Provinsi. Ketetapan dari Provinsi tentang penetapan alokasi bagi hasil pajak-pajak tersebut untuk triwulan IV/20XX (periode Oktober – Desember 20XX) terbit pada awal tahun 20XX+1. Apakah dengan terbitnya Ketetapan dari Provinsi tersebut dapat dikategorikan subsequent event dan perlukah dilakukan penyesuaian saldo hutang bagi hasil pada neraca provinsi dan piutang bagi hasil pada neraca kabupaten/kota?

A : Sampai dengan 31/12/20XX provinsi telah menerima pendapatan pajak periode Oktober sampai dengan Desember tahun 20XX. Berdasarkan peraturan terkait, pendapatan pajak tersebut dialokasikan dan ditransfer dari Pemprov kepada Pemkab/pemkot. Sampai dengan 31/12/20XX belum ada Ketetapan dari Provinsi tentang penetapan alokasinya, sehingga Pemprov belum mengakui sebagai hutang dan pemkab/pemkot belum mengakui sebagai piutang. Namun dengan terbitnya Ketetapan dari Provinsi (setelah tanggal neraca) tersebut, menjadi dasar bahwa kewajiban

Page 43: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9

(pemprov) dan piutang (pemkab/pemkot) sebenarnya sudah ada pada tanggal neraca, yaitu dengan besaran alokasi sesuai Ketetapan dari Provinsi tersebut. Terbitnya Ketetapan dari Provinsi tersebut masih dalam periode pelaksanaan audit (sebelum laporan keuangan diterbitkan) sehingga dapat dikategorikan sebagai subsequent event Tipe I, yaitu peristiwa setelah tanggal neraca yang berpengaruh terhadap saldo neraca 31/12/20XX. Dengan demikian, dengan terbitnya Ketetapan dari Provinsi tersebut, menjadi dasar bahwa kewajiban bagi pemprov dan piutang bagi pemkab/pemkot sudah ada pada tanggal neraca.

Dasar Kebijakan adalah Bultek No.6 Tentang Akuntansi Piutang; Bultek No. 8 Tentang Akuntansi Utang (hal.51) dan PSAP 09 par 84.

Kesimpulan:

1) Pemerintah provinsi mencatat hutang bagi hasil pajak dan pemerintah kabupaten / kota mencatat piutang bagi hasil.

2) Utang bagi hasil diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan beserta rincian masing-masing jenis Utang. Hal ini didasarkan pada paragraf 84 yang menyatakan bahwa Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya.

6. Q : Bagaimana bila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) untuk sistem ”self assessment” belum ditetapkan (daerah mencatat berdasarkan SPTPD) jadi tidak diketahui berapa yang lebih/kurang bayar? Sebab tidak ada yang mengatur kapan WP bayar dengan sistem self assessment.

A : Pengakuan piutang pajak dengan sistem self assessment didasarkan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) untuk jumlah yang belum diterima di kas daerah.

Dasar Kebijakan adalah Bultek No.6 Tentang Akuntansi Piutang dan Perda

Kesimpulan: cukup jelas

7. Q : SKRD tidak diterbitkan sehingga piutang retribusi di neraca tidak dapat dicatat.

A : 1) Piutang retribusi diakui sebesar jumlah ketetapan retribusi (SKRD) yang belum dibayar oleh wajib retribusi.

2) Jika SKRD tidak diterbitkan maka hal tersebut dimuat dalam temuan.

Page 44: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10

Dasar Kebijakan :

1) Bultek No.6 Tentang Akuntansi Piutang

2) Perda masing-masing daerah

Kesimpulan: cukup jelas

Investasi Jangka Panjang

8. Q : Metode Pencatatan Penyertaan Modal Pemda yang lebih dari 20%

A : 1) Kepemilikan 20% sampai 50% atau kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh signifikan menggunakan metode ekuitas.

2) Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas.

3) Dalam kondisi tertentu, penggunaan metode ekuitas tergantung pula pada tingkat pengaruh (the degree of influence) terhadap perusahaan investee.

4) Dalam kondisi perusahaan investee mengalami kerugian secara terus menerus yang akan mempengaruhi nilai investasi, maka nilai investasi tidak akan dinilai negatif melainkan nihil jika ternyata kerugian tersebut berdampak kumulatif tiap tahunnya. Sebaiknya hal ini diungkapkan dalam CaLK untuk memberikan gambaran kepada pembaca laporan keuangan mengenai kemungkinan adanya tanggung jawab Pemda atas sisa kewajiban investee yang tidak terpenuhi pada saat dilikuidasi.

5) Dalam kondisi laporan keuangan investee (BUMD) belum diaudit maka:

a. Nilai penyertaan modal ditentukan berdasarkan laporan keuangan tersebut dengan penjelasan di CALK.

b. Jika menurut pertimbangan pemeriksa, Laporan Keuangan akan sangat berbeda (berdasarkan hasil komunikasi dengan pemeriksa BUMD atau pengalaman tahun sebelumnya) Kondisi tersebut dapat mempengaruhi opini karena adanya pembatasan lingkup bagi pemeriksa untuk memperoleh keyakinan nilai penyertaan modal.

Dasar Kebijakan : PSAP No.6 Tentang Investasi, pr.33 dan 34

Kesimpulan: cukup jelas

Page 45: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11

9. Q : Penyertaan Modal belum disertai dengan bukti kepemilikan berupa : perda pembentukan perusda, akte pendirian.

A :1) Sesuai dengan UU nomor 6 tahun 1962, maka bukti kepemilikan akan diterbitkan perusahaan daerah (perusda) yang bersangkutan apabila perusda tersebut dimiliki lebih dari satu pemilik;

2) Jika dimiliki satu pemilik, maka bukti kepemilikan cukup perda pendirian saja serta bukti transfer;

3) Jika permasalahan terjadi pada saat initial investment tidak ada Perda penyertaan modalnya maka jika material akan mempengaruhi opini.

4) Dasar Kebijakan : UU No.6 Tahun 1962

Kesimpulan: cukup jelas

10. Q : Kapan perda penyertaan modal, yang memuat jumlah penyertaan modal TA berkenaan, ditetapkan sebelum atau setelah Perda APBD dan Bagaimanakah untuk initial investment dan penambahan/disposal?

A : 1) Investasi jangka panjang pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berjalan telah ditetapkan dalam Perda tentang penyertaan modal dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, Perda penyertaan Modal seharusnya lebih dulu dari pada Perda APBD.

2) Sesuai dengan Permendagri No 25 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2010, dalam hal ada penambahan atau pengurangan penyertaan modal, namun telah ada Perda penyertaan modal yang pertama maka untuk penambahan dan pengurangan penyertaan modal cukup dilandasi oleh Perda APBD. Dengan catatan akumulasi nilai penyertaan tidak melebihi modal yang ditetapkan dalam Perda Penyertaan Modal Daerah.

Kesimpulan: cukup jelas

11. Q : Penggunaan metode penilaian investasi apakah sudah harus sesuai SAP?

A : Ya, harus sesuai SAP.

1) Metode penilaian investasi menggunakan metode biaya, metode investasi dan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value).

Page 46: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

2) Kriteria penilaian investasi yaitu disesuaikan dengan prosentase tingkat kepemilikan dan tingkat pengaruh (the degree of influence).

3) Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil investasi.

4) Hasil Investasi berupa dividen tunai apabila menggunakan metode ekuitas, maka bagian laba yang diperoleh oleh pemerintah akan dicatat mengurangi nilai investasi pemerintah dan dicatat sebagai Penerimaan Pembiayaan pada akun Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.

5) Hasil Investasi berupa dividen saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama.

Dasar Kebijakan : PSAP No.6 Tentang Akuntansi Investasi, Pr 33, 34,35, 36 dan 37

Kesimpulan: cukup jelas

12. Q : Apakah kalau APBD defisit pemda diperkenankan melakukan penyertaan modal?

A : 1) Menurut PMK diketahui bahwa daerah dapat melebihi defisit yang ditetapkan setelah mengajukan permohonan dan mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan dengan Pertimbangan Menteri Dalam Negeri.

2) Permasalahan tersebut tidak berpengaruh terhadap opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, cukup diungkapkan dalam laporan kepatuhan.

Dasar Kebijakan : Peraturan Menteri Keuangan tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD, dimana batas maksimal tiap tahunnya berubah tergantung PMK yang berlaku untuk tahun anggaran yang berjalan.

Kesimpulan: cukup jelas

Page 47: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13

13. Q : Apa saja bentuk setoran Modal ?

A : 1) Bentuk setoran modal dapat berupa kas dan atau barang dan atau jasa.

2) Apabila Investasi (Penyertaan Modal) dilakukan secara tunai, maka nilai investasi disajikan sebesar nilai uang yang ditransfer.

3) Apabila Investasi (Penyertaan Modal) dilakukan melalui pertukaran aset, maka nilai investasi yang diperoleh pemerintah adalah sebesar biaya perolehan, atau nilai wajar investasi tersebut jika harga perolehannya tidak ada (pr.31).

Dasar Kebijakan : PSAP No.6 Tentang Akuntansi Investasi Pr.24 – 32.

Kesimpulan: cukup jelas

Aset Tetap

14. Q : Permasalahan material apa saja yang terdapat pada Aset Tetap yang diperoleh sampai dengan tanggal Neraca Awal ?

A : Secara umum pencantuman aset dalam neraca awal juga harus memenuhi kriteria pengakuan, yakni memenuhi definisi/unsur sebagai aset tetap dan nilainya pasti atau minimal dapat ditaksir secara andal. Mengacu pada jenis pemeriksaan keuangan, semua asersi dalam laporan keuangan harus dilakukan pemeriksaan. Jika terdapat temuan terkait permasalahan asersi yang tidak terpenuhi dalam pos aset tetap di neraca, seluruhnya harus dipertimbangkan sesuai dengan batas materialitas. Jadi, tidak dapat disimpulkan secara sederhana, misalnya jika yang tidak dapat terpenuhi adalah hanya asersi kelengkapan dan penilaian pada saldo aset yang diperoleh sampai dengan tanggal neraca awal, maka opininya adalah WDP.

Permasalahan yang seringkali muncul terkait penyajian aktiva tetap dalam neraca awal adalah berkaitan dengan asersi keberadaan, kelengkapan, hak dan kewajiban, dan penilaian terhadap aset tetap. Terhadap permasalahan asersi yang tidak dapat dipenuhi tersebut, pemeriksa seharusnya lebih memfokuskan kepada dampaknya, apakah penyajian yang tidak memenuhi satu atau lebih asersi tersebut akan mengakibatkan salah saji (misstatement) atau bahkan tidak dapat disimpulkan nilai wajarnya karena ketidakcukupan bukti pemeriksaan.

Page 48: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14

Contoh: Berkaitan dengan prosedur pemeriksaan atas asersi kelengkapan dan keberadaan aset tetap di neraca awal, pemeriksa mungkin menemukan bahwa beberapa aset tetap tidak ditemukan ketika dilakukan cek fisik. Mengingat pelaksanaan pemeriksaan (biasanya) dilakukan dengan metode sampling, pertimbangan pemeriksa atas dampak yang akan terjadi bisa berbeda. Bisa jadi pemeriksa hanya melakukan “koreksi” atas aset tetap yang tidak ditemukan, atau bahkan terdapat risiko yang cukup besar atas keberadaan aset tetap yang tidak disampling, sehingga pemeriksa mengambil pertimbangan “tidak dapat menyakini” nilainya. Berkaitan dengan aspek pengukuran/penilaian aset tetap di neraca awal, semestinya tidak menimbulkan perbedaan persepsi karena sudah diatur dalam Buletin Teknis Nomor 2 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemda.

Kesimpulan: cukup jelas

15. Q : Bagaimana kebijakan yang harus diambil bila dijumpai Aset Tanah tanpa bukti kepemilikan namun dikuasai oleh Pemda dan Aset Tanah diakui milik Pemda namun dikuasai oleh pihak lain ?

A : Pembahasan masalah tersebut mengacu kepada Bultek SAP No 9 Aset Tetap Bab II huruf B yang memberikan pedoman sebagai berikut.

1) Dalam hal tanah belum ada bukti kepemilikan yang sah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

2) Dalam hal tanah dimiliki oleh pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan, bahwa tanah tersebut dikuasai atau digunakan oleh pihak lain.

3) Dalam hal tanah dimiliki oleh suatu entitas pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh entitas pemerintah yang lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan pada neraca entitas pemerintah yang mempunyai bukti kepemilikan, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Entitas pemerintah yang menguasai dan/atau menggunakan tanah cukup mengungkapkan tanah tersebut secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Page 49: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15

4) Perlakuan tanah yang masih dalam sengketa atau proses pengadilan:

a) Dalam hal belum ada bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

b) Dalam hal pemerintah belum mempunyai bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

c) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

d) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, namun adanya sertifikat ganda harus diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Kesimpulan:

Dengan ketentuan tersebut, maka aset tersebut dicatat dan disajikan sebagai aset tetap dan di jelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

16. Q : Bagaimana penyajian dalam Neraca dan pengaruhnya terhadap pemberian opini atas Aset yang mempunyai nilai Rp1,00 ?

A : Berdasarkan PSAP No.07 Aset Tetap paragraf 22 diketahui bahwa ‘Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan’. Apabila aset telah lama dimiliki dan tidak diketahui biaya perolehannya, maka berdasarkan Bultek PSAP No.02 Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah, nilai wajar aset ditentukan sebagai berikut.

Page 50: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 16

1) Tanah

Jika tanah diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca awal, maka nilai wajar tanah ditentukan dengan menggunakan rata-rata harga jual beli tanah antar pihak-pihak independen di sekitar tanggal neraca tersebut, untuk jenis tanah yang sama di wilayah yang sama. Apabila tidak terdapat banyak transaksi jual beli tanah pada sekitar tanggal neraca, sebuah transaksi antar pihak independen dapat mewakili harga pasar.

Apabila tidak terdapat nilai pasar, entitas dapat menggunakan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) terakhir. Jika terdapat alasan untuk tidak menggunakan NJOP maka dapat digunakan nilai appraisal dari perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten.

Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian yang digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan tanah yang tercantum dalam neraca awal, serta jumlah komitmen untuk akuisisi tanah apabila ada.

2) Peralatan dan Mesin

Untuk keperluan penyusunan neraca awal, nilai wajar untuk peralatan dan mesin adalah harga perolehan jika peralatan dan mesin tersebut dibeli setahun atau kurang dari tanggal neraca awal atau membandingkannya dengan harga pasar peralatan dan mesin sejenis dan dalam kondisi yang sama. Apabila harga pasar tidak tersedia maka digunakan nilai appraisal dari perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten dengan memperhitungkan faktor penyusutan. Jika hal tersebut terlalu mahal biayanya dan memakan waktu lama karena tingkat kerumitan perhitungan yang tinggi maka dapat dipakai standar harga yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang dengan memakai perhitungan teknis.

Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian yang digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan peralatan dan mesin yang tercantum dalam neraca awal, serta jumlah komitmen untuk akuisisi peralatan dan mesin apabila ada.

3) Gedung dan Bangunan

Jika gedung dan bangunan diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca awal, nilai wajar gedung dan bangunan ditentukan dengan menggunakan NJOP terakhir. Jika terdapat alasan untuk tidak

Page 51: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 17

menggunakan NJOP, maka dapat digunakan nilai appraisal dari perusahaan jasa penilai resmi atau membentuk tim penilai yang kompeten.

Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian yang digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan gedung dan bangunan yang tercantum dalam neraca awal, serta jumlah komitmen untuk akuisisi gedung dan bangunan apabila ada.

4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Untuk keperluan penyusunan neraca awal, nilai wajar jalan, irigasi, dan jaringan ditentukan oleh perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten dengan menggunakan standar biaya atau perhitungan teknis (yang antara lain memperhitungkan fungsi dan kondisi aset) dari instansi pemerintah yang berwenang yang diterbitkan setahun atau kurang dari tanggal neraca.

Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian yang digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan jalan, irigasi, dan jaringan yang tercantum dalam neraca awal, serta jumlah komitmen untuk akuisisi jalan, irigasi, dan jaringan apabila ada.

5) Aset Tetap Lainnya

Untuk keperluan penyusunan neraca awal, aset tetap lainnya dinilai dengan menggunakan nilai wajar jika aset tersebut dibeli pada tanggal neraca.

Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian yang digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan aset tetap lainnya yang tercantum dalam neraca awal, serta jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap lainnya apabila ada.

Mengingat SAP telah mengatur tata cara penilaian aset tetap, maka seharusnya entitas mempedomani itu. Dalam hal entitas tidak mematuhi atau masih memberikan nilai Rp1 atas aset yang dimilikinya, maka secara kuantitatif asersi valuation akan terganggu sehingga akan mempengaruhi opini sepanjang material.

Namun demikian, sesuai dengan karakteristik pemerintahan, risiko yang ditimbulkan dari salah saji tersebut tidak besar, karena tujuan pemerintah bukan untuk menjual aset tetap atau menghitung RoI. Berdasarkan pertimbangan kualitatif tersebut, maka dalam hal salah saji yang

Page 52: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 18

ditimbulkan signifikan atau sangat signifikan, maka opini yang disampaikan cukup WDP.

Kesimpulan:

1) Diungkapkan dalam CaLK; dan

2) Dalam hal salah saji yang ditimbulkan signifikan atau sangat signifikan, maka mempengaruhi opini. (Apabila pengecualian hanya ini, maka maksimal opini yang diberikan WDP). Dalam hal salah saji tidak material, maka tidak mempengaruhi opini.

17. Q : Bagaimana pengakuan aset atas pertanggungjawaban biaya pendidikan apakah diakui sebagai aset tetap definitif baik dianggarkan dari belanja modal maupun belanja hibah?

A : 1) Bentuk pertanggungjawaban keuangannya tergantung pada jenis belanja yang digunakan yaitu belanja modal atau belanja hibah. Perlakuan akuntansi juga disesuaikan dengan jenis belanja modal atau belanja hibah.

2) Dalam hal penganggaran sebagai Belanja Hibah maka aset tetap untuk sekolah negeri harus tetap dicatat dan dilaporkan dalam laporan keuangan. Apabila tidak dicatat dan dilaporkan akan mempengaruhi opini (jika nilainya material).

3) Realisasi sebagai belanja hibah untuk sekolah negeri tidak mempengaruhi opini namun tetap diungkap dalam CaLK.

4) Dalam hal penganggaran DAK Pendidikan seluruhnya dalam bentuk belanja modal, maka seluruh aset tetap yang dihasilkan harus dicatat dan dilaporkan dalam laporan keuangan sebagai aset pemerintah daerah.

5) Khusus untuk hibah pada sekolah swasta yang dianggarkan dalam belanja modal dicatat dalam neraca sebagai aset lain-lain sampai dengan dilakukan penghapusan dan berita acara hibah ke sekolah yang bersangkutan.

Kesimpulan: cukup jelas

Page 53: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 19

18. Q : Bagaimana pengakuan aset yang dihibahkan yang anggarannya berasal dari belanja modal tetapi belum dihapuskan?

A : Apabila aset yang berasal dari belanja modal tersebut secara fisik sudah dikuasai dan digunakan oleh penerima hibah namun belum disertai dengan SK penghapusan dan berita acara hibah maka dicatat dalam neraca sebagai aset lain-lain.

Kesimpulan: cukup jelas

19. Q: Mohon dijelaskan bagaimana prosedur pemeriksaan dan perlakuan akuntansi atas pembentukan Dana Cadangan oleh Pemerintah Daerah, antara lain :

1) Dana Cadangan dibentuk tidak dengan Peraturan Daerah;

2) Dana Cadangan tidak disajikan sebagai Aset Non Lancar, terpisah dari Kas di Kas Daerah;

3) Penggunaan dana cadangan sebelum nilai Dana Cadangan keseluruhan terbentuk dalam periode waktu yang telah ditentukan (lima tahun).

A : Prosedur pemeriksaan yang perlu dikembangkan dalam pemeriksaan Dana Cadangan adalah langkah-langkah untuk memperoleh keyakinan:

a) apakah pembentukan dana tanpa perda tersebut diberitahukan dan disetujui DPRD,

b) apakah nilai SiLPA termasuk nilai Dana Cadangan, c) apakah kegiatan perencanaan yang tercantum dalam dokumen

pembentukan Dana Cadangan sebagai kegiatan yang dibiayai dana cadangan,

d) apakah ada kebijakan akuntansi tentang Dana Cadangan.

1) Jika Dana Cadangan tersebut dibentuk tidak dengan Peraturan Daerah Pembentukan Dana Cadangan namun telah disetujui DPRD melalui Perda APBD dan Peraturan Kepala Daerah telah mengatur secara jelas tentang Dana Cadangan tersebut, maka pemeriksa menyusun temuan pemeriksaan yang tidak mempengaruhi kewajaran LKPD dan diungkapkan dalam CALK mengenai kondisi tersebut dengan saran untuk dilengkapi dengan Perda.

Page 54: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 20

2) Jika Dana Cadangan tersebut dibentuk dengan Peraturan Daerah dan telah mengatur secara jelas tentang Dana Cadangan tersebut namun tidak disajikan sebagai aset non lancar, maka pemeriksa mengusulkankoreksi/reklasifikasi dari Kas di Kas Daerah ke akun Dana Cadangan pada kelompok aset non lancar dan dari akun Ekuitas Dana Lancar – SiLPA ke akun Ekuitas Dana Dicadangkan, sesuai PSAP 01.

3) Penggunaan dana cadangan sebelum waktu yang ditentukan dapat dilakukan apabila termuat dalam Perda APBD.

Kesimpulan: cukup jelas

Aset Lainnya

20. Q: Hasil pemeriksaan APIP ataupun BPK menunjukkan adanya kerugian daerah yang belum didukung dokumen SKTJM dan SK Pembebanan. Hal-hal yang timbul sehubungan dengan kasus tersebut antara lain :

1) SKTJM dan SK Pembebanan tidak ada sama sekali.

2) SKTJM dan/atau SK Pembebanan telah dilengkapi namun yang bersangkutan telah tidak sanggup mengembalikan.

3) SKTJM dan/atau SK Pembebanan telah dilengkapi namun yang bersangkutan telah meninggal dan ahli waris tidak sanggup mengembalikan.

4) SKTJM dan/atau SK Pembebanan telah dilengkapi namun telah kadaluarsa.

A: Penyelesaian atas TP/TGR ini dapat dilakukandengan cara damai (di luar pengadilan) atau melalui pengadilan. Apabila penyelesaiantagihan ini dilakukan dengan cara damai, maka setelah proses selesai dan telah ada Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM) dari pihak yangbersangkutan, diakui sebagai Piutang Tuntutan Ganti Rugi/Tuntutan Perbendaharaan dandisajikan di kelompok Aset Lainnya di neraca untuk jumlah yang akan diterima lebih dari 12bulan mendatang dan disajikan sebagai Piutang kelompok aset lancar untuk jumlah yangakan diterima dalam waktu 12 bulan mendatang.

Sebaliknya, apabila pihak yang bersangkutan memilih menggunakan jalur pengadilan, selama proses pengadilan masih berlangsung, cukup diungkapkan dalam CaLK. Pengakuan piutang ini baru dilakukan setelah

Page 55: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 21

terdapat surat ketetapan dan telah diterbitkan Surat Penagihan. Dalam hal terdapat barang/uang yang disita oleh Negara/daerah sebagai jaminan makahal ini wajib diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

1) Jika Kerugian Daerah belum didukung SKTJM atau SK Pembebanan, maka pemeriksa tidak mengusulkan jurnal koreksi tetapi meng-informasikan kepada auditee untuk mengungkapkan pada CaLK mengenai adanya kerugian atas pos belanja/pengeluaran terkait. Selain itu, pemeriksa menyusun Temuan dengan rekomendasi agar Kepala Daerah segera mengadakan Sidang Majelis TP/TGR, menetapkan dan menarik kerugian tersebut sesuai ketentuan.

2) Jika Kerugian Daerah telah didukung SKTJM dan/atau SK Pembebanan, maka terhadap kewajiban pengembalian oleh Bendahara, Pegawai Negeri Bukan Bendahara dan Pejabat lainnya dilakukan pencatatan, dengan alternatif kondisi sebagai berikut:

a) Karena penyelesaian pembayarannya selambat-lambatnya 24 bulan (2 tahun) sehingga di neraca termasuk dalam aset lainnya.

b) Jika terdapat jumlah kerugian yang akan jatuh tempo pada tahun berikutnya, maka diusulkan koreksi/reklasifikasi sejumlah nilai yang jatuh tempo tersebut; dari akun Aset Lainnya ke akun Bagian Lancar TP/TGR

c) Jika yang bersangkutan tidak mampu membayar/mengembalikan kerugian, maka selain point a dan b, pemeriksa mengusulkan penjelasan dalam CaLK atas nilai kerugian yang tak dapat ditagih dan rencana Pemda atas kondisi piutang yang tidak dapat ditagih tersebut.

d) Yang bersangkutan meninggal dunia dan ahli waris tidak memiliki kekayaan yang cukup untuk mengembalikan kerugian tersebut, maka selain point a dan b, pemeriksa mengusulkan penjelasan dalam CaLK apakah pemda sudah dapat menentukan berapa nilai yang bisa ditanggung oleh ahli waris sesuai dengan ketentuan, serta rencana Pemda terhadap jumlah yang tidak bisa ditagihkan kepada ahli waris.

e) Yang bersangkutan telah meninggal dunia dan ahli waris tidak mendapat pemberitahuan oleh pejabat yang berwenang lebih dari tiga tahun dan harus dilakukan penghapusan sesuai dengan ketentuan, maka pemeriksa menyusun suatu TP atas kelalaian pejabat tersebut.

Page 56: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 22

Dalam CaLK juga diungkapkan bahwa terdapat mutasi pengurangan karena adanya penghapusan atas kerugian yang kadaluarsa dan sesuai SK Penghapusan.

Apabila setiap koreksi yang diusulkan pemeriksa tidak diterima/ditindaklanjuti oleh Pemda, maka dapat mempengaruhi kewajaran LKPD.

Kesimpulan:cukup jelas

AKUN – AKUN LRA

Pendapatan

21. Q : Bagaimana penyajian dalam Laporan Keuangan atas setoran bagian laba BUMD yang terlambat ?

A : 1) Diakui sebagai Piutang pada sisi Aktiva Neraca pada saat jatuh tempo komitmen penyetoran bagian laba tersebut.

2) Belum dicatat di LRA maupun di LAK.

3) Pengungkapan secukupnya di CaLK

Kesimpulan : Cukup jelas

22. Q : Apakah diperbolehkan insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah dibagikan kepada pihak-pihak di luar instansi pelaksana misalnya lembaga perwakilan/instansi vertikal/muspida?

A : Penerima pembayaran insentif ditetapkan dengan keputusan kepala daerah dengan mengacu pada ketentuan peraturan yang berlaku. Apabila keputusan kepala daerah tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka SK tersebut direkomendasikan untuk ditinjau kembali

Kesimpulan : Cukup jelas

23. Q : Dalam Pemungutan Pajak Penerangan Jalan (PPJ), PLN merupakan pihak lain yang melakukan pemungutan PPJ, namun ada ketentuan dari internal PLN yang melarang petugasnya untuk menerima Insentif. Apakah insentif bagian PLN tersebut dapat dibagikan kembali kepada pejabat dan pegawai instansi pemungut? (21)

Page 57: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 23

A : Berdasarkan Surat Direktur Keuangan PLN No. 07513/545/DITKEU/2010 tanggal 5 Oktober 2010 yang menyatakan bahwa biaya pemungutan PPJ untuk tahun 2010 terhitung mulai tanggal 1 Januari 2010 dihentikan sampai dengan diterbitkan peraturan pelaksanaannya dan biaya pemungutan yang sudah dipotong sejak bulan Januari 2010 agar segera dikembalikan kepada masing-masing Pemda. Seluruh PPJ disetorkan seluruhnya ke Kas Daerah PLN tidak mendapatkan insentif.

Berhubung bahwa PP Nomor 69 tahun 2010 telah keluar pada tanggal 18 Oktober 2010 maka PLN pada dasarnya termasuk pihak lain yang berhak untuk mendapatkan insentif. Jika SK Bupati mengenai pembagian insentif tersebut telah menetapkan persentase tertentu bagian PLN namun tidak jadi didistribusikan ke PLN, maka tidak boleh dibagikan sebagai tambahan insentif bagi instansi pelaksana. Sesuai Pasal 7 ayat (4) PP No. 69 Tahun 2010 jika terdapat sisa lebih harus disetorkan ke kas daerah.

Kesimpulan:

Tidak boleh dibagikan sebagai tambahan insentif bagi instansi pelaksana dan sesuai Pasal 7 ayat (4) PP No. 69 Tahun 2010 jika terdapat sisa lebih harus disetorkan ke kas daerah.

24. Q : Apakah para Asisten Sekda, Inspektorat, dan Bagian Hukum berhak untuk mendapatkan insentif ?

A : Insentif diberikan kepada instansi pelaksana pemungut pajak dan retribusi daerah sesuai dengan tanggung jawab masing-masing, dengan demikian yang berhak menerima insentif tidak seluruh pejabat dan pelaksana pada SKPD tersebut, melainkan hanya yang terkait dengan kegiatan pemungutan pajak dan retribusi daerah saja. Sedangkan kegiatan Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak/retribusi, penentuan besarnya pajak/retribusi sampai kegiatan penagihan pajak/retribusi kepada Wajib Pajak/Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya. Sepanjang telah ada SK KDh, tidak perlu menilai apakah layak atau tidak untuk memperoleh insentif.

Kesimpulan:

Sepanjang telah ada SK KDh, tidak perlu menilai apakah layak atau tidak untuk memperoleh insentif.

Page 58: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 24

25. Q : Pada Pemda yang sudah memiliki SKPD DPPKAD terdiri dari Bidang PAD, Bidang Perimbangan, Akuntansi dan Bidang Aset, apakah penerima insentif pajak dan retribusi daerah tersebut termasuk seluruh bidang di SKPD tersebut atau hanya yang membidangi Pajak dan Retribusi saja.

A : Pembahasan sama dengan pertanyaan di atas

Kesimpulan:

Sepanjang telah ada SK KDh, tidak perlu menilai apakah layak atau tidak untuk memperoleh insentif.

26. Q : Bagaimana bila besaran insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah melebihi ketentuan yang berlaku ?

A : Berdasarkan PP Nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah dan Keputusan Mendagri Nomor 35 Tahun 2002 diketahui untuk pemungutan Pajak Daerah dapat diberikan biaya pemungutan yang ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen) dari realisasi penerimaan Pajak Daerah. Sedangkan berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 2010 ditetapkan besarnya insentif ditetapkan paling tinggi 3% untuk provinsi dan 5% untuk kabupaten/kota, dari rencana penerimaan pajak dan retribusi dalam tahun anggaran berkenaan. Dengan demikian jika jumlah insentif pada instansi pelaksana melebihi batas maksimal sebesar 3% untuk provinsi dan 5% untuk kabupaten/kota dari rencana pendapatan pajak dan retribusi tahun anggaran yang berkenaan, maka kelebihannya harus disetorkan ke kas daerah .

Kesimpulan:

Jika jumlah insentif pada instansi pelaksana melebihi batas maksimal sebesar 3% untuk provinsi dan 5% untuk kabupaten/kota dari rencana pendapatan pajak dan retribusi tahun anggaran yang berkenaan sesuai PP nomor 69 tahun 2010, maka kelebihannya harus disetorkan ke kas daerah.

27. Q : Bagaimana penganggaran dan pertanggungjawaban insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah ?

A : Insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja pegawai. Karena dianggarkan dalam Belanja Pegawai maka bukti pertanggungjawabannya cukup berupa SK KDh mengenai pemberian insentif, daftar nominatif dan kuitansi tanda terima uang serta bukti pemotongan PPh Pasal 21.

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

Page 59: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 25

28. Q : Apabila anggaran belanja daya dan jasa tidak cukup tersedia dalam DPA, Pemda mengkompensasi penerimaan PPJU-nya dengan kekurangan belanja daya dan jasa tersebut. Bagaimana sikap auditor atas hal tersebut ?

A : Pada prinsipnya pendapatan harus dicatat secara bruto. Jika auditor menemukan Pemda melakukan pencatatan pendapatan secara netto maka dengan mempertimbangkan materialitas, auditor mengungkap masalah tersebut dalam temuan pemeriksaan kepatuhan. Masalah tersebut tidak dapat dikoreksi karena :

1) Pemerintah Daerah tidak diperkenankan mengeluarkan belanja yang tidak dianggarkan.

2) Transaksi tersebut terkait asersi kelengkapan (completeness) atas belanja dan pendapatan yang disajikan. Jika material maka dapat menjadi pengecualian (mempengaruhi opini).

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

29. Q : Upah pemungutan PPJU dan PBBKB yang dikompensasikan dengan pendapatan PPJU dan PBBKB. Apabila anggaran belanja daya dan jasa tidak cukup tersedia dalam DPA, Pemda mengkompensasi penerimaan PPJU-nya dengan kekurangan belanja daya dan jasa tersebut. Bagaimana sikap kita ?

A : Pembahasan dan kesimpulan sama dengan pertanyaan di atas.

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

30. Q : Apakah sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesmas yang sampai akhir tahun masih tersimpan di rekening dana jamkesmas dapat diakui sebagai pendapatan RSUD atau tidak?

A : Sisa dana dalam rekening dana jamkesmas belum dapat diakui sebagai pendapatan RSUD karena :

1) Dana tersebut merupakan bantuan sosial dari Kementerian Kesehatan dan sudah dipertanggungjawabkan secara definitif yang pengeluarannya ditujukan kepada masyarakat miskin untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Dengan demikian dana jamkesmas tersebut sebenarnya merupakan dana masyarakat miskin yang akan digunakan bila masyarakat miskin tersebut mendapatkan pelayanan kesehatan (RSUD).

Page 60: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 26

2) Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) dalam hal ini RSUD dapat mencairkan dana dari rekening dana jamkesmas dan mengakui pendapatan sejumlah dana yang dipertanggungjawabkan. Dengan demikian sisa dana jamkesmas yang masih terdapat dalam rekening dana jamkesmas belum bisa diakui sebagai pendapatan RSUD.

Untuk tujuan pengendalian dan kepentingan transparansi, dana yang belum diklaim dan masih ada di rekening dana jamkesmas harus diungkapkan dalam CaLK pada akun kas. Pengungkapannya meliputi saldo awal, jumlah dana jamkesmas yang diterima dalam TA yang bersangkutan, jumlah dana yang dicairkan (diklaim) dan saldo akhir.

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

31. Q : Apakah sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesda dari Provinsi ke RS-RS Kabupaten yang sampai akhir tahun masih tersimpan di rekening dana jamkesda dapat diakui sebagai pendapatan RSUD atau tidak?

A : Pembahasan dan kesimpulan sama dengan pertanyaan di atasnya (Jamkesmas).

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

32. Q : Mohon penjelasan terhadap beberapa masalah terkait penggunaan langsung penerimaan klaim askes/jamkesmas berikut.

• Penganggaran penerimaan retribusi pelayanan kesehatan yang berasal dari klaim Askes dan Jamkesmas tidak dilakukan secara Bruto.

• Realiasi penerimaan retribusi pelayanan kesehatan yang berasal dari klaim Askes dan Jamkesmas tidak disetorkan seluruhnya ke Kas Daerah.

• Penggunaan langsung penerimaan retribusi pelayanan kesehatan yang berasal dari klaim Askes dan Jamkesmas tidak disajikan sebagai pendapatan dalam LRA.

• Penatausahaan penerimaan dan penggunaan langsung tidak tertib.

A : 1) Prosedur pemeriksaan yang perlu dikembangkan adalah untuk memperoleh keyakinan memadai apakah RSUD tersebut BLU atau bukan, apakah penerimaan tersebut dianggarkan dalam DPA RSUD dan APBD, apakah kebijakan penggunaan langsung Kepala Daerah

Page 61: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 27

mengacu pada ketentuan yang lebih tinggi dan mengatur secara jelas peruntukkan penggunaannya, apakah terdapat penggunaan langsung untuk kepentingan yang tidak diperkenankan oleh peraturan perundangan (misal: untuk kepentingan pribadi, dll.), apakah atas penggunaan langsung tersebut terdapat pengembalian setelah tanggal neraca dan pada saat pemeriksaan telah disetorkan ke Kas Daerah.

2) Jika RSUD tersebut adalah BLU maka penggunaan langsung tersebut diperkenankan sesuai PP 58 Tahun 2005 pasal 149.

3) Jika RSUD tersebut bukan BLU (berupa SKPD) dan penerimaan maupun belanja yang dibiayai dari penggunaan langsung penerimaan tersebut dianggarkan, maka sesuai PSAP 02 paragraf 8 pemeriksa hendaknya pemeriksa menawarkan koreksi tambah atas pendapatan retribusi pelayanan kesehatan dan belanja terkait, dengan bukti trasaksi berupa memo jurnal dan SPJ pendapatan dan belanja RSUD yang disahkan PPKD dan didukung bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran RSUD.

Sedangkan bila penerimaan maupun belanja yang dibiayai dari penggunaan langsung penerimaan tersebut tidak dianggarkan namun tidak terdapat penggunaan langsung untuk kepentingan yang tidak diperkenankan oleh peraturan perundangan maka, sesuai PP 58 Tahun 2005 Pasal 16 dan 17, pemeriksa menyusun Temuan Pemeriksaan yang mempengaruhi kewajaran LKPD, dan menyarankan agar di masa mendatang menyetorkan seluruh penerimaan ke Kas Daerah serta dan agar RSUD ybs menganggarkan pendapatan dan belanjanya dengan cermat.

Jika penerimaan maupun belanja yang dibiayai dari penggunaan langsung penerimaan tersebut tidak dianggarkan dan terdapat penggunaan langsung untuk kepentingan yang tidak diperkenankan oleh peraturan perundangan maka, sesuai PP 58 Tahun 2005 Pasal 16 dan 17, pemeriksa menyusun Temuan Pemeriksaan yang mempengaruhi kewajaran LKPD, serta menyarankan agar di masa mendatang menyetorkan seluruh penerimaan ke Kas Daerah dan menyetorkan nilai penggunaan diluar ketentuan tersebut ke Kas Daerah serta dan agar RSUD ybs menganggarkan pendapatan dan belanjanya dengan cermat.

Jika penerimaan maupun belanja yang dibiayai dari penggunaan langsung penerimaan tersebut tidak dianggarkan dan terdapat penggunaan langsung untuk kepentingan yang tidak diperkenankan

Page 62: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 28

oleh peraturan perundangan namun terdapat pengembalian setelah tanggal neraca dan pada saat pemeriksaan telah disetorkan ke Kas Daerah maka, berdasarkan prinsip Kejadian Setelah Tanggal Neraca dan PSAP 01 (PP 24 Tahun 2005), pemeriksa menyusun Temuan Pemeriksaan yang tidak mempengaruhi kewajaran LKPD dan menawarkan koreksi tambah pada akun Kas di Bendahara Penerimaan dan Pendapatan yang Ditangguhkan, serta menyarankan agar di masa mendatang menyetorkan seluruh penerimaan ke Kas Daerah dan agar RSUD ybs menganggarkan pendapatan dan belanjanya dengan cermat.

Kondisi tersebut diatas dapat dikemukakan sebagai berikut.

No. Tidak Dianggar kan

Transaksi tidak diperkenankan

Pengembalian kas ke Kasda

Pengaruh Opini

Rekomendasi

1 √ X X √ 1. Tinjau ulang kebijaksanaan pengg lgs termasuk mendorong menjadi BLUD.

2. Penganggaran belanja scr cermat

2 √ √ X √ 1. Tinjau ulang kebijaksanaan pengg lgs termasuk mendorong menjadi BLUD.

2. Setor ke Kasda 3. Penganggaran belanja scr

cermat

3 √ √ √ X 1. Tinjau ulang kebijaksanaan pengg lgs termasuk mendorong menjadi BLU.

2. Penganggaran belanja scr cermat

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

33. Q : Kapan pendapatan dari program Jamkesmas diakui oleh RSUD?

A : Pendapatan dari program Jamkesmas diakui oleh RSUD setelah pertanggungjawaban dana ditandatangani oleh Direktur PPK dan Verifikator Independen dan dicairkan.

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

Page 63: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 29

34. Q : Apakah jasa giro dari dana jamkesmas yang ada di rekening transitoris dapat diakui sebagai pendapatan RSUD?

A : Jasa giro dari dana jamkesmas yang ada di rekening transitoris tidak dapat diakui sebagai pendapatan RSUD karena harus disetor ke rekening kas negara.

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

35. Q : Apakah klaim yang sudah diajukan RSUD tapi belum disahkan verifikator independen dapat diakui sebagai piutang ?

A : Klaim yang sudah diajukan RSUD tapi belum disahkan verifikator independen tidak dapat diakui sebagai piutang karena klaim tersebut belum sah. Namun, apabila laporan pertanggungjawaban telah disahkan dan dana belum dicairkan maka dapat disajikan sebagai piutang.

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

36. Q : Apakah sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesmas yang sampai akhir tahun masih tersimpan di rekening giro POS dapat diakui sebagai pendapatan Puskesmas atau tidak ?

A : Sisa dana dalam rekening giro pos belum dapat diakui sebagai pendapatan Puskesmas karena :

1) Dana tersebut merupakan bantuan sosial dari Kementerian Kesehatan dan sudah dipertanggungjawabkan secara definitif yang pengeluarannya ditujukan kepada masyarakat miskin untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Dengan demikian dana jamkesmas tersebut sebenarnya merupakan dana masyarakat miskin yang akan digunakan bila masyarakat miskin tersebut mendapatkan pelayanan kesehatan.

2) Puskesmas dapat mencairkan dana dari rekening giro pos dan mengakui pendapatan sejumlah dana yang dipertanggungjawabkan. Dengan demikian sisa dana jamkesmas yang masih terdapat dalam rekening giro pos belum bisa diakui sebagai pendapatan Puskesmas.

Untuk tujuan pengendalian dan kepentingan transparansi, dana yang belum diklaim dan masih ada di rekening giro pos maka dana tersebut harus diungkapkan dalam CaLK pada akun kas. Pengungkapannya meliputi saldo awal, jumlah dana jamkesmas yang diterima dalam TA yang bersangkutan, jumlah dana yang dicairkan (diklaim) dan saldo akhir.

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

Page 64: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 30

37. Q : Kapan pendapatan dari program Jamkesmas diakui oleh Puskesmas?

A : Pencairan dana untuk tahap awal dan pengakuan pendapatan dari program Jamkesmas dilakukan oleh Puskesmas setelah Puskesmas membuat Plan of Action (POA) dan pencairan dana tahap berikutnya dapat dilakukan setelah membuat laporan pemanfaatan dana sebelumnya dan laporan hasil kegiatan. Laporan-laporan tersebut dilakukan verifikasi oleh Tim Pengelola Jamkesmas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dari hasil pengecekan (verifikasi tersebut) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memberikan rekomendasi untuk pencairan dana berikutnya. Puskesmas tidak boleh mencairkan dana dari rekening giro pos Puskesmas apabila bukti pengambilan/slip tidak disahkan oleh kepala dinas kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang ditunjuk.

Dasar Hukum : Keputusan Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat No: HK.02.04/BI.1/2708/09 tgl 21 Agustus 2009 tentang Petunjuk Teknis Program Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2009

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

38. Q : Terdapat perbedaan aturan penggunaan langsung penerimaan Puskesmas antara Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas Tahun 2010 dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 (asas bruto). Bagaimana perlakuan akuntansinya ?

A : Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas Tahun 2010 mengatur bahwa penerimaan Puskesmas dapat digunakan langsung oleh Puskesmas sedangkan dalam UU No. 17 Tahun 2003, Permendagri No. 13 Tahun 2006 diatur bahwa setiap penerimaan Daerah harus segera disetorkan ke Kas Daerah.

Dengan kompleksnya perlakuan akuntansi atas penerimaan dan penggunaan langsung dan yang diterima di puskesmas, maka untuk memenuhi asersi kelengkapan baik penerimaan maupun penggunaan langsung di puskesmas harus diungkapkan dalam CaLK.

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

Page 65: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 31

Belanja

39. Q : Dalam pemeriksaan sering dijumpai pencairan uang tanpa SP2D dan hanya berdasar SPM. Apakah dapat diperbolehkan ?

A : Pedoman pengelolaan keuangan daerah telah diatur dalam PP Nomor 58 tahun 2005 dan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 tahun 2007. Pasal 65 PP Nomor 58 tahun 2005 menyatakan bahwa:

1) Ayat (1) : Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPM yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;

2) Ayat (2) : Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan penerbitan SP2D oleh kuasa BUD.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD. Berdasarkan ketentuan tersebut, pencairan uang dari Kas Daerah dapat dikatakan sah jika dilakukan melalui penerbitan SP2D, dengan sebelumnya didasari atas SPP dan SPM.

Jika pencairan uang tanpa SP2D digunakan untuk pengadaan barang/jasa, perlu diyakini bahwa barang/jasa telah diterima (ada). Masukkan permasalahan tersebut dalam laporan kepatuhan/SPI dan jelaskan hal tersebut dalam CALK pada akun ybs.

Jika pencairan uang tanpa SP2D tidak didukung dengan bukti yang lengkap dan sah serta tidak ada bukti bahwa barang/jasa telah diterima, hal tersebut berpengaruh kepada opini jika material. Masukkan permasalahan tersebut dalam laporan kepatuhan/spi.

Jika menurut sistem yang berlaku di Pemda yang bersangkutan, SPM sekaligus berfungsi sebagai SP2D maka disajikan dalam Temuan SPI dan direkomendasikan untuk merubah sistem sesuai ketentuan.

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

40. Q : Bagaimana penyajian di LK atas SP2D yang telah diterbitkan, tetapi kas belum keluar dari rekening Pemda di Bank Persepsi ?

A : 1) Atas SP2D yang telah diterbitkan tetapi kas belum keluar dari rekening Pemda di Bank Persepsi tersebut sudah dapat disajikan dalam LRA,

Page 66: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 32

dan LAK;. Kas Daerah yang disajikan di neraca adalah kas yang ada di rekening koran setelah direkonsiliasi.

2) Ungkapkan dalam CaLK atas akun Kas di Neraca dan LAK, bahwa terdapat SP2D yang belum dicairkan.

Kesimpulan: cukup jelas

41. Q: Apakah langkah pemeriksa bila ditemukan kegiatan yang tidak tersedia anggaran ?

A : 1) Ungkap sebagai temuan kepatuhan (bertentangan dengan UU Nomor 1 Tahun 2004);

2) Bila material, harus menjadi pertimbangan pemberian opini.

Kesimpulan: cukup jelas

42. Q : Saat melakukan pemeriksaan terkait Bansos, Pengadaan Barang, ataupun Pembangunan Fisik, Tim sering berdebat sedalam apa pemeriksaan tersebut harus dilakukan khususnya untuk mendeteksi terjadinya Ketidakpatuhan atau Fraud. Saat memeriksa Bansos, apakah harus memeriksa sampai kepenerima dan penggunaannya atau cukup sampai dengan bukti pengeluaran berupa SPM, SP2D dan tanda tangan penerima? Demikian juga saat memeriksa Pengadaan Barang atau Pembangunan Fisik apakah perlu diperdalam hingga ke rekanan ataupun menggunakan konsultan atau uji laboratorium untuk menguji hasil pembangunan fisik?

A : Dalam SPKN dinyatakan di bagian Pernyataan Standar Pelaksanaan Tambahan Ketiga sebagai berikut. 1) Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan

keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap ketentuan kontrak/perjanjian yang berpengaruh langsung dan material terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan. Jika informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, diantaranya terdapat informasi tersebut memberikan bukti yang berkaitan dengan penyimpangan dari ketentuan dan peraturan perundang-undangan serta ketidakpatuhan terhadap kontrak/perjanjian yang berpengaruh material tetapi tidak langsung terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan khusus untuk memastikan bahwa penyimpangan dari

Page 67: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 33

ketentuan dan peraturan perundang-undangan serta ketidakpatuhan terhadap kontrak/perjanjian telah terjadi atau akan terjadi.

2) Pemeriksa harus waspada pada situasi atau kondisi yang mungkin merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan, dan jika timbul indikasi hal tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan khusus untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atau ketidakpatutan telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan.

Kesimpulan: Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan khusus bila ada 1) bukti atau indikasi dan 2) berpengaruh material atau signifikan terhadap penyajian laporan keuangan. Sebagai tambahan apabila dimasyarakat hal bukti/indikasi terkait ketidakpatuhan/fraud telah beredar dan menjadi isu publik, maka hal ini pun dapat dijadikan pertimbangan oleh pemeriksa untuk menerapkan prosedur pemeriksaan khusus tersebut.

43. Q : Bagaimana sikap kita atas permasalah Proyek fisik belum selesai (prestasi proyek 80%) pada 31 Desember, tetapi uang sudah dicairkan (dipertanggungjawabkan 100%) dengan dokumen pembayaran fiktif dengan kondisi fisik sampai dengan pemeriksaan berakhir tetap belum selesai dan telah selesai ?

A : 1) Ungkap dalam temuan kepatuhan karena tidak sesuai:

(1) UU No 1 tahun 2004 psl 21 ayat (1) yang menyatakan Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima.

(2) PP No. 58 Tahun 2005 pasal 60 ayat (1) yang menyatakan Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.

2) Jika telah dicairkan ke rekening rekanan (kemudian diblokir), maka:

(1) Dalam Neraca, Aset Tetap perlu diusulkan koreksi menjadi KDP. Nilai yang diakui dalam KDP sebesar progress fisik pekerjaan yang telah diserahkan kepada Pemda (termin yang telah dibayar ditambah progress fisik yang telah diserahkan namun belum

Page 68: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 34

dibayar). Contoh: Pembayaran 100%, progress fisik 70%.

Jurnal di Neraca:

KDP 70%

EDI-Aset Tetap 30%

Aset Tetap 100%

(2) Piutang merupakan tuntutan terhadap pihak tertentu yang penyelesaiannya diharapkan dalam bentuk kas selama kegiatan normal entitas. Oleh karena itu pengakuan piutang yang dilakukan oleh pemerintah daerah menjadi tidak pas karena tidak sesuai dengan definisi diatas. Selain itu, dalam hal dana yang ditransfer ke rekening rekanan diblokir, maka rekanan tidak dapat mengakses atau menggunakan dana yang ditransfer tersebut, sehingga pengakuan piutang menjadi tidak tepat.

Kondisi tersebut lebih mencerminkan pembayaran belanja yang masih belum direalisasikan, maka sebaiknya dicatat sebagai aset lainnya (beban dibayar dimuka).

Jurnal di Neraca:

Aset Lainnya 30%

EDI 30%

(3) Dalam LRA, Belanja Modal yang tercatat sebesar 100% tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Hal ini tidak memenuhi asersi “Keterjadian (Occurence)”. Sehubungan kondisi tersebut tidak memenuhi asersi “keterjadian” maka berdampak terhadap kewajaran penyajian Belanja Modal dan dapat dijadikan alasan pengecualian dalam opini.

3) Jika telah dicairkan ke rekening titipan bank daerah (bukan dalam bentuk giro/tabungan yang dikuasai BUD/Bendahara Pengeluaran), maka:

(1) Perlakuan sama dengan butir 2.a. di atas.

(2) Tidak ada pengakuan Piutang Lainnya (Aset Lancar) di Neraca karena tidak ada pihak yang berhutang.

Page 69: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 35

(3) Dalam LRA , Belanja Modal yang tercatat sebesar 100% tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Hal ini tidak memenuhi asersi “Keterjadian (Occurence)”. Sehubungan kondisi tersebut tidak memenuhi asersi “keterjadian” maka berdampak terhadap kewajaran penyajian Belanja Modal dan dapat dijadikan alasan pengecualian dalam opini.

(4) Adanya dana dalam Rekening Titipan juga dapat dijadikan dasar pengecualian opini karena masih ada kas pada rekening yang tidak jelas status hak dan kewajibannya. (pengecualian pada akun Kas)

4) Jika telah dicairkan ke rekening selain Kas Daerah namun masih dikuasai Pemda (seperti rekening giro/tabungan yang dikuasai BUD namun tidak dilaporkan atau rekening Bendahara Pengeluaran), maka:

(1) Perlakuan sama dengan butir 2.a. di atas.

(2) Tidak ada pengakuan Piutang Lainnya (Aset Lancar) di Neraca karena tidak ada pihak yang berhutang.

(3) Adanya kas pada rekening giro/tabungan yang dikuasai BUD namun tidak dilaporkan atau kas pada rekening Bendahara Pengeluaran untuk menampung pembayaran yang melebihi progress fisik, sebenarnya harus dilaporkan dalam Neraca. Namun demikian, pengakuan kas tersebut harus juga mengakui (sisi kredit) EDL-SILPA.

Karena dalam LRA tidak ada usulan koreksi (jika tidak diperkenankan koreksi Belanja Modal di LRA), maka SILPA di LRA tidak berubah (tetap). Oleh karena itu, jika dilakukan koreksi pengakuan Kas (debet) dan EDL-SILPA (kredit) di Neraca, akan timbul perbedaan saldo SILPA di LRA dengan SILPA di Neraca.

Oleh karena itu, tidak dapat diakui Kas (debet) dan EDL-SILPA (kredit) di Neraca.

Dengan demikian, kondisi tersebut mengakibatkan saldo Kas di Neraca dapat dijadikan dasar pengecualian karena tidak memenuhi asersi “kelengkapan (completeness).”

(5) Dalam LRA , Belanja Modal yang tercatat sebesar 100% tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Hal ini tidak memenuhi asersi “Keterjadian (Occurence)”. Sehubungan kondisi tersebut tidak memenuhi asersi “keterjadian” maka berdampak terhadap

Page 70: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 36

kewajaran penyajian Belanja Modal dan dapat dijadikan alasan pengecualian dalam opini.

5) Jika telah dicairkan ke rekening rekanan dan rekanan menerbitkan jaminan bank atas pembayaran yang belum terrealisasi pekerjaannya, maka:

(1) Perlakuan sama dengan usulan kebijakan 2a.

(2) Adanya garansi bank yang diberikan oleh rekanan perlu dicatat oleh Pemerintah Daerah dalam CaLK.

(3) Perlakuan sama dengan usulan kebijakan 2c.

Namun demikian, karena kasus ini terjadi secara nasional dan belum ada jalan keluarnya, sedangkan sistem anggaran dan sistem akuntansi tidak menjembatani atau memberi jalan keluar kejadian tersebut, maka kebijakan sementara adalah sbb:

(1) Apabila pada saat pekerjaan lapangan berlangsung dan fisik pekerjaan sudah selesai, maka perlu diungkapkan sebagai temuan, namun tidak mempengaruhi opini;

(2) Apabila pada saat auditor memulai pemeriksaan (entry) dan fisik pekerjaan belum selesai, maka berlaku langkah nomor 1 s.d. 5

Kesimpulan: cukup jelas

44. Q : Apakah SE Bappenas juga mengikat bagi pemerintah daerah jika pemerintah daerah telah menetapkan standar biaya untuk biaya langsung personil dan non personil (termasuk hal-hal yang mengatur boleh dan tidaknya pengeluaran yang dibebankan dalam kontrak jasa kontraktual)?

A : SE Bappenas tidak dapat digunakan sebagai kriteria dalam pemeriksaan jasa konsultan sejak keluarkan Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Kesimpulan: cukup jelas

45. Q : Bagaimana dengan Kompensasi masa pemeliharaan dengan penahanan pembayaraan (biasanya 5%).

A : 1) Jika sampai dengan 31 Desember penyerahan pertama telah diterima pemda 100% (fisik 100%), pembayaran dilakukan 100%, dan pihak ketiga menyerahkan bank garansi senilai 5% dari total kontrak, maka

Page 71: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 37

dalam Neraca diakui Aset Tetap yang bersangkutan (bukan KDP) sebesar 100% dan dalam LRA diakui Belanja Modal sebesar 100%. Adanya jaminan bank (bank garansi) tersebut harus diungkapkan dalam CALK.

2) Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 (Perubahan Keempat), pembayaran termin terakhir atas penyerahan pekerjaan yang sudah jadi dari Pihak Ketiga, dapat dilakukan melalui dua (2) cara yaitu:

1. Pembayaran dilakukan sebesar 95 % (sembilan puluh lima persen) dari nilai kontrak, sedangkan yang 5 % (lima persen) merupakan retensi selama masa pemeliharaan.

2. Pembayaran dilakukan sebesar 100 % (seratus persen) dari nilai kontrak dan penyedia barang/jasa harus menyerahkan jaminan bank sebesar 5 % (lima persen) dari nilai kontrak yang diterbitkan oleh Bank Umum atau oleh perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan direasuransikan sesuai dengan ketentuan Menteri Keuangan. Penahanan pembayaran senilai 5 (lima) persen dari nilai kontrak seperti dimaksud dalam nomor 1 harus diakui sebagai utang retensi, sedangkan jaminan bank untuk pemeliharaan harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Kesimpulan: cukup jelas

46. Q : Bagaimana bila ditemukan pembayaran pekerjaan yang melebihi prestasi ?

A : Jika kondisi ini terjadi, maka perlakuannya sama dengan perlakuan pada permasalahan pertama: : Proyek fisik belum selesai pada 31 Desember, tetapi uang sudah dicairkan dengan dokumen pembayaran fiktif.

Kesimpulan: cukup jelas

47. Q : Pemda mengadakan tanah untuk keperluan pembangunan fasilitas publik dan bangunan dinas. Atas pengadaan tersebut, bukti pertanggungjawaban belanja modal pengadaan tanah tidak dilengkapi dengan pemungutan dan penyetoran PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah. Apakah hal tersebut dibenarkan ?

A : 1) Prosedur pemeriksaan yang perlu dikembangkan adalah untuk memperoleh keyakinan: apakah persyaratan khusus pelaksanaan

Page 72: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 38

pembangunan untuk kepentingan umum atas tanah yang diadakan tersebut terpenuhi atau tidak, apakah Pemda telah berkonsultasi dengan pihak KPP terdekat tentang kewajiban PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah yang diadakan, apakah PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah yang diadakan telah dipungut Bendahara Pemda, apakah PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah yang diadakan telah disetorkan ke Kas Negara.

2) Jika persyaratan khusus pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum atas tanah yang diadakan tersebut terpenuhi dan PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah yang diadakan telah dipungut Bendahara Pemda, maka pemeriksa menyusun temuan pemeriksaan dengan saran agar Pemda segera berkoordinasi dengan KPP terdekat tentang penyetoran PPh oleh pihak yang tidak wajib bayar menindaklanjuti sesuai hasil koordinasi.

3) Jika persyaratan khusus pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum atas tanah yang diadakan tersebut tidak terpenuhi dan PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah yang diadakan tidak dipungut Bendahara Pemda, maka pemeriksa menyusun temuan pemeriksaan yang tidak mempengaruhi kewajaran LKPD dengan saran segera memungut dan menyetorkan PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah ke Kas Negara, dengan terlebih dahulu Pemda berkoordinasi dengan KPP terdekat tentang penerbitan SKP atas PPh tersebut. Selain menyusun temuan pemeriksaan, pemeriksa menyarankan pengungkapan dalam CALK atas kondisi tersebut (termasuk pengungkapan keberadaan SKP yang diterbitkan KPP atas kewajiban bayar PPh tersebut).

4) Jika persyaratan khusus pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum atas tanah yang diadakan tersebut tidak terpenuhi dan PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah yang diadakan telah dipungut Bendahara Pemda namun belum disetorkan ke Kas Negara, maka pemeriksa menyusun temuan pemeriksaan yang tidak mempengaruhi kewajaran LKPD dengan saran segera menyetorkan ke Kas Negara dan mengajukan usulan koreksi tambah atas Utang PFK dan Kas di Bendahara (pada penjelasan akun Utang PFK dan Kas di Bendahara dijelaskan bahwa nilainya termasuk potongan PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah yang belum disetorkan ke Kas Negara).

Kesimpulan: cukup jelas

Page 73: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 39

48. Q : Bagaimana pertanggungjawaban biaya langsung personil dan non personil, apakah perlu dilengkapi dengan bukti pembayaran kepada tenaga ahli dan atau pendukung maupun biaya lainnya?

A : Karena biaya yang bersifat reimbursable hanya non personil maka pertanggungjawaban biaya langsung non personil adalah bukti-bukti pengeluaran untuk biaya non personil. Apabila jumlahnya material dan tidak dilengkapi bukti maka dapat mempengaruhi opini atas laporan keuangan.

Kesimpulan: cukup jelas

49. Q : Apakah diperbolehkan pemberian belanja Bantuan Keuangan kepada instansi vertikal dan/atau Hibah uang ke instansi vertikal ?

A : Permendagri nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pasal 42 ayat (1) yang pada intinya menyatakan bahwa belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. Selain itu, Pasal 43 ayat (1) dan (5) pada intinya menyatakan bahwa hibah kepada pemerintah bertujuan untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah dan harus dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap akhir tahun anggaran.

Kesimpulan:

1) Diperbolehkan, selama bantuan keuangan tersebut dilaporkan oleh pemda kepada menkeu/mendagri. Disamping itu, periksa apakah pemda mendapat tembusan laporan penggunaan bantuan keuangan yang dibuat oleh instansi vertikal ybs kepada instansi pusatnya;

2) Apabila pemda tidak mendapat tembusan pemberitahuan tersebut, harus diungkapkan dalam CaLK dan tidak mempengaruhi opini.

50. Q : Bagaimana perlakuan Belanja perjalanan dinas ?

A : 1) Perjalanan dinas yang bersifat at cost dipertanggungjawabkan dengan Surat Tugas, SPPD, dan bukti pengeluaran belanja atas perjalanan dinas tersebut, antara lain bukti tiket, bukti kwitansi hotel dan atau bukti sewa kendaraan (SPJ).

Page 74: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 40

2) Perjalanan dinas yang bersifat lumpsum, dipertanggungjawabkan dengan Surat Tugas, SPPD yang di stempel oleh instansi tujuan dan Output sesuai dengan tujuan penugasan tersebut.

3) Jika pemeriksa memiliki pertimbangan risiko perjalanan dinas fiktif maka dapat memperluas prosedur untuk meyakinkan keterjadian perjalanan dinas tersebut.

Dasar Kebijakan : Peraturan Kepala Daerah

Kesimpulan: cukup jelas

51. Q : Hibah dalam bentuk barang dianggarkan dalam dan direalisasikan belanja modal. Apakah hal tersebut diperbolehkan ?

A : 1) Permasalahan realisasi anggaran yang tidak sesuai dengan anggaran dimuat dalam temuan dan diungkapkan dalam CaLK. Mengenai pengaruh ke opini lihat panduan penentuan opini.

2) Perlakuan terhadap aset lihat FAQ No. 16.

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

52. Q : Hibah dalam bentuk barang dianggarkan dalam dan direalisasikan dari belanja barang. Apakah boleh ?

A : 1) Jika yang dimaksud hibah adalah penyerahan barang kepada masyarakat maka dapat dianggarkan dalam belanja barang, belanja bantuan sosial atau belanja hibah. Pemberian bantuan sosial/hibah dalam bentuk tunai/uang tidak dapat dianggarkan dalam Belanja barang.

2) Hibah dalam bentuk barang yang dianggarkan dalam belanja barang diungkap dalam CaLK.

3) Apabila sampai akhir tahun masih terdapat barang yang belum diberikan kepada penerima hibah maka barang tersebut disajikan sebagai persediaan dalam neraca pemda.

Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas

53. Q : Bagaimana bila dalam pemeriksaan LK ditemukan kesalahan pembebanan atau fakta tidak sesuai dengan realisasi anggaran yang tersaji contoh: tersaji realisasi anggaran membeli mobil ternyata yang dibeli membeli kambing?

Page 75: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 41

A : 1) Tidak perlu dilakukan koreksi pembukuan pada LRA. Koreksi pembukuan dilakukan di Neraca untuk a) kapitalisasi Aset Tetap yang dihasilkan dari belanja selain Belanja Modal dan b) tidak mengkapitalisasi pengeluaran yang tidak menghasilkan Aset tetap dari Belanja Modal yang digunakan untuk jenis belanja lain.

2) Diungkapkan dalam CaLK pada pos realisasi anggaran (seperti contoh: Belanja Mobil).

3) Penjelasan lebih lanjut mengenai pengaruh pada opini dapat dilihat pada Bab 9 Lampiran 9.5.

Kesimpulan: cukup jelas

54. Q : Bagaimana bentuk pertanggungjawaban Belanja Penunjang Operasional (BPO) Pimpinan DPRD ?

A : Tata cara dan bentuk Pertanggungjawaban BPO pimpinan DPRD diatur dalam Permendagri Nomor 21 tahun 2007 pasal 12 ayat (1) dan (2) dan Pasal 13. Dalam pasal-pasal tersebut diuraikan hal sebagai berikut.

1) Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bertanggungjawab atas pengelolaan BPO Pimpinan DPRD.

2) Sekretaris DPRD selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang mengajukan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) untuk pencairan BPO Pimpinan DPRD sebesar 1/12 (satu perduabelas) dari pagu 1 (satu) tahun anggaran kepada Bendahara Umum Daerah dengan melampirkan:

(1) kuitansi sebagai tanda terima yang ditandatangani oleh Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang; dan

(2) pakta integritas yang sudah ditandatangani Pimpinan DPRD yang menjelaskan penggunaan dana akan sesuai dengan peruntukannya.

3) Pengajuan pencairan dana untuk bulan berikutnya dapat dilakukan sepanjang penggunaan dana yang sudah diterima telah dipertanggungjawabkan.

4) Bentuk pertanggungjawaban BPO Pimpinan DPRD sebagai berikut.

Page 76: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 42

(1) Dalam rangka pertanggungjawaban BPO Pimpinan DPRD, Pimpinan DPRD wajib menandatangani pakta integritas yang menjelaskan penggunaan dana telah sesuai dengan peruntukannya.

(2) Pertanggungjawaban penggunaan BPO Pimpinan DPRD dibuktikan dengan laporan hasil pelaksanaan tugas yang dilengkapi dengan rincian penggunaan BPO Pimpinan DPRD.

(3) Rincian penggunaan BPO Pimpinan DPRD memuat kegiatan, tujuan, penerima (masyarakat/Kelompok masyarakat) dan waktu penggunaan dana yang ditandatangani Pimpinan DPRD.

(4) Bukti pertanggungjawaban penggunaan dana disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran setiap bulan paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

Kesimpulan:

Bentuk pertanggungjawaban Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD :

1) kuitansi sebagai tanda terima yang ditandatangani oleh Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang; dan

2) pakta integritas yang sudah ditandatangani Pimpinan DPRD yang menjelaskan penggunaan dana akan sesuai dengan peruntukannya.

55. Q : Apakah diperbolehkan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD melebihi ketentuan yang telah ditetapkan ?

A : Apabila BPO Pimpinan DPRD melebihi ketentuan sebagaimana telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Permendagri No 21 Tahun 2007, maka atas kelebihan pembayaran tersebut harus disetorkan ke Kas Daerah. Karena dalam masalah ini sudah jelas aturan mengenai besaran BPO pimpinan DPRD.

Kesimpulan:

BPO yang melebihi ketentuan yang telah ditetapkan harus disetorkan ke Kas Daerah.

Page 77: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 43

56. Q : Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD dengan Belanja Penunjang Operasional Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah apakah dapat dipersamakan perlakuannya terutama terkait dengan bukti pertanggungjawabannya ?

A : BPO Pimpinan DPRD sesuai dengan tujuan pemberiannya adalah dana yang disediakan bagi pimpinan DPRD setiap bulan untuk menunjang kegiatan operasional yang berkaitan dengan representasi, pelayanan, dan kebutuhan lain guna melancarkan pelaksanaan tugas pimpinan DPRD sehari-hari, sedangkan BPO KDH/WKDH sesuai dengan ketentuan PP 109 Tahun 2000 bahwa biaya penunjang operasional KDH/WKDH dipergunakan untuk koordinasi,. penanggulangan kerawanan sosial masyarakat, pengamanan dan kegiatan khusus lainnya guna mendukung pelaksanaan tugas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Berdasarkan Penjelasan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2007 dinyatakan bahwa penyediaan Belanja Penunjang Operasinal DPRD mempertimbangkan prinsip kesetaraan yang dicerminkan dari adanya kesetaraan antara Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan Pimpinan DPRD yang masing-masing memperolah dana operasional.

Kesimpulan:

Dengan demikian, maka selayaknya pertanggungjawaban Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD dengan Belanja Penunjang Operasional Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah disesuaikan dengan jenis belanjanya.

57. Q : Bagaimana bila BPO DPRD digunakan tidak sesuai dengan ketentuan ?

A : BPO Pimpinan DPRD dipergunakan untuk :

1) Representasi, antara lain menyampaikan berbagai informasi dan permasalahan yang ada di masyarakat, melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPRD kepada seluruh Anggota DPRD.

2) Pelayanan, antara lain untuk pelayanan keamanan dan transportasi.

3) kebutuhan lain, antara lain untuk mengikuti upacara kenegaraan, upacara peringatan hari jadi daerah, pelantikan pejabat daerah, melakukan koordinasi dan konsultasi kepada kepala daerah, musyawarah pimpinan daerah, dan tokoh-tokoh masyarakat, menjadi juru bicara DPRD dan pemberian bantuan kepada masyarakat/kelompok masyarakat yang sifatnya insidental.

Page 78: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 44

Kesimpulan:

Dalam kaitan pemeriksaan LKPD ini pertanggungjawaban BPO Pimpinan DPRD, dianggap lengkap sepanjang memenuhi persyaratan di atas

58. Q : Apakah bantuan keuangan kepada Muspida diperbolehkan?

A : Tidak diperbolehkan, yang diperbolehkan adalah pemberian honorarium kepada Muspida yang melekat pada kegiatan. Namun demikian perlu dilakukan pengujian apakah pemberian honorarium tersebut melekat pada kegiatan dan jumlahnya wajar..

Kesimpulan: cukup jelas

59. Q : Bagaimana definisi pemberian bantuan sosial tidak diberikan secara terus menerus?

A : Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.

Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sifatnya tidak terus-menerus dan selektif.

Tidak terus menerus diartikan bahwa bantuan sosial tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran. Dengan demikian perlu dicermati apakah pemberian bantuan sosial tersebut telah diberikan kepada pihak yang memang benar-benar membutuhkan (lakukan konfirmasi jika perlu. Perlu diperhatikan peraturan kepala daerah yang mengatur tentang syarat-syarat penerima bantuan.

Pemberian belanja bantuan sosial umumnya bersifat sementara dan tidak terus menerus, namun terdapat kondisi dimana Belanja Bantuan Sosial tersebut diberikan secara terus menerus atau berkelanjutan. Yang dimaksud dengan Belanja Bantuan Sosial berkelanjutan yaitu bantuan yang diberikan secara terus menerus untuk mempertahankan taraf kesejahteraan sosial dan upaya untuk mengembangkan kemandirian.

Belanja bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus menerus/tidak mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak wajib dan

Page 79: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 45

tidak harus diberikan setiap tahun anggaran, belanja bantuan sosial dihentikan pada saat pihak yang dibantu telah lepas dari masalah sosial tersebut. Bantuan sosial dapat terus menerus, misalnya untuk menjaga kinerja sosial yang telah tercapai agar jangan menurun kembali.

Jangka waktu pemberian belanja bantuan sosial kepada anggota masyarakat atau kelompok masyarakat tergantung pada apakah si penerima bantuan masih memenuhi kriteria/persyaratan sebagai pihak yang berhak menerima bantuan.

Apabila si penerima sudah tidak termasuk yang mempunyai resiko sosial, telah dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum maka kepada yang bersangkutan tidak dapat diberikan bantuan lagi.

Contoh yang bersifat sementara: Pemerintah memberikan bantuan terhadap orang cacat, namun setelah orang tersebut dapat mandiri, belanja bantuan sosial tersebut dihentikan.

Contoh yang bersifat berkelanjutan: Pemerintah memberikan bantuan terhadap orang cacat yang tidak pernah dapat mandiri, belanja bantuan sosial tersebut dapat diberikan secara berkelanjutan.

Kesimpulan: cukup jelas

60. Q : Bagaimana pertanggungjawaban bantuan sosial dan belanja hibah, apakah sampai dengan laporan pertanggungjawaban. Jika tidak terdapat laporan pertanggungjawaban apakah mempengaruhi opini?

A : Pengeluaran bantuan sosial dan belanja hibah dianggap sah apabila telah dilengkapi dengan proposal atau permintaan dari penerima dan persetujuan kepala daerah serta SP2D yang sah dan nota hibah. Pemeriksa juga harus memperhatikan peraturan yang ada pada masing-masing daerah terkait belanja sosial misalnya peraturan kepala daerah mengatur bagaimana kewajiban penerima bantuan, apakah mewajibkan menyampaikan bantuan atau tidak. Perlu diperdalam apabila berindikasi fiktif atau diberikan kepada pihak yang tidak memenuhi kriteria, maka belanja bantuan tersebut dapat mempengaruhi opini atas laporan keuangan (tergantung tingkat materialitasnya)

Kesimpulan: cukup jelas

61. Q : Apakah diperbolehkan pemberian hibah kepada klub sepakbola yang mengikuti liga profesional?

Page 80: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 46

A : Diperbolehkan sebaiknya melalui KONI sepanjang belum ada peraturan yang melarang Namun perlu dilakukan pengujian atas pengendalian intern mekanisme penyaluran bantuan kepada klub sepakbola tersebut.

Kesimpulan: cukup jelas

Laporan Arus Kas

62. Q : Apa yang menjadi dasar penyusunan LAK SP2D atau SPJ?

A : Arus kas adalah arus masuk dan arus masuk keluar kas dan setara kas pada BUD. Pada prinsipnya penggunaan kedua dasar penyusunan LAK tersebut akan menghasilkan saldo kas sama. Mengingat secara substansi tidak terdapat perbedaan maka dikembalikan kembali kepada masing-masing pemerintah daerah dengan catatan saldo yang disajikan dalam LAK dapat diyakini. Dasar hukum : PSAP 03 Laporan Arus Kas

Kesimpulan: cukup jelas

63. Q : Jenis transaksi apa yang tidak akan tersaji dalam LAK?

A : Transaksi yang tidak tersaji dalam LAK adalah pemotongan dan pemungutan PFK oleh Bendahara pengeluaran, transaksi kas di BLUD.

Dasar hukum : PSAP 03 Laporan Arus Kas paragraf 29.

Kesimpulan: cukup jelas

64. Q : Apakah SILPA Tahun Lalu disajikan seluruhnya atau sebagian sebagai penerimaan pembiayaan dalam LRA tahun berjalan?

A : Pada umumnya Realisasi SILPA di LRA tahun berjalan adalah sebesar SILPA tahun lalu namun dalam hal Perda APBD menetapkan jumlah tertentu misalnya hanya sebesar jumlah defisit maka penyajiaanya mengikuti Perda tersebut.

Kesimpulan: cukup jelas

65. Q : Ditemukan dalam pemeriksaan hal-hal berikut :

a) SPJ dipertanggungjawaban antara tanggal 31 Desember sampai dengan tanggal 10 Januari TA berikutnya;

Page 81: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 47

b) SPJ dipertanggungjawabkan setelah tanggal 10 Januari sampai tanggal pemeriksaan berakhir;

c) Penyajian penyetoran sisa UP Tahun lalu di LAK.

A : Permasalahan a. 1. Disajikan sebagai beban di LRA, 2. tidak tersaji sebagai kas di bendahara pengeluaran, 3. disajikan sebagai pengeluaran atas mata anggaran beban di LAK

Permasalahan b. 1. Disajikan sebagai beban di LRA, 2. tidak tersaji sebagai kas di bendahara pengeluaran, 3. Diungkap dalam Temuan

Permasalahan c. Disajikan sebagai hasil aktivitas non anggaranpenerimaan sisa UP tahun

lalu.

Kesimpulan: cukup jelas

64. Q : Mohon penjelasan atas hal berikut. a. SPJ belum dipertanggungjawabkan sampai pemeriksaan berakhir; b. SPJ tidak lengkap; c. SPJ tidak diperoleh dan tidak ada prosedur pemeriksaan lain.

A : Permasalahan a, b dan c dijadikan temuan pemeriksaan dan jika material dapat mempengaruhi opini.

Kesimpulan: cukup jelas

65. Q : Bagaimana perlakuan akuntansi apabila Pemda menerima hibah dalam bentuk non kas?

A : Penerimaan hibah non kas diungkapkan dalam CALK dan aset perolehan hibah dicatat dalam neraca.

Kesimpulan: cukup jelas

Page 82: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi………… 1

Pemeriksaan Atas Laporan KeuanganPemerintah ..............

Tahun Anggaran...........BPK RI

PEMAHAMAN TUJUAN DAN HARAPAN PENUGASAN

I. Tujuan Penugasan

Tujuan pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) TA ......... adalah untuk memperoleh keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah LKPD telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum dengan memperhatikan:

1. Kesesuaian LKPD dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). 2. Kecukupan pengungkapan. 3. Konsistensi penerapan prinsip akuntansi. 4. Efektivitas sistem pengendalian intern. 5. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

II. Harapan Penugasan

1. Standar PemeriksaanDalam rangka pencapaian tujuan pemeriksaan di atas, pemeriksa LKPD Tahun Anggaran ......... melakukan pemeriksaan laporan keuangan berdasarkan SPKN, dengan memberlakukan SPAP untuk standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, kecuali diatur lain dalam SPKN.

2. Jadwal Waktu PemeriksaanPemeriksaan LKPD Tahun .......... harus diselesaikan sesuai dengan jadwal waktu dalam peraturan perundang-undangan, yaitu 2 (dua) bulan sejak LKPD Tahun 2009 diterima oleh BPK. Penyelesaian pemeriksaan tersebut diwujudkan dengan penyampaian laporan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD.

3. Fokus dan Sasaran PemeriksaanBerdasarkan hasil pemeriksaan LKPD Tahun Anggaran .... dan ........ serta hasil pemeriksaan interim fokus dan sasaran pemeriksaan Pemeriksaan LKPD TA ........meliputi pengujian atas: 1) Kewajaran penyajian saldo akun dalam neraca per 31 Desember 20...; 2) Kewajaran penyajian saldo akun dan transaksi pada Laporan Realisasi

Anggaran (LRA) dan Laporan Arus Kas TA 20.......; 3) Kecukupan pengungkapan informasi keuangan pada Catatan Atas Laporan

Keuangan.

Page 83: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi………… 2

4) Konsistensi penerapan prinsip akuntansi 5) Efektivitas desain dan implementasi sistem pengendalian intern termasuk

pertimbangan hasil pemeriksaan sebelumnya yang terkait dengan penyajian dan pengungkapan akun-akun dalam laporan keuangan;

6) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Pengujian atas Laporan Keuangan bertujuan untuk menguji semua pernyataan manajemen (asersi manajemen) dalam informasi keuangan, efektifitas pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang – undangan yang berlaku meliputi :

1) Keberadaan dan keterjadian Bahwa seluruh aset dan kewajiban yang disajikan dalam neraca per 31 Desember 20...... benar-benar ada dan seluruh transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan anggaran yang disajikan dalam LRA TA 20..... terjadi selama periode tersebut serta telah didukung dengan bukti – bukti yang memadai.

2) Kelengkapan Bahwa semua aset, kewajiban, dan equitas dana yang dimiliki telah dicatat dalam neraca dan seluruh transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan yang terjadi selama Tahun 20.... telah dicatat dalam LRA.

3) Hak dan Kewajiban Bahwa seluruh aset yang tercatat dalam neraca benar-benar dimiliki atau hak dari pemerintah daerah dan utang yang tercatat merupakan kewajiban pemerintah daerah pada tanggal pelaporan.

4) Penilaian dan Alokasi Bahwa seluruh aset, utang, pendapatan dan belanja daerah, serta pembiayaan telah disajikan dengan jumlah dan nilai semestinya; diklasifikasikan sesuai dengan standar/ ketentuan yang telah ditetapkan; dan merupakan alokasi anggaran tahun 20.....

5) Penyajian dan Pengungkapan Bahwa seluruh komponen laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan ketentuan dan telah diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

III. Rencana Pencapaian Hasil Pemeriksaan yang Diharapkan

Mengingat waktu yang sangat terbatas tersebut, pemeriksaan LKPD Tahun Anggaran 20... didahului dengan pemeriksaan interim untuk melakukan pemeriksaan atas:

1. Pemahaman Entitas, Pemahaman Proses Bisnis, dan Penilaian Risiko;

2. Pengelolaan dan pertanggungjawaban atas saldo, mutasi penerimaan dan penggunaan dana pada rekening-rekening yang ditetapkan untuk semua kas milik daerah, terdiri dari:

1) Kas daerah yang dikuasai oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) yaitu yang tersimpan di: (1) Rekening Kas Umum Daerah yang dikelola oleh BUD (2) Rekening Operasional BUD yang terdiri dari:

Page 84: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi………… 3

(1)) Rekening Operasional Penerimaan; dan (2)) Rekening Operasional Pengeluaran

2) Kas yang dimiliki daerah, tetapi dikuasai bukan oleh BUD yaitu: (1) Rekening Operasional SKPD yang dikelola oleh bendahara daerah, terdiri

dari: (2) Rekening Operasional Penerimaan yang dikelola oleh Bendahara

Penerimaan SKPD. (3) Rekening Operasional Pengeluaran yang dikelola bendahara pengeluaran

SKPD. (4) Rekening yang menampung uang milik daerah, tetapi pengelolaannya

berada di luar BUD dan Bendahara Daerah. 3. Kegiatan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK RI sebelumnya dan

pelaksanaan rencana aksi yang dilakukan/dikoordinir oleh Inspektorat Daerah / Badan Pengawasan Daerah (Bawasda).

Penyelesaian pemeriksaan dan laporan hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut

Kegiatan Waktu Keterangan

Pemeriksaan Interim (apabila dilakukan)

Pemeriksaan atas LKPD Tahun 20......... (pengujian substantif dan saldo)

Penyampaian Temuan Pemeriksaan: Temuan tentang SPI Temuan tentang Kepatuhan Ikhtisar Koreksi

Sudah termasuk pembahasan dengan pejabat yang berwenang dari pemerintah daerah dan sudah diperoleh tanggapan resmi dan tertulis.

Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan atas LKPD Tahun 20........

Sudah termasuk pembahasan dan perolehan surat representasi.

[Kota kedudukan, tanggal, bulan, tahun]

Ketua Tim, Pengendali Teknis, Penanggungjawab/Pemberi Tugas,

............................

...........................

..............................

NIP. ......................

...............................

NIP. .....................

Page 85: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13
Page 86: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi ................ 1

DAFTAR ISI

Hal.

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN............................

LAPORAN KEUANGAN.....................................................................................................

1. NERACA....................................................................................................................

2. LAPORAN REALISASI ANGGARAN....................................................................

3. LAPORAN ARUS KAS.............................................................................................

4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN..........................................................

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN.............................................................................

Page 87: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi ................ 2

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca [NAMA ENTITAS] tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, Laporan Realisasi Anggaran, serta Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS].Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas Prinsip Akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] tanggal 31 Desember 2010dan 2009, Laporan Realisasi Anggaran, serta Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] tanggal 31 Desember 2010 dan 2009,realisasi anggaran dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

Page 88: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi ................ 3

[ KOTA KEDUDUKAN PERWAKILAN BPK ], [ TANGGAL]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan [ NAMA PERWAKILAN BPK ]

Penanggung Jawab Pemeriksaan

[ NAMA PENANGGUNG JAWAB ]

[ NOMOR REGISTER AKUNTAN ]

Page 89: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi ................ 4

NERACA

Page 90: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi ................ 5

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Page 91: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi ................ 6

LAPORAN ARUS KAS

Page 92: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi ................ 7

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Page 93: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi ................ 8

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

1. Dasar Hukum Pemeriksaan

a. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

b. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

c. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

d. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan LKPD TA 20xx adalah untuk memberikan opini atas tingkat kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria:

a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);

b. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures);

c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;

d. Efektivitas sistem pengendalian intern.

3. Sasaran Pemeriksaan

Sasaran pemeriksaan LKPD TA 20x1 meliputi pengujian atas:

a. Efektivitas desain dan implementasi sistem pengendalian intern termasuk

b. pertimbangan hasil pemeriksaan sebelumnya;

c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. Penyajian saldo akun-akun dan transaksi-transaksi pada Laporan Realisasi

e. Anggaran (LRA) dan Laporan Arus Kas TA 20x1 sesuai dengan SAP;

f. Penyajian saldo akun-akun dalam neraca per 31 Desember 20x1;

g. Pengungkapan informasi keuangan pada Catatan Atas Laporan Keuangan.

Pengujian atas Laporan Keuangan bertujuan untuk menguji semua pernyataan manajemen (asersi manajemen) dalam informasi keuangan, efektifitas pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang–undangan yang berlaku meliputi:

Page 94: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi ................ 9

a. Keberadaan dan keterjadian

Bahwa seluruh aset dan kewajiban yang disajikan dalam Neraca per 31 Desember 20x1 dan seluruh transaksi penerimaan, belanja dan pembiayaan anggaran yang disajikan dalam LRA TA 20x1 benar-benar ada dan terjadi selama periode tersebut serta telah didukung dengan bukti–bukti yang memadai.

b. Kelengkapan

Bahwa seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana yang dimiliki telah dicatat dalam neraca dan seluruh transaksi penerimaan daerah, belanja daerah dan pembiayaan yang terjadi selama Tahun Anggaran 20x1 telah dicatat dalam LRA.

c. Hak dan Kewajiban

Bahwa seluruh aset yang tercatat dalam neraca benar-benar dimiliki atau hak dari pemerintah daerah dan utang yang tercatat merupakan kewajiban pemerintah daerah pada tanggal pelaporan.

d. Penilaian dan Alokasi

Bahwa seluruh aset, utang, penerimaan dan belanja daerah, serta pembiayaan telah disajikan dengan jumlah dan nilai semestinya; diklasifikasikan sesuai dengan standar/ketentuan yang telah ditetapkan; dan merupakan alokasi biaya/anggaran Tahun Anggaran 20xx.

e. Penyajian dan Pengungkapan

Bahwa seluruh komponen laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan ketentuan dan telah diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

4. Standar Pemeriksaan

Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

5. Metode Pemeriksaan

Metodologi pemeriksaan atas LKPD Tahun 20xx meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu sebagai berikut:

a. Perencanaan Pemeriksaan

1) Pemahaman Entitas dan Sistem Pengendalian Intern

Pemahaman atas entitas dan sistem pengendalian intern dapat diperoleh dari laporan hasil pemeriksaan sebelumnya, laporan hasil pemeriksaan pendahuluan, catatan atas laporan keuangan yang diperiksa, pemantauan tindak lanjut, dan database yang telah dimiliki serta peraturan atau kebijakan tertulis/formal kepala daerah terkait.

Page 95: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi ................ 10

Pemahaman atas entitas tersebut meliputi pemahaman atas latar belakang/dasar hukum pendirian pemerintah daerah, kegiatan utama entitas termasuk sumber pendapatan daerah, lingkungan yang mempengaruhi, pejabat terkait sampai dengan dua tingkat vertikal ke bawah di bawah kepala daerah, dan kejadian luar biasa yang berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pemeriksa perlu mengidentifikasi kelemahan-kelemahan signifikan atau area-area kritis yang memerlukan perhatian mendalam, sehingga membantu Pemeriksa untuk (1) mengidentifikasi jenis potensi kesalahan, (2) mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material, (3) mendesain pengujian sistem pengendalian intern, dan (4) mendesain prosedur pengujian substantif.

2) Pertimbangan Hasil Pemeriksaan Sebelumnya

Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksa harus meneliti pengaruh hasil pemeriksaan sebelumnya dan tindak lanjutnya terhadap LKPD yang diperiksa, terutama terkait dengan kemungkinan temuan-temuan pemeriksaan yang berulang dan keyakinan pemeriksa atas saldo awal akun atau perkiraan pada neraca yang diperiksa.

3) Penentuan Metode Uji Petik

Penentuan metode uji petik berdasarkan pertimbangan profesional pemeriksa dengan memperhatikan beberapa aspek antara lain :

a) Tingkat risiko;

b) Jika hasil pengujian SPI disimpulkan pengendalian intern suatu akun lemah, maka sampel untuk pengujian substantif atas akun tersebut harus lebih besar. Jika akun-akun tertentu mempunyai risiko bawaan (inherent risk) yang lebih tinggi dari akun-akun lainnya, maka sampel untuk pengujian substantif untuk akun-akun tersebut harus lebih besar;

c) Tingkat materialitas yang telah ditentukan. Jika tingkat materialitas kecil, maka sampel yang diambil harus lebih besar dan begitu juga sebaliknya; Jumlah sampel tidak hanya didasarkan pada nilai saldo akun, tetapi memperhatikan transaksi-transaksi yang membentuk saldo tersebut.

d) Saldo akun yang kecil bisa dibentuk dari transaksi-transaksi positif dan negatif yang besar;

e) Cost and benefit, manfaat uji petik atas suatu transaksi atau saldo akun harus lebih besar dari biaya pengujian tersebut.

b. Pelaksanaan Pemeriksaan

1) Pengujian Analitis

Pengujian analitis dalam pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan dengan Analisa Data dan Analisa Rasio dan Tren, sesuai dengan area yang telah ditetapkan sebagai uji petik. Pengujian analitis terinci ini diharapkan dapat membantu pemeriksa untuk menemukan hubungan logis penyajian akun pada LKPD dan menilai kecukupan pengungkapan atas setiap perubahan pada pos/akun/unsur pada laporan keuangan yang diperiksa, serta membantu

Page 96: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK RI Perwakilan Provinsi ................ 11

menentukan area-area signifikan dalam pengujian sistem pengendalian intern dan pengujian substantif atas transaksi dan saldo.

2) Pengujian Pengendalian

Petunjuk pengujian pengendalian meliputi pengujian yang dilakukan pemeriksa terhadap efektivitas desain dan implementasi sistem pengendalian intern dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Dalam pengujian desain sistem pengendalian intern, pemeriksa mengevaluasi apakah sistem pengendalian intern telah didesain secara memadai dan dapat meminimalisasi secara relatif salah saji dan kecurangan. Sementara, pengujian implementasi sistem pengendalian intern dilakukan dengan melihat pelaksanaan pengendalian pada kegiatan atau transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Pengujian sistem pengendalian intern merupakan dasar pengujian substantif selanjutnya. Pengujian tersebut dilakukan baik pada saat pemeriksaan interim, maupun pemeriksaan laporan keuangan.

3) Pengujian Substantif atas Transaksi dan Saldo

Pengujian substantif meliputi pengujian atas transaksi dan saldo-saldo akun/perkiraan serta pengungkapannya dalam laporan keuangan yang diperiksa. Pengujian tersebut dilakukan setelah pemeriksa memperoleh LKPD (unaudited) dan dilakukan untuk meyakini asersi manajemen atas LKPD, yaitu: (1) keberadaan dan keterjadian, (2) kelengkapan, (3) hak dan kewajiban, (4) penilaian dan pengalokasian, serta (5) penyajian dan pengungkapan.

4) Penyelesaian Penugasan

Hal-hal yang terkait dengan pekerjaan dalam penyelesaian penugasan beserta form-form pelaporan pemeriksaan (Daftar Koreksi, Form Risalah Pembahasan TP, Form TP, Form Tanggapan).

c. Pelaporan

Setelah melakukan pengujian terinci di atas, pemeriksa menyimpulkan hasil pemeriksaan dan dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan.

6. Waktu Pemeriksaan

Jangka waktu pemeriksaan adalah selama hari kerja (dari tanggal s.d. ).

7. Objek Pemeriksaan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Pemerintah ......... TA 20x1 yang terdiri dari Neraca per 31 Desember 20x1, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).

Page 97: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13
Page 98: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK Perwakilan Provinsi ................ 1

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI..............…………………………………………………….................

DAFTAR TABEL..............…………………………………………………….........

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………............................

RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN...................................................................................................................

BAB 1 HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN......................................................................................................

1. [ judul temuan pemeriksaan ....................................................................

2. [ judul temuan pemeriksaan ] .................................................................

3. dst.. .......................................................................................................

BAB 2 HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN

ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

LAMPIRAN

Page 99: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK Perwakilan Provinsi ................ 2

BADAN PEMERIKSA KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah [ NAMA ENTITAS ] per 31 Desember 2010 dan 2009, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. BPK telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas Laporan Keuangan [ NAMA ENTITAS ] tahun 2010 yang memuat opini [ OPINI ] dengan Nomor [ NOMOR LAPORAN OPINI ] dan Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Nomor [ NOMOR LHP KEPATUHAN ]tanggal [ TANGGAL LHP KEPATUHAN ].

Sesuai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), dalam pemeriksaan atas Laporan Keuangan [ NAMA ENTITAS ] tersebut di atas, BPK mempertimbangkan sistem pengendalian intern [ NAMA ENTITAS ] untuk menentukan prosedur pemeriksaan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan dan tidak ditujukan untuk memberikan keyakinan atas sistem pengendalian intern.

BPK menemukan kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan operasinya. Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan [ NAMA ENTITAS ] yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut:

1. [ KELEMAHAN #1 ],

2. [ KELEMAHAN #2 ],

3. dst..

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK merekomendasikan kepada gubernur/bupati/walikota [ NAMA ENTITAS ] antara lain agar:

1. [ REKOMENDASI #1 ]

2. [ REKOMENDASI #2 ]

3. dst..

Page 100: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK Perwakilan Provinsi ................ 3

Kelemahan dan rekomendasi perbaikan secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.

[ KOTA KEDUDUKAN PERWAKILAN BPK ], [ TANGGAL]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan [ NAMA PERWAKILAN BPK ]

Penanggung Jawab Pemeriksaan

[ NAMA PENANGGUNG JAWAB ]

[ NOMOR REGISTER AKUNTAN ]

Page 101: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK Perwakilan Provinsi ................ 4

BAB 1

HASIL PEMERIKSAAN

ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern pada Pemerintah [ NAMA ENTITAS ] [ TAHUN ANGGARAN YANG DIPERIKSA ] mengungkapkan sebanyak [JUMLAH TEMUAN ] temuan pemeriksaan, dengan rincian sebagai berikut.

1. [ JUDUL TEMUAN PEMERIKSAAN ]

[ URAIAN KONDISI ]

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

[ URAIAN KRITERIA ]

Kondisi tersebut mengakibatkan:

[ URAIAN AKIBAT ]

Kondisi tersebut disebabkan oleh:

[ URAIAN SEBAB ]

BPK menyarankan [ gubernur/bupati/walikota ] agar:

[ URAIAN SARAN ]

2. [ JUDUL TEMUAN PEMERIKSAAN ]

[ URAIAN KONDISI ]

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

[ URAIAN KRITERIA ]

Page 102: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK Perwakilan Provinsi ................ 5

Kondisi tersebut mengakibatkan:

[ URAIAN AKIBAT ]

Kondisi tersebut disebabkan oleh:

[ URAIAN SEBAB ]

BPK menyarankan [ gubernur/bupati/walikota ] agar:

[ URAIAN SARAN ]

3. dst..

Page 103: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK Perwakilan Provinsi ................ 6

BAB 2

HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN

ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN TAHUN 2004 – 2009

Dalam rangka pemeriksaan atas Laporan Keuangan [NAMA PEMDA] Tahun 2010, BPK memantau tindak lanjut [NAMA PEMDA] terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern [NAMA PEMDA] Tahun 2004 – 2009. Sesuai dengan Pasal 20 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pelaksanaan tindak lanjut menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah/ [NAMA PEMDA] dan DPRD.

Pemantauan atas tindak lanjut [NAMA PEMDA] terhadap temuan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

No LHP Tahun Jumlah

Temuan

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut

Sesuai Belum Sesuai / Selesai

Belum

Ditindaklanjuti

1 Tahun 2009

2 Tahun 2008

3 Tahun 2007

4 Tahun 2006

5 Tahun 2005

6 Tahun 2004

Total Rincian dari temuan terdapat di Lampiran 1.

[NAMA PEMDA] telah menindaklanjuti rekomendasi yang diajukan BPK, antara lain mengenai (1) [REKOMENDASI YANG TELAH DITINDAKLANJUTI], (2) [REKOMENDASI YANG TELAH DITINDAKLANJUTI], (3) dst.

Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut antara lain adalah (1) [PERMASALAHAN YANG BELUM DITINDAKLANJUTI], (2) [PERMASALAHAN YANG BELUM DITINDAKLANJUTI], (3) dst.

Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia

Page 104: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK Perwakilan Provinsi ................ 7

PEMANTAUAN TINDAK LANJUT ATAS HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN [NAMA PEMDA]

No.

Temuan BPK

Nilai

Temuan

Temuan Berulang *) Rekomendasi

Tindak Lanjut Entitas yang

Diperiksa

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut *)

2008 2007 2006 2005 2004 Sesuai Belum Sesuai/ Selesai

Belum Ditindak-lanjuti

Tahun 2009 Tahun 2008 Tahun 2007 Tahun 2006 Tahun 2005 Tahun 2004

*) Beri tanda √ untuk kolom yang sesuai

Page 105: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13
Page 106: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK Perwakilan Provinsi ................ 1

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI..............……………………………………………………...............

DAFTAR TABEL..............…………………………………………………….......

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………............................

RESUME LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN................................

BAB 1 HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN..........................................

1. [ judul temuan pemeriksaan ] .................................................................

2. [ judul temuan pemeriksaan ] .................................................................

3. dst.. .......................................................................................................

BAB 2 HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN TAHUN 2004 – 2009.........................................................

LAMPIRAN

Page 107: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK Perwakilan Provinsi ................ 2

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) telah memeriksa Neraca [NAMA ENTITAS] tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. BPK telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS] tahun 2010 yang memuat opini [OPINI] dengan Nomor [NOMOR LHP OPINI] tanggal [TANGGAL LHP OPINI] dan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Nomor [NOMOR LHP SPI] tanggal [TANGGAL LHP SPI].

Sebagai bagian pemerolehan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), BPK melakukan pengujian kepatuhan pada [NAMA ENTITAS]terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan serta ketidakpatutan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. Namun, pemeriksaan yang dilakukan BPK atas Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS] tidak dirancang khusus untuk menyatakan pendapat atas kepatuhan terhadap keseluruhan ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, BPK tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.

BPK menemukan adanya ketidakpatuhan, kecurangan, dan ketidakpatutan dalam pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada [NAMA ENTITAS] . Pokok-pokok temuan [ketidakpatuhan, kecurangan dan ketidakpatutan 4] adalah sebagai berikut.

1. [TEMUAN #1]

2. [dst...].

Sehubungan dengan temuan tersebut, BPK merekomendasikan kepadaMenteri/Kepala/Ketua [NAMA ENTITAS] antara lain agar:

(1) [REKOMENDASI #1], (2) [dst...].

Temuan dan rekomendasi perbaikan secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.

Page 108: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK Perwakilan Provinsi ................ 3

[ kota kedudukan Perwakilan BPK ], [ tanggal]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan [ nama Perwakilan BPK ]

Penanggung Jawab Pemeriksaan

[ nama penanggung jawab ]

[ nomor register akuntan ]

Page 109: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK Perwakilan Provinsi ................ 4

BAB 1

HASIL PEMERIKSAAN ATAS

KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Hasil pemeriksaan atas kepatuhan Pemerintah [ nama entitas ] [ tahun anggaran yang diperiksa ] terhadap peraturan perundang-udangan mengungkapkan sebanyak [ jumlah temuan ] temuan pemeriksaan, dengan rincian sebagai berikut.

1. [ judul temuan pemeriksaan ]

[ uraian kondisi ]

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

[ uraian kriteria ]

Kondisi tersebut mengakibatkan:

[ uraian akibat ]

Kondisi tersebut disebabkan oleh:

[ uraian sebab ]

BPK menyarankan [ gubernur/bupati/walikota ] agar:

[ uraian saran ]

2. [ judul temuan pemeriksaan ]

[ uraian kondisi ]

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

[ uraian kriteria ]

Kondisi tersebut mengakibatkan:

[ uraian akibat ]

Kondisi tersebut disebabkan oleh:

[ uraian sebab ]

BPK menyarankan [ gubernur/bupati/walikota ] agar:

[ uraian saran ]

3. dst..

Page 110: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BPK Perwakilan Provinsi ................ 5

BAB 2

HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TAHUN 2004 – 2008

Dalam rangka pemeriksaan atas Laporan Keuangan [nama pemda] Tahun 2010, BPK memantau tindak lanjut [nama pemda] terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan [nama pemda] Tahun 2004 – 2009. Sesuai dengan Pasal 20 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pelaksanaan tindak lanjut menjadi tanggung jawab Pemerintah / [nama pemda] dan DPRD.

Pemantauan atas tindak lanjut [nama pemda] terhadap temuan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

No LHP Tahun Jumlah

Temuan

Hasil Pemantauan Tindak Lanjut

Sesuai Belum Sesuai / Selesai

Belum

Ditindaklanjuti

1 Tahun 2009

2 Tahun 2008

3 Tahun 2007

4 Tahun 2006

5 Tahun 2005

6 Tahun 2004

Total

Rincian dari temuan terdapat di Lampiran 1.

[nama pemda] telah menindaklanjuti rekomendasi yang diajukan BPK, antara lain mengenai (1) [rekomendasi yang telah ditindaklanjuti], (2) [rekomendasi yang telah ditindaklanjuti], (3) dst.

Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut antara lain adalah (1) [permasalahan yang belum ditindaklanjuti], (2) [permasalahan yang belum ditindaklanjuti], (3) dst.

Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia

Page 111: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

DAFTAR SINGKATAN

A AAR Acceptable audit risk

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

B BLU Badan Layanan Umum

BLUD Badan Layanan Umum Daerah BPK RI Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BRM Bussiness Risk Matrix BUD Bendahara Umum Daerah BV Book value

C CR Controll Risk

D DAK Dana Alokasi Khusus

DAU Dana Alokasi Umum DBH Dana Bagi Hasil DPA Dokumen Pelaksanaan Anggaran DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DR Detection Risk

E EER Expected Error Risk

EM Expected Misstatement 3E Efektifitas, efisiensi dan ekonomis

I IHPS Ikhtisar Hasil Pemeriksaan

IR Inherent Risk

J JUKLAK Petunjuk Pelaksanaan

JUKNIS Petunjuk Teknis

Page 112: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

K KDP Konstruksi Dalam Pengerjaan

KKN Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KKP Kertas Kerja Pemeriksaan KLHP Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan

L LHP Laporan Hasil Pemeriksaan

LKPD Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

M MP Memo Penyesuaian

MUS Monetary Unit Sampling

P P2 Program Pemeriksaan

PAD Pendapatan Asli Daerah PDTT Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu PEMDA Pemerintah Daerah PERDA Peraturan Daerah PERMENDAGRI Peraturan Menteri Dalam Negeri PM Planning Materiality PMP Panduan Manajemen Pemeriksaan PP Peraturan Pemerintah PPK-BLUD Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan UmumDaerah PPKD Pejabat Pengelola Keuangan Daerah PSP Pernyataan Standar Pemeriksaan

R RBA Rencana Bisnis dan Anggaran

RBA Risk Based Audit RBAA Risk Based Audit approach RF Reliability Factor RKA Rencana Kerja dan Anggaran RKP Rencana Kerja Pemeriksaan

S SAK Standar Akuntansi Keuangan

SAP Standar Akuntansi Pemerintah

Page 113: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

SATKER Satuan Kerja SiLPA Sisa Lebih Perhitungan Anggaran SKPD Satuan Kerja Pemerintah Daerah SKPD Surat Ketetapan Pajak Daerah SOP Standar Operasi dan Prosedur SP2D Surat Perintah Pencairan Dana SPI Sistem Pengendalian Intern SPJ Surat PertanggungJawaban SPKN Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPM Surat Perintah Membayar

T TA Tahun Anggaran

TAPD Tim Asistensi Perencanaan Daerah TE Tolerable Error TMP Tidak Memberikan Pendapat TP Temuan Pemeriksaan TUP Tambahan Uang Persediaan

U UP Uang Persediaan

UU Undang - Undang UUDP Uang Untuk Dipertanggungjawabkan

W WDP Wajar Dengan Pengecualian

WTP Wajar Tanpa Pengecualian

Page 114: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

[Kop Pemerintah Daerah]

Nomor : [Kota kedudukan, tanggal, bulan, tahun]

Lampiran : Kepada

Perihal : Surat Representasi Manajemen

Yth. [Kepala Perwakilan (nama perwakilan)]

Jl. ……………………………………..

[Kota Kedudukan]

Kami memberikan surat representasi ini sehubungan dengan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ........... Tahun 200X, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 200X, Laporan Arus Kas, Neraca per 31 Desember 200X, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Kami menegaskan bahwa kami bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut sesuai dengan Standar Akuntanasi Pemerintahan (SAP). Representasi surat ini diberikan terbatas pada hal-hal yang material. Sesuatu dipandang material, tanpa melihat besarnya, namun juga menyangkut salah saji informasi akuntansi yang mempengaruhi pertimbangan wajar pengguna laporan keuangan, yang mengandalkan kepercayaan pada informasi laporan keuangan dimaksud.

Kami menegaskan bahwa berdasarkan keyakinan dan pengetahuan kami yang terbaik, representasi berikut ini telah kami buat kepada Tim BPK RI selama pemeriksaan :

1. Laporan keuangan yang disebut di atas telah kami disajikan sesuai dengan SAP. 2. Kami telah menyediakan semua data material dan informasi yang diperlukan

kepada Tim BPK-RI. 3. Semua transaksi yang material sudah dicatat dan dilaporkan dalam laporan

keuangan. 4. Semua rekening atas nama pejabat terkait dengan jabatannya dalam pemerintahan

sudah dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan. 5. [Pemerintah Daerah] memiliki hak penuh atas aset yang dimiliki, dan tidak

terdapat gadai atau penjaminan atas aset tersebut. 6. Sampai dengan saat ini kami tidak mengetahui adanya tindakan pelanggaran

terhadap hukum dan peraturan yang dampaknya perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.

7. Semua kewajiban material sudah dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan.

8. Tidak terdapat tagihan yang belum dinyatakan dan harus dinyatakan tetapi belum diungkapkan.

9. [Pemerintah Daerah] telah mematuhi semua aspek perjanjian kontrak yang akan mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan jika terjadi pelanggaran.

Page 115: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

10. Tidak terdapat peristiwa atau transaksi material yang terjadi setelah tanggal 31 Desember 200X yang belum dicatat dan diungkapkan dalam catatan laporan keuangan.

11. Tidak terdapat kecurangan material (kesalahan disengaja, penghilangan jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset yang dapat berdampak material terhadap laporan keuangan) dan kecurangan lain yang melibatkan pimpinan atau pegawai yang memiliki peran penting dalam pengendalian intern.

12. Kami bertanggungjawab untuk menyelenggarakan dan memelihara sistem pengendalian intern.

13. Kami telah menilai efektifitas sistem pengendalian intern dalam hal : a. Keandalan pelaporan keuangan: transaksi-transaksi telah dicatat, diproses, dan

diringkas secara memadai untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan aset telah dilindungi dari kehilangan yang disebabkan oleh pengambilalihan, penggunaan atau pelepasan hak yang tidak sah.

b. Ketaatan pada peraturan yang berlaku: transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berdampak langsung dan material terhadap laporan keuangan.

14. Kami telah menyampaikan semua kelemahan seginifikan yang ada pada perancangan dan pelaksanaan pengendalian intern yang dapat berdampak negatif terhadap kemampuan [Pemerintah Daerah ....] dalam mencapai tujuan pengendalian intern dan mengindikasikan kelemahan-kelemahan yang material.

15. Kami bertanggungjawab atas penyelenggaraan sistem pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan tentang keuangan negara dan SAP.

16. Kami telah mengidentifikasi dan mengungkapkan semua pertauran dan undang-undang yang berdampak langsung dan material terhadap penentuan jumlah dalam laporan keuangan.

17. Kami telah menyampaikan semua kejadian ketidakpatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat representasi ini dibuat sebagai penjelasan atas hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan Keuangan.

[Pemerintah Daerah .....].

[Nama Pemerintah Daerah]

[Kepala Daeraha]

[Nama Kepala Daerah]

Page 116: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERWAKILAN PROVINSI ……..

Jln………..No……..Telp……Fax…..[Ibu kota Provinsi]….[kode pos]

[tgl surat keluar]

Nomor : [Nomor surat keluar] Kepada Yth.

Lampiran : 1 (satu) berkas [Kepala Daerah]

Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan [Nama Pemda] Tahun 2010 dan 2009

Di

[Nama Ibukota Pemda]

Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang terkait Lainnya, telah melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan [Nama Pemda] Tahun Anggaran 2010 dan 2009, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Pemeriksaan ditujukan untuk memberikan opini atas kewajaran Laporan Keuangan [Nama Pemda] dengan memperhatikan kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, efektivitas sistem pengendalian intern, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

Pokok-pokok hasil pemeriksaan atas laporan keuangan [Nama Pemda] Tahun Anggaran 2010 dan 2009 yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut.

1. Opini atas Laporan Keuangan

[Opini yang diberikan BPK atas LKPD yang diperiksa]

2. Sistem Pengendalian Intern

BPK menemukan adanya kelemahan sistem pengendalian intern dalam penyusunan laporan keuangan, yaitu:

[uraian singkat temuan-temuan terkait SPI]

3. Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan

BPK juga menemukan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan keuangan negara, yaitu:

[uraian singkat temuan-temuan terkait Kepatuhan]

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK menyarankan [Kepala Daerah] agar:

[rekomendasi BPK]

Untuk jelasnya kami lampirkan laporan hasil pemeriksaan dimaksud, yaitu Laporan Nomor [No laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan]; Nomor [No laporan hasil pemeriksaan atas SPI]; dan Nomor [No laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan] masing-masing bertanggal [tanggal laporan].

Page 117: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

Sesuai Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, jawaban atau penjelasan kepada BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi BPK disampaikan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan sejak hasil pemeriksaan ini diterima.

Atas perhatian dan kerjasama [Kepala Daerah], kami ucapkan terima kasih.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan [ nama Perwakilan BPK ]

Kepala Perwakilan

[Nama Kepala Perwakilan]

NIP .................................

Tembusan (tanpa lampiran):

1. Yth. Anggota ....... [V/VI] BPK RI; 2. Yth. Ketua DPRD ………. 3. Yth. Auditor Utama Keuangan Negara ...... [V/VI] BPK RI; 4. Yth. Inspektur Utama BPK RI; 5. Yth. Kepala Direktorat Utama Revbang BPK RI; 6. Yth. Inspektur ........ [Pemda].

Page 118: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERWAKILAN PROVINSI ……..

Jln………..No……..Telp……Fax…..[Ibu kota Provinsi]….[kode pos]

[tgl surat keluar]

Nomor : [Nomor surat keluar] Kepada Yth.

Lampiran : 1 (satu) berkas [Ketua DPRD]

Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan [Nama Pemda] Tahun 2010 dan 2009

di

Jakarta

Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang terkait Lainnya, telah melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan [Nama Pemda] Tahun Anggaran 2010 dan 2009, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Pemeriksaan ditujukan untuk memberikan opini atas kewajaran Laporan Keuangan [Nama Pemda] dengan memperhatikan kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, efektivitas sistem pengendalian intern, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

Pokok-pokok hasil pemeriksaan atas laporan keuangan [Nama Pemda] Tahun Anggaran 2010 dan 2009 yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut.

1. Opini atas Laporan Keuangan

[Opini yang diberikan BPK atas LKPD yang diperiksa]

2. Sistem Pengendalian Intern

BPK menemukan adanya kelemahan sistem pengendalian intern dalam penyusunan laporan keuangan, yaitu:

[uraian singkat temuan-temuan terkait SPI]

3. Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan

BPK juga menemukan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan keuangan negara, yaitu:

[uraian singkat temuan-temuan terkait Kepatuhan]

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK menyarankan [Kepala Daerah] agar:

[rekomendasi BPK]

Untuk jelasnya kami lampirkan laporan hasil pemeriksaan dimaksud, yaitu Laporan Nomor [No laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan]; Nomor [No laporan hasil pemeriksaan atas SPI]; dan Nomor [No laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan] masing-masing bertanggal [tanggal laporan].

Page 119: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

Sesuai Pasal 21 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, DPRD menindaklanjuti Hasil Pemeriksaan BPK sebagaimana tercantum dalam laporan terlampir.

Atas perhatian dan kerjasama [Kepala Daerah], kami ucapkan terima kasih.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan [ nama Perwakilan BPK ]

Kepala Perwakilan

[Nama Kepala Perwakilan]

NIP .................................

Tembusan:

1. Yth. Anggota ....... [V/VI] BPK RI; 2. Yth. Menteri Dalam Negeri; 3. Yth. Gubernur……. [Nama Provinsi]; (Khusus untuk PemKab & Pemkot saja) 4. Yth. Auditor Utama Keuangan Negara ...... [V/VI] BPK RI; 5. Yth. Inspektur Utama BPK RI; 6. Yth. Kepala Direktorat Utama Revbang BPK RI; 7. Yth. Inspektur ........ [Pemda].

Page 120: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

BERITA ACARA

PENYERAHAN HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH (PROVINSI/KABUPATEN/KOTA) …………(NAMA ENTITAS)

TAHUN ANGGARAN ………(TAHUN)

Berdasarkan Kesepakatan Bersama Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) (Provinsi/kabupaten/kota) ………(nama entitas) tanggal ……(bulan)…..(tahun) tentang Tata Cara Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia kepada DPRD se-Provinsi (nama entitas), maka penyerahan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah (Provinsi/kabupaten/kota) ………………….Tahun Anggaran…….(Tahun), dilaksanakan di …………….(tempat penyerahan). Berkaitan dengan itu maka pada hari ini……..(nama hari), tanggal……..(bulan)…..(Tahun), saya:

Nama : ………………(Nama yang menyerahkan) NIP :……………….(NIP yang menyerahkan) Jabatan :……………….(Jabatan yang menyerahkan) Menyerahkan 3 (tiga) buah dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota……….(nama entitas) Tahun Anggaran….(Tahun) yakni:

1. Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan; 2. Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern; 3. Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-

undangan. Dokumen-dokumen tersebut saya serahkan kepada:

Nama : ………………...(Nama yang menerima) NIP :………………....(NIP yang menerima) Jabatan :…………………(Jabatan yang menerima) Untuk dapat dipergunakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pihak yang Menerima Pihak yang Menyerahkan

(Nama yang menerima) (Nama yang menyerahkan) (Jabatan yang menerima) (Jabatan yang menyerahkan)

Page 121: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

BERITA ACARA

PENYERAHAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA…………………(NAMA ENTITAS)

TAHUN ANGGARAN………..(TAHUN)

Berdasarkan Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara maka Pemerintah Daerah berkewajiban menyerahkan Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI).

Berkaitan dengan itu maka pada hari ini……..(nama hari), tanggal……..(bulan)…..(Tahun), saya: Nama : ………………...(Nama yang menyerahkan) NIP :………………....(NIP yang menyerahkan) Jabatan :…………………(Jabatan yang menyerahkan) Menyerahkan ……..(jumlah) buah dokumen yakni: Laporan Keuangan Pemerintah (Provinsi/kabupaten/kota) ……….(nama entitas) Tahun Anggaran …………(tahun). Dokumen-dokumen tersebut saya serahkan kepada: Nama : ………………...(Nama yang menerima) NIP :………………....(NIP yang menerima) Jabatan :…………………(Jabatan yang menerima) Untuk dapat dipergunakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pihak yang Menyerahkan Pihak yang Menerima

(nama yang menyerahkan) (Nama yang menerima) (Jabatan yang menyerahkan) (Jabatan yang menerima)

Page 122: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Keterangan Gambar

• Untuk Gambar Sebelah Kiri adalah Gambar Kantor Gubernur/Walikota/Bupati;

• Untuk Gambar tengah adalah Gambar Kantor BPK RI Perwakilan ;

• Untuk Gambar Sebelah Kanan adalah Gambar Kantor DPRD Prov/Kab/Kota.

Page 123: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

PANDUAN PENERBITAN SURAT DAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LKPD 1. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) LKPD

LHP LKPD terdiri dari 3 buku dan urutan untuk masing-masing buku adalah sebagai berikut. 1) Buku I : LHP atas Laporan Keuangan (opini) 2) Buku II : LHP atas Sistem Pengendalian Intern 3) Buku III : LHP atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

Untuk laporan hasil pemeriksaan atas kerugian daerah adalah bukan merupakan bagian dari LHP LKPD sehingga merupakan bagian terpisah dari LHP LKPD.

2. Penomoran LHP LKPD Penomoran LHP LKPD yang terdiri dari dari 3 buku adalah dengan satu nomor dan ditambahkan dengan alfabeta sesuai dengan urutan buku LHP LKPD tersebut dan untuk tanggal LHP sesuai dengan tanggal diterbitkannya LHP tersebut. Dengan format sebagai berikut. 1) Buku I

Nomor : (nomor).A/LHP/XVIII. Kode Perwakilan/Bulan terbit LHP/Tahun terbit LHP Tanggal : tanggal terbit (spasi) bulan terbit (spasi) tahun terbit

2) Buku II Nomor : (nomor).B/LHP/XVIII. Kode Perwakilan/Bulan terbit LHP/Tahun terbit LHP Tanggal : tanggal terbit (spasi) bulan terbit (spasi) tahun terbit

3) Buku III Nomor : (nomor).C/LHP/XVIII. Kode Perwakilan/Bulan terbit LHP/Tahun terbit LHP Tanggal : tanggal terbit (spasi) bulan terbit (spasi) tahun terbit Contoh:

(1))Buku I : Nomor : 135.A/LHP/XVIII.BAC/06/2010 Tanggal : 12 Juni 2010

(2))Buku II : Nomor : 135.B/LHP/XVIII.BAC/06/2010 Tanggal : 12 Juni 2010

(3))Buku III : Nomor : 135.C/LHP/XVIII.BAC/06/2010 Tanggal : 12 Juni 2010

3. Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) 1) Surat Keluar

(1) Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan LKPD kepada entitas, pihak perwakilan BPK RI akan membuat surat keluar ke entitas. Surat keluar tersebut ditujukan kepada: (1)) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). (2)) Kepala Daerah.

(2) Penomoran surat keluar ke DPRD dan Kepala Daerah adalah dengan satu nomor dan ditambahkan dengan alfabeta sesuai urutan antara DPRD dan Kepala Daerah

Page 124: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

dan untuk tanggal surat keluar sesuai dengan tanggal dibuatnya surat keluar tersebut. Dengan format sebagai berikut. (1)) DPRD

Nomor : (nomor).A/S-HP/XVIII. Kode Perwakilan/bulan surat keluar/tahun surat keluar.

Tanggal: tanggal surat keluar (spasi) bulan surat keluar (spasi) tahun surat keluar.

(2)) Kepala Daerah Nomor : (nomor).B/S-HP/XVIII. Kode Perwakilan/bulan surat keluar/tahun

surat keluar. Tanggal: tanggal surat keluar (spasi) bulan surat keluar (spasi) tahun surat

keluar. Contoh: (1))DPRD

Nomor : 78.A/S-HP/XVIII.BAC/06/2010 Tanggal : 20 Juni 2010

(2))Kepala Daerah Nomor : 78.B/S-HP/XVIII.BAC/06/2010 Tanggal : 20 Juni 2010

2) Berita Acara Dalam penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kepada DPRD dan Kepala

Daerah, pihak Perwakilan BPK RI akan membuat Berita Acara Serah Terima LHP (BA) dengan ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak yang menyerahkan LHP (Kepala Perwakilan/yang mewakili) dan pihak yang menerima LHP (DPRD/Kepala Daerah dan atau yang mewakili). Berita acaranya ini tidak menggunakan nomor akan tetapi menyebutkan tanggal BA tersebut sesuai tanggal terjadinya penyerahan LHP tersebut.

4. Penyerahan Laporan Keuangan unaudited entitas

Pihak entitas setelah laporan keuangan (unaudited) selesai dibuat maka akan menyerahkan laporan keuangan (unaudited) tersebut ke pihak BPK RI dengan disertai surat pengantar dari kepala daerah dan surat hasil review dari Inspektorat masing-masing entitas. Pihak perwakilan BPK RI akan membuat Berita Acara Serah Terima Laporan Keuangan (unaudited) (BA). BA akan ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak yang menyerahkan laporan keuangan (Kepala Daerah/yang mewakili) dan pihak yang menerima laporan keuangan (Kepala Perwakilan/yang mewakili). Berita acaranya ini tidak menggunakan nomor akan tetapi menyebutkan tanggal BA tersebut sesuai tanggal terjadinya penyerahan laporan keuangan (unaudited) tersebut.

5. Format Laporan Hasil Pemeriksaan

1) Buku I : LHP Laporan Keuangan (opini)

Daftar urutan dalam buku I, yaitu: (1) Sampul Cover (2) Cover dalam (3) Daftar Isi (4) Daftar Tabel (5) Daftar Lampiran (6) Sistematika Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

(Provinsi/kabupaten/kota) ………(nama entitas) Tahun……… (7) Daftar Singkatan dan Akronim (8) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas laporan Keuangan (9) Laporan Realisasi Anggaran

Page 125: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Suplemen

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

(10) Neraca (11) Laporan Arus Kas (12) Catatan Atas Laporan Keuangan (13) Lampiran (14) Gambaran Umum Pemeriksaan

2) Buku II : LHP Sistem Pengendalian Intern

Daftar urutan dalam buku II, yaitu:

1) Sampul Cover 2) Cover dalam 3) Daftar Isi 4) Daftar Tabel 5) Daftar Lampiran 6) Daftar Singkatan 7) Resume Laporan atas Pengendalian Intern 8) Bab I Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern 9) Bab II Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian

Intern Tahun…………….

3) Buku III : LHP Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Daftar urutan dalam buku III, yaitu: (1) Sampul Cover (2) Cover dalam (3) Daftar Isi (4) Daftar Tabel (5) Daftar Lampiran (6) Resume Laporan atas Kepatuhan dalam Kerangka Pemeriksaan Laporan

Keuangan (7) Bab I Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-

undangan (8) Bab II Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap

Peraturan Perundang-undangan Tahun……………. (9) Lampiran

Page 126: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

BADAN PEMERIKSA KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

Jalan Gatot Subroto N0. 31Jakarta Pusat 10210

http://www.bpk.go.id