PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi...

47
PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN VISI Menjadikan Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sebagai lembaga pendidikan kedokteran yang mampu menghasilkan lulusan dokter spesialis anestesi yang unggul, mandiri, profesional, dan berbudaya serta mempunyai daya saing di tingkat nasional dan internasional pada tahun 2025. Uraian dari unggul, mandiri, profesional dan berbudaya adalah sebagai berikut. Unggul : SDM yang profesional memiliki kompetensi tinggi, daya saing dan bijaksana dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk meningkatkan martabat bangsa dan negara serta kemanusiaan pada umumnya (cakra widya prawartana). Mandiri : SDM yang memiliki integritas kepribadian, kuat & tangguh & tahan uji dan kemampuan siap berdiri sendiri berinteraksi dengan lingkungan yang berkembang secara dinamis. Profesional : SDM yang mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi dan standar prosedur operasional di bidang anestesiologi dan terapi intensif. Berbudaya : SDM yang mengembangkan budaya, etika, sopan santun, memiliki kepekaan dan ketajaman nurani serta mampu memanfaatkan nilai-nilai luhur budaya lokal yang bersifat universal untuk berinteraksi di masyarakat.

Transcript of PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi...

Page 1: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

1

MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN

VISI

Menjadikan Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sebagai lembaga pendidikan kedokteran

yang mampu menghasilkan lulusan dokter spesialis anestesi yang unggul, mandiri, profesional, dan berbudaya serta mempunyai daya saing di

tingkat nasional dan internasional pada tahun 2025.

Uraian dari unggul, mandiri, profesional dan berbudaya adalah sebagai berikut.

Unggul :

SDM yang profesional memiliki kompetensi tinggi, daya saing dan bijaksana dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk

meningkatkan martabat bangsa dan negara serta kemanusiaan pada umumnya (cakra widya prawartana).

Mandiri :

SDM yang memiliki integritas kepribadian, kuat & tangguh & tahan uji dan kemampuan siap berdiri sendiri berinteraksi dengan lingkungan

yang berkembang secara dinamis.

Profesional :

SDM yang mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi dan standar prosedur operasional di bidang anestesiologi dan terapi

intensif.

Berbudaya :

SDM yang mengembangkan budaya, etika, sopan santun, memiliki kepekaan dan ketajaman nurani serta mampu memanfaatkan nilai-nilai luhur

budaya lokal yang bersifat universal untuk berinteraksi di masyarakat.

Page 2: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2

MISI

Misi yang akan diemban dalam mewujudkan visi mengenai tugas, kewajiban, tanggung jawab, dan rencana tindakan adalah :

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia sehingga memiliki kemampuan akademik dan profesional di bidang

anestesiologi dan terapi intensif yang terstandarisasi dan mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.

2. Menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kepribadian tangguh dan kemampuan untuk menerapkan, mengembangkan, serta

menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang anestesiologi dan terapi intensif sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan

masyarakat lokal, nasional dan internasional.

3. Meningkatkan jumlah penelitian dan publikasi ilmiah oleh tenaga pendidik dan peserta didik di bidang anestesiologi dan terapi intensif

yang bertaraf nasional, regional dan internasional berdasarkan perkembangan ilmu dan teknologi terkini.

4. Menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kepekaan dan ketajaman nurani dalam menyelesaikan permasalahan akademik,

profesi, maupun permasalahan di masyarakat berdasarkan nilai – nilai luhur budaya lokal yang bersifat universal.

Tujuan Umum

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana bertujuan menjadi pusat pendidikan yang

menghasilkan dokter spesialis anestesi yang profesional, berkompetensi dan berkualitas tinggi yang mampu menerapkan dan

memutakhirkan ilmu pengetahuan, keterampilan di bidang anestesiologi dan terapi intensif serta mempunyai budi pekerti yang tinggi,

bermartabat luhur dan mampu menetapkan diri sebagai panutan bagi masyarakat dan organisasi profesinya untuk menunjang program

pemerataan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 3: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

3

Tujuan Khusus

Berdasarkan visi, misi dan tujuan umum yang akan dicapai dalam menyelenggarakan pendidikan dokter spesialis Program Studi

Anestesiologi dan Reanimasi adalah:

1. Menghasilkan dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif yang bermutu serta berkompentensi tinggi dengan peran dan ciri sebagai :

Care Provider, Communicator, Decision Maker, Manager, Community Leader, ditambah Researcher.

2. Meningkatkan kualitas tenaga pendidik yang menjadi konsultan dan atau lulusan S3 serta meningkatkan sarana prasarana pendidikan

tinggi yang memadai, berkualitas untuk mendukung penyelenggaraan tri dharma perguruan tinggi yang bermutu dan berdaya saing

nasional dan internasional

3. Meningkatkan jumlah dan kualitas penelitian untuk menghasilkan karya inovatif dan teruji yang layak dipublikasi di bidang anestesiologi

dan terapi intensif melalui pendekatan inter atau multidisipliner untuk mengembangkan pengetahuan dan teknologi yang diakui nasional

dan internasional serta bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan.

4. Memiliki tata kelola administrasi pendidikan program studi yang baik sesuai prinsip Badan layanan Umum (BLU).

5. Menyiapkan dan membantu pemerataan dokter spesialis anestesi di Indonesia.

Page 4: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

4

PENDIDIKAN TAHAP III

PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI

Mata Kuliah : Anestesi VI

Kode : KKA 701

Nama Dosen :1. Dr.dr. I Putu Pramana Suarjaya,SpAn.M.Kes.KMN.KNA

2. dr. Dewa Ayu Mas Shintya Dewi,SpAn

3. dr.Pontisomaya Parami,SpAn.MARS

4. dr. Kadek Agus Heryana Putra,SpAn

SKS :3 sks profesi (1 sks profesi = 1 sks praktikum, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat sebanyak 170

menit/minggu/semester = 68 jam/semester/6 bulan = 68 jam/4 minggu = 68 jam/28 hari = 2 jam 25 menit/hari 3sks

profesi = 3 x 2 jam 25 menit = 7 jam 15 menit/hari

Waktu : 4 minggu

Standar Kompetensi :Setelah mengikuti pembelajaran peserta didik akan memiliki kemampuan untuk melakukan penatalaksanaan

anestesi pembedahan saraf sesuai dengan SOP yang ada.

N

O

Kompetensi

Dasar Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian

Penilaian Alokasi Waktu

P

T

M

S

F

Mini-

CEX /

DOPS

C

B

T

OS

CE

4 sks profesi

B

O

B

P

B

J Waktu

1. Peserta didik

mengenal dan

memahami

pengertian,

Peserta didik mampu memahami

fisiologi sistem saraf, meliputi

fisiologi meliputi massa otak dan

cairan serebrospinalis, autoregulasi

Peserta didik mampu

melakukan penatalaksanaan

anestesi bedah saraf meliputi

(A,B,C,D ) bedah saraf,dan

2

ja

m

2

ja

m

3

ja

m

4

minggu

Page 5: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

5

ruang lingkup,

anestesi bedah

saraf

pembuluh darah otak serta

metabolisme otak

Peserta didik mampu melakukan

penatalaksanaan anestesi bedah

saraf, meliputi neurofisologi,

neurofarmakologi

Peserta didik memahami penilaian

preoperatif pasien untuk operasi

intrakranial

Peserta didik memahami

patofisiologi kelainan intraserebral

baik trauma atau non trauma.

Peserta didik memahami

bagaimana melakukan identifikasi

peningkatan tekanan intrakranial

Peserta didik memahami

pemantauan untuk prosedur

intrakranial

menghindari peningkatan

tekanan intrakranial

Peserta didik mampu

melakukan penilaian

preoperatif pasien untuk

operasi intrakranial

Peserta didik mampu

melakukan identifikasi

peningkatan tekanan

intrakranial

Peserta didik mampu

melakukan pemantauan untuk

prosedur intrakranial

Peserta didik mampu

menyiapkan penatalaksanaan

jalan nafas pada operasi

servikal

Peserta didik mampu memilih

anestesia untuk bedah saraf

Page 6: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

6

Peserta didik memahami persiapan

penatalaksanaan jalan nafas pada

operasi servikal

Peserta didik memahami pemilihan

anestesia untuk bedah saraf

Peserta didik memahami cara

pendekatan kegawatan pada

kraniotomi

Peserta didik merencanakan

anestesia yang memungkinkan

dilakukan pemantauan

neurofisiologis

Peserta didik mampu

melakukan pendekatan

kegawatan pada kraniotomi

Peserta didik merencanakan

anestesia yang

memungkinkan dilakukan

pemantauan neurofisiologis

Bobot pencapaian :

Pretest ( 10% ). Mini-Cex (

10% ), CBT ( 40% ), OSCE (

40% )

Keterangan : PT = Pretest, MSF = Multi Source Feedback, CBT = Computerized Based Test, OSCE = Objective Structure Clinical

Examination, Tm = Tatap muka, KP = Kuliah Pengayaan, LP = Laporan Pagi, BST = Bed Site Teaching, BO = Bimbingan Operasi/ Skill

Anestesi-Analgesi/Bimbingan Ilmiah, BP = Bimbingan Poliklinik, BJ = Bimbingan Jaga, LK = Laporan Kasus, JR = Journal Reading

Materi Pokok :

Aliran darah otak Aliran darah otak bergantung pada tekanan arteri serebral dan resistensi pembuluh-pembuluh serebral. Aliran darah otak rata-rata sekitar

50-54_ml/100_gr/menit. Bila aliran darah otak 20 ml/100 gr/menit, elektroensefalografi (EEG) menunjukkan tanda iskemik. Bila aliran darah

otak 6-9 ml/100 gr/menit, Ca2+

masuk ke dalam sel. Aliran darah otak proporsional terhadap tekanan perfusi otak.

Tekanan perfusi otak adalah perbedaan tekanan arteri rata-rata (pada saat masuk) dengan tekanan vena rata-rata (saat keluar) pada sinus

sagitalis lymph / serebral venous junction. Nilai normalnya 80-90_mmHg. Akan tetapi, secara praktis, adalah perbedaan tekanan arteri rata-rata

Page 7: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

7

(MAP= mean arterial pressure) dan tekanan intrakranial rata-rata yang diukur setinggi foramen Monroe. Tekanan perfusi otak = MAP - tekanan

intrakranial, akan menurun bila ada penurunan tekanan arteri atau kenaikkan tekanan intrakranial. Bila tekanan perfusi otak turun sampai 50

mmHg, EEG akan terlihat melambat dan ada perubahan-perubahan ke arah serebral iskemia. Tekanan perfusi otak kurang dari 40 mmHg, EEG

menjadi datar, menunjukkan adanya proses iskemik yang berat yang bisa reversibel atau ireversibel. Bila tekanan perfusi otak kurang dari 20

mmHg untuk jangka waktu lama, terjadi iskemik neuron yang ireversibel.

Pasien cedera kepala dengan tekanan perfusi otak kurang dari 70 mmHg akan mempunyai prognosa yang buruk. Pada tekanan intrakranial

yang tinggi, supaya tekanan perfusi otak adekuat, maka perlu tetap mempertahankan tekanan darah yang normal atau sedikit lebih tinggi. Usaha

kita adalah untuk mempertahankan tekanan perfusi otak normal, oleh karena itu, hipertensi yang memerlukan terapi adalah bila tekanan arteri

rata-rata lebih besar dari 130-140 mmHg.

Autoregulasi

Aliran darah otak dipertahankan konstan pada MAP 50-150mmHg. Pengaturan ini disebut autoregulasi yang disebabkan oleh kontraksi

otot polos dinding pembuluh darah otak sebagai jawaban terhadap perubahan tekanan transmural. Jika melebihi batas ini, walaupun dengan

dilatasi maksimal atau konstriksi maksimal dari pembuluh darah otak, aliran darah otak akan mengikuti tekanan perfusi otak secara pasif. Bila

aliran darah otak sangat berkurang (MAP<50 mmHg) serebral iskemia bisa terjadi. Jika di atas batas normal (MAP>150 mmHg), tekanan akan

merusak daya konstriksi pembuluh darah dan aliran darah otak akan naik dengan tiba-tiba. Dengan demikian, terjadilah kerusakan BBB, yang

dapat menimbulkan terjadinya edema serebral dan perdarahan otak.

Berbagai keadaan dapat mengubah batas autoregulasi, misalnya hipertensi kronis. Pada hipertensi kronis autoregulasi bergeser ke kanan

sehingga sudah terjadi serebral iskemia pada tekanan darah yang dianggap normal pada orang sehat. Serebral iskemia, serebral infark, trauma

kepala, hipoksia, abses otak, diabetes, hiperkarbi berat, edema sekeliling tumor otak, perdarahan subarahnoid, aterosklerosis serebrovaskular,

obat anestetik inhalasi juga mengganggu autoregulasi. Karena pada cedera kepala autoregulasi terganggu, adanya hipotensi yang tiba-tiba bisa

menimbulkan cedera otak sekunder.

b. Pa CO2

Aliran darah otak berubah kira-kira 4% (0,95-1,75 ml/100_gr/menit) setiap mmHg perubahan PaCO2 antara 25-80 mmHg. Jadi, jika

dibandingkan dengan keadaan normokapni, aliran darah otak dua kali lipat pada PaCO2 80 mmHg dan setengahnya pada PaCO2 20_mmHg.

Karena hanya sedikit perubahan aliran darah otak pada PaCO2 < 25 mmHg, malahan bisa terjadi serebral iskemia akibat perubahan biokimia,

maka harus dihindari hiperventilasi yang berlebihan. Pada operasi tumor otak dipasang pemantau kapnogram untuk mengukur end Tidal CO2,

umumnya dipertahankan end Tidal CO2 25-30mmHg yang setara dengan PaCO2 29 - 34 mmHg, tetapi pada cedera kepala akut PaCO2 jangan

35 mmHg.

Page 8: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

8

c. Pa O2

Bila PaO2 < 50 mmHg, akan terjadi serebral vasodilatasi dan aliran darah otak akan meningkat. Suatu peningkatan PaO2 hanya sedikit

pengaruhnya terhadap resistensi pembuluh darah serebral. Pada binatang percobaan bila PaO2>450 mmHg terjadi sedikit penurunan aliran darah

otak walaupun tidak nyata. Akan tetapi, pada manusia selama operasi otak PaO2 jangan melebihi 200 mmHg.

Temperatur

Penurunan temperatur tubuh akan memperlambat metabolisme serebral. Hal ini berarti menurunkan aliran darah otak. Setiap penurunan

temperatur 1oC, aliran darah otak menurun kira-kira 5%.

Autoregulasi adalah suatu mekanisme yang sangat sensitif terhadap cedera dan terganggu setelah cedera otak, anestetik inhalasi, dan

rangsangan simpatis. Efek yang segera timbul pada autoregulasi adalah menurunkan batas atas dari autoregulasi sehingga pada tekanan darah

sedikit di atas normal bisa terjadi kerusakan BBB dan edema otak. Pada daerah yang terganggu (iskemia, trauma atau neoplasma) terjadi

penekanan fungsi neuron, asidosis laktat, edema, gangguan autoregulasi, dan kemungkinan juga gangguan reaksi terhadap CO2 .

Tekanan intrakranial

Isi tengkorak terdiri dari jaringan otak (86%), darah (4%) dan cairan serebrospinal (10%). Cairan serebrospinal dibentuk dengan kecepatan

konstan, 80% atau lebih dibuat di pleksus koroideus, sisanya dibuat di parenkim otak. Fungsi cairan serebrospinal adalah untuk proteksi,

sokongan, dan regulasi kimia otak. Produksi cairan serebrospinal kira-kira 0,35-0,4 ml/menit atau 30 ml/jam atau 500-600 ml/hari. Absorbsinya

bergantung pada perbedaan tekanan cairan serebrospinal dan vena. Absorbsi tersebut terjadi melalui villi korialis. Beberapa obat anestetik

mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Adanya darah pada cairan serebrospinal dapat menyumbat granulasio-arahnoid

sehingga mengganggu absorbsi cairan serebrospinal dan menyebabkan terjadinya hidrosefalus. Volume dan tekanan cairan serebrospinal

berbeda pada anak dan dewasa.

Bahan Bacaan :

1. Cottrell, J.E., Young, W.L. 2010. Cottrell and Young`s Neuroanesthesia. Fifth Ed. Mosby Saunders.

2. Miller, C.M.; Torbey, M.T. 2015. Neurocritical Care Monitoring. Demos Medical. New York.

3. Lee K. 2012.The Neuro ICU Book. New York: McGraw-Hill

4. Lee Roux PD, Levine JM, Kofke WA. 2013. Monitoring in Neurocritical Care. Philadelphia : Elsevier

5. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ. 2013. Clinical Anaesthesiology, 4th ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill

Page 9: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

9

6. Robert K. Stoelting, Simon C. Hiller. 2012. Pharmacology & Physiology in Anesthesic Practice

Mata Kuliah : Anestesi VII Kode Mata Kuliah : KKA 702

Nama Dosen : 1. dr. I Made Subagiartha, SpAn, KAKV

2. dr. I Ketut Wibawa Nada, SpAn, KAKV

3. Dr. dr. I Putu Pramana Suarjaya, SpAn, MKes, KMN, KNA

4. dr. Cynthia Dewi Sinardja, SpAn, MARS

SKS : 3 sks profesi

Waktu : 4 minggu (2 minggu dalam stase BTKV dan chief IRD, 2 minggu di IPJT)

1 sks profesi = 1 sks praktikum, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat sebanyak 170 menit/minggu/semester = 68

jam/semester/6 bulan = 68 jam/4 minggu = 68 jam/28 hari = 2 jam 25 menit/hari

3 SKS profesi = 3 x 2 jam 25 menit/hari = 7 jam 15 menit/hari

Standar Kompetensi :Setelah mengikuti pembelajaran peserta didik akan memiliki kemampuan untuk melakukan penatalaksanaan

anestesi pembedahan kardiotorasik sesuai dengan SOP yang ada.

No

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian

Penilaian Alokasi Waktu

P

T

M

S

F

Mini-

CEX /

DOPS

C

B

T

OS

CE

4 sks profesi

BO BP BJ Waktu

1. Peserta didik memiliki

kemampuan melakukan

penanganan pasien kardiotorasik

Peserta didik

mempelajari

mengenai

penanganan pasien

kardiotorasik

Peserta didik mampu

melakukan penanganan

pasien kardiotorasik

2

jam

2

jam

3

jam

4

minggu

Keterangan : PT = Pretest, MSF = Multi Source Feedback, CBT = Computerized Based Test, OSCE = Objective Structure Clinical

Examination, Tm = Tatap muka, KP = Kuliah Pengayaan, LP = Laporan Pagi, BST = Bed Site Teaching, BO = Bimbingan Operasi/ Skill

Anestesi-Analgesi/Bimbingan Ilmiah, BP = Bimbingan Poliklinik, BJ = Bimbingan Jaga, LK = Laporan Kasus, JR = Journal Reading

Page 10: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

10

Materi Pokok :

Pengetahuan tentang bidang ilmu kardiotorasik telah berkembang sangat luas dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini ilmu kardiotorasik menjadi

salah satu bagian utama yang menjadi perhatian masyarakat kedokteran secara luas, dan ahli anestesi dan terapi intensif secara khusus.

Penatalaksaan anestesi kardiotorasik mencakup anestesi pada pasien dengan permasalahan kardiak yang menjalani operasi kardiak maupun

operasi non kardiak. Dalam menangani pasien dengan permasalahan kardiak, seorang ahli anestesi harus memiliki pemahaman yang dalam

tentang fisiologi kardiovaskuler baik untuk kepentingan anestesia maupun kepentingan aplikasi praktis pada penanganan pasien.

Pengetahuan dasar dan lanjutan tentang keadaan dan penanganan pasien-pasien tersebut harus dikuasai dengan baik agar hasil maksimal

yang diharapkan dapat tercapai. Seorang ahli anestesi diharapkan sangat mengerti tentang keadaan pasien dengan masalah kardiak yang akan

menjalani tindakan operasi kardiotorasik dan mampu menangani penatalaksanaan atau manajemen anestesia pada pasien tersebut. Selain itu,

kemampuan yang sama akan dituntut pula pada saat seorang ahli anestesi menangani pasien dengan masalah kardiak yang akan menjalani

operasi non kardiotoraksik.

Bahan Bacaan:

1. Kaplan, J.A., Slinger, P.D. Thoracic Anesthesia. Third Ed. Churchill Livingstone.

2. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ. 2013. Clinical Anaesthesiology, 4th ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill

3. Robert K. Stoelting, Simon C. Hiller. 2012. Pharmacology & Physiology in Anesthesic Practice. Fourth Edition. Lippincott Williams &

Wilkins, Philadelphia, USA

4. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. 2012. Clinical Anaesthesia, 5th ed. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins

5. Miller,RD. 2009. Miller’s Anesthesia 6th ed

6. Gillman,J. 1998. Perioperative Medicine

7. Stone,DJ. 2004. Perioperative Care

8. Katzung, BG. 2004. Basic & Clinical Pharmacology 9th ed

Page 11: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

11

9. Practice Guidelines for Postanesthetic Care. Anesthesiology 2002; 96(3)

Mata Kuliah : Intensive Care III Kode Mata Kuliah : KKA 703

Nama Dosen : 1. dr. I Ketut Sinardja, SpAn, KIC

2. Dr. dr. I Wayan Suranadi, SpAn, KIC

3. dr. I Wayan Aryabiantara, SpAn, KIC

4. dr. I Made Agus Kresna Sucandra, SpAn

SKS : 4 sks profesi

Waktu : 4 minggu

1 sks profesi = 1 sks praktikum, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat sebanyak 170 menit/minggu/semester = 68

jam/semester/6 bulan = 68 jam/4 minggu = 68 jam/28 hari = 2 jam 25 menit/hari

4 SKS profesi = 4 x 2 jam 25 menit/hari = 9 jam 40 menit/hari

Standar Kompetensi : Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan penatalaksanan pasien

dengan end of lifecare sesuai dengan SOP yang ada.

No

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian

Penilaian Alokasi Waktu

P

T

M

S

F

Mini-

CEX /

DOPS

C

B

T

OS

CE

4 sks profesi

BO BP BJ Waktu

1. Peserta didik memiliki

kemampuan melakukan

penanganan pasien kritis

nonbedah secara

multidisiplin

Peserta didik mempelajari

mengenai penanganan

pasien kritis nonbedah

secara multidisiplin

Peserta didik mampu

melakukan penanganan

pasien kritis nonbedah

secara multidisiplin

6

jam

1

jam

3

jam

2

minggu

2. Peserta didik memiliki

kemampuan melakukan

penanganan pasien kritis

Peserta didik mempelajari

mengenai penanganan

pasien kritis bedah secara

Peserta didik mampu

melakukan penanganan

pasien kritis bedah secara

6

jam

1

jam

3

jam

2

minggu

Page 12: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

12

bedah secara multidisiplin multidisiplin multidisiplin

Keterangan : PT = Pretest, MSF = Multi Source Feedback, CBT = Computerized Based Test, OSCE = Objective Structure Clinical

Examination, Tm = Tatap muka, KP = Kuliah Pengayaan, LP = Laporan Pagi, BST = Bed Site Teaching, BO = Bimbingan Operasi/ Skill

Anestesi-Analgesi/Bimbingan Ilmiah, BP = Bimbingan Poliklinik, BJ = Bimbingan Jaga, LK = Laporan Kasus, JR = Journal Reading

Materi Pokok :

Terapi intensif sedang berkembang secara pesat. Dalam dekade terakhir telah terdapat banyak kemajuan dalam teknologi, diagnostik,

penanganan dan pemahaman kita terhadap patogenesis suatu penyakit yang mempengaruhi pasien dengan penyakit kritis. Penatalaksaan terapi

intensif merupakan hal yang mempunyai peranan penting dalam keberhasilan penanganan pasien, baik pasien pasca pembedahan maupun

pasien dengan kondisi khusus tanpa pembedahan. Pasien pasca pembedahan dan pasien dengan kondisi khusus yang memerlukan penanganan

dan pengawasan intensif akan menuntut adanya seorang ahli anestesi dan terapi intensif yang mampu menangani dan mengawasi pasien

tersebut.

Penanganan kondisi-kondisi seperti luka bakar, stroke, gagal hepar akut, tromboembolisme dan penurunan kesadaran telah banyak

mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir dengan diagnostik dan modalitas terapi yang baru. Karena itu, seorang ahli anestesi dan

terapi intensif dituntut harus memiliki pengetahuan dan keterampilan kedokteran critical dan perawatan intensif dalam mengelola dan

menangani pasien-pasien tersebut. Selain itu, dalam perawatan intensif kita harus mampu melakukan kerja sama yang baik dengan teman

sejawat dari disiplin ilmu yang berbeda agar pasien dapat tertangani dengan lebih baik. Pengetahuan dasar dan lanjutan tentang keadaan dan

penanganan pasien-pasien tersebut harus dikuasai dengan baik agar hasil maksimal yang diharapkan dapat tercapai.

Bahan Bacaan:

1. Bersten AD, Soni N. 2014. Oh’s Intensive Care Manual. Elsevier.

2. Marino PL. 2014.Marino’s The ICU Book. 4th

edition. Philadelphia : Lippincot William & Wilkins.

3. Irwin RS, Rippe JM. 2012. Irwins & Rippe Intensive Care Medicine. Philadelphia : Lippincot William & Wilkins.

Page 13: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

13

4. Nimmo, G.R.; Singer, M. (ed). 2011. ABC of Intensive Care. Second Ed. Blackwell. West Sussex UK.

5. Paw, H.G.W.; Shulman R. 2013. Hand Book of Drugs. Fifth Ed. Cambridge University Press. New York.

6. Humphreys, H.; Paul, B.W.M. 2013. Infections in the Adult Intensive Care Unit. Springer-verlag. London.

7. Toy, E.C; Liu, T.H.; Suarez, M. 2014. Case Files: Critical Care. Mc. Graw Hill. United States.

8. Chang. D.W. 2014. Clinical Application of Mechanical Ventilation. Fourth Ed. Delmar. New York.

9. Hess, D.R.; Kacmarek, R.M. 2014. Essentials of Mechanical Ventilation. Thrid Ed. Mc. Graw Hill. United States.

10. Kumar, S. (ed). 2014. The Protocol Book for Intensive Care. Fourth Ed. Jaypee Brothers Medical Publisher. New Delhi.

11. Jones, J.; Fix, B. 2015. Critical Care Notes. Second Ed. F.A. Davis Company. Philadelphia.

12. Cresci, G.A. 2015. Nutrition SUpport For the Critically Ill Patient. Second Ed. CRC Press. Boca Raton.

13. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ. 2013. Clinical Anaesthesiology, 4th ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill

14. Robert K. Stoelting, Simon C. Hiller. 2012. Pharmacology & Physiology in Anesthesic Practice. Fourth Edition. Lippincott Williams &

Wilkins, Philadelphia, USA

15. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. 2012. Clinical Anaesthesia, 5th ed. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins

16. Miller,RD. 2009. Miller’s Anesthesia 6th ed

17. Practice Guidelines for Postanesthetic Care. Anesthesiology 2002; 96(3)

Page 14: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

14

Mata Kuliah : Keterampilan Klinik Anestesiologi dan Terapi Intensif VI

Kode : KKA 704

Nama Dosen :1. dr. I Made Gede Widnyana Sp.An . M.Kes. KAR

2. DR.dr. Putu Pramana, SpAn. KMN,KNA,MKes

3. dr. Ida Bagus Krisnajaya Sutawan, SpAn.

4. dr. Putu Agus Surya Panji,SpAn.KIC

SKS : 3 sks profesi

Waktu : 4 minggu

1 sks profesi = 1 sks praktikum, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat sebanyak 170 menit/minggu/semester = 68

jam/semester/6 bulan = 68 jam/4 minggu = 68 jam/28 hari = 2 jam 25 menit/hari

3 SKS profesi =3 x 2 jam 25 menit/hari = 7 jam 15 menit/hari

Standar Kompetensi : Setelah mengikuti pembelajaran selama 4 minggu peserta didik memiliki kemampuan anestesi pembedahan

saraf,anestesi pembedahan multitrauma, gangguan multiorgan, pasca bedah neuro dan pasca bedah jantung

sesuai dengan SOP yang ada

N

O Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian

Penilaian Alokasi Waktu

PT MSF

Mini-

CEX /

DOPS

C

B

T

OS

CE BO BP BJ

Waktu

1 Peserta didik

mampu

mempelajari

fisiologi dan

anatomi sistem

saraf pusat.

Peserta didik mampu

menjelaskan fisiologi

dan anatomi sistem

saraf pusat.

Peserta didik mengetahui

fisiologi dan anatomi sistem

saraf pusat.

4

jam

1

jam

2,5

ja

m

2 hari

2 Peserta didik Peserta didik mampu Peserta didik mengetahui 4 1 2,5 2 hari

Page 15: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

15

mampu

mempelajari

perubahan fisiologi

dan patologi pada

trauma, tumor otak.

menjelaskan fisiologi

dan patologi pada

trauma, tumor otak.

fisiologi dan patologi pada

trauma, tumor otak.

jam jam ja

m

3 Peserta didik

mampu

mempelajari

pengendalian

tekanan

intrakranial,

komplikasi

intraoperasi pada

pasien dengan

posisi tertentu

Peserta didik mampu

menjelaskan

pengendalian tekanan

intrakranial, komplikasi

intraoperasi pada pasien

dengan posisi tertentu

Peserta didik mengetahui

pengendalian tekanan

intrakranial, komplikasi

intraoperasi pada pasien dengan

posisi tertentu

4

jam

1

jam

2,5

ja

m

2 hari

4 Peserta didik

mampu

mempelajari

perawatan pasien

post operasi bedah

saraf

Peserta didik mampu

menjelaskan perawatan

pasien post operasi

bedah saraf

Peserta didik mengetahui

perawatan pasien post operasi

bedah saraf

4

jam

1

jam

2,5

ja

m

2 hari

5 Peserta didik

mampu

mempelajari

perawatan pasien

pascaoperasi bedah

saraf dengan target

resusitasi otak

Peserta didik mampu

menjelaskan perawatan

pasien pascaoperasi

bedah saraf dengan

target resusitasi otak

Peserta didik mengetahui

perawatan pasien pascaoperasi

bedah saraf dengan target

resusitasi otak

4

jam

1

jam

2,5

ja

m

2 hari

6 Peserta didik

mampu

Peserta didik mampu

menjelaskan perawatan

Peserta didik mengetahui

perawatan pasien pascaoperasi 4

jam

1

jam

2,5

ja

2 hari

Page 16: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

16

mempelajari

perawatan pasien

pascaoperasi bedah

saraf dengan target

pencegahan

peningkatan

tekanan

intrakranial secara

mekanik dan

farmakologi

pasien pascaoperasi

bedah saraf dengan

target pencegahan

peningkatan tekanan

intrakranial secara

mekanik dan

farmakologi

bedah saraf dengan target

pencegahan peningkatan tekanan

intrakranial secara mekanik dan

farmakologi

m

7 Peserta didik mapu

mempelajari

perawatan pasien

pascaoperasi bedah

saraf dengan target

nutrisi

Peserta didik mampu

menjelaskan perawatan

pasien pascaoperasi

bedah saraf dengan

target nutrisi

Peserta didik mengetahui

perawatan pasien pascaoperasi

bedah saraf dengan target nutrisi

4

jam

1

jam

2,5

ja

m

2 hari

Keterangan : PT = Pretest, MSF = Multi Source Feedback, CBT = Computerized Based Test, OSCE = Objective Structure Clinical

Examination, Tm = Tatap muka, KP = Kuliah Pengayaan, LP = Laporan Pagi, BST = Bed Site Teaching, BO = Bimbingan Operasi/ Skill

Anestesi-Analgesi/Bimbingan Ilmiah, BP = Bimbingan Poliklinik, BJ = Bimbingan Jaga, LK = Laporan Kasus, JR = Journal Reading

Materi Pokok :

Anestesi bedah saraf merupakan tindakan anestesi dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi di mana diperlukan pengertian mendalam

akan fisiologi dan anatomi sistem saraf pusat, perubahan fisiologi dan patologi pada trauma maupun nontrauma seperti tumor otak. Dimana

dari tiap kasus didapatkan kekhususkan masing-masing sehingga diperlukan pemahaman yang cukup dalam mengenai fisiologi, patofisiologi

sistem saraf otak, termasuk didalamnya komposisi isi tengkorak dan mekanisme kompensasinya. Pada pasien dengan peningkatan tekanan

tekanan intrakranial, diperlukan penanganan lebih detil dalam hal mencegah perburukan lebih lanjut baik dengan tindakan anestesi yang

dilakukan atau perawatan paska operasi. Untuk penanganan tekanan intrakranial yang tinggi, diperlukan modalitas untuk mengendalikannya

baik secara farmakologi maupun secara mekanik (posisi kepala, ketinggian kepala dan pencegahan blokade vena leher).

Page 17: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

17

Pada kasus multitrauma terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain kelas perdarahan, resusitasi cairan dan

penatalaksanaannya, serta bagaimana melakukan penanganan pada kesulitan jalan nafas (fraktur maksilofasial). Kasus multitrauma

seringkali disertai dengan perdarahan sehingga terjadi syok hemoragik terutama pada patah tulang besar ataupun rupturnya organ solid di

abdomen. Dengan diperlukannya respon cepat dalam menangani perdarahan untuk mencegah terjadinya kerusakan organ yang berat akibat

hipoperfusi dan juga menurunkan tingkat mortalitas. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan dalam hal resusitasi cairan dan tranfusi darah.

Dalam hal multitrauma juga seringkali disertai dengan adanya fraktur maksilofasial yang memiliki tingkat kesulitan dalam hal ventilasi

maupun intubasi, sehingga diperlukan pengenalan dini dari kemungkinan kesulitan ventilasi ataupun intubasi yang bisa dinilai dari adanya

perdarahan di jalan nafas, stabilitas dari tulang wajah atau rahang, serta kemampuan untuk membuka mulut. Peralatan yang dibutuhkan dan

persiapan yang harus disiapkan dalam menghadapi kesulitan ini.

Pascaoperasi juga menjadi komponen penting pada pasien bedah saraf di mana target utamanya adalah mencegah peningkatan tekanan

intrakranial lebih lanjut ataupun trauma sekunder dan tindakan brain resusitasi untuk mengurangi edema yang sudah terjadi dan yang terjadi

akibat tindakan pembedahan. Pada bedah saraf juga diharapkan untuk segera pemberian nutrisi enteral untuk mencegah kerusakan ataupun

mobilitas kuman usus yang dapat memperburuk kondisi pasien post operasi. Sedangkan untuk perawatan pasien pasca bedah jantung, sasaran

utamanya yakni mengacu pada perubahan fisiologi kelainan dari pasien bedah jantung yang sudah terjadi akibat kelainan anatomi bawaan

serta koreksi operasi yang telah dilakukan. Pada pasien post operasi bedah jantung diperlukan pemantauan cairan lebih ketat, hemodinamik,

kebutuhan darah, dan topangan yang digunakan. Diperlukan juga pengetahuan mengenai farmakologi, farmakodinamik obat yang dipakai

untuk menopang fungsi jantung setelah operasi bedah jantung.

Bahan Bacaan :

1. Cottrell, J.E., Young, W.L. 2010. Cottrell and Young`s Neuroanesthesia. Fifth Ed. Mosby Saunders.

2. Miller, C.M.; Torbey, M.T. 2015. Neurocritical Care Monitoring. Demos Medical. New York.

3. Lee K. 2012.The Neuro ICU Book. New York: McGraw-Hill

4. Lee Roux PD, Levine JM, Kofke WA. 2013. Monitoring in Neurocritical Care. Philadelphia : Elsevier

5. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ. 2013. Clinical Anaesthesiology, 4th ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill

6. Robert K. Stoelting, Simon C. Hiller. 2012. Pharmacology & Physiology in Anesthesic Practice. Fourth Edition. Lippincott Williams &

Wilkins, Philadelphia, USA

7. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. 2012. Clinical Anaesthesia, 5th ed. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins

Page 18: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

18

8. Miller,RD. 2009. Miller’s Anesthesia 6th ed

9. Gillman,J. 1998. Perioperative Medicine

10. Stone,DJ. 2004. Perioperative Care

11. Katzung, BG. 2004. Basic & Clinical Pharmacology 9th ed

12. Practice Guidelines for Postanesthetic Care. Anesthesiology 2002; 96(3)

Page 19: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

19

Mata Kuliah : Keterampilan Klinik Anestesiologi dan Terapi Intensif VII

Kode : KKA 705

Nama Dosen :1. dr. I Made Subagiartha, SpAn.KAKV,SH

2. dr. I Ketut Wibawa Nada, SpAn. KAKV.

3. dr. Tjahya Aryasa EM Sp.An

SKS : 3 sks profesi

Waktu : 4 minggu

1 sks profesi = 1 sks praktikum, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat sebanyak 170 menit/minggu/semester = 68

jam/semester/6 bulan = 68 jam/4 minggu = 68 jam/28 hari = 2 jam 25 menit/hari

3 SKS profesi =3 x 2 jam 25 menit/hari = 7 jam 15 menit/hari

Standar Kompetensi : Setelah mengikuti pembelajaran selama 4 minggu peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan

penatalaksanaan anestesi/asistensi pembedahan jantung, serta pemantauan pascaoperasi bedah jantung.

N

o

o

.

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian

Penilaian Alokasi Waktu

P

T

M

S

F

Mini-

CEX /

DOPS

C

B

T

OS

CE

3 sks profesi

BO BP BJ Waktu

1 Peserta didik mampu

mempelajari

mengenai operasi

bedah jantung

Peserta didik mampu

menjelaskan mengenai operasi

bedah jantung

Peserta didik mengetahui

mengenai operasi bedah

jantung

4

jam

1

jam

2,5

ja

m

2 hari

2 Peserta didik mampu Peserta didik mampu Peserta didik mengetahui 4 1 2,5 2 hari

Page 20: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

20

mempelajari

mengenai

patofisiologi jantung

dan efeknya terhadap

anestesi

menjelaskan mengenai

patofisiologi jantung dan

efeknya terhadap anestesi

mengenai patofisiologi

jantung dan efeknya

terhadap anestesi

jam jam ja

m

3 Peserta didik mampu

mempelajari

preoperatif pasien

bedah jantung dan

prediksi post

operatifnya

Peserta didik mampu

menjelaskan preoperatif pasien

bedah jantung dan prediksi

post operatifnya

Peserta didik mengetahui

preoperatif pasien bedah

jantung dan prediksi post

operatifnya

4

jam

1

jam

2,5

ja

m

2 hari

4 Peserta didik mampu

mempelajari

perubahan anatomi

dan fisiologi pada

pasien bedah jantung

Peserta didik mampu

menjelaskan perubahan

anatomi dan fisiologi pada

pasien bedah jantung

Peserta didik mengetahui

perubahan anatomi dan

fisiologi pada pasien

bedah jantung

4

jam

1

jam

2,5

ja

m

2 hari

5 Peserta didik mampu

mempelajari

mengenai farmakologi

dan farmakodinamik

obat-obat inotropik,

vasokonstriktor,

kronotropik

Peserta didik mampu

menjelaskan mengenai

farmakologi dan

farmakodinamik obat-obat

inotropik, vasokonstriktor,

kronotropik

Peserta didik mengetahui

mengenai farmakologi dan

farmakodinamik obat-obat

inotropik, vasokonstriktor,

kronotropik

4

jam

1

jam

2,5

ja

m

2 hari

6 Peserta didik mampu

mempelajari

pengawasan pasien

pasca bedah jantung

Peserta didik mampu

menjelaskan pengawasan

pasien pasca bedah jantung

Peserta didik mengetahui

pengawasan pasien pasca

bedah jantung

4

jam

1

jam

2,5

ja

m

2 hari

7 Peserta didik mampu

mempelajari

mengenai one lung

Peserta didik mampu

menjelaskan mengenai one

lung ventilasi pada anestesi

Peserta didik mengetahui

mengenai one lung

ventilasi pada anestesi

4

jam

1

jam

2,5

ja

m

2 hari

Page 21: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

21

ventilasi pada anestesi

bedah toraks dan

pemasangan double

lumen tube

bedah toraks dan pemasangan

double lumen tube

bedah toraks dan

pemasangan double lumen

tube

Keterangan : PT = Pretest, MSF = Multi Source Feedback, CBT = Computerized Based Test, OSCE = Objective Structure Clinical

Examination, Tm = Tatap muka, KP = Kuliah Pengayaan, LP = Laporan Pagi, BST = Bed Site Teaching, BO = Bimbingan Operasi/ Skill

Anestesi-Analgesi/Bimbingan Ilmiah, BP = Bimbingan Poliklinik, BJ = Bimbingan Jaga, LK = Laporan Kasus, JR = Journal Reading

Materi Pokok :

Anestesi pada pasien kardiotoraks merupakan anestesi dengan bidang peminatan khusus yang memiliki beberapa keunikan tersendiri dalam

pembelajarannya, antara lain meliputi fisiologi jantung dan pembuluh darah serta patofisiologi pada penyakit jantung bawaan ataupun didapat.

Anestesi dengan efek obat yang banyak menyebabkan depresi terhadap kardiovaskular, sedangkan pada pasien dengan kelainan fungsi

kardiovaskular memiliki efek yang berat dengan anestesi, sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup dalam mengenai fisiologi dan

patofisiologi kardiovaskular sehingga dapat memprediksi permasalahan yang bisa terjadi intraoperasi dan pencegahannya, baik untuk operasi

bedah jantung, ataupun operasi nonkardiak dengan kelainan kardiak. Sebelum memulai suatu operasi, terlebih dahulu anestesi melakukan

preoperatif, yang diperlukan untuk memprediksi kemungkinan penyulit intraoperasi maupun post operasi. Di antaranya pada preoperatif dinilai

fungsi paru seperti dengan cara three legs tool, sabrazes, untuk memprediksi fungsi paru sebelum dilakukan operasi. Karena anestesi banyak

bergerak dengan manipulasi di pernafasan, diperlukan prediksi dari fungsi paru dikaitkan dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan

seperti torakotomi, ataupun lobektomi. Diperhitungkan kemungkinan fungsi paru yang hilang karena lobektomi, ataupun atelektasis selama

pembedahan sehingga sebagai seorang anestesi bisa memperkirakan kebutuhan akan bantuan ventilator pasca operasi. Kelainan jantung seperti

katup yang bocor atau sekat yang belum menutup terutama dengan kelainan sianotik, memberikan efek hipoksia kronis dan memiliki rentang

keamanan untuk hipoksia yang sangat kecil, diperlukan kecepatan dan ketepatan dalam bereaksi terhadap hal hal yang mungkin terjadi

intraopertif terutama berkaitan dengan hipoksia.

Untuk pemantauan intraoperasi juga diperlukan monitor yang lebih real time seperti dengan artery line, sehingga perubahan dari tekanan

darah dan nadi bisa terdeteksi lebih awal dan merespon lebih awal. Selain itu juga diperlukan juga pemasangan kateter vena sentral (CVC),

diperlukan untuk akses langsung ke vena sentral, selain untuk pemberian obat juga untuk pemberian cairan. Diperlukan skill dan jam terbang

untuk bisa melakukan pemasangannya.

Tindakan bedah toraks seperti torakotomy diperlukan ventilasi satu paru yang dapat difasilitasi dengan pemasangan pipa double lumen,

dimana tindakan pemasangannya ini juga mempunyai cara pemasangan tersendiri dibandingkan dengan pipa endotrakeal pada umumnya. Pada

Page 22: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

22

ventilasi satu paru terjadi perubahan V/Q mismatch yang dapat berakibat pada terjadinya hipoksia dan desaturasi. Diperlukan adanya

pengetahuan dari ventilasi satu paru untuk menghadapi kemungkinan yang mungkin terjadi intraoperasi dan tindakan yang harus diambil apabila

terjadi hal tersebut.

Pada pasien bedah toraks juga terdapat nyeri yang sangat besar yang bisa mengganggu kemampuan bernafas yang bisa terlihat dari kesulitan

untuk batuk maupun menarik nafas dalam. Untuk penangan nyeri ini bisa diatasi dengan pemberian anestesi epidural di daerah torakal. Tingkat

kesulitan dari pemasangan kateter epidural di torakal cukup tinggi dengan resiko untuk tertembus dura dan medulla spinalis sehingga bisa terjadi

kelumpuhan. Diperlukan keterampilan yang cukup tinggi untuk pemasangan kateter epidural torakal.

Bahan Bacaan :

1. Kaplan, J.A., Slinger, P.D. Thoracic Anesthesia. Third Ed. Churchill Livingstone.

2. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ. 2013. Clinical Anaesthesiology, 4th ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill

3. Robert K. Stoelting, Simon C. Hiller. 2012. Pharmacology & Physiology in Anesthesic Practice. Fourth Edition. Lippincott Williams &

Wilkins, Philadelphia, USA

4. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. 2012. Clinical Anaesthesia, 5th ed. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins

5. Miller,RD. 2009. Miller’s Anesthesia 6th ed

6. Gillman,J. 1998. Perioperative Medicine

7. Stone,DJ. 2004. Perioperative Care

8. Katzung, BG. 2004. Basic & Clinical Pharmacology 9th ed

9. Practice Guidelines for Postanesthetic Care. Anesthesiology 2002; 96(3)

Page 23: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

23

Mata Kuliah : Keterampilan Klinik Interventional of Pain Management

Kode : ATI 706

Nama Dosen :1. dr. IGN Mahaalit Aribawa Sp.An KAR

2. Dr.dr. Tjokorda Gde Agung Senapathi,SpAn.KAR

3. dr. IMG.Widnyana,SpAn.MKes.KAR

4. dr. I Gede Budiarta,SpAn.KMN

SKS :1 sks akademik, 2 sks profesi

Waktu : 4 minggu

1 sks akademik = 1 sks kuliah / lecture / tutorial, yang terdiri dari :

a) tatap muka 50 menit/minggu/semester = 20 jam/semester/6 bulan = 20 Jam / 4 minggu = 20 jam / 20 hari = 1 jam / hari

b) penugasan terstruktur 60 menit/minggu/semester = 24 jam/semester/6 bulan = 24 JAM / 4 MINGGU = 24 JAM / 20 HARI = 72 menit

/hari

c) kegiatan mandiri 60 menit/minggu/semester = 24 jam/semester/6 bulan = 24 JAM / 4 MINGGU = 24 JAM / 20 HARI = 72 menit /hari

1 sks profesi = 1 sks praktikum, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat sebanyak 170 menit/minggu/semester = 68

jam/semester/6 bulan = 68 JAM / 4 MINGGU = 68 JAM / 28HARI = 144 MENIT / HARI.

2 SKS Profesi = 2 x 144 menit / hari = 288 menit / hari = 4 jam 50 menit

Standar Kompetensi : Setelah mengikuti pembelajaran selama 4 minggu peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan

penatalaksanaan nyeri kronik, nyeri muskuloskeletal, nyeri kanker secara intervensional dengan panduan USG dan C-arm

Page 24: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

24

N

o

0

Kompetensi Dasar Pengalaman

Belajar

Indikator

Pencapaian

Penilaian Alokasi Waktu

P

T

M

S

F

Mini-

CEX /

DOPS

C

B

T

OS

CE

1 sks akademik 2 sks profesi

KP LP BST Waktu BO BP BJ Waktu

1. Peserta didik

mengenal dan

mampu melakukan

USG sebagai

media dalam

anestesi

Peserta didik

mempelajari

tatalaksana

anestesi

dibantu USG

Peserta didik

mampu

melakukan

tatalaksana

anestesi dibantu

USG

1

jam

1

ja

m

2

jam

2 hari 3

jam

1

jam

1

jam

2 hari

2. Peserta didik

mengenal dan

mampu memakai

C-arm sebagai

media dalam

anestesi

Peserta didik

mempelajari

tatalaksana

anestesi

dibantu C-Arm

Peserta didik

mampu

melakukan

tatalaksana

anestesi

dibantu

C-Arm

1

jam

1

ja

m

2

jam

2 hari 3

jam

1

jam

1

jam

3 hari

Page 25: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

25

3. Peserta didik

memiliki

kemampuan dalam

anestesi

Fluoroanatomi

Spine

Peserta didik

mempelajari

tatalaksana

anestesi

Fluoroanestesi

Spine

Peserta didik

mampu

melakukan

tatalaksana

anestesi

Fluoroanestesi

Spine

1

jam

1

ja

m

2

jam

2 hari 3

jam

1

jam

1

jam

3 hari

4. Peserta didik

memiliki

kemampuan

manajemen nyeri

musculoskeletal

Peserta didik

mempelajari

tatalaksana

anestesi dalam

penanganan

nyeri

muskuloskeleta

l

Peserta didik

mampu

melakukan

tatalaksana

anestesi dalam

penanganan

nyeri

muskuloskelet

al

1

jam

1

ja

m

2

jam

2 hari 3

jam

1

jam

1

jam

3 hari

5. Peserta didik

memiliki

kemampuan

manajemen Low

Peserta didik

mempelajari

tatalaksana

anestesi dalam

Peserta didik

mampu

melakukan

tatalaksana

1

jam

1

ja

m

2

jam

2 hari 3

jam

1

jam

1

jam

3 hari

Page 26: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

26

back Pain penanganan

Low Back Pain

anestesi dalam

penanganan

Low Back Pain

Keterangan : PT = Pretest, MSF = Multi Source Feedback, CBT = Computerized based test, OSCE = Objective Structure Clinical

Examination, Tm = Tatap muka, KP = Kuliah Pengayaan, LP = Laporan Pagi, BST =Bed Site Teaching, BO = Bimbingan Operasi/ Skill

Anestesi-Analgesi/Bimbingan Ilmiah, BP = Bimbingan Poliklinik, BJ = Bimbingan Jaga, LK = Laporan Kasus, JR = Journal Reading

Materi Pokok :

Menurut American Society of Interventional Pain Physicians (ASIPP), Interventional Pain Management adalah cabang ilmu kedokteran

yang mempelajari tentang diagnosis dan pengobatan gangguan nyeri. Yaitu dengan menerapkan teknik-teknik intervensi dalam menangani nyeri

subakut, kronik, persisten, dan nyeri yang sulit diatasi, baik secara independen maupun bersama dengan modalitas terapi lainnya.

Interventional Pain Management adalah salah satu bentuk terapi farmakologis invasif yang melibatkan blokade saraf perifer atau regional

dengan anestesi local, steroid, atau larutan neurolitik, ablasi dengan menggunakan radiofrekuensi, teknik neuromodulatori, atau terapi

multidisipliner (intervensi psikologis, terapi okupasi, atau modalitas lain seperti akupuntur).

Interventional Pain Management dilakukan oleh dokter spesialis anestesi yang melakukan pelatihan di bidang manajemen nyeri.

Interventional Pain Management diawali dengan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan mengevaluasi riwayat medis pasien, serta melakukan

sejumlah pemeriksaan tambahan. Setelah didapatkan kesimpulan, dibuatlah rencana pengobatan. Rencana pengobatan tersebut umumnya

mengombinasikan terapi intervensi menggunakan bantuan USG, C Arm, dan Fluoroanatomi Spine. Interventional Pain Management, biasanya

dilakukan pada kasus–kasus nyeri musculoskeletal, dan Low Back Pain.

Pada modul Interventional Pain Management, dibahas juga farmakologi dan pemilihan modalitas terapi mulai dari pemilihan anestesi

lokal, opioid, dan atau adjuvant dari terapi intervensi tersebut. Kemudian, terdapat juga sub bagian yang mengajarkan pemilihan modalitas terapi

Page 27: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

27

yang komprehensif mulai dari pemeriksaan awal, rencana intervensi, dan evaluasi intervensi yang diberikan. Dengan harapan peserta didik akan

dapat menjadi seorang ahli anestesi yang handal dalam menegakkan diagnosis, melakukan intervensi dengan bantuan USG, C Arm, dan

Fluoroanatomi Spine yang dapat juga mengevaluasi hasil dari intervensinya tersebut sesuai dengan kaidah – kaidah rasional terapi dan patient

safety.

Bahan Bacaan :

1. Waldman.2015. Atlas of Interventional Pain Management. 4th edition. Philadelphia : elsevier

2. Diwan S, Staats P. 2015. Atlas of Pain Medicine Procedure. New York : Mc Graw Hill.

3. McNally E. 2014. Practical Muskuloskeletal Ultrasound. 2nd edition. Elsevier.

4. Waldman.2013. Atlas of Pain Management Injection Technique. 3rd edition. Elsevier.

5. Raj PP, Erdine S. 2012.Pain Relieving Procedure. Wiley blackwell.

6. Zundert JV et all.2012. Evidence Based Interventional Pain Medicine : According to Clinical Diagnoses. Wiley Blackwell.

Page 28: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

28

Mata Kuliah : Anesthesia Crisis Management

Kode : ATI 707

Nama Dosen : DR. dr. Tjok. Gede Agung Senapathi Sp.An KAR

SKS :1 sks akademik, 2 sks profesi

Waktu : 4 minggu

1 sks akademik = 1 sks kuliah / lecture / tutorial, yang terdiri dari :

a. tatap muka 50 menit/minggu/semester = 20 jam/semester/6 bulan = 20 Jam / 4 minggu = 20 jam / 20 hari = 1 jam / hari

b. penugasan terstruktur 60 menit/minggu/semester = 24 jam/semester/6 bulan = 24 JAM / 4 MINGGU = 24 JAM / 20 HARI = 72

menit /hari

c. kegiatan mandiri 60 menit/minggu/semester = 24 jam/semester/6 bulan = 24 JAM / 4 MINGGU = 24 JAM / 20 HARI = 72 menit

/hari

II. 1 sks profesi = 1 sks praktikum, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat sebanyak 170 menit/minggu/semester =

68 jam/semester/6 bulan = 68 JAM / 4 MINGGU = 68 JAM / 28HARI = 144 MENIT / HARI.

2 SKS Profesi = 2 x 144 menit / hari = 288 menit / hari = 4 jam 50 menit

Standar Kompetensi :Setelah mengikuti pembelajaran selama 1 minggu Peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan

penatalaksanaan Anesthesia Crisis Management ( ACM ), gangguan multiorgan, Advanced Life Aupport

Page 29: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

29

N

o

0

Kompetensi

Dasar

Pengalaman

Belajar Indikator Pencapaian

Penilaian Alokasi Waktu

P

T

M

S

F

Mini-

CEX /

DOPS

C

B

T

OS

CE

1 sks akademik 2 sks profesi

K

P

L

P BST Waktu BO

B

P

B

J Waktu

1. Peserta didik

mengenal dan

mampu

melakukan

prosedur

Advanced Life

Support

Peserta didik

mempelajari

tatalaksana

Advanced Life

Support

Peserta didik mampu

melakukan tatalaksana

Advanced Life

Support

1

ja

m

1

ja

m

2

jam

5 hari 3

jam

1

ja

m

1

ja

m

1

minggu

2. Peserta didik

mengenal dan

mampu

melakukan

prosedur

Anesthesia

Crisis

Management

Peserta didik

mempelajari

tatalaksana

Anesthesia

Crisis

Management

Peserta didik mampu

melakukan

tatalaksana

Anesthesia Crisis

Management

1

ja

m

1

ja

m

2

jam

10 hari 3

jam

1

ja

m

1

ja

m

2

minggu

3. Peserta didik

dapat

menganalisis

gangguan

multiorgan

Peserta didik

mempelajari

tanda-tanda

gangguan multi

organ

Peserta didik

mempelajari

patofisiologi

gangguan

multiorgan

Peserta didik mampu

mengenali tanda-

tanda gangguan multi

organ

Peserta didik mampu

menganalisis

patofisiologi

gangguan multiorgan

Peserta didik mampu

melakukan

1

ja

m

1

ja

m

2

jam

5 hari 3

jam

1

ja

m

1

ja

m

1

minggu

Page 30: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

30

Peserta didik

mempelajari

tatalaksana

gangguan

multiorgan

Peserta didik

mempelajari

pencegahan

gangguan

multiorgan

tatalaksana gangguan

multiorgan

Peserta didik mampu

mencegah kegagalan

multiorgan

Keterangan : PT = Pretest, MSF = Multi Source Feedback, CBT = Computerized based test, OSCE = Objective Structure Clinical

Examination, Tm = Tatap muka, KP = Kuliah Pengayaan, LP = Laporan Pagi, BST =Bed Site Teaching, BO = Bimbingan Operasi/ Skill

Anestesi-Analgesi/Bimbingan Ilmiah, BP = Bimbingan Poliklinik, BJ = Bimbingan Jaga, LK = Laporan Kasus, JR = Journal Reading

Materi Pokok :

Anesthesia Crisis Management (ACM), adalah modul yang dipublikasikan pada tahun 2011, dan didalamnya terdapat 22 koleksi

kasus life threatening crises yang dapat ditemui dalam praktek anestesi setiap harinya. Dengan menggunakan panduan yang diterima

nasional dan internasional, yang merupakan masukan dari kelompok–kelompok anestesiologi yang mendalami bidang–bidang tertentu

yang memiliki alur yang bermateri kuat, ideal, berfungsi dengan baik dalam kondisi kamar operasi.

Anesthesia Crisis Management (ACM) secara umum merupakan modul dengan implementasi kegiatan Anesthesia crisis

management sendiri, Advanced Life Support, dan penanganan gangguan multiorgan. Hal ini terlihat dalam setiap modulnya yang dikemas

rapi yang mengimplementasi hal berikut. Diharapkan dengan adanya modul ini, peserta didik dapat memberikan penannganan terhadap

pasien secara komprehensif dengan mengutamakan prinsip – prinsip patient safety yang kemudian dapat mencetak seorang dokter

anestesi yang dapat berpikir komprehensif demi kesejahteraan pasien pre, durante, dan post operasi.

Page 31: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

31

Anesthesia Crisis Management (ACM), dalam modul silabus ini memiliki salah satu subbagian yang mengajarkan teori dan

praktek kepemimpinan, bagaimana mengelola sumber daya manusia atau crew resource management yang secara praktis dapat

diterapkan dalam lingkungan kamar operasi yang telah dirancang berdasarkan prinsip – prinsip keselamatan dalam dunia aviasi. Dalam

modul ini diajarkan dan dirumuskan checklist – checklist keselamatan kerja yang berisi instruksi yang telah dilakukan studi dan terbukti

dalam perannya terhadap patient safety.

Anesthesia Crisis Management (ACM), dalam prakteknya digunakan secara ekstensif oleh European Society of Anaesthesiologist

dalam membuat referensi dan checklist krisis kamar operasi yang konsisten dengan Deklarasi Helsinki tahun 2010 tentang Patient Safety

in Anaesthesiology. Anesthesia Crisis Management (ACM) sangat direkomendasikan oleh BMA 2012 dan juga diimplementasikan oleh

Australian Society of Anaesthetists.

Bahan Bacaan :

1. Borshoff DC. 2011. The Anaesthetic Crisis Manual. New York : Cambrige University Press.

2. Farcy DA, Chiu WC, Flaxman A, Marshall JP. 2012. Critical Care emergency medicine. New York : Mc Graw Hill.

3. Bersten AD, Soni N. 2014. Oh’s Intensive Care Manual. Elsevier.

4. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ. 2013. Clinical Anaesthesiology, 4th ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill

5. Robert K. Stoelting, Simon C. Hiller. 2012. Pharmacology & Physiology in Anesthesic Practice. Fourth Edition. Lippincott Williams &

Wilkins, Philadelphia, USA

6. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. 2012. Clinical Anaesthesia, 5th ed. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins

7. Miller,RD. 2009. Miller’s Anesthesia 6th ed

8. Gillman,J. 1998. Perioperative Medicine

9. Stone,DJ. 2004. Perioperative Care

Page 32: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

32

10. Katzung, BG. 2004. Basic & Clinical Pharmacology 9th ed

11. Practice Guidelines for Postanesthetic Care. Anesthesiology 2002; 96(3)

Page 33: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

33

Mata Kuliah : Kegawatdaruratan Anestesiologi dan Terapi Intensif V

Kode : KKA 801

Nama Dosen :1. dr. Made Agus Kresna Sucandra Sp.An

2. dr. I Gede Budiarta,Sp.An.KNM

3. dr. I Wayan Aryabiantara,SpAn.KIC

4. Dr.dr. I Wayan Suranadi,SpAn.KIC

SKS :3 sks profesi

Waktu :12 minggu

1 sks profesi = 1 sks praktikum, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat sebanyak 170 menit/minggu/semester = 68

jam/semester/6 bulan = 68 JAM / 12 MINGGU = 68 JAM / 84 HARI = 48 MENIT / HARI.

3 SKS Profesi = 3 x 48 menit / hari = 2 jam 24 menit / hari

Standar Kompetensi :Setelah mengikuti pembelajaran selama 12 minggu peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan

penatalaksanan anestesi pembedahan emergensi, pasien gawat dan laporan tentang kasus yang telah ditangani

secara komprehensif dengan disajikan secara seminar yang sudah ditentukan

N

o

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian

Penilaian Alokasi Waktu

P

T

M

S

F

Mini-

CEX /

DOPS

C

B

T

OS

CE

3 sks profesi

BO BP BJ Waktu

1. Peserta didik

mengenal dan

mampu melakukan

Traumatologi I

Peserta didik mempelajari

tatalaksana Traumatologi I

Peserta mempelajari penyajian

laporan kasus traumatologi

secara komprehensif

Peserta didik mampu

melakukan tatalaksana

Traumatologi

Peserta mampu menyajikan

laporan kasus traumatologi

secara komprehensif

1

jam

30

me

nit

1

jam

6

minggu

Page 34: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

34

2. Peserta didik

mengenal dan

mampu melakukan

prosedur anestesi

bedah gawat darurat

Peserta didik mempelajari

tatalaksana anestesi bedah

gawat darurat

Peserta didik mampu

melakukan tatalaksana

anestesi bedah gawat

darurat

1

ja

m

30

me

nit

1

ja

m

6

minggu

Keterangan : PT = Pretest, MSF = Multi Source Feedback, CBT = Computerized based test, OSCE = Objective Structure Clinical

Examination, Tm = Tatap muka, KP = Kuliah Pengayaan, LP = Laporan Pagi, BST =Bed Site Teaching, BO = Bimbingan Operasi/ Skill

Anestesi-Analgesi/Bimbingan Ilmiah, BP = Bimbingan Poliklinik, BJ = Bimbingan Jaga, LK = Laporan Kasus, JR = Journal Reading

Materi Pokok :

Anestesi untuk pasien trauma memerlukan suatu pengetahuan mendalam tentang tatalaksana serta cara persiapan perioperatif untuk

pasien bedah trauma yang akan menjalani prosedur bedah darurat. Diperlukan pengetahuan mendasar tentang traumatologi dan kasus yang

memerlukan tatalaksana anestesi. Dengan cara penyajian laporan kasus tentang ilmu traumatologi anestesi disertai pedoman untuk melakukan

anestesi pada bedah gawat darurat diharapkan diperoleh pemahaman akan tatalaksana anestesi bedah gawat darurat.

Asesmen pertama pasien trauma dapat dibagi menjadi, primary survey, secondary survey dan tetiary survey. Primary survey akan

berlangsung 2 – 5 menit dan mencakup urutan ABCDE trauma: Jalan nafas, Breathing, Circulation, Disability dan Exposure. Resusitasi dan

asesmen berlangsung simultan. Resusitasi trauma mencakup 2 tahap: menghentikan perdarahan dan memperbaiki cedera. Secondary dan

tertiary survey lebih komprehensif mengikuti primary survey.

Pada pasien trauma pertama kali yang dilakukan adalah penilaian survey primer ABCDE, dan pembebasan jalan nafas. Bila ada dugaan

trauma leher, tindakan in line position. Lakukan pemberian oksigenasi dan ventilasi bila perlu. Pasang akses vena dengan jarum 16-14 G, dan

resusitasi cairan kristaloid hangat. Selanjutnya adalah menghentikan perdarahan eksternal bila ada.

Setelah ABC aman, lakukan survei sekunder meliputi pemeriksaan fisis kepala sampai ekstremitas. Pasang pemantauan, bila kondisi

stabil lakukan pemeriksaan foto toraks, abdomen, pelvis, C-spine bila perlu ultrasonografi (USG) untuk menegakkan diagnosis adanya trauma

dada, fraktur iga, pneumotoraks tension, flail chest, hemotoraks, kontusio paru, aspirasi kontusio miokard, trauma abdomen luka penetrasi, non

penetrasi, nyeri abdomen , penyebab tidak jelas. Pemeriksaan CT scan dilakukan bila ada indikasi seperti trauma kepala. Pemeriksaan DPL,

hematologi, golongan darah dan permintaan komponen darah bila diperlukan.

Pasien trauma yang menjalani anestesia harus dilakukan penatalaksanaan preoperatif ; anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan

penunjang, informed consent dan lakukan persiapan anestesia (puasa, rencana premedikasi). Pasien dewasa elektif dipuasakan 6 – 8 jam, anak 2,

4, 6, 8 jam. Dilakukan penetapan status fisis ASA. Persiapan anestesia meliputi statics, obat, mesin anestesia sesuai dengan tindakan anestesia

Page 35: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

35

yang dipilih. Setelah semua persiapan alat dan obat lengkap, pastikan ada asisten yang membantu tindakan anestesia. Lakukan anestesia umum

sesuai modul pada anestesia umum atau analgesia regional sesuai modul analgesia regional untuk pasien bedah digestif. Premedikasi dapat

diberikan secara intravena atau intramuskular. Lakukan pemantauan fungsi vital oksigenasi, saturasi Hb (SpO2), tekanan darah, nadi, EKG,

suhu, aliran cairan infusi, ventilasi dengan ETCO2 kalau ada, produksi urin, jumlah perdarahan. Bila diperlukan pemasangan kateter vena sentral

dan jalur intra arterial. Atur kebutuhan obat untuk pertahankan sedasi, analgesia dan relaksasi. Untuk beberapa kasus dibutuhkan pemasangan

NGT.

Bahan Bacaan :

1. GE Morgan, Jr. 2013. Clinical Anesthesiology 4th

ed

2. Stoelting. 2006. Pharmacology and Physiology 4th

ed

3. Miller, RD. 2009. Miller’s Anesthesia RD 6th ed

Page 36: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

36

Mata Kuliah : Kegawatdaruratan Anestesiologi dan Terapi Intensif VI

Kode : KKA 802

Nama Dosen :1. dr I Made Gede Widnyana Sp.An M.Kes KAR

2. dr. IGN Mahaalit A, SpAn KAR

3. dr. I Gede Budiarta, SpAn.KNM

4. Dr.dr.Tjok.Gde Agung Senapathi,SpAn, KAR

SKS : 3 sks profesi (1 sks profesi = 1 sks praktikum, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat

sebanyak 170 menit/minggu/semester = 68 jam/semester/6 bulan)

Waktu : 12 minggu

1 sks profesi = 1 sks praktikum, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat sebanyak 170 menit/minggu/semester = 68

jam/semester/6 bulan = 68 JAM / 12 MINGGU = 68 JAM / 84 HARI = 48 MENIT / HARI.

3 SKS Profesi = 3 x 48 menit / hari = 2 jam 24 menit / hari

Standar Kompetensi :Setelah mengikuti pembelajaran selama 12 minggu peserta didik memiliki kemampuan untuk anestesi berbagai

macam kasus yang ringan sampai dengan berat, pasien gawat dari yang ringan sampai dengan yang berat,

mengatur pembagian tugas pelayanan di lingkungan rumah sakit dalam bidang anestesi dan gawat darurat,

anestesi d irumah sakit jejaring mandiri.

No

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian

Penilaian Alokasi Waktu

P

T

M

S

F

Mini-

CEX /

DOPS

C

B

T

OS

CE

3 sks profesi

BO BP BJ Waktu

1. Peserta didik mampu

melakukan

Traumatologi II di

rumah sakit jejaring

mandiri

Peserta didik mampu

memahami tatalaksana

Traumatologi II secara

mandiri di rumah sakit

jejaring

Peserta didik mampu

melakukan tatalaksana

Traumatologi II secara mandiri

di rumah sakit jejaring

1

jam

30

me

nit

1

jam

3

minggu

2. Peserta didik mampu Peserta didik mampu Peserta didik mampu 1 30 1 3

Page 37: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

37

melakukan anestesi

bedah darurat di

rumah sakit jejaring

mandiri

memahami tatalaksana

anestesi bedah darurat

secara mandiri di rumah

sakit jejaring

melakukan tatalaksana anestesi

bedah darurat secara mandiri di

rumah sakit jejaring

ja

m

me

nit

ja

m

minggu

3. Peserta didik mampu

melakukan manajemen

pelayanan kamar

bedah di rumah sakit

jejaring mandiri

Peserta didik mampu

memahami tatalaksana

manajemen pelayanan

kamar bedah di rumah

sakit jejaring

Peserta didik mampu

melakukan tatalaksana

manajemen pelayanan kamar

bedah secara mandiri di rumah

sakit jejaring

1

ja

m

30

me

nit

1

ja

m

3

minggu

4. Peserta didik mampu

bekerja di rumah sakit

jejearing

Peserta didik memahami

tatalaksana anestesi di

rumah sakit jejaring

secara mandiri

Peserta didik mampu

melakukan tatalaksana anestesi

di rumah sakit jejaring secara

mandiri

1

ja

m

30

me

nit

1

ja

m

3

minggu

Keterangan : PT = Pretest, MSF = Multi Source Feedback, CBT = Computerized based test, OSCE = Objective Structure Clinical

Examination, Tm = Tatap muka, KP = Kuliah Pengayaan, LP = Laporan Pagi, BST =Bed Site Teaching, BO = Bimbingan Operasi/ Skill

Anestesi-Analgesi/Bimbingan Ilmiah, BP = Bimbingan Poliklinik, BJ = Bimbingan Jaga, LK = Laporan Kasus, JR = Journal Reading

Materi Pokok :

Pengetahuan tentang interventional pain management untuk pasien traumatologi sangat diperlukan dalam rangka membantu tatalaksana

pasien bedah trauma yang memerlukan pembedahan bedah darurat. Dengan berbekal kemampuan tersebut maka akan menunjang seorang

peserta didik yang akan bekerja sendiri di rumah sakit jejaring dan selanjutnya akan menjadi bekal untuk pengetahuan dan kompetensi yang

lebih tinggi.

Secondary survey mulai hanya bila urutan ABC stabil. Pasien dievaluasi dari kepala sampai kaki jika terdapat indikasi, misalnya

radiologi, tes laboratorium atau prosedur diagnostik invasif. Pemeriksaan kepala mencakup kulit kepala dan rambut, mata dan telinga.

Pemeriksaan neurologis meliputi, skala GCS, fungsi motoris dan sensori dan refleks-refleks. Pemeriksaan dada untuk menilai adanya

pneumotoraks, tamponade perikard. Pemeriksaan abdomen untuk evaluasi adanya perdarahan intraabdomen. Pemeriksaan ekstremitas untuk

menentukan adanya fraktur atau luksasi. Kateter urin dan pipa nasogastrik biasanya juga dipasang.

Pemeriksaan laboratorium termasuk darah lengkap (Hb, Ht), elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin. Analisa gas darah akan sangat

menolong. Foto toraks harus dibuat pada trauma berat. Pada trauma leher harus diperiksa foto PA, lateral dan swimmer view leher; kalau perlu

Page 38: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

38

CTScan. FAST (Focused assessment with sonography for trauma) dilakukan bila mungkin untuk mendeteksi perdarahan intraperitoneal atau

tamponade perikard. Bergantung pada lokasi cedera dan status hemodinamik pemeriksaan pencitraan lain dapat dianjurkan CTScan dada,

angiografi atau diagnotic peritoneal lavage (DPL) jika ada indikasi.

Pada beberapa trauma senter juga menyelenggarakan tertiary trauma survey untuk menghindari “missed injuries”(cedera yang tidak

tertangkap). Antara 2 % – 50 % cedera trauma luput dari primary dan secondary survey terutama setelah trauma tajam multipel (kecelakaan

kendaraan). Tertiary survey dapat didefinisikan sebagai evaluasi pasien yang melakukan identifikasi dan mendaftar semua cedera setelah

resusitasi awal dan intervensi operatif. Hal yang tipikal ini dilakukan dalam 24 jam setelah cedera. Evaluasi (delayed evaluation) ini

biasanya berakhir pada pasien yang sudah mulai sadar yang dapat mengkomunikasikan semua keluhan dan lebih terperinci menjelaskan

terjadinya cedera. Tertiary survey terjadi sebelum pasien dipulangkan untuk reevaluasi dan konfirmasi cedera yang diketahui dan identifikasi

hal yang tidak mungkin terjadi. Reevaluasi ini termasuk “pemeriksaan head to toe” dan mempelajari semua pemeriksaan laboratorium dan

pencitraan. Missed injuries dapat mencakup fraktur tungkai dan pelvik, medula spinalis dan cedera kepala dan saraf abdominal dan saraf

perifer.

Bahan Bacaan :

1. GE Morgan, Jr. 2013. Clinical Anesthesiology 4th

ed

2. Stoelting. 2006. Pharmacology and Physiology 4th

ed

3. Miller, RD. 2009. Miller’s Anestesia RD 6th ed

Page 39: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

39

Mata Kuliah : Seminar anestesiologi dan terapi intensif III Kode Mata Kuliah : ATI 803

Nama Dosen : 1. DR. dr. Tjok. Gede Agung Senapathi Sp.An KAR

2. dr. I Made Subagiartha Sp.An KAKV. SH

3. Dr. dr. I Wayan Suranadi Sp.An KIC

4. dr. IGAG Utara Hartawan Sp.An MARS

SKS : 1 SKS seminar (1 sks seminar = 2 jam presentasi Journal Reading sebagai syarat OSCE ACM)

Waktu : 2 jam

Standar Kompetensi : Setelah mengikuti pembelajaran peserta didik akan memiliki kemampuan membuat ringkasan masalah

anestesi dan gawat darurat secara tertulis dan memilih jurnal secara benar untuk disajikan pada seminar yang

sudah ditentukan.

N

o

0

Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian Penilaian Alokasi Waktu

Sesuai Format

Penilaian

Ilmiah

BI waktu KM /

Presentasi

Sebagai

Peserta

1. Peserta didik

memiliki

kemampuan

memilih jurnal

yang berbobot dan

dapat diaplikasikan

pada kegiatan

sehari-hari dalam

bidang anestesi dan

terapi intensif

Peserta didik mempelajari

mengenai cara memilih

jurnal yang berbobot baik

dengan isi jurnal yang

relevan, reliabel dan

mutakhir, yang selanjutnya

dapat diaplikasikan pada

kegiatan sehari-hari dalam

bidang anestesi dan terapi

intensif

Peserta didik mampu

melakukan pemilihan

jurnal yang berbobot

baik dengan isi jurnal

yang relevan, reliabel

dan mutakhir, yang

selanjutnya dapat

diaplikasikan pada

kegiatan sehari-hari

dalam bidang anestesi

dan terapi intensif

Sesuai format

penilaian

Journal

Reading

1.5 jam /

sesi

Minimal 3

x

1 jam 15 x

seminar

ilmiah

Page 40: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

40

Keterangan : PT = Pretest, MSF = Multi Source Feedback, CBT = Computerized based test, OSCE = Objective Structure Clinical

Examination, Tm = Tatap muka, KP = Kuliah Pengayaan, LP = Laporan Pagi, BST =Bed Site Teaching, BO = Bimbingan Operasi/ Skill

Anestesi-Analgesi/Bimbingan Ilmiah, BP = Bimbingan Poliklinik, BJ = Bimbingan Jaga, LK = Laporan Kasus, JR = Journal Reading

,PI=Penilaian Ilmiah

Materi Pokok :

Journal reading 2 ialah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan atau gagasan kepada orang lain. Laporan ini

disampaikan secara tertulis dengan mengacu pada sumber dari buku teks maupun jurnal ilmiah. Laporan ilmiah tertulis dan diterbitkan dengan

memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan

yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

Manfaat penyusunan Journal reading 2 bagi penulis adalah berikut: melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif,

melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan ,meningkatkan pengorganisasian

fakta/data secara jelas dan sistematis, memperoleh kepuasan intelektual, memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, dan sebagai bahan

acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya

Suatu kasus anestesi yang unik atau memiliki penanganan khusus sangat baik apabila diangkat menjadi suatu laporan ilmiah. Dengan

mengangkatnya menjadi suatu laporan ilmiah, evaluasi dan tilikan terhadap bahan pustaka dasar akan lebih berbobot karena disesuaikan dengan

praktik di lapangan. Selain itu akan memberikan suatu panduan untuk pihak lain dalam menghadapi kasus serupa, acuan untuk penelitian

lanjutan maupun panduan keselamatan pasien dalam lingkup yang lebih besar. Selain diangkat dalam suatu karya ilmiah, intisari jurnal dari

belahan dunia yang berbeda maupun dari tempat yang berbeda dapat pula dijadikan contoh pengalaman dan evaluasi diri maupun pendidikan

yang sudah berjalan. Pemilihan jurnal yang berbobot disesuaikan baik dengan isi jurnal yang relevan, reliabel dan mutakhir, yang selanjutnya

Page 41: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

41

dapat diaplikasikan pada kegiatan sehari-hari dalam bidang anestesi dan terapi intensif adalah yang paling disarankan agar mampu memberikan

manfaat pada praktik klinik.

Sebagai suatu syarat berlangsungnya pendidikan yang baik dan optimal, journal reading 2 merupakan suatu sarana guna menambah ilmu

pengetahuan peserta didik yang secara langsung akan menjadi suatu prasyarat OSCE ACM (Anesthesia Crisis Management) yang dilakukan

secara berkesinambungan. Dengan lulusnya peserta didik pada OSCE ACM peserta didik dapat melanjutkan pada tahap pendidikan selanjutnya.

Bahan Bacaan :

1. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ. 2013. Clinical Anaesthesiology, 4th ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill

2. Robert K. Stoelting, Simon C. Hiller. 2012. Pharmacology & Physiology in Anesthesic Practice. Fourth Edition. Lippincott Williams &

Wilkins, Philadelphia, USA

3. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. 2012. Clinical Anaesthesia, 5th ed. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins

4. Miller,RD. 2009. Miller’s Anesthesia 6th ed

5. Gillman,J. 1998. Perioperative Medicine

6. Stone,DJ. 2004. Perioperative Care

7. Katzung, BG. 2004. Basic & Clinical Pharmacology 9th ed

8. Practice Guidelines for Postanesthetic Care. Anesthesiology 2002; 96(3)

Page 42: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

42

Mata Kuliah : Manajemen Klinik Kode : ATI 804

Nama Dosen :1. Prof. DR. dr. Made Wiryana Sp.An KIC. KAO

2. dr. I Ketut Sinardja Sp.An KIC

3. dr. I Made Subagiartha Sp.An KAKV SH

4. dr. IBG Sujana Sp.An. M.Si

SKS : 2 sks akademik, 1 sks profesi

Waktu : 4 minggu

1) 1 sks akademik = 1 sks kuliah / lecture / tutorial, yang terdiri dari :

a) tatap muka 50 menit/ minggu/ semester = 20 jam/semester/6 bulan = 20 jam/ 4 minggu = 20 jam/ 20 hari= 1 jam/ hari

b) penugasan terstruktur 60 menit/minggu/semester = 24 jam/semester/6 bulan = 24 jam/ 4 minggu= 24 jam/ 20 hari= 1 jam 10 menit/ hari

c) kegiatan mandiri 60 menit/minggu/semester = 24 jam/semester/6 bulan= 24 jam/ 20 hari = 1 jam 10 menit/ hari

2) 1 sks profesi = 1 sks praktikum, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat sebanyak 170 menit/minggu/semester = 68

jam/semester/6 bulan= 68 jam/ 4 minggu= 68 jam/ 28 hari = 2 jam 25 menit / hari

Standar Kompetensi :Setelah mengikuti pembelajaran selama 1 minggu peserta didik memiliki kemampuan untuk untuk melakukan

pengajaran dan supervisi terhadap peserta didik yang lebih junior dan mahasiswa kedokteran, dapat bekerja

sama, berkomunikasi dan menciptakan lingkungan kerja yang baik dengan sesama peserta didik, perawat,

paramedik, dan konsultan kamar operasi maupun ICU, membuat rencana manajemen yang akan dilakukan

meliputi pembagian tugas, pelaksanaan pelayanan anestesi untuk semua kasus serta membuat laporan hasil

kerjanya

Page 43: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

43

N

o

o

.

Kompetensi Dasar Pengalaman

Belajar

Indikator

Pencapaian

Penilaian Alokasi Waktu

P

T

M

S

F

Mini-

CEX /

DOPS

C

B

T

OS

CE

2 SKS akademik 1 SKS Profesi

KP LP BST Waktu BO BP BJ Waktu

1. Peserta didik

mampu melakukan

komunikasi dokter

dan pasien

Peserta didik

belajar

komunikasi

dan

memberikan

edukasi pada

pasien dan

keluarganya

Peserta didik

mampu menjalin

komunikasi dan

memberikan

edukasi pada

pasien dan

keluarganya

1

ja

m

1

ja

m

1

jam

6 hari 1

ja

m

30

me

nit

1

ja

m

9 hari

2. Peserta didik

mampu melakukan

manajemen kamar

operasi

Peserta didik

mempelajari

manajemen

kamar operasi

Peserta didik

mampu

melakukan

manajemen

kamar operasi

1

ja

m

1

ja

m

1

jam

7 hari 1

ja

m

30

me

nit

1

ja

m

9 hari

3. Peserta didik

mampu menjadi

koordinator dalam

sistem pelayanan

kesehatan

Peserta didik

belajar

koordinasi

dalam

pelayanan

kesehatan

Peserta didik

mampu

melakukan

koordinasi

dalam pelayanan

kesehatan

Penilaian : MSF

1

ja

m

1

ja

m

1

jam

7 hari 1

ja

m

30

me

nit

1

ja

m

10 hari

Page 44: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

44

( 20% ), A-Cex / DOPS( 30% ) OSCE ( 50% )

Keterangan : PT = Pretest, MSF = Multi Source Feedback, CBT = Computerized based test, OSCE = Objective Structure Clinical

Examination, Tm = Tatap muka, KP = Kuliah Pengayaan, LP = Laporan Pagi, BST =Bed Site Teaching, BO = Bimbingan Operasi/ Skill

Anestesi-Analgesi/Bimbingan Ilmiah, BP = Bimbingan Poliklinik, BJ = Bimbingan Jaga, LK = Laporan Kasus, JR = Journal Reading

Materi Pokok :

Peserta didik pada stase ini diharapkan mampu untuk melakukan manajemen Sumber Daya Manusia di kamar operasi dan melakukan

komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien di kamar operasi maupun di ruang rawat. Peserta didik diharapkan mampu menjadi jembatan

komunikasi pasien dengan keluarga maupun dengan dokter lain akan penyakit yang dideritanya. Peserta didik mampu berkoordinasi dengan

tenaga kesehatan lain yang berhubungan dengan pasien. Peserta didik diharapkan mampu menentukan mana pasien yang akan membutuhkan

operasi segera maupun yang harus ditunda tindakan operasinya. Komunikasi yang efektif dan efisien sangat menentukan keberhasilan

manajemen seorang calon ahli anestesi baik terhadap pasien maupun rekan kerjanya.

Bahan Bacaan :

1. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ. 2013.Clinical Anaesthesiology, 4th ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill

2. Robert K. Stoelting, Simon C. Hiller. 2012. Pharmacology & Physiology in Anesthesic Practice. Fourth Edition. Lippincott Williams &

Wilkins, Philadelphia, USA

3. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. 2012. Clinical Anaesthesia, 5th ed. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins

4. Miller,RD. 2009. Miller’s Anesthesia 6th ed

5. Gillman,J. 1998. Perioperative Medicine

6. Stone,DJ. 2004. Perioperative Care

7. Katzung, BG. 2004. Basic & Clinical Pharmacology 9th ed

8. Practice Guidelines for Postanesthetic Care. Anesthesiology 2002; 96(3)

Page 45: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

45

Mata Kuliah : Penelitian Kode Mata Kuliah : ATI 805

Nama Dosen : 1. Dr.dr. I Putu Pramana Suarjaya, SpAn.M.Kes.KMN.KNA

2. Prof. Dr. dr. Made Wiryana,SpAn.KIC.KAO

3. Dr. dr. Tjok.Gde Agung Senapathi,SpAn.KAR

4. dr. IMG.Widnyana,SpAn.MKes.KAR

SKS : 4 sks akademik

Standar Kompetensi : Setelah mengikuti pembelajaran peserta didik akan memiliki kemampuan membuat membuat penelitian sesuai

dengan kaidah penelitian yang sudah ditentukan dengan tepat.

No. Kompetensi

Dasar

Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian Penilaian Alokasi Waktu

4 SKS akademik

P

T

M

S

F

Mini-

CEX /

DOPS

C

B

T

OS

CE

KP LP BST Waktu

1. Metodologi

penelitian

Peserta didik mampu

memahami tentang metodologi

penelitian

Peserta didik dapat menjelaskan

tentang metodologi penelitian

Penilaian Ujian Proposal

dan ujian tesis

2

ja

m

2

jam

1

minggu

2. Epidemiolog

i klinik

Peserta didik dapat memahami

tentang epidemiologi klinik

Peserta didik dapat menjelaskan

tentang epidemiologi klinik

Penilaian Ujian Proposal

dan ujian tesis

2

ja

m

2

jam

1

minggu

3. Statistika

dan EBM

Peserta didik mampu

memahami tentang statistika

dan EBM

Peserta didik dapat menjelaskan

tentang epidemiologi klinik

Penilaian Ujian Proposal

dan ujian tesis

2

ja

m

2

jam

1

minggu

4. Penulisan Peserta didik mampu Peserta didik dapat menjelaskan Penilaian Ujian Proposal 2 2 1

Page 46: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

46

Karya

Ilmiah

memahami tentang penulisan

karya ilmiah

tentang penulisan karya ilmiah dan ujian tesis ja

m

jam minggu

Keterangan : PT = Pretest, MSF = Multi Source Feedback, CBT = Computerized based test, OSCE = Objective Structure Clinical

Examination, Tm = Tatap muka, KP = Kuliah Pengayaan, LP = Laporan Pagi, BST =Bed Site Teaching, BO = Bimbingan Operasi/ Skill

Anestesi-Analgesi/Bimbingan Ilmiah, BP = Bimbingan Poliklinik, BJ = Bimbingan Jaga, LK = Laporan Kasus, JR = Journal Reading

Materi Pokok :

Dalam rangka mewujudkan five stars doctor, seorang ahli anestesi dituntut tidak saja dapat melakukan anestesi sesuai protokol yang

berlaku namun juga melakukan penelitian sebagai sumbangsih untuk kemajuan teknologi dunia kedokteran. Penelitian di bidang kedokteran

merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial seorang dokter terhadap kelangsungan hidup umat manusia.

Pengobatan memiliki prinsip umum yang valid sepanjang waktu, namun setiap pasien berbeda dan pengobatan yang efektif untuk 90%

dari populasi, mungkin tidak akan efektif pada 10% populasi yang lain. Jadi pada dasarnya pengobatan bersifat eksperimental. Fungsi lain yang

lebih umum diketahui adalah pengembangan perawatan baru, obat khusus, alat-alat kesehatan dan teknik bedah. Kemajuan besar telah terjadi di

bidang ini dalam 50 tahun terakhir dan dewasa ini ada banyak lagi penelitian medis yang akan dilakukan. Meskipun demikian masih saja ada

pertanyaan mengenai fungsi tubuh manusia, penyebab penyakit baik yang sudah dikenal maupun yang masih baru, dan juga cara untuk

mencegah atau menyembuhkannya masih belum terjawab. Penelitian medis merupakan satu-satunya cara untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Selain mencari pemahaman yang lebih baik mengenai fisiologi manusia, penelitian medis juga menyelidiki berbagai faktor dalam kesehatan

manusia seperti pola penyakit (epidemiologi), organisasi, pendanaan dan pemberian layanan kesehatan dari segi sosiologi dan antropologi

kedokteran, hukum kedokteran, dan etika kedokteran.

Berpedoman pada kemajuan terkini yang didukung oleh evidence based medicine kemudian diiringi dengan suatu proses statistik yang

ilmiah disertai dengan langkah-langkah penelitian, diharapkan diperoleh suatu hasil penelitian yang memiliki manfaat tidak saja bagi dunia

kedokteran namun untuk masyarakat luas. Dan para dokter akhirnya akan menggunakan hasil dari suatu penelitian medis dalam praktek klinik

mereka. Untuk menjaga kompetensi mereka, dokter harus tetap mendapatkan informasi terbaru mengenai penelitian yang berhubungan dengan

wilayah kerjanya melalui Continuing Medical Education/Continuing Professional Development, jurnal kedokteran dan interaksi dengan kolega

yang berpengalaman.

Bahan Bacaan :

1. M Sopiudin Dahlan. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

2. M Sopiudin Dahlan. 2011. Besar sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba

Medika

Page 47: PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN filePANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 MISI DAN TUJUAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

47

3. M Sopiudin Dahlan. 2011. Langkah – langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba

Medika

4. Sastroasmoro S. 2011. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, edisi ke-4. Jakarta : Sagung Seto