Pandangan islam tentang imunisasi(nama,haslia.nim 2013.ib.0014)
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Documents
-
view
249 -
download
3
Transcript of Pandangan islam tentang imunisasi(nama,haslia.nim 2013.ib.0014)
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Apakah yang dimaksudkan dengan sistem imun? Kata imun berasal dari bahasa Latin
‘immunitas’ yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator
Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan
terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya
berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit
menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk
zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk
melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam
tubuh.Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh, maka
sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada
umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh
belum mempunyai “pengalaman.” Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh
sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi
terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak.
Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan
tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar
tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan
menimbulkan akibat yang fatal.
2. TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan antara agama dengan Imunisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Imunisasi
Secara literal, imunisasi berasal dari kata ‘imun’ yang berarti kebal terhadap suatu penyakit.
Dengan demikian ‘imunisasi’ berarti pengebalan terhadap suatu penyakit. Prosedur
pengebalan tubuh terhadap penyakit melalui teknik vaksinasi. Kata ‘vaksin’ itu sendiri
berarti senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas atau sistem kekebalan
tubuh terhadap virus. Itulah sebabnya imunisasi identik dengan vaksinasi. Vaksin terbuat dari
virus yang telah dilemahkan dengan menggunakan bahan tambahan seperti formaldehid dan
thyrmorosal.
1. Jenis-Jenis Vaksin
Di antara jenis vaksin adalah: hepatitis (untuk mengusahakan kekebalan hati terhindar dari
penyakit), polio (untuk mengusahakan atropi otot sehingga kebal dari penyakit dan jika kebal
manfaatnya antara lain bentuk kaki lurus atau normal tidak seperti huruf O atau huruf X, dan
kelumpuhan), rubella (supaya kebal dari serangan campak), BCG [Bacillus Calmitte Guerine]
untuk mencegah serangan TBC [Tuber Culocis], DPT [Dipteri Portucis Tetanus] mencegah
timbulnya penyakit gomen atau sariawan dan batuk rejan serta tetanus, MMR [Measless
Mumps Rubella]. Di Indonesia, praktik vaksinasi-imunisasi terhadap balita [bayi di bawah
umur lima tahun] antara lain: hepatitis B, BCG, polio, MMR, IPV, dan DPT. Vaksinasi-
imunisasi bahkan telah deprogramkan secara internasional oleh WHO [World Health
Organization].
2. Bahan-Bahan Vaksin
Disebutkan bahwa materi yang digunakan sebagai bahan vaksin ada dua macam, (1) bahan
alami, antara lain: enzim yang berasal dari babi, seline janin bayi, organ bagian tubuh
seperti: paru-paru, kulit, otot, ginjal, hati, thyroid, thymus, dan hati yang diperoleh dari aborsi
janin. Vaksin polio terbuat dari babi; atau campuran dari ginjal kera, sel kanker manusia, dan
cairan tubuh hewan tertentu antara lain serum dari sapi atau nanah dari cacar sapi, bayi kuda
atau darah kuda dan babi, dan ekstrak mentah lambung babi, jaringan ginjal anjing, sel ginjal
kera, embrio ayam, dan jaringan otak kelinci. (2) Bahan yang berasal dari unsur kimia antara
lain: merkuri, formaldehid, aluminium, fosfat, sodium, neomioin, fenol, dan aseton.
3. Efek Vaksinasi
Efek pemberian vaksinasi terhadap balita [bayi umur lima tahun ke bawah, selanjutnya
cukup disebut balita] berdasar laporan-laporan resmi secara garis besar ada dua macam:
1. Berbahaya. Conggres Amerika Serikat (AS) membentuk “The National
Chilhoodvaccib injury act” berkesimpulan vaksinasi menyebabkan luka dan kematian.
Dr. Wiliam Hay berkomentar, “tidak masuk akal memikirkan bahwa anda
menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu akan
meningkatkan kesehatannya.
2. Bermanfaat. Disimpulkan bahwa imunisasi merupakan sebab utama penurunan
jumlah penyakit. Dicatat oleh ‘The Brithis Association for the Advancement of
Science” menemukan bahwa di Amerika Serikat dan Enggris mengalami penurunan
penyakit sebanyak 80 % hingga 90 %.
B. Pandangan Islam Tentang Vaksinasi-Imunisasi
a. Wasiat Rasulullah
Sebelum Rasulullah wafat, tepatnya ketika beliau khutbah pada haji wada’, haji terakhir
beliau atau dikenal sebagai haji perpisahan beliau dengan umat Islam, sempat berwasiat:
“Taraktu fiikum amraini. Lan tad}illu> abada> ma> intamassaktum bihima> kitaba-lla>hi
wa sunnata Rasu>lihi
امرين فيكم تضلوا تركت ما لن تمسكتم ابدا الله بهما ان رسوله كتاب وسنة . Artinya:
Aku tinggalkan kepadamu dua perkara. Kamu tidak akan tersesat selamanya selagi berpegang
teguh keduanya, yaitu kitabullah (Alquran) dan Sunnah Rasulnya – al-Hadis; Iwan Gayo,
2008: 36). Oleh karena masalah vaksinasi-imunisasi belum terjadi pada masa Rasulullah,
maka belum ada petunjuk sedikitpun tentang imunisasi. Terhadap masalah yang bersifat
kontemporer menjadi lapangan dan lahan bagi para ulama untuk melakukan ijtihad
menemukan solusi hukum perkara tersebut haram atau halal, baik atau buruk, bermanfaat
atau berbahaya bagi kesehatan.
Para ulama dalam berijtihad untuk menetapkan hukum terhadap masalah-masalah
kontemporer pasti tidak pernah menghasilkan keputusan ijma’yyah ‘amiyyah (kesepakatan
umum), melainkan khlafiyyah (perbedaan pendapat diantara mereka). Bentuk khilafiyyah
yang paling ekstrim adalah halal atau haram. Tidak terkecuali mengenai vaksinasi-imunisasi.
Dalam Ilmu Fikih memang terdapat adagium “Man laa ya’lamu khilaafiyyatan laa ya’lamu
raaihatal fiqhi” (Barang siapa tidak mengenal perbedaan pendapat, sesungguhnya ia tidak
mengenal baunya Fikih”). Baunya saja tidak mengetahui, apalagi ilmu fikihnya itu sendiri.
b. Pro Versus Kontra: Haram versus Halal Tentang Vaksinasi-Imunisasi
1). Haram
Para ulama, pemikir, mujtahid ada yang menghukumi haram terhadap tindakan vaksinasi-
imunisasi. Argumen yang diajukan antara lain memasukkan barang najis dan racun ke dalam
tubuh manusia. Manusia iu merupakan khaifatullah fi al-ard} dan asyraf al-makhlu>qa>t
(maskhluk yang paling mulia) dan memiliki kemampuan alami melawan semua mikroba,
virus, serta bakteri asing dan berbahaya.Berbeda dengan orang kafir yang berpendirian
manusia sebagai makluk lemah sehingga perlu vaksinasi untuk meningkatkatkan imunitas
pada manusia.
Solusi yang diajukan untuk meningkatkan kekebalan balita adalah menghindari tindakan
vaksinasi-imunisasi pada balita maupun manusia pada umumnya, selanjutnya menerapkan
syariat tahnik kepada balita, yaitu memasukkan kurma yang telah dikunyah lembut atau madu
ke dalam rongga mulut si bayi ketika melaksanakan uapaca ‘aqiqah pada hari ke tujuh dari
kelahiran anak. Tahnik dipandang sebagai vaksinasi-imunisasi. Perlu ditambahkan bahwa
pada zaman Nabi tidak ada anak yang divaksinasi dan kenyataannya juga sehat-sehat dan
banyak yang berumur panjang. Artinya umur harapan hidup rata-rata sejak zaman Rasulullah
dan zaman sekarang kurang lebih sama.
1. Kandungan dan Manfaat Kurma
Kurma mengandung banyak hal bagi kebutuhan tubuh manusia, antara lain:
(a) Karbohidrat
Kandungan karbohidrat sederhana (glukosa dan fruktosa) yang tinggi merupakan andalan
utama dari kurma. Keduanya berkalori tinggi, dan mudah dicerna. Selain itu, kandungan
gulanya dapat menenangkan saraf yang gelisah serta memberikan rasa aman pada kejiwaan.
(b) Protein
Kandungan protein didalam kurma sebesar 1.8 – 2.0 persen, yang memberikan manfaat
besar kepada otak. Protein-protein ini melindungi tubuh dari serangan penyakit dan infeksi,
menunjang sel-sel tubuh memperbaharui diri, dan menyeimbangkan cairan-cairan tubuh.
(c) Lemak
(d) Mineral
Kurma mengandung banyak mineral yang esensial bagi tubuh: seperti potassium, sodium,
kalsium, besi, mangan, dan tembaga.
(e) Vitamin
Dalam buah kurma terkandung berbagai macam vitamin, diantaranya adalah vitamin A, B1,
B2 dan vitamin C.
(f) Zat gizi
Kurma juga mengandung banyak zat gizi.
(g) Serat
(1). Peranan Kurma Pada Wanita Melahirkan
Dalam kurma terdapat hormon yang mirip dengan hormon oksitosin (hormon yang dihasilkan
neurohipofisa, bekerja untuk merangsang kontraksi otot polos dinding rahim selama coitus
dan melahirkan) yang membantu proses kelahiran. Caranya, hormon oksitosin tersebut
menyatu dengan reseptornya memulai kontraksi otot yang teratur secara bertahap, sehingga
menyebabkan perluasan leher rahim dan dari situ terjadilah proses kelahiran.
(2) Peranan Kurma dalam membangkitkan sifat kelembutan dari .kaum pria
Sungguh besar manfaat hormon oksitosin yang diperoleh dari kurma. Hormon yang sangat
bermanfaat ini melunakkan hati dan perasaan, menimbulkan sifat kasih-sayang, dan itu
muncul secara natural, bukan dibuat-buat
(3) Peranan Kurma dalam Mengatur hormon estrogen
Telah diketahui adanya unsur lain di dalam kurma yang komposisi dan fungsinya sangat
mirip dengan hormon estrogen.
(4) Peranan lain dari Kurma
Selain manfaat-manfaat di atas, kurma jg masih memiliki banyak manfaat lain. Diantaranya
adalah :
1. Mencegah stroke.
2. Mengobati anemia, lesu dan letih.
3. Menambah berat badan anak.
4. Meningkatkan vitalitas.
5. Memperlancar saluran kencing.
6. Meningkatkan trombosit dalam darah dan mengatasi DBD.
7. Mengatasi rheumatik.
8. Mencegah tubuh dari bakteri dan kanker
9. Memelihara dari kerabunan.
10. Mentabilkan kejiwaan bagi anak dan lansia
11. Memperlambat penuaan tubuh.
12. Menyehatkan kulit
13. Membantu pertumbuhan tulang.
14. Cocok untuk diet
15. Mengatasi wasir.
Kurma memang jenis makanan yang sangat istimewa dibanding dengan makanan lainnya.
Maka wajar kalau Alquran maupun Alhadis banyak menyinggung tentang kurma ini. Allah
Subhanahu Wa Ta’ala telah melebihkan kurma dari buah-buahan yang lain. Allah
menyebutkannya dalam Alquran dalam 20 tempat yang berbeda dengan memakai lafal pohon
kurma: an-Nakhl, an-Nakhiil, dan an-Nakhlah. Kurma mendapat tempat istimewa di dalam
Alquran dan kita tahu bahwa sebenar-benar perkataan adalah kalaamullah, al-Qur’an al-
Karim. Di bawah ini merupakan ayat-ayat al-Qur’an yang menyebutkan tentang Kurma.
2. Pohon kurma sangat kukuh,sebagaimana firman:
Artinya :
Tidakkah kamu-kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya ( menjulang ) kelangit,
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabb-Nya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
(QS. Ibrahim/14 : 24-25).
Kandungan ayat ini antara lain bahwa pohon kurma yang akarnya teguh dan cabangnya
menjulang ke langit serta berbuah setiap musim, merupakan tamsil bahwa kita sebagai
manusia harus mempunyai iman yang teguh serta selalu berbuat baik kepada siapa pun.
Kelebihan pohon kurma dibandingkan dengan pohon lain
Seperti disebutkan dalam Al Qur’an surat Ar-Ra’du, pohon kurma memiliki kelebihan
dibandingkan dengan pohon lain,yang artinya:
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur,
tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan tidak bercabang, disirami dengan air
yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman di atas sebagaian yang lain tentang
rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ra’du : 4)
3. Peranan buah kurma bagi wanita hamil
Buah kurma mengandung banyak manfaat, di antaranya sangat dianjurkan bagi perempuan
yang hamil dan yang akan segera melahirkan. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan Maryam binti ‘Imran untuk memakan buah kurma ini ketika ia sedang nifas.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : Surah Maryam Ayat 25,26
Artinya:
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan
buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika
kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Rabb Yang Yaha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang
manusia pun pada hari ini.’” (QS. Maryam: 25-26)
Karena terbukti secara ilmiah bahwa buah kurma banyak kandungannya dan banyak pula
manfaatnya bagi kesehatan tubuh mupun jiwa manusia, maka wajar pula jika Rasulullah
menggunakan kurma sebagai tamsil (kalimat mutiara) sebagai seorang mukmin sejati.
Demikian sabda beliau:
نفعك شيئ% من أخذت ما خلة الن كمثل المؤمن مثل إن“Sesungguhnya permisalan mukmin seperti pohon kurma. Tidaklah kamu mengambil sesuatu
darinya, niscaya bermanfaat bagimu.” (HR. ath Thabrani dalam Mu’jamul Kabir, 12/
no.13514 dan Al Hafidz Ibnu Hajar menyatakan: “Sanadnya shahih).
Kurma sebagai penawar racun
Pada Zaman Islam generasi pertama telah ada pengetahuan bahwa racun itu ada penawarnya
sehingga dapat menyelamatkan manusia dari kerusakan fungsional organ tubuh atau selamat
dari maut. Beliau bersabda:
( هريره ( ابى عن البخارى رواه سحر وال سم اليوم ذالك يضره لم عجوة تمراة بسبع اصطبح من Artinya:
Barang siapa yang pagi-pagi benar memakan tujuh buah kurma beserta kulitnya (kurma itu
hampir matang, dalam bahasa Jawa gemadung) maka ia akan terhindar racun dan sihir di hari
itu (H.R. al-Bukhari dari Abu Hurairah).
Kandungan kedua Hadis di atas dapat disebutkan di sini bahwa:
1. Telah ada kesadaran umum bahwa racun adalah sesuatu yang membahayakan bagi
makhluk hidup.
2. Ada kesadaran menetralisir racun bagi yang terlanjur meminumnya.
3. Ada bibit-bibit kesadaran melakukan eksperimentasi penawaran racun. Eksperimen
pertama menggunakan kurma beserta kulitnya, direbus, dan ditentukan dosisnya
(tujuh buah).
4. d. Proyeksi lebih jauh dapat melakukan eksperimen apa saja sejak dari mineral,
buah-buahan, hingga isi bumi yang lainnya, kalau-kalau dapat ditemukan kandungan
zat-zat yang berguna bagi kesehatan atau penawar racun, atau meningkatkan
ketajamannya.
2). Halal
Kelompok kedua mengatakan bahwa vaksinasi-imunisasi adalah halal. Pada prinsipnya
vaksinasi-imunisasi adalah boleh alias halal karena; (1) vaksinasi-imunisasi sangat
dibutuhkan sebagaimana penelitian-penelitian di bidang ilmu kedokteran, (2) belum
ditemukan bahan lainnya yang mubah, (3) termasuk dalam keadaan darurat,(4) sesuai dengan
prinsip kemudahan syariat di saat ada kesempitan atau kesulitan.
Ayat tersebut menjelaskan prinsip kemudahan dalam pelaksaan syariat Islam:
Artinya:
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang
yang jika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(QS al-Baqarah/2 : 172).
C. Pertimbangan-pertimbangan Umum Kehalalan Vaksinasi-Imunisasi
Dalam kesempatan ini penulis memberikan lima macam reasioning yang kiranya dapat
menghantarkan pada sikap yang mudah-mudahan objektif, sesuai syariat, dan sejalan dengan
paradigma ilmu kesehatan.
1). Istih}a>lah
Istih}a>lah adalah berubahnya benda najis atau haram menjadi benda lain yang berbeda
nama maupun sifatnya. Contoh (1) adalah khamer menjadi cuka. Khamer haram hukumnya
dan sifatnya memabukkan, setelah menjadi cuka halal hukumnya dan tidak memabukkan
sifatnya. Khamer memang berasal dari benda-benbda suci seperti anggur, kurma, singkong,
2). Istihla’
Istihla’ adalah bercampunya benda haram atau najis dengan benda lainnya yang suci
dan halal yang lebih banyak sehingga menghilangkan sifat najis dan keharamannya karena
benda najis dan haram tersebut telah hilang rasa, bau, maupun warna. Relefan dengan kasus
ini adalah sabda Nabi Saw.:
( أحمد ( وصححه الثالثة اخرجه شيئ ينجسه ال طهور الماء .إن “ al-maa u thahuurun laa yunajjisuhu syaiun” (Air itu suci, tidak ada yang menajiskannya –
HR. tiga orang [at-Turmuzi, Abu Dawud, dan Ahmad bin Hanbal] dan dishahihkan oleh
Ahmad – Ibnu Hajar al-Asqalani, 2000 : 27).
Atau
. . االربعة اخرجه ينجس لم لفظ وفى الخبث يجعل لم قلتين الماء كان إذاخزيمة إبن .وصححه
‘Apabila air telah mencapai dua qullah maka tidak kotor. Dalam suatu riwayat ‘tidak najis.
HR. Empat orang [at-Turmuzi, Abu Dawud, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah. Ibnu Khuzaimah
menshahihkannya – Ibnu Hajar a-Asqalanbi, 2000: 28).
3). Kemudahan dalam kesempitan
Imam asy-Syatibi, ulama dari Andalusia, Spanyol, sekurun dan sekelas Imam Syafi’i,
mengatakan bahwa dalil-dalil tentang kemudahan bagi umat Islam telah mencapai derajat
yang pasti. Di antara dalil itu berbunyi; Allah berfirman sebagai berikut:
Artinya:
Tiada dosa atas orang-orang yang buta dan atas orang yang pincang dan atas orang yang sakit
(apabila tidak ikut berperang). Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya;
niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai dan barang siapa yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih.
(QS. Al-Fath/48 : 17).
4). Berobat dengan yang Haram secara prinsip itu boleh menurut imam syafi’i, Imam Hanafi,
dan Ibnu Hazm Kalau keadaannya terpaksa dengan mengajukan ayat Alquran sebagai
berikut:
Artinya :
Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah
ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa
yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan
sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain)
dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih
mengetahui orang-orang yang melampaui batas (QS. Al-An’am/6 : 119).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara literal, imunisasi berasal dari kata ‘imun’ yang berarti kebal terhadap suatu
penyakit. Dengan demikian ‘imunisasi’ berarti pengebalan terhadap suatu penyakit.
Prosedur pengebalan tubuh terhadap penyakit melalui teknik vaksinasi. Kata
‘vaksin’ itu sendiri berarti senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan
imunitas atau sistem kekebalan tubuh terhadap virus. Itulah sebabnya imunisasi
identik dengan vaksinasi. Vaksin terbuat dari virus yang telah dilemahkan dengan
menggunakan bahan tambahan seperti formaldehid dan thyrmorosal.
B. SARAN
Semoga uraian ini ada manfaatnya bagi siapa saja, termasuk untuk memberi
penerangan kepada sementara umat Islam yang masih terbatas informasinya mengenai
masalah vaksinasi-imunisasi. Hanya kepada Allah kami mohon ridlo-Nya, kami
mohon ampunan-Nya atas kesalahan, dan kasih sayang-Nya sehingga senantiasa
dalam keadaan lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Http:danusin.dosen.unimus.ac.id/materi-kuliah/kebidanan/pandangan-islam-
tentang-imunisasi
Http://quran.com/14/24-25
Http://www.thepaktv.me/forum/showtread.php
Http://quran.com/2/172
Http://quran.com/48/17
Http://quran.com/6/119
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-
Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama Islam dengan tema Pandangan
Islam tentang Imunisasi. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan-
rekan mahasiswi khususnya mahasiswa D3 Kebidanan Paramata Raha.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi
bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran kepada penyusun.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah
ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua,Amin.
Raha, November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunisasi .........................................................................................2
B. Pandangan Islam tentang Vaksinasi...................................................................3
C. Pertimbangan-pertimbangan umum Kehalalan Vaksinasi.................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................11
B. Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
MAKALAH
PANDANGAN ISLAM TENTANG IMUNISASI
DI SUSUN OLEH:NAMA : HASLIA NIM : 2013.IB.0014TINGKAT : I A.
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHAKABUPATEN MUNA
2013 / 2014