Pentingnya Ketahanan Nasional Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara
PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA DALAM PERSPEKTIF KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA SAAT...
-
Upload
daniel-atmario -
Category
Documents
-
view
240 -
download
15
description
Transcript of PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA DALAM PERSPEKTIF KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA SAAT...
PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA DALAM PERSPEKTIF KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA SAAT INI
Nama : Daniel Atmario Butarbutar
NIM : 031311133253
Mata Kuliah : Filsafat Pancasila
Kelas : A-1
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia pertama kali ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 bersamaan dengan Undang-undang Dasar 1945. Sebelum
ditetapkan, diadakan sidang BPUPKI yang membahas dasar negara Indonesia. Sukarno,
bersama dengan Supomo dan M.Yamin, mengemukakan ide-ide yang cocok bagi tujuan
hidup bangsa Indonesia kelak. Ideologi bangsa Indonesia ini menjadi dasar dari kehidupan
dan hukum di negara kita. Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai ideologi bangsa, maka
sudah sewajarnya perilaku warga Indonesia dalam berbangsa dan bernegara didasari dan
dihayati oleh Pancasila, sebab Pancasila sudah menjadi tujuan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila juga diharapkan dapat menjadi tali pemersatu keberagaman budaya di
Indonesia. Bangsa Indonesia yang memiliki kemajemukan agama, suku bangsa, bahasa
daerah, dan adat istiadat memerlukan pemersatu yang kokoh, yang universal, dan mewakili
nilai-nilai kehidupan warga Indonesia. Pada kenyataannya, nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila tidak ada yang buruk, sehingga dapat diterima oleh warga Indonesia dengan baik.
Sila dalam Pancasila mengatur mengenai kerukunan antar warga masyarakat. Sila
pertama menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki kepercayaan pada Tuhan
yang satu. Namun, salah satu masalah yang sering dihadapi saat ini oleh bangsa Indonesia
adalah rasisme, khususnya dalam kepercayaan. Banyak warga Indonesia yang menganggap
bahwa kepercayaannya atau agamanya lebih baik daripada agama saudara-saudara yang
berbeda keyakinan dari dirinya. Hal ini menjadi penyulut banyak kasus pelarangan ibadah
pada suatu komunitas, maupun bentrokan antar kaum agama yang berbeda. Terorisme,
perang antar suku, maupun ledek-ledekkan antar anak kecil yang mengolok-olok temannya
yang berbeda warna kulit sudah seharusnya tidak ada lagi mengingat hal hal ini bertentangan
dengan Ideologi Pancasila, terutama sila ketiga. Oleh karena itu, pemahaman Pancasila
sebaiknya ditanamkan kembali serta direnungkan kembali agar tercipta kehidupan berbangsa
dan bernegara yang semestinya, yakni berdasarkan Pancasila.
Sebuah bangsa besar yang majemuk harus memiliki tali pengikat yang kuat yang
dinamis. Pancasila memiliki nilai dasar yang bersifat tetap, namun mampu berkembang
secara dinamis. Artinya nilai nilai dalam Pancasila bisa mengikuti perkembangan zaman.
Pada zaman ini, persoalan perbedaan agama semestinya sudah tidak ada, mengingat
keberagaman budaya, keberagaman agama, sudah diikat oleh semboyan Bhineka Tunggal
Ika. Semboyan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila adalah agen pemersatu kemajemukan ini.
Implementasi Pancasila harus dijalankan sebagaimana mestinya, agar ideologi bangsa ini bisa
menjadi tombak pemersatu dalam kehidupan bangsa Indonesia yang plural. Kemajemukan
harus dipandang sebagai potensi kekuatan. Karena zaman terus berkembang, sedangkan
Pancasila bersifat dinamis, maka pengimplementasian Pancasila tentunya bukan masalah
apabila warga masyarakatnya memang berpegang teguh pada nilai-nilai yang terkandung.
Berikut adalah nilai- nilai Pancasila yang terkandung dalam tiap silanya
Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Sila pertama ini mengungkapkan hubungan yang serasi antara Pencipta dan
ciptaanNya. Pengetahuan mengenai pencipta mungkin berbeda antar satu individu, dengan
individu yang lain dan sebutan bagi Pencipta atau Tuhan dapat pula berbeda. Walaupun
demikian, sebagai warga Indonesia, kita wajib memiliki keyakinan akan adanya Pencipta itu.
Oleh karena itu masyarakat Indonesia wajib menghormati setiap keyakinan.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua ini menunjuk pada hubungan yang serasi antar manusia perserorangan
maupun antar manusia perkelompok. Keadilan dan peradaban adalah milik manusia yang
merupakan kodrat. Kedua hal ini berjalan selaras. Bila peradabannya tinggi, maka
keadilannya pun tinggi. Untuk mewujudkan nilai yang terkandung dalam sila ini, peran
masing-masing individu sangat penting, karena individu lah yang membangun seberapa
beradab dirinya.
Sila Persatuan Indonesia
Pada saat Proklamasi Indonesia, Indonesia dihuni oleh kebinekaan suku maupun
golongan. Walaupun pada tahun 1928 sumpah pemuda telah dibacakan, namun persatuan
perlu diperkokoh dalam sebuah sila Pancasila agar “Bhineka Tunggal Ika” bukanlah
semboyan semata-mata.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan.
Manusia memiliki aneka macam pemikiran maupun kepentingan. Dalam suatu
organisasi, tidak semua pemikiran dapat dijalankan. Oleh karena itu perlu dibuat sebuah
musyawarah sebagai wadah menampung ide-ide dan mengeluarkan kesepakatan yang
disetujui bersama.
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sila terakhir ini terarah pada tujuan setiap pribadi manusia yaitu keadilan.
Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia berarti bahwa secara merata dan
berkesinambungan setiap manusia Indonesia mengalami sungguh-sungguh keadilan baik
secara jasmani maupun rohani.
Pancasila adalah sumber segala hukum di Indonesia. Pengaturan mengenai hak
dan kewajiban warga negara juga ditetapkan berpedoman pada Pancasila. Namun pada
kenyataannya implementasi Pancasila pada Undang-undang Dasar 1945 paska amandemen
belum bisa menumbuhkan rasa kepercayaan diri yang tinggi pada warga masyarakat agar bisa
menciptakan rasa non-diskriminasi, mentolerasi perbedayaan keyakinan, dan menghormati
agama orang lain. Setiap agama pasti memiliki perbedaan pandangan mengenai hidup yang
ideal, namun pada dasarnya semua agama mengajarkan satu hal yang sama, yaitu mengasihi
sesama. Perbedaan-perbedaan yang lain sudah pasti tidak bisa disamakan. Akan tetapi,
Sukarno bersama-sama dengan Supomo dan M. Yamin mampu mengusulkan ide mengenai
ketuhanan yang cocok bagi kemajemukan agama warga Indonesia. Beliau yakin bahwa
agama selalu mengajarkan tentang persatuan, kebersamaan, dan tolong menolong sebagai
dasar berpedoman dalam kehidupan. Akan tetapi, konflik antar umat pemeluk agama kian
menjadi-jadi, mulai dari pelarangan pembangunan gedung ibadah, hingga bentrokan yang
memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Hal ini bisa dicegah apabila nilai-nilai Pancasila
sebagai pemersatu bangsa yang universal memang sudah tertanam didalam tiap-tiap individu.
Mengapa harus ada pertumpahan darah padahal kita adalah sama di mata Tuhan ?
Berbicara mengenai persatuan, sewajarnya sila ketiga harus diingat kembali. Sila
Persatuan Indonesia yang dilambangkan dengan pohon beringin. Bangsa Indonesia sangat
menjunjung tingi persatuan bangsa. Menurut Purnadi Purbacaraka SH. dan Dr. Soerjono
Soekanto SH., Ma. persatuan Indonesia tidak lain maksudnya ialah persatuan suku serta
golongan yang sekaligus pula terjelma sebagai satu bangsa, sehingga tidak sewajarnya yang
satu meniadakan yang lain, tetapi haruslah ada keserasian antara kebinaan suku serta
golongan dan ketunggalan bangsa. Seharusnya yang satu dengan yang lain menghormati
perbedaan ini, mentolerasi apabila ada perbedaan keyakinan, dan hidup rukun sebagai satu
bangsa yang besar.
Isu yang baru baru terjadi saat ini adalah mengenai penolakan sejumlah warga
Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Lurah Susan Jasmine Zulkifli karena
perbedaan agama. Hal ini menimbulkan pertanyaan, sejauh mana nilai-nilai Pancasila sudah
diimplementasikan pada warga Lenteng Agung ini? Penempatan Lurah Susan Jasmine di
Lenteng Agung membuat gerah sejumlah warga. Mereka menunjuk pada perbedaan agama
Nasrani sang lurah yang dianggap tidak sesuai dengan kondisi warga Lenteng Agung yang
mayoritas Islam. Bahkan mereka membentuk Forum Warga Lenteng Agung sebagai wadah
unjuk rasa menentang keputusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait dengan penempatan
Lurah Lenteng Agung. Namun banyak dukungan yang berdatangan dari berbagai wilayah.
Dukungan luas yang muncul ini mencerminkan aspek yang lebih luas menyangkut persoalan
berbangsa dan bernegara, yakni pluralisme dan kemajemukan. Pluralisme yang merupakan
sikap menerima dan menghargai terhadap keragaman sesungguhnya adalah salah satu nilai
dalam Pancasila, yang seharusnya sudah diimplementasi dengan benar dalam kehidupan
bermasyarakat.
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Sukarno memiliki pemikiran mengenai
cita-citanya tentang persatuan nasional. Sukarno menempatkan kepentingan bersama sebagai
hal yang paling pokok diantara berbagai aliran pendirian dalam pemikiran kaum nasionalis.
Dalam merumuskan Pancasila, Sukarno berusaha menyatukan semua pemikiran dari berbagai
tokoh dan golongan serta membuang jauh-jauh kepentingan perorangan, etnik maupun
kelompok. Sukarno menyadari sepenuhnya bahwa kemerdekaan Indonesia adalah
kemerdekaan untuk semua golongan. Menyadari akan kebhinekaan bangsa Indonesia
tersebut, Sukarno mengemukakan konsep dasar Pancasila yang didalamnya terkandung
semangat “semua buat semua”. Pancasila tidak hanya digunakan sebagai ideologi pemersatu
dan sebagai perekat kehidupan dan kepentingan bangsa, tetapi juga sebagai dasar dan filsafat
serta pandangan hidup bangsa. Sesuai dengan tuntutan budi nurani manusia, Pancasila
mengandung nilai-nilai ke-Tuhanan, Kemanusiaan (humanisme), Kebangsaan (persatuan),
demokrasi dan keadilan. Ini merupakan dasar untuk membangun masyarakat baru Indonesia,
yaitu masyarakat sosialis Indonesia. Sukarno mengatakan bahwa negara Indonesia bukan satu
negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, melainkan negara satu buat
semua, semua buat satu.
Menurut Sukarno, Pancasila selain sebagai dasar negara Indonesia, juga memiliki
fungsi sebagai pemersatu dan sekaligus sebagai landasan perjuangan bangsa. Pandangan
Sukarno mengenai satu buat semua tentu berdasarkan pemikiran bahwa perbedaan di
Indonesia bukan sesuatu yang berbahaya, melainkan hal yang berpotensi menjadi sumber
kekuatan. Kekuatan ini menjadi bekal bangsa Indonesia dalam menghadapi derasnya
gempuran pengaruh negara lain, baik dalam bidang budaya, maupun sosial. Perbedaan
sesungguhnya adalah suatu hikmah yang harus di syukuri, dan bukan sesuatu yang harus
diingkari. Apalagi harus dihilangkan dari muka bumi ini.
Pancasila mengandung nilai-nilai dasar seperti cita-cita nasional, nilai-nilai
instrumental yang merupakan arahan kebijakan, strategi, sasaran yang dapat disesuaikan
dengan tuntutan zaman. Salah satu cita-cita nasional adalah mewujudkan persatuan yang
melindungi dan meliputi seluruh bangsa, mengatasi paham golongan, mengatasi segala
paham perseorangan, mewujudkan keadilan sosial, dan negara yang berkedaulatan rakyat.
Bulan Juli 2013, lima orang warga terkena panah akibat perang suku di Desa Ilekma Atas dan
Ilekma Bawah di Distrik Napua, Kabupaten Jayawijaya. Peristiwa perang suku ini terjadi
hanya karena honai milik kelompok warga yang tinggal di daerah pantai dibakar oleh
kelompok warga yang tinggal di daerah pegunungan. Penyebab perang suku memang
beragam. Mulai dari sengketa tanah ulayat, balas dendam karena ada anggota suku yang
terbunuh atau dilukai oleh suku lain, hingga masalah politik. Namun sudah jelas pasti ada
kesalah pahaman yang terjadi sehingga menimbulkan korban luka. Padahal apabila kesalah
pahaman ini diselesaikan melalui musyawarah, sesuai dengan sila keempat Pancasila, maka
tidak akan ada korban yang berjatuhan.
Persatuan dapat diibaratkan dengan sapu lidi. Semakin banyak lidi yang
bergabung untuk membentuk sapu, semakin sulit pula sapu lidi tersebut untuk dipatahkan.
Persatuan sudah tidak asing bagi bangsa Indonesia, sebab bangsa Indonesia dari dulu bersifat
komunal. Hal ini dapat diamati dari sistem kemasyarakatnnya, yaitu terdapat hubungan
kekeluargaan marga, klan, suku, ataupun daerah asal.
Menurut analisis saya, Pancasila memang sudah teruji dalam menyatukan bangsa
Indonesia. Karena apabila tidak ada Pancasila, Indonesia tidak akan berhasil sampai sejauh
ini. Meskipun negara ini dibangun diatas berbagai macam suku, budaya, bahasa, dan agama,
tapi tetap saja berada dalam naungan NKRI. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa ideologi
ini adalah ideologi terbaik di dunia. Memang banyak usaha yang untuk menjatuhkan ideologi
ini. Contohnya saja adalah usaha-usaha pengrusakan moral para remaja yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai pancasila agar warga masyarakat merasa bahwa ideologi Pancasila sudah
tidak sesuai dengan zamannya. Namun pada nyatanya bangsa Indonesia tetap kokoh. Usaha-
usaha ini sia sia karena Pancasila adalah janji bangsa Indonesia saat merdeka dan sampai
yang akan datang. Melupakan Pancasila sama saja melupakan janji yang telah disetujui
bersama.
Pancasila akan tetap menjadi satu-satunya ideologi bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Tidak ada ideologi lain yang cocok dan mampu menjadi pemersatu
bangsa selain Pancasila. Untuk itu, setiap warga negara hendaknya selalu mengamalkan nilai-
nilai yang terkandung di dalam Pancasila.
Pada akhirnya, manusialah sebagai agent of change yang akan meneruskan
pengimplementasian Pancasila ini. Pemersatuan bangsa harus dimulai dari lingkungan
terkecil, yaitu diri sendiri. Semboyan Bhineka Tunggal Ika dan ideologi terbaik di dunia,
Pancasila memang sangat tepat untuk direnungkan kembali esensi dan nilai yang terkandung
didalamnya. Karena pada hakekatnya semua bangsa di dunia membuhkan persatuan dan
kesatuan, perseteruan dan pertikaian justru akan menghancurkan umat manusia sendiri.
Pancasila masih dibutuhkan sebagai pemersatu bangsa. Walaupun bangsa Indonesia saat ini
sudah bersatu, namun bukan berarti Pancasila tidak dibutuhkan lagi sebagai pemersatu.
Karena tidak ada yang tahu akan masa yang akan datang. Pancasila tetap harus diamalkan
dan diimplementasikan sebagai mana mestinya agar nilai-nilai yang terkandung didalamnya
melekat di hati setiap warga masyarakat dan bisa diturunkan ke penerus-penerus bangsa yang
akan datang. Selama proses ini berlangsung, selama itu pula pemersatu bangsa diperlukan.
Pancasila adalah pemersatu bangsa yang tetap berlaku selama bangsa Indonesia ada.
Bangsa ini merupakan bangsa yang besar. Semakin besar sebuah bangsa maka
akan semakin besar perbedaan yang timbul. Disinilah peran Pancasila sebagai pemersatu
bangsa dalam kehidupan bernegara diperlukan. Karena kita berada dalam lingkup
kepentingan negara. Bila berbicara mengenai Indonesia, sebaiknya berdasarkan pedoman
pancasila. Perbedaan pendapat itu biasa, namun hal ini bisa di beri solusi melalui
musyawarah.
Pancasila dikatakan sebagai pemersatu bangsa karena mampu merangkum
kepentingan berbagai kelompok dan golongan, mampu menyatukan seluruh bangsa dalam
satu pandangan hidup, dan bisa menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan bermasyarakat
yang majemuk.