Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

20
PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM KURUN ORDE BARU DAN REFORMASI A. Pendahuluan Pancasila sebagai dasar negara dan landasan idil bangsa Indonesia yang menjadi pedoman untuk mencapai cita-cita bangsa, dewasa ini dalam zaman reformasi telah menyelamatkan bangsa Indonesia dari ancaman disintegrasi selama lebih dari lima puluh tahun. Namun sebaliknya sakralisasi dan penggunaan berlebihan dari ideologi Negara dalam format politik orde baru banyak menuai kritik dan protes terhadap pancasila. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi poliltik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknyakekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi Negara Pancasila. Dengan kata lain Pancasila tidak lagi dijadikan Pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia. Sejarah implementasi pancasila memang tidak menunjukkan garis lurus bukan dalam pengertian keabsahan substansialnya, tetapi dalam konteks implementasinya. Tantangan terhadap pancasila sebagai kristalisasi pandangan politik berbangsa dan bernegara 1

Transcript of Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

Page 1: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

PANCASILA DAN UUD 1945 DALAM KURUN ORDE BARU DAN REFORMASI

A. Pendahuluan

Pancasila sebagai dasar negara dan landasan idil bangsa Indonesia yang

menjadi pedoman untuk mencapai cita-cita bangsa, dewasa ini dalam zaman

reformasi telah menyelamatkan bangsa Indonesia dari ancaman disintegrasi

selama lebih dari lima puluh tahun. Namun sebaliknya sakralisasi dan

penggunaan berlebihan dari ideologi Negara dalam format politik orde baru

banyak menuai kritik dan protes terhadap pancasila.

Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat

Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan

manipulasi poliltik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan

tegaknyakekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi Negara Pancasila.

Dengan kata lain Pancasila tidak lagi dijadikan Pandangan hidup bangsa dan

Negara Indonesia.

Sejarah implementasi pancasila memang tidak menunjukkan garis lurus

bukan dalam pengertian keabsahan substansialnya, tetapi dalam konteks

implementasinya. Tantangan terhadap pancasila sebagai kristalisasi pandangan

politik berbangsa dan bernegara bukan hanya bersal dari faktor domestik, tetapi

juga dunia internasional.

Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila sangat

dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-nilai

luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu, kini

zaman globalisasi begitu cepat menjangkiti negara-negara di seluruh dunia

termasuk Indonesia. Gelombang demokratisasi, hak asasi manusia, neo-liberalisme,

serta neo-konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki cara pandang dan

cara berfikir masyarakat Indonesia. Hal demikian bisa meminggirkan pancasila dan

dapat menghadirkan sistem nilai dan idealisme baru yang bertentangan dengan

kepribadian bangsa.

1

Page 2: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

Implementasi pancasila dalam kehidupam bermasyarakat pada hakikatmya

merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa.

B. Pancasila dan UUD Pada Masa Orde Baru

1. Pancasila dan UUD dalam Perspektif Orde Baru

Orde baru merupakan konsep yang dipergunakan untuk menyebut

suatu kurun waktu pemerintahan yang ditandai dengan keinginan

melaksanakan pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Karena

telah terbukti bahwa pemberontakan G 30 S yang didalangi oleh PKI maka

rakyat menghendaki dan menuntut PKI dibubarkan. Namun pada waktu itu

pimpinan negara tidak mau memenuhi tuntutan rakyat sehingga timbul

"situasi konflik "antara rakyat satu pihak dan Presiden dilain pihak. Keadaan

dibidang politik, ekonomi, dan keamanan semakin tidak terkendali, oleh

karena itu rakyat dengan dipelopori oleh pemuda/mahasiswa menyampaikan

tuntutannya yaitu Tri Tuntutan Rakyat (TRITURA) yaitu:1

a. Bubarkan PKI.

b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI.

c. Turunkan harga-harga / perbaikan ekonomi.

Gerakan TRITURA semakin meningkat sehingga Presiden

mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 kepada Letnan Jenderal TNI

Soeharto, dengan lahirnya SUPERSEMAR oleh rakyat dianggap sebagai

lahirnya Orde Baru. Dengan berlandaskan pada Surat Perintah 11 Maret 1966,

pengemban SUPERSEMAR pada tanggal 12 Maret 1966 membubarkan PKI

dan ormas-ormasnya jadi dengan demikian tanggal 19 Maret 1966 dinyatakan

sebagai titik awal Orde baru. Dalam masa ini telah dapat berhasil

melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 dalam hal pembentukan lembaga-

lembaga Negara dan lain-lain, namun perkembangan lebih lanjut Orde Baru 1Sastrapetadja, Pancasila sebagai Prinsip Humanisasi Masyarakat:Kontekstualisasi dan

Implementasi Pancasila,(Yogyakarta: Penerbit Lima, 2007), hlm. 210.

2

Page 3: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

didalam melaksanakan kekuasaan negara/pemerintah, sejalan dengan proses

yang dihadapi ternyata terjadi penyimpangan-penyimpangan yang terlihat

kepada pelaksanaan kekuasaan pemerintah mengarah otoriter. Dari

pemerintah otoriter ini muncul terjadinya konflik horisontal maupun vertikal

yang diakhiri oleh lengsernya Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998,

kemudian beralih kepada Pemerintah beraliran Reformasi.

Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila dan

UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Semangat tersebut muncul

berdasarkan pengalaman sejarah dari pemerintahan sebelumnya yang telah

menyimpang dari Pancasila serta UUD 1945 demi kepentingan kekuasaan.

Akan tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh berbeda dengan apa

yang terjadi pada masa orde lama, yaitu Pancasila tetap pada posisinya

sebagai alat pembenar rezim otoritarian baru di bawah Soeharto.2

Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya, ideologi sangat

diperlukan orde baru sebagai alat untuk membenarkan dan memperkuat

otoritarianisme negara. Sehingga Pancasila oleh rezim orde baru kemudian

ditafsirkan sedemikian rupa sehingga membenarkan dan memperkuat

otoritarianisme negara. Maka dari itu Pancasila perlu disosialisasikan sebagai

doktrin komprehensif dalam diri masyarakat Indonesia guna memberikan

legitimasi atas segala tindakan pemerintah yang berkuasa. dalam diri

masyarakat Indonesia. Adapun dalam pelaksanaannya upaya indroktinisasi

tersebut dilakukan melalui berbagai cara, mulai dari pengkultusan Pancasila

sampai dengan Penataran P4.

Upaya pengkultusan terhadap pancasila dilakukan pemerintah orde

baru guna memperoleh kontrol sepenuhnya atas Pancasila dan UUD 1945.

Pemerintah orde baru menempatkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai sesuatu

yang keramat sehingga tidak boleh diganggu gugat. Penafsiran dan  2Agus Wahyudi,Ideologi Pancasila: Doktrin Yang Komprehensif Atau Konsepsi Politis,

(Yogyakarta: Pusat Studi UGM, 2004), hlm. 3.

3

Page 4: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

implementasi Pancasila sebagai ideologi terbuka, serta UUD 1945 sebagai

landasan konstitusi berada di tangan negara. Pengkultusan Pancasila juga

tercermin dari penetapan Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober

sebagai peringatan atas kegagalan G 30 S/PKI dalam upayanya menggantikan

Pancasila dengan ideologi komunis.3

Retorika mengenai persatuan kesatuan menyebabkan pemikiran

bangsa Indonesia yang sangat plural kemudian diseragamkan. Uniformitas

menjadi hasil konkrit dari kebijakan politik pembangunan yang unilateral.

Gagasan mengenai pluralisme tidak mendapatkan tempat untuk didiskusikan

secara intensif. Sebagai pucaknya, pada tahun 1985 seluruh organisasi sosial

politik digiring oleh hukum untuk menerima Pancasila sebagai satu-satunya

dasar filosofis, sebagai asas tunggal dan setiap warga negara yang

mengabaikan Pancasila atau setiap organisasi sosial yang menolak Pancasila

sebagai asas tunggal akan dicap sebagai penghianat atau penghasut. Dengan

demikian, jelaslah bahwa Orde Baru tidak hanya memonopoli kekuasaan,

tetapi juga memonopoli kebenaran. Sikap politik  masyarakat yang kritis dan

berbeda pendapat dengan negara dalam prakteknya diperlakukan sebagai

pelaku tindak kriminal atau subversif.

2. Sosialisasi Pancasila melalui Penataran P4

Pada era Orde Baru, selain dengan melakukan pengkultusan terhadap

Pancasila, pemerintah secara formal juga mensosialisasikan nilai-nilai

Pancasila melalui TAP MPR NO II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan

dan Pengamalan Pancasila (P4) di sekolah dan di masyarakat. Siswa,

mahasiswa, organisasi sosial, dan lembaga-lembaga negara diwajibkan untuk

melaksanakan penataran P4. Tujuan dari penataran P4 antara lain adalah

membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila sehingga

dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan nasional 3Sugeng Bayu Wahyono, Agama, Humanisme, dan Relevansi Pancasila, (Jakarta: Kebijakan

Publik, 2011), Edisi 2. hlm.7.

4

Page 5: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut maka opini rakyat

akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru.

Selain sosialisasi nilai Pancasila dan menerapkan nilai Pancasila dalam

kehidupan berbangsa, dalam kegiatan penataran juga disampaikan

pemahaman terhadap Undang- Undang Dasar 1945 dan Garis Besar Haluan

Negara (GBHN). Pelaksanaan penataran P4 sendiri menjadi tanggung jawab

dari Badan Penyelenggara Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (BP7).4

Akan tetapi cara melakukan pendidikan semacam itu, terutama bagi

generasi muda, berakibat fatal. Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur, setelah

dikemas dalam penataran P4, ternyata justru mematikan hati nurani  generasi

muda terhadap makna dari nilai luhur Pancasila tersebut. Hal itu terutama

disebabkan oleh karena pendidikan yang doktriner tidak disertai dengan

keteladanan yang benar. Setiap hari para pemimpin berpidato dengan selalu

mengucapkan kata-kata Pancasila dan UUD1945, tetapi dalam kenyataannya

masyarakat tahu bahwa kelakuan mereka jauh dari apa yang mereka katakan.

Perilaku itu justru semakin membuat persepsi yang buruk bagi para pemimpin

serta meredupnya Pancasila sebagai landasan hidup bernegara, karena

masyarakat menilai bahwa aturan dan norma hanya untuk orang lain (rakyat)

tetapi bukan atau tidak berlaku bagi para pemimpin. Atau dengan kata lain

Pancasila hanya digunakan sebagai slogan yang menunjukkan kesetiaan semu

terhadap pemerintah yang sedang berkuasa.5

C. Pancasila dan UUD 1945 Pada Masa Reformasi

4Sugeng Bayu Wahyono, Op.cit., hlm. 20. 5Ibid., hlm. 24.

5

Page 6: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

Era Reformasi di Indonesia dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat

Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan wakil

presiden BJ Habibie. Pengunduran diri ini ialah dampak dari ketidakpuasan

masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu yang

juga disusul dengan krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia

melemah. Ketidakpuasan masyarakat ini dituangkan melalui demonstrasi besar-

besaran yang dilakukan oleh berbagai organisasi aksi mahasiswa di berbagai

wilayah Indonesia.

Tragedi Trisakti adalah salah satu tragedi puncak jatuhnya rezim Soeharto.

Tragedi Trisakti yang meletus pada tanggal 12 Mei 1998 memicu Kerusuhan Mei

1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh

Indonesia. Di bawah tekanan yang besar baik dari dalam maupun dari luar negeri,

akhirnya kekuasaan Soeharto dapat ditumbangkan, ia akhirnya memilih

mengundurkan diri dari kursi kekuasaan yang telah didudukinya selama 32 tahun.

Menurut Panitia Lima (Bung Hatta, Subardjo, Maramis, Sunarjo,

Pringgodigdo) Pancasila dapat dipahami bukan hanya dengan membaca teksnya,

melainkan dengan mempelajari terjadinya teks itu. Fleksibilitas Pancasila yang

akan mampu membingkai nasionalisme menjadi aset penting bagi kehidupan era

ini, sebab anekaragam sosial dan kemajemukan budaya (agama, suku, geografis,

pengalaman sejarah) dan kehidupan paradoks butuh ''kesadaran bersama yang

baru secara rohaniah'' sebagai bangsa.6

Jika mencermati keberadaan Pancasila dalam kehidupan politik yang

banyak mengalami perubahan konstitusional dan rezim kekuasaan (1945 - 1978)

Pancasila selalu dipertahankan. Menurut Yamin (1959), hal demikian

memperlihatkan Pancasila mengandung kenyataan yang hidup dan tumbuh dalam

6Astrid S. Susanto Sunario, Pancasila (untuk Abad ke-21), (Jakarta: Ditjen Dikti, 2000), hlm. 10-11.

6

Page 7: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

sanubari orang per orang dalam masyarakat, sehingga Pancasila selalu

dipertahankan oleh rakyat Indonesia yang mendukung tiap-tiap negara nasional

yang lahir di atas bumi tumpah darah Indonesia. Dengan Pancasila rakyat

Indonesia telah bersatu dalam revolusi dan dalam perjuangan sejak hari

proklamasi. Pancasila merupakan kristalisasi daripada intisari perjuangan

kemerdekaan nasional di abad ke-20.7

Fleksibilitas Pancasila yang akan mampu membingkai nasionalisme

menjadi sebagai aset penting bagi kehidupan era ini, sebab anekaragam sosial dan

kemajemukan budaya (agama, suku, geografis, pengalaman sejarah) dan

kehidupan paradoks butuh ''kesadaran bersama yang baru secara rohaniah''

sebagai bangsa.8

Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan

mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti

pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam

melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan

vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena rejim Orde Lama

dan Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.

Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian

bangsa ini, Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus

tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks seperti

globalisasi yang selalu mendikte, krisis ekonomi yang belum terlihat

penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi disintegrasi, dan

segregasi sosial dan konflik komunalisme yang masih rawan. Kelihatannya, yang

diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih 7Sugimin Raharjo, Sejarah Perjungan Bangsa Indonesia, (Semarang: Bintang Jaya Group,

1998), hlm. 89. 8Astrid S. Susanto Sunario, Op.cit., hlm. 15.

7

Page 8: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

konseptual, komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan

perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan

negara.

Terlepas dari kenyataan yang ada, gerakan reformasi sebagai upaya

memperbaiki kehidupan bangsa Indonesia ini harus dibayar mahal, terutama yang

berkaitan dengan dampak politik, ekonomi, sosial, dan terutama kemanusiaan.

Para elite politik cenderung hanya memanfaatkan gelombang reformasi ini guna

meraih kekuasaan sehingga tidak mengherankan apabila banyak terjadi

perbenturan kepentingan politik. Berbagai gerakan muncul disertai dengan akibat

tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan. Banyaknya korban jiwa dari anak-

anak bangsa dan rakyat kecil yang tidak berdosa merupakan dampak dari

benturan kepentingan politik. Tragedi “amuk masa” di Jakarta, Tangerang, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, serta daerah-

daerah lainnya merupakan bukti mahalnya sebuah perubahan. Dari peristiwa-

peristiwa tersebut, nampak sekali bahwa bangsa Indonesia sudah berada di

ambang krisis degradasi moral dan ancaman disintegrasi.

Kondisi sosial politik ini diperburuk oleh kondisi ekonomi yang tidak

berpihak kepada kepentingan rakyat. Sektor riil sudah tidak berdaya sebagaimana

dapat dilihat dari banyaknya perusahaan maupun perbankan yang gulung tikar

dan dengan sendirinya akan diikuti dengan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Jumlah pengangguran yang tinggi terus bertambah seiring dengan PHK sejumlah

tenaga kerja potensial. Masyarakat kecil benar-benar menjerit karena tidak

mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kondisi ini diperparah dengan

naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) dan listrik, serta harga bahan kebutuhan

pokok lainnya. Upaya pemerintah untuk mengurangi beban masyarakat dengan

menyediakan dana sosial belum dapat dikatakan efektif karena masih banyak terjadi

penyimpangan dalam proses penyalurannya. Ironisnya kalangan elite politik dan

pelaku politik seakan tidak peduli den bergaming akan jeritan kemanusiaan tersebut.

8

Page 9: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

Di balik keterpurukan tersebut, bangsa Indonesia masih memiliki suatu

keyakinan bahwa krisis multidimensional itu dapat ditangani sehingga kehidupan

masyarakat akan menjadi lebih baik. Apakah yang dasar keyakinan tersebut? Ada

beberapa kenyataan yang dapat menjadi landasan bagi bangsa Indonesia dalam

memperbaiki kehidupannya, seperti: (1) adanya nilai-nilai luhur yang berakar

pada pandangan hidup bangsa Indonesia; (2) adanya kekayaan yang belum

dikelola secara optimal; (3) adanya kemauan politik untuk memberantas korupsi,

kolusi, dan nepotisme (KKN).9

UUD 1945 pada masa era globalisasi yang ditandai oleh reformasi

berawal dari ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1999 tentang GBHN kemudian

disusul oleh Tap-Tap MPR yang lain. Dari segi pengembangan hukum terlihat

pada Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata urutan

peraturan perundangan. Sejak adanya perubahan / amandemen UUD 1945 yang

pertama tersirat materi muatan konstitusi hanya diatur dalam UUD 1945

kemudian amandemen tersebut sampai perubahan keempat, secara lengkap proses

amandemen pasal-pasal dimaksud dapat diperhatikan pada lampiran. Di dalam era

reformasi ini Pancasila tetap dipertahankan sebagai Dasar Negara dan Pancasila

sebagai idiologi nasional yang merupakan cita-cita dari tujuan negara. Di dalam

pengembangan lebih lanjut bahwa Pancasila sebagai paradigma yaitu merupakan

pola pikir atau kerangka berpikir, disini menunjukkan bahwa pembukaan UUD

1945 memiliki peranan penting yang menjadi satu kesatuan bersama UUD 1945.

Menyangkut perubahan/amandemen UUD 1945 dimaksud diantaranya adalah

untuk menghadapi perkembangan yang begitu cepat terjadi di dunia ini.

Beberapa persoalan menarik yang perlu dikaji sehubungan dengan

gerakan reformasi, diantaranya Pancasila sebagai Dasar Negara, UUD 195

sebagai landasan Konstitusional, serta seluruh peraturan perundang – undangan

yang berlaku. Namun demikian, beberapa persoalan yang segera ditata sesuai

9Rahman Supraja, Pancasila, (Cirebon: Swagati Press, 2008), hlm. 21

9

Page 10: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

dengan cita – cita reformasi, diantaranya menata hubungan tata kerja antara

Lembaga Tertinggi dan Lembaga Tinggi Negara. Yaitu mengembalikan

kedudukan MPR sebagai Lembaga Tertinggi Negara dan sebagai pelaksana

kedaulatan rakyat sehingga tugas – tugas kenegaraan dapat berjalan dengan lebih

baik. Dengan demikian, dengan ada tidak adanya amandemen bukanlah jaminan

bagi terwujudnya pemerintahan yang jujur, bersih dan berwibawa di samping itu

kenyataannya menunjukkan bahwa sebagai bangsa yang mengaku memiliki sikap

jujur, kesatria, dan terbuka belum mampu merealisasikan sikap itu dalam

kehidupan nyata. Jika sikap ini dapat di kedepankan maka segala persoalan yang

di hadapi bangsa Indonesia dapat dipecahkan tanpa menimbulkan kerugian bagi

anggota masyarakat yang lain. Oleh karena itu, jauhkan sikap emosional dan

kedepankan sikap rasional, logis, dan kritis dalam memecahkan segala persoalan

yang sedang dihadapi. Kesemuanya itu merupakan konsekuensi logis dari

dinamika pelaksanaan UUD 1945. artinya, UUD 1945 tidak harus dilaksanakan

secara kaku, tetapi secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan Perkembangan

masyarakat.10  

Orde Reformasi yang baru berjalan beberapa tahun telah memiliki empat

Presiden. Pergantian presiden sebelum waktunya karena berbagai masalah. Pada

era Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarno Putri, Pancasila

secara formal tetap dianggap sebagai dasar dan ideologi negara, tapi hanya

sebatas pada retorika pernyataan politik. Ditambah lagi arus globalisasi dan arus

demokratisasi sedemikian kerasnya, sehingga aktivis-aktivis prodemokrasi tidak

tertarik merespons ajakan dari siapapun yang berusaha mengutamakan pentingnya

Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Ideologi negara yang seharusnya

menjadi acuan dan landasan seluruh elemen bangsa Indonesia khususnya para

negarawan dan para politisi serta pelaku ekonomi dalam berpartisipasi

membangun negara, justru menjadi kabur dan terpinggirkan. Hasilnya NKRI

mendapat tantangan yang berat. Timor-Timur yang telah lama bergabung dalam

10Ibid.,

10

Page 11: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

NKRI melalui perjuangan dan pengorbanan lepas dengan sekejap pada masa

reformasi tersebut. Daerah-daerah lain juga mengancam akan berdiri sendiri bila

tuntutannya tidak dipenuhi oleh pemerintah pusat. Tidak segan-segan, sebagian

masyarakat menerima aliran dana asing dan rela mengorbankan kepentingan

bangsanya sebagai imbalan dolar. Dalam bahasa intelijen kita mengalami apa

yang dikenal dengan ”subversi asing”, yakni kita saling menghancurkan negara

sendiri karena campur tangan secara halus pihak asing. Di dalam pendidikan

formal, Pancasila tidak lagi diajarkan sebagai pelajaran wajib.

D. Kesimpulan

Kecenderungan orde baru dalam memandang Pancasila sebagai doktrin

yang komprehensif terlihat pada anggapan bahwa ideologi sebagai sumber nilai

dan norma dan karena itu harus ditangani (melalui upaya indoktrinasi) secara

terpusat. Pada akhirnya, pandangan tersebut bermuara pada keadaan yang disebut

dengan perfeksionisme negara. Negara perfeksionis adalah negara yang merasa

tahu apa yang benar dan apa yang salah bagi masyarakatnya, dan kemudian

melakukan usaha-usaha sistematis agar ‘kebenaran’ yang dipahami negara itu

dapat diberlakukan dalam masyarakatnya. Sehingga formulasi kebenaran yang

kemudian muncul adalah sesuatu dianggap benar kalau hal tersebut sesuai dengan

keinginan penguasa, sebaliknya sesuatu dianggap salah kalau bertentangan

dengan kehendak penguasa.

Di era reformasi, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan

mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti

pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam

melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan

11

Page 12: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena rejim Orde Lama

dan Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Raharjo, Sugimin. Sejarah Perjungan Bangsa Indonesia, Semarang: Bintang Jaya Group, 1998.

12

Page 13: Pancasila Dan Uud 1945 Dalam Kurun

Sastrapetadja. Pancasila sebagai Prinsip Humanisasi Masyarakat: Kontekstualisasi dan Implementasi Pancasila, Yogyakarta: Penerbit Lima, 2007.

Supraja, Rahman. Pancasila, Cirebon: Swagati Press, 2008.

Susanto Sunario, Astrid S. . Pancasila (untuk Abad ke-21), Jakarta: Ditjen Dikti, 2000.

Wahyono, Sugeng Bayu. Agama, Humanisme, dan Relevansi Pancasila, Jakarta: Kebijakan Publik, 2011, Edisi 2.

Wahyudi, Agus. Ideologi Pancasila: Doktrin Yang Komprehensif Atau Konsepsi Politis, Yogyakarta: Pusat Studi UGM, 2004.

13