Palliative Care

21
BLOK ELEKTIF CASE REPORT PENGARUH PALLIATIVE CARE PADA PASIEN LIMFOMA MALIGNA DITINJAU DARI ASPEK LINGKUNGAN DAN ISLAM Oleh : Sarah Kemalasari NPM : 1102010264 Kelompok 1 Bidang Kepeminatan Perawatan Paliatif Tutor : Dr. Hj. Sri Hastuti, M.Kes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

description

elektif

Transcript of Palliative Care

Page 1: Palliative Care

BLOK ELEKTIF

CASE REPORT

PENGARUH PALLIATIVE CARE PADA PASIEN LIMFOMA

MALIGNA DITINJAU DARI ASPEK LINGKUNGAN DAN ISLAM

Oleh : Sarah Kemalasari

NPM : 1102010264

Kelompok 1 Bidang Kepeminatan Perawatan Paliatif

Tutor : Dr. Hj. Sri Hastuti, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

TAHUN 2013/2014

Page 2: Palliative Care

PENGARUH PALLIATIVE CARE PADA PASIEN LIMFOMA MALIGNA

DITINJAU DARI KEDOKTERAN DAN ISLAM

Abstrak

Palliative care adalah pendekatan multidisiplin yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa. Palliative care meliputi beberapa aspek yang saling berhubungan salah satunya adalah aspek lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu aspek penting untuk memutuskan dimana pasien akan dirawat dalam sisa akhir hidupnya. Pasien yang mendapatkan perawatan paliatif membutuhkan lingkungan yang aman dan nyaman untuk menunjang perbaikan kualitas hidupnya. Ny. O, 81 tahun, menderita penyakit limfoma maligna membutuhkan lingkungan yang menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dan mempunyai ventilasi udara yang bagus agar sirkulasi udara berjalan dengan baik.

Keywords : Palliative care, lingkungan, hospice, end of life care

Pendahuluan

Palliative Care atau Perawatan Paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan

memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang

berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan

peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri,

dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (WHO,2002).

Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas hidup maksimal

bagi penderita dan keluarga. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan bagi penderita

menjelang akhir hayatnya, namun sudah dapat dimulai segera setelah diagnosis

penyakit (kanker) di tegakkan, dan dilaksanakan bersama dengan pengobatan kuratif.

Lebih lanjut lagi, Organisasi Kesehatan Dunia menekankan bahwa pelayanan paliatif

berpijak pada pola dasar, berikut ini :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses normal.

2. Tidak mempercepat atau menunda kematian

3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu

4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual

5. Mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya

Sehingga dari uraian diatas, jelas bahwa pemanfaatan sistem perawatan medis

memegang peranan penting untuk diterapkan dalam prinsip perawatan paliatif

(Djauzi et al.,2003).

2

Page 3: Palliative Care

Perawatan paliatif jika ditinjau dari aspek lingkungan adalah mengenai

bagaimana lingkungan yang aman dan nyaman untuk pasien agar pasien dapat

menghabiskan hidupnya dengan kualitas yang lebih baik. Sebagian pasien paliatif

lebih banyak dirawat di rumah karena pasien mendapatkan privacy, lebih nyaman,

dan lebih bebas melakukan sesuatu sehingga lingkungan rumah harus dilengkapi alat-

alat yang dibutuhkan oleh pasien (Anonim A).

Presentasi Kasus

Ny. O, umur 81 tahun, suku Tionghoa (China) menderita penyakit limfoma

maligna yang terdiagnosis pada bulan Oktober 2013. Limfoma maligna penyakit yang

ditandai dengan proliferasi atau akumulasi sel-sel asli jaringan limfoid. Limfoma

maligna dibagi menjadi 2 yaitu Limfoma Hodgkin dan Non Hodgkin. Limfoma

Hodgkin adalah kondisi medis yang ditandai dengan kanker pada sistem getah bening

(bagian dari sistem kekebalan tubuh yang mengalirkan saluran getah bening menuju

jantung). Dengan gejala batuk, benjolan atau gumpalan yang nyeri pada tungkai kaki,

demam, kehilangan selera makan, dll. Sedangkan Limfoma non Hodgkin adalah

kelompok keganasan primer limfosit yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T

dan kadang (amat jarang) berasal dari sel NK (“natural killer”) yang berada dalam

sistem limfe yang sangat heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis,

respon terhadap pengobatan, maupun prognosis. Limfoma Non-Hodgkin dapat

menimbulkan serangkaian gejala, namun gejala-gejala yang paling umum terjadi

adalah demam terus menerus dan berulang, hilangnya berat badan tanpa alasan,

membengkaknya kelenjar getah bening, keringat yang timbul di malam hari dan

hilangnya selera makan. Pada hasil pemeriksaan lab Ny. O, didapatkan limfadenopati

dari sepanjang regio submandibularis dan perjugularis superior dan inferior. Selain itu

Ny. O juga memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi dan stroke.

Pasien dirujuk ke bagian palliative care RS. Dharmais pada bulan November

2013 dikarenakan kondisinya yang tidak menunjukan perbaikan secara signifikan

yang sebelumnya telah mendapatkan perawatan selama sebulan dirumah sakit

tersebut. Ny. O saat ini dirawat dirumah keponakannya dan dijaga oleh anak-anaknya,

bapak Y dan ibu M. Ny. O dirawat di rumah yang penerangannya kurang, memiliki

anjing yang dipelihara di dalam rumah dan terdapat dupa yang dibakar terus menerus

atau dalam istilah disebut hiyo. Ny. O menempati kamar ukuran 3x4 dengan ventilasi

3

Page 4: Palliative Care

yang kurang baik, tempat tidur yang dipenuhi bantal, di samping tempat tidur terdapat

3 kursi sebagai pengaman, terdapat radio yang memutar lagu rohani, dan pintu yang

selalu terbuka sehingga asap hiyo masuk ke dalam kamar.

Kondisi pasien saat ini mengalami gangguan fungsi motorik (hemiplegia),

aphasia (kesulitan atau ketidakmampuan untuk berbicara), dan inkontinensia (tidak

dapat menahan) dari kandung kemih. Pemasangan selang kateter untuk pengeluaran

urin dan selang NGT untuk memasukkan nutrisi yang diperlukan telah digunakan

pasien sejak perawatan di rumah.

Diskusi

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas

hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan

penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui

identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-

masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.

Hospice adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang

tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan

di rumah sakit Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat

memberikan pelayaan untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan keadaan

seperti di rumah pasien sendiri (KEPMENKES RI NOMOR: 812,2007).

Hospice adalah pilihan tradisional bagi orang-orang dengan harapan hidup

enam bulan atau kurang, dan melibatkan perawatan paliatif (pereda gejala dan nyeri)

daripada tindakan kuratif, yang memungkinkan untuk menghabiskan hari-hari terakhir

di lingkungan yang akrab nyaman, dikelilingi oleh orang yang kita cintai yang dapat

lebih fokus sepenuhnya pada kita dengan dukungan staf rumah sakit.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Pain dan Symptom

Management menemukan bahwa pasien dengan penyakit terminal yang menerima

perawatan paliatif hidup rata-rata 29 hari lebih lama dibanding mereka yang tidak

mendapatkannya di akhir kehidupan. Ketika pasien yang sakit parah, yang seringkali

sudah dalam keadaan fisik dan mental yang lemah, membuat keputusan untuk

4

Page 5: Palliative Care

menerima perawatan paliatif, bukan pengobatan kuratif lanjutan, mereka menghindari

bahaya pengobatan berlebihan. Perawatan di rumah memberikan pasien pemantauan

yang lebih besar dari yang didapatkannya di rumah sakit. Selain berfokus pada

kesehatan fisik dan kenyamanan pasien, perawatan paliatif juga berfokus pada

kebutuhan emosional dan spiritual serta kesejahteraan pasien dan orang yang mereka

cintai (http://www.medicalera.com/3/21971?thread=21971).

Banyak orang yang membutuhkan perawatan paliatif memilih untuk dirawat di

rumah di mana mereka tahu lingkungan mereka, mereka memiliki lebih banyak

privasi dan lebih banyak kebebasan untuk melakukan apa yang mereka suka. Namun,

bagi sebagian orang hal ini tidak terjadi dan orang-orang tersebut tidak boleh 'dibujuk'

ke perawatan di rumah jika tidak cocok bagi mereka. Perawatan di rumah

membutuhkan peralatan yang dibutuhkan oleh pasien. Peralatan yang dibutuhkan

tergantung pada situasi. Penggunaan peralatan dapat meningkatkan kemandirian,

membuatnya lebih mudah bagi yang merawat dan menciptakan lingkungan yang lebih

aman (Hudson, 2012).

Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana

lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik

untuk kesehatan keluarga dan individu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana

pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan

sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena

itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar

fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

Rumah dikatakan sehat apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti

temperatur lebih rendah dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi

yang nyaman, dan kebisingan 45-55 dB.A.; (2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan; (3)

Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan

air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang

saniter dan memenuhi syarat kesehatan; serta (4) Melindungi penghuninya dari

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah

5

Page 6: Palliative Care

yang kokoh, tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik,

keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie,1992; Azwar,1996).

Parameter rumah yang dinilai dalam penilaian rumah sehat meliputi lingkup 3

(tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu : (1) kelompok komponen rumah, meliputi

langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela kamar keluarga, dan ruang

tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur, pencahayaan; (2) kelompok sarana

sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan

air limbah, dan sarana pembuangan sampah; dan (3) kelompok perilaku penghuni,

meliputi perilaku membuka jendela kamar tidur, membuka jendela ruang keluarga dan

tamu, membersihkan halaman rumah, membuang tinja bayi/anak ke kakus, dan

membuang sampah pada tempatnya (Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999).

Hal yang perlu diperhatikan untuk keamanan pasien dan lingkungan adalah

arena berjalan, lantai, furniture, kamar mandi, dapur, kamar tidur, listrik,

perlindungan kebakaran, zat beracun, peralatan komunikasi dan obat-obatan. Berbagai

macam peralatan yang mungkin dibutuhkan oleh pasien :

Kursi mandi – memudahkan pasien untuk duduk saat mandi

Commode – portable toilet, seperti kursi

Pegangan tangan untuk bak mandi/shower – memberikan kemudahan untuk

duduk/berdiri di bak mandi/shower

Papan mandi – memudahkan pasien untuk masuk dan keluar dari kamar mandi

Slipper pan/urinal – peralatan yang memudahkan untuk berkemih di tempat tidur

Absorbent dan kantong plastik digunakan di tempat tidur atau kursi pada pasien

inkontinensia urin

Dosette box – tempat khusus yang membantu pasien minum obat yang diperlukan

dan pada waktu yang tepat

Jarum suntik – peralatan yang digunakan untuk memasukkan obat ke bawah kulit

daripada lewat mulut

Wadah untuk jarum suntik dan peralatan yang sudah dipakai

Bel atau intercom

Sarung tangan sekali buang

Tempat tidur rumah sakit yang dapat diatur ketinggiannya dan mempunyai

penyangga yang mencegah jatuhnya pasien

6

Page 7: Palliative Care

Kateter urin – alat untuk mengeluarkan urin

Peralatan penghilang tekanan – matras khusus, kulit domba, batal yang digunakan

agar nyaman ditempat tidur atau kursi dan mencegah timbulnya luka tempat tidur

Alat bantu berjalan – peralatan yang digunakan untuk membantu berjalan

Kursi roda – memudahkan pasien untuk bergerak jika pasien susah berjalan

Slide sheet – kain yang memudahkan untuk memindahkan pasien jika pasien di

tempat tidur

(Hudson,2012)

Pada kasus ini, pasien sudah tidak dapat bergerak dari tempat tidur dan

membutuhkan kateter untuk membuang urin, serta NGT untuk memenuhi asupan

makanan. Lingkungan rumah pasien mempunyai ventilasi yang kurang baik, tempat

tidur pasien dikelilingi bantal membuatnya kurang nyaman, kursi yang menjaga

pasien agar tidak jatuh, pintu yang selalu terbuka menyebabkan asap hiyo masuk

kedalam kamar dan membuat kamar menjadi pengap karena sirkulasi yang kurang

baik. Pasien juga memiliki hewan peliharaan yang diikat di dalam rumah tetapi

menjadi kurang nyaman bagi pasien jika hewan tersebut menggongong.

Di kamar pasien juga terdapat radio yang memperdengarkan musik rohani,

selain untuk mendekatkan diri terhadap Tuhan, musik juga dapat memberikan

kesejahteraan kepada pasien dan yang merawat mereka dan meningkatkan hubungan

interpersonal antara pasien dan keluarga (Sales & Silva,2011).

Lingkungan rumah yang bersih dan sehat merupakan lingkungan yang

diajarkan oleh Islam. Menurut ajaran Islam, rumah merupakan tempat dan sumber

ketenangan. Hal ini berdasarkan firman Allah:

7

Page 8: Palliative Care

Artinya : Allah menjadikan untuk kamu rumah-rumah kamu sebagai tempat

ketenangan (QS. An-Nahl : 80)

Lingkungan rumah yang sehat, asri, nyaman dan layak huni adalah rumah

yang memenuhi beberapa aspek sebagai berikut :

Segi konstruksi bangunan, yaitu memiliki pondasi dan konstruksi yang cukup kuat

dan aman untuk penghuni di dalamnya serta dibuat dari bahan bangunan yang

tahan lama, mudah untuk dipelihara, terdapat jaringan listrik dan bersifat tahan api.

Segi kesehatan yaitu mampu menunjang kondisi kesehatan tiap penghuninya.

Contoh di tiap ruangan tersedia penerangan dan tidak lembab, terpenuhinya

jaringan air bersih dan air minum, terdapat pembuangan sampah, saluran air

pembuangan air kotor/limbah rumah tangga dan sebagainya.

Segi kenyamanan, yaitu bertujuan agar penghuni nyaman bertempat tinggal dan

mudah melaksanakan kegiatannya.

Segi keterjangkauan biaya yaitu pembangunan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana rumah disesuaikan dengan dana dan kemampuan pemilik rumah.

Segi keserasian lingkungan, yaitu untuk memberikan keindahan dan keasrian

lingkungan rumah. Contoh; menanam tanaman di perkarangan, memberi lampu

penerangan dan sebagainya.

(Anonim D)

Bangunan arsitektur yang islami harus memenuhi hal sebagai berikut:

1. Tauhid dan Risalah. Hendaknya bangunan tidak mengandung unsur syirik dalam

desain dan ornamen didalamnya.

2. Alquran menegaskan tentang kesadaran terhadap lingkungan dan realitas

lingkungan.

3. Konsep desain berbasis geometri murni, bangunan itu memiliki “badan” yang

didesain dengan konsep geometri. Sedangkan jiwanya dapat didesain dengan

memodifikasi pencahayaan, ventilasi, suara, lanskap, warna, tekstur, interior dan

eksterior.

4. Konsep surga di bumi. Arsitektur Islam sangat dipengaruhi oleh konsep taman dan

courtyard, sehingga lansekap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari bangunan.

5. Konsep Cahaya. Cahaya simbol spiritualitas dalam dunia sufi. Arsitektur islam

mendesain pencahayaan, bayang-bayang, angin, efek pendinginan,air dan tanah.

8

Page 9: Palliative Care

Kriteria rumah islami lain pun harus diperhatikan. Kriteria tersebut seperti,

memilih lokasi yang tepat, memilih tetangga yang tepat, tidak bermegah-megahan

dalam membangun rumah, membuat rumah yang bersih, membuat rumah yang baik

dan indah, membuat rumah yang dimasuki malaikat dan tidak dimasuki setan

(Anonim C).

Lingkungan rumah yang Islami adalah dengan menciptakan kondisi suasana

rumah yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Rumah dihiasi dengan sederhana dan dari harta yang halal. Menghiasi rumah yang

islami adalah dengan menggunakan harta yang diperoleh secara halal serta

barokah. Karena menghiasi rumah adalah juga hal yang wajar dari setiap pemilik

rumah. Dan tidak berdosa pula bila seseorang menghiasi rumahnya serta juga dari

segi pakaiannya dan juga sandalnya pula. Hal ini tercermin dari hadist Rasulullah

Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya :"Tidak akan masuk sorga orang yang

dalam hatinya ada seberat zarrah daripada kesombongan. Kemudian ada seorang

laki-laki yang bertanya: Ya Rasulullah! Seseorang itu biasa senang kalau

pakaiannya itu baik dan sandalnya pun baik pula, apakah itu termasuk sombong?

Jawab Nabi. Sesungguhnya Allah itu baik, Ia suka kepada yang baik.”"(HR.

Muslim). Namun dalam hal ini ada yang harus digarisbawahi yaitu tidak menghiasi

rumah secara berlebih-lebihan. Apalagi bila rumahnya diberikan lambang-lambang

kemusrikan dan kemewahan yang berlebihan pula.

Rumah Yang Luas dan Bersih. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang

artinya :"4 hal yang membawa kebahagiaan, yaitu perempuan shalehah, rumah

yang luas, tetangga yang baik dan kendaraan yang enak." (HR. Ibnu Hibban).

Bersih ini juga tentunya berkaitan dengan kesehatan pula bagi para penghuninya.

Rumah dan kesehatan adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan

masyarakat sekarang ini. Untuk itu ketika akan membangun rumah yang sehat

maka perlu pula dipikirkan bentuk dan desain rumah yang memenuhi standar

kesehatan pula. Hal ini bertujuan agar penghuni rumah terhindar dari berbagai

penyakit terutama penyakit yang menular. Ventilasi yang baik perlu menjadi

perhatian pula. Kesehatan bukan lagi masalah tim kesehatan saja, arsitek yang

merencanakan rumah sebagai tempat tinggal juga memiliki peran untuk

meningkatkan kualitas kesehatan penghuni rumah melalui desain rumah yang

9

Page 10: Palliative Care

dibuatnya.

Tidak Memajang Patung, tidak memelihara hewan seperti anjing. Rasulullah

shaallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :""Sesungguhnya Malaikat tidak akan

masuk suatu rumah yang di dalamnya ada patung."(HR. Bukhari dan Muslim).

Memelihara anjing yang dilarang Rasulullah SAW adalah memelihara anjing di

dalam rumah tanpa ada suatu keperluan. Hal ini juga berkaitan erat dengan najis

dari air liur hewan anjing tersebut yang bisa menempel perabot-perabot rumah kita

(Anonim B).

Kesimpulan

Palliative care adalah perawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

hidup pasien dan dilihat dari berbagai macam aspek. Lingkungan merupakan salah

satu aspek penting untuk memutuskan dimana pasien akan dirawat dalam sisa akhir

hidupnya. Sebagian besar pasien memilih perawatan di rumah karena sudah terbiasa

dengan lingkungan tersebut, lebih bebas untuk melakukan sesuatu, mempunyai

privasi, dan dapat berkumpul bersama keluarga yang dicintai. Lingkungan rumah

yang bersih, sehat, dan dilengkapi peralatan yang mereka butuhkan dapat membuat

pasien nyaman dan aman dalam menghabiskan sisa hidupnya. Rumah dikatakan sehat

apabila memenuhi kebutuhan fisik dasar, memenuhi kebutuhan kejiwaan, melindungi

penghuninya dari penularan penyakit menular, dan melindungi penghuninya dari

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran.

Saran

1. Secara umum, pasien palatif membutuhkan lingkungan rumah yang bersih, sehat,

aman, dan dilengkapi dengan peralatan yang dibutuhkan.

2. Kepada keluarga pasien, pasien membutuhkan lingkungan yang menyediakan alat-

alat yang dibutuhkan, ventilasi udara yang bagus agar sirkulasi udara berjalan

dengan baik, pintu selalu ditutup agar menjaga kenyamanan pasien, dan

penerangan yang cukup.

10

Page 11: Palliative Care

Ucapan Terima Kasih

Terimakasih Saya ucapkan kepada:

1. DR. Drh. Hj. Titiek Djannatun (Koordinator Penyusun Blok Elektif)

2. Dr. Hj. RW. Susilowati, Mkes (Koordinator Pelaksana Blok Elektif)

3. Dr. Hj. Riyani Wikaningrum, DMM. MSc. (Pengampu Bidang Kepeminatan

Palliative Care),

4. Dr. Hj. Sri Hastuti, M.Kes (Tutor Pendamping Bidang Kepeminatan Perawatan

Paliatif Kelompok 1),

5. Dr. Maria A. Witjaksono (Koordinator Kunjungan Lapangan),

6. Dr. Fari dan Suster Ame (Koordinator Kunjungan Lapangan)

serta teman-teman kelompok 1 bidang kepeminatan perawatan paliatif FK Yarsi

2013/2014.

11

Page 12: Palliative Care

Daftar Pustaka

1. Al-Qur’an dan tejemahannya. Departemen Agama Republik Indonesia. 2007

2. Anonim A.

https://www.vch.ca/your_health/health_topics/home_hospice_palliative_care/

in_your_home/in_your_home

3. Anonim B.

http://abufarras.blogspot.com/2013/02/ciri-rumah-sehat-islami.html

4. Anonim C. http://salmanitb.com/2012/04/desain-rumah-yang-diridhai-allah/

5. Anonim D.

http://www.artikellingkunganhidup.com/5-ciri-ciri-rumah-sehat.html

6. Djauzi S, Anisa S N, Ali M T, Yunihastuti E.(ed), Perawatan Paliatif Dan Bebas

Nyeri Pada Penyakit Kanker. Jakarta: 2003 Rumah Sakit Kanker

Dharmais,hlm.2-7

7. Hudson P, Hudson R. (2012). Supporting A Person Who Needs Palliative Care :

A Guidline For Family And Friends (2nd ed.). Australia : Victoria Parade.

8. Keman S. (2005). Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman. JURNAL

KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL. 2, NO. 1, JULI 2005 : 29 -42.

Available at :

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-04.pdf (Diakses pada 18

November 2013)

9. Lawson R. (2009). Home and hospital; hospice and palliative care: how the

environment impacts the social work role. Journal Of Social Work In End-Of-

Life & Palliative Care [J Soc Work End Life Palliat Care] 2007; Vol. 3 (2), pp. 3-

17.

Available at :

http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid=e5474b3e-2a12-4f15-a403-

763dc38edd56%40sessionmgr115&vid=1&hid=124&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3

QtbGl2ZQ%3d%3d#db=mdc&AN=18069620 (Diakses pada 16 November 2013)

10. KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan

Perawatan Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia

11. Sales CA, da Silva VA, Pilger C, and Marcon SS. (2011). Music In Human

Terminality : The Family Members’ Conceptions. Revista Da Escola De

12

Page 13: Palliative Care

Enfermagem Da U S P [Rev Esc Enferm USP] 2011 Mar; Vol. 45 (1), pp. 138-

45.

Available at :

http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid=06b562a4-40fc-4458-93cc-

7d3e6ebec240%40sessionmgr115&vid=1&hid=124&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3

QtbGl2ZQ%3d%3d#db=mdc&AN=21445500 (Diakses pada 16 November 2013)

12. WHO : WHO Definition Of Palliative Care .

Available at :

http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/

(Diakses pada 16 November 2013)

13