Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan...

16
1

Transcript of Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan...

Page 1: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

1

Page 2: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

2

Page 3: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

3

Paket Hapalan Sejarah (2) Menyambut Kemerdekaan Dan Setelah Kemerdekaan

Detik – Detik Kemerdekaan Indonesia Setelah melalui berbagai proses panjang dan penuh sejarah, Indonesia akhirnya menyatakan

kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Sejak tahun 1942, Indonesia menjadi bagian dari daerah

jajahan Jepang. Pada tahun 1944-1945, Jepang yang saat itu sedang perang melawan sekutu, mulai

terdesak dan mengumumkan akan membentuk badan untuk menyelidiki kemungkinan Indonesia

merdeka pada 1 maret 1945. Kemudian ada 29 april 1945, dibentuklah Badan Penyelidik Usaha

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Coosakai yang diketuai oleh Dr.

Radjiman Wedyodiningrat. BPUPKI bersidang dua kali yaitu pada 29 Mei – 1 Juni 1945 dan 10 – 17

Juli 1945.

Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, sekutu menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Pada 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan, kemudian dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta.

Ketua PPKI, wakilnya dipanggil ke Dalat, Vietnam untuk bertemu Jenderal Terauchi Hisaichi yang

menjanjikan kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945.

Tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Hal ini didengar oleh

golongan muda sehingga golongan muda mendesak golongan tua untuk memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia sesegera mungkin apalagi melihat status quo saat itu. Golongan tua

menolak karena ingin memastikan hal tersebut, dan ingin menuruti tanggal yang telah disepakati

dengan Jepang sebelumnya untuk menghindari pertumpahan darah dengan pihak manapun.

Namun, golongan muda ingin kemerdekaan Indonesia sebagai sesuatu yang diperjuangkan oleh

bangsa bukan hadiah pemberian Jepang atau pihak lain.

Perdebatan itu berujung pada sebuah peristiwa yang dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok.

Pada 15 Agustus 1945 terjadi perdebatan serius antara Chaerul Saleh, Wikana, dan Sukarni dengan

Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Tidak puas dengan hasil perdebatan tersebut, golongan muda pun

menculik Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok, kota kecil dekat Karawang, dengan

tujuam supaya kedua tokoh ini terlepas dari pengaruh Jepang pada 16 Agustus 1945.

Sementara itu di Jakarta, Mr. Ahmad Soebardjo dari golongan tua berunding dengan Wikana

dari golongan muda. Mr. Ahmad Soebardjo kemudian menjemput Ir. Soekarno dan Moh. Hatta

setelah sebelumnya memberikan Jaminan bahwa kemerdekaan paling lambat akan diproklamasikan

tanggal 17 Agustus 1945 jam 12 siang.

Rombongan Soekarno-Hatta tiba di Jakarta sekitar pukul 23.00 dan langsung menuju kediaman

Laksana Muda Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol nomor 1. Teks proklamasi disusun oleh Ir.

Soekarno, Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo dan disaksikan oleh Miyoshi (orang kepercayaan

Nishimura), Sukarni, B.M Diah, dan Sudiro. Kalimat pertama merupakan usulan Mr. Ahmad

Soebardjo dan kalimat kedua merupakan usulan M. Hatta. Hasil rumusan teks proklamasi diketik

oleh Sajuti Melik dan atas usul Sukarni teks proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan M.

Hatta.

Proklamasi dilaksanakan tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 di Jalan Pengangsaan Timur no 56

yg merupakan rumah Soekarno.

Page 4: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

4

Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melaksanakan rapat dan menghasilkan dua keputusan

penting. Pertama mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 dan yang kedua mengangkat Soekarno

sebagai Presiden dan M. Hatta sebagai wakil presiden.

Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 mengadakan sidang dan mengambil tiga keputusan penting,

yaitu:

1. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945;

2. Mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil presiden;

3. Membentuk Komite Nasional untuk membantu pekerjaan Presiden sebelum terbentuknya

Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada 18 Agustus

1945. Atas usul Drs. Moh. Hatta dilakukan penyempurnaan sila pertama Pancasila dan Rancangan

UUD 1945. Sila pertama Pancasila yang semula berbunyi “Ke-Tuhanan dengan kewajiban

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pada siding PPKI tersebut, Otto Iskandardinata menyarankan memilih presiden dan wakil

presiden kemudian mengusulkan Bung Karno sebagai presiden dan Bung Hatta sebagai wakil

presiden. Usulan tersebut diterima sehingga presiden wakil presiden langsung dilantik saat itu juga.

Dalam sidang hari kedua pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI mengambil dua buah keputusan lagi:

1. Penetapan 12 Kementerian dalam lingkungan Pemerintah, yaitu Kementerian-kementerian

Dalam Negeri, Luar Negeri, Kehakiman, Keuangan, Kemakmuran, Kesehatan, Pengajaran, Sosial,

Pertahanan, Penerangan, Perhubungan, dan Pekerjaan Umum.

2. Pembagian daerah Republik Indonesia dalam 8 propinsi dan gubernurnya sebagai berikut:

Sumatera : Mr. Teuku Mohammad Hasan

Jawa Barat : Sutardjo Kartohadikusumo

Jawa Tengah : Raden Pandji Suroso

Jawa Timur : R.A. Suryo

Sunda Kecil : Mr. I Gusti Ketut Pudja

Maluku : Mr. J. Latuharhary

Sulawesi : Dr. G. S. J. Ratulangi

Kalimantan : Ir. Pangeran Mohamad Nur

Pada 22 Agustus 1945, PPKI mengambil keputusan membentuk Komite Nasional, Partai

Nasional Indonesia, dan Badan Keamanan Rakyat.

KNIP diresmikan dan angota-anggotanya dilantik tanggal 29 Agustus 1945.

Partai Nasional Indonesia pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik di

Indonesia. Namun dengan maklumat tanggal 31 Agustus diputuskan bahwa gerakan Partai Nasional

Indonesia ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Semenjak itu gagasan

satu partai ini tidak pernah dihidupkan lagi.

Badan Kemanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban

Perang yang merupakan induk organisasi yang ditunjukkan untuk memelihara keselamatan

masyarakat. Pembentukan BKR dan bukan tentara dimaksudkan agar tidak membangkitkan

Page 5: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

5

permusuhan dari kekuatan-kekuatan asing yang pada waktu itu ada di Indonesia. Ke dalam BKR

itulah terhimpun bekas anggota-anggota PETA, Heiho, Keisatsutai, Seinendan, Keibodan, dan lain-

lain.

Pada tanggal 16 Oktober 1945, Wakil Presiden mengeluarkan Maklumat Wakil Presiden X yang

menyatakan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan

Negara sebelum MPR dan DPR terbentuk. Pada 3 November 1945, keluarlah maklumat pemerintah

yang ditandatangani wakil presiden yang berisi tentang pembentukan partai-partai politik. Partai

politik ini bertujuan untuk mengatur semua aliran paham yang ada di dalam masyarakat.

Respon Rakyat dan Daerah terhadap Pembentukan Negara dan

Pemerintahan Indonesia Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia disebarkan oleh F.Wuz, seorang markonis, oleh Radio

Domei. Waidan B. Panalewen memerintahkan agar berita tersebut disiarkan tiga kali, namun baru

dua kali disiarkan, pihak Jepang memerintahkan berita tersebut berhenti disiarkan. Namun, Waidan

B. Panalewen memerintahkan F. Wuz terus menyiarkannya hingga akhirnya kantor berita Domei

disegel.

Dengan disegelnya kantor Berita Domei, para pemuda berinisiatif membuat pemancar baru

dengan kode panggilan DJK I sehingga berita kemerdekaan dapat terus disiarkan. Usaha penyebaran

berita proklamasi juga tidak terbatas melalui radio, namun juga melalui pers dan surat selebaran.

Hampir seluruh Harian di Jawa dalam penerbitannya 20 Agustus memuat proklamasi dan Undang-

Undang Negara Republik Indonesia. Demikianlah berita proklamasi kemerdekaan tersiar ke seluruh

tanah air.

Di Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan “Negeri Ngayogyakarto Hadiningrat”

yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia.

Sementara itu, di Jakarta, pada tanggal 19 September 1945 diselenggarakan rapat raksasa di

lapangan Ikada untuk menyambut proklamasi kemerdekaan. Rakyat membanjiri lapangan rapat,

sekalipun bala tentara Jepang melakukan penjagaan keras. Sebelumnya pimpinan tentara Jepang

telah melarang penyelenggaraan rapat tersebut. Suasana hangat dan mencekam ketika rakyat

berhadapan dengan tentara Jepang yang berjaga-jaga. Presiden Soekarno pun tidak jadi berpidato

dan hanya menyampaikan beberapa pesan singkat antara lain meminta supaya rakyat percaya pada

pimpinan dan pulang dengan tenang. Hal ini dilakukan agar bentrokan antara rakyat Indonesia dan

tentara Jepang tidak terjadi.

Pada hari yang sama, yaitu 19 September 1945, di Surabaya terjadi suatu peristiwa yang

kemudian terkenal sebagai “Insiden Bendera”. Insiden berpangkal pada tindakan beberapa orang

Belanda yang mengibarkan bendera merah putih pada tiang diatas Hotel Yamato, Tunjungan.

Tindakan tersebut menimbulkan amarah rakyat yang kemudian menyerbu hotel untuk menurunkan

bendera tersebut, merobek bagian yang berwana biru dan mengibarkannya kembali sebagai

bendera Merah Putih.

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Kekuatan asing berikutnya yang harus dihadapi oleh Republik Indonesia adalah pasukan-

pasukan sekutu yang ditugaskan untuk menduduki wilayah Indonesia dan melucuti tentara Jepang.

Yang melaksanakan tugas ini adalah Komando Asia Tenggara dibawah pimpinan Laksaman Lord Louis

Mountbatten. Untuk melaksanakan tugas ini, Mountbatten membentuk suatu komando khusus yang

Page 6: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

6

diberi nama Allied Forces Netherlands East Indones (AFNEI) dibawah Letnan Jenderal Sir Philip

Christison.

Kedatangan sekutu semula disambut dengan sikap terbuka oleh pihak Indonesia. Akan tetapi

setelah diketahui bahwa pasukan Sekutu datang dengan membawa orang-orang NICA yang hendak

menegakkan kembali kekuasaan kolonial Hindia-Belanda, sikap Indonesia berubah menjadi curiga

dan kemudian bermusuhan. Apalagi setelah NICA mempersenjatai bekas KNIL yang dilepaskan dari

tahanan Jepang dan mulai memancing kerusuhan dan melakukan provokasi.

Pendaratan sekutu yang disertai NICA disertai bentrokan-bentrokan yang tak terhindarkan

membuat suasana menjadi genting sehingga Pemerintah pada 5 Oktober 1945 mengeluarkan

maklumat untuk membuat Tentara Keamanan Rakyat dengan Soeprijadi (pemimpin perlawanan

PETA di Blitar) sebagai pimpinannya. Namun Soeprijadi tidak pernah datang, dan tidak diketahui

kabar dan nasibnya sehingga pada 18 Desember 1945 jabatan Pemimpin Tertinggi TKR diiisi oleh

Jenderal Soedirman.

Pertempuran Lima Hari di Semarang

Peristiwa dimulai pada tanggal 14 Oktober 1945, ketika kurang lebih 400 orang Veteran AL

Jepang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata,

memberontak waktu dipindahkan ke Semarang. Pertempuran berlangsung lima hari dan baru

berhenti setelah pimpinan TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang.

Pertempuran Surabaya

Pasa 25 Oktober 1945, tentara AFNEI dibawah komando Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby

mendarat di Surabaya dan pada 27 Oktober 1945 mereka menyerbu penjara Republik untuk

membebaskan perwira sekutu yang ditawan Republik. Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos sekutu di

seluruh Surabaya diserang Indonesia. Dalam sebuah insiden yang belum terungkapkan dengan jelas,

Brigadir Jenderal Mallaby ditemukan tewas. Sekutu kemudian mengeluarkan ultimatum supaya

semua orang Indonesia harus melapor dan meletakkan senjata paling lambat tanggal 10 November

1945. Ultimatum ini tidak dihiraukan sehingga pecahlah perang Surabaya pada 10 November 1945.

Bung Tomo adalah salah satu pemimpin perjuangan rakyat Surabaya. Untuk memperingati

perjuangan rakyat Surabaya, tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa diawali dengan mendaratnya tentara Sekutu dibawah pimpinan

Brigadir Jenderal Bethel di Semarang pada 20 Oktober 1945. Pada 21 November 1945, sekutu

mundur ke Ambarawa. Insiden bersenjata antara rakyat dan tentara Ambarawa meluas menjadi

pertempuran. Setelah pertempuran sengit berlangsung, pada 12 Desember 1945, pasukan Indonesia

melancarkan serangan serentak. Setelah betempur selama empat hari akhirnya pasukan Indonesia

berhasil menghalau tentara Inggris dari Ambarawa.

Pertempuran Medan Area

Pasukan sekutu yang diboncengi oleh serdadu Belanda dan NICA dibawah pimpinan Brigadir

Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Medan pada 9 Oktober 1945. Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi

pertempuran pertama antara para pemuda dan pasukan Belanda yang merupakan awal perjuangan

bersenjata yang dikenal sebagai pertempuran Medan Area. Tanggal 10 Desember 1945 tentara

sekutu melancarkan gerakan besar-besaran dengan mengikutsertakan pesawat tempurnya.

Pertempuran ini memakan banyak korban dari kedua belah pihak.

Bandung Lautan Api

Page 7: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

7

Pada waktu tentara sekutu memasuki kota Bandung pada Oktober 1945, para pemuda sedang

dalam perjuangan melaksanakan pemindahan kekuasaan dan perebutan senjata serta peralatan

perang dari tangan tentara Jepang. Tanggal 21 November 1945, sekutu mengeluarkan ultimatum

agar kota Bandung bagian utara selambat-lambatnya dikosongkan oleh pihak Indonesia pada 29

November 1945, namun ultimatum ini tidak dipedulikan oleh Indonesia. Pada 23 Maret 1946, sekutu

kembali mengeluarkan ultimatum agar TRI mengosongkan seluruh kota Bandung. Pemerintah

Republik Indonesia memerintahkan TRI mengosongkan kota Bandung, namun markas TRI di Yogya

menginstruksikan agar Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya TRI Bandung mematuhi perintah dari

Pemerintah RI namun sambil menyerang kedudukan sekutu dan membumihanguskan kota Bandung

bagian Selatan.

Perundingan Indonesia-Belanda

Perundingan ini diprakarsai oleh Lord Killearn pada 7 Oktober 1946. Pihak Belanda diwakili oleh

komisi dibawah pimpinan Prof. Schermehorn dan delegasi Indonesia diketuai oleh PM Sutan Sjahrir.

Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata.

Perundingan Linggarjati

Perundingan Linggarjati dipimpin oleh Lord Killearn pada 10-15 November 1946 di Linggarjati,

Jawa Barat. Persetujuan ini ditandatangani pada 25 Maret 1947. Dari pihak Indonesia, delegasi

diketuai oleh Sutan Sjahrir dan dari pihak Belanda adalah Prof. Schermerchorn. Isi perundingan ini

adalah:

1. Belanda mengakui wilayah kekuasaan Indonesia: Sumatra, Jawa dan Madura.

2. Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat.

3. Republik Indonesia serikat dan Belanda akan membentuk uni Indonesia-Belanda dengan Ratu

Belanda selaku ketuanya.

Puputan Margarana

Pada 2 dan 3 Maret 1946 Belanda mendaratkan kurang lebih 2000 tentara di Bali. Menurut

perjanjian Linggarjati, Bali tidak termasuk ke dalam wilayah RI, sementara itu Belanda

mengusahakan berdirinya negara boneka di Indonesia bagian timur. Letkol I Gusti Ngurah Rai

dibujuk Belanda untuk bekerja sama namun ia menolaknya. Pada 18 November 1946, Ngurah Rai

menyerang Belanda, namun karena kekuatan yang tidak seimbang, pasukan Ngurah Rai dapat

dikalahkan dalam puputan Margarana.

Peristiwa Westerling di Makasar

Pada bulan Desember 1946, Belanda mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Kapten Raymon

Westerling ke Sulawesi Selatan. Sejak kedatangannya pada 7-25 Desember 1946, pasukan

Westerling membunuh beribu-ribu rakyat dengan tujuan membersihkan Sulawesi Selatan dari

pejuang Indonesia dan mematikan perlawanan terhadap pembentukan Negara Indonesia Timur.

Gerakan pembersihan yang dilakukan oleh Westerling dilakukan setelah terjadi pertempuran dengan

pasukan “Harimau Indonesia” dibawah pimpinan Walter Mongsidi di Barombong.

Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang

Pasukan Sekutu mendarat di Palembang pada 12 Oktober 1945 dibawah pimpinan Letnan

Kolonel Carmichael. Ketika Belanda menuntut Palembang dikosongkan dan pemuda menolak

tuntutan tersebut, pertempuran meletus. Untuk mengulur waktu, Belanda mengajak berunding.

Ketika perundingan berlangsung pada 1 Januari 1947, pertempuran meletus kembali. Pertempuran

berlangsung lima hari lima malam, korban berjatuhan di kedua belah pihak. Pada 6 Januari 1947,

akhirnya dicapai persetujuan gencatan senjata.

Page 8: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

8

Agresi Militer Belanda Pertama Perselisihan akibat perbedaan penafsiran perjanjian Linggarjati memuncak. Belanda menuntut

agar segera diadakan gendarmerie bersama namun ditolak oleh Indonesia. Tanggal 21 Juli 1947

Belanda melancarkan serangan terhadap daerah-daerah Republik. TNI menggunakan teknik perang

gerilya dalam melawan Belanda. Akhirnya kekuasaan dan gerakan Belanda berhasil dibatasi hanya di

kota-kota besar dan jalan-jalan raya, sedangkan diluar itu menjadi kekuasaan TNI. Agresi Belanda ini

mendatangkan reaksi keras dari luar negeri. Dewan Keamanan PBB memerintahkan keduabelah

pihak melakukan gerncatan senjata.

Perundingan Renville

Untuk mengawasi penghentian tembak menembak, Dewan Kemanan PBB membentuk Komisi

Tiga Negara yang terdiri dari Australia, Belgia, dan Amerika Serikat. Dalam usaha menyelesaikan

sengketa, KTN mengadakan perundingan pada 8 Desember 1947 diatas sebuah kapal pengangkut

pasukan Angkatan Luar Amerika Serikat “USS Renville”. Delegasi dari Indonesia dipimpin oleh Mr.

Amir Sjarifuddin sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdulkadir Widjojoatmodjo, seorang

Indonesia yang memihak Belanda. Perjanjian Renville ditandatangani 17 Januari 1948.

Agresi Militer Belanda Kedua dan Serangan Umum 1 Maret 1949 Pada 18 Desember 1948, Dr. Beel memberitahukan kepada delegasi RI dan KTN bahwa Belanda

tidak lagi mengakui dan terikat pada persetujuan Renville. Pada 19 Desember 1948, agresi militer

kedua dilancarkan Belanda. Serangan langsung ditujuakan ke Ibukota Republik Indonesia,

Yogyakarta. Presiden, Wakil Presiden dan beberapa pejabat lainnya ditawan Belanda. Dalam sidang

kabinet yang sempat diadakan hari itu diambil keputusan untuk memberikan mandat pada Mr.

Sjarifuddin Prawiranegara untuk membuat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Jika Mr.

Sjarifuddin Prawiranegara tidak berhasil, maka mandat diberika pada Mr. A.A. Maramis, L.N. Palar

dan Dr. Sudarsono yang sedang berada di India. Seluruh kekuatan TNI yang masih ada di Yogyakarta,

diperintahkan ke luar kota untuk bergerilya dipimpin oleh Jenderal Sudirman. Letnan Kolonel

Soeharto kemudian mengadakan serangan ke Yogyakarta dan berhasil menduduki kota Yogyakarta

selama enam jam. Serangan ini memberikan motivasi kepada TNI dan rakyat yang sedang berjuang

dan menunjukkan pada dunia Internasional bahwa TNI dan pemerintah Yogyakarta masih ada.

Peristiwa agresi ini menimbulkan simpati kepada Indonesia dari dunia Internasional sehingga India

dan Birma memprakarsai Konferensi Asia di New Delhi pada 20-23 Januari 1949. Konferensi ini

menghasilkan resolusi yang intinya meminta Belanda menarik mundur pasukannya dan

mengembalikan pemerintahan ke Indonesia.

Perjanjian Roem-Royen

Untuk membantu penyelesaian sengketa Indonesia-Belanda, UNCI akhirnya membawa kedua

pihak ke meja perundingan. Delegasi dari Indonesia diketuai oleh Mr. Moh. Roem dan delegasi dari

Belanda diketuai oleh Dr. Van Royen. Perundingan dilakukan pada 17 April-7 Mei 1949.

Konferensi Meja Bundar Konferensi Meja Bundar dilaksanakan di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus-2 November 1949.

Hasil utamanya adalah Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat

selambat-lambatnya akhir bulan Desember 1949. Masalah irian Barat ditunda penyelesaiannya

selama satu tahun.

Page 9: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

9

Pada 17 Desember 1949, Ir. Soekarno dilantik menjadi presiden RIS dan sebagai pejabat

presiden RI diangkat Mr. Assaat. RI kemudian menjadi negara bagian RIS. Pengakuan kedaulatan RIS

dilakukan di Belanda dan di Indonesia. Di Belanda pengakuan dilakukan oleh Ratu Belanda

Wilhemina kepada Drs. Moh. Hatta dan di Indonesia pengakuan kedaulatan dilakukan oleh Mr.

Loving kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Disintegrasi Nasional

Peristiwa 3 Juli

Pada 3 Juli 1946, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Iwa Koesoema Soemantri dan Jenderal Mayor

Soedarsono mencoba memaksa presiden menandatangani konsep susunan Pemerintahan baru.

Presiden menolak permintaan dan paksaan tersebut dan tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa

tersebut ditangkap.

Konferensi Malino

Konferensi Malino diselenggarakan tanggal 15-25 Juli 1946 atas prakasa Dr. H. J. Van Mook.

Konferensi ini membahas rencana pembentukan negara-negara di wilayah Indonesia yang akan

menjadi bagian-bagian dari suatu negara federal.

Pemberontakan PKI/ Peristiwa Madiun

PKI/FDR melakukan pengkhianatan dan pemberontakan terhadap Republik Indonesia. Sejak

kedatangan Musso, tokoh komunis yang lama berada di Moskow, PKI mendaptkan jalan baru dan

melakukan terror. Pada 18 September 1948, PKI merebut kota Madiun dan memproklamasikan

berdirinya “Soviet Republik Indonesia”. Selain di Madiun, PKI juga berhasil membentuk

pemerintahan baru di Pati. Untuk mengatasi pemberontakan ini, Pemerintah bertindak cepat.

Operasi penumpasan dipimpin oleh Kolonel A.H. Nasution. Dalam operasi ini, Musso berhasil

ditembak mati sedangkan Amir Sjarifuddin dan tokoh lainnya dapat ditangkap dan dijatuhi hukuman

mati.

Proklamasi Negara Islam Indonesia

Pada 7 agustus 1949, Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara

Islam Indonesia di suatu desa di kabupaten Tasikmalaya. Ketika Divisi Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah

akibat pelaksanaan perjanjian Renville, Kartosuwiryo lebih leluasa melaksanakan geraknya. Pada

waktu pasukan Siliwangi kembali dari Jawa Tengah untuk melakukan perang gerilya Agresi Militer

Belanda II, mereka menjumpai kesatuan bersenjata yang menamakan dirinya Darul Islam/ Tentara

Islam Indonesia (DI/TII) yang menghalangi TNI kembali ke Jawa Barat. Pertempuran antara TNI divisi

Siliwangi dan DI/TII pun tak dapat dihindarkan. Gerakan ini ditumpas dengan operasi pagar betis.

DI/ TII di Jawa Tengah

Pemimpinnya adalah Amir Fatah. Gerakan ini bergabung dengan gerakan DI/TII Kartosuwiryo di

Jawa Barat. Proklamasi Negara Islam Indonesia di Jawa Tengah berlangsung pada 23 Agustus 1949 di

Tegal. Untuk menumpas gerakan ini, pada Januari 1950, pemerintah membentuk komando operasi

yang disebut Gerakan Benteng Negara.

DI/TII di Kalimantan Selatan

Gerakan ini dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Melalui operasi militer yang dimulai tahun 1959, gerakan

ini berhasil ditumpas.

DI/TII di Sulawesi Selatan

Page 10: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

10

Pimpinan gerakan ini adalah Kahar Mudzakar. Pada tahun 1951, ia menyatakan Sulawesi

Selatan adalah bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Kartosuwiryo. Pemberontakan

ini berakhir setelah Kahar Mudzakar tertembak mati pada Februari 1965.

DI/TII di Aceh

Gerakan ini dipimpin oleh Daud Beureuh. Gerakan ini berawal dari kekecewaan diubahnya

Daerah Istimewa Aceh menjadi keresidenan dibawah provinsi Sumatra Utara. Pada 20 September

1953, Daud Beureuh menyatakan Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah

pimpinan Kartosuwiryo. Penumpasan gerakan ini dilakukan melalui pendekatan sosial budaya.

Peristiwa APRA di Bandung

Pembentukan APRIS menimbulkan ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan pertumpahan

darah. Di Bandung, suatu kelompok menamakan dirinya ‘Angkatan Perang Ratu Adil’ dan

memberikan ultimatum pada pemerintah RIS dan Negara Pasundan agar mereka diakui sebagai

Tentara Pasundan. Pagi hari 23 Januari 1950, APRA dibawah pimpinan Kapten Raymond Westerling

melakukan serangan terhadap kota Bandung. Operasi penumpasan terhadap APRA segera dilakukan

oleh TNI.

Peristiwa Andi Azis di Makassar

Pemberontakan Andi Azis terjadi tanggal 5 April 1950 di Makassar. Andi Azis menuntut pasukan

APRIS bekas KNIL saja lah yang bertanggung jawab atas keamanan di daerah Negara Indonesia

Timur. Penumpasan pemberontakan ini dilakukan pasukan ekspedisi dibawah pimpinan Kolonel Alex

Kawilarang. Meskipun Andi Azis telah menyerahkan diri bulan April namun pertempuran masih

terjadi hingga Agustus.

Peristiwa Republik Maluku Selatan

Di Ambon tanggal 25 April 1950 diumumkan berdirinya Republik Maluku Selatan yang terlepas

dari NIT dan RIS dibawah pimpinan Soumokil. Pemerintah pusat berusaha menyelesaikan

pemberontakan ini secara damai namun tidak membuahkan hasil sehingga dibentuklah pasukan

ekspedisi dibawah pimpinan Kolonel Kawilarang untuk menumpasnya.

Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia/ Perjuaangan Rakyat Semesta (PRRI/

Permesta)

Gerakan separatisme ini bermula dari ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat dan anggapan

pembangunan hanya terjadi di pulau Jawa. Pada 15 Februari 1958, Ahmad Husein

mempermaklumkan berdirinya PRRI dengan Sjarifuddin Prawiranegara sebagai Perdana Menterinya.

Setelah jalan perundingan tidak berhasil, pemerintah menjalankan beberapa operasi militer: Operasi

Tegas, Operasi 17 Agustus, Operasi Sapta Marga, Operasi Sadar, dan Operasi Merdeka. Pada 29 Mei

1946 akhirnya gerakan ini menyerahkan diri.

Demokrasi Liberal Menurut hasil KMB, Indonesia menjadi negara serikat yang terdiri dari negaa bagian namun

rakyat tidak puas dan usaha untuk kembali ke negara kesatuan dilancarkan dimana-mana. Untuk

menanggapi keinginan rakyat, pada rapat parlemen dan senat RIS pada 15 Agustus 1950, Indonesia

kembali ke negara kesatuan.

Kehidupan Politik Masa Demokrasi Liberal

Page 11: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

11

Sistem pemerintahan parlementer sesuai UUDS 1950 tidak membawa kestabilan politik, hal

tersebut dibuktikan dengan kabinet yang silih berganti.

Kabinet Periode Alasan Jatuh Keterangan

Natsir September 1950 – Maret

1951

Kegagalan penyelesaian

masalah Irian Barat

Zaken Kabinet

Sukiman April 1951 – Februari

1952

Penandatanganan

persetujuan bantuan

ekonomi dan persenjataan

dari AS

Wilopo April 1952 – Juni 1953 Gerakan provinsialisme dan

separatisme; peristiwa 17

Oktober 1952

Zaken Kabinet

Ali

Sostroamidjojo

I

Juli 1953 – Juli 1955 Munculnya gerakan DI/TII;

memburuknya situasi

ekonomi

Konferensi Asia Afrika

Burhanudin

Harahap

Agustus 1955 – Maret

1956

Kekecewaan pegawai

kementerian yang

mengalami mutasi

Pemilu Pertama

Ali

Sostroamidjojo

II

Maret 1956 – Maret

1957

Pertikaian antaretnis Titik tolak periode

planning and

investment; pembatalan

hasil KMB

Karya/

Djuanda

April 1957 – Juli 1959 Gerakan separatisme, krisis

ekonomi, dan peristiwa

cikini

Hasil : Deklarasi

Djuanda, Dewan

Nasional, Musyawarah

Nasional

Pemilu Pertama 1955

Pemilu ini diselenggarakan untuk memilih anggota DPR dan Konstituante. Pemilu pertama ini

diikuti 39 partai politik dan 13 kontestan perorangan. Hasil suara terbanyak yaitu Partai Nasional

Indonesia, Masyumi, Nadhatul Ulama, dan Partai Komunis Indonesia.

Demokrasi Terpimpin Konstituante yang diserahi tugas membentuk undang-undang dasar baru tidak kunjung

melaksanakan fungsi konstitutionalnya ditambah situasi politik, ekonomi serta aksi pemberontakan

mengancam disintegrasi bangsa sehingga keaadan ini membuat Presiden Soekarno menggunakan

kekuasaannya untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dekrit ini berisi tiga poin penting:

1. Memberlakukan kembali Undang-Undang Dasar 1945

2. Membubarkan Konstituante

3. Pembentukan MPRS dan DPAS

Sejak dekrit presiden dikeluarkan, Indonesia memasuki masa pemerintahan dengan sistem

demokrasi terpimpin yaitu suatu sistem demokrasi yang langsung dipimpin oleh presiden. Berikut

adalah beberapa hal yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin.

Manipol Usdek

Page 12: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

12

Dalam memperingati HUT RI ke-14 pada 17 Agustus 1959, presiden Soekarno menyampaikan

pidato yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita”. Pidato ini kemudian dikenal sebagai

Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol) yang berintikan Undang-Undang Dasar 1945,

Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia

(USDEK). Manipol Usdek kemudian ditetapkan sebagai GBHN dalam Perpres No 1 tahun 1960 yang

diperkuat oleh Tap MPR No 1/MPRS/1960.

Pembubaran DPR Hasil Pemilu 1955

Melalui Perpres No 3 Tahun 1960, Presiden membubarkan DPR hasil pemilu karena perselisihan

tentang penetapan APBN untuk periode 1961. Kemudian Presiden Soekarno membentuk DPR-

Gotong Royong yang keanggotannya dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Pembubaran Partai Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia

Presiden Soekarno membubarkan Partai Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia. Hal ini

membatasi ruang gerak politik rakyat juga memperbesar kesempatan PKI memperluas pengaruhnya.

Pembentukan MPRS

MPRS yang dibentuk oleh presiden Soekarno dalam sidang pertamanya pada 10 November-7

Desember 1960 menghasilkan 3 keputusan:

1. TAP MPRS No. I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik Indonesia sebagai GBHN.

2. TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta

Berencana Tahap Pertama 1961-1969.

3. Mengangkat Presiden Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi dan Mandataris MPRS.

Perjuangan Pembebasan Irian Barat.

Dalam rangka pembebasan Irian Barat, Presiden Soekarno mengeluarkan komando yang dikenal

sebagai Tri Komando Rakyat (TRIKORA) pada 19 Desember 1961, yang berisi 3 poin sebagai berikut.

1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda.

2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia

3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan

bangsa.

Langkah pertama Trikora dalah membentuk komando operasi militer yang diberi nama

Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Beberapa operasi militer dilakukan seperti Operasi

Banteng di Fak Fak, Operasi Naga di Merauke, Operasi Jatayu di Sorong, Kaimana dan Merauke, dan

Operasi Jayawijaya. Dalam pembebasan Irian Barat, Komandor Yos Sodarso gugur dalam peristiwa

laut Aru pada 15 Januari 1962.

Pada 15 Agustus 1962, Indoensia dan Belanda menandatangai persetujuan New York yang

menyatakan bahwa selambat-lambatnya Belanda akan menyerahkan Irian Barat pada pemerintahan

sementara PBB, UNTEA pada 1 Oktober 1962 dan selambat-lambatnya 1 Mei 1963, pemerintahan RI

akan menerima Irian Barat dari UNTEA(pemerintahan sementara PBB). Persetujuan ini dapat

terlaksana berawal dari usul Ellsworth Bunker.

Pada 14 Februari 1963, diselenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat yang hasilnya rakyat Irian

Barat ingin bergabung dengan Indonesia. Pada 1 Mei 1963, Irian Barat secara resmi menjadi bagian

dari Indonesia.

Jatuhnya Orde Lama Pada masa Demokrasi Terpimpin, PKI memiliki pengaruh politik yang besar. Pelaksanaan ide

Nasionalis, Agama dan Komunisme (Nasakom) yang memudahkan PKI memperluas pengaruhnya ke

masyarakat. Pada akhir 1963, sebuah gerakan yang disebut “aksi sepihak” dilancarkan PKI dan

Page 13: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

13

pendukungnya dengan mengambil alih tanah perkebunan milik pemerintah. Contoh aksi sepihak

yang dilakukan PKI adalah Peristiwa Jengkol (15 November 1961), Peristiwa Indramayu (15 Oktober

1964), Peristiwa Boyolali (November 1964), Peristiwa Kaniogoro (13 Januari 1965), dan Peristiwa

Bandar Betsi ( 14 Mei 1965).

Pengaruh PKI pun terasa di kalangan seniman dan intelektual dengan berdirinya Lekra. Hal ini

menimbulkan reaksi dari kelompok anti PKI yang mengeluarkan pernyataan Manifesto Kebudayaan

(Manikebu). Namun kemudian Manikebu dilarang oleh pemerintah pada Mei 1964. Pada September

1964, pemerintah juga membubarkan Partai Murba yang garis politiknya berseberangan dengan PKI.

Pada 14 Januari 1965, Ketua CC PKI, Dipa Nusantara Aidit menuntut pemerintah

mempersenjatai kaum buruh dan tani yang dikenal dengan angkatan kelima.

Ditengah situasi politik yang memanas, PKI menyatakan bahwa dalam tubuh TNI AD ada sebuah

Dewan Jenderal yang bertugas menilai kebijaksanaan Presiden. Akhirnya, sekelompok pasukan

dibawah pimpinan Letnan Kolonel Untung melakukan aksi bersenjata. Mereka menculik dan

membunuh perwira tinggi Angkatan Darat, yaitu Letan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal R

Suprapto, Mayor Jenderal harjono Mas Tirtodarmo, Mayor Jenderal Suwondo Parman, Brigadir

Jenderal Donald Izacus Panjaitan, dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo. Disamping itu gugur

pula Letnan Satu Piere Andreas Tendean dan Brigadir Polisis Sasuit Tubun dan Ade Irma Suryani

Nasution. Sementara itu di Yogyakarta gugur pula dua perwira TNI-AD yaitu Kolonel Katamso dan

Letnan Kolonel Sugiyono. Mereka yang gugur pada peristiwa ini diangkat sebagai Pahlawan Revolusi.

Pada 2 Oktober 1965, markas pemberontak dikuasai dan gerakan itu ditumpas. Tokoh G 30 S

ditangkap dan diajukan ke pengadilan.

Peristiwa G 30 S menjadi suatu momentum peralihan kekuasaan orde lama ke orde baru.

Setelah persitiwa G30S, masyarakat menuntut agar pelaku G 30 S diadili namun sikap pemerintahan

kurang tegas. Hal tersebut menimbulkan ketidakpuasan sehingga menimbulkan demonstrasi yang

dilakukan olej Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI),

Kesatuan AKsi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), Kesatuan Aksi Guru

Indonesia (KAGI). Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),

Kesatuan Aksi Pengemudi Becak Indonesia (KAPBI).

Pada 10 Januari 1966, dipelopori KAMI dan KAPPI, kesatuan aksi yang tergabung dalam Front

Pancasila turun ke jalan melakukan demonstrasi dan mengajukan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura),

yaitu:

1. Pembubaran PKI,

2. Pembersihan kabinet dari unsur-unsur gerakan Gerakan 30 September,

3. Penurunan harga/ perbaikan ekonomi.

Menghadapi situasi ini, Presiden Soekarno pada 15 Januari 1966 mengadakan sidang kabinet

Dwikora dan menyatakan kesediaannya memberikan penyelesaian politik. Hal ini dilakukan presiden

Soekarno dengan mengubah Kabinet Dwikora menjadi Kabinet Dwikora yang disempurnakan atau

kabinet 100 menteri. Namun hal ini tidak memberikan kepuasan pada masyarakat karena menteri-

menteri tersebut banyak yang memihak PKI.

Pada 11 Maret 1966, Presiden Soekarno kemudian memberikan mandat pada Letjen Soeharto

untuk memulihkan kondisi yang dikenal dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).

Berdasarkan Supersemar, Letjen Soeharto segera mengambil tindakan yang penting dalam

rangka memulihkan situasi, yaitu membubarkan PKI dan mengamankan menteri kabinet dwikora

yang dianggap terlibat gerakan 30 September 1965.

Page 14: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

14

Pada 20 Juni-5 Juli 1966, MPRS menyelenggarakan sidang umum sebagai langkah dalam

mengoreksi terhadap penyelewengan yang dilakukan pada masa pemerintahan orde lama.

Kemudian kabinet dwikora dibubarkan dan dibentuklah kabinet Ampera.

Perkembangan politik selanjutnya adalah penyerahan kekuasaan dari Presiden Soekarno pada

Letjen Soeharto pada 22 Februari 1967. Dengan demikian, berakhirlah orde lama.

Orde Baru (11 Maret 1966 – 21 Mei 1998) Terjadi di masa pemerintahan Presiden Soeharto, menggantikan Orde Lama yang merujuk

era pemerintahan Soekarno. Orde ini diawali dengan lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966.

Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen

namun pelaksanaannya banyak menyimpang, terbukti dengan banyaknya korupsi, kolusi, dan

nepotisme yang merajalela. Pada masa ini, penumpasan PKI dan ormas-ormasnya dilakukan secara

aktif.

Pada 1973 dilaksanakan pemilihan umum pertama pada masa Orde Baru dan pemerintah

melakukan penyederhanaan dan penggabungan (fusi) partai politik menjadi 3 kekuatan, yaitu: Partai

Persatuan Pembangunan (gabungan NU, Parmusi, PSII, PERTI), Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

(gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo), dan Golongan Karya. Selain itu,

ABRI diberikan fungsi ganda yaitu Hankam (fungsi menjaga stabilitas keamanan negara) dan Sosial

(Mendapat jatah kursi di MPR dan DPR).

Pada 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk

menghayati dan mengamalkan Pancasila yang dikenal dengan Ekaprasetya Pancakarsa. Dalam sektor

ekonomi, pemerintah melaksanakan rangkaian REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) dan

Swasembada beras. Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia.

Harga minyak, gas, dan komoditas ekspor jatuh, Rupiah jatuh, inflasi meningkat dan perpindahan

modal dipercepat. Di tengah gejolak kemarahan massa, Soeharto mundur dari jabatan Presiden pada

21 Mei 1998 setelah 32 tahun menjabat.

Orde Reformasi (Mei 1998 – sekarang) Orde Reformasi dimulai sejak Presiden Soeharto digantikan oleh Presiden B.J. Habibie. Pada

masa ini, terjadi pemisahan Timor-Timur melalui referendum yang disponsori PBB. Tahun 1999,

Presiden B.J. Habibie mundur dari jabatan presiden setelah pidato pertanggungjawabannya ditolak

oleh DPR, ia digantikan oleh Abdurahman Wahid. Pemilu yang diselenggarakan pada Orde Reformasi

adalah Pemilu tahun 1999, Pemilu Tahun 2004, Pemilu Tahun 2009, dan Pemilu Tahun 2014.

Page 15: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

15

Page 16: Paket Hapalan Sejarah (2) · Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 ... Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI pada ... Suasana hangat

16