Pajak Bab Leasing (6)

21
MANAJEMEN PERPAJAKAN Aspek Akuntansi dan Pajak Leasing Anggota Kelompok: Endah Novitasari 14/375300/EE/06863 Erdhiani Dwi Purnami 14/375405/EE/06959 Reyhana Ulfa RR 14/375363/EE/06925 Dosen: M. Nurkholis, Ak., CA., BKP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

description

asdfghjm

Transcript of Pajak Bab Leasing (6)

MANAJEMEN PERPAJAKAN

Aspek Akuntansi dan Pajak Leasing

Anggota Kelompok:

Endah Novitasari

14/375300/EE/06863

Erdhiani Dwi Purnami14/375405/EE/06959

Reyhana Ulfa RR

14/375363/EE/06925

Dosen:

M. Nurkholis, Ak., CA., BKP

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS GAJAH MADA

2015

PENGERTIAN LEASING

Menurut PSAK 30, sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Lessor adalah pemilik aset yang memberikan hak penggunaan kepada pihak lessee. Lessee adalah pihak yang diberi hak untuk menggunakan aset dalam periode yang disepakati.

KLASIFIKASI SEWATransaksi sewa mengalihkan hak penggunaan suatu aset dari pihak lessor kepada lessee dalam periode yang disepakati. Dalam pengalihan hak penggunaan tersebut apakah disertai dengan pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan kepada pihak lessee. Jika manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan berpindah dari lessor kepada lessee, maka pihak yang mendapatkan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan, dari pihak lessor adalah lessee. Perlakuan akuntansi bagi pihak lessee yang mendapatkan manfaat dan risiko kepemilikan atas aset tersebut, maka lessee akan mengakui aset di neraca lessee. Sebaliknya bagi pihak lessor jika tidak memperoleh manfaat dan risiko kepemilikan yang tidak signifikan, maka lessor tidaksi mengakui aset atas aset yang disewakan kepada pihak lessee.

Atas dasar pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan aset, akuntansi membedakan transaksi sewa menjadi :

a. Sewa operasi (operating lease)

Transaksi sewa dikelompokkan ke dalam sewa operasi jika dalam perjanjian transaksi tidak ada pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan dari pihak lessor kepada pihak lessee. Misal transaksi sewa dimana pihak lessor menyewakan bangunan kantor kepada lessee selama 2 tahun. Umur ekonomis bangunan ditaksir selama 10 tahun. Dalam transaksi sewa ini, manfaat dan risiko kepemilikan aset berpindah kepada pihak lesse dalam periode yang tidak signifikan.

b. Sewa pembiayaan (finance lease) atau Capital leaseTransaksi sewa dikelompokkan dalam sewa pembiayaan jika transaksi sewa tersebut mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan dari pihak lessor kepada pihak lessee. Misalnya jika transaksi sewa pada butir a di atas, pihak lessee menyewa selama 10 tahun, maka selama umur ekonomis bangunan kantor tersebut dimanfaatkan oleh pihak lessee. Maka lessee yang mendapatkan seluruh manfaat dan risiko kepemilikan atas bangunan kantor tersebut. Transaksi sewa ini mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan kepada pihak lessee.

AKUNTANSI SEWA OPERASI (OPERATING)Transaksi sewa operasi, lessor tidak mengalihkan secara signifikan manfaat dan risiko kepemilikan aset kepada pihak lessee. Dalam hal ini lessor tetap menahan manfaat dan risiko kepemilikan aset tersebut. Sehingga lessor akan tetap mengakui kepemilikan aset dan mencatat aset yang disewakan tersebut di neraca lessor sebagai Properti Investasi. Dan pada akhir periode akuntansi, lessor akan mencatat penyusutan atas penggunaan aset tersebut. Pihak lessee akan mengakui pembayaran sewa sebagai beban sewa atau sewa dibayar dimuka.

Contoh :

PT HENNAI, pada awal 2011 membeli sebuah bangunan dengan harga Rp600 juta. Bangunan tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat selama 20 tahun. Banguan tersebut hendak disewakan kepada pihak lain. Dan pada tanggal 5 Januari 2011, PT BONA menyewa bangunan tersebut selama 5 tahun, dengan pembayaran sewa Rp40 juta/tahun. Transaksi ini dikelompokkan sebagai sewa operasi, karena masa sewa lessee 5 tahun dari total umur manfaat 20 tahun, artinya masa sewa 5 tahun tidak menunjukkan pengalihan yang signifikan atas manfaat dan risiko kepemilikan aset sewaan, sehingga transaksi ini dikelompokkan sebagai sewa operasi.

Jurnal Lessor

1) Pembelian aset sewaan (Bangunan) oleh Lessor

TglAkunDebitKredit

1/1Properti InvestasiRp600.000.000

KasRp600.000.000

2) Menerima uang sewa dari Lessee

Pendekatan Neraca (Liabilitas)

TglAkunDebitKredit

5/1KasRp40.000.000

Pendapatan Sewa Diterima DimukaRp40.000.000

Atau

Pendekatan Laba Rugi (Pendapatan)

TglAkunDebitKredit

5/1KasRp40.000.000

Pendapatan Sewa Rp40.000.000

3) Jurnal pada akhir tahun

Lessor akan mencatat penyusutan (jika penyajian properti investasi menggunakan model biaya)

TglAkunDebitKredit

31/12Beban PenyusutanRp30.000.000

Akumulasi penyusutanRp30.000.000

*Rp600 juta / 20 tahun = Rp30 juta/tahun.

Lessor akan mencatat pengakuan pendapatan (jika lessor mencatat penerimaan sewa dengan pendekatan Liabilitas) :

TglAkunDebitKredit

31/12Pendapatan Sewa DDRp40.000.000

Pendapatan Sewa Rp40.000.000

Jurnal Lessee

1) Membayar uang sewa kepada lessor

Pendekatan Neraca (aset)

TglAkunDebitKredit

5/1Sewa Dibayar DimukaRp40.000.000

KasRp40.000.000

Atau Pendekatan Laba Rugi (Beban)

TglAkunDebitKredit

5/1Beban SewaRp40.000.000

KasRp40.000.000

AKUNTANSI SEWA PEMBIAYAAN (FINANCE)Transaksi sewa dikelompokkan sebagai sewa pembiayaan jika dalam transaksi tersebut, lessor mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan aset sewaan secara signifikan kepada pihak lessee. Dan kriteria pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan dijabarkan menjadi 5 kriteria (SAK 30 Akuntansi Sewa) yaitu :

1. Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;

2. Lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan;

3. Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak dialihkan;

Catatan : menurut US GAAP, ukuran sebagian besar adalah > 75% umur manfaat aset sewaan.

4. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan;

Catatan : menurut US GAAP, ukuran substansial adalah >90% dari nilai wajar aset sewaan pada awal masa sewa.

5. Aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.

Syarat tambahan yang disyaratkan SAK 30 adalah :

a) Jika lessee dapat membatalkan sewa, maka rugi yang terkait dengan pembatalan ditanggung oleh lessee;b) Laba atau rugi fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee;c) Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai pasar rental.

Klasifikasi sewa dibuat pada awal sewa. Kapan lessee dan lessor sepakat untuk mengubah persyaratan sewa, selain melalui pembaharuan sewa, dimana perubahan tersebut akan menghasilkan klasifikasi sewa yang berbeda. Transaksi sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan, jika memenuhi salah satu kriteria di atas.Contoh :PT. Leasse melakukan sewa pada sebuah mobil dengan ketentuan sebagai beriku:

> Pembayaran sewa Rp 40.000.000 dimulai 1 januari 2014

> Umur ekonomis 5 tahun dan tarif bunga sewa 12%

> Nilai Sisa sama dengan nol

Tabel Pembayaran Lease

TanggalPembayaran Tiap BulanBiaya BungaPembayaran PokokKewajiban Lease

1/1/2014164,098,000

1/1/201440,000,00040,000,000124,098,000

1/1/201540,000,00013,650,78026,349,22097,748,780

1/1/201640,000,00010,752,36629,247,63468,501,146

1/1/201740,000,0007,535,12632,464,87436,036,272

1/1/201840,000,0003,963,99036,036,2720

Total200,000,00035,902,262164,098,000

Jurnal Leasse

1/1/2014Mobil Sewa dari Capital Lease164,098,000

Hutang Lease164,098,000

(mencatat kapitalisasi sewa sebesar nilai tunai pembayaran minimum)

Hutang Lease40,000,000

Kas40,000,000

(Pelunasan sewa)

31/12/2014Biaya Bunga 13,650,780

Hutang bunga13,650,780

(Mencatat biaya bunga)

Biaya Depresiasi-capital lease32,819,600

Akumulasi depresiasi-capital lease32,819,600

(Mencatat depresiasi)

1/1/2015Hutang Lease 26,349,220

Biaya Bunga13,650,780

Kas40,000,000

(mencatat pembayaran leasing )

Jurnal Lessor

1/1/2014Kas 40,000,000

Piutang Leasing 160,000,000

Truk yang dibeli untuk Leasing 164,098,000

Pendapatan bunga diterima dimuka 35,902,000

(Mencatat adanya kontrak leasing)

1/1/2015Kas 40,000,000

Piutang leasing40,000,000

(Mencatat pemasukan leasing)

Pendapatan bunga diterima dimuka13,650,780

Pendapatan Bunga13,650,780

(Mencatat Pengakuan bunga)

PERLAKUAN PERPAJAKAN

Peraturan pelaksanaan atas Pajak Penghasilan terkait dengan kegiatan sewa guna usaha diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tanggal 27 November 1991 tentang Kegiatan Sewa Usahan (Leasing) (selanjutnya disebut KMK No. 1169/KMK.01/1991). Aspek perpajakan atas kegiatan sewa guna uasaha tergantung pada penggolongan sewa guna usaha apakah kegiatan tersebut termasuk dalam kegiatan sewa guna usaha dengan hak opsi atau kegiatan sewa guna usaha tanpa hak opsi.

SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI(OPERATING LEASE)Suatu sewa Guna Usaha(leasing)digolongkan sebagai sewa Guna Usaha (SGU) tanpa hak opsi(Operating Lease)apabila memenuhi semua kriteria berikut :1. Jumlah pembayaran Sewa Guna Usaha selama masa Sewa Guna Usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang di Sewa Guna Usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh Lessor ;2. Perjanjian Sewa Guna Usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi Lessee.Kedua syarat di atas mengisyaratkan bahwa ketentuan pajak menggolongkan suatu SGU sebagai operating Lease jika Lessor benar-benar tidak berniat menjual barang dan hanya ingin menyewakan saja. Hal itu ditunjukkan dengan jumlah seluruh angsuran yang diterima lebih kecil dari harga pokok barang plus laba serta tidak termuatnya opsi pemilikan barang pada akhir periode leasing. Jadi operating lease adalah transaksi sewa menyewa biasa.Karena hanya, transaksi sewa menyewa biasa, maka kepemilikan barang masih berada di tangan pihak yang menyewakan (Lessor) sehingga yang berhak menyusutkan barang adalah lessor.Perlakuan perpajakan bagi yang menyewakan (Lessor) :1. Seluruh pembayaran sewa yang diterima atau diperoleh oleh lessor merupakan objek Pajak Penghasilan.2. Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usahakan tanpa hak opsi3. Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha tanpa hak opsi dari lessor kepada lessee terutang Pajak Pertambahan Nilai.Perlakuan perpajakan bagi penyewa (Lessee) :.1. Pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.2. Lessee wajib memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran SGU tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor.Contoh :Lessor PT ABC meng-SGU-kan mobil dengan harga pokok Rp 200.000.000,00 kepada PT DEF (Lessee). Jangka waktu leasing 24 bulan dan nilai sisa barang setelah periode leasing adalah nihil. Dalam kontrak SGU tidak tercantum klausula pilihan bagi lessee untuk membeli mobil tersebut dengan harga murah pada akhir periode SGU. Pembayaran per bulan Rp8.000.000,00.Perlakuan Pajaknya sebagai berikut :Jumlah seluruh pembayaran yang akan diterima lessor PT ABC sebesar Rp 8.000.000,00 x 24 bulan = Rp 192.000.000,00. jumlah tersebut lebih kecil dari jumlah pokok mobil sebesar Rp 200.000.000,00. Selain itu tidak ada klausa pilihan bagi penyewa untuk memiliki mobil tersebut pada akhir periode leasing. Oleh karena itu SGU ini tergolong SGU tanpa hak opsi (Operating Lease) atau sewa menyewa biasa .

Lessor : PT ABCLessee : PT DEF

Menerima pendapatan sewa setiap bulan

Kas 8.000.000 Piutang Sewa 8.000.000 Membayar sewa = 8.000.000

Hutang Sewa 8.000.000

Kas 8.000.000

Memungut PPN 10% = 800.000

Kas 800.000

PPN Masukan 800.000Membayar PPN = 800.000

PPN Keluaran 800.000 Kas 800.000

Dipotong PPh 23 ( 2% x 8.000.000)PPH Ps 23 160.000

Kas 160.000Memotong PPh 23 =160.000Kas 160.000

PPH Ps 23 160.000

Diterima dari Lessee = 8.640.000Dibayar ke Lessor = 8.640.000

SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI(FINANCE LEASE)Menurut ketentuan pajak kegiatan SGU akan digolongkan sebagai SGU dengan hak opsi (Finance Lease)apabila memenuhi kriteria berikut :a. Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor;b. Masa Sewa Guna Usaha ditetapkan sekurang kurangnya 2 tahun untuk barang modal Golongan I, 3 tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 tahun untuk golongan bangunan;Dalam hal Lessor dan Lessee membuat perjanjian Sewa Guna Usaha dengan opsi(Finance Lease)namun massanya tidak memenuhi ketentuan tersebut diatas, maka perlakuan Pajak Pertambahan Nilai yang diberikan terhadap perjanjian tersebut sama dengan perlakuan Pajak Pertambahan Nilai terhadap perjanjian SGU tanpa hak opsi(Operating Leasse).c. Perjanjian SGU memuat ketentuan mengenai opsi bagi Lessee (KMKNo. 1169/KMK.01/1991 Tanggal 7 November 1991 serta SE-10PJ.42/1994 tanggal 22 Maret 1994).Ketiga syarat diatas harus dipenuhi semua seluruhnya agar suatu SGU dapat digolongkan sebagai SGU dengan hak opsi(Finance Lease). Ketiga syarat diatas menunjukan bahwa ketentuan pajak menggolongkan suatu SGU sebagaiFinance Leasejika lessor sebenarnya berniat menjual barang. Hal itu ditunjukan dengan jumlah seluruh angsuran yang diterima pada periode leasing pertama lebih besar dari harga pokok harga plus laba dan harus adanya opsi pada akhir periode leasing.Selain itu terdapat batas minimal jangka waktu leasing yang lamanya tergantung golongan barang. Persyaratan jangka waktu minimal ini semakin menguatkan karakterFinance LeasebahwaFinance Leaselebih bertujuan kepada pengalihan kepemilikan barang.Pada dasarnya kegiatan SGU dengan hak opsi(Finance Lease)adalah kegiatan jasa pembiayaan (berupa penyediaan kredit bagi pengguna leasing (lessee) oleh lessor) maka penghasilan bagi perusahaan leasing (lessor) adalah bunga yang diterima pada saat angsuran pelunasan hutang leasing. Karena pada dasarnya Finance Lease adalah transaksi pembiayaan maka pajak menganggap bahwa sebelum selesainya periode leasing, barang bukan milik lessee maupun lessor sehingga baik lessee maupun lessor sama-sama tidak boleh menyusutkan barang.

Perlakuan Perpajakan bagi Lessor1. Penghasilan lessor yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah sebagian dari pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa guna usaha.2. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal yang di SGU kan dengan hak opsi.3. Dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan dalam pasal 3, DJP melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.4. Lessor dapat membentuk Cadangan Piutang Ragu-Ragu sebesar 2,5% dari rata-rata saldo awal dan akhir piutang SGU. 5. Kerugian piutang SGU yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan. 6. Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud maka sisanya dihitung sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan bruto.7. Atas penyerahan jasa dalam Jasa pembiayaan SGU dengan hak opsi dikecualikan dari pengenaan PPN. Perlakuan Perpajakan Bagi Lessee1. Lessee tidak boleh menyusutkan barang modal yang diterima, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli.2. Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar prnyusutannya adalah nilai sisa barang modal yang bersangkutan.3. Pembayaran SGU yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.4. Dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan dalam pasal 3, DJP melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa-guna-usaha.5. Lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa-guna-usaha dengan hak opsi.Contoh :Lessor PT ABC meng-SGU-kan mobil (masa manfaat 5 tahun) dengan harga pokok Rp 170.000.000,00 kepada PT DEF (lessee). Jangka waktu leasing 24 bulan dan nilai sisa barang setelah periode leasing adalah nihil. Dalam kontrak SGU tercantum klausa pilihan bagi lessee untuk membeli mobil tersebut dengan harga murah pada akhir periode SGU. Pembayaran per bulan Rp 8.000.000,00 terdiri dari pelunasan pokok hutang leasing sebesar Rp 7.272.720 dan tarif bunga Rp727.272Perlakuan pajaknya sebagai berikut :

Jumlah seluruh pembayaran yang akan diterima lessor PT ABC sebesar Rp 8.000.000,00 x 24 bulan = Rp 192.000.000,00. jumlah tersebut dapat menutupi harga pokok mobil sebesar Rp 170.000.000,00 dan nilai sisa barang setelah periode leasing. Selain itu terdapat klausa pilihan bagi penyewa untuk memiliki mobil tersebut. Jangka waktu leasing adalah 2 tahun (24 bulan). Lessor : PT ABCLessee : PT DEF

Mencatat piutang Leasing Piutang leasing 192.000.000

Mobil leasing 192.000.000

Membayar leasing

Mobil Leasing 8.000.000

Kas 8.000.000

Menerima pendapatan bunga / bulan

Pendapatan bunga dtdm 727.272 Pendapatan bunga 727.272Membayar Biaya BungaBiaya Bunga 727.272

Kas 727.272

Menerima pelunasan pokok

Kas 7.272.728

Piutang Leasing 7.272.728

Jumlah yang diterima Rp 8.000.000Tidak memotong PPh Pasal 23

KESIMPULAN

A. AKUNTANSI UNTUK LEASING

Operating LeaseFinance Lease

1. Tidak ada pengalihan dan pilihan manfaat dan resiko kepemilikan secara signifikan antara pihak lessor kepada pihak lessee.1. Adanya pengalihan manfaat dan resiko kepemilikan secra signifikan dari pihak lessoe ke pihak lesse.

2. Lessor tetap mengakui kepemilikan asset dan mencatat sebagai properti investasi.2. Lesse mempunyai opsi untuk membeli asset yang lebih rendah dari nilai wajar.

3. Jurnal Pihak Lesse mencatat biaya bunga3. Jurnal pihak lessee mecatat kapitalisasi sewa, serta pelunasan sewa, pelunasaan bunga, dan depresiasi setiap periode.

4. Jurnal pihak lessor mencatat pembeliaan asset dan penerimaan sewa dari lesse dan pencatatan akumulasi pada akhir tahun.4. Jurnal Pihak Lessor mencatat kontral leasing, serta pemasukan dari sewa dan bunga sewa.

B. PERLAKUAN PAJAK UNTUK LEASING

Operating LeaseFinance Lease

1. Lessee memotong pajak PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 4 ayat2. Besarnya PPh Pasal 23 dengan tarif 2 %. Dengan syarat:a. PPh Pasal 4 ayat 2 untuk tanah dan bangunan. Selain itu memakai tariff PPh Pasal 23.b. Jika lessee tidak punya NPWP, maka lesse dilarang memotong PPh.c. Jika lesse tidak memotong PPh, lessor menyetorkan PPh Pasal 23saat pelaporan SPT Tahunan PPh1. Lesse tidak memotong PPh apapun saaat membayar angsuran kepada lessor.

2. Lessor memungut PPN dari nilai angsuran bulanan yang ditagihkan kepada lessee. Serta lessor membuat faktur pajak.2. Lessor tidak memungut PPN

3. Lessor tidak memungut PPN jika belum jadi PKP. Jika tetap memungut PPN maka mendapatkan sanksi ditambah setoran seluruh PPN.