Pajak

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang senantiasa melakukan pembangunan ekonomi demi mencapai kesejahteraan masyarakat. Pembangunan Indonesia membutuhkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat. Ditambah luas wilayah Indonesia yang begitu luas dan jumlah penduduk yang padat di mana Indonesia berada di peringkat ke-4 dunia. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 diperlukan ketersediaan dana yang besar. Dana-dana yang diperlukan untuk melakukan pembangunan nasional salah satunya bersumber dari pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi) secara langsung yang dipungut baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Berdasarkan wewenang pemungutannya, pajak terbagi menjadi dua yaitu pajak pusat atau pajak negara dan pajak daerah. 1

description

law

Transcript of Pajak

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahIndonesia sebagai salah satu negara yang senantiasa melakukan pembangunan ekonomi demi mencapai kesejahteraan masyarakat. Pembangunan Indonesia membutuhkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat. Ditambah luas wilayah Indonesia yang begitu luas dan jumlah penduduk yang padat di mana Indonesia berada di peringkat ke-4 dunia. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 diperlukan ketersediaan dana yang besar.Dana-dana yang diperlukan untuk melakukan pembangunan nasional salah satunya bersumber dari pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi) secara langsung yang dipungut baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Berdasarkan wewenang pemungutannya, pajak terbagi menjadi dua yaitu pajak pusat atau pajak negara dan pajak daerah. Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.[footnoteRef:1] Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberikan kewenangan setiap daerah untuk mengatur dan menciptakan perekonomiannya sendiri sehingga diharapkan setiap daerah baik provinsi, kota, maupun kabupaten dapat dengan mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan ekonominya masing-masing. [1: Erly Suandy, 2011, Hukum Pajak Edisi 5. Jakarta : Salemba Empat.]

Indonesia adalah negara hukum.[footnoteRef:2] Setiap kebijakan yang ada tentu harus ada dasar hukumnya. Pajak Daerah sebagai salah satu sumber pendapatan daerah untuk pembangunan di daerah telah diatur dalam UU No. 34 Tahun 2004 tentang perubahan atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi. Berdasarkan UU No. 34 Tahun 2004 Sumber keuangan daerah yang berasal dari pajak daerah terbagi menjadi 2 yaitu pajak darah provinsi dan pajak daerah kabupaten. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu komponen pajak daerah provinsi yang memiliki penerimaan besar bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). [2: Lihat dan Baca Pasal 1 ayat 3 UUD 1945.]

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor (kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peraltan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak). Peranan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terhadap daerah begitu penting terkait dengan pembanguna daerah akan tetapi dalam prakteknya masih ada hambatan-hambatan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mengambil judul Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Sebagai Salah Satu Sumber Keuangan Daerah

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana tata cara pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebagai salah satu sumber keuangan daerah?2. Bagaimana hambatan-hambatan yang timbul dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebagai salah satu sumber keuangan daerah?3. Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan yang timbul dalam pemungutan Pajak Kendaraan bermotor (PKB) sebagai salah satu sumber keuangan daerah?

BAB IIDASAR HUKUM

Indonesia sebagai negara hukum mengatur setiap aktivitas atau kegiatan negara dalam suatu peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis. Pajak, sebagai salah satu komponen dalam pembangunan nasional mempunyai andil yang cukup besar karena sumber pendapatan negara terbesar berasal dari pajak. Terkait hal ini pemerintah telah mengatur dalam suatu aturan. Berdasarkan Pasal 23 A UUD 1945 menyatakan bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang.Berdasarkan pembagiannya pajak dibagi menjadi 3, yaitu pajak berdasarkan golongan, pajak berdasarkan wewenang pemungut, dan pajak berdasarkan sifat. Pajak berdasarkan wewenang pemungut terbagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak daerah diatur dalam UU No. 28 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Dearah dan Retribusi Daerah. Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.[footnoteRef:3] Jenis pajak daerah terbagi menjadi 2, yaitu[footnoteRef:4] : [3: Lihat dan Baca Pasal 1 ayat 10 UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.] [4: Lihat dan Baca Pasal 2 ayat 1 dan 2 UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Dearah dan Retribusi Daerah.]

1. Pajak Daerah Provinsia. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan e. Pajak Rokok2. Pajak Daerah Kabupaten/Kotaa. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.[footnoteRef:5] Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alatalat berat dan alatalat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.[footnoteRef:6] [5: Lihat dan Baca Pasal 1 ayat 12 UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.] [6: Lihat dan Baca Pasal 1 ayat 13 UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Dearah.]

Bagian-bagian Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), yaitu :

1. Subjek PajakSubjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor.[footnoteRef:7] [7: Lihat dan Baca Pasal 4 ayat 1 UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.]

2. Wajib PajakWajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan Bermotor.[footnoteRef:8] Bagi Wajib Pajak yang berupa suatu badan maka kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa dari badan tersebut. [8: Lihat dan Baca Pasal 4 ayat 2 UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.]

3. Objek Pajak

Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.[footnoteRef:9] Termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage). [9: Lihat dan Baca Pasal 3UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.]

4. Pengecualian Obyek PajakHal-hal yang dikecualikan dari objek pajak, antara lain[footnoteRef:10]: [10: Lihat dan Baca Pasal 3ayat 3 UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.]

a. Kereta api;b. Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara;c. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah;d. Objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

5. Rumus Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)a. Dasar Pengenaan PajakDasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 (dua) unsur pokok: i. Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan ii. Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.Khusus untuk kendaraan bermotor yang digunakan di luar jalan umum, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar serta kendaraan di air, dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hanya Nilai Jual Kendaraan Bermotor.b. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor1) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut: untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen); untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). 2) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen). 3) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alatalat berat dan alat alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen). Kepastian penetapan tarif tersebut diatur berdasarkan peraturan daerah pada masing-masing provinsi.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1Bagaimana tata cara pemungutan pajak kendaraan bermotor sebagai salah satu sumber keuangan daerah?Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.Sistem pemungutan pajak daerah dapat dibagi menjadi dua yaitu:1. Sistem official assessment (official assessment system)Pemungutan pajak berdasarkan penetapan Kepala Daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Dearah (SKPD) atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Wajib pajak setelah menerima SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan tinggal melakukan pembayaran menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) pada kantor pos atau bank persepsi. Jika Wajib Pajak tidak atau kurang membayar akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah. 2. Sistem self assessment (self assessment system). Wajib Pajak menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang. Dokumen yang digunakan adalah Surat Pemberitahuan Terutang Pajak Daerah (SPTPD). SPTPD adalah formulir untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan pajak yang terutang. Jika Wajib Pajak tidak atau kurang membayar atau terdapat salah hitung atau salah tulis dalam SPTPD maka akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).Apabila dalam jangka waktu lima tahun berdasarkan pemeriksaan ditemukan adanya pajak daerah yang tidak atau kurang dibayar maka akan ditagih dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), setelah diterbitkan SKPDKB berdasarkan data baru (novum) ternyata masih ada pajak daerah yang kurang dibayar maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).Jumalah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Sedangkan jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Kepala Daerah dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah apabila :1) Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;2) Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau slaah hitung;3) Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.Dalam penghitungannya jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak Daerah ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15(lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak. Untuk Surat Ketetapan Pajak Daerah yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dan diatgih melaui Surat Tagihan Pajak Daerah.Kriteria Pajak Daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak secara umum, yang membedakan antara keduanya adalah pihak pemungutnya. Kalau Pajak Umum atau biasa disebut Pajak Pusat, yang memungut adalah Pemerintah Pusat, sedangkan Pajak Daerah yang memungut adalah Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Daerah Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.

Secara spesifik Kriteria Pajak Daerah diuraikan oleh K.J. Davey (1988) dalam bukunya Financing Regional Government, terdiri dari 4 (empat) hal yaitu :a. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah berdasarkan pengaturan dari daerah sendiri. b. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan Pemerintah Pusat tetapi penetapan tarifnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah. c. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh Pemerintah Daerah. d. Pajak yang dipungut dan di administrasikan oleh Pemerintah Pusat tetapi hasil pungutannya diberikan kepada Pemerintah Daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat penting sebagai modal dasar pelaksanaan pemerintah dan pembangunan, oleh karena itu perlu untuk dimobilisasi dengan cermat agar dapat ditingkat mantapkan melaluiintensifikasi dan ekstensifikasi. Sesuai dengan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2004), Sumber-sumber Pendapatan Daerah terdiri atas : 1) Pendapatan Asli Daerah Hasil Pajak Daerah; Hasil Retribusi Daerah; Hasil Perusahaan milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan; Lain lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. 2) Dana Perimbangan; 3) Pinjaman Daerah, dan Lain Lain Pendapatan Daerah yang sah.

Pajak Kendaraan Bermotor adalah salah satu jenis pajak daerah Provinsi sehingga setiap daerah dapat berbeda sistem pemungutannya. Pajak kendaraan bermotor itu sendiri dibayar setiap tahun sekali sedangkan STNK berlaku untuk 5 (lima) tahun tetapi setiap tahun dilakukan pengesahan dibarengkan dengan saat pembayaran PKB. Persyaratan yang harus dibawa pada saat Pembayaran PKB yang dibarengkan dengan Pengesahan STNK di UP3AD/Samsat adalah, STNK Asli, Identitas Pemilik dan Foto Copy BPKB. Setelah persyaratan lengkap, wajib pajak menyerahkan berkas tersebut pada bagian pendaftaran untuk kemudian dilakukan penetapan atas besarnya pajak terhutang. Adapaun Tata cara pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor:1) Pendaftaranuntuk dapat melaksanakan penghitungan besarnya PKB harus dilakukan pendaftaran terhadap obyek Pajak, yaitu dengan cara sebagai berikut : a. Setiap Wajib Pajak harus mengisi Surat Pendaftaran dan Pendataan Kendaraan Bermotor (SPPKB) dengan jelas, lengkap dan benar sesuai dengan identitas kendaraan bermotor dan wajib pajak yang bersangkutan serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kusanya. b. SPPKB disampaikan selambat-lambatnya 14 hari sejak saat kepemilikan dan atau penguasaan, untuk kendaraan bermotor baru; Sampai dengan tanggal berakhirnya masa pajak bagi kendaraan bermotor lama; 30 hari sejak tanggal surat keterangan fiskal antar daerah, bagi kendaraan bermotor pindah dari luar daerah (Mutasi masuk). c. Apabila terjadi perubahan atas kendaraan bermotor dalam masa paja, baik perubahan bentuk, fungsi maupun penggantian mesin suatu kendaraan bermotor; wajib dilaporkan dengan menggunakan SPPKB. 2) Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor Setelah diketahui dengan jelas dan pasti obyek dan subyek PKB berdasar SPPKB, kemudian diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang merupakan pemberitahuan ketetapan besarnya pajak yang terhutang. 3) Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor a. Pembayaran atas PKB harus dilunasi sekaligus dimuka untuk 12 bulan. b. Pajak dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak diterbitkanna SKPD. c. Kapada Wajib Pajak yang telah membayar lunas pajaknya diberi tanda pelunasan pajak4) Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor Pada lazimnya jika Wajib Pajak telah melakukan kewajiban mebayar PKB sesuai dengan jangka waktu jatuh tempo pembayaran, maka tidak akan terjadi penagihan. Penagihan baru dapat dilakukan apabila Wajib Pajak tidak melunasi kewajibannya sesuai dengan jangka waktu pembayaran PKB. Pelaksanaan Penagihan PKB sebagai berikut : a. Dengan menerbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakkan pelaksanaan penagihan Pajak, dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran pajak. b. Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi pajak terhutang. 5) Sanksi Administrasi PKB a. Keterlambatan mengisi dan menyampaikan SPPKB dikenakan Sanksi Administrasi berupa Kenaikan sebesar 2% dari Pokok Pajak setiap bulan keterlambatan paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terhutangnya Pajak. b. Apabila kewajiban mengisi dan menyampaikan pengisian SPPKB tidak dilakukan lebih dari 12 (dua belas) bulan, dikenakan Sanksi Administrasi berupa kenaikan sebesar 25% dari Pokok Pajak Terhutang ditambah Sanksi Administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari Pajak terhutang untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak terhutangnya pajak. c. Apabila berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain dibidang perpajakan, tidak atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut. d. Sanksi administrasi berupa kenaikan tersebut tidak diberlakukan apabila Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

6) Sanksi Pidana Sanksi Pidana sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor adalah sebagai berikut : a. Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPPKB atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daera, dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak dua kali jumlah pajak terhutang. b. Wajib Pajak yang karena sengaja tidak menyampaikan SPPKB atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah, dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terhutang.

7) Sistim Pengenaan Tarif PKB Tarip Pajak adalah merupakan ketentuan Hukum Pajak Materiil yang sangat penting. Untuk tarip PKB dikenakan atas dasar Nilai Jual Kendaraan Bermotor serta faktor-faktor penyesuaian yang mencerminkan biaya ekonomis yang diakibatkan oleh penggunaan Kendaraan Bermotor. Tarip PKB : Tarip Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan sebesar 1,5%. Besarnya PKB yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan antara tarif dengan dasar pengenaan PKB. Dasar pengenaan PKB dihitung dari perkalian 2 unsur yaitu Nilai Jual Kendaraan Bermotor dan Bobot yang menmcerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor. Sehingga Penetapan PKB adalah sebagai berikut : 1,5% X Bobot X Nilai Jual Kendaraan Bermotor

Keterangan : Bobot dan NJKB ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan hasil rapa koordinasi Mendagri; Menkeu dan Menhu.

8) Azas Keadilan Sebagaimana penjelasan tarif tersebut diatas, maka besarnya pengenaan pajak terhutang bagi kendaraan bermotor terjadi kenaikan dan penurunan. Kenaikan dan penurunan pengenaan pajak terhutang dimaksud dipertimbangkan dari azas keadilan; yaitu bagi kendaraan bermotor yang harganya semakin mahal, maka pengenaan pajak terutang semakin tinggi. Sebaliknya bagi kendaraan bermotor yang harganya murah, maka pengenaan pajak terhutang juga semakin murah.

3.2 Bagaiamana hambatan-hambatan yang timbul dalam pemungutan Pajak Kedaraan Bermotor (PKB) sebagai slaah satu sumber keuangan daerah?Hambatan-hambatan yang timbul pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor terbagi menjadi dua, yaitu :a) Hambatan InternalHambatan internal adalah hambatan yang berasal dari dalam yaitu berasal dari Unit Pelaksanaan Teknis Daerah yang berupa :1. Kesenjangan teknis dalam pelayanan pada Wajib PajakPelaksanaan pungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dikaitkan dengan pengurusan STNK dan pembayaran SPTPD. Pada saat ini segala sesuatu yang berkaitan dengan pembayaran PKB dilakukan dengan komputer, dari mulai input data, editing, penetapan, pembayaran dan pendistribusian dan juga pengarsipannya sebagian besar telah menggunakan komputer. Akan tetapi partner kerja dari Kepolisian dalam beberapa hal masih dilakukan secara manual, sebagai contoh penulisan BPKB, Cek Phisik KBM, Pengesahan STNK, Registrasi Buku Induk KBM. Padahal hal tersebut berkaitan dengan keakuratan data dan percepatan serta penyederhanaan prosedure pelayanan pada masyarakat wajib pajak kendaraan bermotor.2. Pembayaran melalui BankDisamping pembayaran PKB secara online di UPTD/Samsat seluruh Jawa Timur, pembayaran PKB dan BBNKB juga dapat dilakukan melalui Bank yang ditunjuk/Banking System, dalam hal ini Bank Jatim. Namun demikian untuk proses administrasinya tetap harus dilakukan melalui UPTD/Samsat setempat dimana Wajib Pajak berdomisili.3. Pembayaran PKB dengan sistim onlinePembayaran PKB dengan sistim on line dimana wajib pajak dapat membayar PKB di UPTD/Samsat di seluruh Jawa Timur, merupakan suatu langkah maju dalam pelayanan kepada masyarakat wajib pajak. Akan tetapi kebijakan tersebut dirasa masih kurang effisien karena pembayaran PKB sistim On Line hanya diperuntukkan bagi pelayanan Pembayaran PKB dan Pengesahan STNK saja, sedangkan pembayaran PKB yang berkaitan dengan perubahan STNK seperti penggantian STNK; Ganti Pemilik dan sebagainya tidak dapat dilayani secara On Line4. Data SPKPKB yang kurang akuratSPKPKB adalah surat pemberitahuan yang dikirimkan via Pos kepada para wajib pajak kendaraan bermotor yang berisi tentang besaran jumlah pembayaran pajak yang harus dipenuhi sesuai dengan tanggal jatuh tempo. Terkadang data yang tertera dalam SPKPKB kurang akurat karena program komputer data base Samsat yang kurang sempurna, sehingga pada saat pengurusan pembayaran pajak sering terjadi jumlah penetapan pajak tidak sama dengan jumlah yang tertera di SPKPKB.5. Gedung UP3AD / Samsat yang kurang memadai. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat dari tahun ketahun belum diimbangi dengan penyediaan tempat pelayanan kepada wajib pajak yang memadai, sehingga mengurangi kenyamanan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak kendaraan bermotor.

b) Hambatan EksternalSelain faktor internal sebagai penghambat bagi UPTD/Samsat Malang Kota dalam melakukan pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor, ada juga faktor eksternal sebagai penghambat dalam melakukan pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor yang dialami oleh UPTD/Samsat Malang Kota, yaitu:1. Penyertaan Identitas Pemilik ( KTP; SIM ) sesuai Nota Pajak/STNK Kewajiban untuk menyertakan identitas asli pemilik kendaraan dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor seringkali menimbulkan kendala karena pada saat ini banyak kendaraan yang masih dalam masa kredit sudah diperjual belikan atau banyak kendaraan yang diperjual belikan tetapi belum dibaliknama sesuai identitas pemilik yang baru2. Banyaknya obyek tunggakan pajak kendaraan bermotor baik yang disebabkan oleh kelalaian wajib pajak dalam memenuhi kewajibanya membayar pajak maupun disebabkan oleh faktor-faktor yang lainnya seperti misalnya kendaraan dalam kondisi rusak berat/sudah tidak dipergunakan tetapi wajib pajak tidak melaporkan ke Kantor UPTD/Samsat.3. Kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Kesadaran masyarakat merupakan hal yang paling dibutuhkan dalam terlaksananya pembayaran pajak kendaraan bermotor, pada saat ini masih banyak masyarakat yang enggan bahkan tidak segera membayarkan pajak kendaraan bermotor mereka meski telah melewati masa jatuh tempo pembayaran pajak kendaraan bermotor mereka.

3.3Bagaimana solusi mengatasi hambatan-hambatan dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor sebagai salah satu sumber keuangan daerah?a) Hambatan Internal1. Mengatasi kesenjangan teknis pelayanan di UPTD/SamsatIdealnya dalam pelayanan kepada masyarakat wajib pajak kendaraan bermotor di UPTD/Samsat, segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan kepada wajib pajak kendaraan dilakukan secara terpadu dalam satu paket sistim baik dari Pemerintah Provinsi, Kepolisian maupun Jasa Raharja. Akan tetapi karena adanya tugas dan batasan kewenangan yang berbeda, terkadang muncul ego sektoral yang tidak dapat dihindarkan. Untuk mengatasi hal tersebut sehingga pelayanan terbaik tetap diberikan kepada wajib pajak, maka untuk proses administrasi secara manual hanya diperuntukkan untuk kendaraan kendaraan selain proses penelitian ulang / pengesahan stnk. Misalnya kendaraan balik nama, proses mutasi masuk, pendaftaran KBM baru, dan sebagainya. Dengan demikian wajib pajak yang hanya melaksanakan pembayaran PKB dan Pengesahan stnk dapat terlayani dengan mudah, cepat dan akurat.2. Mengatasi pembayaran PKB / BBNKB via BankPembayaran lewat bank memang merupakan langkah maju yang dilakukan oleh UPTD/Samsat dalam upaya memberikan pelayanan terbaik pada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. Berkaitan dengan hal tersebut koordinasi yang baik dan jaringan sistem pelayanan antara UPTD/Samsat dengan pihak bank dalam hal ini Bank Jatim, akan sangat membantu percepatan penyelesaian administrasi dalam pembayaran PKB, BBNKB dan penyelesaian STNK.3. Mengatasi kelemahan sistim onlineAdanya pelayanan pembayaran pajak kendaraan bermotor sistim on line memang dirasa sangat memudahkan wajib pajak, dimana wajib pajak pada saat berada diluar kota akan dapat membayar PKB dan pengesahan stnk di UPTD/Samsat manapun di Jawa Timur. Kelemahan dalam sistim on line dimana wajib pajak yang dilayani dengan sistim On Line hanya yang berkaitan dengan Pembayaran PKB dan Pengesahan STNK, disikapi dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pelayanan sistim On Line yang memang belum memungkinan melayani semua jenis permohonan berkaitan dengan pembayaran PKB.4. Mengatasi data SPKPKB yang kurang akuratUntuk mengatasi terjadinya perbedaan data jumlah nominal pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak antara data SPKPKB dengan data hasil penetapan pajak oleh petugas di Samsat. Upaya yang dilakukan oleh UPTD Malang Kota adalah dengan melakukan kontrol ulang pada saat pendaftaran pembayaran pajak kendaraan bermotor dan juga melakukan edit data pada back up data di komputer Samsat sehingga mengurangi tingkat kesalahan yang terjadi.

5. Mengatasi tempat pelayanan yang kurang memadaiPerkembangan jumlah kendaraan bermotor yang cukup pesat memang kurang diimbangi dengan penyediaan tempat pelayanan bagi wajib pajak kendaraan bermotor khususnya di UP3AD / Samsat Pemalang. Yang dilakukan selama ini hanya pergeseran dan penataan ruang dan pemasangan penyejuk udara (AC). Meski demikian berdasar informasi yang kami dapatkan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam hal ini Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah sudah merencanakan merenovasi gedung kantor UP3AD / Samsat Kabupaten Pemalang secara total, dengan cara menghancurkan gedung lama untuk kemudian dibangun gedung baru yang lebih besar dan modern dengan segala fasilitas yang dibutuhkan. Pembangunan gedung baru itu sendiri menurut rencana akan dimulai pada awal atau pertengahan tahun anggaran 2009.b) Hambatan Eksternal1. Mengatasi hambatan penyertaan Identitas pemilik kendaraan.Logika berfikir yang dipergunakan oleh UPTD/Samsat sebagai perangkat daerah Provinsi Jawa Timur yang bertugas dalam pemungutan pajak kendaraan bermotor, adalah bagaimana memberikan pelayanan sebaik baiknya pada wajib pajak dengan mudah, cepat dan akurat sehingga penerimaan pajak tetap diperoleh secara maksimal. Oleh karena itu bagi kendaraan bermotor yang masih dalam masa kredit atau BPKB masih menjadi agunan bank, cukup menyertakan Surat Keterangan dari Bank Kreditur. Demikian juga dengan kendaran yang masih dalam masa kredit tapi sudah diperjual belikan sehingga tidak dapat menunjukkan identitas pemilik sesuai dengan Nota Pajak/STNK, diberi kesempatan menunda proses balik nama selama 1 (satu) tahun atau bisa proses balik nama tetapi proses penyelesaian BPKB menyusul setelah kreditnya lunas, dengan disertai surat pernyataan bersedia balik nama sesuai kepemilikan dan tentunya surat keterangan dari pihak bank kreditur.2. Mengatasi banyaknya tunggakan pajak kendaraan bermotorUntuk mengatasi banyaknya obyek tunggakkan pajak kendaraan bermotor, yang dilakukan oleh UPTD/Samsat Malang Kota adalah dengan mengirimkan blanko/surat teguran dan penagihan atas tunggakan pajak kendaraan bermotor. Disamping dengan cara pengiriman surat/blanko teguran atau penagihan kepada wajib pajak, UPTD juga bekerjasama dengan Polri melakukan operasi/razia dijalan raya, guna menjaring kendaraan-kendaraan yang menunggak pajak.3. Mengatasi Kurangnya Kesadaran Masyarakat dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.Dalam hal ini pihak UPTD/Samsat bekerjasama dengan pihak Pemerintah Daerah dalam mensosialisasikan pentingnya membayar pajak, dengan memasang spanduk spanduk serta membuat iklan iklan tentang pentingnya membayar pajak di stasiun stasiun televisi yang ada di Daerah.

1