Padi

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Di Indonesia padi merupakan sumber pangan utama, lebih dari 70% penduduk Indonesia mengonsumsi olahan padi. Oleh karena itu budidaya tanaman padi dilakukan secara besar-besaran di berbagai daerah di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan, ketahanan, dan permintaan pangan. Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain sumber daya alam terus menurun sehingga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula dalam usaha tani padi, agar usaha tani padi dapat berkelanjutan, maka teknologi yang diterapkan harus memperhatikan faktor 1

description

phpt

Transcript of Padi

Page 1: Padi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya

terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman

budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga

(genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari

India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang

migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.

Di Indonesia padi merupakan sumber pangan utama, lebih dari 70% penduduk

Indonesia mengonsumsi olahan padi. Oleh karena itu budidaya tanaman padi

dilakukan secara besar-besaran di berbagai daerah di Indonesia untuk memenuhi

kebutuhan, ketahanan, dan permintaan pangan.

Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya

kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain sumber daya alam

terus menurun sehingga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya.

Demikian pula dalam usaha tani padi, agar usaha tani padi dapat berkelanjutan,

maka teknologi yang diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat

berlanjut.

Salah satu strategi dalam upaya pencapaian produktivitas usaha tani padi

adalah penerapan inovasi teknologi yang sesuai dengan sumberdaya pertanian di

suatu tempat (spesifik lokasi). Teknologi usahatani padi spesifik lokasi tersebut

dirakit dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

Penggunaan bahan-bahan kimia sintetis berupa pestisida dan lain sebagainya

memberikan dampak negatif. Efek negatif tersebut berupa timbulnya hama dan

patogen yang tahan terhadap pestisida, munculnya hama baru, terjadinya

1

Page 2: Padi

peningkatan populasi hama dan patogen sekunder, berkurangnya populasi

serangga yang bermanfaat, keracunan terhadap ternak dan manusia, residu bahan

kimia dalam tanah dan tanaman, dan kerusakan tanaman.

Oleh karena itu kami melakukan kegiatan wawancara kepada petani untuk

melihat bagaimana pengetahuan petani seputar pengendalian hama terpadu pada

komoditas padi.

2.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan wawancara kepada petani adalah untuk mengetahui

bagaimana sistem penanganan dan penanggulangan hama maupun penyakit dari

petani. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani melalui penguatan

studi PHT sehingga mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

kegiatan PHT dalam seluruh proses budidaya tanaman.

2.3 Taksonomi Tanaman Padi

Berdasarkan tata nama atau sistematika tumbuh-tumbuhan menurut

Tjitrosoepomo (1994), tanaman padi (Oryza sativa L) dimasukkan ke dalam

klasifikasi sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Monokotil (monocotyledoneae)

Ordo : Glumiflorae (poales)

Familia : Gramineae (poaceae)

Sub-familia : Oryzoideae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa

L

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan rumput berumur pendek 5-6 bulan,

berakar serabut, membentuk rumpun dengan mengeluarkan anakan-anakan,

batang berongga beruas-ruas, dapat mencapai tinggi sampai lebih kurang 1,5 m.

2

Page 3: Padi

Daun berseling, bangun garis dengan pelepah yang terbuka. Bunga pada ujung

batang berupa suatu malai dengan bulir kecil yang pipih, masing-masing terdiri

atas 1 bunga. Tiap bunga disamping gluma mempunyai 1 palae inferior, 2 palae

superior, 2 lodiculae, 3 benang sari dan satu putik dengan kepala putik berbentuk

bulu (Tjitrosoepomo, 1994). Buah padi adalah biji padi itu sendiri yaitu

putihlembaga (endosperm) yang erat terbalut kulit ari. Besar kecil, bentuk dan

warna besar tergantung dari jenis padi. Beras yang baik ialah yang besar, panjang,

putih, mengkilap tidak berperut (Hardjodinomo, 1987).

2.4 Hama, Penyakit, dan Musuh Alami pada Padi

Hama dalam arti luas adalah setiap organisme yang dapat mengganggu,

merusak ataupun mematikan organisme lain. Organisme yang sering menjadi

hama pada tanaman padi adalah serangga. Musuh alami adalah organisme yang

dapat mengendalikan populasi hama atau organisme lain. Di daerah tropis terdapat

banyak jenis musuh alami, baik predator maupun parasitoid (Sembel, 2012). Pada

pertanaman padi terdapat beberapa hama berupa tikus, hama penggerek batang,

wereng coklat, keong mas, hama ganjur, ulat tentara, dan masih banyak lagi.

Sedangkan dari penyakit terdapat penyakit tungro, penyakit hawar daun bakteri

dan lain-lain. Dan musuh alami berupa ular, burung hantu, kucing untuk hama

tikus; laba-laba, Opionea, Paedorus, dan Coccinella sebagai musuh alami dari

hama wereng.

2.5 Konsep Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu

Konsep PHT muncul sebagai tindakan koreksi terhadap kesalahan dalam

pengendalian hama yang dihasilkan melalui pertemuan panel ahli FAO di Roma

tahun 1965. Di Indonesia, konsep PHT mulai dimasukkan dalam GBHN III, dan

diperkuat dengan Keputusan Presiden No. 3 tahun 1986 dan undang-undang No.

12/1992 tentang sistem budidaya tanaman, dan dijabarkan dalam paket Supra

Insus, PHT menjadi jurus yang dianjurkan. (Arifin dan Iqbal, 1993; Baco, 1993;

Soegiarto, et, al., 1993). Adapun tujuan PHT adalah meningkatkan pendapatan

petani, memantapkan produktifitas pertanian, mempertahankan populasi hama

3

Page 4: Padi

tetap pada taraf yang tidak merugikan tanaman, dan mempertahankan stabilitas

ekosistem pertanian.

4

Page 5: Padi

BAB III

PEMBAHASAN

OPT atau organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu

permasalahan serius yang selalu dihadapi oleh petani. Dampak yang disebabkan

oleh keberadaan OPT antara lain dapat mengganggu kelangsungan hidup tanaman

dan menggangu siklus pertumbuhan tanaman. Telah banyak kasus mengenai OPT

yang merugikan dan berdampak buruk bagi petani, salah satunya OPT yang

mengganggu pertanaman komoditas padi. Permasalahan mengenai OPT

komoditas padi telah banyak dijumpai pada wilayah Jatinangor. Berikut hasil

observasi organisme pengganggu tanaman komoditas padi:

3.1 Hama

Hama merupakan makroorganisme hidup (berupa serangga, binatang, dll)

yang dapat menurunkan produktivitas tanaman, baik secara langsung dengan

memakannya atau secara tidak langsung sebagai vektor penyakit. Beberapa hama

yang terdapat di wilayah persawahan Jatinangor adalah:

3.1.1 Walang Sangit

Nama daerah: Kungkang

Menurut petani hama walang sangit banyak meyerang mulai dari padi

matang susu sampai matang biji. Walang sangit ada yang berwarna berwarna

hijau dan coklelat kekuningan. Walang sangit menempel pada bagian malai padi

dan daun padi (Gambar 1). Hama ini merugikan bagi petani karena menyebabkan

bulir padi hampa dan mengurangi nilai produksi tanaman padi. Jumlah walang

sangit yang menyerang cukup banyak bahkan pada serangan yang parah

keberadaan hama walang sangit sangat banyak.

5

Page 6: Padi

Oleh karena itu kami melakukan kegiatan wawancara kepada petani untuk

melihat bagaimana pengetahuan petani seputar pengendalian hama terpadu pada

komoditas padi.

Menurut literatur walang sangit Leptocorisa oratorius – merupakan salah satu dari

beberapa spesies walang sangit yang merusak bulir padi pada fase pemasakan. Baik

serangga dewasa maupun nimfa menusuk bulir padi di antara lemma dan palea. Hisapan

selam fase masak susu menyebabkan bulir hampa. Hisapan selama fase pengisian

menyebabkan rendahnya mutu bulir dan beras pecah. Serangga dewasa berwarna cokelat

dan ramping dengan tungkai dan antena yang panjang. Telur-telur diletakkan secara

berbaris pada permukaan daun dan malai. Baik serangga dewasa maupun nimfa yang

berwarna hijau mempunyai bau busuk yang khas.

3.1.2 Tikus

Nama daerah: Beurit

Menurut petani tikus merupakan hama merugikan yang menyerang dengan

menggigit habis bagian pangkal batang padi dan memakan bakal bulir padi. Tikus

menyerang saat tanaman padi masih kecil (belum menghasilkan malai) sampai

tanaman padi cukup besar (menghasilkan malai). Serangan terbesar hama ini

dimulai pada saat tanaman padi mulai menghasilkan bulir. Tingkat kerusakan

dapat dilihat dari tanda-tanda pangkal batang padi rusak dan patah-patah

6

Page 7: Padi

Menurut literatur tikus sawah Rattus argentiventer -- memakan tanaman pada berbagai

fase pertumbuhan tetapi kerusakan yang paling besar terjadi setelah pembentukan bakal

malai, sewaktu tikus memakan pangkal pucuk malai, atau memotong seluruh batang

untuk memakan butir gabah. Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan tikus memiliki

tanda-tanda yang berbeda dengan kerusakan akibat serangan hama penggerek padi. Tikus

bergerak melintasi lahan cukup jauh dn menyerang mulai dari titik tengah petak sawah

dan terus menyebar dan merusaka pertanaman kecuali yang berada di sekitar tepian

petakan. Apabila kerusakan terjadi di awal, tanaman dapat memproduksi anakan baru,

sehingga padat menghasilkan malai muda di tengah malai tua. Tanaman bisa dikatakan

rusak total apabila serangan terjadi pada tanaman yang tua atau matang malai.

3.2 Penyakit

Penyakitmerupakan suatu penyimpangan fisiologis yang permanen dari

pertumbuhan tanaman yang normal sehingga menimbulkan gejala dan akibatnya

merugikan terhadap mutu dan menurunkan nilai ekonomis dari tanaman tersebut.

Pertanaman padi milik para petani diwilayah Jatinangor adalah:

3.2.1 Tungro

Nama daerah: Hama beureum

Menurut petani penyakit ini disebabkan oleh ulat yang menyerang dari

bagian perakaran tanaman padi. penyakit ini menurut penuturan para petani

menyebabkan daunnya berwarna kuning kemerahan baik pada saat tanaman kecil

sampai tanaman yang besar. Bagian perakaran tanaman membusuk, rumpun daun

7

Page 8: Padi

kebanyakan berwarna kuning kemerahan dan tanaman tumbuh kerdil. Menurut

petani penyakit ini belum ada obatnya sehingga sangat sulit untuk ditanggulangi.

Menurut literatur Tungro adalah penyakit virus yang biasanya menyerang

tanaman padi pada fase pertumbuhan vegetatif. Tungro menyebabkan tanaman

tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun

memendek. Daun yang terserang sering berwarna kuning sampai kuning-oranye.

Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan

panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun yang

lebih tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi(Gambar

5). Biasanya beberapa bidang lahan terserang sepanjang sawah. Dua spesies

wereng hijau Nephotettix malayanus dan N. virescens adalah serangga utama yang

menyebarkan virus tungro.

8

Page 9: Padi

3.2 Pengendalian yang Dilakukan

Hama

1. Walang Sangit

Pengendalian yang dilakukan oleh petani dalam menanggulangi walang

sangit hanya menggunakan pestisida. Karena menurutnya pestisida itu cocok

untuk mengendalikan hama. Pestisida yang digunakan adalah regen.

2. Tikus

Rata-rata pengendalian yang dilakukan oleh para petani berupa pemberian

racun temik dan pemberian perangkap. Menurut pemaparan petani perlakuan ini

dapat mengurangi tingkat serangan yang dilakukan tikus pada pertanaman padi.

Namun, dewasa ini perlakuan tersebut tidak efektif karena tikus masih saja

menyerang sekalipun lahan telah diberi racun tikus dan diberi perangkap.

Penyakit

1. Tungro

Petani tidak melakukan suatu pengendalian yang berarti karena menurut

petani penyakit hama beureum ini belum ada obatnya di pasaran dan sulit diobati

karena rusaknya dari bagian pangkal bawah batang dekat perakaran atau bahkan

pada perakaran tanaman padi. Petani melakukan tindakan pencabutan terhadap

tanaman yang telah terserang oleh penyakit hama beureum bahkan sampai

melakukan pembabatan habis terhadap tanaman yang telah terserang seluruhnya.

Hal ini menyebabkan tidak adanya hasil produksi karena tanamannya terjangkit

penyakit dan tidak dapat berproduksi.

9

Page 10: Padi

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Komoditas padi merupakan jenis tanaman yang sangat penting. Dalam

praktik budidayanya terdapat berbagai halangan yang harus dihadapi seperti

gangguan hama dan penyakit. Berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa

hama utama yang menyerang pertanaman padi yaitu walang sangit dan penyakit

yaitu tungro atau lebih populer dengan nama hama beureum dikalangan petani.

Berdasarkan hasil wawancara juga dapat diambil kesimpulan bahwa petani belum

paham betul apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengendalian hama terpadu

pada komoditas yang diusahakan.

4.2 Daftar Pustaka

Balai Besar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian dan Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Padi.

Bank Pengetahuan Padi Indonesia. 2009. Tungro.

Hardjodinomo, Soekirno. 1987. Bertanam Padi. Bina Cipta. Bandung.

Lembaga Penelitian Padi Internasional. 1995. Permasalahan Lapangan tentnag

Padi di Daerah Tropika. Jakarta .

Roja, Atman. 2009. Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu (PHT) pada

Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.

Soegiarto, B., Djafar B., dan Edi S. 1993.Strategi dan program penelitian hama-

hamatanaman pangan PJPT II. Seminar Hama Tanaman, 4-7 Maret 1993 di

Sukarami. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai

penelitian Tanaman PanganSukarami.

Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Cetakan I. Gajah

Mada university Press. Yogyakarta.

10