PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah,...
Transcript of PENDAHULUANrepository.umrah.ac.id/1948/1/upload Jurnal Rian.docx · Web view... putus sekolah,...
Jurnal Sosilogi 2018
PENAMBANG PASIR ANAK DI KELURAHAN KAWAL KECAMATAN GUNUNG KIJANG
Nanik Rahmawati, M.Si, Tri Samnuzulsari S,sos,M.A, Rian Hamunongan
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang
ABSTRAK
Banyaknya anak-anak dibawah umur yang berasal dari keluarga kurang mampu dan tidak memperoleh pendidikan secara layak menyebabkan para anak-anak bekerja. Pekerja anak lebih memilih membantu orangtua untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Penambang Pasir Anak di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini dilakukan terhadap penambang pasir anak. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan penambang pasir anak, orangtua pekerja anak dan pemilik penambangan pasir di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang, pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan melaksanakaan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dengan cara reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor utama yang menyebabkan Penambang Pasir Anak di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang ini memutuskan untuk bekerja pada penambangan pasir yaitu kondisi perekonomian keluarga, beban biaya keluarga dan biaya sekolah yang terasa berat memunculkan keinginan anak bekerja membantu ekonomi keluarga dengan adanya orangtua yang mengizinkan anak bekerja serta ajakan teman dan pemilik penambangan pasir. Dampak terhadap anak yang bekerja di penambangan pasir adalah kehilangan hak bermain dan berkembang selayaknya anak seusia mereka serta waktu istrirahat yang selayaknya seperti kelelahan, jam belajar diluar sekolah tidak cukup, prestasi belajar tidak menonjol, putus sekolah, interaksi dengan keluarga berkurang, pergeseran pergaulan dari seusia kepada pergaulan dewasa. Karena pada undang-undang perlindungan anak no 13 tahun 2003 pasal 68 menyebutkan bahwa anak di larang untuk bekerja bersama dengan pekerja / buruh dewasa.
Kata Kunci : Pekerja Anak, Penambang Pasir, Pendidikan
- 1 -
Jurnal Sosilogi 2018
ABSTRACT
The number of underage children who come from underprivileged families and do not get proper education causes the children to work. Child laborers prefer to help parents to fulfill their living needs. This study aims to describe the Sand Son Miners in Kawal Village, Gunung Kijang District. The research method used in this study is descriptive with a qualitative approach is carried out on child sand miners. Sources of data in this study are primary data sources obtained through interviews with child sand miners, parents of child laborers and sand mining owners in Kawal Village, Gunung Kijang Subdistrict, data collection carried out by conducting interviews, observation and documentation. Data analysis by reducing, presenting data and drawing conclusions. The results of this study indicate that the main factors that caused the Pasir Anak Miners in Kawal Village, Gunung Kijang Subdistrict, decided to work on sand mining, namely the economic conditions of the family, the burden of family expenses and school fees which felt heavy to bring the child's desire to work to help the family economy with parents who allow children to work as well as solicitation of friends and owners of sand mining. The impact on children working in sand mining is the loss of the right to play and develop as children of their age as well as bad time such as fatigue, study hours outside of school are not enough, learning achievement is not prominent, broken up school, interaction with family is reduced, shifting relationships from age to adult relationships.
Keywords: Child Labor, Sand Miners, Education
I. PENDAHULUAN
Keberadaan pekerja anak ini ditegaskan dengan adanya Undang-undang
Ketenagakerjaan yang disebutkan dalam pasal-pasal yang mengatur tentang pekerja
anak harus mendapatkan perlindungan yang memadai baik dari segi hukum maupun
sosialnya, namun yang terjadi realitanya bahwa pekerja anak kurang mendapatkan
perhatian dikarenakan pengusaha lebih menempatkan pekerja anak sebagai salah satu
faktor ekonomi, bukan pada pada sisi kemanusiaan.
Adanya kegiatan penambangan pasir di wilayah Kelurahan Kawal dilihat
sebagai sebuah kesempatan kepada anak yang masih dalam jenjang pendidikan
menegah atas ikut didalam kegiatan penambangan pasir dengan tujuan mendapatkan
penghasilan untuk membantu ekonomi keluarga. Didalam ketentuan Undang-Undang
- 2 -
Jurnal Sosilogi 2018
No.13 tahun 2003 Pasal 68 menyebutkan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan
anak dan Pasal 72 menyebutkan dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama dengan
pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja
pekerja/buruh dewasa. Kemudian juga dalam Pasal 74 Undang-Undang No.13 tahun
2003 mengatur tentang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-
pekerjaan yang terburuk dan jenis-jenis pekerjaaan yang membahayakan kesehatan,
keselamatan, atau moral anak, ketiterlibatan anak dalam kegiatan penambangan pasir
di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang ini melakukan pekerjaan bersama-
sama pekerja dewasa tidak ada perlakuan berbeda dalam melaksanakan setiap proses
pekerjaan penambangan.
Usia dibawah 18 tahun adalah masa perkembangan remaja yang umumnya
berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian: (1) usia 12-15 tahun;
masa remaja awal (peural), (2) usia 15-18 tahun: masa remaja pertengahan
(pubertas), dan (3) usia 18-21 tahun masa remaja akhir (adoleson) (Monk, 2006:
262), dan masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses
perkembangan seseorang. Anak remaja tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak
pula termasuk golongan dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara dan orang
dewasa (Monks, 2006: 258-259). Masa ini kemudian menjadi suatu tahapan
kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap, sehingga rawan dengan
pengaruh-pengaruh negatif seperti narkoba, kriminal, maupun kejahatan seks dan
lain sebagainya. Namun di sisi lain, masa remaja adalah masa yang sangat baik untuk
mengembangkan segala potensi positif yang mereka miliki seperti bakat, minat,
maupun kemampuan-kemampuan lainnya, serta mengembangkan nilai-nilai hidup
yang diyakininya.
Fenomena diatas dapat dirumuskan beberapa gejala permasalahan dampak dari
adanya penambangan pasir di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang yaitu (1).
Adanya anak usia sekolah mengengah yang terlibat dalam kegiatan penambangan
pasir (2). Adanya orangtua yang mengabaikan peran, fungsi dan tanggungjawabnya
terhadap anak (3). Adanya kegiatan penambangan pasir dengan anak dibawah usia
18 tahun bersama pekerja dewasa.
- 3 -
Jurnal Sosilogi 2018
Banyak penambangan pasir di Kelurahan Kawal ini dikerjakan secara
berkelompok atau perorangan yang mempekejakan warga setempat termasuk anak
usia dibawah 18 tahun, dengan memanfatkan lubang galian pasir bekas galian
perusahaan penambang yang sudah tidak beroperasi lagi karena habisnya masa izin
berlaku atau karena lokasi tersebut dinilai sudah tidak memiliki deposit yang
menguntungkan. Oleh warga yang miliki modal lahan atau lokasi bekas galian
tersebut dimanfaatkan karena masih banyaknya permintaan pasir untuk proyek
pembangunan diberbagai daerah di Kabupaten Bintan dan Tanjungpinang. Terus
adanya permitaan pasir yang menjadi sumber pendapatan menakibatkan semakin
banyak pula warga masyarakat yang melakukan usaha penambangan yang
berdampak bertambah pula lubang galian baru yang membutuhkan pekerja
penambang termasuk anak masih bersekolah juga terlibat dalam kegiatan tesebut atas
ajakan pemilik atau ajakan pekerja lain. Bekerja di penambangan pasir dengan aturan
kerja yang sama seperti pekerja dewasa yang diterapkan oleh pemilik usaha secara
tidak langsung memaksa anak bekerja karena tanpa perlakuan khusus yang
ditetapkan dalan ketentuan perundangan ketenagaan kerjaan, penghilangan hak anak
berkerja tanpa pemisahan dengan pekerja dewasa atau melakukan jenis pekerjaan
yang berat sama seperti pekerja dewasa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja.
Akan halnya pekerja anak, berarti motivasi kerja pekerja anak adalah segala sesuatu
yang mendorong atau menimbulkan semangat kerja pada pekerja anak. Motivasi itu
baik berasal dari dalam diri pekerja anak maupun dari orangtua.
A. Pekerja Anak
Pekerja anak memang erat kaitannya dengan kemiskinan ketidakmampuan
masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga anak dijadikan
aset yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan ekonomi keluarga,
sehingga anak tidak memiliki pilihan lain selain bekerja untuk membantu
perekonomian keluarga. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Talcott Parson
- 4 -
Jurnal Sosilogi 2018
(dalam Irwanto, 1999:1) bahwa gejala pekerja anak lebih banyak disebabkan oleh
faktor ekonomi daripada faktor budaya. Artinya, anak bekerja lebih banyak
dikarenakan faktor ekonomi keluarga.
Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk
orangtuanya atau untuk orang lain yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan
menerima imbalan atau tidak (Tjandraningsih, 1995). Kertonegoro (1997), pekerja
anak merupakan tenaga kerja yang dilakukan anak dibawah umur 15 tahun.
Pengertian anak menurut Putranto (dalam Bagong, 1999), menyebutkan bahwa
pekerja anak adalah orang laki-laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun
selain membantu keluarga, pada komunitas tertentu misalnya pada sektor pertanian,
perikanan, dan industri kerajinan yang dari sejak kecil mereka sudah dididik untuk
bekerja. Menurut Manurung (1998), Pekerja anak adalah mereka yang berusia 10-14
tahun dan sedang bekerja paling sedikit satu jam secara kontinyu dalam seminggu.
Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 tahun 2014 Pasal 1
menyebutkan bahwa anak adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Selanjutnya Undang-undang
No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 1 Undang undang No.13 Tahun
2003 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berusia
dibawah 18 (delapan belas) tahun. Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi,
Kemenakertrans (2011), mendefinisikan anak adalah setiap orang yang berumur
dibawah 18 tahun, sedangkan Pekerja Anak adalah penduduk yang bekerja dari umur
10 tahun sampai dengan umur 17 tahun. Anak bekerja atau pekerja anak merupakan
istilah yang memiliki konotasi pengeksploitasian terhadap tenaga anak, dengan gaji
kecil tanpa pertimbangan bagi perkembangan kepribadian, keamanan, kesehatan dan
prospek masa depan anak.
Menurut Soetarso (1996) mengungkapkan pengertian pekerjaan anak yang
lebih luas. Ia berpendapat bahwa pekerja anak adalah: Anak dipaksa atau terpaksa
bekerja mencari nafkah untuk dirinya sendiri atau keluarganya di sektor
ketenagakerjaan formal yang melanggar peraturan perundang-undangan yang
berlaku, sehingga anak terhenti sekolahnya dan mengalami permasalahan fisik,
- 5 -
Jurnal Sosilogi 2018
mental, maupun sosial dalam profesi pekerjaan sosial anak ini disebut mengalami
perlakuan salah (abuse) dieksploitasi (exploited), dan ditelantarkan (neglected). Anak
yang dipaksa ,terpaksa atau dengan kesadaran sendiri mencari nafkah untuk dirinya
sendiri atau keluarga di sektor ketenagakerjaan informal,di jalanan atau tempat
lain,baik melanggar peraturan perundangan (khususnya di bidang ketertiban), atau
yang tidak baik yang masih sekolah maupun yang lagi bersekolah. Anak ini ada yang
mengalami perlakuan salah atau dieksploitasi, ada pula yang tidak.
Anak bekerja demi meningkatkan penghasilan keluarga atau rumahtangganya
secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan kerja yang diterapkan pada
pekerja anak ada bermacam-macam bentuk, yaitu buruh, magang, dan tenaga
keluarga. Sebagai buruh, anak-anak diberi imbalan atau upah. Untuk pekerjaannya
sebagai magang, dan tenaga kelurga, mereka ada yang dibayar dan ada yang tidak
dibayar (Tjandraningsih, 1995). Menurut Hardus dan Nachrowi (2004). Menurut
Tjandraningsih (1995), sebagian besar pekerja anak disektor industri manufaktur
hanya mempunyai pendidikan rendah.
Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan
kerja. Akan halnya pekerja anak, berarti motivasi kerja pekerja anak adalah segala
sesuatu yang mendorong atau menimbulkan semangat kerja pada pekerja anak.
Motivasi itu baik berasal dari dalam diri pekerja anak maupun dari orangtua
(Anoraga, 2001).
Kemiskinan menurut pendapat para ahli ilmu sosial tentang masalah
kemiskinan, khususnya perihal sebab mengapa munculnya kemiskinan dalam suatu
masyarakat berbeda beda. Sekelompok ahli ilmu sosial melihat munculnya
kemiskinan dalam satu masyarakat berkaitan dengan budaya yang hidup dalam suatu
masyarakat. Dalam konteks pandangan seperti ini maka kemiskinan sering dikaitkan
dengan rendahnya etos kerja anggota masyarakat, atau dengan bahasa yang lebih
populer sebab-sebab kemiskinan terkait dengan rajin atau tidaknya seseorang dalam
bekerja/mengolah sumber-sumber alam yang tersedia. Apabila orang rajin bekerja,
dapat dipastikan orang tersebut akan hidup dengan kecukupan. Disamping rajin,
- 6 -
Jurnal Sosilogi 2018
orang itu memiliki sifat hemat. Manusia yang memiliki etos kerja tinggi dan sifat
hemat pasti akan hidup lebih dari kecukupan (Loekman, 1997).
Pengertian upah menurut UU Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2000 adalah hak
pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
perusahaan/pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan
termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Teori Neo Klasik mengemukakan
bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan tiap-tiap pengusaha
menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga faktor produksi yang
dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marjinal
faktor produksi tersebut. Ini berarti pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan
sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marginal seseorang sama dengan
upah yang diterima orang tersebut (Simanjuntak, 1985).
B. Orangtua
Menurut Miami dalam Zaldy Munir (2010:2) dikemukakan bahwa “Orangtua
adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul
tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya”.
Sedangkan menurut Widnaningsih dalam Indah Pertiwi (2010:15) menyatakan
bahwa “orangtua merupakan seorang atau dua orang ayah-ibu yang bertanggung
jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik
berupa tubuh maupun sifat-sifat moral dan spiritual”.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa orangtua
mempunyai tanggung jawab yang berat dalam pendidik utama dan pertama bagi
anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.
Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada
umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran
dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara
kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi
pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan
- 7 -
Jurnal Sosilogi 2018
pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orangtua dan anak. Orangtua atau
ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan
anak-anaknya anak-anak mereka baik lahir maupun batin sampai anak tersebut
dewasa dan atau mampu berdiri sendiri, dimana tugas ini merupakan kewajiban
orangtua.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. yaitu
menganalisa data yang diperoleh di lapangan dalam bentuk kualitatif dan diberikan
penjelasan kesimpulan dengan menggunakan pernyataan-pernyataan atau kalimat
logis yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yang digunakan oleh peneliti anatara lain : observasi, wawancara
mendalam dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan ialah pedoman
wawacara, adapun fokus penelitian bagaimana dampak yang terjadi pada penambang
pasir anak yang ada di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada dasar nya ada beberapa motivasi anak bekerja, salah satu nya adalah faktor ekonomi keluarga yang memaksa anak harus keluar dari zona nyaman sebagai anak, mereka harus ikut memikirkan bagaimana membantu orang tua yang mengakibatkan kebutuhan anak justru terabaikan.
4.1. Gambaran Kehidupan Anak Sebagai Penambang Pasir
Partisipasi sekolah mempunyai hubungan resiprokal dengan status pekerja
anak. Anak yang gagal (drop out) lebih tergolong untuk bekerja, dan sebaliknya anak
yang bekerja sambil sekolah cenderung menurun prestasinya, atau mudah mengalami
drop out. Kondisi ekonomi merupakan faktor pendukung yang paling besar untuk
kelanjutan pendidikan anak-anak, sebab pendidikan juga membutuhkan biaya besar.
Mereka memutuskan berhenti sekolah karena kondisi ekonomi keluarga tidak
mendukung. Mereka menyelesaikan pendidikan sampai jenjang pendidikan
- 8 -
Jurnal Sosilogi 2018
menengah dan memilih membantu perekonomian keluarga sebagai penambang pasir
anak.
Mereka menjelaskan ketika merasakan kondisi kebutuhan ekonomi keluarga
tidak dapat terpenuhi terutama beban biaya sekolah yang dirasakan berat oleh
orangtua. Keinginan membantu keluarga ini muncul dari keinginan sendiri adalah
faktor internal mereka bekerja, dengan mengemukakan alasan membantu
perekonomian keluarga dalam hal ini kebutuhan hidup keluarga dan biaya
pendidikan sekolah disampaikan kepada orangtua merupakan hal yang tepat dalam
upaya anak mendapatkan izin untuk bekerja sebagai faktor eksternal, dan adanya
ajakan bekerja di penambangan pasir dari teman, saudara atau pekerjaan lain menjadi
faktor penarik bagi informan.
Dalam proses kegiatan penambangan pasir ini terdiri 4 orang pekerja yang
masing-masing menempati pos tugas yang berbeda yaitu sebagai (1) Operator mesin,
bertugas menjaga kondisi mesin tetap hidup selama proses penyedotan dan mengatur
kondisi mesin apabila terjadi pemindahan pipa distribusi pasir atau adanya
sambungan yang putus. (2) Pengali pasir, bekerja didalam lubang galian bertugas
menjaga pipa sedot memastikan pasir dapat tersedot secara tepat agar distribusi pasir
oleh air berjalan lancer, karena apabila jumlah pasir yang masuk ke pipa distribusi
tidak berimbang dengan jumlah air sebagai media angkutnya maka akan berakibat
terjadi penyumpatan pada pipa distribusi. (3) Penjaga pipa, bertugas menjaga kondisi
pipa dalam kondisi tersambung selama proses penyedotan dan air saluran alir dari
bak pasir kembali ke lubang galian. (4) Petugas Bak Pasir, bertugas mengatur
pengisian pasir hasil sedotan dalam bak pasir agar pasir tidak berbawa hanyut
kembali oleh air dan memastikan bak penampungan pasir tidak tersumbat agar pasir
cepat mengering untuk meringankan pekerjaan penyekopan pasir ke dalam lori
nantinya.
4.2. Dampak Kehidupan Sosial Penambang Pasir Anak
Sebagai penambang pasir anak yang masih sekolah, waktu belajar diluar jam
sekolah tidaklah banyak seperti halnya pelajar yang tidak berkeja, karena sisa waktu
setelah pulang sekolah sudah terpakai untuk bekerja, jika ada tugas sekolah yang
- 9 -
Jurnal Sosilogi 2018
harus diselesaikan dipindahkan pada waktu yang memungkin. Dalam prestasi belajar
di sekolah informan menuturkan biasa-biasa saja tidak ada prestasi yang menojol
namun informan tidak mengalami tinggal kelas. Sosialisasi dengan teman-teman
sekolah terbatas hanya terjadi di sekolah. Dimana sebelumnya waktu bermain dan
berkumpul bersama teman seusia sering dilakukan setalah jam pulang sekolah, sejak
bekerja di penambangan pasir waktu bermain dan bersosialisasi tersebut sudah
berkurang, kesempatan bertemu dengan teman sekolah dan seusia hanya pada saat
informan libur bekerja pada hari minggu atau libur nasional lainnya. Waktu
bersosialisasi bersama keluarga juga mengalami perubahan dikarena kelelahan
bekerja setelah pulang sekolah, kegiatan membantu dan berkumpul bersama keluarga
di sore hari tidak terjadi rutin setiap hari seperti biasanya. Setelah ikut bekerja waktu
pertemuan dan berkumpul dengan kelurga terjadi setelah magrib atau pada waktu
makan malam.
4.3. Alasan Orangtua Mengizinkan Anak Bekerja
Pekerja anak memang erat kaitannya dengan kemiskinan ketidakmampuan
masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga anak dijadikan
aset yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan ekonomi keluarga,
sehingga anak tidak memiliki pilihan lain selain bekerja untuk membantu
perekonomian keluarga, bahwa gejala pekerja anak lebih banyak disebabkan oleh
faktor ekonomi daripada faktor budaya. Artinya, anak bekerja lebih banyak
dikarenakan faktor ekonomi keluarga. Keluarga merasakan adanya sumber
pendapatan tambahan bagi keluarga. Faktor ekonomi adalah hal utama yang
mendorong orangtua mengijinkan anak bekerja di penambangan pasir hal tesebut
dari penambang pasir anak dan orangtua anak berkaitan dengan ijin bekerja tersebut.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pekerja anak tampaknya sulit dihindarkan, meskipun keberadaan pekerja anak
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan Ketenagakerjaan, khususnya
- 10 -
Jurnal Sosilogi 2018
Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003. Larangan anak bekerja atau
mempekerjakan anak dimaksudkan untuk melindungi anak yang bersangkutan, sebab
dikawatirkan anak yang bekerja sering dihadapkan pada resiko bahaya, terutama di
tempat kerja. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002.
Faktor penyebab anak bekerja di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang,
berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan, bahwa penyebab paling dominan
adalah faktor ekonomi keluarga, faktor orang tua yang mengizinkan anak bekerja,
menganggap bahwa anak yang bekerja dianggap dewasa, faktor kemauan sendiri
dengan alasan memenuhi kebutuhan sendiri, faktor lingkungan sebagai akibat dari
pengaruh teman-teman sekitarnya, dan faktor keluarga, dalam hal ini ajakan kerabat
untuk membantu usaha keluarganya.
Kegiatan penambangan pasir di Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang
ini merupakan pertambangan rakyat dikelola dengan peralatan sederhana yang lebih
membutuhkan tenaga fisik tanpa membutuhkan persyaratan seperti jenjang
pendidikan dan keahlian tertentu telah memberikan akses mudah bagi dan
kesempatan bagi penambang pasir anak ikut terlibat dalam kegiatan penambangan
dengan tujuan mendapatkan upah.
Dampak sebagai penambang pasir anak yang masih sekolah, waktu belajar
diluar jam sekolah tidaklah banyak seperti halnya pelajar yang tidak berkeja, karena
sisa waktu setelah pulang sekolah sudah terpakai untuk bekerja, jika ada tugas
sekolah yang harus diselesaikan dipindahkan pada waktu yang memungkin. Dalam
hal prestasi belajar di sekolah tidaklah menojol. Sosialisasi dengan teman-teman
sekolah terbatas hanya terjadi di sekolah, kehilangan waktu bermain dan
berkembang. Kelelahan bekerja mengakibatkan interaksi dengan keluarga.
Dampak terhadap penambang pasir anak yang putus sekolah selain mengalami
waktu kerja panjang sepeti pekerja dewasa, kehilangan hak bermain dan bekembang,
rentan terhadap pengaruh pergaulan negatif pekerja dewasa seperti ucapan-ucapan
yang etis untuk anak. Kelelahan bekerja atau anak yang sudah bekerja dan membantu
ekonomi keluar dianggap sudah dewasa berdampak pada kurangnya waktu interaksi
- 11 -
Jurnal Sosilogi 2018
bersama keluarga, selain terjadinya perubahan kehidupan sosial anak menikuti
kehidupan sosial pekerja dewasa.
Sikap orangtua penambang pasir anak yang pada awalnya melarang dan
keberatan anaknya bekerja di penambangan pasir karena pertimbangan akan
menggangu kegiatan sekolah anak pada akhirnya dapat menerima dan mengijinkan
serta merasa sangat terbantu dalam meringankan ekonomi keluarga.
Pemilik penambangan pasir tidak memberikan perlakukan khusus kepada
penambang pasir anak sama seperti pekerja dewasa lainya dalam melakukan
pekerjaan penambangan pasir dan perhitung upah yang diberikan, untuk jam kerja
penambang pasir anak yang masih bersekolah bisa ikut bekerja setelah jam pulang
sekolah. Tidak ada pemotongan upah jika tidak hadir karena upah dihitung hanya
atas dasar jumlah unit lori yang diisi pasir oleh pekerja, tidak ada lembur
- 12 -
Jurnal Sosilogi 2018
DAFTAR PUSTAKABuku
Basrowi. M.S, Dr. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia.Burhan, Bugin. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Damsar, Indrayani. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta; Kencana Prenata
Media.Group. Daymont, Cristine. 2008. Metode Riset Kualitatif. Jakarta: Bentang.Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, PT. Renika CiptaMartono.Nanang.2011. Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta:Rajawali Pers.Fattah Nanang, DR, 2004. Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, PT Remaja
Rosdkarya, Bandung.Irwanto, Farid, M., & Anwar, J. (1999). Anak yang membutuhkan perlindungan
khusus di Indonesia. Analisis situasi. Jakarta: PKPM Unika Atma Jaya & Unicef.
Irwanto. 2008. Analisis Konsep Perlindungan Anak Dan Implementasinya Di Indonesia: Kajian Awal. Jakarta. Unika Atma Jaya dan Save The Children, UK
Hardius Usman dan Nachrowi Djalal, 2004, Pekerja Anak di Indonesia : Kondisi, Determinan, dan Eksploitasi (Kajian Kuantitatif), Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Irwanto, 2008. Mengarusutamakan Hak-Hak Anak dalam Pembangunan Nasional: perspektif ekologi perilaku manusia. Naskah Pidato : Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Fakultas Psikologi. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Jakarta.
Kelurahan Kawal. 2018. Profile Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Kepulauan Riau Provinsi Kepri.
Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak. 2005. Modul Penanganan Pekerja Anak. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Jakarta.
A. Peraturan perundang-undanganRI, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.RI, Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.RI, Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002.B. JurnalSulastri, Dewi. 2016. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Eksploitasi Pekerja Anak
pada Tambang Emas Tradisional, Desa Kelian Dalam di Kecamatan Tering. eJournal Sosiatri-Sosiologi, 4 (2): 252-265. ISSN 0000-0000, ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id.
Djajadiningrat, S. T. 2007. Paper Seminar Nasional “Pertambangan, Lingkungan, dan Kesejahteraan Masyarakat”. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
C. Skripsi/Tesis/Disertasi Daniswara, Victor A. 2017. Pekerja Anak di Kota Surakarta (Tinjauan Yuridis dan
- 13 -
Jurnal Sosilogi 2018
Sosiologis). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ridwan. 2017. Upaya Penambang Pasir Tradisional Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga di Desa Lekopa’dis Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Skripsi. UIN Alauddin. Makassar.
Thamrin, Rikawati. 2015. Praktek Pekerja Anak di Nias Ditinjau dari Etika Moral (Kasus: Pekerja Anak Penambang Batu dan Perkebunan Karet). Tesis, Institut Teknologi Bandung. Bandung.
D. Media Onlinehttp://batam.tribunnews.com/2016/11/18/kenapa-berkali-kali-dirazia-penambangan-
pasir-liar-bintan-tetap-beroperasi-ini-jawaban-apri-sujadihttp://www.google.co.id/url?faktorterjadinyaeksploitasianakhttps://batampos.co.id/2017/10/26/penambang-pasir-ilegal-ditahan-polisi/https://www.bps.go.id/subject/5/konsumsi-dan-pengeluaran.html
- 14 -