Oz Job - Seledri & Kumis Kucing
Click here to load reader
-
Upload
rosyid-ahmad -
Category
Documents
-
view
32 -
download
3
description
Transcript of Oz Job - Seledri & Kumis Kucing
SeledriSeledri
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Apiales
Famili: Apiaceae
Genus: Apium
Spesies: A. graveolens
Nama binomial
Apium graveolens
L.
Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat yang biasa digunakan
sebagai bumbu masakan. Beberapa negara termasuk Jepang, Cina dan Korea mempergunakan
bagian tangkai daun sebagai bahan makanan. Di Indonesia tumbuhan ini diperkenalkan oleh
penjajah Belanda dan digunakan daunnya untuk menyedapkan sup atau sebagai lalap.
Penggunaan seledri paling lengkap adalah di Eropa: daun, tangkai daun, buah, dan umbinya
semua dimanfaatkan.
Klasifikasi dan pemerian
Seledri telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu di Eropa sebagai unsur pengobatan dan
penyedap masakan. Plinius Tua telah menuliskannya sejak awal penanggalan modern.
Linnaeus mendeskripsikannya pertama kali dalam edisi pertama Species Plantarum. Ia
memasukkan seledri dalam suku Umbelliferae, yang sekarang dinamakan Apiaceae (suku
adas-adasan).
Seledri adalah terna kecil, kurang dari 1m tingginya. Daun tersusun majemuk dengan tangkai
panjang. Tangkai ini pada kultivar tertentu dapat sangat besar dan dijual sebagai sayuran
terpisah dari daunnya. Batangnya biasanya sangat pendek. Pada kelompok budidaya tertentu
membesar membentuk umbi, yang juga dapat dimakan. Bunganya tersusun majemuk
berkarang, khas Apiaceae. Buahnya kecil-kecil berwarna coklat gelap.
Macam
Ada tiga kelompok seledri yang dibudidayakan:
Seledri daun atau seledri iris (A. graveolens Kelompok secalinum) yang biasa diambil
daunnya dan banyak dipakai di masakan Indonesia.
Seledri tangkai (A. graveolens Kelompok dulce) yang tangkai daunnya membesar dan
beraroma segar, biasanya dipakai sebagai komponen salad.
Seledri umbi (A. graveolens Kelompok rapaceum), yang membentuk umbi di
permukaan tanah; biasanya digunakan dalam sup, dibuat semur, atau schnitzel. Umbi
ini kaya provitamin A dan K.
Kegunaan
Seledri adalah tumbuhan serbaguna, terutama sebagai sayuran dan obat-obatan. Sebagai
sayuran, daun, tangkai daun, dan umbi sebagai campuran sup. Daun juga dipakai sebagai
lalap, atau dipotong kecil-kecil lalu ditaburkan di atas sup bakso, soto, macam-macam sup
lainnya, atau juga bubur ayam.
Seledri (terutama buahnya) sebagai bahan obat telah disebut-sebut oleh Dioskurides serta
Theoprastus dari masa Yunani Klasik dan Romawi sebagai "penyejuk perut". Veleslavin
(1596) memperingatkan agar tidak mengonsumsi seledri terlalu banyak karena dapat
mengurangi air susu. Seledri disebut-sebut sebagai sayuran anti-hipertensi. Fungsi lainnya
adalah sebagai peluruh (diuretika), anti reumatik serta pembangkit nafsu makan
(karminativa). Umbinya memliki khasiat yang mirip dengan daun tetapi digunakan pula
sebagai afrodisiaka (pembangkit gairah seksual).
Namun demikian, seledri berpotensi menimbulkan alergi pada sejumlah orang yang peka.
Penderita radang ginjal tidak dianjurkan mengonsumsinya.
Aromanya yang khas berasal dari sejumlah komponen mudah menguap dari minyak atsiri
yang dikandung[1], paling tinggi pada buahnya yang dikeringkan. Kandungan utamanya adalah
butilftalida dan butilidftalida sebagai pembawa aroma utama. Terdapat juga sejumlah
flavonoid seperti graveobiosid A (1-2%)dan B (0,1 - 0,7%), serta senyawa golongan fenol.
Komponen lainnya apiin, isokuersitrin, furanokumarin, serta isoimperatorin. Kandungan asam
lemak utama dalah asam petroselin (40-60%). Daun dan tangkai daun mengandung steroid
seperti stigmasterol dan sitosterol.
Suatu enzim endonuklease yang disebut Cel1 juga diekstrak dari seledri[2] dan dipakai dalam
suatu teknik biologi molekular yang disebut Tilling.
Rujukan
1. ̂ Hiller K dan Melzig MF 2007. Die große Enzyklopaedie der Arzneipflanzen und
Drogen. Elsevier Spektrum Verlag. Heidelberg. (bagian kandungan bahan)
2. ̂ Oleykowsky CA et al. 1998. Nucleic Acid Research 26:4597-4602.
Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) Orthosiphon aristatus
Orthosiphon aristatus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak
termasuk)
Eudicots
(tidak
termasuk)
Asterids
Ordo: Lamiales
Famili: Lamiaceae
Genus: Orthosiphon
Spesies: O. aristatus
Nama binomial
Orthosiphon aristatus
(Blume) Miq.
Orthosiphon aristatus atau dikenal dengan nama kumis kucing termasuk tanaman dari famili
Lamiaceae/Labiatae[1]. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia yang
mempunyai manfaat dan kegunaan yang cukup banyak dalam menanggulangi berbagai
penyakit.[2]
Ciri-ciri
Kumis kucing termasuk terna tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya dan
tingginya mencapai 2 meter.[2] Batang bersegi empat agak beralur berbulu pendek atau
gundul.[2] Helai daun berbentuk bundar atau lojong, lanset, bundar telur atau belah ketupat
yang dimulai dari pangkalnya.[2] Ciri khas tanaman ada pada bagian bunga yang bersifat
terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung cabang dengan panjang 7-29 cm, ditutupi
oleh bulu pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih; gagang berbulu pendek dan
jarang, panjang 1 mm sampai 6 mm.[2]
Distribusi
Distribusi kumis kucing yaitu di [3]:
ASIA -Iklim subtropis
1. Cina : Cina - Fujian, Guangxi, Hainan, Yunnan
2. Asia Timur : Taiwan
ASIA-Iklim Tropis
1. Indo-Cina: Kamboja; Laos; Myanmar; Thailand; Vietnam
2. Malesia: Indonesia; Malaysia; Papua Nugini; Filipina
AUSTRALASIA: Australia: Australia – Queensland
Kegunaan secara empiris
Kumis kucing bermanfaat untuk menanggulangi berbagai penyakit, misalnya penyakit batu
ginjal, melancarkan pengeluaran urin, mengobati kantung kemih, reumatik dan menurunkan
kadar glukosa darah.[2] Selain bersifat diuretik, kumis kucing juga digunakan sebagai
antibakteri.[2]
Referensi
1. ̂ (en) Orthosiphon aristatus, Taxonomy
2. ^ a b c d e f g Herawaty, Tety dan Ari Novianti. 2006. Kumis Kucing. Badan Pengawas
Obat dan Makanan, Direktorat Obat Aasli Indonesia. Halaman 4-13
3. ̂ (en) Orthosiphon aristatus (Blume) Miq
1. Nama Generik
Amlodipin; sebagai garam amlodipin besilat atau amlodipin asetat.
2. Nama Dagang di Indonesia
Tensivask® (Pfizer), Norvask® (Dexa Medica), Divask® (Kalbe Farma)
3. Indikasi
Amlodipin diindikasikan untuk pengobatan hipertensi, dapat digunakan sebagai agen tunggal
untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar penderita hipertensi. Penderita
hipertensi yang tidak cukup terkontrol jika hanya menggunakan anti hipertensi tunggal akan
sangat menguntungkan dengan pemberian amlodipin yang dikombinasikan dengan diuretik
thiazida, inhibitor β-adrenoreseptor, atau inhibitor angiotensin converting enzyme. Amlodipin
juga diindikasikan untuk pengobatan iskemia myokardial, baik karena obstruksi fixed (angina
stabil), maupun karena vasokonstriksi (angina varian) dari pembuluh darah koroner.
Amlodipin dapat digunankan sebagai monoterapi atau kombinasi dengan obat-obat anti
angina lain, terutama pada penderita angina yang sukar disembuhkan dengan nitrat dan atau
dengan β-blocker pada dosis yang memadai.
4. Kontraindikasi
Amlodipin dikontraindikasikan pada pasien yang sensitif terhadap dihidropiridin.
5. Bentuk sediaan
Amlodipin yang beredar di pasaran semuanya berada dalam bentuk sediaan tablet per oral
dengan kekuatan 5 mg dan 10 mg.
6. Dosis dan Aturan Pakai
Untuk hipertensi dan angina, dosis awal yang biasa digunakan adalah 5 mg satu kali sehari.
Dosis dapat ditingkatkan hingga maksimum 10 mg tergantung respon pasien secara individual
dan tingkat keparahan penyakitnya. Untuk anak-anak, pasien lemah, dan usia lanjut atau
pasien dengan gangguan fungsi hati dapat dimulai dengan dosis 2,5 mg amlodipin satu kali
sehari. Dosis ini juga dapat digunakan ketika amlodipin diberikan bersama anti hipertansi
lain.
7. Efek Samping
Efek samping pada kardiovaskular: Palpitasi; peripheral edema; syncope; takikardi,
bradikardi, dan aritmia. Pada SSP: sakit kepala, pusing, dan kelelahan. Pada kulit: dermatitis,
rash, pruritus, dan urtikaria. Efek pada Saluran pencernaan: mual, nyeri perut, kram, dan tidak
nafsu makan. Efek pada saluran pernafasan: nafas menjadi pendek-pendek, dyspnea, dan
wheezing. Efek samping lain: Flushing, nyeri otot, dan nyeri atau inflamasi. Pada penelitian
klinis dengan kontrol plasebo yang mencakup penderita hipertensi dan angina, efek samping
yang umum terjadi adalah sakit kepala, edema, lelah, flushing, dan pusing.
8. Resiko Khusus
a. Penggunaan pada pasien dengan kegagalan fungsi hatiWaktu paruh eliminasi amlodipin
lebih panjang pada pasien dengan kegagalan fungsi hati dan rekomendasi dosis pada pasien
ini belum ditetapkan. Sebaiknya perlu diberikan perhatian khusus penggunaan amlodipin pada
penderita dengan kegagalan fungsi hati
b. Penggunaan pada wanita hamil dan menyusuiKeamanan penggunaan amlodipin pada
wanita hamil dan menyusui belum dibuktikan. Amlodipin tidak menunjukan toksisitas pada
penelitian reproduktif pada hewan uji selain memperpanjang parturisi (proses melahirkan)
pada tikus percobaan yang diberi amlodipin 50 kali dosis maksimum yang direkomendasikan
pada manusia. Berdasarkan hal itu, penggunaan pada wanita hamil dan menyusui hanya
direkomendasikan bila tidak ada alternatif lain yang lebih aman dan bila penyakitnya itu
sendiri membawa resiko yang lebih besar terhadap ibu dan anak