OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap...

60
OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia 2008

Transcript of OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap...

Page 1: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

OUTLOOK

PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

2009

Direktorat Perbankan Syariah

Bank Indonesia

2008

Page 2: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh,

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya kepada kita untuk dapat melalui tahun 2008 dengan baik.

Shalawat serta salam kita sampaikan pula kepada Nabi Muhammad SAW yang

karena tauladannya telah memotivasi kita untuk selalu berada dalam semangat

berbuat kebaikan.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, peluncuran Outlook Perbankan

Syariah Indonesia 2009 diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kinerja

industri perbankan syariah selama tahun 2008 dan indikasi prospek pengembangan

satu tahun kedepan. Tahun 2008 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi

sistem keuangan, baik domestik maupun global. Krisis keuangan yang bermula dari

krisis subprime mortgage telah mengganggu stabilitas sistem keuangan, baik di

negara-negara maju maupun negara berkembang. Pelajaran yang dapat diambil dari

krisis yang terjadi adalah pentingnya penerapan risk management dan good

governance dalam pelaksanaan kegiatan transaksi keuangan. Selain itu, kreasi-

kreasi transaksi keuangan yang mengandung “ketidakpastian” dengan tingkat

spekulasi yang tinggi dapat berakhir dengan keterpurukan sistem keuangan

konvensional sehingga dapat membawa ke dalam resesi ekonomi global.

Krisis keuangan yang terjadi secara global telah memberikan imbas negatif

terhadap ketahanan sistem keuangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang

pada level tertentu juga mempengaruhi perkembangan industri perbankan syariah.

Namun demikian, walaupun menghadapi tekanan yang cukup berarti, industri

perbankan syariah masih dapat mempertahankan tingkat pertumbuhannya yang

ditunjukkan dengan perkembangan Pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga. Hasil

analisis menunjukkan bahwa kegiatan operasional perbankan syariah masih berada

dalam kondisi yang baik. Hal ini tentunya harus dapat dipertahankan dan bahkan

ditingkatkan, khususnya dalam implementasi Good Corporate Governance.

Pada satu tahun mendatang dan tentunya tahun-tahun selanjutnya, kami

berharap industri perbankan syariah dapat terus meningkatkan kontribusinya

terhadap kegiatan pembangunan ekonomi nasional khususnya bagi sektor usaha

mikro, kecil dan menengah, disamping tentunya tetap memperhitungkan kegiatan

usaha sektor korporasi. Semua potensi perkembangan ekonomi, tentunya harus

Page 3: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

ii

didukung oleh peningkatan kemampuan industri perbankan syariah yang akan

datang tersebut. Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan

meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

Harapan tersebut hanya dapat terealisasi apabila industri perbankan syariah

dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memperluas teknologi informasi,

penerapan manajemen risiko dan good corporate governance. Semoga dengan

lindungan dan bimbingan Allah SWT dan dengan semangat pengabdian bagi

pembangunan masyarakat Indonesia yang lebih sejahtera dunia dan akhirat, kita

semua dapat mengoptimalkan semua peran bagi pembangunan industri perbankan

syariah yang efisien, sehat dan menjunjung tinggi nilai yang luhur.

Billahi taufiq wal hidayah, wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Jakarta, November 2008

Direktorat Perbankan Syariah

Ramzi A. Zuhdi

Direktur

Page 4: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

DAFTAR GRAFIK ....................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vi

BAB 1. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah 2008 ................................ 1

1.1. Kegiatan Penelitian ............................................................................................ 1

1.2. Kegiatan Pengembangan .................................................................................. 4

1.3. Kegiatan Pengaturan ......................................................................................... 6

1.4. Kegiatan Pengawasan ..................................................................................... 10

1.5. Kegiatan Perizinan ........................................................................................... 12

1.6. Kegiatan Informasi ........................................................................................... 13

Boks 1.1. Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah .... 14

Boks 1.2. Festival Ekonomi Syariah (FES): Terobosan iB Campaign dan Edukasi

Masyarakat tentang Perbankan Syariah

BAB 2. Perkembangan Perbankan Syariah 2008 ................................................. 16

2.1. Gambaran Umum ............................................................................................. 19

2.2. Penghimpunan Dana........................................................................................ 20

2.3. Penyaluran Dana .............................................................................................. 23

2.4. Profitabilitas dan Permodalan ........................................................................ 25

2.5. Pembiayaan UMKM dan BPRS ...................................................................... 27

Page 5: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

iv

BAB 3. Prospek dan Arah Kebijakan ..................................................................... 30

3.1. Prospek Kondisi Makroekonomi ..................................................................... 30

3.2. Dampak Makroekonomi Terhadap Perbankan Syariah ............................... 32

3.3. Arah Kebijakan .................................................................................................. 38

3.4. Prospek Perbankan Syariah 2009...............................................................40

Boks 3.1. Respon Return dan Bagi Hasil Perbankan Syariah terhadap

Perubahan Suku Bunga Eksternal ........................................................ 44

Lampiran 1a. Daftar Regulasi Perbankan Syariah Tahun 2007 .......................... 48

Lampiran 1b. Daftar Regulasi Perbankan Syariah Tahun 2008 .......................... 50

Lampiran 2. Produk dan Jasa Perbankan Syariah ............................................... 51

Lampiran 3. Indikator Perkembangan Perbankan Syariah ................................. 53

Page 6: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah ................................. 16

Grafik 2.2. Perkembangan DPK Perbankan Syariah ...................................... 17

Grafik 2.3. Pertumbuhan DPK Per Golongan Nasabah ................................. 18

Grafik 2.4. Wilayah Penghimpunan DPK ......................................................... 18

Grafik 2.5. Portofolio DPK Perbankan Syariah ............................................... 19

Grafik 2.6. Proporsi DPK Perbankan Syariah .................................................. 20

Grafik 2.7. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah ......................... 20

Grafik 2.8. Wilayah Penyaluran PYD ................................................................ 21

Grafik 2.9. Perkembangan Kualitas Pembiayaan Perbankan Syariah ......... 21

Grafik 2.10. Pertumbuhan Pembiayaan Per Sektor .......................................... 22

Grafik 2.11. Perkembangan Profitabilitas Perbankan Syariah ....................... 22

Grafik 2.12. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah .................................. 23

Grafik 2.13. Perkembangan Permodalan Perbankan Syariah ......................... 24

Grafik 2.14. Pembiayaan UMKM .......................................................................... 25

Grafik 3.1a. Kinerja Perbankan Nasional .......................................................... 29

Grafik 3.1b. Perkembangan LDR (FDR Syariah) dan NPL (NPF Syariah) ...... 29

Grafik 3.2. Pertumbuhan Aset BS, DPK BS, dan Tingkat Suku Bunga ........ 30

Grafik 3.3 Pertumbuhan Aset, DPK, PYD, PDB, dan Inflasi .......................... 31

Grafik 3.4a. Pertumbuhan PDB dan pertumbuhan portfolio pembiayaan per

sektor ekonomi ................................................................................ 32

Grafik 3.4b. Perbandingan komposisi portfolio bank syariah dan bank

konvensional .................................................................................... 33

Grafik 3.4c. Perbandingan NPF persektor ......................................................... 34

Grafik 3.5. Pertumbuhan aset, PYD, DPK bank syariah

dan pertumbuhan PDB .................................................................... 35

Page 7: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jaringan Kantor .................................................................................... 17

Tabel 2.2. Profil Keuangan BPRS .........................................................................

26

Tabel 3.1. Proyeksi PDB Dunia............................................................................. 27

Tabel 3.2. Proyeksi Pertumbuhan Perbankan Syariah Nasional....................... 38

Page 8: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

1

BAB 1. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah

2008

Sebagai kelanjutan dari program pengembangan perbankan syariah tahun

2007, maka pada tahun 2008 kebijakan pengembangan perbankan syariah nasional

ditandai dengan pelaksanaan beberapa kegiatan yang meliputi bidang-bidang

penelitian, pengaturan dan pengembangan serta perizinan dan pengawasan

perbankan syariah. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk

mendukung pertumbuhan perbankan syariah yang pada gilirannya diharapkan dapat

mendorong pertumbuhan dan perkembangan sektor riil.

1.1. Kegiatan Penelitian

Kegiatan penelitian yang dilakukan selama tahun 2008 difokuskan kepada

penelitian dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan risiko pada perbankan

syariah dan penelitian terhadap upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh perbankan

syariah untuk mendorong pertumbuhan sektor riil dan pasar keuangan syariah.

1.1.1. Penelitian Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pengelolaan Risiko

A. Penerapan Manajemen Risiko Pada Perbankan Syariah

Industri perbankan syariah dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami

perkembangan yang cukup pesat terutama ditunjang oleh inovasi teknologi dan

variasi produk yang semakin kompleks. Perkembangan tersebut menyebabkan risiko

yang dihadapi bank semakin bertambah. Risiko tersebut harus dikelola dengan baik

sehingga dapat terkendali pada batas-batas yang masih dapat diterima bank.

Pada perbankan konvensional, mekanisme pengelolaan risiko tersebut telah

dituangkan dalam bentuk peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu PBI

No.5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 dan SE Ekstern No.5/21/DPNP tanggal 29

September 2003 perihal Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Selama ini

peraturan tersebut menjadi acuan bagi perbankan konvensional dan perbankan

syariah. Namun demikian, pada perbankan syariah terdapat hal-hal yang

memerlukan perlakuan yang berbeda dalam hal pengelolaan risiko terkait dengan

kegiatan operasionalnya. Dalam upaya untuk menjembatani perbedaan tersebut,

Islamic Financial Services Board (IFSB) pada tahun 2005 telah menerbitkan Guiding

Principles of Risk Management for Institutions Offering Only Islamic Financial

Services.

Page 9: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

2

Berkaitan dengan hal-hal tersebut, Bank Indonesia melakukan kajian yang

bertujuan untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi

perbankan syariah dan untuk menganalisis kesenjangan antara praktek manajemen

risiko pada perbankan syariah terhadap pilar-pilar yang telah didefinisikan dalam PBI

No.5/8/PBI/2003 dan SE Ekstern No.5/21/DPNP serta prinsip-prinsip dalam

pedoman manajemen risiko IFSB. Hasil kajian tersebut selanjutnya dijadikan acuan

dalam penyusunan ketentuan manajemen risiko sebagai pedoman bagi perbankan

syariah Indonesia.

B. Pengembangan Instrumen Lindung Nilai Berbasis Syariah

Dalam upaya untuk memposisikan industri perbankan syariah sebagai

fasilitator kegiatan transaksi keuangan yang komprehensif, termasuk fasilitator

kegiatan perdagangan internasional, instrumen lindung nilai yang dapat

meminimalkan pengaruh negatif dari fluktuasi indikator keuangan menjadi sangat

penting. Dibandingkan dengan industri perbankan konvensional, perbankan syariah

masih belum dapat menggunakan instrumen lindung nilai yang ada seperti forward,

future, options dan swap. Dari sudut pandang syariah, instrumen-instrumen tersebut

diindikasikan mengandung unsur gharar (ketidakjelasan), riba (transaksi berbasis

bunga) dan maysir (transaksi spekulatif) yang tidak diperkenankan dalam prinsip

syariah. Oleh karena itu secara praktis, perbankan syariah belum dapat

mengimplementasikan manajemen risiko yang efisien khususnya yang terkait

dengan fluktuasi nilai tukar.

Hal ini mendorong upaya untuk mencari solusi yang dapat digunakan untuk

mengisi kekosongan di dalam pengelolaan risiko nilai tukar bagi bank syariah.

Adapun yang menjadi permasalahan utama dalam instrumen lindung nilai yang ada

adalah tidak diperkenankannya : 1) penetapan harga premium dengan basis bunga;

2) penetapan nilai jual valuta saat ini untuk penyerahan dimasa yang akan datang;

dan 3) jual beli instrumen berbasis utang.

Berdasarkan hasil kajian awal yang dilakukan terdapat beberapa prinsip

syariah yang memungkinkan untuk diimplementasikan dalam instrumen lindung nilai

pada perbankan syariah, antara lain dengan menggunakan prinsip risk sharing

berdasarkan akad kafalah, terutama untuk skema penjaminan nilai tukar, dan

menggunakan prinsip kemitraan berdasarkan akad mudharabah dan musyarakah

untuk skema investasi dalam bentuk Islamic hedge fund.

Namun demikian, dalam fase sebelum terwujudnya Islamic hedge fund yang

menurut kaidah syariah dikategorikan sebagai kondisi darurat karena adanya

Page 10: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

3

kebutuhan mendesak (lil hajah) yang tidak dapat dihindari, bank syariah untuk

sementara waktu dapat mengaplikasikan instrumen lindung nilai dalam bentuk

forward agreement yang terbatas. Penggunaan instrumen lindung nilai tersebut

hanya untuk mengelola risiko nilai tukar pada sisi aktiva neraca bank syariah

khususnya transaksi perdagangan internasional (trade finance) dalam valuta asing

sesuai dengan substansi fatwa DSN-MUI No.28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual Beli

mata uang (Al-Sharf). Agar kegiatan trade finance yang dilakukan terhindar dari

unsur riba, maysir, dan gharar serta dapat diaplikasikan secara operasional maka

diperlukan kajian yang lebih mendalam untuk menetapkan instrumen hedging dan

mekanisme kegiatan Islamic hedge fund yang memenuhi prinsip syariah.

1.1.2. Penelitian Terhadap Upaya Perbankan Syariah Untuk Mendorong

Pertumbuhan Sektor Riil dan Pasar Keuangan Syariah

A. Kajian Model Pembiayaan Syariah Untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) Di Sektor Pertanian

Industri pertanian merupakan salah satu jenis industri yang telah ditetapkan

sebagai industri andalan oleh pemerintah dalam menopang pertumbuhan ekonomi

nasional dan menjaga kesinambungan swasembada pangan. Hal itu telah

mendorong keinginan industri perbankan syariah untuk dapat lebih berperan serta di

dalam implementasi program tersebut. Berdasarkan data yang didapat mengenai

struktur industri pertanian, UMKM memiliki peran yang sangat penting dari sisi

penyerapan tenaga kerja.

Namun demikian, kontribusi industri pertanian terhadap output yang

dihasilkan mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh lebarnya expectation

gap dari sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi permintaan, fakta menunjukkan

bahwa sektor-sektor pendukung efisiensi produksi seperti kualitas sumber daya

insani, kualitas produksi dan rantai distribusi dan pemasaran masih menjadi kendala

dalam menentukan tingkat layak pembiayaan (bankability) dari petani. Dari sisi

penawaran telah ditunjukkan bahwa persepsi risiko yang terbangun dalam industri

perbankan syariah terhadap sektor pertanian masih berada pada tingkat yang terlalu

tinggi. Penelitian yang dilakukan merekomendasikan bahwa pembangunan industri

pertanian, khususnya pada sektor UMKM, harus dilakukan secara terintegrasi dan

melibatkan berbagai sektor pendukung selain mendorong ketersediaan modal dari

perbankan syariah.

Page 11: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

4

B. Kajian Pengembangan Pasar Keuangan Syariah

Kajian pengembangan pasar keuangan syariah meliputi penyusunan konsep

dan instrumen keuangan yang dapat digunakan bagi otoritas moneter dalam

pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dalam dual banking system. Sejalan

dengan upaya implementasi Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI),

penelitian juga diarahkan bagi penyusunan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia

(AKSI). Untuk mengantisipasi semakin meningkatnya persaingan ditingkat

internasional sebagai implikasi rencana penerapan komitmen pasar bersama dalam

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kegiatan penelitian juga mencakup rekomendasi

terhadap langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh otoritas pengawasan dan

pelaku pasar.

1.2. Kegiatan Pengembangan

Fokus kegiatan pengembangan perbankan syariah pada periode ini

diarahkan untuk pencapaian target kuantitatif melalui berbagai paket kebijakan dan

program inisiatif yang dapat mendorong pertumbuhan industri secara signifikan.

Dari kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

program edukasi publik bagi proses pengenalan perbankan syariah memerlukan

bukti nyata kualitas pelayanan sesuai dengan nilai-nilai yang ditawarkan. Selain itu,

program edukasi publik yang efektif dan efisien bergantung pada strategi

pemanfaatan media masa yang dapat menyampaikan informasi mengenai

keunggulan layanan perbankan syariah diantaranya melalui ragam produk dan

jangkauan layanan (outreach).

1.2.1. Program iB Marketing Campaign 2008

Dalam Festival Ekonomi Syariah yang diselenggarakan pada tanggal 19

Januari 2008, Dewan Gubernur Bank Indonesia secara resmi telah meluncurkan

program iB Marketing Campaign 2008 dan mencanangkan inisiatif penyusunan

Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Program tersebut terdiri

dari rangkaian kegiatan komunikasi/sosialisasi dalam rangka meningkatkan public

awareness, yang melibatkan Bank Indonesia dan pelaku perbankan syariah. Dengan

adanya program ini diharapkan terjadi keselarasan dan sinergi antara kebijakan dan

program Bank Indonesia dengan industri dalam meningkatkan public awareness

mengenai bank syariah.

Page 12: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

5

1.2.2. Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah

Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah merupakan salah

satu langkah yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menempatkan industri

perbankan syariah sebagai pendamping industri perbankan konvensional dalam

menopang proses pembangunan ekonomi secara berkesinambungan. Untuk

mencapai hal tersebut, Bank Indonesia telah menetapkan visi baru perbankan

syariah di Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN pada tahun

2010. Implementasi grand strategy ditetapkan secara bertahap yang terdiri dari tiga

fase pencapaian sebagai berikut:

o Fase I (2008): “Membangun Pemahaman Perbankan Syariah Sebagai

Beyond Banking ”

o Fase II (2009): “Menjadikan Perbankan Syariah Indonesia Sebagai

Perbankan Syariah Paling Atraktif di ASEAN”

o Fase III (2010): “Menjadikan Perbankan Syariah Indonesia Sebagai

Perbankan Syariah Terkemuka di ASEAN”

Melalui program grand strategy yang diterapkan, tema komunikasi telah bergeser

dari asset share ke industrial growth, yang ditopang oleh kualitas operasional yang

semakin efisien dan kompetitif baik dalam pasar domestik maupun global.

Target-target pencapaian yang telah ditetapkan akan dicapai melalui

beberapa program kegiatan yang meliputi:

(1) Program Pencitraan Baru Perbankan Syariah

Memposisikan perbankan syariah sebagai “perbankan yang saling

menguntungkan kedua belah pihak” dan menempatkan citra perbankan syariah

”lebih dari sekedar bank” (beyond banking).

(2) Program Pengembangan Segmen Pasar Perbankan Syariah

Upaya reposisi perbankan syariah yang menawarkan kemudahan dan manfaat

khusus produk perbankan syariah kepada konsumen. Pelaku perbankan syariah,

akan dipandu oleh hasil pemetaan segmentasi konsumen perbankan syariah

berdasarkan persepsi umum mengenai perbankan dan nilai psikografis.

(3) Program pengembangan produk.

Peningkatan variasi produk berdasarkan hasil perumusan keunikan dan value

proposition produk dan jasa perbankan syariah bagi masyarakat. Upaya tersebut

memperhatikan perkembangan internasional dalam hal produk dan jasa,

membuka kepemilikan asing bank syariah yang akan mendorong pengembangan

Page 13: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

6

produk bertaraf internasional, pembuatan clearing house, dan streamlining

proses perizinan produk.

(4) Program peningkatan pelayanan.

Upaya yang dilakukan secara berkesinambungan dalam memperkecil gap

expectancy dan sebagai layanan yang handal bagi semua pihak. Orientasi

peningkatan pelayanan mengadopsi konsep Service Excellence berdasarkan

dimensi RATER (Reliability, Assurance, Tangibility, Emphaty, Responsiveness).

(5) Program sosialisasi dan komunikasi terhadap stakeholders yang terkait

secara langsung maupun tidak langsung untuk pengembangan pasar.

Penerapan konsep customized communication bagi setiap segmen yang

bertujuan mendorong konsep komunikasi yang kreatif untuk menarik nasabah

dalam mengetahui lebih lanjut mengenai konsep perbankan syariah dan

manfaatnya.

1.3. Kegiatan Pengaturan

Kebijakan pengaturan selama tahun 2008 diarahkan pada upaya untuk

mengantisipasi perkembangan yang terjadi pada area perpajakan dan perundang-

undangan yang terkait dengan perbankan syariah, yaitu Undang-Undang No. 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan Undang-Undang No.19 Tahun 2008

tentang Surat Berharga Syariah Negara. Sebagai tindak lanjut amanat Undang-

Undang dimaksud, Bank Indonesia mengeluarkan beberapa ketentuan baru dan

menyempurnakan berbagai ketentuan yang telah dikeluarkan sebelumnya.

Krisis keuangan global yang dipicu oleh krisis keuangan di Amerika Serikat,

baik secara langsung maupun tidak langsung, telah mempengaruhi sistem keuangan

Indonesia termasuk di dalamnya sistem perbankan. Bank syariah sebagai bagian

dari sistem perbankan di Indonesia juga perlu mengantisipasi dampak lanjutan yang

dapat ditimbulkan akibat krisis keuangan global tersebut. Untuk mengantisipasi

dampak lanjutan krisis global tersebut, Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan

melakukan berbagai penyesuaian ketentuan termasuk yang selama ini diberlakukan

terhadap bank syariah.

1.3.1 Penyusunan Ketentuan Terkait Kelembagaan dan Prinsip Kehati-hatian

1. PBI No.10/16/PBI/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan

Page 14: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

7

Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank

Syariah.

Dalam ketentuan ini ditegaskan bahwa kegiatan usaha penghimpunan dan

penyaluran dana serta pelayanan jasa yang dilakukan oleh perbankan

syariah merupakan jasa perbankan. PBI ini diharapkan dapat memberikan

kepastian dan kejelasan hukum bagi semua pihak bahwa produk perbankan

syariah termasuk “jasa perbankan” yang merupakan salah satu jenis jasa

yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah RI No.144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa

yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

2. PBI No. 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah.

Dalam ketentuan sebelumnya, mekanisme pengeluaran produk baru

dilakukan dengan persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Dalam

PBI terbaru ini, mekanisme pengeluaran produk baru dapat dilakukan melalui

mekanisme lapor, sepanjang produk baru tersebut memiliki karakteristik yang

sama dengan produk yang terdapat dalam Buku Kodifikasi Produk Perbankan

Syariah. Buku Kodifikasi Produk Perbankan Syariah dimaksud ditetapkan

dalam Surat Edaran Bank Indonesia dan akan terus disesuaikan dengan

perkembangan produk perbankan syariah. PBI ini mulai berlaku sejak tanggal

25 September 2008.

3. PBI No.10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank

Syariah Dan Unit Usaha Syariah.

Ketentuan ini disusun mengingat pengaturan mengenai restrukturisasi

pembiayaan bank syariah yang ada masih mengacu kepada ketentuan

mengenai restrukturisasi kredit yang belum sesuai dengan karakteristik

produk yang dimiliki perbankan syariah. Dengan demikian, diharapkan PBI ini

dapat memberikan pedoman yang lebih jelas bagi industri perbankan syariah

dalam melakukan restrukturisasi pembiayaannya sesuai karakteristik produk

perbankan syariah tersebut. PBI ini mulai berlaku sejak tanggal 25

September 2008.

4. PBI tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bagi Bank

Syariah dan Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah.

Ketentuan mengenai pelaksanaan GCG bagi Bank Umum telah diatur dalam

PBI No.8/4/PBI/2006 dimana PBI tersebut juga berlaku bagi Bank Umum

Page 15: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

8

Syariah. Namun mengingat bahwa bank syariah mempunyai beberapa

karakteristik khusus yang terkait dengan pelaksanaan sharia governance

maka diperlukan adanya pengaturan tersendiri bagi Bank Syariah dan Bank

Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah, yaitu antara lain

pelaksanaan pemenuhan prinsip syariah dalam kegiatan operasional bank

serta pengaturan mengenai Dewan Pengawas Syariah. Khusus untuk Bank

Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah, pengaturan

mengenai sharia governance mencakup juga pimpinan Unit Usaha Syariah.

Penyusunan PBI mengenai hal ini masih berada dalam proses penyelesaian.

5. PBI tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) bagi Bank

Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Sampai saat ini, bank syariah masih mengacu kepada ketentuan Fit and

Proper Test yang berlaku umum bagi Bank Umum dan BPR. Namun

demikian, mengingat pengetahuan, pemahaman, dan kepatuhan terhadap

prinsip syariah merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh bankir syariah

(pemegang saham, anggota dewan komisaris, anggota direksi dan pejabat

eksekutif), maka ketentuan tersebut harus disempurnakan untuk

meminimalkan risiko reputasi bagi bank syariah. Khusus untuk Bank Umum

Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah, pelaksanaan Fit and Proper

Test juga berlaku bagi pimpinan Unit Usaha Syariah. Penyusunan PBI

mengenai hal ini masih berada dalam proses penyelesaian.

1.3.2 Penyusunan Ketentuan Dalam Rangka Pelaksanaan Undang-Undang

No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan Undang-Undang

No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

1. PBI No. 10/24/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank

Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Dalam rangka meningkatkan perkembangan sektor keuangan dan

mendukung pengembangan surat berharga syariah di Indonesia, perlu

dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai penilaian kualitas aktiva

untuk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Penyempurnaan

ketentuan tersebut terkait dengan penambahan kategori penempatan surat

berharga syariah yang sebelumnya hanya untuk dimiliki hingga jatuh tempo

(hold to maturity), menjadi dapat pula dipindahtangankan, yaitu tersedia untuk

dijual (available for sale) dan diperdagangkan (trading). PBI ini berlaku sejak

tanggal 16 Oktober 2008.

Page 16: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

9

2. PBI tentang Komite Perbankan Syariah

Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah, Bank Indonesia diberi tugas untuk membentuk Komite Perbankan

Syariah yang beranggotakan para ahli syariah dari unsur Bank Indonesia,

Departemen Agama dan masyarakat lainnya. Fungsi dari Komite Perbankan

Syariah adalah memberi masukan kepada Bank Indonesia dalam rangka

implementasi fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia

(MUI) ke dalam ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

Penyusunan PBI mengenai hal ini masih berada dalam proses penyelesaian.

3. Beberapa ketentuan terkait kelembagaan antara lain tentang Bank Umum

Syariah, Unit Usaha Syariah (termasuk tata cara spin off), Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah, dan Konversi Bank Konvensional menjadi Bank Syariah,

masih dalam proses pembahasan dan diharapkan pada akhir tahun 2008

keempat ketentuan kelembagaan tersebut dapat dikeluarkan. Adapun latar

belakang dari penyusunan dan penyempurnaan ketentuan-ketentuan tersebut

adalah dalam rangka mengakomodasi beberapa ketentuan yang berbeda

maupun hal baru yang diatur dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008

tentang Perbankan Syariah. Hal-hal yang baru dan berbeda yang diatur

dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dapat

dilihat dalam Boks 1.1.

1.3.3 Penyusunan Ketentuan Terkait Krisis Keuangan Global

1. PBI No. 10/23/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor 6/21/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum Dalam Rupiah

Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Prinsip Syariah.

Krisis yang terjadi pada sistem keuangan global berpotensi untuk

memberikan dampak negatif terhadap sistem keuangan dan perbankan

nasional, termasuk perbankan syariah. Berkaitan dengan hal itu diperlukan

langkah antisipasi untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem

keuangan dan perbankan nasional melalui ketersediaan dana (likuiditas)

yang cukup, baik bagi pelaku perbankan maupun pelaku perekonomian di

Indonesia. Pengendalian likuiditas melalui penyesuaian instrumen moneter

bank sentral berupa Giro Wajib Minimum merupakan salah satu pilihan untuk

menjaga ketersediaan likuiditas baik Rupiah maupun Valuta Asing bagi

pelaku perbankan di Indonesia. Jumlah penyediaan Giro Wajib Minimum

Page 17: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

10

dalam Valuta Asing bagi perbankan syariah diturunkan dari semula sebesar

3% (tiga persen) dari jumlah Dana Pihak Ketiga dalam valuta asing menjadi

1% (satu persen). Ketentuan ini berlaku surut sejak 13 Oktober 2008.

2. Peraturan Bank Indonesia mengenai Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek

Syariah

Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Syariah (FPJPS) akan disempurnakan

terkait dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang (Perpu) Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang

Bank Indonesia. Berdasarkan Perpu tersebut diatur bahwa sehubungan

dengan telah terjadi krisis ekonomi secara global yang mempengaruhi

stabilitas sistem keuangan, diperlukan upaya untuk menjaga kepercayaan

masyarakat terhadap perbankan. Dalam rangka menjaga kepercayaan

masyarakat terhadap perbankan perlu dilakukan perubahan terhadap

ketentuan yang mengatur mengenai pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

dari Bank Indonesia kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan

jangka pendek bank syariah. Beberapa hal yang disempurnakan dalam PBI

FPJPS tersebut antara lain perluasan agunan dan perubahan akad.

Perluasan agunan yaitu dari semula hanya surat berharga yang diterbitkan

oleh Bank Indonesia (SBI Syariah) dan Pemerintah (SBSN) ditambah dengan

surat berharga syariah yang diterbitkan pihak lain dan aset pembiayaan

dengan kolektibilitas lancar, sedangkan perubahan akad yaitu dari

mudharabah menjadi kafalah bil ujroh. Penyesuaian ketentuan mengenai hal

ini masih berada dalam proses penyelesaian.

1.4. Kegiatan Pengawasan

Kegiatan pengawasan selama tahun 2008 yang dilakukan oleh Bank

Indonesia diarahkan pada penguatan sistem perbankan syariah dengan

memperhatikan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Penerapan Pengawasan Berdasarkan Risiko.

Kerangka kerja pengawasan berdasarkan risiko sejalan dengan pendekatan

pengawasan bank yang dilakukan kepada seluruh perbankan di Indonesia dan di

negara-negara lain. Pendekatan ini memungkinkan Bank Indonesia

melaksanakan tanggung jawab yang telah ditetapkan oleh Undang-undang dan

prinsip pengawasan bank dalam Basel Core Principles (BCP), yang lebih

mengarah kepada pengukuran kepatuhan bank dalam menerapkan prinsip-

Page 18: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

11

prinsip perbankan yang sehat melalui penerapan manajemen risiko serta

pengukuran profil risiko bank.

Untuk mengukur kepatuhan terhadap penerapan kaidah manajemen risiko, Bank

Indonesia telah mengeluarkan Pedoman Penerapan Manajemen Risiko yang

berlaku untuk seluruh bank termasuk perbankan syariah, sedangkan pengukuran

profil risiko mengacu kepada standar metodologi dari Bank for International

Settlement (BIS) dan praktek yang diterapkan secara internasional. Dalam setiap

periode pengawasan, Bank Indonesia melakukan penilaian profil risiko,

menggunakan perangkat pengawasan, mengambil tindakan pengawasan yang

tepat dan menetapkan status pengawasan, serta melakukan evaluasi formal.

Meningkatnya ketahanan perbankan terhadap risiko akan merefleksikan

peningkatan efektivitas fungsi pengawasan.

2. Evaluasi Penerapan Good Corporate Governance (GCG)

Untuk meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders dan

meningkatkan kepatuhan terhadap nilai-nilai etika (code of conduct), bank wajib

melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada 5 (lima) prinsip

dasar GCG, yakni transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,

independensi, dan kewajaran. Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas

pelaksanaan GCG tersebut, bank diwajibkan secara berkala melakukan self

assessment terhadap kecukupan pelaksanaan GCG dan menyusun laporan

pelaksanaannya, sehingga apabila masih terdapat kekurangan-kekurangan maka

dapat segera dilakukan tindakan korektif yang diperlukan serta diharapkan akan

tercipta social control oleh masyarakat (stakeholders).

3. Penilaian Atas Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (KYC-Know Your

Customers) dan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)

Bank Indonesia melakukan penilaian penerapan KYC dan UU TPPU oleh bank

yang akan diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum

khususnya faktor Manajemen. Penilaian dilakukan dengan cakupan meliputi

pengawasan aktif dewan komisaris, kebijakan dan prosedur, pengendalian intern

dan fungsi audit intern, sistem informasi manajemen, serta sumber daya manusia

dan pelatihan.

4. Peningkatan Kompetensi Pengawas dan Pengembangan Sistem Informasi

Pendukung Pengawasan

Untuk mendukung efektivitas pengawasan, peningkatan kompetensi pengawas

terus dilakukan melalui program pendidikan yang berkelanjutan berupa pelatihan,

Page 19: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

12

seminar, dan program sertifikasi perbankan. Pengembangan sistem informasi

terus diupayakan untuk mendukung pelaksanaan tugas pengawasan terutama

pengembangan dan penyempurnaan program Sistem Pengawasan (SIMWAS)

Syariah khususnya modul Tingkat Kesehatan (TKS) dan modul penilaian profil

risiko bank.

5. Langkah-langkah Antisipasi Imbas Negatif Sistem Keuangan Global

Perbankan syariah sebagai bagian dari industri perbankan nasional yang pada

saat ini sedang mengalami tekanan likuiditas, telah juga memperoleh imbas yang

tercermin dari meningkatnya shortage likuiditas bank-bank syariah dari hari ke

hari. Sebagai upaya untuk mengatasi hal tersebut, bank-bank syariah umumnya

telah mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risiko yang timbul akibat

adanya permasalahan tersebut antara lain dengan cara menekan laju

pertumbuhan pembiayaan, memperketat persyaratan persetujuan dan pencairan

pembiayaan, menurunkan nisbah bagi hasil dana pihak ketiga yang menjadi porsi

bank sebagai langkah untuk mempertahankan deposan, dan mengupayakan

penambahan modal dari pemegang saham

1.5. Kegiatan Perizinan

1.5.1 Perizinan Kelembagaan Yang Dikeluarkan Tahun 2008

Sepanjang tahun 2008, outreach perbankan syariah telah mengalami

penambahan berupa 2 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 17 BPR Syariah. Selain itu,

jumlah Bank Umum Syariah (BUS) pada akhir tahun 2008 telah bertambah sebanyak

2 bank yaitu PT Bank Syariah BRI dan PT Bank Syariah Bukopin. Jaringan kantor

perbankan syariah pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang cukup signifikan

yaitu sebanyak 130 kantor (termasuk kantor pusat BPR Syariah).

Dalam pengembangan jaringan kantor, pada tahun 2008 UUS masih

menitikberatkan pada pembukaan layanan syariah di kantor-kantor konvensionalnya.

Hal ini tercermin dari bertambahnya jumlah UUS yang mempunyai layanan syariah

dan peningkatan jumlah layanan syariah. Pada tahun 2008 tercatat sebanyak 19

UUS yang telah mempunyai layanan syariah dibandingkan pada tahun 2007 yang

sebanyak 17 UUS. Jumlah layanan syariah meningkat sebanyak 245 layanan pada

tahun 2008.

1.5.2 Perizinan Produk Yg Dikeluarkan Tahun 2008

Produk perbankan syariah yang dikembangkan pada tahun 2008 masih relatif

sama dengan produk perbankan syariah pada tahun 2007. Produk-produk baru yang

Page 20: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

13

dikeluarkan perbankan syariah pada tahun 2008 lebih banyak berupa variasi

pengembangan dari produk-produk yang sudah ada sebelumnya, seperti produk

kartu pembiayaan syariah iB atau Islamic card iB, produk investasi emas iB,

tabungan iB untuk anak, pembiayaan iB dalam US dollar (akad mudharabah atau

musyarakah), pembiayaan iB yang dilakukan secara sindikasi on Balance Sheet

(akad Mudaharabah Muqayadah).

1.6. Kegiatan Informasi

Sejalan dengan semakin luas dan kompleksnya tugas pengawasan serta

guna mendukung pengawasan bank yang mengadopsi pengawasan berbasis risiko,

diperlukan dukungan teknologi informasi yang memadai. Pengembangan sistem

informasi diarahkan untuk dapat mengotomasikan kegiatan pengawasan baik

meliputi pengumpulan, perhitungan dan penyajian data/informasi, menciptakan pusat

informasi yang terpadu sehingga setiap saat tersedia informasi yang mendukung

tugas-tugas pengawasan, pengaturan dan pengembangan perbankan syariah.

Dengan tersedianya informasi mengenai kondisi bank secara lengkap, akurat serta

tepat waktu diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengawasan bank syariah

yang pada akhirnya dapat mewujudkan sistem perbankan syariah yang sehat.

Pada tahun 2008 telah diimplementasikan Sistem Informasi Manajemen

Pengawasan (SIMWAS) untuk bank umum syariah dan BPRS berupa modul Tingkat

Kesehatan. Untuk melengkapi kedua aplikasi SIMWAS tersebut, pada tahun 2008

dikembangkan modul Data Pokok, sedangkan untuk modul risk profile akan

dikembangkan menunggu hasil kajian risk profile. Untuk SIMWAS BPRS

direncanakan akan ditambahkan 6 modul antara lain modul Perizinan, modul Data

Pokok, modul Analisa Laporan, modul Fit and Proper Test dan modul status bank.

Pengembangan beberapa modul tersebut di atas diharapkan dapat selesai dan

diimplementasikan pada tahun 2009.

Page 21: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

14

Boks 1.1. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah telah

disahkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Juli 2008. Dengan

diberlakukannya Undang-Undang yang terdiri dari 13 Bab dan 70 Pasal ini maka

keberadaan bank syariah di tanah air semakin memiliki landasan hukum yang lebih

jelas. Dalam Undang-Undang ini terdapat beberapa ketentuan yang belum diatur

dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang wajib dipenuhi

oleh bank-bank syariah dengan masa transisi paling lama 1 tahun sejak mulai

berlakunya Undang-Undang ini.

Beberapa ketentuan baru yang diatur dalam Undang-Undang ini antara lain:

Istilah BPRS yang sebelumnya merupakan singkatan dari “Bank Perkreditan

Rakyat Syariah” menjadi “Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”.

Ditegaskannya Asas Perbankan Syariah dalam kegiatan operasionalnya yang

mencakup prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.

Ditegaskannya pengertian ”kegiatan usaha yang berasaskan prinsip syariah”,

yaitu kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur riba, maysir, gharar, haram,

dan zalim.

Ditegaskannya Tujuan Perbankan Syariah yaitu menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan

pemerataan kesejahteraan rakyat dengan tetap berpegang pada Prinsip Syariah

secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah).

Diperkenankannya bank syariah dan UUS menjalankan fungsi sosial sebagai

lembaga Baitul Mal yaitu menerima zakat, infaq, sedekah, hibah atau dana sosial

lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat, serta

menghimpun dana sosial dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada

pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).

Ditetapkannnya ketentuan mengenai spin off yang mencakup spin off sukarela

dan spin off wajib. Dalam spin off wajib, Bank Umum Konvensional (BUK) yang

memiliki UUS dengan nilai aset mencapai minimal 50% dari total nilai aset bank

induknya atau 15 tahun sejak berlakunya UU ini, wajib melakukan pemisahan

UUS tersebut menjadi BUS.

Ditetapkannya ketentuan mengenai merger dan konsolidasi yang mengatur

bahwa apabila terjadi penggabungan atau peleburan bank syariah dengan bank

lainnya maka bank hasil penggabungan atau peleburan tersebut wajib menjadi

bank syariah.

Page 22: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

15

Ditetapkannya ketentuan mengenai pembentukan Komite Perbankan Syariah

yang oleh Bank Indonesia dalam rangka penyusunan Peraturan Bank Indonesia

(PBI).

Ditegaskannya ketentuan mengenai kewajiban bank syariah dan BUK yang

memiliki UUS untuk membentuk Dewan Pengawas Syariah yang diangkat oleh

RUPS atas rekomendasi MUI.

Ditetapkannya ketentuan yang memberikan wewenang tambahan kepada bank

Indonesia untuk dapat melakukan pemeriksaaan dan pengambilan data/dokumen

dari setiap tempat yang terkait dengan bank dan dari setiap pihak yang menurut

penilaian Bank Indonesia memiliki pengaruh terhadap bank, serta dapat

memerintahkan Bank melakukan pemblokiran rekening tertentu, baik rekening

simpanan maupun rekening pembiayaan.

Ditegaskannya ketentuan mengenai penyelesaian sengketa Perbankan Syariah

yang dapat dilakukan melalui tahap sebagai berikut:

o proses musyawarah untuk mencapai mufakat antara bank syariah dengan

nasabahnya;

o apabila penyelesiaian secara musyawarah dan mufakat tidak tercapai maka

dapat diselesaikan dengan melalui fungsi mediasi Bank Indonesia dan

selanjutnya juga dapat melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional

(BASYARNAS);

o apabila penyelesaian melalui BASYARNAS juga tidak dapat tercapai, maka

penyelesaian dilakukan melalui pengadilan dalam lingkungan Peradilan

Agama;

o dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain

Peradilan Agama, penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi

perjanjian (akad).

Page 23: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

16

Boks. 1.2. Festival Ekonomi Syariah (FES): Terobosan iB Campaign dan Edukasi Masyarakat tentang Perbankan Syariah

Upaya mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah dengan lebih cepat

memerlukan berbagai terobosan kreatif. Hal ini perlu dilakukan baik disisi

penawaran dengan tersedianya jasa perbankan syariah yang menjangkau dan

dapat memenuhi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat, dan yang tak kalah

penting menjamin pertumbuhan permintaan secara berkesinambungan.

Kesinambungan permintaan sangat dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat

dan citra baik mengenai perbankan syariah dan diminimalkannya kesenjangan

antara idealisme konseptual denngan realitas operasi bank syariah Selain itu,

dukungan stakeholders sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing,

seperti pemerintah, organisasi masyarakat, lembaga terkait antara lain dibidang

pendidikan perlu terus ditingkatkan.

Sejalan dengan hal diatas, pada tahun 2008 telah dilaksanakan kegiatan Festival

Ekonomi Syariah (FES) yang merupakan rangkaian kegiatan terpadu yang terdiri

dari pameran (expo) yang melibatkan seluruh pelaku keuangan syariah,

konferensi/seminar, workshop, bazaar intermediasi keuangan, kegiatan-kegiatan

lomba dan seni-budaya nasional untuk mendukung suasana festival, dengan

melibatkan pula berbagai kegiatan usaha sektor riil mitra bank syariah. Suasana

festival dirancangkan untuk meningkatkan efektivitas dengan kehadiran

pengunjung dan perhatian masyarakat yang menjadi potential users khususnya

yang masih belum memiliki pemahaman dan berinteraksi dengan sistem

keuangan syariah. Hal yang dinilai penting dalam kaitan pengembangan

perbankan dan keuangan syariah nasional adalah dukungan pemerintah

sehingga acara FES dirancangkan perlu menghadirkan Kepala Negara berserta

unsur-unsur pemerintahan agar menjadi cerminan keinginan kuat pada level

nasional untuk menumbuhkembangkan perbankan dan keuangan syariah. FES

diharapkan menjadi agenda tahunan dengan sasaran kegiatan yang tetap sama

seperti tersebut diatas, dengan memperhatikan perkembangan industri terkini.

Pelaksanaan kegiatan secara berulang dalam periode tahunan dengan

memanfaatkan momentum tahun baru hijriyah juga diharapkan dapat menjadi

sarana menunjukan perkembangan dan dinamika industri ini dari tahun ke tahun,

serta menjadi forum untuk memberikan apresiasi bagi pelaku industri perbankan

syariah terbaik. Dengan demikian diharapkan tetap tumbuh semangat bertumbuh

dan berlomba dalam kebaikan dalam industri.

Page 24: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

17

Rangkaian kegiatan FES 2008 di Jakarta dilaksanakan selama 5 hari sejak 16

s.d. 20 Januari 2008 dengan tema “Menuju Indonesia Lebih Sejahtera Bersama

Ekonomi Syariah”. Realisasai dan pencapaian kegiatan FES 2008 antara lain

adalah:

1. Opening ceremony dibuka oleh Bapak Presiden RI dan dihadiri oleh 7

menteri terkait, perwakilan lembaga keuangan syariah internasional dan duta

besar, dengan jumlah audiens lebih kurang 2800. Sambutan pengarahan

Presiden sangat jelas memberikan pesan dan arahan baik bagi jajaran

Kabinet maupun pelaku ekonomi untuk menjadikan pengembangan ekonomi

syariah khususnya LKS sebagai salah satu agenda penting dalam

pembangunan nasional, termasuk pula keinginan untuk menjadikan

Indonesia sebagai salah satu pusat keuangan syariah regional dan

internasional.

2. Dalam kegiatan FES 2008 telah ditandatangani 7 MOU, termasuk:

a. MOU rencana pendirian bank syariah baru oleh ICD-IDB dengan

Bank BNI CD-IDB dengan nilai investasi minimal Rp 1 Trilyun;

b. 2 MOU sindikasi pembiayaan pembiayaan syariah dengan total nilai

Rp.810 miliar, yaitu : (i) BMI, BSM, Al-Ijarah Islamic Finance, ILIC

Kuwait untuk PT. Indonesia Air Transport senilai USD 31,0 Juta; dan

(ii) antara 6 Bank yang dipimpin oleh BSM untuk PT. Citra Sari

Makmur senilai Rp.510 miliar;

c. 2 MOU pembiayaan massal usaha kecil, antara BNI Syariah dengan

UMKM di Koja (Rp.12,5 miliar) dan Asosiasi Rantai Pendingin

Indonesia (Rp24 miliar);

d. MOU-MOU kerjasama pengembangan produk seperti penjaminan

dan bancassurance dan mobile banking.

3. FES 2008 diikuti oleh 84 lembaga pada stand pameran, telah terjadi proses

pengenalan yang lebih intens mengenai sistem perbankan/ keuangan syariah.

Estimasi jumlah pengunjung 23.200 orang. Pengunjung FES 2008 telah

membuka lebih dari 1,590 rekening bank syariah baru. Berbagai rangkaian

kegiatan lomba dan pentas seni budaya telah mendapat respond yang

antusias dari masyarakat luas, termasuk kalangan pelajar dan mahasiswa.

4. Kegiatan Seminar 2 hari menghadirkan pembicara dari bank sentral dan LKS

dari negara lain, pakar dan praktisi domestik diikuti oleh lebih dari 275 peserta.

Kegiatan Hermawan Kartajaya’s lecture on syariah marketing yang diberikan

Page 25: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

18

oleh sebagai bagian awal dari rangkaian program “Launching iB (ai-bi)

Marketing Campaign 2008“ diikuti oleh 281 peserta. Kegiatan bedah buku

ekonomi Islam dan juga stand klinik perbankan syariah yang berfungsi

sebagai media interaksi bagi pengusaha yang berkeinginan untuk memperoleh

pembiayaan syariah.

5. DPbS bekerjasama dengan lembaga konsultan telah melaksanakan seleksi

dan penyerahan Shariah Acceleration Award 2008, dengan kategori: Best

Market Share Expansion, Best Outlet Productivity, Best Human Resource

Development.

6. Kegiatan FES 2008 yang diawali pelaksanaannya di Jakarta, 16-20 Januari

2008 dilaksanakan di 6 kota: Palembang, Yogyakarta, Makassar, Surabaya,

Padang dan Balikpapan yang agenda kegiatannya sama dengan FES di

Jakarta, dengan berbagai modifikasi sesuai kekhasan daerah masing-masing.

Memperhatikan bahwa pengembangan perbankan dan keuangan syariah secara

umum merupakan suatu jalan panjang yang memerlukan usaha berkesinambungan,

maka kegiatan FES insya Allah akan dilaksanakan kembali pada tahun 2009 dengan

bentuk yang sama dan berbagai penyesuaian atas dasar evaluasi pelaksanaan yang

lalu dan mencermati dinamika industri saat ini

Page 26: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

19

BAB 2. Perkembangan Perbankan Syariah 2008

2.1. Gambaran Umum

Selama tahun 2008 perkembangan industri perbankan syariah menunjukkan

pertumbuhan aset yang positif ditengah kondisi makroekonomi yang mengalami

tekanan akibat kenaikan harga minyak dunia dan gejolak krisis keuangan global. Dari

sisi mikro internal perbankan syariah, pertumbuhan aset dipengaruhi pula oleh

pertumbuhan pembiayaan yang diberikan dan pertumbuhan dana pihak ketiga.

Tingkat pertumbuhan aset industri mengalami peningkatan hingga triwulan kedua,

namun mengalami perlambatan pada triwulan ketiga (lihat Grafik 2.1).

Grafik 2.1. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

50,000

IV-0

2I-0

3II-

03III-

03

IV-0

3I-0

4II-

04III-

04

IV-0

4I-0

5II-

05III-

05

IV-0

5I-0

6II-

06III-

06

IV-0

6I-0

7II-

07III-

07

IV-0

7I-0

8II-

08III-

08

Miliar Rp

-

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

Persen

Total Aset (aksis kiri)GDPK(yoy)GPYD(yoy)FDRGAsset(yoy)

Dari sisi kelembagaan, jaringan operasional perbankan syariah mengalami

peningkatan jangkauan yang cukup signifikan sampai dengan triwulan ketiga tahun

2008. Outlet pelayanan mengalami penambahan sebanyak 130 kantor cabang dan

jaringan kantor dibawah kantor cabang, baik yang berasal dari BUS dan UUS.

Selanjutnya pada bulan Oktober 2008, terdapat dua BUS yang berdiri yaitu PT. Bank

Syariah BRI dan PT. Bank Syariah Bukopin sehingga total BUS sampai dengan

bulan Oktober tahun 2008 berjumlah lima BUS. Disamping itu, jaringan operasional

perbankan syariah juga diperkuat dengan 1440 kantor cabang bank konvensional

yang memiliki layanan syariah. Secara geografis, penyebaran jaringan kantor

perbankan syariah saat ini telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89

Page 27: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

20

kabupaten/kota di 33 propinsi. Posisi jumlah jaringan kantor secara rinci dapat dilihat

pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jaringan Kantor

Kelompok Bank 2005 I-06 II-06 III-06 IV-06 I-07 II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08

Bank Umum Syariah 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Unit Usaha Syariah 19 19 19 19 20 21 23 25 26 28 28 28

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 92 94 96 105 105 105 107 109 114 117 124 128

Jumlah Kantor BUS & UUS 550 565 577 617 636 657 673 686 711 726 743 841

Jumlah Layanan Syariah - 212 250 419 456 467 983 1053 1195 1256 1364 1440

2.2. Penghimpunan Dana

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah selama tahun

2008 menghadapi tantangan yang cukup berat akibat tekanan daya saing secara

makro. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh penurunan pertumbuhan DPK perbankan

syariah pada triwulan ketiga tahun 2008 sebesar 0,6 % terhadap triwulan yang sama

di tahun 2007 atau menjadi 36,7 % (yoy) (Lihat Grafik 2.2).

Grafik 2.2. Perkembangan DPK Perbankan Syariah

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

I-05 II-05 III-05 IV-05 I-06 II-06 III-06 IV-06 I-07 II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08

(%)

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

Rp

. M

ilia

r

DPK (Aksis Kanan)

GDPK (Aksis Kiri)

GAcc (Aksis Kiri)

Sejalan perlambatan pertumbuhan DPK, pertumbuhan jumlah rekening DPK

juga mengalami perlambatan. Kondisi ini ditunjukkan oleh kecendrungan penurunan

pertumbuhan jumlah rekening DPK dari 46,7% pada triwulan ketiga tahun 2007

menjadi 40,7% pada triwulan ketiga tahun 2008. Kondisi perlambatan pertumbuhan

tersebut sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan DPK jenis giro iB dengan akad

wadiah yang pada akhir triwulan pertama 2008 sempat mengalami penurunan dan

secara bertahap meningkat kembali sampai dengan posisi Mei 2008. Namun sejak

triwulan kedua sampai dengan akhir triwulan ketiga, giro iB dengan akad wadiah

terus mengalami penurunan terutama pada golongan nasabah korporasi inti.

Page 28: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

21

Pertumbuhan giro korporasi iB pada triwulan ketiga tahun 2008 menurun menjadi

3,99% dari sebelumnya sebesar 18,47% pada triwulan ketiga tahun 2007. Hal

tersebut merupakan dampak dari krisis keuangan global sehingga untuk mengatasi

permasalahan modalnya, perusahaan cenderung menarik penempatan dana likuid

dengan return rendah untuk meminimalkan kerugian. Sementara itu, DPK golongan

nasabah individu secara konsisten menunjukkan pertumbuhan yang cenderung

meningkat (lihat Grafik 2.3).

Grafik 2.3. Pertumbuhan DPK Per Golongan Nasabah

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

I-05 II-05 III-05 IV-

05

I-06 II-06 III-06 IV-

06

I-07 II-07 III-07 IV-

07

I-08 II-08 III-08

GDPK Individu

GDPK Korporasi

Dari sisi wilayah penghimpunan DPK, wilayah DKI Jakarta masih memegang

peranan utama dengan porsi mencapai 48,5% dari keseluruhan DPK yang berhasil

dihimpun perbankan syariah sampai dengan triwulan ketiga tahun 2008. Kondisi

tersebut merupakan tantangan bagi perbankan syariah untuk tetap dapat

memperluas segmen pasar penghimpunan DPK terutama nasabah individual yang

pergerakan mutasinya diharapkan lebih stabil sehingga secara keseluruhan dapat

meminimalkan risiko likuiditas bagi perbankan syariah (lihat Grafik 2.4.).

Grafik 2.4. Wilayah Penghimpunan DPK

50.2

%

50.2

%

49.4

%

49.7

%

50.0

%

50.4

%

49.3

%

48.9

%

49.5

%

48.3

%

49.0

%

48.4

%

49.3

%

50.8

%

48.5

%

49.8

%

49.8

%

50.6

%

50.3

%

50.0

%

49.6

%

50.7

%

51.1

%

50.5

%

51.7

%

51.0

%

51.6

%

50.7

%

49.2

%

51.5

%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

I-05 II-05 III-05 IV-

05

I-06 II-06 III-06 IV-

06

I-07 II-07 III-07 IV-

07

I-08 II-08 III-08

DPK Non Jakarta

DPK Jakarta

Page 29: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

22

Sementara itu, portofolio penghimpunan DPK pada perbankan syariah pada

triwulan ketiga tahun 2008 masih didominasi oleh dana investasi tidak terikat yang

terdiri atas tabungan iB dengan akad mudharabah sebesar 34% dan deposito iB

dengan akad mudharabah sebesar 55% (lihat Grafik 2.5.). Dari sisi kepemilikan

dana investasi tidak terikat, sebesar 61,5% merupakan kepemilikan golongan

individu dan sebesar 38,5% kepemilikan golongan korporasi. Kondisi portofolio

tersebut memberikan kemanfaatan bagi bank syariah dalam memitigasi risiko

likuiditasnya terhadap penarikan dana oleh korporasi mengingat dana yang dihimpun

dari korporasi memiliki fluktuasi yang tinggi dengan tingkat sensitivitas yang masih

tinggi terhadap kondisi pasar.

Grafik 2.5. Portofolio DPK Perbankan Syariah

34%

11%

55%

Giro wadiah Tabungan Mudharabah Deposito Mudharabah

Dari sisi komposisi jenis produk DPK perbankan syariah, deposito iB dengan

akad mudharabah berjangka waktu 1 bulan dan tabungan iB dengan akad

mudharabah komposisinya mengalami perkembangan dari triwulan ketiga tahun

2007 sebesar 30,78% dan 30,40% menjadi 38,79% dan 31,65% pada triwulan ketiga

tahun 2008. Kedua produk tersebut secara keseluruhan merupakan bagian terbesar

dari portofolio DPK perbankan syariah. Hal ini merupakan indikasi bahwa preferensi

masyarakat terhadap perbankan syariah masih terbatas sebagai sarana penempatan

dana yang sifatnya likuid namun tetap mempertimbangkan tingkat imbalan, belum

sebagai instrumen investasi dana sehingga perlu menjadi perhatian bagi manajemen

perbankan syariah untuk mengelola potensi risiko likuiditasnya (lihat Grafik 2.6.).

Page 30: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

23

13.46%

0.79%

1.65%

30.40%

30.78%

6.77%

5.72%

10.42%

0.01%

11.35%

1.26%

1.09%

31.65%

38.79%

4.72%

4.91%

6.06%

0.19%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 45.00%

Giro Wadiah

Tabungan Wadiah

Simpanan Wadiah Lain

Tabungan Mudharabah

Deposito 1 Bln

Deposito Mudharabah 3 Bln

Deposito 6 bln

Deposito 12 bln

Deposito >12 Bln III-08

III-07

2.3. Penyaluran Dana

Penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah selama tahun 2008 secara

konsisten terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 17,6% dari

triwulan ketiga tahun 2007 atau menjadi 42,9% pada triwulan ketiga tahun 2008.

Sementara itu, nilai pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai

Rp.37,7 triliun. Pertumbuhan jumlah pembiayaan yang tidak didukung dengan

pertumbuhan DPK secara signifikan menyebabkan financing to deposit ratio (FDR)

mencapai level diatas 100% pada triwulan pelaporan (lihat Grafik 2.7.).

Grafik 2.7. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

I-05 II-05 III-05 IV-05 I-06 II-06 III-06 IV-06 I-07 II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08

Pert

um

bu

han

(%

)

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000P

YD

(M

ilia

r R

up

iah

)PYD GPYD (yoy) GAcc (yoy)

Dari sisi wilayah penyaluran pembiayaan, sampai dengan triwulan ketiga

tahun 2008, perbankan syariah masih terkonsentrasi di wilayah DKI Jakarta dengan

porsi sebesar 47% dari seluruh total pembiayaan perbankan syariah nasional.

Namun, kemanfaatan perbankan syariah dalam menggerakkan perekonomian

daerah diluar wilayah DKI Jakarta belum berjalan optimal meskipun jaringan kantor

telah diperluas pada 33 propinsi. Kondisi ini terlihat dari nominal penghimpunan DPK

Grafik 2.6. Proporsi DPK Perbankan syariah

Page 31: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

24

untuk wilayah DKI Jakarta sebesar ± 49% dari seluruh DPK perbankan syariah,

tetapi disalurkan dalam PYD ke wilayah DKI Jakarta sebesar ± 47 % sehingga hanya

terdapat ± 2% DPK yang terdistribusi ke luar wilayah DKI Jakarta (lihat Grafik 2.8).

Grafik 2.8. Wilayah Penyaluran PYD

47.3

%

46.8

%

44.6

%

50.5

%

46.3

%

45.2

%

44.7

%

49.0

%

51.5

%

47.3

%

47.0

%

48.2

%

48.9

%

48.0

%

47.0

%

52.7

%

53.2

%

55.4

%

49.6

%

53.7

%

54.8

%

55.3

%

51.0

%

48.5

%

52.7

%

53.0

%

51.8

%

51.1

%

52.0

%

53.0

%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

I-05 II-05 III-05 IV-

05

I-06 II-06 III-06 IV-

06

I-07 II-07 III-07 IV-

07

I-08 II-08 III-08

PYD Non Jakarta

PYD Jakarta

Besarnya tekanan terhadap kondisi makroekonomi Indonesia telah menekan

laju pertumbuhan jumlah nasabah pembiayaan sebagaimana terindikasi oleh

pertumbuhan jumlah rekening nasabah pembiayaan pada triwulan ketiga tahun 2008

sebesar 19,7% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada tahun

2007 sebesar 73,6% (yoy).

Grafik 2.9. Perkembangan Kualitas Pembiayaan Perbankan Syariah

-

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

I-05 II- III- IV- I-06 II- III- IV- I-07 II- III- IV- I-08 II- III-

%

(30)

-

30

60

90

120

150

180

%

Rasio NPF (aksis kiri)

PYD (yoy) Aksis Kanan

NPF (yoy) Aksis Kanan

Pertumbuhan pembiayaan diikuti dengan peningkatan kualitas pembiayaan

perbankan syariah. Peningkatan kualitas ini tercermin dari penurunan persentase

non performing financing (NPF) pada triwulan ketiga tahun 2008. Namun demikian,

secara jangka panjang, kualitas pembiayaan perbankan syariah harus diupayakan

untuk terus meningkat sejalan dengan perbaikan kualitas ekposur dalam sistem

Page 32: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

25

perbankan secara nasional. Secara sektoral, pertumbuhan pembiayaan untuk setiap

sektor ekonomi ditunjukkan dalam Grafik 2.10.

Grafik 2.10. Pertumbuhan Pembiayaan Per Sektor

2.4. Profitabilitas dan Permodalan

Secara umum tingkat profitabilitas perbankan syariah mengalami

kecenderungan meningkat dari triwulan pertama tahun 2005 hingga triwulan ketiga

tahun 2008. Kondisi tersebut didukung oleh peningkatan tingkat efisiensi operasional

perbankan syariah.

Grafik 2.11. Perkembangan Profitabilitas Perbankan Syariah

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

100.0%

I-05 II-05 III-05 IV-

05

I-06 II-06 III-06 IV-

06

I-07 II-07 III-07 IV-

07

I-08 II-08 III-08

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

BOPO(Aksis Kiri)

ROE(Aksis Kiri)

ROA(Aksis Kanan)

Perkembangan selama tahun 2008 menunjukkan tingkat profitabilitas (ROE

dan ROA) yang berfluktuasi. Pada triwulan ketiga tahun 2008, ROA perbankan

syariah mencapai 2,5% dan ROE mencapai 76,7% meningkat dibandingkan triwulan

Page 33: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

26

kedua tahun 2008 dimana ROA mencapai 2,1% dan ROE sebesar 57,3%.

Perkembangan tersebut berasal dari peningkatan pendapatan atas pembiayaan

yang dilakukan perbankan syariah pada tahun 2008. Dari sisi efisiensi operasional,

kinerja perbankan syariah mengalami peningkatan sebagaimana ditunjukkan oleh

penurunan rasio BOPO pada triwulan ketiga tahun 2007 sebesar 75% menjadi

73,6% pada triwulan ketiga tahun 2008 (lihat Grafik 2.11). Kedua kondisi tersebut

mendorong peningkatan profitabilitas perbankan syariah pada triwulan pelaporan.

Grafik 2.12. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah

0.0

500.0

1000.0

1500.0

2000.0

2500.0

I-04 II-04 III-04 IV-

04

I-05 II-05 III-05 IV-

05

I-06 II-06 III-06 IV-

06

I-07 II-07 III-07 IV-

07

I-08 II-08 III-08

Milia

r R

up

iah

-50.0

0.0

50.0

100.0

150.0

200.0

250.0

300.0

Milia

r R

up

iah

Pertumbuhan Biaya

Operasional (Aksis kiri)

Pertumbuhan Pendapatan

Operasional Setelah Bagi Hasil

(Aksis Kiri)Pertumbuhan Net Margin

(Aksis Kanan)

Pertumbuhan laba (net margin) perbankan syariah terus menunjukkan

kecenderungan peningkatan. Kontribusi utama dari pendapatan perbankan syariah

dalam menghasilkan laba adalah pendapatan dari piutang murabahah yang

mencapai 45,3% dari seluruh total pendapatan perbankan syariah. Kondisi ini

mencerminkan bahwa kontributor utama pendapatan bank syariah adalah

pendapatan tetap (fixed income).

Sementara itu, selama tahun 2008 kondisi permodalan perbankan syariah

(tier 1) dibandingkan dengan pembiayaan yang diberikan masih tergolong rendah

(dibawah 8%). Oleh karena itu, dalam kondisi pertumbuhan pembiayaan yang

cendrung meningkat cepat, kemampuan modal dalam menyerap risiko akan

cenderung lemah. Untuk itu diperlukan kebijakan manajemen bank atas perlakuan

laba ditahan sebagai tambahan modal disetor termasuk adanya partisipasi aktif dari

pemilik dana untuk memperkuat permodalan bank sehingga dapat meningkatkan

volume usaha.

Page 34: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

27

2.5. Pembiayaan UMKM dan BPRS

UMKM masih memiliki porsi terbesar sebagai sasaran untuk pembiayaan

yang diberikan oleh industri perbankan syariah dengan nominal mencapai Rp27,18

Trilyun (72,13%) sampai dengan posisi September 2008. Sementara itu, pembiayaan

kepada non UMKM mencapai Rp10,5 Trilyun (27,87%). Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa sektor UMKM merupakan potensi pasar yang sangat besar dan

tersebar di seluruh wilayah kota/kabupaten.

Pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah selama tahun 2007 tercatat

sebesar 31,5% dan meningkat hingga posisi September 2008 (ytd) menjadi sebesar

40,1%. Khusus pertumbuhan pembiayaan kepada sektor UMKM mengalami fluktuasi

dimana pertumbuhan tahun 2006 sebesar 45,86% dan mengalami perlambatan pada

tahun 2007 menjadi sebesar 31,56%. Sementara sampai dengan posisi September

2008 (ytd), pertumbuhan pembiayaan UMKM mengalami percepatan kembali

menjadi sebesar 38,91%.

Grafik 2.13. Perkembangan Permodalan Perbankan Syariah

Page 35: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

28

Grafik 2.14. Pembiayaan UMKM

-

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

I-06 II-06 III-06 IV-06 I-07 II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08

-10.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

Pembiayaan UMKM

Pembiayaan Non UMKM

Pertumbuhan UMKM

Sementara itu, total pembiayaan BPRS tercatat sebesar 1,25 Trilyun yang

seluruhnya merupakan pembiayaan kepada UMKM. Sejalan dengan pembiayaan

kepada UMKM, pertumbuhan pembiayaan BPRS mengalami fluktuasi selama 3

tahun terakhir, dimana pada tahun 2006 mencapai sebesar 46,0% dan mengalami

perlambatan pada tahun 2007 menjadi sebesar 38,3%. Namun pada tahun 2008

(posisi bulan September) pembiayaan BPRS kembali meningkat menjadi sebesar

41,8% (ytd).

Pertumbuhan pembiayaan BPRS tersebut lebih besar dibandingkan

pertumbuhan DPK yang mencapai sebesar 26,1% (ytd) dengan total DPK yang

berhasil diserap sebesar Rp.896,91 miliar. Hal tersebut menunjukkan bahwa sumber

dana yang digunakan BPRS untuk pembiayaan tidak hanya berasal dari dana pihak

ketiga namun juga dilengkapi dari dana yang disalurkan oleh bank umum kepada

BPRS melalui program kerjasama.

Dalam hal kualitas pembiayaan, NPF BPRS baik secara gross maupun nett

mengalami penurunan dibandingkan posisi 2007 dengan persentase masing-masing

dari 7,99% menjadi 6,92% dan 6,62% menjadi 5,11% sebagai dampak dari

peningkatan pembiayaan yang cukup signifikan. Secara umum profil kinerja BPRS

dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Profil Keuangan BPRS

Keterangan 2005 2006 2007 I-2008 II-2008 III-2008

Jumlah Kantor 105 105 114 117 124 128

Total Aset 60.497 90.632 1.207.198 1.295.145 1.456.451 1.575.915

Total Pembiayaan 43.591 63.629 879.744 944.412 1.112.763 1.247.657

Total DPK 35.357 53.015 711.250 772.220 865.319 896.909

FDR 123.29% 120.02% 123.69% 122.30% 128.60% 139.11%

NPF (Gross) 10.60% 8.29% 7.99% 7.90% 7.51% 6.92%

Miliar Rp

Jutaan Rupiah

Page 36: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

29

NPF (Netto) 9.47% 7.09% 6.62% 6.44% 5.54% 5.11%

Page 37: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

30

BAB 3. Prospek dan Arah Kebijakan

3.1. Prospek Kondisi Makroekonomi

Krisis keuangan yang berawal dari Amerika Serikat dan berimbas kepada

negara-negara lainnya, telah meluas menjadi krisis ekonomi secara global yang

mulai terasa pada semester kedua tahun 2008. Perlambatan pertumbuhan ekonomi

secara global diperkirakan akan mempengaruhi kinerja perekonomian dalam negeri

di tahun 2009. Melemahnya kondisi perekonomian negara-negara maju sebagai

tujuan utama ekspor negara-negara berkembang seperti Indonesia, akan

mempengaruhi kinerja ekspor nasional yang pada akhirnya diperkirakan akan

berkontribusi pada penurunan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Proyeksi

perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2009 telah diperkirakan oleh IMF

dalam World Economic Outlook sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Proyeksi PDB Dunia

2006 2007 Proyeksi

2008 2009

PDB Dunia 5.1 5 3.9 3

Negara Maju 3 2.6 1.5 0.5

Amerika Serikat 2.8 2 1.6 0.1

Kawasan Eropa 2.8 2.6 1.3 0.2

Jepang 2.4 2.1 0.7 0.5

Negara Maju Lainnya 4.5 4.7 3.1 2.5

Negara Berkembang 7.9 8 6.9 6.1

Afrika 6.1 6.3 5.9 6

Eropa Timur & Tengah 6.7 5.7 4.5 3.4

Negara Commonwealth 8.2 8.6 7.2 5.7

Asia 9.9 10 8.4 7.7

China 11.6 11.9 9.7 9.3

India 9.8 9.3 7.9 6.9

Timur Tengah 5.7 5.9 6.4 5.9 Amerika Latin 5.5 5.6 4.6 3.2

Sumber: IMF, WEO October 2008

Page 38: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

31

Selanjutnya, melemahnya pertumbuhan harga komoditas internasional akibat

penurunan volume perdagangan dunia dan adanya kecenderungan pelemahan nilai

tukar rupiah akibat tingginya faktor risiko, akan semakin menambah tekanan bagi

perekonomian dalam negeri. Walaupun mendapatkan tekanan secara eksternal dan

mengalami perlambatan, laju pertumbuhan ekonomi secara nasional diperkirakan

masih akan terbantu oleh masih cukup kuatnya permintaan domestik yang dimotori

oleh konsumsi swasta yang diharapkan dapat mengurangi pengaruh negatif

penurunan kegiatan perekonomian secara global. Secara khusus, konsumsi swasta

tahun 2009 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja

yang baik ini didukung oleh peningkatan daya beli masyarakat dan bergulirnya

multiplier effect dari kegiatan Pemilu. Faktor pendukung lainnya diperkirakan akan

berasal dari adanya peningkatan Pendapatan Tidak Kena Pajak, pengurangan tarif

pajak bagi UMKM, Wajib Pajak Pribadi dan Badan, serta pajak deviden, dan adanya

peningkatan gaji PNS/TNI/POLRI. Kinerja konsumsi swasta ini diperkirakan juga

akan mendorong kinerja investasi untuk tetap tumbuh tinggi meskipun tidak setinggi

tahun sebelumnya akibat melemahnya pertumbuhan ekspor.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tetap akan dimotori

oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, serta sektor

pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan sektor-sektor ini utamanya didorong

oleh kenaikan daya beli masyarakat sehingga daya serap pasar masih tinggi.

Tingkat inflasi pada tahun 2009 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan

inflasi tahun 2008 yang diperkirakan berada pada kisaran 11,5-12,5%. Kebijakan

Bank Indonesia yang akan difokuskan untuk mengurangi tekanan inflasi melalui

pengoptimalan penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter, diharapkan dapat

membawa inflasi tahun 2009 turun menjadi pada kisaran 6,5-7,5%. Penurunan laju

inflasi ini diperkirakan juga akan didukung oleh adanya kecenderungan penurunan

harga minyak dan komoditas lainnya. Selain itu, dukungan kebijakan Pemerintah

yang diperkirakan akan cenderung melakukan stabilisasi harga terkait pelaksanaan

Pemilu juga akan membantu penurunan laju inflasi.

Sebagai antisipasi dari penurunan kinerja perekonomian global, salah satu

jalan yang dapat diambil oleh pemerintah adalah melakukan upaya-upaya penguatan

sektor riil melalui penyesuaian pada kebijakan fiskal. Dalam hal ini, peran instrumen

pajak dapat menjadi titik sentral dari kebijakan-kebijakan penguatan sektor riil.

Penurunan pajak bagi sektor dan industri strategis dalam mendorong produksi dan

ekspor akan menjadi kebijakan yang mendukung untuk diambil dalam situasi

Page 39: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

32

ekonomi global dengan kecenderungan resesi seperti saat ini. Sebaliknya penurunan

pajak impor barang-barang yang mendorong aktivitas sektor riil seperti impor barang

modal (mesin pabrik dan sejenisnya) juga dimungkinkan untuk dipilih oleh

pemerintah.

3.2. Dampak Makroekonomi Terhadap Perbankan Syariah

Industri perbankan syariah diharapkan tetap akan mengalami pertumbuhan

yang cukup tinggi pada tahun 2009. Proyeksi ini diambil dengan mempertimbangkan

beberapa kondisi: (1) kinerja permintaan domestik masih relatif tinggi di tengah

ketidak-pastian ekonomi global; dan (2) industri perbankan syariah nasional masih

dalam tahapan perkembangan awal dan belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi

dengan sistem keuangan global dan tidak memiliki tingkat sofistikasi transaksi yang

tinggi. Eksposur pembiayaan perbankan syariah yang masih didominasi oleh

pembiayaan pada aktivitas perekonomian domestik, diharapkan masih dapat

bertumbuh dengan cepat sebagaimana kinerja pertumbuhan pembiayaan yang tinggi

sampai akhir tahun 2008 dengan kinerja pembiayaan yang baik (NPF di bawah 5%).

Tingkat pertumbuhan pembiayaan tahunan ditunjukkan dalam Grafik 3.1a dan

Grafik 3.1.b.

Grafik 3.1a. Kinerja Perbankan Nasional

Page 40: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

33

Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dalam periode waktu yang cukup

panjang akan menyebabkan tekanan likuiditas pada sistem perbankan nasional,

termasuk perbankan syariah. Diperkirakan, semakin banyak nasabah korporasi akan

menarik dana sebagai implikasi dari penurunan kondisi usaha. Secara makro,

otoritas moneter akan berusaha mempertahankan nilai tukar untuk mencegah

terjadinya capital outflow yang ditandai oleh peningkatan suku bunga yang relatif

tinggi. Tingginya tingkat suku bunga dalam industri perbankan secara umum akan

mempengaruhi daya saing perbankan syariah pada sisi pendanaannya. Semakin

tinggi tingkat suku bunga pasar, semakin tinggi kemungkinan nasabah, terutama

nasabah yang berorientasi return untuk memindahkan dananya ke dalam perbankan

konvensional. Meskipun banyak pihak memperkirakan krisis ekonomi akan

berlangsung untuk periode waktu yang cukup panjang, sejumlah upaya untuk

memperbaiki kondisi perekomian global telah dilakukan oleh otoritas-otoritas

keuangan untuk dapat mempercepat proses pemulihan ekonomi yang selanjutnya

dapat meringankan tekanan yang terjadi.

Grafik 3.2. Pertumbuhan Aset BS, DPK BS, dan Tingkat Suku Bunga

Grafik 3.1b. Perkembangan LDR (FDR Syariah) dan NPL (NPF Syariah)

Page 41: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

34

Grafik 3.2 menunjukkan pertumbuhan aset, DPK dan PYD bank syariah serta

perkembangan tingkat suku bunga. Dapat dilihat bahwa sepanjang tahun 2008,

pergerakan tingkat suku bunga memiliki korelasi negatif dengan tingkat pertumbuhan

DPK perbankan syariah dimana kenaikan tingkat suku bunga dapat menjelaskan

penurunan tingkat pertumbuhan DPK perbankan syariah dan sebaliknya. Dengan

mengasumsikan bahwa korelasi negatif akan terjadi selama tahun 2009 dan ketatnya

kebijakan moneter yang diambil, perbankan syariah akan mengalami tekanan

likuiditas dari sisi persaingan return dengan perbankan konvensional selain akibat

menurunnya likuiditas sektor korporasi yang telah mulai terjadi sejak semester kedua

tahun 2008.

Grafik 3.3 Pertumbuhan Aset, DPK, PYD, PDB, dan Inflasi

Page 42: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

35

Grafik 3.3 menunjukkan indikator-indikator perkembangan perbankan syariah

(Aset, PYD, DPK) dan kinerja variabel-variabel makroekonomi seperti pertumbuhan

ekonomi (PDB), total konsumsi dan inflasi. Dapat dilihat bahwa perkembangan

industri perbankan syariah terpengaruh oleh perubahan kinerja perekonomian.

Kecenderungan peningkatan inflasi telah mengakibatkan penurunan konsumsi yang

terus terjadi sejak awal tahun 2008. Penurunan konsumsi, pada gilirannya akan

menekan tingkat penawaran. Penurunan konsumsi dan produksi tersebut tercermin

dari penurunan permintaan terhadap pembiayaan. Analisis lebih dalam mengenai

pengaruh tingkat suku bunga terhadap pricing disisi pembiayaan dan DPK

perbankan syariah ditunjukkan dalam boks 2.1.

Kontribusi perbankan syariah dalam pembiayaan sektor-sektor ekonomi dan

kualitas pembiayaan per-sektor ekonomi ditunjukkan dalam Grafik 3.4 a -c.

Grafik.3.4a. Pertumbuhan PDB dan pertumbuhan portfolio pembiayaan per

sektor ekonomi

Keterangan:

AGR : Agriculture MIN : Mining

MAN : Manufacturing ELK : Electricity, water and gases

CONS : Construction TRD : Trading

SVBIS : Service SVSOC : Social service

TRNS : Transportation and hotel

Page 43: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

36

Grafik 3.4a menunjukkan perbandingan pertumbuhan komposisi portfolio

pembiayaan bank syariah dan pertumbuhan PDB untuk masing-masing sektor

ekonomi. Data memperlihatkan bahwa portfolio pembiayaan bank syariah mengalami

pertumbuhan signifikan disektor jasa dan konstruksi; sementara pertumbuhan

tertinggi PDB sektoral terjadi pada sektor transportasi dan perdagangan. Secara

keseluruhan, pertumbuhan portfolio pembiayaan perbankan syariah melebihi

pertumbuhan PDB sektoral kecuali pada sektor manufaktur dan perdagangan. Sektor

jasa dan perdagangan menjadi tujuan utama pembiayaan bank syariah karena dasar

pembiayaan pada kedua sektor ini memiliki basis jual beli yang memiliki risiko

transaksi yang relatif rendah dibandingkan dengan basis transaksi lainnya.

Grafik.3.4b. Perbandingan komposisi portfolio bank syariah dan bank

konvensional

Grafik 3.4b menunjukkan perbandingan komposisi portfolio pembiayaan antara

industri perbankan secara nasional dan industri perbankan syariah. Inferensi dari

grafik tersebut mendukung proposisi yang diambil sebelumnya bahwa komposisi

portfolio pembiayaan perbankan syariah pada masing-masing subsektor ekonomi

didominasi oleh transaksi berbasis jual beli pada sektor jasa, perdagangan dan

konstruksi. Sementara itu, perbankan konvensional masih menempatkan sektor

industri manufaktur/olahan sebagai tujuan utama penempatan dananya selain sektor

perdagangan dan pertanian yang juga memiliki persentase yang cukup tinggi. Pola

Page 44: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

37

pemilihan sektor pembiayaan perbankan syariah cenderung sama dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Perbankan syariah sebenarnya memiliki peluang untuk

dapat meningkatkan kinerja keuangannya apabila dapat melakukan diversifikasi

pembiayaan ke arah sektor-sektor ekonomi lain yang memiliki pertumbuhan yang

cukup tinggi.

Grafik 3.4c menunjukkan tingkat pembiayaan bermasalah pada setiap

subsektor ekonomi yang didominasi oleh subsektor manufaktur/industri pengolahan.

Secara umum, industri perbankan syariah memiliki kualitas pembiayaan yang lebih

rendah dibandingkan dengan kualitas pembiayaan perbankan konvensional di

hampir semua sektor ekonomi. Hal ini tentunya perlu mendapatkan perhatian yang

serius dari pengawas maupun pengelola bank untuk terus dapat meningkatkan

performa pembiayaan di masa yang akan datang.

Grafik.3.4c.Perbandingan NPF persektor

Jika dibandingkan dengan tahun lalu, sebenarnya kualitas pembiayaan

perbankan syariah telah mengalami peningkatan. Sejalan dengan adanya tantangan

krisis keuangan global dan masih luasnya peluang bagi prospek penanaman dana

perbankan syariah, upaya-upaya perbaikan kualitas pembiayaan diharapkan dapat

dipertahankan dan bahkan ditingkatkan di tahun-tahun yang akan datang sehingga

industri perbankan syariah dapat meningkatkan daya tahan dalam menghadapi

guncangan dalam sistem keuangan.

Page 45: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

38

3.3. Arah Kebijakan

High-Growth Perbankan Syariah Menghadapi Tantangan Krisis Keuangan

Global

Sejalan dengan amanah yang diberikan oleh UU No.21 tentang perbankan

syariah, Bank Indonesia telah menetapkan peran perbankan syariah sebagai salah

satu pilar pendukung perekonomian Indonesia selain perbankan konvensional. Peran

tersebut dapat dilakukan dengan baik jika industri perbankan syariah memiliki

volume usaha yang cukup ekonomis dalam menggerakkan sistem perekonomian

Indonesia. Oleh karena itu, kondisi hi-growth yang telah dicapai selama ini

diupayakan untuk dipertahankan melalui berbagai upaya edukasi publik agar industri

perbankan syariah dapat menjadi salah satu opsi yang memiliki keandalan

operasional di dalam masyarakat. Arah kebijakan ini tentunya didukung oleh tren

pertumbuhan yang dicapai sampai dengan periode akhir tahun 2008. Grafik 3.5

menunjukkan pertumbuhan PDB dan pertumbuhan aset, PYD serta DPK industri

perbankan syariah pada periode 2005 sampai dengan 2008.

Grafik 3.5. Pertumbuhan aset, PYD, DPK bank syariah dan pertumbuhan PDB

Page 46: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

39

Upaya-upaya awal edukasi publik yang terintegrasi dalam suatu kerangka

umum pengembangan perbankan syariah (Grand Strategy) sebenarnya telah

membuahkan hasil dengan dicapainya regim pertumbuhan yang lebih tinggi pada

tiga variabel utama perbankan syariah, yaitu aset, PYD dan DPK. Percepatan

pertumbuhan terlihat mulai terjadi pada akhir tahun 2007 sampai dengan puncaknya

bulan Agustus 2008. Perkembangan ini tentunya didukung pula oleh peningkatan

kapasitas pelayanan publik oleh perbankan syariah yang membutuhkan

pengembangan tingkat profesionalisme SDM. Pada tahun 2009, implementasi Grand

Strategy Public Education perbankan syariah akan dilaksanakan secara penuh.

Selain itu, target pertumbuhan perbankan syariah didasarkan pada asumsi

pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan akan mencapai rata-rata sebesar

6%. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, pencapaian tingkat pertumbuhan

tersebut akan ditopang oleh pembiayaan ekonomi domestik sebagai basis

pembiayaan perbankan syariah sehingga dapat meminimalkan pengaruh krisis

ekonomi global. Kondisi positif ini mampu memelihara tingkat pertumbuhan industri

perbankan syariah nasional yang relatif tinggi.

Namun demikian, asumsi pertumbuhan tersebut tergantung kepada upaya-

upaya pemerintah dalam memperkuat struktur ekonomi dalam negeri, khususnya

sektor riil, yang memiliki ketahanan dalam menghadapi tekanan eksternal. Semakin

cepat upaya pemulihan ekonomi dapat dilakukan, semakin besar peluang sektor riil

untuk dapat mempertahankan tingkat permintaan yang tinggi sehingga tetap mampu

diandalkan dalam mendukung pertumbuhan perbankan syariah. Untuk itu,

pemerintah diharapkan akan melakukan beberapa langkah lebih lanjut untuk

memperkuat perekonomian Indonesia seperti penyesuaian kebijakan fiskal dan

program pengembangan terpadu bagi sektor usaha mikro, kecil dan menengah.

Keterpaduan program dari pihak-pihak terkait seperti, Bank Indonesia,

departemen/lembaga pemerintah, Dewan Syariah Nasional, praktisi perbankan dan

lembaga-lembaga masyarakat, akan menjadi kunci keberhasilan upaya penjagaan

momentum pertumbuhan industri perbankan syariah.

Implementasi UU Perbankan Syariah

Penetapan UU No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah merupakan

milestone pengembangan industri perbankan syariah nasional. UU tersebut

mengandung pokok-pokok pengaturan dasar industri perbankan syariah menuju

sistem perbankan syariah yang efisien, stabil dan tahan terhadap gejolak keuangan.

Pokok-pokok pengaturan tersebut akan dielaborasi ke dalam peraturan-peraturan

Page 47: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

40

teknis (Peraturan Pemerintah dan Peraturan Bank Indonesia) yang telah dimulai

sejak semester kedua tahun 2008. Upaya elaborasi UU No.21 Tahun 2008 akan

terus dilanjutkan di tahun 2009 sehingga industri perbankan syariah memiliki

perangkat peraturan prudential yang semakin lengkap. Elaborasi ketentuan akan

juga menyentuh Undang-undang yang terkait dengan kegiatan keuangan syariah

seperti UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara dan

antisipasi UU perpajakan yang baru. Khusus mengenai perlakuan pajak bagi

instrumen keuangan syariah, Pemerintah secara proaktif telah menerbitkan

Peraturan Pemerintah yang memberikan perlakuan pajak yang sama terhadap

transaksi keuangan syariah. Hal ini diharapkan akan menambah daya saing industri

perbankan syariah secara signifikan.

Peningkatan kompetensi pelaku dan pengawas

Kemampuan eksplorasi oleh pelaku perbankan syariah pada sektor-sektor

ekonomi merupakan hal yang penting untuk dimiliki. Untuk itu, manajer investasi dari

perbankan syariah perlu dilengkapi oleh keahlian evaluasi usaha dan

kewirausahaan. Hal yang sama diperlukan pula oleh pengawas perbankan syariah

agar dapat menginterpretasikan arah pergerakan ekonomi riil sebagai mitra usaha

perbankan syariah dan menghubungkan kondisi tersebut dengan kondisi kesehatan

bank syariah. Secara khusus, perbankan syariah perlu memiliki pemahaman

mengenai kegiatan UMKM. Hal ini mengingat portfolio pembiayaan UMKM pada

perbankan syariah cukup tinggi, disamping peran UMKM yang sangat penting

sebagai jenis usaha yang dominan dalam struktur perekonomian nasional dan belum

secara optimal dimanfaatkan oleh perbankan. Untuk itu, Bank Indonesia akan turut

mendukung upaya-upaya pengembangan kapasitas UMKM melalui kerjasama

dengan pihak-pihak terkait khususnya pemerintah daerah baik propinsi maupun

kabupaten/kotamadya, lembaga konsultan/pendidikan dan perusahaan-perusahaan

yang memiliki program pengembangan usaha mikro kecil.

Secara jangka panjang, upaya bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia

dapat dilakukan melalui kerjasama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan. Bank

Indonesia secara konsisten membantu upaya-upaya penguatan SDM dalam bentuk

bantuan penguatan kurikulum, distribusi literatur dan pelatihan tenaga pengajar di

berbagai perguruan tinggi. Untuk meningkatkan awareness kalangan akademisi dan

peneliti, Bank Indonesia akan terus aktif mengajak lembaga-lembaga penelitian

untuk ikut terlibat dalam program eksplorasi pengetahuan dan pelatihan keahlian

perbankan dan keuangan syariah.

Page 48: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

41

Langkah antisipasi menghadapi kondisi likuiditas ketat

Untuk menghadapi kondisi pengetatan likuiditas yang tidak terduga, Bank

Indonesia terus mengembangkan instrumen-instrumen alternatif yang dapat

digunakan untuk membantu perbankan syariah. Selain itu, industri harus pula dapat

mengembangkan kemampuannya dalam memanfaatkan sumber-sumber pendanaan

jangka pendek melalui perjanjian kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain

dan peningkatan tingkat loyalitas nasabah perbankan syariah terutama pada saat

perbankan syariah mengalami tekanan kenaikan tingkat suku bunga.

Penguatan kondisi permodalan

Sebagai lembaga keuangan dengan tingkat leverage yang tinggi, peningkatan

DPK perbankan syariah harus diiringi oleh peningkatan modal sehingga perbankan

syariah tetap memiliki financial buffer yang tinggi. Peningkatan permodalan

perbankan syariah dapat dilakukan baik secara internal melalui dividen policy dan

penambahan modal baru oleh pemilik atau investor baru. Bank Indonesia akan

secara konsisten mendorong pertumbuhan modal melalui kedua metode tersebut.

Peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian

Sistem keuangan syariah memiliki keunikan operasi dan membutuhkan

dukungan infrastruktur yang khusus dalam mendukung kegiatan operasi secara

efisien. Salah satu kegiatan riset yang akan dilakukan mulai tahun 2009 adalah

identifikasi indeks-indeks perekonomian yang dapat digunakan sebagai benchmark

dalam menetapkan pricing dalam keuangan syariah.

3.4. Prospek Perbankan Syariah 2009

Dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi makroekonomi sebagaimana telah

dikemukakan sebelumnya, industri perbankan syariah diperkirakan masih akan

mengalami pertumbuhan, walaupun tidak tertutup kemungkinan laju pertumbuhan di

tahun 2009 akan lebih rendah dari laju pertumbuhan di tahun 2008. Proyeksi

pertumbuhan didasarkan pada beberapa asumsi tambahan seperti: (1) asset

perbankan syariah masih akan bertumbuh mencapai Rp50 triliun hingga akhir 2008;

dan, (2) adanya penambahan BUS baru, spin off serta proses akuisisi oleh investor

bank syariah baru yang akan mendorong pertumbuhan lebih cepat.

Proyeksi pertumbuhan perbankan syariah nasional pada tahun 2009 disusun

dalam 3 skenario berdasarkan asumsi-asumsi yang telah diformulakan dalam

program grand strategy. Skenario tersebut meliputi skenario pesimis, moderat dan

Page 49: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

42

optimis. Penyusunan proyeksi ini sesuai dengan fase pengembangan yang telah

dijelaskan secara rinci pada Bab 1.

Tabel 3.2. Proyeksi Pertumbuhan Perbankan Syariah Nasional 2009

Skenario Pesimis Skenario Moderat Skenario Optimis

Proyeksi Pertumbuhan 25% Proyeksi Pertumbuhan 37% Proyeksi Pertumbuhan 75%

Total Aset Rp57 triliun Total Aset Rp68 triliun Total Aset Rp87 triliun

Asumsi yang digunakan dalam skenario proyeksi, baik skenario proyeksi

pesimis, moderat maupun optimis, adalah ketersediaan faktor-faktor pendukung

industri perbankan syariah. Faktor pendukung tersebut adalah faktor-faktor yang

dinilai menonjol mempengaruhi pertumbuhan industri, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

Skenario Proyeksi Pesimis

o Pertumbuhan secara organik.

o Perlambatan makroekonomi akibat krisis ekonomi global.

o Keberhasilan edukasi publik dan promosi perbankan.

Skenario Proyeksi Moderat

o Terjadinya proses konversi beberapa UUS menjadi BUS.

o Adanya multiplier effect positif akibat aktifivas politik (Pemilu).

o Keberhasilan edukasi publik dan promosi perbankan.

o Momentum krisis ekonomi global akan meningkatkan preferensi terhadap

perbankan syariah.

o UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah sebagai kepastian hukum

berhasil mendorong peningkatan kapasitas bank-bank syariah.

o UU No. 19 Tahun 2008 tentang SBSN, mampu memberikan semangat

industri untuk meningkatkan kinerja.

Skenario Proyeksi Optimis

o Konversi beberapa UUS menjadi BUS.

o Adanya multiplier effect positif akibat aktifivas politik (Pemilu).

o Berhasilnya edukasi publik dan promosi perbankan.

o Momentum krisis ekonomi global akan meningkatkan preferensi terhadap

perbankan syariah.

Page 50: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

43

o UU Perbankan Syariah & UU SBSN mendapat dukungan dari Amandemen

UU Perpajakan sebagai kepastian hukum, berhasil mendorong peningkatan

kapasitas bank-bank syariah melalui peran investor asing.

o Terbentuknya awareness dunia pendidikan terhadap pertumbuhan industri

pada sisi kebutuhan kuantitas dan kualitas SDM.

o Rencana penerbitan Corporate SUKUK oleh bank syariah akan menguatkan

base capital perbankan syariah dimana selanjutnya akan meningkatkan

kapasitas perbankan syariah.

o Mengasumsikan dampak minimal dari gejolak pasar keuangan dan kondisi

makro ekonomi global

Pertumbuhan perbankan syariah tentunya sangat tergantung pada upaya progresif

dan peran aktif shareholders perbankan syariah untuk dapat merealisasikan asumsi-

asumsi pertumbuhan sehingga target pertumbuhan industri perbankan syariah dapat

tercapai dengan baik.

Page 51: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

44

Boks 3.1. Respon Return dan Bagi Hasil Perbankan Syariah terhadap

Perubahan Suku Bunga Eksternal

Respon Margin Murabahah

Dalam kegiatan operasionalnya, perbankan syariah masih mempertimbangkan

tingkat suku bunga sebagai benchmark dalam penetapan pricing pembiayaan

maupun dana pihak ketiga. Hal ini disebabkan industri perbankan syariah belum

memiliki suatu indeks atau variabel indikator tersendiri sebagai benchmark yang

representatif.

Dari uji respon yang dilakukan pada return/margin produk murabahah (dalam bentuk

equivalent rate) terhadap perubahan suku bunga SBI 1 bulan, dapat disimpulkan

bahwa koreksi pricing membutuhkan waktu lebih dari tiga bulan untuk dapat

sepenuhnya mengikuti pergerakan suku bunga. Observasi dilakukan selama periode

Maret 2004 – September 2008. Grafik B.1 memperlihatkan plot data tingkat

persentase (%) return pembiayaan murabahah (BHPYDR) dan suku bunga SBI 1

bulan (SBI1M). Secara umum dari Grafik tersebut terlihat bahwa ada lag (waktu

tunda) pada tingkat return/margin murabahah mengikuti tingkat suku bunga SBI1m.

Grafik B.1

6

8

10

12

14

16

18

2004 2005 2006 2007 2008

BHPYDR SBI1M

Prose pemodelan dilakukan dengan menggunakan metode dynamic multiplier dalam

mengestimasi perubahan margin murabahah pada periode t (DBHPYDt), terhadap

cumulated average perubahan margin beberapa periode sebelumnya (DBHPYDt-i)

dan perubahan suku bunga SBI1m pada periode t maupun beberapa periode

sebelumnya (DSBI1Mt-(i-1)).

DBHPYDt = ia DBHPYDt-i + ib DSBI1Mt-(i-1) + t i = 1,.....,N (1)

Hasil estimasi persamaan 1 dapat dilihat pada Tabel B.1 berikut.

Page 52: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

45

Tabel B.1 Hasil Estimasi Dynamic Multiplier

immediate 3months 6months Long Run

dynamic multiplier 0.3571 0.7439 0.1867 1.2253

R-squared 0.92193

Adjusted R-squared 0.87781

S.E. of regression 0.19908

Dari Tabel B.1, terlihat bahwa suku bunga SBI 1 bulan secara signifikan

mempengaruhi penentuan margin murabahah bank syariah dengan koreksi pricing

secara bertahap. Terlihat bahwa penyesuain dapat dilakukan secara

contemporaneous meskipun hanya 35% dari total kenaikan suku bunga. Setelah

jangka waktu tiga bulan, penyesuaian sudah hampir mencapai 75%. Secara jangka

panjang (lebih dari satu tahun) kenaikan margin sebagai penyesuaian kenaikan suku

bunga bahkan melebihi 100%. Hal ini mencerminkan tingkat efisiensi bank syariah

yang masih rendah. Untuk itu bank syariah diharapkan untuk lebih fokus dalam

upaya mendorong tingkat efisiensinya.

Besarnya ketergantungan penentuan margin bank syariah terhadap suku bunga SBI

ini memperlihatkan urgensi tersedianya indikator lain yang lebih mencerminkan

kondisi sektor riil sebagai basis usaha perbankan syariah itu sendiri.

Respon Bagi Hasil DPK

Pada sisi DPK kenaikan suku bunga akan mempengaruhi pendapatan bank syariah

dari pembiayaan yang disalurkan sehingga pada gilirannya akan mempengaruhi

besarnya bagi hasil yang diberikan untuk nasabah DPK. Di samping itu, kebutuhan

bank syariah untuk tetap kompetitif juga mempengaruhi besarnya bagi hasil yang

diberikan agar tetap menarik nasabah DPK.

Grafik B.2

4

8

12

16

20

24

2004 2005 2006 2007 2008

BHDPK1 SBI1M

Grafik B.2 memperlihatkan plot data bagi hasil deposito iB 1 bulan bank syariah

(BHDPK1) dengan suku bunga SBI 1 bulan (SBI1m). Secara umum terlihat bahwa

Page 53: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

46

keduanya bergerak searah sehingga diduga memiliki hubungan yang positif. Secara

teoritis kenaikan suku bunga akan berdampak negatif dengan memicu penurunan

bagi hasil kepada DPK akibat turunnya return dari pembiayaan berbasis kerjasama

(mudharabah dan musyarakah). Namun demikian besarnya porsi pembiayaan

murabahah yang margin-nya cenderung mengikuti pergerakan suku bunga (lihat

studi sebelumnya, Respon Margin Murabahah), dan adanya upaya bank syariah

menjaga tingkat bagi hasil agar tetap kompetitif, akan menyebabkan hubungan yang

searah, atau berdampak positif, antara bagi hasil DPK dengan suku bunga SBI.

Untuk menyelidiki hubungan kointegrasi antar bagi hasil DPK dengan suku bunga

SBI dan dampak secara jangka panjang, digunakan metode VECM (Vector Error

Correction Model).

tt mLSBIbaLBHDPK 11 10 (2)

L menandakan nilai dalam logaritma natural, sehingga estimator b1 merupakan nilai

elastisitas bagi hasil DPK terhadap suku bunga SBI.

Hasil estimasi persamaan (2) dengan pola impulse response bagi hasil DPK dapat

dilihat pada Tabel B.2 dan Grafik B.3 berikut.

Tabel B.2

a0 b1 Speed. Adj.

Koefisien 1.294602 0.315854 -0.863717

Standar error 0.13538 0.06119 -0.07999

t-stat [9.56292] [5.16150] [-10.7982]

R-squared 0.9140

Adj. R-squared 0.9023

Sum sq. resids 0.2309

Grafik B.3

-.04

-.02

.00

.02

.04

.06

.08

5 10 15 20 25 30 35

Response of LBHDPK1 to Generalized One

S.D. LSBI1M Innovation

Page 54: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

47

Dari Tabel B.2 terlihat bahwa secara jangka panjang bagi hasil DPK memiliki

hubungan kointegrasi yang searah dengan suku bunga SBI, dengan elstisitas

sebesar 0.3. Hal ini mengindikasikan bahwa secara jangka panjang bagi hasil DPK

dan suku bunga SBI bergerak bersama, dan bahwa pengaruh dampak positif lebih

kuat dari dampak negatifnya. Ikut naiknya margin murabahah dan kuatnya upaya

bank syariah dalam menjaga competitiveness tingkat bagi hasil DPK-nya, secara

jangka panjang akan mendominasi dampak dari penurunan return pembiayaan

berbasis kerja sama (mudharabah dan musyarakah). Namun demikian, terlihat dari

Grafik B.3 bahwa pada awalnya, secara jangka pendek kenaikan suku bunga SBI

tetap menyebabkan penurunan bagi hasil DPK meskipun hanya bersifat sementara

sebelum akhirnya meningkat kembali secara jangka panjang. Cepatnya

penyesuaian ini terlihat dari hasil estimasi koefisien speed of adjustment pada Tabel

B.2 sebesar 0.863.

Besarnya ketergantungan bagi hasil bank syariah terhadap suku bunga eksternal

mengindikasikan bahwa industri perbankan syariah menempatkan pricing sebagai

faktor utama untuk mempertahankan loyalitas nasabah. Untuk itu bank syariah

diharapkan untuk lebih meningkatkan edukasi publik sebagai upaya peningkatan

loyalitas nasabah.

Page 55: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

48

Lampiran 1a. Daftar Regulasi Perbankan Syariah Tahun 2007

1. Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tanggal 24 January 2007 tentang

Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

2. Peraturan Bank Indonesia No. 9/2/PBI/2007 tanggal 5 Maret 2007 tentang

Laporan Harian Bank Umum.

3. Peraturan Bank Indonesia No. 9/4/PBI/2007 tanggal 26 Maret 2007 tentang

Pencabutan Beberapa Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Dan Surat

Edaran Bank Indonesia Mengenai Prinsip Kehati-Hatian Perbankan.

4. Peraturan Bank Indonesia No. 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 Tentang

Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

5. Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 tanggal 4 Mei 2007 tentang

Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/3/PBI/2006 tentang

Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum

Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan

Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan

Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional dan Penjelasan.

6. Peraturan Bank Indonesia No. 9/8/PBI/2007 tanggal 13 Juni 2007 tentang

Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan Di Sektor

Perbankan.

7. Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/9/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007 tentang

Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tentang

Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Prinsip Syariah.

8. Peraturan Bank Indonesia No. 9/12/PBI/2007 tanggal 21 September 2007

tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesi Nomor 8/17/PBI/2006

Tentang Insentif Dalam Rangka Konsolidasi Perbankan.

9. Peraturan Bank Indonesia No. 9/13/PBI/2007 tanggal 1 November 2007 tentang

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Dengan Memperhitungkan

Risiko Pasar.

10. Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007 tanggal 30 November 2007

tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi

Oleh Bank Umum.

11. Peraturan Bank Indonesia No. 9/16/PBI/2007 tanggal 3 Desember 2007 tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/15/PBI/2005 Tentang

Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum.

Page 56: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

49

12. Peraturan Bank Indonesia No. 9/17/PBI/2007 tanggal 4 Desember 2007 tentang

Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan

Prinsip Syariah.

13. Peraturan Bank Indonesia No. 9/18/PBI/2007 tanggal 17 Desember 2007

tentang Pencabutan Atas Surat Keputusan Direksi Bank Bank Indonesia No.

31/153/KEP/DIR tanggal 20 November 1998 Tentang Kredit Likuiditas Kepada

Perusahaan Umum Pegadaian Melalui PT. Bank Ekspor Impor Indonesia

(PERSERO), Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/154/KEP/DIR

tanggal 20 November 1998 Tentang Kredit Likuiditas Kepada Perusahaan

Umum Pegadaian Melalui PT. Bank Bumi Daya (PERSERO), dan Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/155/KEP/DIR tanggal 20 November

1998 tentang Kredit Likuiditas Kepada Perusahaan Umum Pegadaian Melalui

PT. Bank Umum Koperasi Indonesia.

14. Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tanggal 17 Desember 2007

tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan

Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

Page 57: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

50

Lampiran 1b. Daftar Regulasi Perbankan Syariah Tahun 2008

1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/1/PBI/2008 tanggal 30 Januari 2008

tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006

Tentang Mediasi Perbankan.

2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/9/PBI/2008 tanggal 22 Februari 2008

tentang Perubahan Izin Usaha Bank Umum Menjadi Izin Usaha Bank

Perkreditan Rakyat Dalam Rangka Konsolidasi.

3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/10/PBI/2008 tanggal 28 Februari 2008

tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005

Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah.

4. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008 tanggal 25 September 2008

tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007

Tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana

dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

5. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tanggal 25 September 2008

tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

6. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tanggal 25 September 2008

tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

7. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/23/PBI/2008 tanggal 16 Oktober 2008

tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/21/PBI/2004

tentang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi bank Umum

Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

8. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/24/PBI/2008 tanggal 16 Oktober 2008

tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006

tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan

Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

Page 58: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

51

Lampiran 2. Produk dan Jasa Perbankan Syariah

NAMA PRODUK AKAD

PENDANAAN

GIRO iB

Giro USD iB Wadiah

Giro iB Wadiah

TABUNGAN iB

Tabungan iB Wadiah

Tabungan Haji iB Wadiah

Tabungan Haji iB Mudharabah

Tabungan Emas iB Mudharabah

Tabungan Berencana iB Mudharabah

Tabungan Pendidikan iB Mudharabah

Tabungan Perencanaan iB Mudharabah

Tabungan Syariah Arisan iB Mudharabah

Tabungan Umrah iB Mudharabah

Tabungan iB Mudharabah

DEPOSITO iB

Deposito iB Mudharabah

Deposito USD iB Mudharabah

Deposito iB Mudharabah Muqayyadah

Deposito Special Investment Deposit iB Mudharabah Muqayyadah

JASA iB

Jasa Kirim Uang Antar Negara iB Ijarah

Jasa Bank Garansi iB Kafalah

Jasa SKBDN iB Kafalah, Wakalah bil Ujroh

Jasa Syariah Card iB Kafalah, Qard, Ijarah

Jasa Deposit Box Emas iB Qard dan Ijarah

Jasa Pengalihan Hutang iB Gard, bai, murabahah

Jasa Penukaran Uang iB Sharf

Jasa Kirim Uang iB Wakalah

Jasa Kiriman Uang Valas iB Wakalah

Jasa Bancassurance iB Wakalah bil ujrah

Jasa L/C Ekspor iB Wakalah bil ujrah, bai dan kafalah

Jasa L/C Impor iB Wakalah kafalah

Gadai iB Qard dan Ijarah

Gadai Emas iB Qard, Rahn dan Ijarah

PEMBIAYAAN iB

JUAL BELI

Pembiayaan iB Ijarah

Pembiayaan Multijasa iB Ijarah

Pembiayaan Multijasa Pendidikan iB Ijarah

Pembiayaan Menengah dan Korporasi iB Ijarah

Pembiayaan Mikro dan Kecil iB Ijarah

Pembiayaan Modal Kerja iB Ijarah

Pembiayaan Serba Guna iB Ijarah

Pembiayaan Rumah iB Ijarah

Pembiayaan Multijasa Pendidikan, Keluarga, Kesehatan iB Ijarah

Page 59: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

52

NAMA PRODUK AKAD

PEMBIAYAAN iB

JUAL BELI

Pembiayaan Multijasa Umrah iB Ijarah

Pembiayaan Kebutuhan Barang iB Ijarah Wal Wakalah

Pembiayaan iB IMBT

Pembiayaan Sewa Equipment iB IMBT

Pembiayaan Channeling iB IMBT

Pembiayaan iB Istishna

Pembiayaan Rumah iB Istishna

Pembiayaan iB Istishna Paralel

Pembiayaan KPR iB Istishna Paralel

Pembiayaan Pembangunan Perumahan iB Istishna Paralel

Pembiayaan iB Salam

Pembiayaan iB Murabahah

Pembiayaan Kavling Siap Bangun iB Murabahah

Pembiayaan Kebutuhan Barang iB Murabahah

Pembiayaan Konsumtif iB Murabahah

Pembiayaan Menengah dan Korporasi iB Murabahah

Pembiayaan Mikro dan Kecil iB Murabahah

Pembiayaan Modal Kerja iB Murabahah

Pembiayaan Channelling iB Murabahah

Pembiayaan Konsumer iB Murabahah

Pembiayaan Pemilikan Kendaraan iB Murabahah

Pembiayaan Renovasi Rumah iB Murabahah

Pembiayaan Rumah iB Murabahah

Pembiayaan Serba Guna iB Murabahah

Syariah Card iB Kafalah, Qard, Ijarah dan Wadiah

INVESTASI iB

Investasi Emas iB Wakalah

Pembiayaan iB Musyarakah

Pembiayaan Dana Berputar iB Musyarakah

Pembiayaan Menengah dan Korporasi iB Musyarakah

Pembiayaan Mikro dan Kecil iB Musyarakah

Pembiayaan PRK iB Musyarakah

Pembiayaan Sindikasi iB Musyarakah

Pembiayaan iB Mudharabah

Pembiayaan Menengah dan Korporasi iB Mudharabah

Pembiayaan Mikro dan Kecil iB Mudharabah

Pembiayaan Modal Kerja iB Mudharabah

Pembiayaan MTN BSMI iB Mudharabah

Pembiayaan Channeling iB Mudharabah Muqayyadah

Pembiayaan Executing iB Mudharabah Muqayyadah

QARD iB

Pembiayaan iB Qard

Page 60: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2009 - … · Dalam melakukan penetrasi pasar dengan tetap menjaga dan meningkatkan upaya untuk meminimalkan potensi terjadinya risiko pembiayaan.

53

Lampiran 3. Indikator Perkembangan Perbankan Syariah

Jumlah Bank

Bank Umum Syariah (BUS) 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3

Unit Usaha Syariah 3 3 6 8 15 19 20 26 26 28 24 28

BPR Syariah 79 81 83 84 88 92 105 114 114 124 128 128

Jaringan Kantor (total) 146 182 229 337 443 550 636 711 711 743 778 841

Bank Umum Syariah (BUS) 57 86 115 197 266 304 349 401 401 405 434 497

Unit Usaha Syariah 10 15 31 56 89 154 182 196 196 214 216 216

BPR Syariah 79 81 83 84 88 92 105 114 114 124 128 128

Layanan Syariah (Office Channeling)

Jumlah Bank - - - - - - 10 17 19 19 19 19

Jumlah kantor - - - - - - 456 1,195 1,256 1,364 1,421 1,440

Rincian Jaringan Kantor BU

Kantor Pusat 5 5 8 10 18 22 23 29 31 31 31 31

Kantor Cabang 28 48 68 116 148 189 209 224 232 236 244 246

Kantor Cabang Pembantu 8 5 11 26 58 105 116 123 125 130 452 213

Kantor Kas (& UPS) 26 43 59 101 131 142 183 221 221 222 223 223

Total Aset 1,790,168 2,718,770 4,045,235 7,858,918 15,325,997 20,879,874 26,722,030 36,537,637 38,343,742 42,981,116 44,339,780 45,857,224

Share dgn total perbankan 0.17% 0.25% 0.36% 0.74% 1.20% 1.42% 1.58% 1.84% 1.97% 2.11% 2.19%

Pembiayaan Yang Diberikan 1,271,162 2,049,793 3,276,650 5,530,167 11,489,933 15,231,942 20,444,907 279,443,111 28,377,232 34,099,667 36,571,761 37,680,587

Share dgn total perbankan 0.40% 0.57% 0.80% 1.16% 1.93% 2.19% 2.58% 1.68% 2.74% 2.97% 3.03%

Musyarakah 31,739 53,593 60,191 305,997 1,270,868 1,898,389 2,334,751 4,406,360 5,200,131 6,116,569 6,666,865 6,967,728

Mudharabah 378,604 402,623 498,681 794,244 2,062,202 3,123,759 4,062,200 5,577,912 5,835,364 6,518,102 6,602,340 6,750,318

Piutang Murabahah 775,721 1,420,401 2,324,222 3,955,815 7,640,299 9,487,318 12,624,241 16,552,689 16,977,067 19,810,535 21,424,571 22,044,218

Piutang Salam 0 427 51 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Piutang Istishna 74,583 167,893 220,720 295,960 312,962 281,676 336,970 350,995 363,242 367,028 375,109 384,901

Piutang Qardh 0 0 0 0 98,928 124,862 250,446 539,945 788,115 764,849 826,332 835,694

Lainnya 10,515 4,856 172,785 178,151 104,674 315,938 836,299 516,230 464,109 522,584 676,544 697,728

Dana pihak ketiga 1,028,923 1,806,366 2,917,726 5,724,909 11,862,117 15,582,329 20,672,181 28,011,670 29,552,399 33,048,523 32,358,767 33,568,573

Share dgn total perbankan 0.15% 0.23% 0.35% 0.64% 1.23% 1.38% 1.61% 1.85% 2.02% 2.13% 2.12%

Giro wadiah 221,139 299,982 358,964 637,478 1,620,115 2,045,333 3,415,747 3,750,376 3,635,419 5,145,965 3,838,914 3,809,997

Tabungan Mudharabah 336,611 590,872 815,308 1,610,616 3,263,759 4,370,568 6,430,355 9,454,060 9,901,611 10,587,850 10,851,576 11,410,243

Deposito Mudharabah 471,173 915,512 1,743,454 3,476,815 6,978,243 9,166,428 10,826,079 14,807,234 16,015,369 17,144,708 17,668,277 18,348,333

DPK Layanan Syariah (Office Channeling) - - - - - - 101,851 692,587 897,938 993,430 930,147 906,915

Permodalan

Modal disetor 523,703 523,703 523,703 625,528 731,039 951,224 991,224 1,017,224 1,017,224 1,125,224 1,125,224 1,137,224

Cadangan 7,941 21,508 32,779 34,381 98,735 230,128 268,040 275,308 275,308 333,445 333,438 333,438

Laba/rugi tahun berjalan 25,139 83,027 54,050 42,663 162,366 238,285 355,047 540,141 217,772 411,089 525,476 6,133,213

Financing to Deposit Ratio (FDR) 123.54% 113.48% 112.30% 96.60% 96.86% 97.75% 98.90% 99.76% 96.02% 103.18% 113.02% 112.25%

LDR Perbankan 12.96% 4.01% 4.12% 2.34% 58.09% 61.67% 61.56% 4.05% 4.17% 4.23% 4.04% 4.12%

Non Performing Financing (Gross) 12.96% 4.01% 4.12% 2.34% 2.35% 2.82% 4.75% 2.46% 2.32% 2.41% 2.08% 2.38%

NPL Perbankan 18.76% 12.10% 8.09% 8.20% 5.80% 7.60% 6.07% 4.07% 3.75% 3.54% 3.42%

ROA (yearly) 3.7% 1.6% 0.7% 1.41% 1.35% 1.55% 1.78% 1.83% 1.81% 1.76% 1.84%

ROE (yearly) 15.9% 10.3% 7.0% 24.80% 26.71% 36.94% 53.91% 59.50% 63.65% 64.67% 68.85%

DATA BPRS

Total Asset BPRS* 292,959 471,454 604,971 906,325 1,207,198 1,295,149 1,456,451 1,519,911 1,575,915

Share dgn total BPR 2.32% 2.82% 2.88% 3.78% 4.17% 4.32% 4.58% 4.62%

Total Pembiayaan BPRS* 192,969 328,102 435,912 636,287 879,744 944,412 1,112,763 1,206,482 1,247,657

Share dengan total BPR 2.15% 2.70% 2.89% 3.61% 4.11% 4.19% 4.45% 4.59%

Total DPK BPRS* 184,925 267,062 353,565 530,150 711,250 772,220 865,319 890,571 896,909

Share dengan total BPR 1.84% 2.08% 2.23% 3.25% 3.66% 3.80% 4.11% 4.14%

LDR BPRS * 104.35% 122.86% 123.29% 120.02% 123.69% 122.30% 128.60% 135.47% 139.11%

LDR total BPR Konvensional 89.32% 94.80% 96.12% 107.87% 110.24% 110.85% 118.66% 122.18%

NPF BPRS* 10.64% 8.29% 7.99% 7.90% 7.51% 6.93% 6.92%

NPL BPR Konvensional 7.96% 7.59% 7.97% 9.98% 7.98% 7.82% 7.35% 7.04%

Dalam Juta Rupiah

2003 2004 2005 Mar-08Keterangan 2000 2001 2002 2007 Jun-08 Aug-08 Sept-08

INDIKATOR PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

2006