otomikosis

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Telinga Telinga merupakan organ pendengaran yang terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. 3 A. Telinga Luar Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga (canal auditory eksterna; CAE) hingga ke membran timpani. Keduanya mengandung kartilago elastis yang berasal dari mesoderm dan sejumlah kecil jaringan subkutan, ditutupi oleh kulit dengan adneksa sebagai pelengkap. 1,3 Gambar 1. Anatomi Telinga 2

description

bahan referat adek koas tentang otomikosis

Transcript of otomikosis

Page 1: otomikosis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Telinga merupakan organ pendengaran yang terdiri atas telinga luar,

telinga tengah, dan telinga dalam.3

A. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga (canal

auditory eksterna; CAE) hingga ke membran timpani. Keduanya mengandung

kartilago elastis yang berasal dari mesoderm dan sejumlah kecil jaringan

subkutan, ditutupi oleh kulit dengan adneksa sebagai pelengkap.1,3

Gambar 1. Anatomi Telinga

Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Kanal auditori

eksterna (CAE) berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga

bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.

Panjangnya kira-kira 2,5-3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit CAE terdapat

2

Page 2: otomikosis

banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat

terdapat pada seluruh kulit CAE. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit

dijumpai kelenjar serumen.3

Gambar 2. Anatomi Liang Telinga

KulitKanal auditori eksterna (CAE) dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis yang

bersambungan dengan kulit pinna dan epitel tersebut juga menutupi (melapisi)

membran timpani. Lapisan subkutan bagian tulang rawan dari kanal mengandung

folikel rambut, kelenjar sebaseus, dan kelenjar serumen, dan tebalnya mencapai 1

mm. sedangkan kulit dari CAE bagian tulang tidak memiliki elemen subkutan dan

ketebalannya hanya 0,2 mm.1

PersarafanSensasi ke daun telinga dan CAE disuplai oleh saraf cranial dan kulit, dengan

peran dari cabang-cabang aurikulotemporal dari saraf trigeminal (V), fasialis

(VII), glossofaringeal (IX), dan vagus (X) dan saraf aurikularis yang lebih

3

Page 3: otomikosis

besar yaitu dari pleksus servikal (C2-3). Otot vestigial ekstrinsik telinga,

aurikula anterior, superior, dan posterior, dipersrafi oleh saraf fasialis (VII).

Kelenjar serumen diubah oleh kelenjar keringat apokrin yang dikelilingi

oleh sel-sel mioepitel, yang akan tersusun sebagai apopilosebaseous (Gambar 1).

Serumen mencegah maserasi kanal, memiliki zat antibakteri, dan memiliki pH

asam yang semuanya berkontribusi sebagai tempat lingkungan yang sesuai untuk

patogen.1

A. Telinga tengahTelinga tengah berbentuk kubus dengan3 :

Batas luar : membran timpani

Batas depan : tuba eustachius

Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.

Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)

Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah adalah kanalis semisirkularis

horizontalis, kanalis fasialis, tingkap lonjong (i) dan tingkap

bundar (round window) dan promontorium.

  Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah

liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut

pars flaksida (membrane Esharpnell), sedangkan bagian bawah pars tensa

(membran Propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah

lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia,

seperti epitel mukosa saluran nafas. Pars tensa mempunyai satu lagi di tengah,

yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan

secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Tulang pendengaran

di dalam telinga saling berhubungan. Prosessus longus maleus melekat pada

membran timpani, maleus melekat dengan inkus, dan inkus melekat pada stapes.

Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan

antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.Tuba eustachius termasuk

dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga

tengah.3

4

Page 4: otomikosis

B. Telinga dalam  Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput ) yang berupa dua setengah

lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung

atau puncak koklea disebut elikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani

dengan skala vestibuli.3

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan

membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea, tampak

skala vestibuli di sebelah atas, skala timpani disebelah bawah, dan skala media

diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi cairan perilimfa, sedangkan

skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat pada perilimfa berbeda

dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli

disebut dengan membran vestibuli (Reissner’s membrane), sedangkan dasar skala

media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak Organ Corti. Pada

skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria,

dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam,

sel rambut luar, dan kanalis Corti, yang membentuk Organ Corti.3

2.2 Fisiologi Telinga

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke

koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke

telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi

getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas

membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang diamplifikasi ini akan

diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada

skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang

mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara

membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik

yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal

ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini

menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan

neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada

5

Page 5: otomikosis

saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks

pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.3

2.3 Otomikosis

2.3.1 Definisi

Otomikosis dideskripsikan sebagai infeksi mikotik superfisial pada kanal

akustikus externa (CAE) dengan komplikasi jarang yang melibatkan telinga

tengah. Infeksi ini dapat akut atau subakut, dan ditandai dengan rasa gatal, sakit

telinga, telinga terasa penuh dan merasa tidak nyaman.1 Infeksi jamur

menyebabkan peradangan, pengelupasan kulit, akumulasi massa debris yang

mengandung elemen jamur, supurasi (nanah), dan nyeri. Infeksi ini terjadi di

seluruh dunia, tetapi lebih sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Otomikosis

merupakan sporadis dan disebabkan oleh berbagai macam jamur, yang sebagian

besar adalah saprobes yang terjadi dalam beragam jenis material lingkungan.4,5

2.3.2 Epidemiologi

Dalam 80% kasus, agen penyebab otomikosis adalah Aspergillus,

sedangkan Candida adalah penyebab berikutnya jamur yang paling sering

terisolasi. Jamur patogen lain yag lebih jarang terdiri dari Phycomycetes,

Rhizopus, Actinomyces, dan Penicillium. Aspergillus niger adalah patogen yang

biasanya dominan meskipun A.flavus, A.fumigatus, A.terreus (jamur berserabut),

Candida albicans dan C.parapsilosis (mirip ragi) juga sering ditemukan. Kumar

(2005) mempelajari pasien otomikosis dan didapatkan isolasi Aspergillus niger

(52,43%), Aspergillus fumigates (34,14%), C. albicans (11%), C.pseudotropicalis

(1,21%) dan Mucor sp (1,21%). Ahmad et al (1989) melakukan studi prospektif

pada 53 pasien di Departemen THT Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

dan mengisolasi jenis Aspergillus lebih sering muncul daripada jenis Candida.6,7,8

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei (2006), Otomikosis

dijumpai lebih banyak pada wanita (terutama ibu rumah tangga) daripada pria.

Otomikosis biasanya terjadi pada dewasa, dan jarang pada anak-anak. Pada

penelitian tersebut, dijumpai otomikosis sering pada remaja laki-laki, yang juga

sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti lainnya. Tetapi berdasarkan penelitian

6

Page 6: otomikosis

yang dilakukan oleh Hueso et al dari 102 kasus ditemukan 55,8 % terjadi pada

laki-laki, sedangkan 44,2% pada wanita.7,8

2.3.3 Patogenesis

Otomikosis berhubungan dengan histologi dan fisiologi CAE. Kanal

berbentuk silinder dengan panjang 2,5 cm dan lebar 7-9 mm ini dilapisi dengan

epitel skuamous keratin stratified hingga sepanjang sisi eksternal dari membran

timpani. Di bagian reses timpani, dari medial hingga ke itsmus cenderung

tertumpuk sisa keratin dan serumen dan itu merupakan daerah yang sulit untuk

dibersihkan.5,6,8

Serumen memiliki zat antimikosis dan bakteriostatik serta memiliki sifat

penolak serangga. Serumen terdiri dari lipid (46-73%), protein, asam amino bebas

dan ion mineral. Serumen juga mengandung lisozim, imunoglobulin dan asam

lemak tak jenuh ganda. Asam lemak rantai panjang ada dalam kulit sehat yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Karena komposisi hidrofobiknya,

serumen mampu mencegah air masuk, membuat permukaan saluran menjadi

kedap air dan menghindari maserasi dan kerusakan epitel.7

Mikroorganisme yang normal ditemukan di CAE seperti Staphylococcus

epidermidis, Corrynebacterium sp, Bacillus sp, kokus Gram-positif

(Staphylococcus aureus, Sterptococcus sp, mikrococci nonpatogen), basil Gram-

negatif (Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Haemophilus influenza,

Moraxella catharalis dll) dan jamur miselia dari Genus Aspergillus dan Candida

sp. Komensal mikroorganisme ini tidak patogen bila keseimbangan masih tetap

antara bakteri dan fungi.1,7,8

Berbagai faktor yang mempengaruhi transformasi jamur saprofit menjadi

patogen seperti:5

a. Faktor lingkungan (panas, kelembaban). b. Perubahan pada epitel (penyakit dermatologis, trauma mikro). c. Peningkatan nilai pH di CAE (misalnya mandi atau berenang). d. Perubahan kualitatif dan kuantitatif serumen.e. Faktor sistemik (perubahan dalam kekebalan, melemahkan penyakit,

kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia).

2.3.4 Manifestasi Klinis

7

Page 7: otomikosis

Gejala otitis eksterna bakterial dan otomikosis sering dibedakan. Namun

pruritus (gatal) adalah karakteristik hampir sering terjadi untuk infeksi mikotik

dan juga rasa tidak nyaman, gangguan pendengaran, tinitus, telinga terasa penuh,

dan otalgia.1 Gejala klinik yang dapat ditemui hampir sama seperti gejala otitis

eksterna pada umumnya yakni otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling

banyak dijumpai, kemudian diikuti dengan kurangnya pendengaran, rasa penuh

pada telinga dan gatal.9

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Tang Ho et al (2006), yakni

dari132 kasus otomikosis didapatkan persentase masing-masing gejala otomikosis

sebagai berikut :2

Tabel 1. Persentase masing-masing gejala otomikosis

Simptom Jumlah Pasien (

n )

Persentase ( %

)

Otalgia

Otorrhea

Kehilangan pendengaran

Rasa penuh pada telinga

Gatal

Tinnitus

63

63

59

44

20

5

48

48

45

33

23

4

Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan

kelainan ini dari bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan

daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi

skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam sampai ke membran timpani, maka

akan dapat mengeluarkan cairan serosanguinos.2,9

 

2.3.5 Pemeriksaan Penunjang

8

Page 8: otomikosis

Jamur yang menghasilkan otomikosis adalah spesies jamur yang pada

umumnya saprofit yang sering dijumpai dan bentuk yang merupakan bagian dari

flora komensal dari CAE sehat. Jamur ini umumnya Aspergillus dan Candida.

Aspergillus niger biasanya dominan ditemui meskipun A. flavus, A. fumigatus, A.

terreus (jamur filamentosa), C. albicans dan C. parapsilosis (ragi - seperti jamur)

juga sering dijumpai.7,8

Gambar 3. Penampakan klinis otomikosis

Otoskopi sering menunjukkan adanya miselia, menegakkan diagnosis. CAE

mungkin tampak eritem dan debris jamur dapat tampak putih, abu-abu, atau hitam.

Pasien biasanya mencoba obat-obatan antibakteri topikal, tetapi tidak ada respon

yang signifikan. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan mengidentifikasi jamur

pada sediaan KOH atau dengan kultur jamur positif.9

Karakteristik pemeriksaan fisik pada infeksi jamur ini menyerupai jamur

pada umumnya, dengan terlihatnya hifa halus dan spora (konidiofor) di

Aspergillus. Candida sering membentuk hamparan miselia dengan berwarna putih

dan ketika bercampur dengan serumen akan muncul kekuningan. Infeksi Candida

dapat lebih sulit dideteksi secara klinis karena kurangnya penampilan karakteristik

seperti pada Aspergillus, misalnya otorrhea yang tidak respon terhadap

antimikroba aural.9,10

Morfologi koloni memungkinkan kita untuk membedakan antara jamur

mirip ragi dan filamen. Berwarna krem putih, koloni ragi yang halus atau kasar,

atau jamur dimorfik fase yang mirip ragi (meskipun sangat jarang). Jamur filamen

cenderung tumbuh berbentuk seperti debu, berbulu, tampak seprti wol, beludru

atau koloni yang berlipat akan akan menampakkan berbagai macam warna seperti

putih, kuning, hijau, biru kehijauan, atau hitam.9,10

9

Page 9: otomikosis

Ahmad et al (1989) dalam penelitiannya membandingkan diagnosis

otomikosis berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium.

Mereka tidak menemukan perbedaan signifikan antara pemeriksaan tersebut dan

menyimpulkan umumnya otomikosis yang dapat didiagnosis hanya dari

pemeriksaan klinis.9

2.3.6 Diagnosis

Diagnosa didasarkan pada anamnesis, gejala klinis, dan pemeriksaan

penunjang. Adanya keluhan nyeri di dalam telinga, rasa gatal, adanya sekret yang

keluar dari telinga. Yang paling penting adalah kecenderungan beraktifitas yang

berhubungan dengan air, misalnya berenang, menyelam, dan sebagainya.9,11,12

  Gejala klinik khas yang ditemukan adalah terasa gatal atau sakit di liang

telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dan dapat meluas ke dalam

liang telinga sampai 2/3 bagian luar. Didapati adanya akumulasi debris fibrin yang

tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana putih dan panjang dari

permukaan kulit.

  Berdasarkan pemeriksaan laboratorium pada preparat langsung, yaitu

skuama dari kerokan kulit liang telinga yang diperiksa dengan KOH 10% maka

akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum, dan kadang-kadang dapat ditemukan

spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u. Skuama dibiakkan pada media Agar

Saboraud, dan dieramkan pada suhu kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu

minggu berupa koloni filamen berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-

hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer

melekat pada permukaannya.11,13

2.3.7 Diagnosis Banding

Otomikosis kadang-kadang sulit untuk dibedakan dari otitis eksterna

bentuk lain, terutama otitis eksterna difus. Infeksi campuran kadang-kadang

terjadi. Kumar (2005) mendeteksi koinfeksi bakteri di antara 44 kasus dari total

82 kasus. Umumnya terisolasi bakteri termasuk staphylococci koagulase negatif,

Pseudomonas sp, Staphylococcus aureus, E.coli, dan Klebsiella sp. Infeksi jamur

juga dapat berkembang pada otitis media supuratif kronis.1,12,13

10

Page 10: otomikosis

2.3.8 Penatalaksanaan

Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering ,

jangan lembab, dan disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan

barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-

kotoran telinga harus sering dibersihkan.2,5

Meskipun telah dilakukan berbagai macam penelitian in vitro yang telah

menilai tingkat keberhasilan beragam agen antifungal, tetapi belum terdapat bukti

yang cukup kuat dari agen yang paling efektif. Beragam agen preparat telah

digunakan di klinik dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi. Meskipun

begitu, aplikasi penggunaan obat topikal yang sesuai dan dikombinasikan dengan

frekuensi pembersihan debridemen secara mekanis biasanya dapat mengurangi

gejala meskipun kekambuhan atau penyakit sisa masih sering terjadi. 2

Banyak peneliti percaya bahwa penting untuk mengidentifikasi penyebab

agen pada kasus otomikosis dalam menentukan tata laksana. Hal tersebut juga

disarankan dalam memilih antimikotik yang berdasarkan kepada kerentanan

dalam identifikasi jenis patogen. Walaupun begitu, yang lain percaya bahwa

strategi terpenting dalam pengobatan adalah ketika kita memilih penanganan yang

lebih spesifik pada otomikosis berdasarkan kepada tingkat keberhasilan dan

karakteristik obat tanpa memperhatikan agen penyebab. Hingga saat ini FDA

(Food and Drugs Approval Bureau in United State) belum ada menyetujui resep

pengobatan antifungal untuk pengobatan otomikosis. Banyak agen dengan

beragam jenis antimikotik yang telah digunakan dan para dokter sudah berusaha

untuk mengetahui agen yang paling efektif dalam pengobatan penyakit ini. 10,13

Preparat antifungal terbagi menjadi tipe yang spesifik dan non spesifik.

Tipe non spesifik antifungal yang bersifat asam dan menyerap cairan seperti:2,13

Asam borik dengan tingkat keasaman menengah dan sering digunakan sebagai antiseptik dan insektisid. Asam boric dapat digunakan untuk mengatasi jamur dalam stadium ragi dan infeksi jamur jenis Candida albicans.

Gentian violet diolah sebagai cairan konsentrat lemah dalam air. Obat ini telah digunakan dalam pengobatan otomikosis sebagai obat tetes anilin dengan antiseptik, antiinflamasi, antibakterial, dan antifungal. Obat ini masih digunakan di beberapa negara dan FDA menyetujui penggunaannya. Beberapa penelitian melaporkan tingkat keberhasilan hingga 80%.

Castellani’s paint (aceton, alcohol, phenol, fuchsin, resocinol)

11

Page 11: otomikosis

Cresylate (merthiolate, M-cresyl asetat, propylene glycol, asam boric dan alcohol)

Merchurochrome, yang dikenal sebagai antiseptik topikal, dan antifungal. Dengan merthiolate (thimerosal), merchurochrome tidak lagi digunakan dan disetujui oleh FDA karena mengandung bahan merkuri. Tisner (1995) melaporkan tingkat keberhasilan hingga 93,4% penggunaan thmerosal untuk pengobatan otomikosis. Merchurochrome telah digunakan khusus pada kasus – kasus yang terdapat di daerah lingkungan yang cenderung lebih lembab dengan tingkat keberhasilan 95,8% - 100%

Terapi spesifik antifungal terdiri dari:2,13

Nystatin adalah antibiotik jenis polyene macrolide yang menekan sintesis sterol di dalam membran sitoplasma. Kebanyakan jamur dan ragi sensitif terhadap nistatin, termasuk jenis Candida. Keuntungan utama nystatin adalah obat ini tidak diserap ke dalam kulit Dengan tingkat keberhasilan 50–80%. Nystatin tidak tersedia sebagai obat tetes telinga untuk pengobatan otomikosis. Nystatin hanya dapat diresepkan sebagai krim, minyak oil, atau bubuk. Azoles adalah agen sintetik yang menurunkan konsentrasi ergosterol sebagai sterol penting dalam membrane sitoplasma

Clotrimazole adalah yang paling banyak digunakan sebagai azole topikal. Obat ini merupakan salah satu agen yang paling efektif dalam pengobatan otomikosis dengan tingkat keberhasilan 95–100%. Clotrimazole memiliki efek terhadap bakteri dan menguntungkan ketika dokter mengobati infeksi campuran bakteri dan jamur. Coltrimazole tidak memiliki efek ototoksik dan tersedia dalam bentuk bubuk, lotion, dan solution.

Ketoconazole dan fluconazole merupakan jenis spektrum luas. Keberhasilan obat ketokonazol dilaporkan 95–100% terhadap jenis Aspergillus dan Candida albicans. Fluconazol topikal telah dilaporkan efektif hingga 90% kasus.

Krim Miconazole 2% juga menunjukkan tingkat keberhasilan hingga 90%. Bifonazole adalah agen anti jamur dan biasa digunakan pada tahun

1980an. Kemampuan larutannya sama dengan clotrimazole dan miconazole. Bifonazole dan derivatnya dapat menekan pertumbuhan jamur hingga 100%.

Itraconazole juga memiliki efek in vitro dan in vivo terhadap jenis Aspergillus.

Bentuk minyak oil dapat memiliki beberapa keuntungan dibandingkan

dengan formula tetes telinga karena dapat bersisa dalam lubang telinga dalam

waktu lama. Bentuk minyak oil mungkin dapat lebih aman pada kasus seperti

perforasi membrane timpani dikarenakan akses menuju telinga tengah mungkin

berkurang karena viskositas yang tinggi. Munguia dan Daniel (2008) tidak dapat

mengungkapkan dari berbagai laporan kasus pengobatan topikal antifungal yang

menyebabkan ototoksisitas ketika digunakan dalam mengobati otomikosis dengan

membran timpani yang utuh. Terdapat data yang kurang dalam menunjukkan

12

Page 12: otomikosis

keamanan penggunaan obat – obatan ototopikal yang dapat menyebabkan

perforasi timpani.2,5,13

Cresylate dan gentian violet diketahui dapat mengiritasi mukosa telinga

tengah. Penggunaan tetes telinga cresylate seharusnya dihindari dari pasien

dengan perforasi membran timpani yang berpotensi memberikan komplikasi

lanjut. Ho et al (2006) telah mengamati kehilangan pendengaran sensorium

transien yang berhubungan dengan penggunaan obat tersebut. Sebagai tambahan,

gentian violet menunjukkan adanya vestibulotoksik dan inflamasi telinga tengah

dengan hewan sebagai media percobaan dan hal ini dapat menyakitkan

penggunaannya secara klinis. Dalam penelitian baru – baru ini, dengan hewan

sebagai model penelitian, menunjukkan tidak ada sel rambut yang hilang ketika

menggunakan clotrimazole, miconazole, nystatin, dan tolnaftate. Pilihan

sederhana dalam memilih terapi dengan membran timpani yang telah terbuka

sangat diperlukan, seperti pembersihan telinga dengan hati – hati dan pemilihan

obat – obat spesifik antifungal dengan bahan adiktif yang minimum.10,11

Pemberian obat oral antifungal sebagai tambahan dipersiapkan untuk kasus

dengan penyakit yang lebih berat dan memiliki respon yang lebih lemah sebagai

terapi. Meskipun jarang digunakan, Ho et al (2006) percaya keberhasilan

pemberian obat antifungal oral tidak sama seperti pada pemberian secara lokal

yang lebih adekuat. Hal ini penting bahwa pengobatan, selain untuk

menyembuhkan, penggunaan topikal juga dapat digunakan dalam mengembalikan

fungsi fisiologis saluran. Dengan kata lain, menghindari maneuver mendadak dari

CAE, perawatan untuk menghindari penggunaan obat – obatan yang terlalu

banyak atau pengobatan pembedahan untuk kasus otitis media, menghindari

berbagai keadaan yang dapat mengubah homeostasis lokal adalah sangat penting

dalam menekan perkembangan penyakit.12,13

2.3.9 Komplikasi

Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari

membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi,

dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran

timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari membran timpani

sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya

13

Page 13: otomikosis

perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 12-

16% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi

terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan

konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun

merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari kulit sekitarnya.2,5

2.3.10 Prognosis

Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada

saat terapi dengan anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi

(penyembuhan) yang baik secara imunologi. Bagaimanapun juga, resiko

kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan infeksi sebenarnya tidak

dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius eksternus masih

terganggu.13

14