Otitis

download Otitis

of 16

description

Otitis

Transcript of Otitis

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

a. Nama/Jenis Kelamin/Umur: An. M /laki-laki/10 tahun

b. Pekerjaan/Pendidikan

: Pelajar/ SDc. Alamat

: RT.17 Simpang IV SipinII. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan

: Belum Menikah

b. Jumlah anak/saudara

: Anak pertama dari dua bersaudarac. Status ekonomi keluarga: Cukup

d. Kondisi Rumah

: e. Pasien tinggal dirumah berukuran 6x15 m, mempunyai 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi dengan sumber air bersih dari PDAM, sumber air minum dengan air isi ulang, ventilasi dan pencahayaan baik, memiliki 1 dapur dan 1 kamar mandi dengan menggunakan WC jongkok. Sampah rumah tangga dibuang di tempat pembuangan sampahf. Kondisi Lingkungan Keluarga: baik

III. Aspek Psikologis di Keluarga

:baik

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :

Belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya

Riwayat keluar cairan dari telinga/congek disangkalV. Keluhan Utama: Nyeri telinga kanan 3 hariVI. Riwayat Penyakit Sekarang

: (Alloanamnesa dan autoanamnesa)

Pasien datang dibawa oleh ibunya dengan keluhan sakit pada telinga kanan sejak 3 hari sebelum os datang ke Puskesmas . Pasien merasakan nyeri bila ditekan didaerah depan telinga dan apabila telinganya ditarik Pasien juga merasa nyeri. Riwayat keluar cairan pada telinga kanan (+), cairan bewarna putih jernih (+), encer tidak terlalu banyak dan berbau busuk (-), telinga berdenging (+), Os juga merasakan sakit apabila os membuka mulut dan mengunyah. Sakit menelan (-), demam (-), pilek (-), pusing (-). hal ini baru pertama kali pasien alami. Riwayat berenang 1 minggu sebelum pasien berobat ke puskesmas dan riwayat dikorek 4 hari sebelum os datang ke puskesmas.

VII. Pemeriksaan Fisik

:

Keadaan Umum

1. Keadaan sakit

: tampak sakit sedang2. Kesadaran

: compos mentis

3. Suhu

: 36,5C

4. Nadi

: 80x/menit

5. Pernafasan

: 21 x/menit

6. Berat badan

: 26 Kg7. Tinggi badan

: 106 cm8. IMT

:Normal

Pemeriksaan Organ

1. Kepala

Bentuk : normocephal

2. MataExopthalmus/enophtal: (-)

Conjungtiva

: anemis (-/-)

Sklera

: ikterik (-/-)3. Hidung

: tak ada kelainan

4. Mulut

Bibir

: basah, tidak pucat

Bau pernafasan: normal

Gigi geligi

: lengkap

Gusi: warna merah muda, perdarahan (-)

Lidah

: putih kotor (-), ulkus (-)5. Leher

KGB

: tak ada pembengkakan

6. Thorax

Bentuk

: simetris

Pergerakan dinding dada: tidak ada yang tertinggalPulmo

PemeriksaanKananKiri

InspeksiStatis : simetris

PalpasiStem fremitus normalStem fremitus normal

PerkusiSonor

Batas paru-hepar :ICS VI kananSonor

AuskultasiWheezing (-), Ronkhi (-)Wheezing (-), Ronkhi (-)

Jantung

InspeksiIctus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri

PalpasiIctus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

PerkusiBatas-batas jantung :

Sulit diperiksa pasien menolak.

AuskultasiBJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

InspeksiDatar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

PalpasiHepar dan lien tak teraba

PerkusiTimpani

AuskultasiBising usus (+) normal

7. Ekstremitas Atas-Bawah

Akral hangat (+)/(+)

8. Status Lokalisata

Telinga KananTelinga Kiri

Inspeksi :

Aurikula

Preaurikula

Retroaurikula

Palpasi

MAE

Membran timpaniEdema (-), hiperemi (-),

massa (-)

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), fistula (-), abses (-)

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), fistula (-), abses (-)

Nyeri pergerakan aurikula (+), nyeri tekan tragus (+), nyeri tekan retroaurikula (-)

Edema ( + ), hiperemi (+),

secret (-),furunkel ( - ), serumen (-)

Intak, bewarna putih,

Cone of light (+)Edema (-), hiperemi (-),

massa (-)

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), fistula (-), abses (-)

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), fistula (-), abses (-)

Nyeri pergerakan aurikula (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan retroaurikula (-)

Edema (-), hiperemi (-),

secret (-), furunkel (-), serumen (-)

Intak, berwarna putih,

Cone of light (+)

VIII. Diagnosis Kerja :

Otitis Eksterna diffusa aurikulla dekstra (H.60)IX. DiagnosaBanding

Otitis Media akut (H.65)X. Manajemen

1. Preventif :

Menyarankan pasien untuk tidak mengorek-ngorek telinga .

Menjaga telinganya saat mandi atau agar tidak kemasukkan air. Menjelaskan kepada pasien agar tidak berenag selama telinga belum sembuh2. Promotif :

Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit, penatalaksanaan , pencegahan dan komplikasinya.3. Kuratif :

Makan makanan yang lembut/lunak (seperti: bubur) untuk mengurangi nyeri saat mengunyah. Jangan berenang terlebih dahulu

Jika mandi tutup telinga dengan kapas

Jangan dikorek Cara penggunaan tetes telinga yang benar

Farmakologi Antibiotik topical : Kloramfenikol tetes telinga 2x sehari 2-3 tetes Analgetik : asam mefenamat 3 x 1/2 tab 4. Rehabilitatif

Upaya mengembalikan penderita seperti keadaan semula .Rehabilitatif mental : dengan memberikan dorongan motifasi kepada orang tua dan pasien untuk teratur menggunakan obat dan menghindari faktor faktor yang dapatmemperberat dan memperlambat.

Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas simpang IV sipin jambidr. Mulia Oloan harahapSTM atas jambi.

Jambi, November 2015

R/ kloramfenikol tetes telinga no. I

S 2 dd 2 gtt. ad

R/ paracetamol tab 125 mg no. V

S 3 d d tab

Pro : An. M

Umur : 10 tahun

Alamat : Lebak bandung BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI TELINGA LUAR

Secara anatomi telinga luar dapat dibagi menjadi aurikula (pinna) dan liang telinga (canalis acusticus eksternus/CAE). Telinga luar dipisahkan dengan telinga dalam oleh membran timpani. Aurikula dan 1/3 lateral liang telinga terdiri dari kartilago elastis yang secara embrional berasal dari mesoderm dan sejumlah kecil jaringan subkutan yang di tutupi oleh kulit dan adneksanya. Hanya lobulus pinna yang tidak memiliki kartilago dan terdapat lemak. Sedangkan 2/3 bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 -3 cm.

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat= kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalamnya hanya sedkit di jumpai kelenjar serumen.3.1Vaskularisasi Telinga Luar

Aurikula dan kanalis akustikus eksternus menerima perdarahan dari arteri temporalis superfisialis dan cabang aurikularis posterior yang merupakan cabang dari arteri karotis eksternus.

Sedangkan aliran vena dari aurikula dan meatus yaitu melalui vena temporalis superfisialis dan vena aurikularis posterior kemudian bersatu membentuk vena retromandibular yang biasanya terpisah dan keduanya bertemu di vena jugularis, pertemuan terakhir terdapat pada vena jugularis eksterna namun demikian juga menuju ke sinus sigmoid melalui vena emissarius mastoid.3.2Persarafan dan Aliran Limfatik Telinga Luar

Persarafan sensoris ke aurikula dan canalis akustikus eksternus berasal dari persarafan kanalis dan kutaneus dengan kontribusi dari cabang aurikulotemporal N. trigeminus (V), N. fasialis (VII), dan N. Vagus (X). Aurikularis magna dari pleksus servikalis (C 2-3). Otot motorik ekstrinsik telinga yaitupada bagian anterior, superior, dan posterior aurikula di persarafi N. fasialis (VII).

Aliran limfatik kanalis akustikus eksternus merupakan saluran yang penting pada penyebaran infeksi. Bagian anterior dan posterior terdapat aliran limph dari kanalis akustikus eksternus menuju ke limfatim pre-aurikular didalam kelenjar parotis dan kelenjar getah bening leher profunda bagian superior.

Bagian inferior kanalis akustikus eksternus aliraan limphnya menuju ke kelenjar getah bening infra aurikular dekat angulus mandibularis. Sedangkan bagian posterior menuju ke kelenjar getah bening post aurikular dan kelenjar getah bening leher profunda superior.

A. DEFINISI OTITIS EKSTERNA

Otitis eksterna adalah peradangan liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri. Diklinik seringkali sukar dibedakan peradangan yang disebabkan oleh penyebab lain seperti jamur, atau virus.

Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Hal lain adalah trauma ringan (ketika mengorek telinga) atau karena berenang yang menyebabkan perubahan kulit karena terkena air.B. EPIDEMIOLOGIPenyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai Januari sampai Desember 2000 di poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282 kasus (2,62) otitis eksterna difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna sirkumsripta.Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak penelitit mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini yang mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna.C. ETIOLOGI

Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus, dan beberapa bakteri gram negatif. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.Beberapa faktor yang memudahkan terjadinya otitis eksterna, yaitu:

Derajat keasaman (pH)

pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai protektor terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH menjadi basa maka akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi terhadap infeksi menurun.

Udara

Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah tumbuh.

Trauma

Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis ekstern Berenang

Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit liang telinga dapat terjadi setelah terkena air.D. KLASIFIKASI OTITIS EKSTERNA

Otitis eksterna diklasifikasikan atas :

a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)

b. Otitis eksterna difus Otitis Eksterna Sirkumskripta (furunkle/bisul

Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.

Gejalanya adalah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini di sebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium dan tragus. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada sepertiga liang telinga.

Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotik dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitracin, atau anti septik (asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%). Kalau dinding furunkel tebal dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik secara sistemik, antibiotik diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat. Diberikan pada orang dewasa ampisilin 250 mg, eritromisisn 250 mg, anak-anak diberikan 40-50 mg/kgBB. Berikan obat asimptomatik seperti analgetik seperti Parasetamol atau Asam mefenamat 500 mg.

Otitis Eksterna Difus

Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema dengan tidak jelas batasanya, serta tidak terdapat furunkel.

Kuman penyebabnnya biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang sebagai penyebab adalah Staphylococcus albus, escheria koli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.

Gejalanya sama dengan otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.

Pengobatannya adalah dengan memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotik sistemik.E. PATOFISIOLOGI

Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.

Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.

Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit sehingga terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu timbulnya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan nyeri.

Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksternus) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.

Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu pseudomonas (41%), sterptokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroideus (11%). Infeksi pada liang telilnga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler, dan tulang temporal.

Otalgia padaotitis eksterna disebabkan:

Kulit liang telinga luar beralaskan periostium dan perikondrium bukan bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.

Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.6,7F. GEJALA KLINIK

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahaului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan penduhulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai ras penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akut. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.

Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang sominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini ditegakkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermmis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengakibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam liang telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara. 1

Selain gejala-gejala diatas otitis eksterna juga dapat memberikan gejala-gejala klinis berikut:

1. Deskuamasi.

2. Tinitus.

3. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga (otore) Kadang-kadang pada otitis eksterna difus ditemukan sekret / cairan berwarna putih atau kuning, atau nanah. Cairan tersebut berbau yang tidak menyenangkan. Tidak bercampur dengan lendir (musin).

4. Demam.

5. Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut.

6. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari telinga.

7. Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang telinga pada otitis eksterna difus tampak hiperemis dan udem dengan batas yang tidak jelas. Bisa tidak terjadi pembengkakan, pembengkakan ringan, atau pada kasus yang berat menjadi bengkak yang benar-benar menutup liang telinga.

G. DIAGNOSIS

Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa gatal. Rasa gatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai dengan kondisi penyakitnya (mis, pada faskulitis atau otitis eksterna sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan dan ketika mengunyah makanan atau membuka mulut.

Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur, biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.

Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada besarnya furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang telinga.

Didapat kan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang pada pasien, ataupun kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud bahkan menggunakan bulu ayam yang merupakan media penyebaran infeksi.

Pemeriksan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:

Kulit MAE edema, hiperemis merata sampai ke membran timpani dengan liang. MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani dapat tidak tampak.

Pada folikulitis akan didapatkan edema, hiperemis pada pars kartilagenous MAE

Nyeri tragus

H. TATALAKSANA

Untuk otitis eksterna sirkumskripta

Terapi tergantung pada keadaan furunkel bila sudah menjadi abses diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotik dalam bentuk salep seperti polymixin B atau bacitracin.

Kalau tebal diinsisi pasang salir untuk mengalirkan nanah

Obat simtomatik berupa analgetik, obat penenang atau jika diperlukan antibiotik sistemikUntuk otitis eksterna difus Pengobatannya dengan memasukkan tanpon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Pengobatan simtomatik : analgetik, jika perlu antibiotik sistemikBAB IIIANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah pasien dan lingkungan sekitar

Berdasarkan anamnesis, tidak ada hubungan antara otitis ekterna dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

Berdasarkan anamnesis, tidak ada hubungan antara otitis eksterna dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar

Berdasarkan anamnesis tidak ada hubungan antara otitis ekterna dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit pada pasien ini Dari anamnesis pasien mengorek-ngorek telinga , ada riwayat berenang sebelumnya. Riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu factor resiko terjadinya otitis eksterna e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan faktor resiko atau etiologi pada pasien ini

Menyarankan pasien untuk tidak mengorek-ngorek telinga secara berlebihan.lampiran

Daftar Pustaka1. Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.bcm. tme.edu/oto/grand/101295.htm. Di Akses pada tanggal : 10 novemberl 2014.

2. Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.sav-ondrugs. com/shop/templates/encyclopedia/ENCY/article/000622.asp. Di Akses pada tanggal : 10 november 2014

3. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K: editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997.78-84.

4. Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. Hal : 58-59.

5. Snell, Richard S. Anatomi Klinik Edisi 6. Jakarta ; EGC 2006.

Gambar 3. Otitis eksterna kronis

Gambar 2. Otitis eksterna akut

17